• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII

SMP NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016

Oleh :

Dhina Juliana Damanik NIM 4113311008

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

Dhina Juliana Damanik dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1992 di

Sarimatondang, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Penulis dibesarkan oleh

Ayah tercinta yang bernama Darwis Damanik dan Ibu tercinta yang bernama

Hilderia Sidabutar dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun

1998 penulis masuk SD Negeri 091441 Sidamanik, dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Sidamanik dan

lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 1

Sidamanik dan selesai pada tahun 2010.

Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi

Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

(4)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VII SMP

NEGERI 10 MEDAN T.P. 2015/2016

Dhina Juliana Damanik (NIM 411311008)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. (2) Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif melalui model Problem Based Learning (PBL) dan pembelajaran konvensional.. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Medan Tahun Pelajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 300 siswa yang tersebar dalam 12 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VII-H sebanyak 25 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-G sebanyak 25 siswa sebagai kelas kontrol yang ditentukan secara random sampling Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dimana pretest dan posttest yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpul data merupakan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif siswa dalam bentuk tes uraian pada materi bilangan bulat dan pecahan sebanyak masing-masing 4 soal yang telah dinyatakan valid. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data tes dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data tes dengan menggunakan uji F. Dari kedua pengujian tersebut diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan homogen.

Rata-rata nilai pretest dikelas eksperimen adalah sebesar 24, dan rata-rata dikelas kontrol sebesar 29,25. Rata-rata nilai posttest dikelas eksperimen adalah sebesar 76,25, dan rata-rata dikelas kontrol sebesar 67,25. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis menggunakan uji t satu pihak (pihak kanan) diperoleh thitung = 1,788 dan ttabel = 1,676 maka thitung > ttabeldengan dk = 48 dan taraf nyata α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa: (1) kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 10 Medan T.P 2015/2016, (2) proses jawaban siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) memiliki kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kerincian (elaboration) dan keaslian (originality) yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif dibandingkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat,

penyertaan dan limpahan kasih karunia yang diberikan kepada penulis sehingga

penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan sesuai

dengan waktu yang diharapkan.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh model Problem Based Learning (PBL)terhadap

kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri

10 Medan T.P 2015/2016” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak

Rektor UNIMED yaitu Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Wakil

Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan

FMIPA UNIMED beserta Wakil Dekan I, II, dan III di lingkungan UNIMED,

Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul

Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan

Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan

terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, sebagai dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran

kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya

penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak

Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, dan Bapak Dr.

Edy Surya, M.Si yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari

rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga ucapan

terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku dosen

pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf

pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.

Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak kepala sekolah (Bapak Drs. H. Rajo

(6)

usaha di SMP Negeri 10 Medan yang telah banyak membantu selama penelitian

ini.

Teristimewa penulis sampaikan terimakasih banyak kepada Ayahanda

Darwis Damanik dan Ibunda Hilderia Sidabutar, serta adik perempuan penulis

yaitu Novelia Damanik juga sahabat terbaik penulis yaitu Amon Andreas

Tarihoran dan semua saudara serta keluarga yang selalu mendukung penulis

dalam perkuliahan dan telah banyak memberi kasih sayang, semangat, nasehat,

dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan

baik.

Tak lupa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada penghuni kos

Berdikari 26 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang tidak pernah lupa

mendoakan penulis. Terima kasih kepada teman-teman seangkatan 2011 jurusan

Matematika mulai dari Dik A, Dik B, Dik C, Ekstensi, Non Dik dan teman-teman

PPLT 2014 SMA Negeri 1 Dolok Panribuan terkhususnya teman seperjuangan

Elpa Rusmayani Padang S.Pd, Susi Susanti Solin S.Pd, Helda Gustiari Haloho

S.T, Riani Wulandari juga Adinda Nafizah Zai yang selalu ada buat penulis disaat

suka dan duka . Terima kasih juga kepada siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 10

Medan yang berpartisipasi dalam penelitian ini dan kepada seluruh orang yang

telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,

namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam

usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Januari 2016 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Defenisi Operasional 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13

