• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Uji Ranking Bertanda Wilcoxon Dan Uji Walsh Studi Kasus Pada Data Berat Badan Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdangperiode Oktober-Desember Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kesesuaian Uji Ranking Bertanda Wilcoxon Dan Uji Walsh Studi Kasus Pada Data Berat Badan Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdangperiode Oktober-Desember Tahun 2009"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

KESESUAIAN UJI RANKING BERTANDA WILCOXON DAN UJI WALSH STUDI KASUS PADA DATA BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIFAH DELI SERDANG

PERIODE OKTOBER-DESEMBER TAHUN 2009

SKRIPSI

OLEH :

NIEL ANDRI BAKARA NIM : 041000162

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KESESUAIAN UJI RANKING BERTANDA WILCOXON DAN UJI WALSH STUDI KASUS PADA DATA BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIFAH DELI SERDANG

PERIODE OKTOBER-DESEMBER TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NIEL ANDRI BAKARA NIM : 041000162

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

(3)

KESESUAIAN UJI RANKING BERTANDA WILCOXON DAN UJI WALSH STUDI KASUS PADA DATA BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIFAH DELI SERDANG

PERIODE OKTOBER-DESEMBER TAHUN 2009 Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

NIEL ANDRI BAKARA NIM. 041000162

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 Januari 2011dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji II

dr. Ria Masniari Lubis, Msi Drs. Abdul Djalil Amri Arma, MKes

NIP. 19531018 198203 2 001 NIP. 132126844

Penguji II Penguji III

Drs. Heru Santosa, MS Maya Fitria SKM., MKes NIP. 19581110 198403 1 002 NIP. 19761005 200912 2 003

Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon dan Uji Walsh adalah uji statistik non parametrik yang digunakan pada uji dua sampel berpasangan untuk menguji perbedaan suatu perlakuan pada sampel berpasangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009.

Jenis penelitian ini bersifat explanatory survey dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah data berat badan seluruh bayi yang berusia 12-36 bulan yang mengikuti program PMT di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang. Sampel adalah data berat badan bayi berusia 12-36 bulan yang mewakili wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang yaitu sebanyak 15 bayi yang diambil secara acak dari 29 data yang tersedia.

Hasil uji menunjukkan bahwa dengan besar sampel 15 untuk taraf signifikasi (α) yang berbeda yaitu masing-masing dengan α (0,01), (0,02) dan (0,05) baik untuk uji Wilcoxon maupun uji Walsh sama-sama menolak H0 sehingga dapat dikatakan bahwa

keputusan statistik kedua uji dalam mengambil keputusan terhadap data adalah sesuai (identik).

Disarankan untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan data yang sama sebaiknya menggunakan uji Wilcoxon karena lebih mudah dalam menganalisis data.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Niel Andri Bakara

Tempat/Tanggal Lahir : Tarutung, 19 Maret 1986

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 5 (lima) orang

Alamat Rumah : Jl. Kemenyan III No. 17 Perumnas Simalingkar Medan 20123

Riwayat Pendidikan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih-Nya yang senantiasa berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Kesesuaian Uji Ranking Bertanda Wilcoxon Dan Uji Walsh Studi Kasus Pada Data Berat Badan Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdangperiode Oktober-Desember Tahun 2009”

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama M.S. selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Herus Santosa MS. selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistika sekaligus sebagai Dosen Penguji II

3. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Mkes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan waktu dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Abdul Jalil A.A. Mkes. selaku Dosen Pembimbingi II yang telah banyak memberikan saran-saran serta masukan dalam penyempurnaan skripsi ini

5. Ibu Maya Fitria SKM., Mkes selaku Ddosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran-saran serta masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 6. Ibu Kepala Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan turut membantu dalam proses pengumpulan data.

(7)

8. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Terima kasih yang tak terhingga buat Orang tua yang terkasih, Dj Bakara dan M Br Hutagalung dan keluarga yang senantiasa memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil bagi penulis untuk senantiasa kuat dan berusaha keras menyelesaikan perkuliahan.

10. Keluarga besar GMKI khususnya keluarga besar Komisariat FKM USU. 11. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini

yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata tinggilah iman kita, tinggilah ilmu kita, dan tinggilah pengabdian kita.

Medan, Maret 2011 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Uji Wilcoxon ... 7

2.2. Uji Walsh ... 10

2.3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ... 11

2.4. Usia Pemberian Makanan Tambahan ... 15

2.5. Jenis dan Bentuk Makanan Tambahan ... 16

2.6. Status Gizi ... 18

2.7. Penilaian Status Gizi ... 18

2.8. Pemeriksaan Antropometri ... 19

2.8.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ... 20

2.8.2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ... 21

2.8.3. Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 22

2.9. Alur Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

(9)

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.5. Definisi Operasional ... 25

3.6. Aspek Pengukuran ... 26

3.7. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Bandar Khalifah ... 27

4.1.1. Lokasi Puskesmas Bandar Khalifah ... 27

4.1.2. Gambaran Penduduk ... 28

4.2. Karakteristik Reponden ... 31

4.3. Hasil Analisis ... 32

4.3.1. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon ... 32

4.3.2. Uji Walsh ... 35

4.3. Perbandingan Hasil Analisis Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon Dengan Uji Walsh ... 39

BAB V PEMBAHASAN ... 40

5.1. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon ... ... 40

5.2. Uji Walsh ... ... 42

5.3. Perbandingan Hasil Analisis Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon Dengan Uji Walsh ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 48 Daftar Pustaka ... ?? Lampiran :

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa dan Jumlah Dusun di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009 ... 27 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Wilayah Kerja

Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009 ... 28 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur di

Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009 ... 29 Tabel 4.4 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009 ... 30 Tabel 4.5 Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah

Tahun 2009... 30 Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah

Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009 ... 31 Tabel 4.7 Distribusi Perbedaan Berat Badan Responden dari Awal sampai

Akhir Program PMT di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009 ... 31 Tabel 4.8 Komputasi Nilai T dari Uji Wilcoxon Pada Data Berat Badan

BATITA Sebelum dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009 ... 32 Tabel 4.9 Komputasi Harga Uji Walsh Terhadap Data Berat Badan

BATITA Sebelum dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Tahun 2009 ... 35 Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Analisis Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon

(11)

ABSTRAK

Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon dan Uji Walsh adalah uji statistik non parametrik yang digunakan pada uji dua sampel berpasangan untuk menguji perbedaan suatu perlakuan pada sampel berpasangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009.

Jenis penelitian ini bersifat explanatory survey dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah data berat badan seluruh bayi yang berusia 12-36 bulan yang mengikuti program PMT di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang. Sampel adalah data berat badan bayi berusia 12-36 bulan yang mewakili wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang yaitu sebanyak 15 bayi yang diambil secara acak dari 29 data yang tersedia.

Hasil uji menunjukkan bahwa dengan besar sampel 15 untuk taraf signifikasi (α) yang berbeda yaitu masing-masing dengan α (0,01), (0,02) dan (0,05) baik untuk uji Wilcoxon maupun uji Walsh sama-sama menolak H0 sehingga dapat dikatakan bahwa

keputusan statistik kedua uji dalam mengambil keputusan terhadap data adalah sesuai (identik).

