• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERANAN WILAYATUL HISBAH

DALAM MENGURANGI SEKS BEBAS DI DESA PONDOK KELAPA

KECAMATAN LANGSA BARO KABUPATEN KOTA LANGSA NAD

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

M. YUDI PRAMUDIHARJA 100902068

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

ABSTRAK

Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

Wilayatul Hisbah merupakan instusi resmi dari pemerintahan yang berada di Aceh bertugas mengawasi, membina, dan pemberian sanksi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang Syari’at Islam yang salah satu kewenangan lembaga ini meliputi seks bebas sesuai Qanun No 14 tahun 2003 tentang seks bebas dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar yakni menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kemungkaran. Setiap petugas Wilayatul Hisbah disebut dengan Muhtasib. Hirarki struktural Wilayatul Hisbah berada di bawah Dinas Syari’at Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 137 remaja di Desa Pondok Kelapa. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel sebanyak 20% dari total populasi yaitu sebanyak 27 remaja di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD, dapat dikatakan cukup berperan. Tetapi peranan tersebut masih belum maksimal, karena itu perlu dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan peran serta kinerja institusi wilayatul hisbah tersebut dalam mengurangi prilaku seks bebas. Diantaranya dengan meningkatkan koordinasi yang intens dan terarah antara pengurus Wilayatul Hisbah dengan unsur pemerintahan serta tokoh masyarakat, dalam pembinaan agar dilakukan dengan lebih padat karya, partisipasif dan tidak bersifat monoton. Selain itu perlu perlu dilakukan revitalisasi atau pembenahan secara internal di walayatul hisbah oleh dewan pengurus, untuk menghindari adanya penyimpangan.

(3)

ABSTRACT

Perceptions of Youth Against Wilayatul hisbah Role In Reducing Free Sex in The Village Pondok Kelapa Langsa Baro subdistrict district Langsa NAD

Wilayatul hisbah is the institution of a government official who is in charge of overseeing Aceh, nurture, and imposing sanctions on the implementation of the legislation field of Islamic law. One of these includes the authority to institute appropriate sex Qanun No. 14 of 2003 on free sex in order enjoining unjust that have done good deeds and forbid evil. Each officer Wilayatul hisbah called Muhtasib. Hisbah Wilayatul structural hierarchy is under the Department of Islamic Shari'a. This study aims to determine perceptions Teens Against Wilayatul Role In Reducing Free sex hisbah In the village of Pondok Kelapa Langsa Baro subdistrict district Langsa NAD.

This study classified the type of descriptive research that aims to describe the Perceptions of Youth Against Wilayatul hisbah Role In Reducing Free Sex. Total population in this study were 137 adolescents in Pondok Kelapa village. To represent the population, researchers took a sample of 20% of the total population of as many as 27 teens in The Village Pondok Kelapa Langsa Baro subdistrict district Langsa NAD.

The results of this study indicate that the perception Teens Against Wilayatul hisbah Role In Reducing Free Sex in The Village Pondok Kelapa Langsa Baro subdistrict district Langsa NAD, can be quite instrumental. But the role is not maximized, because it needs to be done several attempts to improve the performance of the institution as well as the role of the wilayatul hisbah in reducing casual sex behavior. Including by improving coordination between administrators intense and focused Wilayatul hisbah with members of the government and community leaders, in coaching that is done by more labor intensive, participatory and non-monotonic. In addition it should be done internally revitalization or improvement in walayatul hisbah by the Board, to avoid any deviation.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan tiada henti kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, ALLAH

SWT. Berkat rahmat, hidayah, serta karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas

Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD”. Tak lupa

shalawat dan salam penulis ucapkan kepada jujungan besar Rasulullah Muhammad SAW,

beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini merupakan sebuah karya ilmiah yang menjadi

tugas akhir, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial, Fakulutas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis hadiahkan untuk orang-orang yang sangat berperan dan menjadi

motivasi didalam kehidupan penulis. Terutama orang tua penulis tercinta, “Ibunda Murniati

Sitepu dan Ayahanda ir.Edy Nur Suyitno”. Seluruh hidup ini tidak akan cukup untuk dapat

membalas semua kasih sayang, pengorbanan, dan doa tulus mama-papa. Besar harapan Pram

untuk dapat membahagiakan kalian.

Untuk keluarga penulis tersayang, “M.Deni Pratama dan Sarafina Rahayu Fitri” (terus

melangkah, dan kita buat mama-papa bangga.!!). Untuk yang terkasih, “Patma Ahadani

Harahap” (dari sinilah kita mulai perjalanan yang sebenarnnya). Untuk kak Fatma Sari, Risky

Ramadhan dan Rafi Aulia Terima kasih untuk semua ketulusan berupaa doa, dukungan, motivasi

yang kalian berikan.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, tidak dapat dipungkiri berbagai kendala

(5)

menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat rahmat dan hidayah ALLAH SWT, serta kontribusi

yang diberikan oleh berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah berperan dan memberikan kontribusi, baik berupa bantuan, motivasi, saran, kritikan,

serta dukungan dan Doa, didalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Kepada Bapak Drs. Bengkel, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah-tengah aktifitas dan kesibukan beliau, untuk membimbing dan memberi masukan berupa saran dan kritik yang membangun konsep pemikiran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak untuk kesabaran, dan pengertian bapak.

2. Kepada Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.Sp selaku Ketua Depertemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial dan . Terima kasih untuk kesabaran, pengertian, serta motivasi yang diberikan kepada penulis, selama menjalankan studi di Departemen Ilmu Kesjahteraan Sosial.

4. Kepada seluruh Dosen Depertemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Dosen pengajar mata kuliah, yang telah memberikan materi kuliah selama penulis menjalankan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada Remaja Desa Pondok Kelapa, yang bersedia menjadi responden pada penelitian penulis.

6. Buat keluarga penulis, nenek haji, nenek biring, dan Bik Isal. Terima kasih untuk doa dan dukungannya.

7. Buat sahabat dan teman seperjuangan penulis, Kawan –kawan Ilmu Kesejahteraan social. Kebersamaan itu, akan menjadi kenangan yang manis.

8. Buat semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini, dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungannya.

Pada akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih penuh dengan

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang

dimiliki oleh penulis. Dengan kerendahan hati penulis selalu mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR SKEMA………. vi

DAFTAR TABEL……….. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 13

1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian…….……….. 13

1.3.1 Tujuan Penelitian………... 13

1.3.2 Maanfaat Penelitian………..…. 13

1.4 Sistematika Penulisan……….….. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi……….. 16

2.2 Remaja………... 16

2.3 Peranan………... 17

2.4 Wilayatul Hisbah……….………... 18

2.4.1 Peranan Wilayatul Hisbah……… 19

2.4.1 Fungsi Wilayatul Hisbah…...………... 21

(7)

2.5.2 Klasifikasi Seks Bebas...……….. 26

2.5.3 Faktor Penyebab Seks Bebas………..………. 27

2.5.4 Dampak Seks Bebas……….... 28

2.6 Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas……….. 29

2.7 Kerangka Pemikiran……….………... 32

2.8 Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional.………... 35

2.8.1 Defenisi Konsep………... 35

2.8.2 Defenisi Operasional……….……… 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian……….……….... 38

3.2 Lokasi Penelitian….……….... 39

3.3 Populasi Dan Penarikan Sampel ………. 39

3.3.1 Populasi………….………... 39

3.3.2 Teknik Penarikan Sampel…….……….... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 43

3.5 Teknik Analisis Data ………..………... 44

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Gampong Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD………..… 45

