RANCANG BANGUN APLIKASI PENILAIAN BAHAYA
PADA PUSAT PENGENDALIAN OPERASI
PENANGGULANGAN BENCANA JAWA TIMUR
BERBASIS WEB
TUGAS AKHIR
Program Studi S1 Sistem Informasi
Oleh:
Dhesky Aris Mas Darwanto 11410100138
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
iv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
v
Halaman
2.9 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 24
2.10 Tahapan SDLC ... 25
2.10.1 Kebutuhan Perangkat Lunak... 25
2.10.2 Analisis dan Desain Perangkat Lunak ... 26
2.10.3 Konstruksi Perangkat Lunak... 32
2.10.4 Uji Coba Perangkat Lunak... 33
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 34
3.1 Uraian Permasalahan ... 34
3.3.4 Entity Relationship Diagram ... 63
3.3.5 Struktur Database ... 66
3.3.6 Desain Input Output ... 72
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 84
vi
4.2.9 Form Master Parameter Probabilitas ... 95
4.2.10 Form Transaksi Penilaian ... 96
4.2.11 Form Tampil Informasi Bencana ... 98
4.2.12 Form Tampil Hasil Dampak ... 98
4.2.13 Form Tampil Hasil Probabilitas ... 99
4.2.14 Form Pesan SMS Masuk ... 100
4.2.15 Form Broadcast Pesan ... 101
4.2.16 Form Laporan Informasi ... 101
4.2.17 Form Laporan Peta ... 104
4.2.18 Form Laporan Grafik ... 104
4.2.19 Form Laporan Penilaian Dampak ... 106
4.2.20 Form Laporan Penilaian Probabilitas ... 108
4.2.21 Form Laporan Makro ... 111
4.3 Evaluasi Sistem ... 113
4.3.1 Uji Coba Form ... 113
4.3.2 Uji Coba Penilaian Bahaya dengan SMS ... 119
vii
Halaman
4.3.4 Angket... 146
4.3.5 Uji Coba Berdasarkan Data Bencana 6 Bulan ... 149
BAB V PENUTUP... 151
5.1 Kesimpulan ... 151
5.2 Saran ... 151
DAFTAR PUSTAKA ... 152
1 1.1Latar Belakang Masalah
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 113 Tahun 2010 memuat aturan perubahan mengenai tata naskah dinas yang bersifat manual menjadi eletronik. Peraturan ini didasari adanya penghematan waktu dan biaya dalam pembuatan surat-surat dan nota dinas serta kecepatan proses pengirimannya dilakukan secara realtime. Adanya peraturan ini menyebabkan seluruh dinas yang ada di provinsi
Jawa Timur merubah tata naskah dinas yang digunakan. Perubahan ini memang tidak bersifat secara langsung dan masif, tetapi lebih pada perubahan yang perlahan-lahan dari manual menjadi elektronik. Salah satu dinas yang mengalami perubahan tersebut adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.
2
penilaian bahaya sebagai bahan penyusun rencana kontingensi. Rencana kontingensi adalah rencana terintegrasi yang berisi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi, masyarakat serta lembaga usaha dalam menghadapi ancaman bencana (Pedoman Renkon BNPB, 2013).
Menurut pedoman rencana kontingensi tahun 2013, penilaian bahaya merupakan hasil dari mengidentifikasi ancaman bencana yang melanda suatu wilayah. Hasil identifikasi berupa pembobotan atau scoring ancaman bencana dari beberapa jenis ancaman yang ada berdasarkan ancaman kejadian bencana dan dampak dari suatu ancaman bencana. Penilaian bahaya berdasarkan dari data bencana yang ada pada rekap laporan. Rekap laporan adalah kumpulan dari laporan harian yang dibuat oleh Pusdalops PB berdasarkan periode tertentu. Laporan harian adalah laporan yang dibuat oleh Pusdalops PB yang berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bencana pada suatu wilayah tertentu setiap hari. Laporan ini berisi mengenai berita kejadian bencana, aktivitas gunung api, pantauan peringatan dini cuaca, prakiraan cuaca, prakiraan tinggi gelombang, dan hasil monitoring komunikasi radio. Proses penilaian bahaya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Penetapan penilaian bahaya juga bergantung dari data yang ada pada laporan harian. Laporan Harian disusun berdasarkan informasi hasil komunikasi dan pantauan dengan pihak terkait bencana. Pihak tersebut antara lain BPBD Kota, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi) dan pihak lain yang terkait dengan bencana. Informasi dari berbagai pihak tersebut akan dimasukkan kedalam log sheet kemudian dimasukkan kedalam laporan harian. Ketika petugas jaga
memperoleh informasi dari pihak terkait, petugas jaga biasanya menyalin terlebih dahulu di selembar kertas kemudian mengetiknya di laporan. Laporan tersebut berupa file worksheet. File worksheet ini nantinya akan bertambah banyak karena setiap hari menghasilkan satu file laporan harian. Kemudian setiap minggu, laporan harian tersebut di sortir dan dimasukkan kedalam rekap laporan. Format rekap laporan ini juga berupa file worksheet. Rekap laporan nantinya akan menjadi bahan untuk penetapan penilaian bahaya.
4
ini hanya dapat digunakan untuk keperluan laporan saja dan tidak dapat digunakan untuk penetapan penilaian bahaya. Hal ini dikarenakan file rekap berbentuk worksheet sehingga tidak dapat diolah menjadi bentuk yang lain, misalnya tidak
dapat difilter. Ketiga, File rekap juga tidak dapat menghasilkan penilaian bahaya secara langsung. File rekap yang berupa worksheet tidak dapat menghasilkan penilaian bahaya dikarenakan file tersebut belum berupa database. Penilaian bahaya yang dihasilkan menjadi tidak akurat. Tidak akurat artinya nilai yang dihasilkan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya setelah nilai tersebut dimasukkan dalam dokumen rencana kontingensi. Penilaian bahaya juga sering kali tidak valid dikarenakan Pusdalops PB menilai bencana hanya dengan memperkirakan saja tanpa ada perhitungan mengenai bencana tersebut, selain itu perhitungan penilaian bahaya masih bersifat manual. Kesalahan sering kali terjadi pada penentuan range skala penilaian. Bencana yang seharusnya masuk dalam range skala yang besar tetapi keliru dalam menempatkan di range skala yang lebih kecil. Hal ini yang menyebabkan penilaian bahaya masih tidak valid. Ditambah lagi, sistem yang sekarang masih menggunakan aplikasi worksheet yang terikat dengan sistem operasi tertentu. Sistem ini menyebabkan petugas dan pihak - pihak tertentu kesulitan mengakses sistem tersebut jika tidak berada ditempat. Sistem yang sekarang juga masih belum realtime, artinya sistem masih belum menghasilkan respon yang cepat dalam menghitung penilaian bahaya.
Tabel 1.1 Masalah dan dampak
No Masalah Dampak
1 Petugas jaga kesulitan memasukkan informasi ke laporan harian.
Waktu memasukkan informasi lebih lama.
2 File rekap laporan hanya untuk keperluan laporan.
Data tidak dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan penetapan penilaian bahaya.
3 File rekap tidak dapat menghasilkan penilaian bahaya secara langsung.
Penilaian bahaya menjadi tidak akurat.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, maka Pusdalops PB perlu membuat sebuah sistem yang dapat melakukan penilaian bahaya terhadap bencana di Jawa Timur. Sistem ini berbasis web karena dapat diakses oleh petugas serta kepala Pusdalops dimanapun dan kapanpun tanpa harus melakukan penginstalan serta dapat dijalankan di berbagai sistem operasi serta bersifat realtime. Dengan adanya sistem yang realtime, maka petugas dapat mengetahui kondisi data secara cepat.