Disarankan untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan data yang sama sebaiknya menggunakan uji Wilcoxon karena lebih mudah dalam menganalisis data.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian di bidang ilmu kesehatan pada umumnya bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk perencanaan kegiatan medis-klinis atau medis-sosial atau pengembangan ilmu itu sendiri yang pada akhirnya akan berguna bagi kesejahteraan manusia.

Secara umum jenis penelitian pada bidang kesehatan dapat dibagi dalam dua golongan besar, yakni penelitian yang bersifat deskriptif dan analitik. Dalam penelitian deskriptif peneliti mengadakan eksplorasi terhadap fenomena-fenomena yang ada tanpa berusaha mencari hubungan antar-variabel didalam fenomena tersebut. Sedangkan dalam penelitian analitik, disamping dilakukan identifikasi serta pengukuran variabel, penelitipun akan mencari hubungan antar-variabel untuk menerangkan kajadian atau fenomena tersebut. Dalam penelitian analitik ini, peneliti dapat hanya mengukur fenomena alamiah yang ada tanpa melakukan intervensi terhadap variabel (bersifat analitik observasional), akan tetapi ia dapat pula melakukan intervensi terhadap variabel tergantung (Sastroasmoro, 2008).

Untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian kesehatan tidak dapat terlepas dari bidang keilmuan lain diluar ilmu kesehatan itu sendiri. Seperti bidang ilmu statistika yang mempunyai peran sangat penting sehubungan dengan pengambilan keputusan sesuai dengan hipotesis penelitian itu sendiri (Lenny, 2003).

(13)

Setelah hipotesis disiapkan, tentu kemudian dikumpulkan data empiris yang menghasilkan informasi mengenai dapatnya hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Dalam rangka mencapai suatu keputusan objektif mengenai apakah suatu hipotesis diperkuat oleh data, maka prosedur objektif untuk menolak atau menerima hipotesis harus diterapkan dengan baik (Lenny, 2003).

Mengacu pada uraian di atas maka peranan statistik dalam suatu penelitian pada umumnya adalah untuk membantu dalam pengolahan dan analisis data. Analisa statistik yang tepat dan benar dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah hubungan kausalitas antara dua atau lebih vatriabel benar-benar terkait secara benar dalam kausalitas empiris atau apakah hubungan itu hanya bersifat random atau kebetulan saja.

Meskipun demikian praktek penggunaan metode statistik dalam suatu penelitian tidak selalu tepat. Beberapa bukti kajian kritis yang dilakukan Ross (1951), Badgley (1961), Schor dan Karten (1966), Gore, Jones dan Rytter (1977) terhadap ratusan laporan penelitian yang dimuat dalam literatur medik antara tahun 1950 dan 1976, mengungkapkan bahwa sekitar 30-50% di tahun 1976 memuat kesalahan-kesalahan pemakaian metode statistik (Murti, 1996).

(14)

Dari sekian banyak uji statistik yang dapat digunakan untuk analisis data, uji Wilcoxon dan uji Walsh adalah merupakan metode analisis non parametrik yang

jarang digunakan dalam penelitian kesehatan. Hal ini dikarenakan kedua uji ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda sehingga peneliti akan lebih banyak menggunakan uji tanda dan akan menggunakan uji Wilcoxon dan uji Walsh jika memang dibutuhkan hasil yang menuntut kriteria kedua uji tersebut (Djarwanto,1996).

Atas dasar tersebut maka dilakukan penelitian untuk melihat kesesuaian kedua uji ini dengan menggunakan data berat badan bayi usia tiga tahun (12-36 bulan) sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009 untuk melihat apakah kedua uji ini akan menghasilkan kesesuaian dalam menghasilkan keputusan yang sama.

Data ini digunakan karena memenuhi kriteria-kriteria yang dituntut dalam setiap uji tersebut, sekaligus peneliti juga mencoba untuk mengangkat tentang efektifitas pemberian makanan tambahan terhadap pertambahan berat badan bayi dimana kegiatan ini menjadi program bagian gizi di setiap puskesmas yang ditaati setiap posyandu.

(15)

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Moehji, 1992).

Masalah gizi masyarakat masih memerlukan perhatian, hal ini diketahui dari masih tingginya status gizi kurang pada balita (28%), Kurang vitamin A 50% (kadar Vit A dalam serum kurang dari 20 mcg/dl), Anemia Gizi Besi berkisar 50% dari berbagai kelompok umur, dan Gangguan Akibat kekurangan Yodium berdasarkan Total Goitre Rate (TGR) 9,8%. Penyebab utama lamanya penurunan prevalensi,

karena rendahnya kasadaran masyarakat terhadap upaya perbaikan gizi (Depkes RI, 2007)

(16)

anak tergolong pendek sebagai akibat dari gizi kurang pada masa balita (Depkes RI, 2007).

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan (otak, mental,dan fisik) yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).

Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu makanan pendamping ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP-ASI kepada bayi dan anak usia 6 – 24 bulan dari keluarga miskin yang dijalankan oleh pemerintah terkhusus bagian kesehatan dalam hal ini diprogramkan pada kegiatan Puskesmas (Depkes RI, 2006).

Puskesmas Bandar Khalifah merupakan salah satu puskesmas yang menjalankan program tersebut. Selama tahun 2009, puskesmas ini melaksanakan program pemberian makanan tambahan kepada balita di wilayah kerja puskesmas tersebut pada bulan Oktober sampai bulan Desember. Ketersediaan data dan kesediaan pihak puskesmas serta hal lain yang mendukung menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian di puskesmas dan wilayah kerjanya.

(17)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kesesuaian uji Wilcoxon dan uji Walsh dengan data berat badan bayi usia kurang dari tiga tahun (BATITA) sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan periode Oktober- Desember di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang 2009.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hasil analisis data pemberian makanan tambahan pada BATITA di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009 dengan menggunakan uji Wilcoxon.

(18)

3. Mengetahui perbedaan hasil analisis data pemberian makanan tambahan pada BATITA di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009 dengan menggunakan uji Wilcoxon dan uji Wlash.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pengguna statistik tentang perbedaan penggunaan statistik uji Wilcoxon dan uji Walsh.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Wilcoxon

Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam tahun 1945 merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” yakni di samping memperhatikan tanda positif dan negatif, besarnya perbedaan juga diperhatikan. Uji ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau juga untuk penelitian dengan data sebelum dan sesudah. Anggapan yang diperlukan dalam penggunaan uji bertanda Wilcoxon adalah bahwa pasangan data diambil secara acak dan tiap-tiap perbedaan antara pasangan skor (di) (distribusi populasi) yang simetris (Djarwanto, 1996).

Asumsi-asumsi uji ini adalah :

a. Data untuk analisis terdiri atas n buah beda Di = Yi – Xi . Setiap pasangan hasil

pengukuran (Xi , Yi) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang sama

atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu variabel atau lebih. Pasangan-pasangan (Xi , Yi) dalam sampel ini diperoleh secara acak.

b. Selisih variabel (Yi – Xi) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu

variabel acak yang kontinu.

c. Distribusi populasi (di) tersebut setangkup (simetri).

Hipotesis nihil (H0) yang akan diuji mengatakan bahwa dua populasi identik.

Apabila H0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang bertanda positif

(20)

jumlah jenjang tersebut sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain dapatlah disimpulkan bahwa dua populasi itu tidak identik, dan dengan demikian kita menolak H0. Dengan perkataan lain H0 ditolak jika salah satu jumlah jenjang positif atau

negatif sangat kecil (Djarwanto, 1996).