4.2 Pemerintahan Gampong Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa ………... 46

4.3 Keadaan Penduduk Gampong Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa…..……….……. 48

4.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan…….……. 49

4.3.2 Mata Pencarian Penduduk Gampong Pondok Kelapa...….. 50

4.4 Sarana Dan Prasarana………... 51

(8)

4.4.3 Sarana Kesehatan………..………....… 53

4.4.4 Sarana Olah Raga………..………..…. 53

4.5 Gambaran Prilaku Seks Bebas Remaja Di Desa Pondok Kelapa... 54

4.6 Gambaran Pengawasan, Pembinaan, Dan Pemberian Sanksi

Yang Telah Dilakukan Wilayatul Hisbah Di Gampong Pondok

Kelapa………...…... 55

BAB V ANALISA DATA

5.1 Data Profil Responden……….…….. 57

5.2 Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Peranan Wilayatul

Hisbah Sesuai Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat

(Mesum/Seks Bebas)……….………. 62

5.3 Gambaran Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul

Hisbah Sesuai Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat

(Mesum/Seks Bebas)………. 76

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan………... 88

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Remaja Berumur 16-21 Tahun Di Desa Pondok Kelapa... 40

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Disetiap Dusun……… 42

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Gampong Pondok Kelapa……….. 48

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan………. 49

Tabel 4.3 Mata Pencaharian Penduduk Gampong Pondok Kelapa………. 50

Tabel 4.4 Sarana Pendidikan di Gampong Pondok Kelapa……… 51

Tabel 4.5 Sarana Ibadah di Gampong Pondok Kelapa……… 52

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan di Gampong Pondok Kelapa………... 53

Tabel 4.7 Sarana Olah Raga di Gampong Pondok Kelapa…...……… 53

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………. 58

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin....……….. 58

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……… 59

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……….… 60

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama……… 60

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku………... 61

Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Adanya Lembaga Wilayatul Hisbah……….. 62

Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Adanya Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat (Mesum/Seks Bebas)……… 63

(10)

Pelanggaran Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat

(Mesum/Seks Bebas)……… 64

Tabel 5.10 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Razia Di Tempat-Tempat

Pelanggaran Syari’at Islam………... 65

Tabel 5.11 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Patroli Untuk Mengawasi

Di Tempat-Tempat Pelanggaran Syari’at Islam Khususnya

Seks Bebas………... 66

Tabel 5.12 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Sosialisasi Kepada Masyarakat

Tentang Adanya Peraturan-Peraturan/Qanun-Qanun Syari’at Islam

Tentang Khalwat (Mesum/Seks Bebas)……… 67

Tabel 5.13 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Ceramah Di Pengajian

Mengenai Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat

(Mesum/Seks Bebas)………. 68

Tabel 5.14 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Dialog Interaktif Di Radio

Tentang Syari’at Islam Khususnya Khalwat (Mesum/Seks Bebas)…….. 69

Tabel 5.15 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Sosialisasi Dengan Cara

Seminar Di Sekolah-Sekolah Tentang Syari’at Islam Khususnya

Tentang Khalwat (Mesum/Seks Bebas)……… 70

Tabel 5.16 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Kerja Sama Dengan

Masyarakat Dalam Menegakkan Syari’at Islam Khususnya

(11)

Khalwat (Mesum/Seks Bebas)………. 71

Tabel 5.18 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Ceramah Di Masjid-Masjid

Tentang Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat

(Mesum/Seks Bebas)………... 72

Tabel 5.19 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Hukuman Cambuk 3-9 Kali

Atau Denda Rp. 2.500.000 - Rp. 10.000.000 Bagi Yang Melanggar

Syari’at Islam Khususnya Qanun No. 14 Tahun 2003 Tentang

Khalwat (Mesum/Seks Bebas)……… 73

Tabel 5.20 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Hukuman kurungan 2-6

Bulan Atau Denda Rp. 5.000.000 – Rp. 15.000.000 Bagi Yang

Melanggar Syari’at Islam Khususnya Qanun No. 14 Tahun

2003 Tentang Khalwat (Mesum/Seks Bebas)………. 74

Tabel 5.21 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Wilayatul Hisbah

Pernah Melakukan Hukuman Sanksi Diarak Keliling Kampung

Dan Dinikahkan Bagi Yang Terbukti Melakukan Hubungan Intim

Melanggar Syari’at Islam Khususnya Qanun No. 14 Tahun 2003

Tentang Khalwat (Mesum/Seks Bebas)………... 75

Tabel 5.22 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Wilayatul Hisbah

Pernah Melakukan Sanksi Yang Terdapat Pada Point No. 13, 14, Dan

15 Diatas Pernah Dilaksanakan……… 76

Tabel 5.23 Persepsi Responden Dengan Adanya Razia Yang Dilakukan Wilayatul

Hisbah Dapat Meminimalisir Pelaku Seks Bebas……….... 77

(12)

Hisbah Dapat Meminimalisir Pelaku Seks Bebas………. 77

Tabel 5.25 Persepsi Responden Dengan Penyuluhan Yang Dilakukan Wilayatul

Hisbah Dapat Meningkatkat Kesadaran Tentang Efek Negative

Dari Prilaku Seks Bebas……… 78

Tabel 5.26 Persepsi Responden Dengan Ceramah Yang Dilakukan Wilayatul Hisbah

Dapat Meningkatkan Moralitas Remaja Untuk Menghindari

Seks Bebas……… 79

Tabel 5.27 Persepsi Responden Dengan Dialog Interaktif Diradio Yang

Dilakukan Wilayatul Hisbah Dapat Menyadarkan Remaja

Untuk Tidak Melakukan Seks Bebas……… 80

Tabel 5.28 Persepsi Responden Dengan Seminar Disekolah-Sekolah Yang

Dilakukan Oleh Wilayatul Hisbah Dapat Meningkatkan

Kesadaran Untuk Menghindari Prilaku Seks Bebas………. 81

Tabel 5.29 Persepsi Responden Dengan Melakukan Kerja Sama Antara Wilayatul

Hisbah Dan Masyarakat Dapat Meminimalisir Prilaku Seks Bebas... 82

Tabel 5.30 Persepsi Responden Dengan Memberikan Nasehat Yang Dilakukan

Wilayatul Hisbah Terhadap Remaja Yang Melanggar Syari’at

Islam Dapat Meningkatkan Kesadaran Sehingga Tidak

Mengulangi Prilaku Seks Bebas……… 83

Tabel 5.31 Persepsi Responden Dengan Ceramah Di Mesjid-Mesjid Yang

(13)

Cambuk Atau Denda Rp. 2.500.00 – Rp. 10.000.000 Bagi Yang

Berbuat Khalwat (Mesum/Seks Bebas) Dapat Memberikan Efek

Jera Bagi Pelaku Seks Bebas……… 85

Tabel 5.33 Persepsi Responden Dengan Pemberian Hukuman Kurungan 2-6

Bulan Atau Denda Rp. 5.000.000 – 15.000.000 Pagi Penyedia

Fasilitas Atau Melindungi Orang Yang Berbuat Khalwat

(Mesum/Seks Bebas) Dapat Memberikan Efek Jera Untuk Tidak

Menyediakan Atau Melindungi Orang Melakukan Seks Bebas………... 86

Tabel 5.34 Persepsi Responden Dengan Diberikan Sanksi Diarak Keliling

Kampung Dan Dinikahkan Bagi Yang Terbukti Melakukan

Hubungan Intim Dapat Memberikan Efek Jera Dan Meningkatkan

(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Bagan Alur Pikiran……….. 34

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Gampong Pondok Kelapa…….. 47

(15)

ABSTRAK

Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

Wilayatul Hisbah merupakan instusi resmi dari pemerintahan yang berada di Aceh bertugas mengawasi, membina, dan pemberian sanksi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang Syari’at Islam yang salah satu kewenangan lembaga ini meliputi seks bebas sesuai Qanun No 14 tahun 2003 tentang seks bebas dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar yakni menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kemungkaran. Setiap petugas Wilayatul Hisbah disebut dengan Muhtasib. Hirarki struktural Wilayatul Hisbah berada di bawah Dinas Syari’at Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD.