6
kontingensi. Setelah dinilai, sistem dapat merekap dan menampilkan informasi nilai bencana berupa grafik dan peta daerah di Jawa Timur. Laporan grafik akan memudahkan dalam memantau perkembangan nilai bahaya dari bencana tersebut. Sistem dapat menghasilkan laporan harian untuk kebutuhan pelaporan Pusdalops.
Aplikasi penilaian bahaya pada Pusdalops ini dapat menghasilkan penilaian bahaya terhadap bencana, laporan harian, informasi berupa grafik dan peta. Dengan adanya aplikasi penilaian bahaya maka kendala dalam penilaian bahaya sebagai bahan penyusun rencana kontingensi di Pusdalops PB Jawa Timur dapat diselesaikan dengan baik.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan : bagaimana membangun aplikasi penilaian bahaya pada Pusdalops PB Jawa Timur berbasis web yang dapat memberikan penilaian bahaya terhadap bencana di Jawa Timur.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dibuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Aplikasi tidak menunjukkan tempat kejadian bencana secara detail.
2. Jenis bencana yang dinilai oleh aplikasi hanya berjumlah 13 bencana sesuai dengan prioritas di BPBD Jawa Timur.
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah menghasilkan aplikasi penilaian bahaya pada Pusdalops PB Jawa Timur berbasis web yang dapat memberikan penilaian bahaya terhadap bencana di Jawa Timur.
1.5 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan memiliki beberapa nilai manfaat antara lain:
1. Membantu pihak Pusdalops PB dalam melakukan penilaian bahaya bencana. 2. Membantu pihak Pusdalops PB dalam proses pembuatan laporan harian.
1.6 Sistematika Penulisan
Di dalam penyusunan laporan tugas akhir ini secara sistematis diatur dan disusun dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab. Adapun urutan dari bab pertama sampai bab terakhir adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan pembuatan sistem, manfaat bagi penggunanya, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
8
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas analisa dan perancangan sistem. Analisa berisi penjelasan dari timbulnya masalah beserta penyelesaiannya, sedangkan perancangan sistem berisi Document Flow, System Flow, Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram, dan Desain Input
/ Output.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM
Bab ini membahas tentang kebutuhan perangkat lunak, perangkat keras, implementasi dan evaluasi sistem. Implementasi ini mengacu pada perancangan desain sistem yang telah dibuat dan berfokus memberikan penilaian bahaya dari bencana di Jawa Timur. Dalam implementasi ini juga berisi penjelasan Graphical User Interface (GUI) sistem yang telah dibuat. Sedangkan evaluasi sistem berisi
validasi dan uji coba sistem agar terhindar dari error serta berjalan sesuai yang diharapkan.
BAB V PENUTUP
9 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Aplikasi
Menurut Noviansyah (2008), aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai program komputer yang dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang dirancang untuk suatu tugas khusus dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aplikasi software spesialis, program dengan dokumentasi tergabung yang dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.
b. Aplikasi software paket, suatu program dengan dokumentasi tergabung yang dirancang untuk jenis masalah tertentu.
2.2Sistem
Menurut Leman (1998), sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005) definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari beberapa prosedur yang mempunyai tujuan tertentu.
10
mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya.
1. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada perosedur, mendefinisikan
sistem sebagai berikut: “Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur
-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul, bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu”. 2. Pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur, lebih
menekankan urutan-urutan operasi didalam sistem. Prosedur didefinisikan
sebagai berikut: “Suatu prosedur adalah suatu urutan-urutan operasi klerikal
(tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi”.
3. Pendekatan yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya
mendefinisikan sistem sebagai berikut: “Sistem adalah kumpulan dari elemen
-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.3Informan
Informan dalam satu kota berjumlah minimal 1 orang dan maksimal ditentukan oleh BPBD Kota berdasarkan kebutuhan di lapangan. Informan berasal dari pegawai BPBD Kota yang ditempatkan di kota tersebut atau relawan yang berasal dari masyarakat. Relawan yang menjadi informan berasal dari Tagana, Pramuka dan Mapala. Tagana adalah Taruna Siaga Bencana yang merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang berbasiskan masyarakat. Pramuka adalah Praja Muda Karana yang merupakan organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia. Tingkatan Pramuka yang diperbolehkan untuk menjadi relawan adalah penegak dan pandega atau setaranya. Mapala adalah Mahasiswa Pecinta Alam yang merupakan organisasi non formal yang terdiri dari mahasiswa yang menyenangi kegiatan di alam.
2.4Bencana
Menurut peraturan kepala BNPB no 15 tahun 2012, bencana adalah peristiwa atau rangkaian yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana berdasarkan penyebabnya dikategorikan menjadi 3, yaitu:
12
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.
Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Menurut pedoman renkon tahun 2013, kejadian bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban, dan ataupun kerusakan.
2.5Pusdalops PB
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana atau Pusdalops PB adalah unsur pelaksana di BNPB atau BPBD yang bertugas menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi penanggulangan bencana (perka no. 15 tahun 2012). Tugas pokok Pusdalops PB adalah sebagai berikut :
1. Sebelum bencana
Memberikan dukungan kegiatan pada saat sebelum bencana (pengumpul, pengolah, penyaji data dan informasi kebencanaan) secara rutin.
2. Saat bencana
3. Pasca bencana
4. Memberikan dukungan kegiatan pada saat setelah bencana terjadi (penyedia data dan informasi khusunya dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi). Fungsi Pusdalops PB adalah sebagai berikut :
1. Fungsi penerima, pengolah dan pendistribusi informasi kebencanaan.
2. Fungsi penerima, pengolah dan penerus peringatan dini kepada instansi terkait dan masyarakat.
3. Fungsi tanggap darurat sebagai fasilitator pengerahan sumber daya untuk penanganan tanggap darurat bencana secara tepat, efisien dan efektif.
4. Fungsi koordinasi, komunikasi dan sinkronisasi pelaksanaan penanggulangan bencana.
BPBD Provinsi akan berkordinasi dengan BPBD Kota sehingga setiap kota akan didirikan BPBD Kota yang berfungsi sebagai kepanjangan tugas dari BPBD Provinsi. Setiap BPBD Kota memiliki informan yang bertugas memantau dan melaporkan kejadian bencana yang terjadi di kota tersebut. Informan dalam satu kota berjumlah minimal 1 orang dan maksimal ditentukan oleh BPBD Kota berdasarkan kebutuhan di lapangan. Informan berasal dari pegawai BPBD Kota yang ditempatkan di kota tersebut atau relawan yang berasal dari masyarakat.
2.6Penilaian Bahaya
14
dampak dari suatu ancaman bencana. Penilaian bahaya berdasarkan dari data bencana yang ada pada rekap laporan. Rekap laporan adalah kumpulan dari laporan harian yang dibuat oleh Pusdalops PB berdasarkan periode tertentu. Laporan harian adalah laporan yang dibuat oleh Pusdalops PB yang berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bencana pada suatu wilayah tertentu setiap hari. Laporan ini berisi mengenai berita kejadian bencana, aktivitas gunung api, pantauan peringatan dini cuaca, prakiraan cuaca, prakiraan tinggi gelombang, dan hasil monitoring komunikasi radio. Data laporan ini diperoleh dari informan seperti BPBD Kota dan beberapa informan yang berada di lapangan.
Penilaian bahaya dilakukan melalui identifikasi profil ancaman yang berpotensi melanda suatu wilayah berdasarkan :
a. Identifikasi profil ancaman yang berpotensi melanda suatu wilayah melalui dokumen Rencana Penanggulangan Bencana atau dari data sejarah kejadian bencana atau dari hasil kajian para pakar tentang potensi bencana di sebuah daerah.
