• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Kingdom of Heaven: Pemaknaan Terhadap Konsep Kerajaan Allah dalam Perspektif Injil Matius

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Kingdom of Heaven: Pemaknaan Terhadap Konsep Kerajaan Allah dalam Perspektif Injil Matius"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

The Kingdom of Heaven:

Pemaknaan Terhadap Konsep Kerajaan Allah dalam Perspektif Injil Matius Dan Relevansinya Terhadap Pelaksanaan Panggilan GBKP

Pendahuluan

Kerajaan Allah merupakan salah satu tema penting dalam kekristenan karena merupakan inti dari pelayanan Yesus selama di dunia, oleh karena itu tema ini menarik perhatian baik para ahli maupun gereja-gereja. Gereja Batak Karo Protestan merupakan salah satu dari sekian banyak gereja yang menyadari arti penting Kerajaan Allah. Hal ini dapat dilihat dari panggilan GBKP yang adalah untuk memberitakan Kerajaan Allah. Namun yang menjadi permasalahan adalah belum adanya pengertian yang baku mengenai apa yang dimaksudkan dengan Yesus tentang Kerajaan Allah.

Ketidakjelasan makna Kerajaan Allah tersebut secara tidak langsung membuat GBKP tidak dapat menjalankan tugas panggilannya tersebut secara sempurna. Kegagalan ini dapat dilihat dari situasi yang sedang terjadi di Kabupaten Karo, wilayah dimana GBKP merupakan gereja mayoritas. Kabupaten Karo saat ini dipenuhi oleh penderita HIV/AIDs, para remaja melakukan seks bebas, perjudian dan korupsi yang semakin merajalela dan banyak kasus lainnya yang menunjukkan kebobrokan moral. Situasi seperti ini mendorong penulis untuk melihat sampai sejauh mana GBKP bertanggung jawab terhadap situasi yang sedemikian rupa. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan mencoba menemukan makna Kerajaan Allah untuk membantu GBKP dalam menjalankan tugas panggilannya, terkhusus dalam menghadapi situasi yang terjadi di Kabupaten Karo.

Konsep Kerajaan Allah dalam Injil Matius

(2)

Alan Richardson menjelaskan bahwa Injil Sinoptik menggambarkan Yesus sebagai pemberita Kerajaan Allah dan Kerajaan Allah yang diberitakan-Nya segera datang oleh kuasa-Nya dalam kehidupan orang-orang yang dengan sungguh mendengarkan pengajaran tersebut. Keputusan untuk menerima Injil Kerajaan Allah yang diajarkan Yesus merupakan antisipasi terhadap penghukuman di Hari Tuhan (pengharapan eskatologi).

Tetapi tidak semua orang akan masuk dalam Kerajaan Allah, hanya orang-orang pilihan saja. Injil Kerajaan Allah ditujukan kepada orang-orang marjinal seperti orang miskin, orang buta, tuli, lumpuh, dsb. Karena kedatangan Kerajaan Allah dicirikan dengan orang buta akan dicelikkan, orang lumpuh akan berjalan, yang tuli mendengar, dll. Ciri yang paling penting dari kedatangan Kerajaan Allah adalah dikalahkannya kuasa Iblis oleh kuasa Yesus dan adanya kebangkitan dari kematian.

Hans Conzelmann memulai tulisannya mengenai the Kingdom of God dengan mengemukakan sebuah permasalahan yakni apakah Kerajaan Allah telah datang atau masih akan datang. Injil menggambarkan Yesus sebagai pemberita chistological kerygma tentang injil (kabar baik) dan iman. Pemberitaan ini memiliki kaitan dengan pemberitaan Yesus tentang Kerajaan Allah yang sudah dekat. Kerajaan Allah masih belum dinyatakan, tetapi masih akan dan harus diberitakan. Kerajaan Allah masih akan datang, tetapi tanda-tandanya telah dinyatakan. Pemberitaan Injil Kerajaan Allah memberikan pengharapan akan masa depan yang lebih baik, bukan menandakan Kerajaan Allah telah datang.