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 137 remaja di Desa Pondok Kelapa. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel sebanyak 20% dari total populasi yaitu sebanyak 27 remaja di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD, dapat dikatakan cukup berperan. Tetapi peranan tersebut masih belum maksimal, karena itu perlu dilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan peran serta kinerja institusi wilayatul hisbah tersebut dalam mengurangi prilaku seks bebas. Diantaranya dengan meningkatkan koordinasi yang intens dan terarah antara pengurus Wilayatul Hisbah dengan unsur pemerintahan serta tokoh masyarakat, dalam pembinaan agar dilakukan dengan lebih padat karya, partisipasif dan tidak bersifat monoton. Selain itu perlu perlu dilakukan revitalisasi atau pembenahan secara internal di walayatul hisbah oleh dewan pengurus, untuk menghindari adanya penyimpangan.

(16)

ABSTRACT

Perceptions of Youth Against Wilayatul hisbah Role In Reducing Free Sex in The Village Pondok Kelapa Langsa Baro subdistrict district Langsa NAD

Wilayatul hisbah is the institution of a government official who is in charge of overseeing Aceh, nurture, and imposing sanctions on the implementation of the legislation field of Islamic law. One of these includes the authority to institute appropriate sex Qanun No. 14 of 2003 on free sex in order enjoining unjust that have done good deeds and forbid evil. Each officer Wilayatul hisbah called Muhtasib. Hisbah Wilayatul structural hierarchy is under the Department of Islamic Shari'a. This study aims to determine perceptions Teens Against Wilayatul Role In Reducing Free sex hisbah In the village of Pondok Kelapa Langsa Baro subdistrict district Langsa NAD.

This study classified the type of descriptive research that aims to describe the Perceptions of Youth Against Wilayatul hisbah Role In Reducing Free Sex. Total population in this study were 137 adolescents in Pondok Kelapa village. To represent the population, researchers took a sample of 20% of the total population of as many as 27 teens in The Village Pondok Kelapa Langsa Baro subdistrict district Langsa NAD.

The results of this study indicate that the perception Teens Against Wilayatul hisbah Role In Reducing Free Sex in The Village Pondok Kelapa Langsa Baro subdistrict district Langsa NAD, can be quite instrumental. But the role is not maximized, because it needs to be done several attempts to improve the performance of the institution as well as the role of the wilayatul hisbah in reducing casual sex behavior. Including by improving coordination between administrators intense and focused Wilayatul hisbah with members of the government and community leaders, in coaching that is done by more labor intensive, participatory and non-monotonic. In addition it should be done internally revitalization or improvement in walayatul hisbah by the Board, to avoid any deviation.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lembaran sejarah ditulis bahwa lebih kurang 3,5 abad Indonesia dijajah oleh belanda,

tetapi hal ini tidak terjadi atas tanah dan rakyat Aceh. Akhir abad 19 Belanda menyerang Aceh

dan dengan susah payah serta mengorbankan beberapa jendralnya baru menginjak Tanah Aceh.

Secara De-jure Aceh tidak pernah mengakui kekuasaan Belanda dan selama berada di tanah

Aceh, Belanda tidak pernah sepenuhnya merasa aman dalam menjalankan kekuasaan/pemerintah

annya. Banyak para Mujahidin Aceh melakukan perang grilya.

Mengapa hal ini terjadi? Ruh Islam dan semangat Jihat serta mati Syahit dengan balasan

Surga memotivasi rakyat Aceh melawan penjajah Belanda. karena memang Ruh Islam dan

semangat Jihat, berabad-abad yang lalu sejak Islam masuk di tanah Aceh telah menghunjam

dalam hati sanubari rakyat Aceh. Bagi mereka Islam adalah darah daging, martabat, dan harga

diri yang harus dipertahankan dan dibawa sampai mati.

Tidak berlebihan kalau dikatakan, disetiap jengkal tanah Aceh tertimbun tulang-tulang

para Syuhada yang telah mengorbankan jiwanya demi eksistensi dan tegaknya Syari’at di bumi

Aceh. karena itu wajar belaka apabila setelah Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945

tokoh-tokoh Aceh menuntut agar di tanah Aceh diberlakukannya Syari’at Allah (Syari’at Islam).

Karena bagi mereka Islam bukan saja sebagai warisan leluhur, tapi keyakinan dan sistem hidup

konsep Allah yang tidak diragukan lagi kebenarannya, dan dengan Syari’at Islam yang

dilaksanakan dalam berbagai aspek kehidupan dapat mensejahterakan serta jalan lurus menuju

(18)

Lampu hijau pemberlakuan Syari’at Islam di bumi Aceh telah menyala. Banyak

pandangan dari luar tertuju ke negeri (Aceh : nanggroe) yang mendapat julukan “Serambi

Mekah” itu. Mereka menanti-nanti kapan Syari’at Islam diaplikasikan secara Kaffah di bumi

Iskandar Muda. Kalau memang masyarakat Aceh benar-benar ingin menegakkan hukum Allah,

Maka bagaimana format pelaksaannya. dan bagaimana pula kedudukannya dalam bingkai hukum

nasional? sudah siapkah Masyarakat Aceh mengaplikasikan Syari’at Islam dalam kehidupan

nyata, atau hanya semangat yang menyala-nyala kemudian redup dan padam seketika? banyak

lagi pertanyaan yang serupa muncul begitu “lampu hijau” pemberlakuan Syari’at Islam di tanah

Rencong itu dinyalakan. Dalam waktu yang sama, gema dan semangatnya juga merebak ke

daerah-daerah lain di Indonesia. (Muhammad, 2003 : xxxiii-xxxiv)

Aceh adalah lokasi pertama masuknya Islam di Asia Tenggara, tepatnya di Peurlak Aceh

Timur pada tanggal 1 Muharram 225 Hijriah. Istilah "Serambi Mekkah" sebagai predikat yang

dilabelkan kepada daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD) memperlihatkan bahwa daerah

Aceh sangat kental dengan tradisi keislaman. Islam di Nangroe Aceh Darussalam tidak saja

menjadi agama mayoritas penduduk, bahkan prinsip-prinsip keislaman telah dijadikan sebagai

rujukan mutlak bagi hukum yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat Nangroe Aceh

Darussalam. Salah satu acuan dalam penerapan Syari’at Islam di Aceh yang telah termodifikasi

adalah Qanun Al-Asyi (Adat dan Hukum Islam) yang dibuat pada zaman pemerintahan Sultan

Iskandar Muda. Yaitu Adat dijadikan sebagai fungsi untuk mengharmoniskan kehidupan

masyarakat berupa penyeimbangan kehidupan antar pribadi dan antar kelompok. Dalam

(19)

landasan hukum sebagian besar kesultanan yang ada di Asia Tenggara dalam menerapkan

Syari’at Islam diwilayahnya masing-masing. (http://www.acehforum.or.id)

Munculnya Era Reformasi menyusul jatuhnya pemerintah Orde Baru pada tahun 1998

telah melahirkan kebebasan masyarakat dalam mengekspresikan pendapat termasuk dalam hal

tuntutan umat Islam di Aceh untuk melaksanakan Syari’at Islam sebagai hukum positif atau di

integrasikan dengan hukum nasional. Sampai pada perkembangannya sejarah penerapan Syari’at