2.1. Berpikir Kreatif 13

2.2. Kemampuan Berpikir Kreatif 19

2.3. Model Problem Based Learning ( PBL ) 21

2.4. Karakteristik Model Problem Based Learning ( PBL ) 23

2.5. Keunggulan dan Kelemahan

Model Problem Based Learning ( PBL ) 25

2.6. Langkah-langkah Model Problem Based Learning ( PBL ) 26

2.7. Pembelajaran Konvensional 29

2.8. Teori Belajar Pendukung

Model Problem Based Learning (PBL) 32

(8)

2.10. Hasil Penelitian yang Relevan 58

2.11. Kerangka Konseptual 59

2.12. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan Menerapkan

Model Problem Based Learning (PBL) Lebih Baik

dibanding dengan Pembelajaran Konvensional 60

2.13. Proses Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah

Berkaitan Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui

Model Problem Based Learning (PBL) 61

2.14. Hipotesis Penelitian 63

BAB III METODE PENELITIAN 64

3.1 Jenis Penelitian 64

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 64

3.3 Populasi dan Sampel 64

3.4 Prosedur Penelitian 65

3.5 Desain Penelitian 67

3.6 Variabel Penelitian 67

3.7 Instrumen Penelitian 68

3.8 Teknik Analisis Data 73

3.9 Uji Prasyarat Pengujian Hipotesis 74

3.10 Ujian Hipotesis Penelitian 77

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 79

4.1 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 79

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 83

4.3 Analisis Deskripsi Data Penelitian

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 83

4.4 Analisis Data Hasil Penelitian 88

4.5 Analisis Proses Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 90

4.6 Analisis Hasil Observasi 97

(9)

4.8 Keterbatasan Penelitian 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102

5.1 Kesimpulan 102

5.2 Saran 102

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Jawaban siswa pada soal no.1 5

Gambar 1.2. Jawaban siswa pada soal no.2 5

Gambar 1.3. Jawaban siswa pada soal no.3 6

Gambar 1.4. Jawaban siswa pada soal no.4 6

Gambar 2.1. Kue Ulang Tahun 34

Gambar 2.2. Kue Lapis Legit 35

Gambar 2.3. Satu dari lima kotak bentuk persegi diarsir 35

Gambar 2.4. Satu dari lima kotak bentuk persegi panjang diarsir 36

Gambar 2.5. Dua dari lima kotak bentuk persegi diarsir 37

Gambar 2.6. Dua dari empat segitiga diarsir 37

Gambar 2.7. Seorang reporter berita memceritakan pemilihan

Kepala Desa suatu daerah 38

Gambar 2.8. Bank BRI 42

Gambar 2.9. Dua puluh dari seratus kotak bentuk persegi diarsir 43

Gambar 2.10. Dua dari lima kotak berbentuk persegi panjang diarsir 43

Gambar 2.11. Persegi 44

Gambar 2.12. Seratus kotak pesegi 44

Gamabr 2.13. Warung Pak Jaya 45

Gambar 2.14. Beberapa cara ibu membagi kue 47

Gambar 2.15. Gula Pasir 48

Gambar 2.16. Daging sapi segar 51

Gambar 2.17. Papan kayu 53

Gambar 2.18. Kantong bubuk kopi 56

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian 66

Gambar 4.1. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Eksperimen 84

Gambar 4.2. Diagram Batang Nilai Pretest Kelas Kontrol 85

Gambar 4.3. Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Eksperimen 87

(11)

Gambar 4.5. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

Untuk Butir Soal no. 1 91

Gambar 4.6. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol

Untuk Butir Soal no. 1 91

Gambar 4.7. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

Untuk Butir Soal no. 2 92

Gambar 4.8. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol

Untuk Butir Soal no. 2 93

Gambar 4.9. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

Untuk Butir Soal no. 3 93

Gambar 4.10. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol

Untuk Butir Soal no. 3 94

Gambar 4.11. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

Untuk Butir Soal no. 4 95

Gambar 4.12. Proses Jawaban Siswa Kelas Kontrol

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tahapan-tahapan Problem Based Learning (PBL) 26