Uji jenjang bertanda Wilcoxon dapat didasarkan pada sampel kecil (n ≤ 25) atau didasarkan pada sampel besar (n ≥ 25). Untuk sampel kecil, pengujian didasarkan pada nilai T. Nilai T adalah jumlah yang lebih kecil antara jumlah jenjang positif dengan jumlah jejang negatif. Nilai T dapat dilihat pada tabel harga kritis T dalam tes ranking bertanda data berpasangan Wilcoxon dengan taraf signifikasi 0.05, 0.02, dan 0.01 untuk pengujian satu sisi atau dua sisi. Untuk sampel besar, pengujiannya dilakukan dengan pendekatan distribusi normal, dimana mean dan standar deviasi dari distribusi sampling nilai T dihitung dengan rumus (Djarwanto, 1996):

Mean =

4 ) 1 ( +

= n n

T µ

Standar Deviasi :

24 ) 1 2 )( 1 ( + +

= n n n

T σ

Harga uji statistik Z = T

T T

σ−µ

Z =

(21)

Langkah- langkah untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon diringkaskan sebagai berikut : (Djarwanto, 1996)

1. Untuk setiap pasangan skor hitunglah beda atau selisihnya (di). Beda ini bisa

positif dan bisa negatif.

2. Berikan jenjang harga-harga di tanpa memperhatikan tandanya, dari yang

terkecil sampai yang terbesar. Bila ada harga-harga d yang sama maka hitunglah jenjang rata-ratanya.

3. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap-tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan. Bila terdapat beda 0, tetapkan kembali n yaitu banyak total harga d yang memiliki tanda.

4. Tetapkan nilai T yaitu jumlah yang lebih kecil dari dua kelompok jejang yang memiliki tanda yang sama, positif atau negatif.

5. Prosedur yang digunakan dalam menetapkan signifikansi harga T sampel, tergantung pada besarnya n :

a. Apabila n ≤ 25, tabel harga nilai kritis T menyajikan harga-harga T untuk berbagai ukuran n (n≤25). Jika harga T observasi < nilai T tabel maka H nol ditolak.

b. Apabila n > 25, harga H0 diuji dengan menggunakan pendekatan kurve

(22)

2.2 Uji Walsh

Uji Walsh berlaku untuk dua sampel berpasangan dengan data yang berskala interval. Anggapan dari uji ini adalah bahwa skor-skor selisih (di) yang terobservasi

dalam dua sampel yang berpasangan berasal dari populasi yang simetris, atau bahkan tidak harus dari populasi yang sama. Karena dianggap populasinya simetris, maka nilai mean, merupakan gambaran yang akurat dari nilai tengah, dan sama dengan nilai median (Djarwanto, 1996).

Beda/selisih masing-masing n pasangan (di) diurutkan berdasarkan besarnya.

Dimulai dengan d1 = skor beda yang terendah (mungkin negatif), d2 = skor beda

kedua dari yang terendah, dan seterusnya. Dengan demikian d1≤ d2≤ d3≤ ...dn.

Hipotesis nihil yang akan diuji mengatakan bahwa harga-harga di itu ditarik dari

suatu populasi yang nilai mediannya = 0 (atau dari sekelompok populasi yang memiliki “median bersama” sama dengan nol). Uji Walsh menganggap bahwa sejumlah di itu adalah dari populasi dengan distribusi simetris. Dalam distribusi yang

simetris, nilai mean dan median berimpit, maka H Nol mengatakan bahwa µ0 = 0, dan

H1 mengatakan bahwa µ1≠ 0 (uji dua sisi) atau µ1 > 0 atau µ1 < 0 (uji satu sisi).

(23)

Langkah-langkah dalam menggunakan uji Walsh adalah sebagai berikut (Djarwanto,1996) :

1. Tentukan pasangan skor beda dengan tanda (di) untuk masing-masing

pasangan yang dijodohkan.

2. Tentukan n yakni banyaknya pasangan yang dijodohkan.

3. Urutkan harga-harga di berdasarkan besarnya ( dari di hingga dn ). Tanda

beda diperhatikan sehingga di adalah d negatif yang terbesar dan dn adalah d

positif yang terbesar.

4. Periksa tabel nilai kritis Uji Walsh untuk menentukan apakah H0 ditolak dan

menerima H1 dengan harga-harga d1, d2, d3,..., dn yang terobservasi.

2.3 Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu adanya suatu pengaturan pola makan yang benar dalam usaha memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan sesuai dengan tingkat usianya (Arnita, 2007).

(24)

dan hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari di rumah (Arnita, 2007).

Makanan sapihan atau Weaning Foods juga diberikan pada bayi sebagai persiapan menghadapi penyapihan atau penghentian pemberian ASI. Makanan sapihan penting untuk mempersiapkan agar bayi tidak kaget dan sudah terbiasa memakan makanan yang bermacam-macam dengan demikian bila sewaktu-waktu pemberian ASI dihentikan sama sekali tidak akan terjadi kesuliatan (Moehji, 1992).

Menurut World Health Organization (2003) dalam Arnita (2007), pemberian makanan tambahan berarti memberikan makanan lain selain ASI, oleh karena ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi, dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan, dan jika mungkin sampai usia 6 bulan. Meskipun demikian setelah periode ini dibutuhkan makanan tambahan atau makanan pelengkap. Selama periode pemberian makanan tambahan, seorang bayi perlahan-lahan terbiasa memakan makanan keluarga.

Pemberian makanan tambahan dapat juga bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah (Arnita, 2007).

(25)

pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang penting (Arisman, 2004)

Anak yang sehat adalah anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih, dan dapat menyesuiakan diri dengan lingkungannya (Moehji, 1992).

Menurut Lenz seperti yang dikutip oleh Theodor Hellbrugge (1988) dalam Arnita (2007) pertumbuhan anak pada tahun ke-3 begitu cepat. Pertumbuhan dalam hal ini mencakup pertumbuhan dalam fisik, mental, dan juga pertumbuhan otak dimana volume otak anak mencapai 80% otak dewasa pada usia 2 tahun pertama dan berangsur-angsur menurun sehingga pada periode pra-sekolah dan masa sekolah kurva kecepatan pertumbuhan akan membentuk kurva yang hampir datar.

Atas dasar tersebut maka usia 3 tahun pertama anak disebut sebagai periode emas sekaligus juga sebagai periode kritis karena pada usia ini sangat menentukan masa depan seorang anak. Jika pada periode ini anak memperoleh asupan makanan dan zat gizi yang mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangannya maka dapat dipastikan masa depan yang baik bagi anak dari segi fisik dan mental dan tinggal mengisinya dengan ilmu dan pengetahuan yang baik dan jika anak tidak mendapatkan asupan makanan dan zat gizi yang dibutuhkannya maka yang terjadi adalah sebaliknya (Sunita,2001 ).

(26)

makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang mereka rasakan. Sebagian keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis makanan yang lebih berkualitas, namun mereka tidak ada kemauan dan tidak mempunyai keterampilan untuk penyiapannya (Depkes RI, 2007).

Oleh sebab itu pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan menerbitkan 17 strategi dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat dimana salah satunya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan: (Depkes RI, 2007).

a. Menimbang berat badan secara teratur.

b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif).

c. Makan beraneka ragam.

d. Menggunakan garam beryodium. e. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

(27)

2.4 Usia Pemberian Makanan Tambahan

Setelah pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan baru dapat diberikan makanan tambahan pada anak sesudah 6 bulan. Setelah usia 6 bulan baru bayi siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Disamping itu, lambung juga telah baik menerima zat tepung (Arisman, 2004).