(3)

Margaret Hannan berpendapat bahwa Injil Matius dimulai dengan ringkasan pelayanan Yesus di Galilea, yakni mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan Allah dan melenyapkan segala penyakit dan kelemahan (4:23). Hal yang senada juga ditemukan dalam 9:35. Sehingga, menurut Hannan 4:23 dan 9:35 merupakan inclusio dalam Injil Matius. Kerajaan Allah yang merupakan tema sentral dari Injil Matius berpusat pada mengajar dan menyembuhkan. Matius menggambarkan potret Yesus sebagai pengajar Injil Kerajaan Allah melalui perkataan dan memberikan contoh bagaimana menjadi anggota Kerajaan Allah (hal ini berkaitan dengan sifat dan tuntutan), sehingga para murid dapat menjadi pemimpin yang berkompeten untuk memuridkan orang lain. Dalam melakukan pemberitaan Kerajaan Allah, Yesus menuntut para murid untuk memiliki integritas, agar pemberitaan mereka memiliki korelasi dengan kehidupan nyata.

Jonathan T. Pennington berpendapat bahwa Injil Matius merupakan Injil yang paling menekankan tema Kerajaan Allah. Hal ini dapat dilihat dari narasi Injil Matius: perkataan Yohanes Pembabtis (3:2), perkataan Yesus yang hampir sama dengan Yohanes (4:17) dan dalam 10:7 Yesus kembali menegaskan kepada pengikutnya bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Matius juga menuliskan ringkasan pelayanan Yesus sebanyak 3 kali dengan menggunakan frasa memberitakan Kerajaan Allah dalam 4:23. 9:35 dan 24:14. Menurut Pennington penggunaan frasa Kerajaan Sorga dalam Injil Matius bukan dalam rangka meresponi kebudayaan pembacanya, namun terkait dengan tema heaven and earth yang mewarnai Injil Matius secara keseluruhan. Pennington berpendapat bahwa Injil Matius mengadopsi ide tentang Kerajaan Sorga dari kitab Daniel. Menurut Pennington, Injil Kerajaan Sorga berkaitan erat dengan etika sebagai warga Kerajaan Allah. Penulis Matius memperlihatkan etika Kerajaan Allah dalam pengajaran dan kehidupan Yesus sebagai pemberita Kerajaan Allah. Berbeda dengan kedua ahli sebelumnya, Ladd menyimpulkan bahwa Kerajaan Allah tidak murni eskatologis. Sedangkan Pennington melihat pemberitaan Kerajaan Allah sebagai suatu metode yang digunakan penulis Matius untuk menghidupkan kembali pengharapan eskatologis akan Allah melalui diri Yesus. Penniton melihat bahwa pemberitaan Kerajaan Allah dalam Injil Matius adalah untuk membangkitkan kembali pengharapan akan pembebasan dari keadaan tertindas.

(4)

tersebut, berkembanglah gerakan keagamaan. Rome’s destruction of the Jerusalem temple in 70 required significant reformulation of important theological ideas and religious practices.

Dalam menghadapi situasi krisis identitas yang dialami oleh komunitas Matius karena penindasan yang datang dari pemerintah Romawi sebagai bangsa penguasa dan juga penindasan dari Yudaisme, induknya sendiri, penulis Injil Matius menawarkan teologi Kerajaan Allah. Pengharapan akan kebebasan dari keadaan tertindas dan menderita. Namun dalam menantikan datangnya hari pembebasan tersebut, komunitas Matius dituntut untuk tetap setiap melakukan kehendak Allah.

T eologi Injil Kerajaan Allah yang ditawarkan penulis Matius dapat membantu komunitas Matius untuk tetap menaati kehendak Allah dalam menghadapi situasi yang mereka alami. Ketaatan terhadap kehendak Allah ini tentunya didasarkan atas kedaulatan Allah atas seluruh bumi.

Kerajaan Allah merupakan suatu pengharapan eskatologis, yang menuntut adanya pertobatan yang disertai dengan adanya wujud nyata dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan yang kacau membuat manusia semakin jauh dari Allah, artinya tidak ada keselamatan. Melalui potret Yesus, sebagai Allah yang dekat dan menyertai, penulis Injil Matius ingin memperlihatkan intervensi Allah dalam kehidupan umat-Nya sekalipun dalam keadaan kacau. Dalam keadaan tanpa harapan, Yesus menawarkan keselamatan melalui pemberitaan Injil Kerajaan Allah.

