• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP SWASTA ISLAM PROYEK UISU SIANTAR T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP SWASTA ISLAM PROYEK UISU SIANTAR T.A 2015/2016."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUANPEMECAHANMASALAHMATEMATIKA

PADASUBPOKOKBAHASANKUBUSDANBALOK DI KELASVIIISMPSWASTAISLAMPROYEK

U I S U S I A N T A R T . A 2 0 1 5 / 2 0 1 6

Oleh : Risma NIM. 4121111024

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PE NGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Metakognitif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Sub Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar T.A 2015/2016”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam– dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.

5. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

(4)

v

7. Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

8. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, dan Bapak W. L. Sihombing, M.Pd sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.

10. Bapak Muhammad Ayub, S.PdI, sebagai Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar.

11. Ibu Yusliana, S.Pd, sebagai guru bidang studi matematika di SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar dan siswa kelas VIII-A dan VIII-B atas kerjasama dan kesediannya dalam membantu penulisan ini.

12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Tukidi dan Ibunda Darnawati Gultom untuk setiap tetes keringat dan air mata, untuk kasih sayang yang tak pernah berkurang, untuk harapan yang tak pernah pudar, do’a yang tak henti, yang selalu membanggakan tak peduli berapa kali mengecewakan, dan terima kasih untuk perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini.

13. Kakakku tersayang Desi Mawati, S.Pd, Netti Marini, M.Pd, dan Mysiah Nuriyani, S.Pd abangku terkasih Hendrik Parulian dan adikku tercantik Novya Afryanty untuk dukungan, perhatian juga sayang yang begitu besar, dan juga terima kasih untuk pelajaran hidup yang begitu berharga.

14. Penghuni Kos Gang Delima 12-B, Kakak kosku terheboh Wulan Agustini, S.Pd, Kakak kosku tercerewet Sri Winda H Damanik, S.Pd, Kakak kosku terbaik Debby Puspita Siregar, S.Pd, Putri Liani Pasaribu sahabat seperjuangan dari SMA, adik kosku terlembut Indah sari.

(5)

vi

tercipta, untuk kegilaan yang sulit dilupakan, dan untuk kebersamaan yang tak pernah menyatu.

16. Khusus kepada sahabat-sahabat tercinta, terkasih, tersayang, tercantik, terbaik Tia Mariani alias Tehek, Dewi Anggraini alias Ewik, dan Inggri Adriyati Tarihoran alias Inge yang dipertemukan untuk berjuang bersama-sama, yang tak pernah lelah untuk saling berbagi, menolong, memberi dukungan dan memberi kasih sayang yang tak ada hentinya.

17. Teman-teman PPLT SMK YPT Pangkalan Berandan 2015, terkhusus kepada Achmad Fauzi Hasibuan, Muammar Syahputera, dan Rabiatul Adawiyah, yang pernah menjadi bagian cerita indah dalam hidup penulis, yang tak henti-hentinya memberi doa dan dukungan, yang tak pernah lelah melewati susah, duka dan bahagia bersama.

18. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita dan membekaskan kenangan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan dirahmati oleh Allah SWT. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis,

Risma

(6)

iii

PENGARUH PENDEKATAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUANPEMECAHANMASALAHMATEMATIKA

PADASUBPOKOKBAHASANKUBUSDANBALOK DI KELASVIIISMPSWASTAISLAMPROYEK

U I S U S I A N T A R T . A 2 0 1 5 / 2 0 1 6 Risma (4121111024)

ABSTRAK

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 9

1.3 Batasan Masalah 9

1.4 Rumusan Masalah 10

1.5 Tujuan Penelitian 10

1.6 Manfaat Penelitian 11

1.7 Definisi Operasional 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1 Kerangka Teoritis 12

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika 12

2.1.1.1 Pengertian Belajar 12

2.1.1.2 Pembelajaran Matematika 14

2.1.2 Masalah dalam Matematika 16

2.1.3 Pemecahan Masalah Matematika 18 2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 19

2.1.5 Pendekatan Metakognitif 22

(8)

viii

2.1.5.2 Pengertian Metakognitif 23 2.1.5.3 Pendekatan Metakognitif 25 2.1.6 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif 26 2.1.7 Proses Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Metakognitif 30