Pemberian makanan yang terlalu dini bagi anak dapat mengakibatkan bahaya bagi anak tersebut, oleh karena itu dianjurkan agar pemberiannya sesudah usia 4 atau 6 bulan. Pemberian makanan tambahan harus bertahap dan bervariasi. Bahaya yang mungkin timbul jika makanan diberikan terlalu dini adalah : (Arisman, 2004)

a. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI sehingga anak akan lebih sedikit minum ASI dan ibupun memproduksi lebih sedikit ASI sehingga akan sulit untuk memenuhi nutrisi anak.

b. Bayi mempunyai kemungkinan besar untuk diare karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.

c. Anak mendapat faktor perlindung dari ASI lebih sedikit, sehingga risiko infeksi meningkat.

(28)

e. Akan memberikan nutrien lebih sedikit daripada ASI jika salah dalam pengolahan makanan sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi.

Memulai pemberian makanan tambahan terlalu lambat juga berbahaya, karena : a. Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi

kesenjangan energi dan nutrien.

b. Anak akan tumbuh lambat bahkan dapat berhenti pertumbuhannya. c. Risiko mallnutrisi dan defisiensi mikoronutrien meningkat pada anak. Menjelang usia 9 bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda kedalam mulut. Jelaslah bahwa pada saat tersebut bayi sudah siap mengkonsumsi makanan setengah padat. Jika kemudian bayi disapih pada usia 4-6 bulan, tidak berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Memang ada sebagian bayi yang terus tumbuh dengan memuaskan meskipun tidak diberi makanan tambahan. Namun di lain pihak, banyak sekali bayi yang membutuhkan zat gizi dan energi lebih dari sekedar yang tersedia didalam ASI (Arisman, 2004).

2.5 Jenis dan Bentuk Makanan Tambahan

(29)

Cameron dan Hofvander (1983) dalam Arnita (2007) mengatakan, campuran bahan makanan untuk bayi terdiri dari 2 jenis :

a. campuran dasar (basic mix) terdiri dari serealia (biji-bijian) atau umbi-umbian dan kadcang-kacangan. Campuran ini belum memenuhi kandungan zat gizi sehingga masih perlu pendamping zat gizi lainnya, terutama kebutuhan zat vitamin dan mineral.

b. Campuran ganda (multi mix) terdiri dari 4 kelompok bahan pangan yaitu : 1. Makanan pokok sebagai bahan pangan utama dan merupakan sumber

karbohidrat lebih dianjurkan berupa serealia

2. Lauk-pauk (nabati maupun hewani) sebagai sumber protein, misalnya susu, daging sapi, ayam, ikan, telur, dan kacang-kacangan

3. Sumber vitamin dan mineral, berupa sayur-sayuran dan buah-buahan yang berwarna (terutama hijau dan jingga)

4. Pendamping energi berupa lemak, minyak atau gula yang berfungsi untuk meningkatkan kandungan energi makanan campuran.

Adapun tahapan pemberian makanan tambahan pada bayi adalah sebagai berikut (Arnita 2007):

1. Makanan Lumat

(30)

tim saring atau nasi tim halus, bubur tepung beras, biskuit yang dilumatkan dengan air atau pisang yang dihaluskan/ dikerik dengan sendok.

2. Makanan Lembik

Makanan lembik adalah nasi tim atau nasi lembik yang dapat ditambahkan dengan lauk-pauk dan sayuran yang berganti, makanan ini merupakan peralihan dari makanan lumat menjadi makanan keluarga. Contoh : nasi tim bayi saring, nasi lembek, bubur beras, bubur kacang hijau, biskuit atau pisang dan pepaya.

3. Makanan Padat

Makanan padat atau sering disebut makanan keluarga adalah makanan lengkap berbentuk padat dan diselingi dengan makanan selingan contoh: nasi, dadar telur, tempe, sayur dan buah, makanan selingan kue nagasari, bubur kacang hijau atau pisang rebus.

2.6 Status Gizi

Status gizi menurut Jahari seperti yang dikutip oleh Sukardji (2003) adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak, serta pengeluaran oleh organisme di lain pihak yang terlihat melalui variabel-veriabel tertentu, yaitu melalui suatu indikator status gizi. Penilaian suatus gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingakan dengan buku yang telah tersedia (Supariasa, 2002).

(31)

1. Faktor eksternal merliputi : keadaan infeksi, konsumsi makanan, budaya, sosial dan ekonomi, pendidikan kesehatan, sarana kesehatan, dan produksi pangan.

2. Faktor Internal meliputi : genetik dan individual.

2.7 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : pemeriksaan klinis, antropometri, biokimia, dan biofisik. Penilian secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Arnita, 2007).

Setiap metode penelitian status gizi terdapat kelebihan dan kekurangannya. Berbagai contoh penggunaan penilaian status gizi seperti antropometri digunakan untuk mengukur karakteristik fisik seseorang dan zat gizi yang penting untuk pertumbuhan. Sedangkan pemeriksaan klinis dan biokimia dipergunakan untuk merlihat atau mengukur satu aspek dari status gizi seperti kadar mineral atau vitamin ( Supariasa, 2002).

2.8 Pemeriksaan Antropometri

(32)

ketidak-seimbangan asupan protein dan energi. Jika dilihat dari tujuan pemerikasaan antropometri dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :

a. Untuk ukuran massa jaringan dengan ukuran : berat badan, tebal lemak bawah kulit, lingkar lengan atas, berat jenis. Ukuran massa jaringan ini sifatnya sensitif, cepat berubah, mudah naik turun dan menggambarkan keadaan sekarang.

b. Untuk ukuran linear : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linear sifatnya spesifik, perubahannya relatif lambat, ukuran tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu.

Beberapa indeks antropometri dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi seseorang :

2.8.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

(33)

sifat-sifat inilah maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi, dan karena sifat berta badan yang labil, maka indek BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat kini (current nutritional status). Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu mendapat perhatian.

Kelebihan indeks BB/U yaitu :

a. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, b. Sensitif untuk melihat perubahan satatus gizi jangka pendek dan dapat

mendeteksi kegemukan (overweight), c. Berat badan dapat berfluktuasi. Kelemahan indeks BB/U yaitu :

a. Dapat mengakibatkan interpensi status gizi yang keliru bila terdapat endema maupun asites,

b. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk kalompok anak dibawah usia lima tahun (balita). Ketepatan umur untuk kelompok umur ini masih merupakan masalah bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia,

c. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

(34)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan yang skletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama (Arnita, 2007).

Berdasarkan sifat ini indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks TB/U disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi pada masa lalu, juga erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi. Oleh karena itu indeks TB/U sering digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat (Arnita, 2007).

2.8.3Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (TB/TB)

Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan percepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi saat kini, terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh, oleh karena itu indeks BB/TB disebut pula indikator yang independen terhadap umur. Karena indeks BB/TB dapat memberikan gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, maka dalam penggunaannya, indeks ini merupakan indikator kekurusan. Seperti halnya dengan indeks BB/TB memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan, terutama bila digunakan untuk pengukuran anak balita (Arnita, 2007).