Islam di Aceh, dilembagakan melalui dukungan: Undang-Undang no. 44 tahun 1999 tentang

keistimewaan Aceh yang meliputi Agama, Adat, Pendidikan, dan juga peran Ulama. Disahkan

pula UU No. 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh

sebagai Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Dalam undang-undang ini, kepada Aceh diberikan

Peradilan Syari’at Islam yang akan dijalankan oleh Mahkamah Syari’ah, yang kewenangannya

ditetapkan oleh Qanun Setelah itu juga muncul Undang-Undang yang mengakomodir keinginan

masyarakat Aceh untuk menerapkan Syari’at Islam kembali seperti Undang-Undang kekuasaan

kehakiman No. 4 tahun 2004 yang memberikan peluang untuk dibentuknya Mahkamah Syari’ah

di Aceh, dan yang terakhir adalah Undang-Undang No. 11 tahun 2006 tentang pemerintahan

Aceh yang dibuat berdasarkan butir-butir perjanjian damai antara pemerintah RI dengan GAM

(Gerakan Aceh Merdeka) di Helsinki Finlandia.(Abu Bakar, 2009: 4).

Dengan keluarnya keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 11Tahun 2003

Tanggal 3 maret 2003 tentang pembentukan makamah syari’at di Profinsi Nangroe Aceh

Darusalam maka di Profinsi aceh sudah bertambah lembaga peradilan yaitu : Pengadilan Negeri,

Pengadilan Agama, Pengadilan Militer, Pengadilan Syari’yah, Pengadilan Tata Usaha Negara,

Dan yang belum dibentuk adalah Pengadilan Tata Usaha Niaga, Pengadilan Tindak Pidana

(20)

Wilayatul Hisbah (WH) bukan institusi baru yang diperkenalkan di Aceh. Di masa

kesultanan Iskandar Muda, Wilayatul Hisbah sudah ada namun pada saat itu tidak dibentuk

sebuah lembaga khusus untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh orang berbuat

kebaikan dan mencegah orang melakukan perbuatan buruk). Karena perannya sudah memadai

yang dilakukan oleh para Ulama, Imam Gampong, keucik, dan para orang tua yang disegani,

dibarengi pula oleh rakyat Aceh yang memiliki kesadaran religius yang tinggi, sehingga

keberadaan sebuah institusi pemerintahan yang tugasnya memantau pelaksanaan Syari’at Islam

belum dirasa perlu. Setiap individu dengan kesadaran masing-masing menjadi muhtasib (petugas

Wilayatul Hisbah), menegur dan mengingatkan saudaranya sekiranya mereka melakukan perkara

yang bertentangan dengan Syari’at dan selalu mengajak saudaranya melakukan perbuatan Ma’ruf

yang dianjurkan Syari’at Islam.

Wilayatul Hisbah adalah lembaga resmi pemerintah yang diberi kewenangan untuk

menyelesaikan masalah pelanggaran ringan yang berorientasi pada suatu tugas keagamaan,

Dengan misi untuk melakukan Amar ma’ruf nahi Munkar, menyuruh orang berbuat kebaikan

dan mencegah orang melakukan perbuatan buruk. Tugas ini merupakan suatu kewajiban Fardu

yang harus dilaksanakan oleh pemerintah yang berkuasa. Karenanya, penguasa mengangkat

pejabat Lembaga ini dari orang-orang yang dipandang cakap, jujur, dan mempunyai disiplin,

serta tangung jawab yang tinggi. Orang yang diangkat menjadi petugas al-hisbah bukan dari

kalangan yang mudah disuap dengan menghalalkan segala cara. (Rosyadi, Ahmad, 2006:60-61)

Di Aceh lembaga wilayatul hisbah dibentuk berdasarkan surat keputusan Gubernur

(21)

untuk pembina, pengawasan, dan melakukan advokasi terhadap peraturan perundang-undangan

bidang Syari’at Islam dalam rangka melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Kemudian

dalam Qanun nomor 11 tahun 2004 tentang kepolisian daerah NAD menentukan bahwa WH

sebagai lembaga pembantu tugas kepolisian yang bertugas membina, melakukan advokasi, dan

pengawasan pelaksanaan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan bertugas sebagai polisi khusus.

(Ablisar, 2011: 237)

Secara formal aplikasi Syari’at Islam di Aceh telah didukung oleh Undang-Undang dan

Qanun-Qanun yang bersifat publik. Ada 4 Qanun yang diterapkan kepada masyarakat berkaitan

dengan pelaksanaan Syaria’at Islam, yaitu :

1. Qanun no. 11 Tahun 2002 tentang pelaksanaan Syari’at Islam bidang Akidah, Ibadah dan

Syi’ar Islam.

2. Qanun no.12 Tahun 2003 tentang minuman Qhamar (minuman keras),

3. Qanun no.13 Tahun 2003 tentang Maisir (perjudian), dan

4. Qanun no.14 Tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum dan pergaulan bebas).

(Ablisar, 2011: 127-134)

Qanun dalam Bahasa Arab kata kerjanya Qanna yang berarti membuat hukum (to make

law, to legislate). Kemudian Qanun berarti hukum (law), peraturan (rule, regulation),

Undang-Undang (statute, code) (Rosyadi, Ahmad, 2006:170).

Dengan beroperasinya Peradilan Syari’ah maka perbuatan-perbuatan yang melanggar

syari’at islam seperti judi (Maisir), Minuman Keras (Khamar), dan perbuatan Mesum/zina/seks

bebas yang sudah ada Qanunnya, tindakan hukum atas pelanggaran tersebut sudah dilaksanakan

melalui proses pengadilan di seluruh Aceh dengan hukum islam yaitu hukuman Cambuk dan

(22)

Dengan adanya peranan Qanun-Qanun di atas diharapkan dapat merubah prilaku

masyarakat secara luas di Aceh sehingga dapat mengarah sesuai dengan Syari’at Islam kembali,

oleh karena itu diperlukan dukungan, partisipasi dan saling mebenahi diri dari masyarakat luas

agar terwujudnya peranan Syari’at Islam yang Kaffah. Maka untuk penerapan Syari’at Islam

diperlukan kesiapan masyarakat dan aparat penegak hukum yang diserahkan kepada institusi

Wilayatul Hisbah (WH) sehingga diharapkan tidak akan terjadinya penyimpangan dalam

pelaksanaan syari’at islam.

Diera modern saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kebebasan Seks sangatlah sudah

menjadi rahasia umum bagi masyarakat. Hal ini terjadi akibat efek dari globalisasi dan

lain-lainya telah merusak moral dan tingkahlaku Masyarakat, Bahkan tidak asing lagi untuk didengar

atau dilihat hal-hal yang bernuansa Porno saat ini. Ini juga disebabkan oleh semakin kurangnya

penanaman nilai-nilai Agama bagi masyarakat, yang dalam proses perjalanan waktu terus

memudar.

Menurut Sarwono Seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

Seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang

dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing) berciuman belum sampai menempelkan alat

kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat

kelamin tetapi belum bersenggama (necking, dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin

yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum

bersenggama (petting, dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan diluar

(23)

Kebebasan Seks sudah menyebar keseluruh kalangan maupun elemen yang ada, bahkan

ironisnya, Seks bebas telah masuk pada kalangan Remaja, Tidak sedikit Remaja sekarang yang

telah melakukan Seks pranikah.