2.1.8 Keunggulan dan Kelemahan Metakognitif 31 2.1.9 Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran dangan

Pendekatan Metakognitif 32

2.1.10 Materi Kubus dan Balok 35

2.1.11 Definisi-Definisi pada Pembelajaran Konsep Geometri 41

2.2 Penelitian yang Relevan 42

2.3 Kerangka Berikir 43

2.3 Hipotesis Penelitian 44

BAB III METODE PENELITIAN 45

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 45

3.1.1 Lokasi Penelitian 45

3.1.2 Waktu Penelitian 45

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 45

3.2.1 Populasi Penelitian 45

3.2.2 Sampel Penelitian 46

3.3 Variabel Penelitian 46

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 46

3.5 Prosedur Penelitian 47

3.6 Instrumen Pengumpul Data 48

3.7 Teknik Analisis Data 48

3.7.1 Uji Normalitas 49

3.7.2 Uji Homogenitas 51

(9)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 54 4.1.1 Deskripsi Hasil Tes PAM Kelas Eksperimen & Kelas Kontrol 54 4.1.2 Deskripsi Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 56

4.2 Analisis Data 57

4.2.1 Uji Normalitas Data 57

4.2.2 Uji Homogenitas Data 58

4.2.3 Uji Hipotesis 58

4.3 Deskripsi Hasil Angket 60

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 61

4.5 Level Metakognisi Siswa 64

4.6 Proses Jawaban Siswa berdasarkan Level Metakognisi 66 4.6.1 Proses Jawaban Siswa Level Aware Use 66 4.6.2 Proses Jawaban Siswa Level Strategic Use 69 4.6.3 Proses Jawaban Siswa Level Reflectiv Use 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 77

5.1 Kesimpulan 77

5.2 Saran 78

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan berperan dalam menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan, seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan menuju kepada keberhasilan.Menurut Buchori (dalam Trianto,2009:5) mengemukakan bahwa: “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuai profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.”

Pendidikan memegang peranan yang paling penting untuk kemajuan dan perkembangan berkualitas suatu bangsa, karena dengan pendidikan manusia dapat memaksimalkan kemampuan maupun potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) (dalam Subroto, 2010:130) yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pentingnya pendidikan juga tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 No.20 tahun 2003 (dalam Subroto, 2010:133) yang menyebutkan bahwa:

(11)

2

mencerdasarkan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan kualitas pendidikan. Banyaknya permasalahan pendidikan yang diungkap di berbagai media menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pendidikan yang belum dapat dicari pemecahannya. Salah satunya berkaitan erat dengan pendidikan matematika.

Menurut Paling (dalam Abdurrahman, 2012:203) mengemukakan bahwa: Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunkan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Oleh karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap anak didik sejak SD bahkan sejak TK. Hal ini dimaksudkan untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerja sama.

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.Menurut Cockrof (dalam Abdurrahman, 2012:204) mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

(12)

3

Secara lebih terinci, tujuan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika (dalam Ekawati, 2011) sebagai berikut:

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Berbagai alasan dan tujuan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Liebeck dalam Abdurrahman (2012:204) “Ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner dalam Abdurrahman (2012:204) mengemukakan bahwa “Kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen : (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.

(13)

4

Pemecahan masalah adalah aplikasi dan konsep keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam situasi baru atau situasi yang berbeda. Sebagai contoh, pada saat siswa diminta untuk mengukur luas selebar papan, beberapa konsep ikut terlibat. Beberapa konsep yang terlibat dalam bujur sangkar, garis sejajar dan sisi, dan beberapa keterampilan yang terlibat adalah keterampilan mengukur, menjumlahkan, dan mengalikan.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang. Mereka hanya menggunakan sebagian kecil saja dari potensi atau kemampuan berpikirnya. Trianto (2009:90) menyatakan bahwa “Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru”.

Selain itu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut adalah sebagian siswa masih menganggap bahwa matematika itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga siswa cenderung tidak ingin mencoba untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan soal. Bahkan ada siswa beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang paling menakutkan dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Abdurrahman (2012:252) menjelaskan “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa baik yang berkesulitan belajar maupun bagi yang tidak berkesulitan belajar”.

(14)

5

menganggap matematika sebagai momok yang menakutkan. Guru selalu menuntut siswa untuk belajar tetapi malah jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arends (dalam Trianto, 2009:90) bahwa “Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah”.