(35)

a. Tidak memerlukan data umur

b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus) Kelemahan penggunaan indeks BB/TB yaitu :

a. Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan, atau kelebihan tinggi badan, karena faktor umur tidak diperhatikan dalam hal ini

b. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok anak balita

c. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan angka hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non profesional

d. Membutuhkan dua macam alat ukur e. Pengukuran relatif lebih lama

Untuk memperoleh gambaran status gizi KEP masa kini maupun masa lampau, WHO merumuskan penggunaan gabungan beberapa indeks antropometri yaitu : BB/U, TB/U, dan BB/TB standar yang digunakan adalah NCHS (National Center for Health Statistics, USA). Distribusi data berat badan,tinggi badan dan berat

badan menurut tinggi badan yang dipublikasikan WHO meliputi data anak umur 0 sampai 18 tahun. Data baku rujukan WHO-NCHS disajikan dalam dua versi yaitu persentil (Percentile) dan skor simpangan baku (Standart deviation Score = Z- Score).

(36)
[image:36.612.120.590.84.284.2]

Gambar 2.1 Alur penelitian kesesuaian uji Wilcoxon dan uji Walsh studi kasus pada data berat badan sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan pada BATITA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang periode Oktober- Desember tahun 2009

Uji Wilcoxon

Uji Walsh Data Berat badan

BATITA (12-36 bulan)

Hasil dengan beda

Hasil dengan beda

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat penelitian explanatory survey dengan pendekatan cross-sectional yaitu untuk membandingkan hasil analisis uji Wilcoxon dan uji Walsh

terhadap data berat badan BATITA di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelititan Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah data berat badan seluruh bayi berusia 12-36 bulan yang mendapatkan makanan tambahan sebagai salah satu program bagian gizi Puskesmas Bandar Kalipah sebanyak 29 bayi.

3.3.2 Sampel

(38)

memenuhi kriteria kedua uji dan juga didasarkan pada besar sampel maksimal yang dapat diterapkan dalam uji Walsh (Djarwanto, 1996).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang didapatkan dari catatan tumbuh kembang bayi selama pelaksanaan program pemberian makanan tambahan di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Kesesuaian uji adalah suatu cara yang digunakan untuk melihat kesesuaian antara uji yang satu terhadap uji yang lainnya.

Uji Wilcoxon adalah metode analisis nonparametrik yang digunakan dalam analisis data untuk menguji perbedaan suatu perlakuan pada sampel berpasangan. Pada prinsipnya adalah untuk menguji perbedaan median dua populasi berdasarkan median dua sampel berpasangan.

Uji Walsh adalah metode analisis nonparametrik yang pada umumnya digunakan untuk menguji perbedaan suatu perlakuan pada sampel berpasangan. Pada prinsipnya untuk menguji perbedaan rata-rata dua populasi berdasarkan rata-rata dua sampel berpasangan.

(39)

Makanan tambahan adalah makanan selingan atau makanan lengkap (porsi) kecil, mempergunakan bahan makanan setempat dan diperkaya protein nabati/hewani, mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak, dan dikemas dengan baik, aman memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan. Makanan tambahan yang diberikan selama program puskesmas ini berjalan umumnya berupa bubur kacang hijau dan biskuit MP-ASI merk SUN.

Berat badan adalah gambaran jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang manusia yang diketahui melalui pengukuran seperti penimbangan berat badan (Supariasa, 2002).

3.6 Aspek Pengukuran

Pada masing-masing uji Wilcoxon dan uji Walsh akan dilakukan pengujian data dengan dengan besar sampel 15 dengan tingkat signifikasi (α) yang berbeda yaitu masing-masing dengan α (0.01), (0.02) dan (0.05) . Dari hasil pengujian tersebut dilihat pada α yang mana kedua uji akan menghasilkan keputusan yang sama atau

berbeda untuk melihat kesesuaian kedua uji tersebut.

Aspek pengukuran terhadap data berat badan bayi adalah dengan menggunakan timbangan gantung untuk balita merk Dacin dengan kapasitas 25 Kg buatan PT. Indodacin Presisi Utama Indonesia. Berat badan bayi ditimbang setiap bulan pada kegiatan Posyadu Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang selama masa program pemberian makanan tambahan yaitu bulan Oktober s/d Desember 2009.

(40)

Dari data yang berat badan bayi yang telah dikumpulkan dilakukan uji statistik Wilcoxon dan Walsh untuk memperoleh hasil analisis data dari dua uji tersebut serta

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Bandar Khalifah

Puskesmas Bandar Khalifah terletak di Jalan Bustamam Pasar X Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupten Deli Serdang. Luas wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah adalah 9.510 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka

- Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Pantai Labu

[image:41.612.113.562.464.617.2]

- Sebelah Barat berbatas dengan Labuhan Deli dan Kota Medan - Sebelah Selatan berbatas dengan Kota Medan

Tabel 4.1. Luas Wilayah Desa dan Jumlah Dusun di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No. Desa Luas Wilayah (km2) Jumlah Dusun

1 Bandar Khalipah 833 17

2 Bandar Klippa 1.848 20

3 Sambirejo Timur 416 11

4 Sei Rotan 516 13

5 Laut Dendang 1.700 9

6 Bandar Setia 3.600 10

7 Kolam 597 13

Jumlah 9.510 93

Sumber : Profil Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

(42)

93 dusun dengan sebaran dusun terbanyak yaitu di Desa Bandar Klippa dengan 20 dusun dan yang paling sedikit yaitu di Desa Laut dendang dengan 9 dusun.

[image:42.612.105.538.251.414.2]

4.2 Gambaran Penduduk

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No

Desa Jumlah

Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-rata jiwa/rumah Tangga Kepadatan Penduduk/ km2 1 Bandar Khalipah 35.304 7.006 5,04 42,38

2 Bandar Klippa 29.080 7.270 4,00 15,74 3 Sambirejo Timur 18.644 4.412 4,23 44,82

4 Sei Rotan 22.649 5.505 4,11 43,89

5 Laut Dendang 13.163 2.850 4,62 7,74

6 Bandar Setia 17.425 3.478 5,01 4,84

7 Kolam 14.825 3.093 4,79 24,83

Jumlah 151.090 33.614 4,49 15,89

Sumber : Profil Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

(43)
[image:43.612.117.532.139.344.2]

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No. Kelompok

Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

1 < 1 1.707 1.806 3.513

2 1-4 6.517 5.798 12.315

3 5-14 19.220 21.332 40.552

4 15-44 30.015 31.525 61.540

5 45-64 14.168 11.500 25.668

6 > 65 3.846 2.756 6.602

Jumlah 75.473 75.617 151.090

Sumber : Profil Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

(44)
[image:44.612.123.546.141.287.2]

Tabel 4.4. Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No. Desa Lahir Hidup Lahir Mati Lahir Hidup +

Lahir Mati

1 Bandar Khalipah 637 - 637

2 BandarKlippa 657 - 657

3 Sambirejo Timur 440 1 441

4 Sei Rotan 427 - 427

5 Laut Dendang 304 1 305

6 Bandar Setia 325 - 325

7 Kolam 300 1 301

Jumlah 3.090 3 3.093

Sumber: Profil PuskesmasBandar Khalipah Tahun 2009

[image:44.612.82.555.469.698.2]

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi dan balita lahir mati sebanyak 3 orang yang masing-masing terdapat di Desa Sambirejo Timur, Laut Dendang, dan Kolam.