6. Gelombang Ekstrim dan Abrasi 7. Cuaca Ekstrim
8. Kekeringan
9. Kebakaran Hutan dan Lahan
10.Kebakaran Gedung dan Pemukiman 11.Epidemi dan Wabah Penyakit 12.Gagal Teknologi
13.Konflik Sosial
c. Penilaian bahaya dapat ditetapkan langsung oleh kepala negara atau daerah berdasarkan masukan dari para pakar di bidangnya.
Pembobotan penilaian bahaya dibedakan menjadi dua (2) yaitu skala probabilitas dan skala dampak. Penentuan skala probabilitas berdasarkan pada prediksi waktu kemungkinan terjadinya suatu bencana disaat penilaian bahaya dilakukan dengan pembobotan seperti berikut :
1. Skala 4, kemungkinan bencana terjadi dalam rentang waktu sampai dengan 6 bulan ke depan. Skala ini dapat diartikan dengan skala sangat sering.
2. Skala 3, kemungkinan bencana terjadi dalam rentang waktu 6 bulan - 1 tahun ke depan. Skala ini dapat diartikan dengan skala sering.
3. Skala 2, kemungkinan bencana terjadi dalam rentang waktu 1 – 5 tahun ke depan. Skala ini dapat diartikan dengan skala kadang-kadang.
16
Untuk skala probabilitas dihitung dengan menghitung jumlah kejadian bencana yang masuk, kemudian dilakukan rata-rata. Dari data rata-rata tersebut akan menjadi skala yang dibagi menjadi 4 skala.
Tabel 2.1 Skala Penilaian Bahaya
Skala Probabilitas 1 2 3 4
Keterangan Jarang Kadang-kadang Sering Sangat sering Periode waktu berdasarkan periode yang dinilai
Berikut parameter kejadian bencana yang digunakan dalam menghitung skala probabilitas:
1. Gempa Bumi
Tabel 2.2 Parameter Probabilitas Gempa Bumi
Parameter A B C D
Nilai pga < 0.2501 0.2501 – 0.475 0.476 - 0.70 > 0.70
2. Tsunami
Tabel 2.3 Parameter Probabilitas Tsunami
Parameter 1 2 3 4
Ketinggian < 1 m 1 m – 2 m 2 m – 3 m > 3 m
3. Banjir
Tabel 2.4 Parameter Probabilitas Banjir
Parameter 1 2 3 4
Zona Banjir < 1 m 1 m – 2 m 2 m – 3 m > 3 m
4. Tanah Longsor
Tabel 2.5 Parameter Probabilitas Tanah Longsor
Parameter 1 2 3 4
5. Letusan Gunung Api
Tabel 2.6 Parameter Probabilitas Letusan Gunung Api
Parameter 1 2 3 4
Peta KRB KRB I KRB II KRB III KRB IV
6. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Tabel 2.7 Parameter Probabilitas Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Parameter 1 2 3 4 Persen
Tabel 2.8 Parameter Probabilitas Cuaca Ekstrim
Parameter 1 2 3 4
Lahan terbuka Skor bahaya = (0.3333 * Lahan Terbuka) + (0.3333 * (1 -Kemiringan Lereng)) + (0.3333*(Curah Hujan Tahunan / 5000))
Tabel 2.9 Parameter Probabilitas Kekeringan
Parameter 1 2 3 4
Peta rendah sedang tinggi Sangat tinggi
9. Kebakaran Hutan dan Lahan
Tabel 2.10 Parameter Probabilitas Kebakaran Hutan dan Lahan
Parameter 1 2 3 4
18
10.Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Tabel 2.11 Parameter Probabilitas Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Parameter 1 2 3 4
Durasi Pemadaman <3 jam 3 – 15 jam 15–24 jam >24 jam
11.Epidemi dan Wabah Penyakit
Tabel 2.12 Parameter Probabilitas Epidemi dan Wabah Penyakit
Parameter 1 2 3 4
Tabel 2.13 Parameter Probabilitas Gagal Teknologi
Parameter 1 2 3 4
Tabel 2.14 Parameter Probabilitas Konflik Sosial
Parameter 1 2 3 4
Dampak kejadian <5 org 5 – 10 org 11–20 org >20 org
Penentuan skala dampak kerugian berpatokan pada luas wilayah terdampak dengan pembobotan seperti berikut :
3. Skala 2, sedang (31% - 50% wilayah rusak). 4. Skala 1, ringan (10% - 30% wilayah rusak).
Berikut parameter kejadian bencana yang digunakan dalam menghitung skala dampak:
1. Gempa Bumi
Tabel 2.15 Parameter Dampak Gempa Bumi
Daerah Bobot
Tabel 2.16 Parameter Dampak Tsunami
Daerah Bobot
Tabel 2.17 Parameter Dampak Banjir
20
4. Tanah Longsor
Tabel 2.18 Parameter Dampak Tanah Longsor
Daerah Bobot
Tabel 2.19 Parameter Dampak Letusan Gunung Api
Daerah Bobot
6. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Tabel 2.20 Parameter Dampak Gelombang Ekstrim dan Abrasi
7. Cuaca Ekstrim
Tabel 2.21 Parameter Dampak Cuaca Ekstrim
Daerah Bobot
Tabel 2.22 Parameter Dampak Kekeringan
Daerah Bobot
9. Kebakaran Hutan dan Lahan
Tabel 2.23 Parameter Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan
22
10.Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Tabel 2.24 Parameter Dampak Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Daerah Bobot
11.Epidemi dan Wabah Penyakit
Tabel 2.25 Parameter Dampak Epidemi dan Wabah Penyakit
Daerah Bobot
Tabel 2.26 Parameter Dampak Gagal Teknologi
Daerah Bobot
Tabel 2.27 Parameter Dampak Konflik Sosial
Daerah Bobot
Short Message Service (SMS) (Talukder, 2010), merupakan sebuah
layanan yang banyak diaplikasikan pada sistem komunikasi tanpa kabel, memungkinkan dilakukannya pengiriman pesan dalam bentuk teks. SMS didukung oleh GSM (Global System For Mobile Communication), TDMA (Time Division Multiple Access), CDMA (Code Division Multiple Access) yang berbasis pada
telepon seluler yang saat ini banyak digunakan.
SMS Gateway merupakan pintu gerbang atau jalur informasi suatu sistem untuk mengirimkan pesan informasi berdasarkan kebutuhan user dimana pintu gerbang tersebut adalah server yang bertugas sebagai media penghubung user dengan nomor ponsel yang dituju. SMS Gateway adalah sebuah perangkat lunak yang menggunakan bantuan komputer dan memanfaatkan teknologi seluler yang digunkaan untuk mendistribusikan maupun menerima pesan melalui sistem informasi dimana SMS tersebut dapat dikirim ke banyak nomor secara otomatis dan praktis. Adapun fungsi dan fitur SMS Gateway antara lain :
1. Komunikasi SMS interaktif dua arah. 2. SMS info on demand.
3. SMS Automatic Registration. 4. Polling SMS
24
7. Pengiriman SMS terjadwal.
2.8PHP
Hypertext Prepocessor atau PHP (Saputra, 2012), merupakan suatu bahasa
pemrograman yang difungsikan untuk membangun suatu website dinamis. PHP menyatu dengan kode HTML, maksudnya adalah beda kondisi. HTML digunakan sebagai pembangun atau pondasi dari kerangka layout web, sedangkan PHP difungsikan sebagai prosesnya sehingga dengan adanya PHP tersebut, web akan sangat mudah di-maintenance. PHP berjalan pada sisi server sehingga PHP disebut juga sebagai bahasa Server Side Scripting. Dalam menjalankan PHP, wajib adanya web server. PHP ini bersifat open source sehingga dapat dipakai secara cuma-cuma
dan mampu lintas platform, yaitu dapat berjalan pada sistem operasi Windows maupun Linux. PHP juga dibangun sebagai modul pada web server apache dan sebagai binary yang dapat berjalan sebagai CGI.
