• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan Penonton Terhadap Sosok Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games (Studi Pada Gerakan Perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan Komunitas Nonton YK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerimaan Penonton Terhadap Sosok Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games (Studi Pada Gerakan Perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan Komunitas Nonton YK)"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

Penerimaan Penonton Terhadap Sosok Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games (Studi Pada Gerakan Perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan

Komunitas Nonton YK)

The Audience Reception Against of Figure of a Women Hero in The Hunger

Games Movie ( Studies in Women's Movement Nasyiatul Aisyiyah and Nonton YK

Community)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

OLEH :

Muhammad Fatu Albashori

20120530192

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

Penerimaan Penonton Terhadap Sosok Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games (Studi Pada Gerakan Perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan

Komunitas Nonton YK)

The Audience Reception Against of Figure of a Women Hero in The Hunger Games Movie ( Studies in Women's Movement Nasyiatul Aisyiyah and

Nonton YK Community)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Muhammad Fatur Albashori (20120530192)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Muhammad Fatur Albashori

NIM : 20120530192

Konsentrasi : Broadcasting

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Dengan ini saya menyatakan, bahwa skripsi dan penelitian dengan judul “Penerimaan Penonton Terhadap Sosok Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games (Studi Pada Gerakan Perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan

Komunitas Nonton YK), benar-benar telah dilakukan dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

Penulis

(4)

MOTTO

Ada waktu menangis, ada waktu untuk tertawa. Ada waktu bersedih,

ada waktu untuk bergembira. Ada waktu memberi, ada waktu untuk

menerima. Ada waktu menabur, ada waktu untuk menuai. Sebab semua

itu hanya tinggal waktu.

-Anthony de Sato

Semangat adalah perangsang terkuat untuk mencintai, berkreasi dan

hidup lebih lama.

-Alexander A. Bogomoletz.

Pertemuan mempercayai segala yang bertemu. adalah mendatangkan

suatu yang baru. Juga tentang waktu, dan tiap titik yang akhirnya

membawaku padamu. Adalah pula tentang penantian, tentang

kepercayaan dan pengkhianatan, di ujung-ujung kelabu. Juga tentang

rindu, dan rasa yang hanya bertepuk satu. Di ujung jingga, temui

adanya bahagia. Tentang siluet gelap maya, yang membentuk bayangan

kita. Pertemuan adalah hal baik. Permulaan dari segala yang indah.

Ketika Nanti kau dapati tangis.

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini khusus kupersembahkan untuk: Teruntuk kedua orang tua-ku.

Ibunda Atikah yang tiada henti mengirimkan ridho, doa dan kasih sayangnya kepadaku. Terima kasih atas segala dorongan yang diberikan kepada-ku hingga

dapat ku selesaikan semua tanggung jawab sebagai anak bungsu-mu. Bapak Topan Sumarna, terimakasih atas doa dan dorongan kepada-ku. Tak terhingga

ucapan terima kasih ini, karena Mamah dan Bapak telah jauh membimbingku hingga saat ini. Semoga Mamah dan Bapak dapat sehat selalu dan menghadiri

wisudaku nanti. For my four brothers

Gungun Gunawan, A.Md, Yudi Siswandi S.T, Firman Maulana dan Ilham Santosa S.T terimakasih telah memberikan motivasi dan dukungan yang sangat

luar biasa agar dapat menyelesaikan perkuliaan ini hingga dapat menjadi mahasiswa sarjana S.Ikom. Aku bangga menjadi bagian dari kalian, Brothers.

Kakak ipar dan keponakanku.

Terimakasih Nuranisa Tarwiyah, Neng Reka Susanti, Indriani Dewi Suherman A.Md dan Meli Andriani A.Md, sudah memberikan semangat dan bersedia mendengarkan keluh kesah, saat masih duduk dibangku perkuliahan. dan

terimakasih juga untuk keponakan kecilku, Jingga Senja Kala, Barie Ghandur Habibullah, Cheril Dira Elvara Siswandi, Libra Aska Siswandi, Keanu Aska

Siswandi, Utara Putra Langit, dan Farah Zia Kanani Santosa. Semoga kalian menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan dapat terus melanjutkan

(6)

Special Thanks

Terima kasih kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan hidayah-Nya kepada peneliti. Sehingga peneliti mampu melewati hari-hari untuk terus

menjadi insan yang haus akan ilmu dan selalu bersyukur atas rahmat-Nya. Terima kasih kedua orang tua tercinta. Mamah, yang bisa menjadi orang tua

hebat, hingga menjadi teman dan motivator untukku. Selalu ada disaat daku terjatuh dan selalu mengerti apa yang tak dimengerti dariku hingga menutupi kekuranganku. Bapak, engkau adalah laki-laki yang tangguh dan juga sebagai tameng keluarga disaat tergoyah. Aku berjanji akan membahagiakan kalian di

dunia maupun akhirat.

Aa’ Gungun, Aa’ Yudi, Aa’ Mping danAa’ Boil. Terima kasih Aa yang aku banggakan, yang selalu menjadi motivasiku dan memperkenalkan dunia perfilman

kepadaku. Semoga kita bisa memproduksi film bersama.