Tabel 4.5. Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No Desa

Status Gizi Balita

Jlh Ditim bang % Ditim bang BB Naik % BB Naik BG M % BG M Gizi Bur uk % Gizi Buru k 1 Bandar

Khalipah

1.355 875 64,58 475 54,29 1 0,11 1 0,11 2 Bandar Klippa 2.613 1.093 41,83 582 53,25 - - - - 3 Sambirejo

Timur

2.144 1.798 83,86 1.581 87,93 - - - - 4 Sei Rotan 3.007 1.078 35,85 726 67,35 - - - - 5 Laut Dendang 1.150 772 67,13 583 75,52 - - - - 6 Bandar Setia 1.490 1.308 87,79 1.102 84,25 - - - - 7 Kolam 1.180 770 65,25 527 68,44 - - - -

Jumlah 12.93

9

(45)

Sumber: Profil Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat satu kasus gizi buruk yaitu di Desa Bandar Khalipah tahun 2009.

[image:45.612.108.508.251.365.2]

4.3 Karakteristik Responden

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 10 34,5

2. Perempuan 19 65,5

Jumlah 29 100

Dari tabel di atas, jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan dengan jumlah 19 orang (65,5%).

Tabel 4.7 Distribusi Perbedaan Berat Badan Responden dari Awal Sampai Akhir Program PMT di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No

Jenis

Kelamin Umur(BLN) BB bln I (Kg) BB bln II (Kg) BB bln III (Kg)

1 L 28 8.7 9 9.6

2 P 36 8 8.8 8.9

3 L 31 12 12.3 12.5

4 P 35 8.7 8.8 9.2

5 L 35 9.5 10.8 10.5

6 L 26 8.1 8.5 8.9

7 P 32 10 10.5 10.8

8 P 26 8.6 9.1 9.5

9 L 26 7.9 7.9 8.5

[image:45.612.118.525.530.697.2]
(46)

11 L 29 8.5 9 9.5

12 P 30 6 6.5 7

13 P 26 8 8.3 8.5

14 P 30 7 7.5 7.7

15 L 27 7.3 7.6 8

16 P 26 8.1 8.5 9

17 P 28 6.7 6.8 6.7

18 P 26 5.1 5.5 6

19 L 32 7.6 7.7 7.9

20 L 28 7.3 7.8 8

21 P 26 8.5 8.9 9.1

22 P 30 6.5 6.6 7

23 P 32 8.9 9.2 9.6

24 P 34 8.7 9.3 9.1

25 P 29 8 8 8

26 P 28 9.1 9.5 9.7

27 L 29 6.2 6.4 6.5

28 P 26 7.7 7.7 7.7

29 P 26 9.5 9.5 10

Penjelasan singkat…. 4.4 Hasil Analisis

4.3.1 Uji Ranking Bertanda Wilcoxon

[image:46.612.116.526.82.372.2]

Dalam uji ranking bertanda Wilcoxon data diolah secara manual dengan menggunakan satu sampel yaitu 15 yang diambil secara acak dan dengan tingkat signifikasi yang berbeda yaitu masing-masing dengan α (0.01), (0.02) dan (0.05).

Tabel 4.8 Komputasi Nilai T dari Uji Wilcoxon Pada Data BATITA Sebelum dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No BB Awal BB Akhir d(beda skor) Ranking Jenjang d + d -

1 8.1 8.9 -0.8 10 11 11

(47)

3 8.9 9.6 -0.7 6 7,5 7,5

4 10 10.8 -0.8 11 11 11

5 7.3 8 -0.7 7 7,5 7,5

6 9.1 9.7 -0.6 3 4 4

7 8.5 9.1 -0.6 4 4 4

8 8.6 9.5 -0.9 14 13,5 13,5

9 7.9 8.5 -0.6 5 4 4

10 8.7 9.1 -0.4 2 2 2

11 7.7 8.5 -0.8 12 11 11

12 7.3 8 -0.7 8 7,5 7,5

13 7 7.7 -0.7 9 7,5 7,5

14 8 8 0 1 1 1

15 8.5 9.5 -1 15 15 15

Perbaiki table ne..

Proses pengujiannya dilakukan sebagai berikut : 1. Formulasi H0 dan H1 :

H0 : tidak terdapat perbedaan median pertambahan berat badan BATITA sebelum

dan sesudah pemberian makanan tambahan.

H1 : terdapat perbedaan berat badan BATITA antara sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan. 2. Taraf signifikasi dan besar sampel :

Taraf signifikasi yang akan digunakan masing-masing adalah (0,01), (0,02) dan (0,05) dan besar sampel adalah 14. Sampel ini didapat karena perbedaan (d) yang bernilai 0 (apabila ada) diabaikan, dan banyak data (n) dikurangi sebanyak d yang bernilai 0.

3. Kriteria pengujian :

(48)

T > T table maka H0 diterima

T yang digunakan adalah jumlah jenjang (T) yang lebih kecil.

a. Untuk α = 0,01

Dari tabel 4.8 diperoleh jumlah jenjang bertanda + = 120 dan jumlah jenjang bertanda - = 0. Jadi jumlah T = 0 adalah jumlah jenjang yang lebih kecil. Dari tabel nilai kritis T untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon untuk n = 14 dan α = 0,01 pengujian satu arah didapat bahwa T0,01 = 13.

Oleh karena T(0) < T(0,01) maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa terdapat

perbedaan berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan , dalam hal ini berat badan BATITA lebih besar dibandingkan setelah pemberian makanan tambahan.

b. Untuk α = 0,02

Dari tabel 4.8 diperoleh jumlah jenjang bertanda + = 120 dan jumlah jenjang bertanda - = 0. Jadi jumlah T = 0 adalah jumlah jenjang yang lebih kecil. Dari tabel nilai kritis T untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon untuk n = 14 dan α = 0,02 pengujian satu arah didapat bahwa T0,01 = 16.

Oleh karena T(0) < T(0,02) maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa terdapat

(49)

c. Untuk α = 0,05

Dari tabel 4.8 diperoleh jumlah jenjang bertanda + = 120 dan jumlah jenjang bertanda - = 0. Jadi jumlah T = 0 adalah jumlah jenjang yang lebih kecil. Dari tabel nilai kritis T untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon untuk n = 14 dan α = 0,05 pengujian satu arah didapat bahwa T0,05 = 21.

Oleh karena T(0) < T(0,05) maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa terdapat

perbedaan berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan , dalam hal ini berat badan BATITA lebih besar dibandingkan setelah pemberian makanan tambahan.

[image:49.612.160.479.446.710.2]

4.3.2 Uji Walsh

Tabel 4.9 Komputasi Harga Uji Walsh Terhadap Data Berat Badan BATITA Sebelum dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

No BB Awal BB Akhir d(beda skor) Ranking di

1 8.1 8.9 -0.8 4

2 8 8.9 -0.9 2

3 8.9 9.6 -0.7 7

4 10 10.8 -0.8 5

5 7.3 8 -0.7 8

6 9.1 9.7 -0.6 11

7 8.5 9.1 -0.6 12

8 8.6 9.5 -0.9 3

9 7.9 8.5 -0.6 13

10 8.7 9.1 -0.4 14

11 7.7 8.5 -0.8 6

(50)

13 7 7.7 -0.7 10

14 8 8 0 15

15 8.5 9.5 -1 1

Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut : 1. Formulasi hipotesis :

a. H0 : tidak terdapat perbedaan pertambahan berat badan BATITA sebelum

dan sesudah pemberian makanan tambahan (µ1 = µ2).

b. H1 : terdapat perbedaan berat badan BATITA antara sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan (µ1 < 0).