2.9Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Siklus hidup pengembangan sistem adalah nama lain dari System Development Life Cycle (SDLC) ini merupakan suatu proses pengembangan atau
2.10 Tahapan SDLC
2.10.1 Kebutuhan Perangkat Lunak
Kebutuhan perangkat lunak dapat diartikan sebagai properti yang harus dipamerkan dalam rangka memecahkan beberapa masalah di dunia nyata (IEEE Computer Society, 2014). Dalam menentukan kebutuhan perangkat lunak, yang pertama perlu harus diperhatikan setelah definisi dari kebutuhan perangkat lunak adalah jenis dari kebutuhan tersebut seperti apakah produk atau proses, fungsional atau non-fungsional, dan properti yang akan muncul. Keseluruhan proses tersebut dapat menjelaskan perbedaan antara kebutuhan sistem dan perangkat lunak.
Kedua yaitu, proses dari kebutuhan itu sendiri. Didalamnya digambarkan model, aktor, dukungan dan manajemen, kualitas dan pengembangan dari proses itu sendiri. Ketiga yaitu, elisitasi kebutuhan yang menjelaskan darimana kebutuhan perangkat lunak berasal dan bagaimana caranya mendapatkannya. Keempat yaitu, analisis kebutuhan yang membahas konflik antar kebutuhan, interaksi perangkat lunak dengan lingkungan sekitar, dan mengkolaborasikan antara kebutuhan sistem dengan perangkat lunak. Selain itu, termasuk di dalamnya klasifikasi kebutuhan, pemodelan konseptual, desain arsitektur dan alokasi kebutuhan, dan negosiasi kebutuhan.
26
Topik itu seperti sifat berulangnya sebuah proses, manajemen dan pemeliharaan, dan pengukuran kebutuhan
2.10.2 Analisis dan Desain Perangkat Lunak
a. System Flow
System flow atau bagan alir sistem merupakan bagan yang menunjukkan
arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. System flow menunjukkan urutan-urutan dari prosedur yang ada di dalam sistem dan menunjukkan apa yang dikerjakan sistem. Simbol-simbol yang digunakan dalam system flow ditunjukkan pada Gambar 2.1
Mengenai penjelasan dari simbol-simbol yang digunakan dalam system flow adalah sebagai berikut
Menunjukkan file non-komputer yang diarsip. 4. Simbol Proses
Menunjukkan kegiatan proses dari operasi program komputer. 5. Simbol Database
Menunjukkan tempat untuk menyimpan data hasil operasi komputer. 6. Simbol Garis Alir
7. Simbol Penghubung
Menunjukkan penghubung ke halaman yang masih sama atau ke halaman lain.
Gambar 2.1 Simbol-simbol pada System Flow
b. Data Flow Diagram (DFD)
DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik di tempat data tersebut mengalir. DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang terstruktur dan dapat mengembangkan arus data di dalam sistem dengan terstruktur dan jelas.
DFD fokus pada aliran data dari dan ke dalam sistem serta memproses data yang mengalir tersebut (Kendall dan Kendall, 2003). Simbol-simbol dasar dalam DFD yaitu :
1. External Entity
Suatu External entity atau entitas merupakan orang, kelompok, departemen, atau sistem lain di luar sistem yang dibuat dapat menerima atau memberikan
1. Simbol Dokumen
7. Simbol Penghubung ke Halaman yang Sama
28
informasi atau data ke dalam sistem yang dibuat. Gambar 2.2 merupakan simbol entitas dalam DFD dalam model Gane. Suatu External entity atau entitas merupakan orang, kelompok, departemen, atau sistem lain di luar sistem yang dibuat dapat menerima atau memberikan informasi atau data ke dalam sistem yang dibuat.
Gambar 2.2 Simbol External Entity
2. Data Flow
Data flow atau aliran data disimbolkan dengan tanda panah. Data flow
menunjukkan arus data atau aliran data yang menghubungkan dua proses atau entitas dengan proses. Gambar 2.3 merupakan simbol data flow.
Gambar 2.3 Simbol Data Flow
3. Process
Gambar 2.4 Simbol Process
4. Data Store
Data store adalah simbol yang digunakan untuk melambangkan proses
penyimpanan data. Suatu nama perlu diberikan pada Data Store untuk menunjukkan nama dari file-nya. Gambar 2.5 merupakan simbol file penyimpanan / data store yang dapat berupa hal-hal sebagai berikut, sebagai gambaran:
1. Suatu file atau Database di sistem komputer. 2. Suatu arsip atau catatan manual.
3. Suatu tabel acuan manual.
Gambar 2.5 Simbol Data Store
Berikut ini adalah urutan langkah bagaimana menggambarkan suatu sistem pada DFD:
1. Context Diagram
Context diagram merupakan langkah pertama dalam pembuatan data flow
diagram. Pada context diagram dijelaskan sistem apa yang dibuat dan entity
apa saja yang digunakan. Dalam context diagram harus ada arus data yang masuk dan arus data yang keluar.
2. Data Flow Diagram Level 0
0
Proc es s
30
DFD level 0 adalah langkah selanjutnya setelah context diagram. Hal yang digambarkan dalam Diagram level 0 ini adalah proses utama dari sistem serta hubungan entity, process, data flow dan data store.
3. Data Flow Diagram Level 1
DFD level 1 merupakan penjelasan dari DFD level 0. Pada proses ini dijelaskan proses apa saja yang dilakukan pada setiap proses yang terdapat di DFD level 0.
c. Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah gambaran pada sistem yang di
dalamnya terdapat hubungan antara entity beserta relasinya. Entity merupakan sesuatu yang ada dan terdefinisikan di dalam suatu organisasi, dapat abstrak dan nyata. Untuk setiap entity biasanya mempunyai attribute yang merupakan ciri entity tersebut. Menurut Marlinda (2004), attribute memiliki pengertian kolom di sebuah relasi. Macam-macam attribute yaitu :
1. Simple Attribute
Attribute ini merupakan attribute yang unik dan tidak dimiliki oleh attribute
lainnya, misalnya entity mahasiswa yang attribute-nya NIM. 2. Composite Attribute
Composite attribute adalah attribute yang memiliki dua nilai harga, misalnya
nama besar (nama keluarga) dan nama kecil (nama asli). 3. Single Value Attribute
Attribute yang hanya memiliki satu nilai harga, misalnya entity mahasiswa
Multi value attribute adalah attribute yang banyak memiliki nilai harga,
misalnya entity mahasiswa dengan attribute-nya pendidikan (SD, SMP, SMA). 5. Null Value Attribute
Null value attribute adalah attribute yang tidak memiliki nilai harga, misalnya
entity tukang becak dengan attribute-nya pendidikan (tanpa memiliki ijazah).
Relasi adalah hubungan antar entity yang berfungsi sebagai hubungan yang mewujudkan pemetaan antar entity. Macam-macam relasi itu sendiri antara lain :
1. One To One (1:1)
Relasi dari entity satu dengan entity dua adalah satu berbanding satu. Contoh: Pada pelajaran privat, satu guru mengajar satu siswa dan satu siswa hanya diajar oleh satu guru.
2. One To Many (1:m)
Relasi antara entity yang pertama dengan entity yang kedua adalah satu berbanding banyak atau dapat pula dibalik, banyak berbanding satu. Contoh: Pada sekolah, satu guru mengajar banyak siswa dan banyak siswa diajar oleh satu guru.
Entity relationship diagram ini diperlukan agar dapat menggambarkan
hubungan antar entity dengan jelas, dapat menggambarkan batasan jumlah entity dan partisipasi antar entity, mudah dimengerti pemakai dan mudah disajikan oleh perancang database. Untuk itu entity relationship diagram dibagi menjadi dua jenis model, yaitu :
32
CDM adalah jenis model data yang menggambarkan hubungan antar tabel secara konseptual.