Remaja merupakan proses yang dilewati setiap manusia, pada masa remaja pada dasarnya

memiliki rasa yang lebih labil. Remaja idealnya adalah generasi penerus Bangsa dan Agama,

mereka seharusnya memiliki nilai-nilai serta moral-moral yang baik, sehingga selaras oleh tujuan

Agama dan Negara. Akan tetapi ironisnya di era modern ini tidak sedikit remaja yang melakukan

Seks bebas, Seks bebas tidak pantas dilakukan oleh remaja karena bertentangan dengan

nilai-nilai yang ada.

Aristoteles mengatakan bahwa remaja adalah orang yang berumur 14-21 tahun. Menurut

Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur 16-21 tahun. Sedangkan menurut DR. Zakiah

Daradjat masa remaja itu lebih kurang antara13-21 tahun. (Sofyan, 2012:23)

Remaja berasal dari kata Latin: adolensence, yang berari tumbuh menjadi dewasa. Istilah

ini mempunyai arti yang lebih luas lagi mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan

fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan

anak, tetapi tidak juga dewasa atau tua. masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau

peralihan, karena ia belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Tapi

justru pada masa inilah butuh perhatian khusus karena remaja sedang berada pada proses

pencarian jati diri. ibarat tubuh, masyarakat terkadang juga bisa ‘sakit’.

Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme tinggi, maka remaja mempunyai pribadi

yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar. Seks bebas di kalangan generasi muda pun

kian marak terjadi dan menjadi pembicaraan hangat. Mengurai ketimpangan tersebut, ada

(24)

massa, pengaruh budaya barat, kurangnya pendidikan agama, dan juga pengabaian dalam

keluarga yang kemudian dijadikan sebagai sebuah cerminan. Hal itu menunjukkan bahwa selama

ini banyak remaja hanya bisa berkaca pada ‘cermin’ yang retak. (Serambi Indonesia, Sabtu, 9

Maret 2013 14:23 WIB)

Dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang

Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada 2002-2003, dilaporkan bahwa remaja yang

mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19

tahun, saat itu masih pada angka 34,7% untuk remaja putri dan 30,9% untuk remaja putra.

Sedangkan temuan terakhir sudah menunjukkan peningkatan sampai menyentuh 93.7% (Seputar

Indonesia, 24/2/2012)

Aceh sebagai daerah serambi mekkah ternyata memiliki permasalahan seks bebas pada

remaja juga, seperti yang di sampaikan dalam surat khabar Serambi. Ketua Perlindungan Anak

Indonesia Daerah (KPAID) Aceh, Tgk Anwar Yusuf Ajad menyatakan, saat ini generasi muda

Aceh banyak yang terlibat seks bebas (free sex) dan fenomena ini sudah sangat serius, sehingga

perlu segera ditangani. “Sebenarnya masalah ini sudah ada sejak tahun 2009. Namun, saat ini

anak-anak Aceh semakin kehilangan jati dirinya. Jika hal ini terus dibiarkan tanpa ada tindakan

nyata yang serius, maka dalam dua tahun mendatang anak-anak Aceh akan benar-benar hilang

dalam kesesatan,” ujar Anwar dalam Diskusi Publik tentang Pergaulan Bebas dan Narkoba

Mengguncang Negeri Syariat (Serambi Indonesia, Senin, 4 Maret 2013 12:57 WIB)

Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan oleh sebuah hasil survey yang dilakukan oleh Dinas

(25)

merupakan berita yang menggembirakan. Tapi itulah kenyataan mengemuka yang hadir dalam

kehidupan kita. Lunturnya budaya malu dalam diri remaja lebih banyak disebabkan keinginan

mereka untuk mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa mereka eksis dan pantas untuk

dianggap bagian dari masyarakat tersebut. Ini menyebabkan pergeseran nilai-nilai ketimuran

yang dianut, termasuk dalam masalah seks di usia remaja (Serambi Indonesia, Sabtu, 9 Maret

2013 14:23 WIB)

Didalam Syari’at Islam perbuatan seks bebas merupakan perbuatan yang tercela dan

terlarang, maka daripada itu di dalam Syari’at Islam di Aceh di bawah institusi Wilayatul Hisbah

seks bebas dimasukkan dalam Qanun no 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum).

yang di harapkan WH dapat membenahi nilai-nilai dan moral di kalangan remaja. Dengan

demikian diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan perbuatan mesun tersebut di

kalangan remaja.

Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas dikalangan remaja sesuai Qanun

no 14 tahun 2003 adalah:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan Qanun no.14

tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas)..

b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan

bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Qanun no.14 tahun

2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul

Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada

(26)

d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Qanun

no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) kepada penyidik (Sumber:

Dinas Syari’at Islam Kota Langsa).

Peran Wilayatul Hisbah yang terkait dengan mengawasi seks bebas dikalangan remaja adalah

diantaranya:

a. Memberitahukan kepada remaja tentang adanya peraturan perundang- undangan Qanun

no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

b. Menemukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Qanun no.14 th 2003

tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

Peran Wilayatul Hisbah yang berhubungan dengan pembinaan meliputi:

a. Menegur, memperingatkan dan menasehati seseorang yang patut di duga telah melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan

mesum/seks bebas).

b. Berupaya untuk menghentikan kegiatan/perbuatan yang patut diduga telah melanggar

peraturan perundangan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks

bebas).

c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui rapat Adat Gampong

d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalah gunaan izin

(27)

Pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran Qanun no.14 th 2003 tentang

Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) melalui proses jalan panjang, diawali dari proses

pengindentifikasian pelanggaran baik dari laporan masyarakat, razia dan berbagai usaha lainnya,

pemeriksaan jenis pelanggaran dan penyidikan guna pembuatan BAP untuk diserahkan kepada

kejaksaan. Setelah sempurna, BAP diserahkan ke Mahkamah Syari’at untuk diproses di

pengadilan. Dan penerapan sanksi berdasarkan keputusan dari pengadilan.

Adapun sanksi terhadap pelanggaran Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan

mesum/seks bebas) yakni :

a) Pelaku mesum/ seks bebas akan diberikan sanksi 3 – 9 kali hukuman cambuk atau

denda 2,5 – 10 juta.

b) Penyedia fasilitas atau yang melindungi orang yang melakukan mesum/seks bebas

diberikan sanksi Kurungan 2 – 6 bulan atau denda 5 – 15 juta (Sumber: Dinas

Syari’at Islam Kota Langsa).

Pemerintah telah mengerahkan instansi terkait seperti Majelis Permusyawaratan Ulama

(MPU), Majelis Adat Aceh (MAA), Majelis Pendidikan Daerah (MPD), Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan (BP3A), Wilayatul Hisbah (WH), Dinas Syariat Aceh, dan tentu

saja pihak kepolisian, Namun, saat ini yang masih sering beroperasi dengan menggelar razia

adalah WH. Aceh yang mayoritas penganutnya beragama islam, mengerahkan WH demi

meminimalisir terjadinya kasus khalwat dan mesum dalam ruang lingkup masyarakat. Banyak

(28)

saja, dan WH hanya memberikan ceramah singkat “jangan berdua-duaan di tempat yang sepi”

bagi pelaku, jika kasusnya parah maka akan diberikan surat peringatan.(Yusuf, E. J. Dalam

serambi, 2013)

Desa Pondok Kelapa, Kecamatan Langsa Baro, Kabupaten Kota Langsa, NAD, Adalah

salah satu wilayah tempat beroprasinya Institusi Wilayatul Hisbah, dan wilayah yang termasuk

dalam penerapan Qanun no 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

Sejauh ini yang dilakukan WH di Desa Pondok Kelapa dalam peranan WH dalam

pengawasan adalah melakukan razia di tempat terduga atau tepat terjadinya pelanggaran Qanun

No. 14 Tahun 2003 Tentang khalwat (mesum/seks bebas), patroli di malam hari dan didaerah

rawan pelanggaran Qanun tersebut, penggerebekan dan lain. Peranan Wilayatul Hisbah dalam

pembinaan yang dilakukan di Desa Pondok Kelapa adalah sosialisasi, dialog interaktif, ceramah,

mengenai Syari’at Islam khususnya tentang Qanun No. 14 Tahun 2003 tentang khalwat

(mesum/seks bebas). Peranan Wilayatul Hisbah dalam pemberian sanksi di Desa Pondok Kelapa

adalah pelaksanaan hukuman cambuk, diarak keliling kampung serta dinikahkan, dan lain-lain.