Tabel 2.2. Perbedaan Pedagogi Pembelajaran Berbasis Masalah dan

Pembelajaran Konvensional 30

Tabel 2.3. Jenis-jenis pecahan 39

Tabel 2.4. Beberapa bentuk pecahan 42

Tabel 2.5. Beberapa bentuk pecahan senilai 45

Tabel 3.1. Desain Penelitian Pretest – Posttest Control Group Design 67

Tabel 3.2. Kriteria Reliabilitas 70

Tabel 3.3. Kriteria Indeks Kesukaran 71

Tabel 3.4. Klasifikasi daya Pembeda 73

Tabel 3.5. Pedoman Pengklasifikasian Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa 73

Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Validasi Soal Pretest dan Posttest

oleh Validator 79

Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Uji Validitas Pretest 79

Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Validitas Posttest 80

Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas TKBKS 80

Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Indeks Kesukaran Soal Pretest 81

Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Indeks Kesukaran Soal Posttest 81

Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Daya Beda Tes Awal ( Pretest )

Kemampuan Berpikir Kreatif 82

Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Daya Beda Tes Akhir ( Posttest )

Kemampuan Berpikir Kreatif 82

Tabel 4.9. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 84

Tabel 4.10. Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 86

Tabel 4.11. Ringkasan Hasil Normalitas Data

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 88

Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data 89

(13)

Tabel 4.14. Rangkuman Proses Jawaban Siswa di

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 96

Tabel 4.15. Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I 108

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II 116

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III 123

Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 131

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 141

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 144

Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian LAS I 147

Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian LAS II 156

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LAS III 158

Lampiran 10. Kisi-kisi Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 160

Lampiran 11. Kisi-kisi Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 161

Lampiran 12. Pedoman Penskoran Indikator Tes Kemampuan

Berpikir Kreatif 162

Lampiran 13. Butir Soal Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 163

Lampiran 14. Alternatif Jawaban Pretest

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan Penilaian 165

Lampiran 15. Butir Soal Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 169

Lampiran 16. Alternatif Jawaban Posttest

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan Penilaian 170

Lampiran 17. Perhitungan Validitas Pretest dengan Uji Coba 173

Lampiran 18. Perhitungan Validitas Posttest dengan Uji Coba 174

Lampiran 19. Lembar Validasi Soal Pretest Berpikir Kreatif 175

Lampiran 20. Lembar Validasi Soal Posttest Berpikir Kreatif 177

Lampiran 21. Perhitungan Reliabilitas Pretest dengan Uji Coba 179

Lampiran 22. Perhitungan Reliabilitas Posttest dengan Uji Coba 180

Lampiran 23. Perhitungan Validitas Pretest TKBK 181

Lampiran 24. Perhitungan Validitas Posttest TKBK 183

Lampiran 25. Perhitungan Reliabilitas Pretest TKBK 185

(15)

Lampiran 27. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Pretest 189

Lampiran 28. Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Posttest 190

Lampiran 29. Perhitungan Daya Beda Soal Pretest 191

Lampiran 30. Perhitungan Daya Beda Soal Posttest 193

Lampiran 31. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen

Pertemuan I 195

Lampiran 32. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen

Pertemuan II 197

Lampiran 33. Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen

Pertemuan III 199

Lampiran 34. Data Nilai dan Konversi Nilai Mutlak Kelas Eksperimen 201

Lampiran 35. Data Nilai dan Konversi Nilai Mutlak Kelas Kontrol 202

Lampiran 36. Perhitungan Rata-rata, Varians, dan

Standar Deviasi Kelas Eksperimen 203

Lampiran 37. Perhitungan Rata-rata, Varians, dan

Standar Deviasi Kelas Kontrol 205

Lampiran 38. Perhitungan Uji Normalitas 207

Lampiran 39. Perhitungan Uji Homogenitas Data 211

Lampiran 40. Perhitungan Uji Hipotesis 213

Lampiran 41. Dokumentasi 215

Lampiran 42. Tabel F 223

Lampiran 43. Tabel Nilai Kristis Untuk Uji Liliefors 224

Lampiran 44. Tabel t α = 5% 225

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang melaju

begitu cepat di era globalisasi ini menuntut Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas. Dengan begitu perkembangan IPTEK yang ada dapat dikuasai,

dimanfaatkan semaksimal mungkin, dan dapat dikembangkan menjadi lebih baik.