2. Physical Data Model (PDM)
PDM adalah jenis model data yang menggambarkan hubungan antar tabel secara fisikal.
2.10.3 Konstruksi Perangkat Lunak
Pada tahap ini ialah melakukan konversi hasil desain ke sistem informasi yang lengkap melalui tahapan coding atau pengkodean termasuk bagaimana, membuat basis data dan menyiapkan prosedur kasus pengujian, mempersiapkan berkas atau file pengujian, pengodean pengompilasian, memperbaiki dan membersihkan program serta melakukan peminjaman pengujian. Construction ini memiliki beberapa tahapan secara umum. (IEEE Computer Society, 2014).
a. Software Construction Fundamentals
Pada tahap pertama yaitu dilakukan pendefinisian dasar tentang prinsip-prinsip yang digunakan dalam proses implementasi seperti minimalisasi kompleksitas, mengantisipasi perubahan, dan standar yang digunakan.
b. Managing Construction
Bagian ini mendefinisikan tentang model implementasi yang digunakan, rencana implementasi, dan ukuran pencapaian dari implementasi tersebut. c. Practical Considerations
2.10.4 Uji Coba Perangkat Lunak
34 BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1Uraian Permasalahan
Identifikasi masalah yang ada di Pusdalops-PB Jawa Timur adalah penilaian bahaya terhadap bencana. Penilaian bahaya ini digunakan untuk menyusun dokumen rencana kontingensi. Rencana kontingensi adalah rencana terintegrasi yang berisi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi, masyarakat serta lembaga usaha dalam menghadapi ancaman bencana.
Menurut hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, selama ini penilaian bahaya sering kali tidak valid dikarenakan Pusdalops PB menilai bencana hanya dengan memperkirakan saja tanpa ada perhitungan mengenai bencana tersebut. Perkiraan penilaian ini dikarenakan rekap laporan yang tidak dapat diolah lebih lanjut menjadi penilaian bahaya. Oleh sebab itu, perhitungan penilaian bahaya masih bersifat manual sehingga sering kali terjadi kesalahan pada penentuan nilai bahaya. Bencana yang seharusnya masuk dalam nilai skala yang besar tetapi keliru dalam menempatkan di nilai skala yang lebih kecil. Hal ini yang menyebabkan penilaian bahaya menjadi tidak valid.
3.2Analisis Permasalahan
Proses penetapan penilaian bahaya dimulai dari pembuatan laporan harian. Proses pembuatan dan pengumpulan laporan harian terdapat beberapa permasalahan.
1. Petugas jaga kesulitan dalam memasukkan informasi ke laporan harian. Untuk memasukkan informasi, petugas harus menulis terlebih dahulu di kertas. Hal ini dilakukan karena petugas dalam menerima informasi dapat melalui telepon atau radio sehingga butuh ditulis terlebih dahulu. Setelah ditulis, kemudian diketik ke worksheet. Permasalahan ini menyebabkan waktu memasukkan informasi menjadi lebih lama.
2. File rekap tidak dapat menghasilkan penilaian bahaya secara langsung.
File rekap yang berupa worksheet tidak dapat menghasilkan penilaian bahaya serta penilaian tersebut masih bersifat manual tanpa perhitungan sehingga penilaian bahaya yang dihasilkan menjadi tidak akurat. Tidak akurat artinya nilai yang dihasilkan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya setelah nilai tersebut dimasukkan dalam dokumen rencana kontingensi. Ditambah lagi, sistem yang sekarang masih menggunakan aplikasi worksheet yang terikat dengan sistem operasi tertentu. Sistem ini menyebabkan petugas kesulitan mengakses sistem tersebut jika tidak berada ditempat. Sistem yang sekarang juga masih belum realtime, artinya sistem masih belum menghasilkan respon yang tepat dan cepat dalam menghitung penilaian bahaya.
36
web karena dapat diakses oleh petugas serta kepala Pusdalops dimanapun dan
kapanpun tanpa harus melakukan penginstalan serta dapat dijalankan di berbagai sistem operasi serta bersifat realtime. Dengan adanya sistem yang realtime, maka petugas dapat mengetahui kondisi data secara cepat.
3.3Perancangan Sistem
Setelah dilakukan analisis terhadap sistem, maka langkah selanjutnya adalah perancangan sistem. Perancangan sistem ini bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan fungsional, menggambarkan aliran data dan alur sistem, dan sebagai tahap persiapan sebelum implementasi sistem. Perancangan sistem ini diharapkan dapat merancang dan mendesain sistem dengan baik, yang isinya meliputi langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung operasi sistem.
Arsitektur aplikasi penilaian bahaya dijelaskan pada gambar berikut.
38
Gambar 3.1 merupakan desain arsitektur aplikasi penilaian bahaya dimana aplikasi tersebut menerima data dari informan. Data tersebut berupa SMS. SMS ini nantinya akan masuk kedalam server kemudian akan terekam dalam log sheet. Log sheet adalah kumpulan data kejadian bencana di Jawa Timur. Log sheet nantinya akan menjadi bahan petugas Pusdalops PB untuk membuat laporan informasi. Laporan informasi ini nantinya akan direkap kemudian menjadi rekap laporan. Data pada rekap laporan nantinya akan menjadi bahan untuk penilaian bahaya. Data kejadian bencana nantinya akan ditampilkan dengan peta dan grafik. Untuk petanya akan menampilkan informasi kejadian bencana pada setiap kecamatan sedangkan untuk grafik akan menampilkan statistik kejadian dan bencana. Data SMS ini dikirim dengan menggunakan format tertentu. Berikut format SMS yang digunakan: 1. Info
Format SMS Info digunakan ketika informan ingin menyampaikan informasi berkaitan dengan kejadian bencana tersebut. Informasi ini seperti kronologi kejadian bencana, jumlah korban, upaya yang sudah dilakukan, dll.
INFO/<TANGGAL>/<KOTA>/<KECAMATAN>/<NAMA_BENCANA>/< NAMA_PERISTIWA>/<ISI_INFORMASI>/<ISI_INFORMASI2>/<ISI_IN FORMASI3>
2. Lapor
Format SMS Lapor digunakan ketika informan ingin menyampaikan laporan berkaitan dengan kejadian bencana tersebut berdasarkan parameter kejadian bencana. SMS Lapor ini yang nantinya akan dinilai kadar bahayanya.
LAPOR/<TANGGAL>/<KOTA>/<KECAMATAN>/<KATEGORI>/<
Format SMS Help digunakan ketika informan ingin mengetahui format SMS penilaian bahaya dan ID Peristiwa dalam suatu kejadian bencana. Formatnya sebagai berikut:
a. Bantuan format SMS HELP
b. Bantuan ID Peristiwa
HELP/<ID_KEJADIAN_BENCANA>
Jika SMS tidak sesuai dengan format maka sistem akan mengirimkan SMS balasan yang menyatakan ketidaksesuaian dengan format. Batas estimasi ketidaksesuaian format ini sebanyak 5 kali, jika lebih dari itu maka nomor tersebut akan diblokir. Hal ini sebagai upaya mengantisipasi adanya bom SMS. Oleh sebab itu, nomor informan harus terdaftar didalam sistem. Nomor yang terdaftar nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk diolah atau tidaknya SMS yang dikirimkan.
Langkah-langkah operasi dalam perancangan sistem ini adalah sebagai berikut :
40
b. System Flow.
c. Diagram Jenjang Proses.
d. Data Flow Diagram (DFD), yang didalamnya terdapat : Context Diagram, DFD Level 0, dan DFD Level 1.
e. Entity Relationship Diagram (ERD), yang didalamnya meliputi : Conceptual Data Model (CDM), dan Physical Data Model (PDM).
f. Desain Input Output.