Pemberitaan Injil Kerajaan Allah bertujuan untuk menghidupkan kembali pengharapan komunitas Matius di tengah krisis identitas yang sedang mereka alami. Kedatangan Kerajaan Allah akan membawa pembebasan dari penderitaan. Pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah tersebut tidak membuat komunitas Matius hanya berharap tanpa melakukan apa-apa. Dalam menantikan kedatangan Kerajaan Allah, komunitas Matius dituntut untuk tetap melakukan kehendak Allah.

(5)

Pemberitaan Kerajaan Allah oleh Yesus yang adalah sosok Allah yang dekat menjadi suatu cara untuk memberikan kekuatan dan penghiburan bagi komunitas Matius. Dalam kondisi yang mengalami tekanan dari berbagai pihak, komunitas Matius dituntut untuk tetap mempertahankan ketaatannya untuk melakukan kehendak Allah. Dengan melakukan kehendak Allah, komunitas Matius diharapkan semakin kuat dalam menyikapi tekanan yang mereka alami.

Pemberitaan Kerajaan Allah kepada semua orang bertujuan agar semua orang merasakan intervensi Allah yang dinamis dalam kehidupannya dan menyadari bahwa keselamatan di masa yang akan datang hanya diperoleh di dalam Yesus dan menjadi bagian dari persekutuan orang-orang percaya.

Pelaksanaan Panggilan GBKP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dokumen-dokumen gerejawi yang disusun untuk membantu pelaksanaan panggilan GBKP untuk memberitakan Kerajaan Allah melalui persekutuan, kesaksian dan pelayanan belum mencapai sasaran. Dokumen-dokumen yang disusun per kategorial setiap tahunnya, khususnya tahun 2011-2013 belum mencapai sasaran yang ditetapkan sesuai GBP GBKP 2011-2013, yakni peningkatan spiritualitas, teologi, mutu ibadah, peningkatan solidarias internal dan peningkatan solidaritas eksternal.

Rendahnya perhatian GBKP mengenai pencitraan diri sebagai seorang pengikut Yesus dan sebagai pemberita Kerajaan Allah memiliki pengaruh dari kepercayaan terhadap keselamatan yang dianut oleh GBKP. GBKP merupakan gereja beraliran Calvinis, yang memiliki kepercayaan bahwa keselamatan yang diperoleh manusia secara individu merupakan atas pemilihan Allah semata, yang terlepas dari jasa-jasa dan perbuatan baik.

(6)

Implikasi Kerajaan Allah dalam Matius terhadap pelaksanaan panggilan GBKP

Panggilan GBKP untuk memberitakan Kerajaan Allah dilaksanakan melalui tritugas gereja, yakni marturia (kesaksian), koinonia (persekutuan) dan diakonia (pelayanan).

Marturia (kesaksian) dalam hal ini GBKP memiliki situasi yang berbeda dengan komunitas Matius. Pemberitaan Kerajaan Allah oleh GBKP salah satunya adalah melalui bidang marturia (kesaksian) yang fokus kegiatannya adalah mengadakan penginjilan baik ke dalam dan luar tubuh GBKP. Penginjilan tidak hanya ditujukan kepada orang yang belum menerima Kristus, tetapi juga dilakukan ke dalam tubuh GBKP sendiri. Hal ini memperlihatkan bahwa GBKP menyadari bahwa Injil Kerajaan Allah tidak hanya perlu disampaikan kepada orang yang belum menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, tetapi juga penting disampaikan kepada orang-orang yang telah menjadi bagian dari GBKP sendiri.

Sebagai persekutuan yang dipanggil untuk memberitakan Kerajaan Allah, maka terlebih dahulu GBKP harus memperlihatkan etika Kerajaan Allah dalam kehidupan segenap anggotanya. Hal ini terlihat bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga harus didemonstrasikan melalui kehidupan sehari-hari. Segenap anggota GBKP seharusnya dibentuk dan dididik menjadi pemberita Kerajaan Allah. Namun dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dokumen-dokumen gerejawi yang dikeluarkan GBKP memperlihatkan rendahnya perhatian GBKP terhadap aspek melakukan. Artinya terdapat ketidaksesuaian antara apa yang telah ditetapkan GBKP dalam tata gereja dengan pelaksanaannya di lapangan.