Pendidikan merupakan proses atau perbuatan mendidik yang sangat baik di dalam

pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat

menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi

pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana yang dikemukakan Munandar

(2012:6) tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang

memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya

secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,

sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyakarat. Setiap orang

mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dan karena itu

membutuhkan pendidikan yang berbeda pula. Pendidikan bertanggung jawab

untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (yaitu

meningkatkan dan mengembangkan) bakat tersebut, termasuk dari mereka yang

berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (the gifted

and talented). Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan,

dan prioritas secara baik oleh pemerintah, keluarga, dan pengelola pendidikan.

Dalam hal ini pendidikan dapat diperbaiki melalui kurikulum yang secara tahap

demi tahap telah dilaksanakan pemerintah. Kurikulum yang saat ini diterapkan di

beberapa sekolah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan

nasional guna mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan

diri dengan kemajuan zaman serta untuk meningkatkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat

(17)

Perkembangan IPTEK menuntut seseorang menjadi kreatif. Tanpa

kreativitas, seseorang tidak bisa menjadi kompetitor bagi yang lain dan selalu

tertinggal. Menurut Pehkonen (dalam Mahmudi, 2010:3) kreativitas tidak hanya

terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga

ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. Pada

matematika ini, kreativitas merupakan produk dari berpikir kreatif dan lebih

ditekankan pada prosesnya. Mann (2006:239) menyatakan, The essence of

mathematics is thinking creatively, not simply arrivingat the right answer. Esensi

dari matematika adalah berpikir kreatif, tidak sekedar hanya sampai pada jawaban

benar. Artinya, selain dari jawaban yang benar, matematika juga menuntut proses

jawaban yang benar pula.

Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam

bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.

Berbagai penemuan-penemuan baru dan teknologi baru merupakan sumbangan

kreativitas dari masyarakat. Munandar (2012:31) menyatakan: “Secara pribadi,

maupun kelompok atau suatu bangsa, kita harus memikirkan, membentuk

cara-cara baru atau mengubah cara-cara-cara-cara lama secara kreatif, agar kita dapat “survive”

dan tidak hanyut atau tenggelam dalam persaingan antarbangsa dan negara.”

Lebih lanjut Munandar (2012:31) menyatakan:

“Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan sejak dini dalam diri anak. Alasan pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat anak menjadi lancar, dan luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.”

Melalui pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas

atau kemampuan berpikir kreatif telah menjadi faktor kemajuan suatu negara,

karena dengan manusia yang kreatif diharapkan mampu mengantisipasi dan

(18)

individu tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dapat dilahirkan melalui

pembelajaran. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di sekolah sejauh ini

khususnya dalam praktik pembelajaran di kelas lebih menekankan pengembangan

kecerdasan dalam arti sempit dan kurang memberi perhatian kepada

pengembangan bakat kreatif peserta didik. Munandar (2012) mengemukakan

bahwa konsep kreativitas juga masih kurang dipahami, dan ini mempunyai

dampak terhadap cara mengasuh dan mendidik anak. Padahal kebutuhan

kemampuan berpikir kreatif tampak di semua bidang kegiatan manusia. Munandar

(2012:223) menyatakan bahwa :

“Dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebih.”

Demikian juga terjadi dalam matematika, dimana menurut Sisk (dalam

Munandar, 2012:150) yang menyatakan tidak jarang matematika diajarkan dengan

cara yang kaku berdasarkan buku teks, tanpa imajinasi sehingga siswa tidak

memiliki getaran jiwa berpikir secara “matematisi”. Maka dari itu, guru sebagai

fasilitator matematika harus memperhatikan permasalahan ini, dimana matematika

sangat membutuhkan kreativitas yang menyangkut akal budi, imajinasi, estetika,

dan intuisi mengenai hal-hal benar.