2. Taraf signifikasi dan besar sampel :

Taraf signifikasi yang akan digunakan masing-masing adalah (0,01), (0,02) dan (0,05) dan besar sampel adalah 15.

3. Kriteria pengujian :

Oleh karena H1 adalah µ1 < 0 maka H0 akan ditolak jika ada diantara

harga-harga yang dicantumkan dalam kolom sebelah kiri dari tabel nilai kritis untuk uji Walsh itu, untuk n = 15 ternyata terjadi.

a. Untuk α = 0,01

Dari tabel nilai kritis untuk uji Walsh ditunjukkan bahwa untuk n = 15 pengujian satu sisi bagi H1 bahwa µ1< 0 dengan α 0,01 :

(51)

Kata “maximum” berarti kita harus memilih yang lebih besar diantara dua nilai tersebut. Jika 1/2 (d6 + d15) atau (1/2 (d10 + d11) dipilih mana yang lebih besar

ternyata lebih kecil dari nol maka H0 diolak pada taraf signifikasi 0,01.

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa d6 = -0,08 dan d15 = 0 dan d10 = -0,7 dan d11 = -0,6

Maka didapat :

Minimum [ ½ (-0,8) + (0), ½ (-0,7) + (-0,6) ] = Minimum [ ½ (-0,8), ½ (-1,3) ] = -0,65

Dari hasil tersebut didapat bahwa nilai minimum telah memenuhi syarat untuk menerima H1 sehingga H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan

BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan.

b. Untuk α = 0,02

Dari tabel nilai kritis untuk uji Walsh ditunjukkan bahwa untuk n = 15 pengujian satu sisi bagi H1 bahwa µ1< 0 dengan α 0,02 (terdekat adalah 0,023) :

Maximum [ ½ (d5 + d15), ½ (d6 + d14) < 0 ]

Kata “maximum” berarti kita harus memilih yang lebih besar diantara dua nilai tersebut. Jika 1/2 (d6 + d15) atau (1/2 (d6 + d14) dipilih mana yang lebih besar

ternyata lebih kecil dari nol maka H0 diolak pada taraf signifikasi 0,023.

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa d5 = -0,08 dan d15 = 0 dan d6 = -0,8 dan d14 = -0,4

Maka didapat :

(52)

Dari hasil tersebut didapat bahwa nilai minimum telah memenuhi syarat untuk menerima H1 sehingga H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan

BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan.

c. Untuk α = 0,05

Dari tabel nilai kritis untuk uji Walsh ditunjukkan bahwa untuk n = 15 pengujian satu sisi bagi H1 bahwa µ1< 0 dengan α 0,05 (terdekat adalah 0,047) :

Maximum [ ½ (d4 + d15), ½ (d5 + d14) < 0 ]

Kata “maximum” berarti kita harus memilih yang lebih besar diantara dua nilai tersebut. Jika 1/2 (d4 + d15) atau (1/2 (d5 + d14) dipilih mana yang lebih besar

ternyata lebih kecil dari nol maka H0 diolak pada taraf signifikasi 0,047.

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa d4 = -0,08 dan d15 = 0 dan d5 = -0,8 dan d14 = -0,4

Maka didapat :

Minimum [ ½ (-0,8) + (0), ½ (-0,8) + (-0,4) ] = Minimum [ ½ (-0,8), ½ (-1,2) ] = -0,6

Dari hasil tersebut didapat bahwa nilai minimum telah memenuhi syarat untuk menerima H1 sehingga H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan

(53)

4.4 Perbandingan Hasil Analisis Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon Dengan Uji

Walsh

[image:53.612.107.534.357.532.2]

Perbandingan hasil uji Wilcoxon dan uji Walsh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Analisis Uji Jenjang BertandaWilcoxon DenganUji Walsh Pada Data Berat Badan BATITA di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009

N

Wilcoxon

Satu sisi

Walsh

Satu sisi

15 15

α 0,01 0,02 0,05 0,010 0,023 0,047

H0 Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak

(54)

BAB V PAMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap uji jenjang bertandaWilcoxon dan uji Walsh dengan menggunakan data berat badan BATITA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang tahun 2009 dapat dilihat sebagai berikut :

5.1 Uji Ranking Bertanda Wilcoxon

Uji ranking bertanda Wilcoxon adalah metode analisis nonparametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan suatu perlakuan pada sampel berpasangan. Dalam analisis uji ini setiap pasangan diambil selisihnya (d) dan kemudian selisih masing-masing pasangan dirankingkan dari yang terkecil tanpa memperhatikan tanda positif atau negatif terlebih dahulu. Ranking 1 diberikan untuk harga mutlak (di)

terkecil dan ranking terbesar diberikan untuk harga mutlak (di) terbesar. Jika ada

selisih pasangan (di) yang sama maka jumlah ranking selisih yang sama tersebut

diberi nilai rata-rata.

(55)

Harga uji statistik untuk T adalah jika:

Tterkecil < Tα maka H0 ditolak

Tterkecil ≥ Tα maka H0 diterima

Jika ditemukan nilai di = 0 (dua skor dalam pasangan mempunyai nilai yang

sama maka selisihnya = 0), maka pasangan ini digugurkan dari analisis sehingga n (besar sampel atau banyaknya pasangan) yang ada dikurangi banyaknya pasangan dengan di = 0.

Dalam penelitian ini diambil sampel sebesar 15 dari 29 data yang ada dan diolah secara manual dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : tidak terdapat perbedaan pertambahan berat badan BATITA sebelum dan

sesudah pemberian makanan tambahan.

H1 : terdapat perbedaan berat badan BATITA antara sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan. Hasil dari pengolahan data menghasilkan : a. Untuk taraf signifikasi (α) 0,01 :

Dari hasil selisih data ditemukan satu pasangan yang memiliki d = 0 dan harus dieliminasi sehingga besar n menjadi 14. Didapati T terkecil adalah 0 dan T0,01 =

13. Oleh karena T(0) < T(0,01) maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa terdapat

perbedaan berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan , dalam hal ini berat badan BATITA lebih besar dibandingkan setelah pemberian makanan tambahan.

(56)

Dari hasil pengolahan data didapat jumlah T terkecil adalah 0 dan T0,02 = 16 untuk

n = 14. Oleh karena T(0) < T(0,02) maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa terdapat

perbedaan berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan , dalam hal ini berat badan BATITA lebih besar dibandingkan setelah pemberian makanan tambahan.

c. Untuk taraf signifikasi (α) 0,05 :

Dari hasil pengolahan data didapat jumlah T terkecil adalah 0 dan T0,05 = 21 untuk

n = 14. Oleh karena T(0) < T(0,05) maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa terdapat

perbedaan berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan , dalam hal ini berat badan BATITA lebih besar dibandingkan setelah pemberian makanan tambahan.

Dari hasil analisis di atas menunjukkan terjadi penolakan terhadap H0 pada

setiap signifikasi dengan besar sampel 14. Hal ini berarti terdapat perubahan berat badan BATITA yang signifikan setelah pemberian makanan tambahan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2009.