Bagi masyarakat Desa Pondok Kelapa, Kecamatan Langsa Baro, Kabupaten Kota

Langsa, NAD. Wilayatul Hisbah sangat fenomenal kehadirannya sebagi Institusi yang sah.

namun dalam penerapan Syari’at Islam yang dijalankan oleh petugas Wilayatul Hisbah menuai

pro dan kontra dari Masyarkat Aceh sendiri, Khususnya mengenai perbuatan mesum/seks bebas.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut

dalam bentuk penelitian dan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah (skripsi) dengan judul

(29)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang penting, karena langkah ini akan

menentukan kemana suatu penelitian itu diarahkan. Berdasarkan yang telah diuraikan dilatar

belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Persepsi

Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok

Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD ?”.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Remaja Tehadap

Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan

Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka :

a. Bagi penulis, dapat mempertajam kemampuan menulis dalam penulisan karya ilmiah,

menambah pengetahuan dan mengasa kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan

menganalisis permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, khususnya

permasalahan seks bebas.

b. Bagi fakultas, dapat memberikan sumbangan yang positif dalam rangka pengembangan

konsep-konsep dan teori-teori keilmuan mengenai Permasalahan seks bebas yang

dikembangkan oleh Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial khususnya, serta dapat

(30)

c. Sebagai masukan-masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan

permasalahan yang terjadi dan dapat menjadi referensi untuk kajian ataupun penelitian

selanjutnya.

(31)

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam Skripsi ini,

maka diperlukan sistematika. sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan

dalam 6 (enam) bab, dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek

yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi oprasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian,

teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian

dan data-data lain, dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta

dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubung

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

Menurut Thoha (1998: 23) persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik

terhadap situasi. Yang dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang

dasar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap,

kepercayaan dan pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku.

2.2 Remaja

Aristoteles mengatakan bahwa remaja adalah orang yang berumur 14-21 tahun. Menurut

Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur 16-21 tahun. Sedangkan menurut DR. Zakiah

Daradjat masa remaja itu lebih kurang antara13-21 tahun. (Sofyan, 2012:23)

Remaja berasal dari kata Latin: adolensence, yang berari tumbuh menjadi dewasa. Istilah

ini mempunyai arti yang lebih luas lagi mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan

fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan

anak, tetapi tidak juga dewasa atau tua. masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau

peralihan, karena ia belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Tapi

justru pada masa inilah butuh perhatian khusus karena remaja sedang berada pada proses

(33)

Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme tinggi, maka remaja mempunyai pribadi

yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar. Seks bebas di kalangan generasi muda pun

kian marak terjadi dan menjadi pembicaraan hangat. Mengurai ketimpangan tersebut, ada

beberapa faktor yang menjadi akar penyebab dari seks bebas itu. Seperti pengaruh dari media

massa, pengaruh budaya barat, kurangnya pendidikan agama, dan juga pengabaian dalam

keluarga yang kemudian dijadikan sebagai sebuah cerminan. Hal itu menunjukkan bahwa selama

ini banyak remaja hanya bisa berkaca pada ‘cermin’ yang retak. (Serambi Indonesia, Sabtu, 9

Maret 2013 14:23 WIB).

2.3 Peranan

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). apabila seseorang yang

melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah

melaksanakan suatu peranan. peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena

fungsi peran itu sendiri adalah :

1. memberi arah pada proses sosialisasi.

2. pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan.

3. dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.

4. menghidupkan system pengendali dan control, sehingga dapat melestarikan

kehidupan masyarakat.(Narwoko, 2007 :160)

Horton dan Hunt mengemukakan bahwa peran adalah perilaku yang di harapkan dari

seseorang yang mempunyai status. Bahkan dalam suatu status tunggal pun orang dihadapkan

(34)

set) digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status tidak hanya mempunyai satu peran

tunggal, akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok (http://id.shvoong.com).

Peranan mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu :

1. peranan mengikuti dihubungkan dengan posisi dari tempat seseorang dalam

masyarakat. peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang

membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi.

3. peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

(Sunarto, 1996:55).

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat

diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Usman mengemukakan

“peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan

dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku (Eko,

2013).

2.4 wilayatul hisbah

Wilayatul Hisbah adalah Institusi yang bertugas mengawasi, membina, dan melakukan

advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang Syari’at Islam dalam

rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Setiap petugas Wilayatul Hisbah disebut dengan Muhtasib.

(35)

Untuk Aceh, hirarki struktural Wilayatul Hisbah berada di bawah Dinas Syari’at Islam.

Posisinya sebagai "jantung" dalam dinas Syari’at Islam sangat menentukan keberhasilan atau

kegagalan dinas ini menegakkan Syari’at. Untuk itu landasan hukum tersendiri yang jelas yang

mengatur tugas dan wewenang institusi hisbah sangat diperlukan di samping tekad yang kuat

dari petugas Wilayatul Hisbah menegakkan Syari’at. (http://www.acehinstitute.org.)

Lembaga semacam ini memang memiliki akar yang kuat dalam sejarah islam. tugas

lembaga ini adalah menegakkan amar ma’ruf apabila jelas ditinggalkan dan mencegah

kemungkaran apabila jelas-jelas dilakukan. kewenangan lembaga ini meliputi hal-hal yang

berkenaan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan sebagian tindak pidana ringan yang

menhendaki penyelesaian segera. tujuan adanya lembaga ini adalah untuk menjaga ketertiban

umum serta memelihara keutamaan moral dan ada dalam masyarakat. (Muhammad, 2003:136)

2.4.1 Peran Wilayatul Hisbah

Dalam Peranan Wilayatul Hisbah juga terdapat beberapa unsur penting dalam

pelaksanaan penegakan Syari’at Islam di antaranya sebagai berikut:

1. Peran Wilayatul Hisbah yaitu :

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang Syari’at Islam

b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan

bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan

(36)

c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul

Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada

keuchik/Kepala Gampong dan keluarga pelaku

d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Syari’at

Islam kepada penyidik

2. Peran Wilayatul Hisbah yang terkait dengan mengawasi diantaranya:

a. Memberitahukan kepada masyarakat tentang adanya peraturan perundang- undangan di

bidang Syari’at Islam.

b. Menemukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Syari’at Islam

3. Peran Wilayatul Hisbah yang berhubungan dengan pembinaan meliputi:

a. Menegur, memperingatkan dan menasehati seseorang yang patut di duga telah melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan Syari’at Islam

b. Berupaya untuk menghentikan kegiatan/perbuatan yang patut diduga telah melanggar

peraturan perundangan di bidang Syari’at Islam

c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui rapat Adat Gampong

d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalah gunaan izin

penggunaan suatu tempat atau sarana.