Amin (dalam Husamah dan Yanur, 2013:174) menyatakan bahwa : “Berpikir

kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaiakan persoalan,

mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu

persoalan atau gagasan lama”. Berpikir kreatif merupakan suatu proses

memikirkan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persoalan atau masalah

yang menghasilkan suatu produk yang disebut kreativitas. Dalam belajar

matematika, siswa akan menemukan masalah yang menuntut penyelesaian siswa.

Munandar (2012:31) menyatakan seseorang yang kreatif dapat melihat

bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Bishop (dalam

Mahmudi, 2010:3) menyatakan bahwa dalam belajar matematika, siswa

(19)

sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitis yang

diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. Berdasarkan paparan tersebut,

jelaslah bahwa dalam belajar matematika, siswa memerlukan kemampuan berpikir

kreatif.

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif ini tidak relevan dengan

kenyataan yang ada. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran

matematika masih tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan ungkapan Guilford

(dalam Munandar, 2012:7) dalam pidatonya yang mengatakan bahwa:

“Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita adalah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru.”

Berdasarkan hal tersebut, salah satu kemampuan berpikir yang harus

dilatih dalam kajian pembelajaran matematika di sekolah adalah kemampuan

berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Siswa yang mempunyai

kemampuan berpikir tinggi (kreatif) tidak akan mengalami kesulitan dalam

memahami dan memecahkan masalah matematika, sebaliknya siswa yang

mempunyai kemampuan berpikir rendah (tidak kreatif) mungkin akan mengalami

kesulitan dalam memahami dan memecahkan masalah matematika.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran

matematika dapat juga dilihat dari jawaban siswa dalam menyelesaikan soal. Soal

ini diberikan kepada 25 siswa SMP Negeri 10 Medan. Berikut soal yang diberikan

untuk melihat kemampuan berpikir kreatif siswa:

Pendapatan suatu toko pakaian dan sepatu dalam satu minggu adalah sebagai berikut:

Hari Senin Rp 5.575.000,-, hari Selasa Rp 3.050.000,-, hari Rabu Rp 4.500.000,-, hari Kamis Rp 2.775.000,-, hari Jum’at Rp 5.600.000,-, hari Sabtu Rp 6.500.000,- dan hari Minggu Rp 7.775.000,-

Pertanyaan:

1. Berapa banyak selisih penurunan atau peningkatan pendapatan toko di atas dalam 1 minggu?

2. Pada hari apa pendapatan di toko tersebut paling rendah dan paling tinggi? dan berapa selisihnya?

(20)

4. Menurut Anda bagaimana cara menyajikan data yang baik dan benar agar pemilik toko dapat membaca serta menganalisis pendapatannya dalam satu minggu tersebut dengan mudah?

Berikut beberapa jawaban dan letak kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal tersebut :

Gambar 1.1 Jawaban siswa pada soal no 1

Pada soal no 1 yang diukur adalah keluwesan siswa dimana siswa dapat

menjawab soal dengan memberikan ragam jawaban benar yang tak ketat aturan.

Namun, kebanyakan siswa menjawab seperti jawaban di atas dan tidak teliti

dalam menyelesaikan soal yang diberi sehingga terdapat kesalahan dari hasil yang

diperoleh.

Gambar 1.2 Jawaban siswa pada soal no 2

Pada soal no 2 yang diukur elaborasi dimana siswa diharapkan dapat

menjawab soal dengan rinci dan hasil benar. Banyak siswa tidak memberikan

jawaban yang rinci dengan tidak mencantumkan hal-hal yang diketahui dan

ditanya serta tidak mencantumkan jumlah harga yang tertinggi dan harga terendah

(21)

Gambar 1.3 Jawaban siswa pada soal no 3

Pada soal no 3 orisinil dimana siswa diharapkan dapat menjawab soal

dengan cara penyelesaian yang berbeda dan unik dari yang lainnya. Kebanyakan

siswa hanya memberikan satu alasan saja dan terdapat banyak jawaban yang sama

persis. Ini menjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan untuk memberikan

jawaban yang membutuhkan hasil pemikiran sendiri.