Berkenaan dengan pendapat diatas, maka dari itu salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah guru. Sebagaimana Sanjaya (2011:52) menyatakan bahwa:

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Kebanyakan guru mengajar dengan strategi yang kurang sesuai dengan materi yang diajarkan karena masih di dominasi oleh pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional yang dilakukan tidak mampu menolongnya keluar dari masalah karena siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban dalam memecahkan masalah tersebut.

(15)

6

Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

Salah satu tugas guru adalah mengajar dengan baik agar peserta didik yang diajar mendapatkan kualitas belajar yang baik sehingga menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Mengajar bagi guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi tetapi menjadi guru juga harus mampu mengembangkan kemampuan siswa, khususnya kemampuan pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil observasi awal (tanggal 27 Januari 2016) yang dilaksanakan di SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar. Pembelajaran yang digunakan masih menggunakan pola lama (pembelajaran konvensional, konsep dan aturan matematika diberikan dalam bentuk jadi dari guru ke siswa, pemberian contoh-contoh, interaksi satu arah, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab, pemberian tugas di rumah). Peneliti tidak menemukan siswa belajar secara berkelompok. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran adalah mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Siswa sungkan bertanya pada guru dan temannya (khususnya siswa yang lemah) walaupun diberi dorongan dan motivasi. Siswa yang pintar lebih senang bekerja sendiri dan jika mengalami kesulitan langsung bertanya kepada guru tanpa melewati hasil diskusi dalam kelompoknya. Guru melatih siswa mengerjakan soal-soal rutin (menggunakan rumus dan aturan-aturan yang ada dalam materi yang diajarkan). Guru kurang memperhatikan perkembangan belajar siswa, dan sering tidak mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi baru yang sedang diajarkan. Pembelajaran cenderung tidak bermakna bagi siswa yang diindikasikan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

(16)

7

matematika, berikut adalah soal yang diberikan dalam tes diagnostik yang diberikan kepada siswa.

Dimas akan memberi kado ulang tahun untuk Dinda. Agar tampak menarik, kotak kado tersebut dibungkus dengan kertas kado. Agar kertas kado yang diperlukan cukup, Dimas perlu mengetahui berapa luas sisi kotak kado itu. Jika panjangnyan 20 cm, lebarnya 15 cm, dan tinggi 10cm. Hitunglah luas sisi kotak kado tersebut?

[image:16.595.56.550.146.739.2]

Hasil pengerjaan beberapa siswa yang melakukan kesalahan dan level metakognisi dalam menyelesaikan soal uraian di atas, dapat dilihat dari tabel 1.1

Tabel 1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Diagnostik dan Level Metakognisi Siswa

No Hasil Pekerjaan Siswa Kesalahan yang Terlihat

Level Metakognisi

1 - Tidak menuliskan

apa yang ditanya dalam soal

- Tidak memahami apa yang sedang ia cari/tulis

Level 1 Indikatornya :

- Kurang mampu memahami dan merencanakan strategi

penyelesaian masalah

2 - Strategi yang

digunakan benar tetapi mengarah pada jawaban yang salah

- Tidak memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan

Level 2 Indikatornya :

(17)

8

Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan sebagian besar siswa tidak mampu merencanakan penyelesaian masalah. Siswa kurang mampu menghubungkan data yang diketahui dengan data yang ditanyakan. Hal ini berakibat siswa juga tidak mampu menyelesaikan masalah. Dari data ini terlihat jelas bahwa dari aspek merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah dan memeriksa prosedur tingkat penguasaan siswa masih rendah. Dari uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa masih kurang terampil dalam memecahkan masalah matematika, sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.

Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan juga dapat diketahui bahwa sebagian besar level metakognisi siswa masih berada pada level 1 (Tacit Use) dan level 2 (Aware Use). Sebagian siswa masih berada pada tahap kurang mampu memahami dan merencanakan strategi penyelesaian masalah. Masih sedikit siswa yang berada pada tahap cukup mampu memahami, merencanakan strategi penyelesaian masalah dan konsep yang digunakan.Belum ada siswa yang mampu berada pada level metakognisi yang lebih tinggi lagi.