5.2 Uji Walsh

Uji Walsh adalah metode analisis nonparametrik yang pada umumnya digunakan untuk menguji perbedaan suatu perlakuan pada sampel berpasangan. Dalam analisis ini setiap pasangan diambil selisihnya (d) yang kemudian diurutkan berdasarkan besarnya mulai dari yang terkecil. Dimulai dengan d1 = skor beda yang

terendah (mungkin negatif), d2 = skor beda kedua dari yang terendah, dan seterusnya.

(57)

menerima H0 maka digunakan tabel nilai kritis uji Walsh dengan memasukkan harga-harga d yang telah mendapat urutan.

Dalam penelitian ini digunakan sampel sebesar 15 dari 29 sampel yang tersedia karena uji ini hanya dapat digunakan pada besar sampel tidak lebih dari 15 sampel. Hipotesisnya adalah :

H0 : tidak terdapat perbedaan pertambahan berat badan BATITA sebelum dan

sesudah pemberian makanan tambahan (µ1 = µ2).

H1 : terdapat perbedaan berat badan BATITA antara sebelum dan sesudah

pemberian makanan tambahan (µ1 < 0).

Hasil dari pengolahan data menghasilkan : a. Untuk taraf signifikasi (α) 0,01 :

Pada pengujian satu sisi dengan besar sampel 15 maka didapat formula dari tabel nilai kritis uji Walsh sebagai berikut :

Maximum [ ½ (d6 + d15), ½ (d10 + d11) < 0 ]

Dengan memasukkan masing-masing nilai di ke dalam formula, maka didapat

bahwa uji memenuhi syarat untuk menerima H1 (µ1 < 0) yaitu nilai max = -0,6

sehingga H0 ditolak (-0,6 < 0 ).

Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan.

(58)

Pada pengujian satu sisi dengan besar sampel 15 maka didapat formula dari tabel nilai kritis uji Walsh yang dalam taraf signifikasi ini mengambil α yang terdekat dengan 0,02 yang ada pada tabel yaitu 0,023 yaitu :

Maximum [ ½ (d5 + d15), ½ (d6 + d14) < 0 ]

Dengan memasukkan masing-masing nilai di ke dalam formula, maka didapat

bahwa uji memenuhi syarat untuk menerima H1 (µ1 < 0) yaitu nilai max = -0,6

sehingga H0 ditolak (-0,6 < 0 ).

Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan.

c. Untuk taraf signifikasi (α) 0,05 :

Pada pengujian satu sisi dengan besar sampel 15 maka didapat formula dari tabel nilai kritis uji Walsh yang dalam taraf signifikasi ini mengambil α yang terdekat dengan 0,05 yang ada pada tabel yaitu 0,047 yaitu :

Maximum [ ½ (d4 + d15), ½ (d5 + d14) < 0 ]

Dengan memasukkan masing-masing nilai di ke dalam formula, maka didapat

bahwa uji memenuhi syarat untuk menerima H1 (µ1 < 0) yaitu nilai max = -0,4

sehingga H0 ditolak (-0,4< 0 ).

Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan.

5.3 Perbandingan Hasil Analisis Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon Dengan Uji

(59)

Berdasarkan hasil uji jenjang bertanda Wilcoxon menunjukkan bahwa pada besar sampel 14 masing-masing tingakat signifikasi menolak H0 sehingga disimpulkan pada data berat badan BATITA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2009 mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Demikian halnya juga pada hasil uji statistik Walsh menunjukkan pada besar sampel 15 menolak H0 pada setiap taraf signifikasi yang berbeda dengan jumlah sampel 15 sehingga disimpulkan terdapat perbedaan berat badan BATITA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2009 yang cukup signifikan.

(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada uji Wilcoxon dengan taraf signifikasi 0,01 dengan besar sampel 14 menunjukkan bahwa nilai T terkecil (jumlah ranking di) lebih kecil = 0 dan nilai

T pada tabel nilai kritis untuk uji ranking bertanda Wilcoxon yaitu T0,01 = 13 maka

T < T0,01 sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2009.

2. Pada uji Wilcoxon dengan taraf signifikasi 0,02 dengan besar sampel 14 menunjukkan bahwa nilai T terkecil (jumlah ranking di) lebih kecil = 0 dan nilai

T pada tabel nilai kritis untuk uji ranking bertanda Wilcoxon yaitu T0,02 = 16 maka

T < T0,02 sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2009.

3. Pada uji Wilcoxon dengan taraf signifikasi 0,05 dengan besar sampel 14 menunjukkan bahwa nilai T terkecil (jumlah ranking di) lebih kecil = 0 dan nilai

T pada tabel nilai kritis untuk uji ranking bertanda Wilcoxon yaitu T0,05 = 21 maka

T < T0,05 sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

(61)

4. Pada uji Walsh dengan taraf signifikasi 0,01 dengan besar sampel 15 menunjukkan bahwa uji memenuhi syarat untuk menerima H1 (µ1 < 0) yaitu nilai

max = -0,6 sehingga H0 ditolak (-0,6 < 0 ) dan dapat disimpulakan bahwa berat

badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2009.

5. Pada uji Walsh dengan taraf signifikasi 0,023 dengan besar sampel 15 menunjukkan bahwa uji memenuhi syarat untuk menerima H1 (µ1 < 0) yaitu nilai

max = -0,6 sehingga H0 ditolak (-0,6 < 0 ) dan dapat disimpulakan bahwa berat

badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2009.

6. Pada uji Walsh dengan taraf signifikasi 0,047 dengan besar sampel 15 menunjukkan bahwa uji memenuhi syarat untuk menerima H1 (µ1 < 0) yaitu nilai

max = -0,4 sehingga H0 ditolak (-0,6 < 0 ) dan dapat disimpulakan bahwa berat

badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah tahun 2009.

7. Hasil uji statistik Wilcoxon dan uji statistik Walsh menunjukkan keputusan terhadap H0 yang konsisten pada masing-masing taraf signifikasi (α) yang

(62)

6.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan data yang sama sebaiknya menggunakan uji Wilcoxon karena lebih mudah dalam menganalisis data.

2. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan atau melakukan penelitian yang sama hendaknya menggunakan data yang lebih variatif.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Arnita, G. 2007. Pola Penyapihan, Pola Pemberian Makanan Tambahan dan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan di Desa Serapuh Asli Kec. Tanjung Pura Kab. Langkat Tahun 2007. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI Lokal, Jakarta

Depkes RI. 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), Jakarta

Djarwanto PS. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian, Penerbit Liberty, 2001 Jakarta

Lenny S. 2003. Uji Komparasi Kai Kuadrat dan Mann-Whitney U Dengan Menggunakan Data Tentang Perilaku Penderita TB Paru di Kabupaten Merangin Tahun 2003. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Moehji S. 1992. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita, Penerbit Bhratara Niaga Media, Jakarta

Murti B. 1996. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-ilmu Kesehatan, PT Gramedia, Jakarta

Sastroasmoro S, Sofyan I, 2008. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis, Penerbit Binarupa, Jakarta

Sunita, A. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gambar

Gambar 2.1 Alur penelitian kesesuaian uji Wilcoxon dan uji Walsh studi kasus pada data berat badan sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan pada BATITA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang periode Oktober- Desember tahun 2009
Tabel 4.1. Luas Wilayah Desa dan Jumlah Dusun di Wilayah Kerja Puskesmas
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Wilayah Kerja
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur di
+6

Referensi

Dokumen terkait