Gambar 1.4 Jawaban siswa pada soal no 4

Pada soal no 4 yang diukur kelancaran dimana siswa diharapkan dapat

menjawab soal dengan memberikan banyak cara penyelesaian. Kebanyakan siswa

hanya menjawab 1 cara saja seperti jawaban di atas. Hal tersebut menunjukkan

bahwa masih kurangnya unsur kelancaran siswa dalam menyelesaikan soal yang

diberikan.

Dilihat dari banyak ragam jawaban dan metode penyelesaian,

menunjukkan kelancaran dan keluwesan siswa dalam menyelesaikan soal masih

kurang. Karena tidak ada ditemukannya jawaban dan penyelesaian unik dan

berbeda dan dapat disimpulkan elaborasi siswa dalam menyelesaikan masalah

masih lemah serta dengan adanya siswa yang memiliki jawaban yang persis sama

dengan temannya dapat juga disimpulkan bahwa keaslian dari pengerjaan siswa

masih rendah .

Salah satu penyebab dari rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa

dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selama ini

guru menggunakan model pembelajaran yang konvensional dalam proses belajar

mengajar dan kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan

sesuai pada proses pembelajaran. Siswa hanya menerima materi sebatas yang

(22)

kurang diperhatikan. Selain itu ketika siswa diberi permasalahan siswa

cenderung memberikan jawaban yang sama, dan terkadang hanya mengikuti

langkah yang ada di buku paket atau cara yang telah ada. Belum tampak

adanya penemuan ide baru maupun mengaitkan materi dengan dunia

nyata yang dilakukan oleh siswa, dikatakan ada namun jarang sekali. Selain itu

guru kurang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk mengaitkan

permasalahan yang dihadapi dengan kehidupan sehari-hari dan memunculkan

ide-ide kreatif melalui pembuatan suatu karya. Hal ini menyebabkan rendahnya

kreativitas siswa dalam belajar matematika, karena siswa tidak diberi

kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa.

Pada kenyataannya guru-guru banyak yang menyatakan penyebab

rendahnya berpikir kreatif siswa di Indonesia ini adalah siswa kurang mampu

memahami soal yang membutuhkan berpikir kreatif, siswa kurang mampu

mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, hal tersebut mengakibatkan

siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran matematika. Kondisi

tersebut menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan dalam usaha

meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan meningkatkan kualitas

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Dapat dilihat,

rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses dengan adanya anggapan

bahwa selama ini proses pendidikan di Indonesia yang dibangun oleh guru

dianggap cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu

pada pengembangan aspek kognitif tingkat rendah, yang tidak mampu

mengembangkan kreativitas siswa.

Pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal yang penting dalam

kegiatan pendidikan secara umum. Oleh karena itu, pembelajaran haruslah

berpusat kepada siswa bukan lagi berpusat pada guru. Untuk memperoleh

kreativitas mungkin bila dalam proses pembelajaran merangsang terciptanya

partisipasi siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan

keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika adalah

(23)

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Ratumanan (dalam Trianto, 2011:92)

menyatakan bahwa:

“Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.”

Mengacu pada pendapat bahwa model Problem Based Learning (PBL)

adalah model yang dapat memberi kesempatan siswa berperan aktif dan

mendorong kreativitas siswa maka dapat diperkirakan bahwa model ini dapat

menjadi fasilitator dalam mengembangkan dan merangsang kretivitas siswa.

Arends (dalam Hosnan, 2014:295) menyatakan bahwa:

“Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan

meningkatkan kepercayaan diri sendiri.”

Seperti yang dinyatakan di atas bahwa salah satu cara yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam

memecahkan masalah matematika adalah dengan pemilihan dan penggunaan

model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang mungkin

dapat digunakan adalah model Problem Based Learning (PBL). Model Problem

Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan

pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyeledikikan autentik yakni

penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang

nyata (Trianto, 2011:90). Asumsi bahwa dengan adanya pengaruh model

pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan kemampuan kreatif siswa

menjadi lebih tinggi dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Saragih (2013 ) yang menyatakan bahwa setelah pemberian tindakan diperoleh

rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif (TKBK) siswa sebesar 50,67

(41,67%) pada siklus I meningkat jadi 65,42 (83,33%) pada siklus II. Berdasarkan

(24)

masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa. Selain

itu, Habeahan (2014) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas matematik siswa

yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan

pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu dilakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas VII SMP Negeri 10 Medan T.P 2015/2016 ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya maka timbul beberapa

masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Situasi kelas masih berfokus pada guru (teacher) sebagai sumber utama

pengetahuan.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika

yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif.