Jika masalah ini dibiarkan terus menerus, maka akan sangat memprihatinkan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran pendekatan metakognitif yang bertujuan membuat proses pembelajaran menjadi efisien, efektif dan menyenangkan yang didasarkan pada struktur kognitif yang dimiliki siswa. Menurut Shraw & Dennison (dalam Usman, 2014:22) menjelaskan “Metakognisi adalah kemampuan seseorang untuk memahami pikirannya, merefleksikan pikirannya, dan mengontrol belajarnya didasarkan pada pemahaman dan refleksi pikiran seseorang”. Adapun yang dimaksud dengan mengontrol adalah kesadaran yang terus menerus untuk melihat proses berpikir dengan mengemukakan pertannyaan-pertanyaan pada diri sendiri.

(18)

9

pemecahan masalah yang menuntut siswa menggunakan struktur kognitifnya secara optimal, sehingga siswa dapat menanyakan pada dirinya apa yang berkaitan dengan materi serta soal-soal, dan memahami dimana letak kelebihan dan kekurangan dirinya dalam menyelesaikan soal-soal tersebut.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pendekatan Metakognitif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Sub Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar T.A 2015/2016”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan siswa SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar dalam menyelesaikan masalah matematika.

2. Siswa SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru. 3. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru di SMP Swasta Islam

Proyek UISU Siantar sehingga menyebabkan siswa lebih cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Guru SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

5. Kurangnya penggunaan pendekatan metakognitif pada proses pembelajaran dalam pemecahan masalah matematika di SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar.

1.3.Batasan Masalah

(19)

10

kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar dan masalah yang akan diteliti dibatasi pada :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar pada materi Kubus dan Balok masih rendah, sehingga menjadi kendala dalam proses pembelajaran matematika.

2. Penggunaan pendekatan metakognitif belum dipahami dan dilaksanakan di SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar. Hal ini dapat dilihat dari kebanyakan guru melakukan proses pembelajaran konvensional yang sejalan dengan pengamatan pada observasi awal.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh pendekatan metakognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada sub pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar?

2. Bagaimana level metakognisi siswa di kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar?

3. Bagaimana proses jawaban siswa ditinjau dari level metakognisi siswa di kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar?

1.5.Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan metakognitif terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada sub pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar.

2. Untuk mengetahui bagaimana level metakognisi siswa di kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar.

(20)

11

1.6.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah: 1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai pendekatan

metakognitif untuk membantu siswa dalam pemecahan masalah matematika.

2. Bagi siswa, melalui pendekatan metakognitif ini dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah matematika.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

1.7.Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Pengaruh adalah suatu akibat dari adanya suatu perlakukan, suatu daya atau kekuatan yang timbul dari seuatu yang diterapkan terhadap suatu hal.

b. Pendekatan metakognitif : pendekatan yang memfokuskan pada pengetahuan tingkat tinggi yang digunakan untuk memonitor dan mengatur proses-proses pengetahuan, seperti penalaran, pemahaman mengatasi masalah, belajar dan sebagainya.

(21)

77 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pendekatan metakognitif dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional berturut-turut adalah 64,37 dan 45,38, sehingga terdapat pengaruh pendekatan metakognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada sub pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta Islam Proyek UISU Siantar. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana t ≠t yaitu 8,865≠ 2,001. Pendekatan metakognitif memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dari lebih baiknya rata-rata nilai tes kemampuan pemecahan masalah di kelas eksperimen dibandingkan dengan rata-rata nilai tes kemampuan pemecahan masalah di kelas kontrol.

2. Level metakognisi siswa dapat digolongkan kedalam tiga level metakognisi dari empat level yang ada. Level metakognisi terendah siswa adalah Aware Use yaitu sebanyak 22,58% siswa. Level metakognisi selanjutnya berada pada level Strategic Use yaitu sebanyak 64,52%. Level terakhir merupakan level metakognisi tertinggi siswa yaitu berada pada level Reflective Use sebanyak 12,90% siswa.