3.3.1 Document Flow Penilaian Bahaya
Document Flow merupakan bagan yang menunjukkan aliran atau arus dokumen dari satu bagian ke bagian yang lain di dalam sistem secara logika. Document flow juga menggambarkan tiap-tiap bagian organisasi yang terlibat
dalam pengolahan dokumen di dalam tiap-tiap proses. Namun, proses yang digambarkan dalam document flow adalah proses manual atau proses yang selama ini dikerjakan Pusdalops tanpa adanya sebuah sistem yang membantu menangani proses tersebut.
Gambar 3.2 Document Flow Penilaian Bahaya
3.3.2 System Flow Penilaian Bahaya
42
lebih efektif dalam menjalankan proses organisasi, sehingga proses tersebut bisa dikerjakan dengan cepat dan hasilnya akurat.
System Flow pada aplikasi ini dapat dibagi menjadi empat (4) yang akan
dijelaskan pada sub bab berikut. A. Mengelola Data Master
System flow mencatat data master ini terdiri dari tujuh (7) data master,
dimana system flow tiap-tiap data master tersebut memiliki kemiripan model yang hampir sama. Data master yang harus dicatat adalah data kota, data kecamatan, data informan, data jenis bencana, data parameter probabilitas dan data parameter dampak.
1. Mengelola data kota
Gambar 3.3 System Flow Mengelola Data Master Kota
2. Mengelola data kecamatan
44
Gambar 3.4 System Flow Mengelola Data Master Kecamatan
3. Mengelola data informan
Gambar 3.5 System Flow Mengelola Data Master Informan
4. Mengelola data jenis bencana
46
Desain system flow mencatat data jenis bencana dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 System Flow Mengelola Data Master Jenis Bencana
5. Mengelola data peristiwa
Gambar 3.7 System Flow Mengelola Data Master Peristiwa
6. Mengelola data parameter probabilitas
48
diambil dari tabel parameter probabilitas. Desain system flow mencatat data parameter probabilitas dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 System Flow Mengelola Data Master Parameter Probabilitas
7. Mengelola data parameter dampak.
menampilkan data parameter dampak yang diambil dari tabel parameter dampak. Desain system flow mencatat data parameter dampak dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 System Flow Mengelola Data Master Parameter Dampak
B. Mencatat Data Informasi
50
kejadian bencana kemudian dipilah. Jika termasuk data informasi maka akan disimpan di tabel informasi. Namun jika tidak termasuk data informasi maka data tersebut akan diproses pada penilaian bahaya.
Gambar 3.10 System Flow Mencatat Data Informasi melalui SMS
Gambar 3.11 System Flow Mencatat Data Informasi melalui Web
C. Menentukan Penilaian Bahaya
52
Gambar 3.12 System Flow Menentukan Penilaian Bahaya melalui SMS
Gambar 3.13 System Flow Menentukan Penilaian Bahaya melalui Web
D. Membuat Laporan
54
Gambar 3.14 System Flow Membuat Laporan Informasi
Kemudian menampilkan data tersebut menjadi peta. System flow membuat laporan peta dapat dilihat pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15 System Flow Membuat Laporan Peta
56
Gambar 3.16 System Flow Membuat Laporan Grafik
3.3.3 Diagram Jenjang Proses
57
58
A. Context Diagram
Context Diagram adalah gambaran menyeluruh dari DFD. Di dalam
Context Diagram terdapat tiga (3) External Entity yaitu Informan, Perwira Jaga dan Kepala BPBD. Proses pembuatan context diagram dimulai dari system flow yang menjelaskan alur sistem. Dalam alur sistem terdapat proses dan tabel yang dibutuhkan untuk menjalankan proses tersebut sehingga dapat diketahui alur data serta entitasnya.
Perwira Jaga memasukkan data informan, data kota, data kecamatan, data parameter probabilitas, data peristiwa dan data parameter dampak. Informan memasukkan data informasi dan data kejadian bencana melalui media SMS dan web. Informan juga menerima data SMS feedback informasi dan kejadian bencana.
Kepala BPBD mendapatkan data hasil penilaian, laporan informasi, laporan peta dan laporan grafik. Gambar Context Diagram dapat dilihat pada Gambar 3.18.
59
Le
ve
l 0
60
60
Seperti gambar DFD Level 0 diatas, bahwa Gambar 3.19 ini memiliki lima (5) proses dan sepuluh (10) data store yang fungsinya masing-masing adalah penjabaran lebih lanjut tentang proses dalam sistem dan tabel yang digunakan dalam penyimpanan data. Selanjutnya, empat proses tersebut juga dijelaskan lebih detail kedalam DFD Level 1 berikut :
C. DFD Level 1 Mengelola Data Master
Gambar 3.20 DFD Level 1 Mengelola Data Master
D. DFD Level 1 Mencatat Data Informasi
62
Gambar 3.21 DFD Level 1 Mencatat Data Informasi
E. DFD Level 1 Menentukan Penilaian Bahaya
Pada DFD Level 1 menentukan penilaian bahaya terdapat tiga (3) sub proses yaitu menghitung penilaian bahaya, menyimpan penilaian bahaya dan menampilkan penilaian bahaya. Sub proses menghitung penilaian bahaya berfungsi untuk menghitung penilaian bahaya. Sub proses menyimpan penilaian bahaya berfungsi untuk menyimpan penilaian bahaya. Sub proses menampilkan penilaian bahaya berfungsi untuk menampilkan penilaian bahaya.
F. DFD Level 1 Membuat Laporan
Pada DFD Level 1 membuat laporan terdapat tiga (3) sub proses yaitu membuat laporan informasi, membuat laporan peta dan membuat laporan grafik. Sub proses membuat laporan informasi berfungsi untuk membuat laporan informasi. Sub proses membuat laporan peta berfungsi untuk membuat laporan peta. Sub proses membuat laporan grafik berfungsi untuk membuat laporan grafik.
Gambar 3.23 DFD Level 1 Membuat Laporan
3.3.4 Entity Relationship Diagram
64
kecamatan, informan, jenis bencana, peristiwa, parameter probabilitas dan parameter dampak. Untuk mencatat data transaksi maka dibutuhkan tabel kejadian bencana dan informasi. Kemudian untuk menentukan penilaian bahaya maka dibutuhkan tabel lapor. Entity Relationship Diagram dapat dilihat pada Gambar 3.24.
A. Conceptual Data Model
CDM dari aplikasi penilaian bahaya terdapat 10 tabel yang berasal dari kebutuhan penyimpanan data dari data flow diagram yaitu tabel informan, kota, kecamatan, jenis bencana, kejadian bencana, informasi, lapor, parameter dampak, parameter probabilitas, dan peristiwa. CDM sistem ini dapat dilihat pada Gambar 3.25.