4. Wewenang Wilayatul Hisbah

Sesuai dengan keputusan Gubernur Nomor 01 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata

kerja Wilayatul Hisbah berwenang dalam penanganan setiap pelanggaran dan pembinaan

(37)

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan di

bidang Syari’at Islam

b. Menegur, menasehati, mencegah dan melarang setiap orang yang patut diduga telah

sedang atau akan melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di

bidang Syari’at Islam (Sumber: Dinas Syari’at islam kota langsa).

2.4.2 Fungsi Wilayatul Hisbah

Wilayatul Hisbah melalui muhtasib mempunyai fungsi utama yaitu: menyuruh kepada

kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Adapun dari tugas utama tersebut dapat dibagi lagi

kepada tiga kategori, yakni:

1. Tugas yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah). Kategori pertama yang menyuruh

kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran yang terkait dengan hak-hak Allah meliputi

kegiatan keagamaan, salah satunya perintah untuk Shalat berjamaah di Mesjid atau Musholah

dan tidak menyendiri.

2. Tugas yang berhubungan dengan manusia (Hablum minannas). Yaitu yang berhubungan

dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti hubungan dalam bermuamalah

atau transaksi jual beli.

3. Tugas yang berhubungan dengan keduanya baik Allah dan Manusia (hablum minAllah wa

hablum minanas). Ialah yang terkait antara hak Allah dan hak-hak manusia (Sumber: Dinas

(38)

2.4.3Konsep Pemberian Sanksi Terhadap Pelanggaran Oleh Wilayatul Hisbah

Pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelaksanaan Syari’at Islam melalui proses

jalan panjang, diawali dari proses pengindentifikasian pelanggaran baik dari laporan masyarakat,

razia dan berbagai usaha lainnya, pemeriksaan jenis pelanggaran dan penyidikan guna

pembuatan BAP untuk diserahkan kepada kejaksaan. Setelah sempurna, BAP diserahkan ke

Mahkamah Syari’at untuk diproses di pengadilan. Dan penerapan sanksi berdasarkan keputusan

dari pengadilan.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) jenis pidana yang dikenal adalah :

a. Pidana pokok, yang terdiri dari :

Pidana mati, pidana penjara, kurungan, dan denda.

b. Pidana tambahan:

Pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman putusan

hakim.

Secara umum tujuan pemidanaan adalah memberikan efek jera bagi si pelaku dan

pelajaran bagi orang lain untuk tidak melakukan hal serupa. Dalam Qanun yang menjadi area

studi ini, terdapat tiga jenis uqubat (hukuman) yaitu Hukuman Cambuk, Kurungan dan Denda.

Dalam beberapa Qanun yang menjadi area studi ini, terdapat tiga jenis uqubat (hukuman)

yaitu :

(39)

Berikut ini beberapa perbuatan pidana dan sanksinya yang terkait dengan prilaku menyimpang

yang telah diatur sanksi-sanksinya.

Nomor Perbuatan Pidana/ Pelanggaran

Hukum Syariat Islam

Sanksi/Hukumannya

1. Tidak melaksanakan Shalat Jum’at

tiga kali berturut-turut tampa uzur

syar’i

Menyediakan fasilitas/peluang untuk

tidak berpuasa bagi orang yang

wajib berpuasa pada Ramadhan

Penjara maksimal 6 (enam)

bulan atau cambuk maksimal 3

(tiga) kali

Penjara maksimal 1 (satu)

tahun atau denda maksimal Rp.

3.000.000 (tiga juta rupiah)

atau cambuk 6 (enam) kali dan

dicabut izin usahannya

2 Makan dan minum (oleh orang yang

wajib berpuasa) di tempat umum/di

depan umum pada siang hari bulan

Ramadhan

Penajara maksimal 4 (empat)

bulan atau Cambuk maksimal 2

(dua) kali

3 Tidak berbusana Islami Mulai dengan hukuman yang

paling ringan.

4. Mengkonsumsi minuman khamar

dan sejenisnya

Cambuk 40 (empat puluh) kali

5. Memproduksi, menyediakan, menju

al, memasukkan, mengedarkan, men

Kurungan maksimal 1 (satu)

(40)

gangkut, menyimpan, menimbun, m

emperdagangkan, menghadiahkan

dan Atau denda maks Rp.

75.000.000,- (tujuh puluh lima

juta rupiah)

6. Maisir (Perjudian)

Orang yang berjudi

Penyedia fasilitas, atau

penyelenggara judi, pelindung atau

pemberi izin berjudi

6 – 12 kali hukuman cambuk

Denda 15-35 juta

7. Pelaku mesum

Penyedia fasilitas atau yang

melindungi orang yang khlawat

3 – 9 kali hukuman cambuk

atau denda 2,5 – 10 juta

Kurungan 2 – 6 bulan atau

denda 5 – 15 juta

Sumber: Dinas Syari’at Islam Kota Langsa

2.5 Seks Bebas

2.5.1 Defenisi Seks Bebas

Kurangnya informasi tentang seks dapat menyebabkan anak mencari tahu mengenai hal

itu dari berbagai sumber, termasuk melakukan eksperimen seksual. kalau sudah begini,

bersiap-siaplah orang tua dalam menghadapi problematika seks bebas anak remajanya.

Seks bebas adalah gaya hidup yang berasal dari barat. Dalam hidup seks bebas ini,

(41)

urusan peribadi sehingga tidak seorangpun atau sesuatu pun yang berhak mengatur apalagi

mengekang kebebasan tersebut. (Nawita, 2013:82-83)

Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat

seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem

regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan

melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan

intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai

dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual (psycologymania,

2012).

Nevid mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah hubungan seks antara pria

dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik. Terdapat

kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis

mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang bersifat

instinktif ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama

dorongan seks. Lebih lanjut Cynthia seks juga diartikan sebagai hubungan seksual tanpa ikatan

pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan. Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka

dapat disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan

mulai dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah

(42)

2.5.2 Klasifikasi Seks Bebas

Klasifikasi seks bebas yaitu :

1. Kissing yakni berciuman dengan bibir dan mulut terbuka serta termasuk menggunakan

lidah.

2. hickey yakni merasakan kenikmatan untuk menghisap atau menggigit dengan gemas

pasangan mereka, kadang-kadang pada leher, buah dada, atau paha, yang menyebabkan

sebuah tanda memar merah, tanda ini juga dinamakan isapan, cupang dan lain-lain.

3. necking yakni biasanya termasuk mencium wajah dan leher. umumnya digunakan untuk

menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam, ciuman sambil memegang

buah dada.

4. petting yakni langkah yang lebih mendalam dari necking. ini termasuk merasakan dan

mengusap-usap tubuh pasangan anda, termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan

kadang-kadang daerah kemaluan, entah diluar atau didalam pakaian.

* Baik necking dan petting sama-sama membahayakan . sebab ketika dua orang begitu

terangsang secara seksual, mereka cenderung tidak mampu mencegah untuk tidak

melakukan hubungan intim, atau tidak menggunakan alat mencegah kehamilan.

5. foreplay yakni meliputi merangsang secara seksual melalui berciuman, necking, dan

petting dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim.

6. hubungan intim yakni bersatunya dua orang secara seksual yang idealnya dilakukan

setelah pasangan pria dan wanita menikah. dalam hubungan seksual manusia, penis

(43)

2.5.3 Faktor penyebab seks bebas

Faktor-faktor penyebab terjadinya seks bebas :

1. Penyebaran nilai-nilai asing yang mudah masuk seiring derasnya arus informasi dan

teknologi. ketidakmampuan dalam menyaring berbagai informasi yang masuk membuat

generasi muda kita menjadi sasaran empuk penyebaran tata nilai yang bukan hanya

berlawanan, tetapi juga menjerumuskan.