Teh Ica, Teh Reka, Teh Indri, dan TehMeimei, sudah memberikan semangat dan bersedia mendengarkan keluh kesahku saat masih duduk di bangku perkuliahan. Juga untuk keponakan kecilku, Jingga, Barie, Cheril, Libra,

Keanu, Utara, dan Zia. Semoga kalian menjadi anak-anak yang cerdas.

Bapak Filosa Gita Sukmono, terima kasih atas segala bimbingan dan arahannya, juga memberikan motivasi yang sangan berarti kepada peneliti. Sehingga mampu

menyelesaikan penelitian ini.

Terima Kasih KepadaMbak Firly Annisa dan Mas Budi Dwi Arifianto yang telah banyak memberikan masukan dan pembelajaran kepada peneliti. Sehingga

peneliti mampu menyempurnakan penelitian ini.

(7)

Enjoy Class dan Enjoy Creative Productions di sini kita belajar komunikasi antar budaya, saling mengerti satu sama lain, berkarya dan belajar. Terima kasih

Leo, Oben, Akbar, Andi, Pampam, Tazar, Lubis, Reza, Slamet, Royan, Imam, Baba, Fredi, Ardiansyah, Ary sudah empat tahun kita bertatap muka Bro, semoga untuk tahun-tahun berikutnya kita masih bisa bertemu, mau itu di Jawa, Sumatera,

Sulawesi, NTT, NTB hingga di luar negri kita masih bisa bertemu. Amin Ya Rabb. Untuk anak-anak cewe Holy, Vidya, Deby, Risang, Rere, Keken, Alifia,

Intan, dan Najwa, kita sudah lama berteman, jangan terlau banyak drama (berantem-berantem terus), jadi dewasa ya, Girls ! Untuk teman-teman Enjoy Class dan Enjoy Creative Productions, semoga PH kita terus berjalan dan jangan

berhenti memproduksi film-film yang epic. Thanks All.

Terima kasih Komunitas Menulis (KUMIS). Mas Fajar Jun, Mbak Dila, Mbak Rima, Mbak Ica dan teman-teman kecilku, Dini, Darel, Inas, Nasya, Irma, dan

semuanya. Terus semangat dan berkarya di KUMIS.

Teman-temanWAX PRODUCTIONS Ragil, Holy, Rima, Guruh, Bayu, kita hanya orang-orang tidak dipandang, kita hanya orang-orang terbuang, namun di

sini lah kita bisa bersatu dan menuju prestasi. Untuk kedepanya semoga karya-karya kita selalu menjadi yang terbaik. Amin.

Teman-teman Broadcasting dan Ilmu Komunikasi UMY 2012 Idul, Devi, Tri, Imas, Erwin, Mpus, Sinta, Samsul, Winny, Imas, Izza, Mita, Angga, Teguh, Adam, Manja, Nirwan, dan teman-teman yang tidak dapat peneliti sebutkan

satu-persatu, kalian sangat luar biasa.

Terima kasih MM Kine Club, Tahan Banting Productions, FOTKA 053. Disini tempat pembelajaran dan tempat berkarya, terima kasih atas pelajaran-pelajaran yang dapat dan saya gunakan di kemudia hari. Semoga terus berkarya

(8)

. Telah sekian lama kita bertatap muka dan berdiri di ranah perantauan ini. Terima kasih untuknya yang telah bersama melewati misi begitu sulit, namun dengan mudahnya bisa melewati bersama. Holy Lathifa Algania, my best friend, my partner, my producer, my pimred, my girl friend. Semoga Allah mengabulkan doa

(9)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum, Wr.Wb

Alhamdulillahiirabbilalamin, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Program S-1 Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Salawat berserta salam, penulis berikan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat ke peradaban yang penuh ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini. Akhirnya, telah sampai pula-lah penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerimaan Penonton Terhadap

Sosok Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games (Studi Pada Gerakan Perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan Komunitas Nonton YK)”.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Cipto,MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Ali Muhammad, PhD. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak Haryadi Arief Nuur Rasyid, S.IP., M.Sc. Selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(10)

5. Ibu Firly Annisa, S.IP., MA dosen penguji I, terima kasih yang sebesarnya, telah memberikan saran dan arahannya kepada peneliti. 6. Bapak Budi Dwi Arifianto, S.Sn., M.Sn yang telah banyak

memberikan saran yang membangun kepada peneliti, sebagai dosen penguji II.

7. Holy Lathifa Algania selaku moderator dan proof reader yang telah memberikan bantuan saat pelaksanaan penelitian.

8. Bapak Pak Jono, Pak Mur, Pak Yuni, dan Mbak Siti, terima kasih telah memberi informasi dan dukungan kepada penulis.

Terima kasih untuk seluruh pihak terkait dalam menyusun penelitian ini, mohon maaf jika ada kekurangan atau yang tidak berkenan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan sarannya.