Gambar 3.25 Conceptual Data Model
B. Physical Data Model
66
Gambar 3.26 Physical Data Model
3.3.5 Struktur Database A. Tabel Informan
Nama tabel : Informan Primary key : ID_Informan
Foreign key : ID_Kota, ID_BPBD_Kota Fungsi : Menyimpan data informan
Tabel 3.1 Informan
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Informan Integer PK
2 ID_Kota Integer FK
No Field Name Data Type Length Constraint
Fungsi : Menyimpan data kota
Tabel 3.2 Kota
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Kota Integer PK
2 Nama_Kota Varchar 100
3 Nama_BPBD_Kota Varchar 100
4 Latitude Varchar 50
5 Longitude Varchar 50
C. Tabel Kecamatan
Nama tabel : Kecamatan Primary key : ID_Kecamatan Foreign key : ID_Kota
Fungsi : Menyimpan data kecamatan
Tabel 3.3 Kecamatan
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Kecamatan Integer PK
68
No Field Name Data Type Length Constraint
3 Nama_Kecamatan Varchar 100
D. Tabel Kejadian Bencana
Nama tabel : Kejadian Bencana Primary key : ID_Kejadian_Bencana
Foreign key : ID_Peristiwa, ID_Informan, ID_Kecamatan Fungsi : Menyimpan data kejadian bencana
Tabel 3.4 Kejadian Bencana
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Kejadian_Bencana Integer PK
2 ID_Peristiwa Integer FK
3 ID_Informan Integer FK
4 ID_Kecamatan Integer FK
5 Tanggal_Kejadian_Bencana Date 6 Jam_Kejadian_Bencana Time
E. Tabel Jenis Bencana
Nama tabel : Jenis Bencana Primary key : ID_Jenis_Bencana Foreign key : -
Fungsi : Menyimpan data kejadian bencana
Tabel 3.5 Jenis Bencana
No Field Name Data Type Length Constraint
No Field Name Data Type Length Constraint 2 Nama_Jenis_Bencana Varchar 100
F. Tabel Informasi
Nama tabel : Informasi Primary key : ID_Informasi
Foreign key : ID_Kejadian_Bencana Fungsi : Menyimpan data informasi
Tabel 3.6 Informasi
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Informasi Integer PK
2 ID_Kejadian_Bencana Integer FK
3 Keterangan Varchar 1000
G. Tabel Lapor
Nama tabel : Lapor Primary key : ID_Lapor
Foreign key : ID_Kejadian_Bencana Fungsi : Menyimpan data lapor
Tabel 3.7 Lapor
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Lapor Integer PK
2 ID_Kejadian_Bencana Integer FK
3 Jenis_Lapor Varchar 100
70
No Field Name Data Type Length Constraint
5 Keterangan_Lapor Varchar 100
H. Tabel Peristiwa
Nama tabel : Peristiwa Primary key : ID_Peristiwa Foreign key : ID_Jenis_Bencana
Fungsi : Menyimpan data peristiwa Tabel 3.8 Peristiwa
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Peristiwa Integer PK
2 ID_Kota Integer FK
3 ID_Jenis_Bencana Integer FK
4 Nama_Peristiwa Varchar 50 5 Tahun_Peristiwa Varchar 15
6 Status Varchar 50
I. Tabel Parameter Dampak
Nama tabel : Parameter Dampak Primary key : ID_Parameter_Dampak Foreign key : ID_Jenis_Bencana
Fungsi : Menyimpan data parameter dampak
Tabel 3.9 Parameter Dampak
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Parameter_Dampak Integer PK
No Field Name Data Type Length Constraint 3 Nama_Parameter_Dampak Varchar 50
4 Skala_Parameter_Dampak Integer
5 Bobot_Parameter_Dampak Numeric 8,5 6 Besaran_Min_Parameter_Dampak Numeric 8,5 7 Besaran_Max_Parameter_Dampak Numeric 8,5
J. Tabel Parameter Probabilitas
Nama tabel : Parameter Probabilitas Primary key : ID_Parameter_Probabilitas Foreign key : -
Fungsi : Menyimpan data parameter probabilitas
Tabel 3.10 Parameter Probabilitas
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Parameter_Probabilitas Integer PK
2 ID_Jenis_Bencana Integer FK
3 Nama_Parameter_ Probabilitas Varchar 50 4 Skala_Parameter_ Probabilitas Integer
5 Bobot_Parameter_ Probabilitas Numeric 8,5 6 Besaran_Min_Parameter_ Probab Numeric 8,5 7 Besaran_Max_Parameter_Probab Numeric 8,5
K. Tabel Pesan Masuk
Nama tabel : Pesan Masuk Primary key : ID_Pesan_Masuk Foreign key : -
72
Tabel 3.11 Pesan Masuk
No Field Name Data Type Length Constraint
1 ID_Pesan_Masuk Integer PK
2 ID_Kejadian_Bencana Integer FK
3 Tanggal_Diterima Datetime
4 Pengirim Varchar 50
5 Pesan Text
3.3.6 Desain Input Output
Desain input output adalah rancangan form-form yang akan diimplementasikan kedalam sistem dan berfungsi sebagai antar muka pengguna dengan sistem. Rancangan ini akan menerima input / masukan data dari pengguna dan memberikan hasilnya berupa output laporan. Selanjutnya masukan data dari pengguna tersebut akan dimasukkan dalam database dan dikeluarkan dalam bentuk laporan. Adapun desain input output tersebut adalah sebagai berikut :
A. Desain Input
A.1 Desain Form Login
Halaman Login adalah halaman tampilan awal dari aplikasi yang nantinya akan dijalankan. Form Login ini digunakan untuk keamanan sistem. Tujuannya adalah supaya sistem digunakan oleh orang yang berhak memakai dan berjalan sesuai hak aksesnya masing-masing. Pada halaman ini, user diharuskan untuk memasukkan nama username dan password kemudian menekan tombol login.
A.2 Desain Beranda
Beranda adalah tampilan awal ketika user masuk ke sistem. Beranda ini digunakan untuk menampilkan informasi secara sekilas melalui grafik dan peta. Pengguna yang sudah masuk ke sistem dapat melihat informasi statistik banyaknya bencana di Jawa Timur melalui grafik batang dan peta berwarna.
Gambar 3.28 Desain Beranda
A.3 Desain Form Master Kota
74
Pengguna yang sudah masuk ke sistem dapat memasukkan data kota dengan menulis Nama Kota, Latitude dan Longitude kemudian menekan tombol Insert. ID Kota bersifat auto-generate sehingga tidak perlu diinputkan manual. Tombol Edit digunakan untuk merubah data kota sedangkan tombol delete digunakan untuk menghapus data kota.
Gambar 3.29 Desain Form Master Kota
A.4 Desain Form Master Kecamatan
Gambar 3.30 Desain Form Master Kecamatan
A.5 Desain Form Master Informan
76
Gambar 3.31 Desain Form Master Informan
A.6 Desain Form Master Jenis Bencana
Gambar 3.32 Desain Form Master Jenis Bencana
A.7 Desain Form Master Peristiwa
78
Gambar 3.33 Desain Form Master Peristiwa
A.8 Desain Form Master Parameter Dampak
Gambar 3.34 Desain Form Master Parameter Dampak
A.9 Desain Form Master Parameter Probabilitas
80
Gambar 3.35 Desain Form Master Parameter Probabilitas
A.10 Desain Form Transaksi Penilaian
Gambar 3.36 Desain Form Transaksi Penilaian
B. Desain Output
B.1 Desain Laporan Informasi
Laporan Informasi ini digunakan untuk menunjukkan informasi yang dihimpun oleh informan pada rentang waktu tertentu. Laporan informasi berisi tanggal, nama kejadian bencana dan isi informasi yang disampaikan oleh informan. Laporan informasi ini nantinya akan menjadi sub bab pada laporan harian.
82
B.2 Desain Laporan Peta
Laporan Peta ini digunakan untuk menunjukkan informasi kejadian bencana dalam bentuk peta. Penggunaan laporan ini dengan mengeklik peta yang ingin diketahui informasinya, kemudian informasi tersebut muncul. Laporan Peta berisi tanggal, nama kejadian bencana dan banyaknya kejadian bencana.