3. Siswa cenderung memberikan jawaban yang sama dan terkadang hanya

mengikuti langkah yang ada di buku paket atau cara yang telah ada.

4. Guru kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi pada proses

pembelajaran.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam identifikasi

masalah, maka peneliti membatasi penelitian ini :

1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pecahan.

2. Menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk menumbuhkan

(25)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan model

Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan ?

2. Bagaimana proses jawaban siswa terkait kemampuan berpikir kreatif siswa

yang diajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dan

pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan ?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan

dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa

yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional di SMP Negeri 10 Medan.

2. Untuk mengetahui proses jawaban siswa terkait kemampuan berpikir kreatif

siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dan

pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 10 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai

dalam mempelajari materi matematika.

2. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

3. Bagi pengelola sekolah

Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model

(26)

4. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan profesi

yang akan ditekuni yaitu sebagai pendidik sehingga nantinya dapat diterapkan

dalam pembelajaran di kelas.

5. Bagi peneiti lain

Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian penelitian

yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika.

1.7. Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel berikut perlu disampaikan supaya tidak

terjadi salah penafsiran dalam penelitian. Hal-hal yang perlu didefinisikan antara

lain:

1. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang dalam

menciptakan sesuatu yang baru, bermakna, dan orisinil, baik berupa gagasan

atau konsep, karya maupun pengembangan dari yang sudah ada. Indikator

kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini ada 4 aspek, yaitu kelancaran

(fluency), keluwesan (flexibility), kerincian (elaboration) dan keaslian

(originality).

2. Model Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu kegiatan

pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Model PBL juga dapat

diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Maksudnya model

Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran dimana

siswa dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui

pemecahan masalah itu siswa belajar keterampilan-keterampilan melalui

penyelesaian dan berpikir sehingga dapat memandirikan peserta didik dalam

(27)

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Konvensional merupakan suatu cara penyampaian informasi

lisan kepada sejumlah pendengar yang berpusat kepada penceramah dan

komunikasi searah. Pembelajaran ini biasa dilakukan dalam proses belajar

mengajar (PBM) dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan

(28)

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian selama menerapkan model

Problem Based Learning (PBL) dengan menekankan pada kemampuan berpikir

kreatif siswa, diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan

yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan tersebut sebagai berikut :

1. Kelas yang diajarkan dengan menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) mempunyai rata-rata posttest sebesar 76,25. Sedangkan

untuk kelas yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran

konvensional mempunyai rata-rata posttest sebesar 67,25. Maka diperoleh

kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajarkan

dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi daripada siswa

yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi pecahan di

kelas VII SMP Negeri 10 Medan T.P. 2015/2016.

2. Proses jawaban siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning

(PBL) memiliki kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kerincian

(elaboration) dan keaslian (originality) yang lebih baik dalam

menyelesaikan masalah berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif

dibandingkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang telah dilakukan, peneliti

ingin mengemukakan beberapa saran diantaranya adalah bagi:

1. Guru

a. Penelitian ini membuktikan bahwa model Problem Based Learning

(PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir keatif siswa sehingga

dapat dijadikan model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan

(29)

b. Guru dapat memaksimalkan sarana dan prasarana yang telah difasilitasi

oleh sekolah untuk menanamkan minat belajar siswa sehingga

pembelajaran dapat berjalan dengan baik

c. Perlunya motivasi eksternal yang berasal dari guru sehingga para siswa

menyadari betapa pentingnya memahami konsep-konsep yang telah

diajarkan sebelumnya sebagai modal pembelajaran selanjutnya. Hal ini

diharapkan mampu mempermudah siswa dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Sekolah

Pihak sekolah hendaknya mampu memberikan dukungan dalam hal

memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah agar para guru dapat

menerapkan berbagai jenis model pembelajaran, khususnya model Problem

Based Learning (PBL) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif siswa.