2. Mudahnya akses konten pornografi, misalnya buku, majalah, keping VCD/DVD, serta

internet. kita bias lihat bahwa file-file cabul dapat berpindah dari satu handphone ke

handphone yang lain dengan mudah dan tidak berbiaya.

3. Tata pergaulan anak zaman sekarang yang menyatakan bahwa free seks sebagai salah

satu elemen modernitas. di mata mereka, melakukan seks diluar nikah dan

bergonta-ganti pasangan adalah sebuah tuntutan logis perkembangan zaman. oleh karena itu,

remaja yang tidak melakukan free seks akan dianggap kampungan dan akan dijauhi dari

lingkungan pergaulan.

4. lemahnya control orang tua terhadap anak. bagaimanapun juga, peran orang tua sangat

berpengaruh dalam melindungi remaja/anak dari berbagai hal berbau pornografi. orang

tua tidak bisa begitu saja mempercayai bimbingan moral yang didapatkan oleh anak di

sekolah dan melepas sepenuhnya tanggung jawab pengawasan tumbuh kembang anak.

5. kurang kuatnya penanaman nilai-nilai agama pada diri anak. penanaman nilai-nilai

(44)

2.5.4 Dampak Seks Bebas

Dampak seks bebas yakni :

1. Kehamilan diluar nikah yang disebabkan oleh tindakan seks yang tidak bertanggung

jawab yang dilakukan generasi muda kita. boleh jadi, hal ini akibat minimnya informasi

mengenai alat-alat kontrasepsi ataupun bimbingan atau tata cara seks yang benar dan

bertanggung jawab.

2. Semangkin tingginya angka aborsi yang juga berbanding lurus dengan angka kematian

ibu yang melakukan aborsi. ketakutan yang dialami oleh para penganut paham seks

bebas (dalam hal ini kaum wanita) ketika mengetahui dirinya hamil membuat dia

melakukan berbagai cara untuk menutupi aib tersebut tanpa peduli apakah langkah

tersebut aman atau tidak bagi keselamtan jiwanya. selain oleh oknum tenaga medis, kita

juga kerap melihat bahwa praktik aborsi dilakukan juga oleh orang-orang yang tidak

kompeten sehingga aborsi dapat membahayakan jiwa pasien itu sendiri.

3. Semakin beresikonya terkena penyakit menular seksual (PMS).

4. Keresahan sosial, meski bagaimanapun kasus seks bebas terlebih yang berujung

kehamilan diluar nikah atau aborsi bukan hanya akan mencoreng nama baik keluarga

yang bersangkutan. gunjingan dan cemoohan adalah konsekuensi logis atas perbuatan

seks bebas. namun demikian, hal yang paling dikhawatirkan adalah perbuatan tersebut

(45)

2.6 Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas

persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi. Yang

dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang dasar seperti berfikir,

mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan

pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku. Remaja

merupakan proses yang dilewati setiap manusia, pada masa remaja pada dasarnya mereka

memiliki rasa yang lebih labil.. Menurut Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur 16-21

tahun.

Wilayatul Hisbah merupakan instusi resmi dari pemerintahan yang berada di Aceh

bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan

perundang-undangan bidang Syari’at Islam yang salah satu kewenangan lembaga ini meliputi

seks bebas dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. seperti yang tertera dalam Qanun no.14 th

2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas adalah:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan Qanun no.14

tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas)..

b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan

bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Qanun no.14 tahun

2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul

Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada

(46)

d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Qanun

no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) kepada penyidik (Sumber:

Dinas Syari’at Islam Kota Langsa).

Peran Wilayatul Hisbah yang terkait dengan mengawasi seks bebas adalah diantaranya:

a. Memberitahukan kepada remaja tentang adanya peraturan perundang- undangan Qanun

no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

b. Menemukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Qanun no.14 th 2003

tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

Peran Wilayatul Hisbah yang berhubungan dengan pembinaan meliputi:

a. Menegur, memperingatkan dan menasehati seseorang yang patut di duga telah melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan

mesum/seks bebas).

b. Berupaya untuk menghentikan kegiatan/perbuatan yang patut diduga telah melanggar

peraturan perundangan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks

bebas).

c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui rapat Adat Gampong

d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalah gunaan izin

penggunaan suatu tempat atau sarana terhadap Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat

(47)

Pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran Qanun no.14 th 2003 tentang

Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) melalui proses jalan panjang, diawali dari proses

pengindentifikasian pelanggaran baik dari laporan masyarakat, razia dan berbagai usaha lainnya,

pemeriksaan jenis pelanggaran dan penyidikan guna pembuatan BAP untuk diserahkan kepada

kejaksaan. Setelah sempurna, BAP diserahkan ke Mahkamah Syari’at untuk diproses di

pengadilan. Dan penerapan sanksi berdasarkan keputusan dari pengadilan.

Adapun sanksi terhadap pelanggaran Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan

mesum/seks bebas) yakni :

c) Pelaku mesum/ seks bebas akan diberikan sanksi 3 – 9 kali hukuman cambuk atau

denda 2,5 – 10 juta.

d) Penyedia fasilitas atau yang melindungi orang yang melakukan mesum/seks bebas

diberikan sanksi Kurungan 2 – 6 bulan atau denda 5 – 15 juta (Sumber: Dinas

(48)

2.7 KERANGKA PEMIKIRAN

Persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi. Yang

dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang dasar seperti berfikir,

mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan

pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku.

Remaja merupakan proses yang dilewati setiap manusia, pada masa remaja pada dasarnya

mereka memiliki rasa yang lebih labil. Menurut Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur

16-21 tahun.

Wilayatul Hisbah merupakan instusi resmi dari pemerintahan yang berada di Aceh

bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan

perundang-undangan bidang Syari’at Islam yang salah satu kewenangan lembaga ini meliputi

seks bebas dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Setiap petugas Wilayatul Hisbah disebut

dengan Muhtasib. Hirarki struktural Wilayatul Hisbah berada di bawah Dinas Syari’at Islam.

Diera modern saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kebebasan Seks sangatlah sudah

menjadi rahasia umum bagi masyarakat. Yang dimana akibat efek dari globalisasi dan lain-lainya

telah merusak moral dan tingkahlaku kita, Bahkan tidak asing lagi buat kita untuk mendengar

atau melihat hal-hal yang bernuansa Porno saat ini. Ini juga disebabkan oleh semakin kurangnya

penanaman nilai-nilai bagi masyarakat, yang dalam proses perjalanan waktu terus memudar.

Seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat Seksual baik dengan

(49)

Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas adalah :

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan Qanun no.14

tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan

bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Qanun no.14 tahun

2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul

Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada

keuchik/Kepala Gampong dan keluarga pelaku

d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Qanun

no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) kepada penyidik (Sumber:

(50)

Bagan Alur Pikiran.

Persepsi Remaja

Perananan Wilayatul Hisbah

 Pengawasan  Pembinaan  Pemberian sanksi

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang melatar belakangi penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana responsiveness, personal selling dan kualitas produk mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan pada

Baik buruknya kinerja yang dihasilkan oleh guru sangat ditentukan oleh baik buruknya pelaksanaan gaya kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh seorang kepala

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Atas partisipasiny'a dalam penyelenggaraan ujian Tulis penerimaan Mahasiswa Baru |alu r Seleksi Mandiri (SM) Universitas Negeri yogyakarta. Tahun

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru ]alur SNMPTN DIVISI IPS Universitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan ucapan. terima

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Seleksi Mandiri Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan pada tanggal 2Lluli20L3. Yogyakarta ,2L