(22)

78

baik dan siswa cukup mampu melakukan evaluasi dengan baik. Siswa yang berada ditingkat level sedang tergolong pada tingkat metakognisi Strategic Use. Siswa dengan tingkat metakognisi Strategic Use mempunyai aktivitas-aktivitas proses jawaban seperti siswa mampu memahami masalah dengan baik, siswa mampu merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan baik, siswa cukup mampu menyadari konsep dan cara hitung yang digunakan dengan baik dan siswa cukup mampu melakukan evaluasi dengan baik. Siswa dengan tingkat metakognisi Reflective Use mempunyai aktivitas-aktivitas proses jawaban seperti siswa mampu memahami masalah dengan baik, siswa mampu merencanakan strategi penyelesaian masalah dengan baik, siswa mampu menyadari konsep dan cara hitung yang digunakan dengan baik dan siswa mampu melakukan evaluasi dengan baik.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru matematika agar menggunakan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dan mampu dengan sendirinya memahami dan mempelajari materi yang diajarkan. 2. Perlu adanya suatu usaha terencana yang dilakukan oleh seorang guru

untuk memberikan soal-soal yang non rutin dan menarik terkait pemecahan masalah agar siswa dapat memunculkan ide dan pendapatnya sendiri. Sehingga dapat menuntut siswa untuk menggunakan caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

(23)

79

4. Bagi guru atau calon guru yang akan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif agar memperhatikan alokasi waktu yang ada agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

(24)

80

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012), Pendidikan bagi anak-anak berkesulitan belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2009),Manajemen Penelitian,Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Budiarto, (1997),Profil Daya Geometri Siswa Baru,Penerbit Pusat Penelitian

IKIP, Surabaya.

Budiningsih, A., (2012), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Daryanto, (2010),Belajar Mengajar, Penerbit Yrama Widya, Bandung.

Ekawati, (2011). Peran, Fungsi, Tujuan, dan Karakteristik Matematika Sekolah, http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik matematika-sekolah/ (Diakses tanggal 29 Januari 2016 Pukul 15:36 WIB)

Fauzi, M.A., (2011), Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Di Sekolah Menengah Pertama,Disertas, Universitas Negeri Medan, Medan.

Himmasari, (2014), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa dengan Pendekatan Metakognitif Pada Materi Pecahan Kelas VII MTs Negeri Batang Toru,Skripsi, FMIPA UNIMED, Medan.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Penerbit UM Press, Malang.

Jihad, A, dkk., (2012), Evaluasi Pembelajaran, Penerbit Multi Presindo, Yogyakarta.

Nasution,S., (2008), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

(25)

81

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Safitri, dkk., (2015),Analisis Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metakognisi, Jurnal Edumatika, UIN Semarang, Semarang.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran, Penerbit Kencana Prenada Group, Bandung.

Sardiman, (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Subroto,S., (2010), Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2005),Metoda Statistika,Penerbit Tarsito, Bandung.

Suyadi, (2013), Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Penerbit Remaja Rosdakarya, Jakarta.

Syaiful, (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Jurnal Edumatika, Volume 02 Nomor 01 [Online] http://eprints.uny.ac.id/7201/1/PM-29%20-%20Syaiful.pdf., 07 Februari 2016

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: konsep landasan, dan Implementasinya pada kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Kencana Prenada Medi Group, Jakarta.

Usman, (2014),Aktivitas Metakognisi Mahasiswa Calon Guru Matematika dalam Pemecahan Masalah Terbuka,Jurnal Didaktik Matematika 2: 21-29. Wahyudin, (2008), Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran (Pelengkap

Untuk Meningkatkan kompetensi Pedagogis Para Guru dan Calon Guru Profesional),Penerbit Ipa Abong, Jakarta.

(26)

82

Wiradnyana, I Gd.A., dkk., (2014),Pengaruh Model Pembelajaran Metakognitif Berorientasi Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas V SD Gugus X Kecamatan Buleleng, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2 : 1-10.

Gambar

Tabel 1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Tes Diagnostik dan

Referensi

Dokumen terkait

On top of this approach, a reusable tool has been created to provide test models which can be performed against the data provision web services of the Aviation Architecture.

Tugas Akhir yang berjudul “ Optimasi Geometri Rotating Disk Guna Minimasi Tegangan Geser Maksimum Dan Tegangan Von-misses ” ini. dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X7 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Berdasarkan data Disbudparpora Kabupaten Subang Tahun 2012, Desa Wisata Wangunharja di Desa Sanca Kecamatan Ciater dan Desa Wisata Sari Bunihayu di Desa Bunihayu Kecamatan

Mahasiswa Fiskom yang menggunakan kosa kata Bahasa dalam. pergaulannya saat berkomunikasi secara lisan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan dari-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul Profil

Respon perolehan lignin dari proses kraft cenderung sama dengan proses soda dimana perlakuan pendahuluan dengan jamur Tv 45 menghasilkan lignin isolasi yang lebih sedikit yaitu

[r]