3. Bagi pihak-pihak yang terkait dalam dunia pendidikan

Diharapkan untuk terlebihdahulu memperhatikan kelebihan dan kelemahan

dari setiap model pembelajaran, sebelum metode tersebut digunakan dalam

proses pembelajaran. Pemilihan model yang tepat akan mampu memberikan

hasil yang lebih maksimal.

4. Peneliti lain

Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya terkhususnya mahasiswa

pendidikan matematika agar meneliti lebih dalam lagi tentang kemampuan

berpikir kreatif siswa. Banyak model-model pembelajaran lain yang

mungkin dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif siswa. Masih banyak hal-hal menarik dalam berpikir kreatif

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bahri, S. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2011. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED. Medan : FMIPA Universitas Negeri Medan.

Habeahan, W. L. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Kreativitas Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) di SMA Negeri 2 Siantar. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)

Hamzah dan Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : Bumi Aksara.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor : Ghalia Indonesia

Husamah dan Y. Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Mahmudi, A. 2008. Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem) dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Jumat 24 November 2008.

(31)

---. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010.

Mann, E. L. 2006., Creativity: The Essence of Mathematics. Journal for The Education of The Gifted. [Online] Vol. 30, No. 2, 2006, pp. 236-260 Avaliable: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ50778.pdf. (Diakses 20 Maret 2015, 15:46)

Munandar, U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo

Prasetiyo, A. D. 2014. Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, [on-line] Vol 2, Vol 1, Maret 2014. Avaliable: http://lppm.stkipgri-sidoarjo.ac.id/files/Berpikir-Kreatif-Siswa-Dalam-Penerapan-Model-Pembelajaran-Berdasar-MasalahMatematika.pdf. (Dikases 13 Maret 2015, 15:37)

Rahaju, E. B., dkk. 2014. Bahan Ajar Bridging Course Matematika SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan

Roslina. 2013. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dan Motivasi Belajar Siswa melalui Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Pada SMK Percut Sei Tuan. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)

Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi nya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

(32)

Salsalina, P. 2015. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Open Ended Dengan Pembelajaran Biasa Di SMP Nasrani I Medan T.A. 2014/2015. Skripsi. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)

Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.

Saragih, D. 2013. Penerapan Pembelajaran Bebasis Masalah Untuk Meningkatkan Emampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Tesis. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)

Silitonga, P. M. 2011. STATISTIK Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA UNIMED, Medan.

Simamora, Y. 2011. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah Matematika Antara Siswa Yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pengajaran Langsung. Sripsi. Medan : PPs Universitas Negeri Medan (Tidak dipublikasikan)

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana. 2009. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, N. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sumiati dan Asra. (2013). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

(33)

Gambar

Gambar 4.5. Proses Jawaban Siswa Kelas Eksperimen
Tabel 4.14. Rangkuman Proses Jawaban Siswa di
Gambar 1.1 Jawaban siswa pada soal no 1
Gambar 1.3 Jawaban siswa pada soal no 3

Referensi

Dokumen terkait

Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah.. Industri Jamu (Studi Kasus PT.

PERSOALAN PEMENUHAN 24 JAM TATAP MUKA BAGI GURU AGAMA / PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN / KESENIAN DAN IPS SEBAGAI. PRASYARAT PENCAIRAN TUNJANGAN PROFESI MENDAPAT TINDAK LANJUT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan profesionalisme guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16B ayat (1) dan Penjelasannya huruf b Undang-Undang Nomor

Kontrak/surat perjanjian/SPMK/referensi kerja dan pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis sesuai LDK, Berita Acara Serah Terima Pekerjaan serta bukti setor pajak PPN

pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Bantuan Pemberdayaan Kelompok Kerja

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber daya insani diartikan sebagai penataan dan pengelolaan tenaga kerja sebagai sumber daya oragnisasi yang efektif dan efisien

Berkaitan dengan jumlah ternak yang mencukupi agar aman dari penularan malaria, hasil penelitian menerangkan bahwa nisbah ternak dengan orang sebesar 1:13 sudah cukup