Gambar 3.38 Desain Laporan Peta
B.3 Desain Laporan Grafik
84
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
4.1Kebutuhan Sistem
Tahap implementasi sistem adalah tahap yang mengubah hasil analisis dan perancangan ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti oleh komputer sehingga menghasilkan aplikasi. Adapun kebutuhan sistem terhadap perangkat keras dan perangkat lunak supaya bisa berjalan dengan baik adalah sebagai berikut:
4.1.1 Kebutuhan Hardware (Perangkat Keras)
Kebutuhan perangkat keras merupakan komponen peralatan fisik yang membentuk suatu sistem komputer terstruktur, serta peralatan-peralatan lain yang mendukung komputer dalam menjalankan fungsinya. Hardware yang digunakan harus memiliki spesifikasi dan kinerja yang baik, sehingga sistem yang akan dijalankan oleh komputer bisa berjalan tanpa ada suatu masalah. Kebutuhan hardware adalah sebagai berikut :
a. Dual Core Processor 2.60 GHz, 512K Cache, 400 MHz FSB b. 2 Gygabytes RAM
c. Kapasitas bebas (free space) pada harddisk 15 Gb d. Keyboard dan Mouse
4.1.2 Kebutuhan Software (Perangkat Lunak)
ini memiliki fungsi masing-masing, mulai dari tools untuk perancangan document dan system flow sampai dengan tools untuk pembuatan sistem itu sendiri. Adapun software tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sistem operasi menggunakan Microsoft® Windows® Seven
b. Microsoft Visio® 2007 untuk membuat rancangan document dan system flow c. Power Designer® 6 untuk membuat Context Diagram dan DFD
d. Power Designer® 15 untuk membuat ERD (CDM - PDM) e. Mysql 5.0 untuk membuat database sistem
f. XAMPP untuk membuat web server localhost g. Pencil untuk membuat desain interface website h. PHP Storm untuk membuat website
i. Firefox untuk mengakses localhost website
4.2 Implementasi Sistem
Setelah semua komponen komputer yang mendukung proses sistem selesai diinstal, maka proses selanjutnya adalah implementasi atau penerapan sistem. Implementasi sistem ini merupakan aplikasi penilaian bahaya. Form awal yang akan tampil dalam sistem ketika dijalankan adalah form login, sebagai form keamanan bagi pengguna yang berhak untuk mengaksesnya.
4.2.1 Form Login
Form login digunakan pegguna untuk masuk kedalam sistem dan berguna sebagai proses keamanan sistem bagi pengguna yang berhak mengakses. Dalam form ini pengguna harus memasukkan username dan password pada field yang
86
account tersebut kedalam database, apabila account telah terdaftar, maka sistem
akan melanjutkan proses menuju menu utama, namun apabila belum terdaftar maka sistem akan menolaknya.
Gambar 4.1 Form Login
4.2.2 Form Beranda
Gambar 4.2 Form Beranda
4.2.3 Form Master Kota
Form master kota digunakan untuk memasukkan data kota. Tampilan form master kota dapat dilihat pada Gambar 4.3. Untuk dapat memasukkan data kota,
pengguna harus memasukkan nama kota, kemudian tekan tombol Insert . Dalam halaman ini, pengguna juga dapat melakukan update dan delete pada data kecamatan. Untuk dapat memperbarui data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil form edit data kota seperti Gambar 4.4, setelah itu pengguna dapat mengganti nama kota kemudian tekan tombol
. Jika batal mengedit maka tekan tombol . Untuk menghapus data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil pop-up peringatan untuk menghapus data, jika dihapus maka tekan tombol
88
Gambar 4.3 Form Master Kota
Gambar 4.4 Form Edit Data Kota
4.2.4 Form Master Kecamatan
Form master kecamatan digunakan untuk memasukkan data kecamatan. Tampilan form master kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4.5. Untuk dapat memasukkan data kecamatan, pengguna harus memilih nama kota dan
. Jika batal mengedit maka tekan tombol . Untuk menghapus data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil pop-up peringatan untuk menghapus data, jika dihapus maka tekan tombol
, jika tidak dihapus maka tekan tombol .
Gambar 4.5 Form Master Kecamatan
Gambar 4.6 Form Edit Data Kecamatan
4.2.5 Form Master Informan
90
nama BPBD kota dan memasukkan nama informan beserta nomer telepon,
kemudian tekan tombol Insert . Dalam halaman ini, pengguna juga dapat melakukan update dan delete pada data informan. Untuk dapat memperbarui data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil form edit data informan seperti Gambar 4.10. Pengguna dapat mengganti nama informan
kemudian tekan tombol . Jika batal mengedit maka tekan tombol . Untuk menghapus data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil pop-up peringatan untuk menghapus data, jika dihapus maka tekan tombol , jika tidak dihapus maka tekan tombol .
Gambar 4.7 Form Master Informan
4.2.6 Form Master Jenis Bencana
Form master jenis bencana digunakan untuk memasukkan data jenis bencana. Tampilan form master jenis bencana dapat dilihat pada Gambar 4.11. Untuk dapat memasukkan data jenis bencana, pengguna harus memasukkan nama
jenis bencana, kemudian tekan tombol Insert . Dalam halaman ini, pengguna juga dapat melakukan update dan delete pada data jenis bencana. Untuk dapat memperbarui data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil form edit data jenis bencana seperti Gambar 4.12, setelah itu pengguna
dapat mengganti nama jenis bencana kemudian menekan tombol . Jika batal mengedit maka tekan tombol . Untuk menghapus data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil pop-up peringatan untuk menghapus data, jika dihapus maka tekan tombol , jika tidak dihapus maka tekan tombol .
92
Gambar 4.10 Form Edit Data Jenis Bencana
4.2.7 Form Master Peristiwa
Form master peristiwa digunakan untuk memasukkan data parameter dampak. Tampilan form master peristiwa dapat dilihat pada Gambar 4.13. Untuk dapat memasukkan data peristiwa, pengguna harus memilih Jenis Bencana dan Status serta memasukkan nama peristiwa dan memilih tahun peristiwa, kemudian
tekan tombol Insert . Dalam halaman ini, pengguna juga dapat melakukan update dan delete pada data peristiwa. Untuk dapat memperbarui data, pengguna
harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil form edit data nama peristiwa seperti Gambar 4.14, setelah itu pengguna dapat mengganti nama peristiwa, jenis bencana, tahun peristiwa dan status kemudian tekan tombol
. Jika batal mengedit maka tekan tombol . Untuk menghapus data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil pop-up peringatan untuk menghapus data, jika dihapus maka tekan tombol
Gambar 4.11 Form Master Peristiwa
Gambar 4.12 Form Edit Data Peristiwa
4.2.8 Form Master Parameter Dampak
94
Insert . Dalam halaman ini, pengguna juga dapat melakukan update dan delete pada data parameter dampak. Untuk dapat memperbarui data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil form edit data parameter dampak seperti Gambar 4.16, setelah itu pengguna dapat mengganti nama parameter dampak, skala dampak, bobot dan batas nilai minimal maksimal
kemudian tekan tombol . Jika batal mengedit maka tekan tombol . Untuk menghapus data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil pop-up peringatan untuk menghapus data, jika dihapus maka tekan tombol , jika tidak dihapus maka tekan tombol .
Gambar 4.14 Form Edit Data Parameter Dampak
4.2.9 Form Master Parameter Probabilitas
Form master parameter probabilitas digunakan untuk memasukkan data parameter probabilitas. Tampilan form master parameter probabilitas dapat dilihat pada Gambar 4.17. Untuk dapat memasukkan data parameter probabilitas, pengguna harus memilih jenis bencana dan memasukkan nama parameter probabilitas, skala probabilitas, kategori skala probabilitas, bobot parameter
dampak dan batas nilai minimal maksimal, kemudian tekan tombol Insert . Dalam halaman ini, pengguna juga dapat melakukan update dan delete pada data parameter probabilitas. Untuk dapat memperbarui data, pengguna harus menekan tombol pada tabel tersebut. Maka akan tampil form edit data parameter probabilitas seperti Gambar 4.18, setelah itu pengguna dapat mengganti nama parameter probabilitas, skala dampak, bobot dan batas nilai minimal maksimal