Penginjilan ke dalam tubuh GBKP dapat juga dilakukan dengan memberikan teguran dan pendampingan kepada anggota yang terjangkit penyakit sosial. Teguran dan pendampingan dilakukan untuk menolong jemaat yang terlibat dalam tindakan yang menyimpang agar menyadari kesalahannya dan menunjukkan pertobatan dalam kehidupannya.

(7)

Melalui persekutuan atau ibadah yang berlangsung, jemaat dididik untuk memelihara perintah Yesus, yakni untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Jemaat yang ada dibentuk menjadi pemberita Kerajaan Allah. Hal ini sesuai dengan tanggung-jawab sebagai pengikut Yesus dan juga sesuai dengan tuntutan sebagai warga GBKP.

Melalui persekutuan yang dilakukan dalam GBKP, jemaat-jemaat tidak hanya dididik melakukan kehendak Allah, tetapi juga didorong untuk menjadi pemberita Kerajaan Allah. Dengan demikian, terlaksanalah tugas gereja untuk memelihara pengajaran Yesus, yakni untuk melakukan kehendak Allah dan memberitakan Injil Kerajaan Allah kepada semua orang.

Sebagai persekutuan yang misioner, GBKP memiliki tugas untuk menyatakan Kerajaan Allah kepada semua orang, bukan hanya kepada orang-orang Karo tetapi semua orang yang ada di Kabupaten Karo. Keberadaan gereja-gereja GBKP di Jawa dan Kalimantan menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh GBKP untuk memberitakan Kerajaan Allah kepada orang banyak.

Diakonia (pelayanan) dalam hal ini Pemberitaan Injil Kerajaan Allah harus didukung dengan adanya kesesuaian antara apa yang diberitakan dengan apa yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain memperlihatkan adanya integritas, pemberitaan Kerajaan Allah dapat didukung dengan kepedulian terhadap orang-orang yang sedang mengalami keadaan yang sulit. Kepedulian ini diperlihatkan melalui pelayanan (diakonia).

Pemberitaan Injil Kerajaan Allah kepada banyak orang tujuannya adalah untuk meyakinkan semua orang akan intervensi Allah yang dinamis dalam kehidupan seluruh umat manusia. Dengan demikian, GBKP benar-benar dapat menjalankan tugas panggilannya untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus, menjadi orang-orang yang hidup sesuai etika Kerajaan Allah dan memelihara pengajaran Yesus dalam kehidupan mereka. Setiap orang mengalami transformasi yang terus-menerus dalam kehidupan mereka dalam menyambut penyataan akan Kerajaan Allah melalui persekutuan dalam ibadah.

(8)

untuk mengingatkan anggota jemaatnya dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang dan juga untuk menyatakan kedaulatan Allah kepada semua orang.

Kesimpulan

Tugas Panggilan GBKP untuk memberitakan Kerajaan Allah belum dapat terlaksana dengan baik karena belum memiliki pamahaman yang tepat terkait konsep Kerajaan Allah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Kerajaan Allah yang dimaksud dalam Injil Matius adalah suatu pengharapan akan kebebasan, baik masa sekarang maupun masa depan. Pengharapan tersebut diperoleh melalui iman kepada Yesus.

GBKP merupakan persekutuan yang dipanggil Tuhan untuk memberitakan Kerajaan Allah, artinya GBKP tidak hanya dituntut untuk melakukan kehendak Allah, tetapi juga dipanggil menjadi persekutuan yang misioner. Dalam menyikapi situasi yang sedang mengalami krisis moral dan krisis pengharapan di Kabupaten Karo, GBKP bertugas untuk memberikan penghiburan dan penguatan kepada masyarakat Kabupaten Karo, melalui pemberitaan Kerajaan Allah. Tujuannya agar masyarakat Karo menyadari intervensi Allah dalam kehidupan mereka dalam menghadapi situasi yang terjadi, melalui Yesus.

Referensi

Dokumen terkait