Yogyakarta, 20 November 2016

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PENGESAHAN………. ii

HALAMAN PERNYATAAN………...………. iii

HALAMAN MOTTO………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

UCAPAN TERIMA KASIH……….. vi

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI……….... x

DAFTAR GAMBAR………...…….. xiii

DAFTAR TABEL……….. xiv

ABSTRAK………...…… xv

ABSTRACT..………... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN………..…... 1

A. Latar Belakang.………. 1

B. Rumusan Masalah………. 10

C. Tujuan Penelitian.………. 10

D. Manfaat Penelitian.……….. 11

E. Kerangka Teori.……… 11

1. Khalayak dalam Media ………..…... 11

2. Hollywood sebagai sebuah Industri Budaya...……….. 14

(12)

F. Metode Penelitian... 21

1. Jenis Penelitian…………...………….. 21

2. Teknik Pengambilan Informan... 22

3. Teknik Pengumpulan Data………..…... 22

4. Subjek Penelitian………...……….…… 23

5. Teknik Analisis Data……….. 25

G. Sistematika Penulisan………...…... 29

BAB II OBJEK PENELITIAN……… 30

A. Penelitian Terdahulu... 30

B. Perkembangan Hero Perempuan dalam Film Hollywood………... 34

C. Konstruksi Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games.………... 46

D. Deskripsi Film The Hunger Games.………...…….……… 51

E. Komunitas Nonton YK……… 56

F. Gerakan Perempuan Nasyiatul Aisyiyah Kota Yogyakarta……… 58

G. Biodata Informan.……… 59

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……….... 61

A. Catatan Pembuka ………..………...… 61

B. Profil Informan …………...……….….………... 62

C. Penerimaan Khalayak Terhadap Sosok Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games ………...………... 64

1. Karakter Katniss Sebagai Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games………..……….. 75

(13)

3. Peran laki-laki sebagai Pendamping Hero Perempuan... 91

D. Analisis Penerimaan penonton dalam Film Film The Hunger Games… 96 1. Karakter Katnis sebagai Hero Perempuan……….... 101

2. Atribut Katniss sebagai Hero perempuan……… 107

3. Pemaknaan Informan NA dan Nonton YK terhadap laki-laki Sebagai Pendamping Hero Perempuan “Katniss”...……… 111

4. Penerimaan Penonton Terhadap Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games “NA dan Nonton YK……….. 115

E. Catatan Penutup ……….……….... 116

BAB IV PENUTUP……….. 117

A. Kesimpulan………... 117

B. Saran ……….. 121

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Proses analisis data menggunakan Encoding dan Decoding………. 27

Gambar 2.1 Film Batwomen (1966)……… 45

Gambar 2.2 Film Mad Max Fury Road (2016)……… 45

Gambar 2.3 Katniss berburu………...……….…… 47

Gambar 2.4 Katniss memanah………...……….. 47

Gambar 2.5 Sceen Katniss mengorbankan diri demi adiknya………. 48

Gambar 2.6 Katniss menolong Peeta………... 49

Gambar 2.7 Katniss dan Peeta………. 49

Gambar 2.8 Katniss menyelamatkan diri dari kebakaran hutan……….. 50

Gambar 2.9 Cover film The Hunger Games………... 51

Gambar 2.1.1 Logo Nonton YK………. 56

Gambar 2.1.2 Nonton YK melaksanakan nonton bareng………... 57

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ………. 13

Tabel 2.1 ………. 36

Tabel 3.1 ………. 97

Tabel 3.2 ………. 100

Tabel 3.3 ………. 101

Tabel 3.4 ………. 104

Tabel 3.5 ………. 106

Tabel 3.6 ………. 109

Tabel 3.7 ………. 111

Tabel 3.8 ………. 113

(16)
(17)

ABSTRAK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI BROADCASTING Muhammad Fatur Albashori 20120530192

Penerimaan Penonton Terhadap Sosok Hero Perempuan dalam Film The Hunger Games (Studi Pada Gerakan Perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan Komunitas Nonton YK)

Tahun Skripsi : 2016+126 Halaman

Daftar Pustaka : 14 Buku + 6 Skripsi + 4 Jurnal + 11 Sumber internet

Penelitian ini dapat melihat bagaimana penerimaan penonton terhadap sosok hero perempuan dalam film The Hunger Games dari pemaknaan informan gerakan perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan komunitas Nonton YK. Film ini bercerita tentang seorang perempuan yang mengorbankan diri untuk keluarga dan distriknya, sehingga dengan keputusan yang ia ambil, sosok perempuan dalam film tersebut dinobatkan sebagai hero.

Penelitian ini mengunakan kajian khalayak atau metode reception analysis model Stuart Hall encoding–decoding, yang meliputi dominant hegemonic, negotiated oppositions dan opposition oposition. Dengan menggunakan reception analysis, peneliti dapat menemukan hasil penerimaan penonton dari kedua Nasyiatul Aisyiyah dan Nonton YK tersebut.

Hasil dalam penelitian ini menunjukan penerimaan penonton NA dan Nonton YK dalam film The Hunger Games yang meliputi: Pertama, penerimaan penonton terhadap sosok hero perempuan dalam film Hollywood. Kedua, karakter Katniss sebagai hero perempuan, Ketiga, atribut Katniss sebagai hero perempuan dalam film Hollywood. Keempat, peran laki-laki sebagai pendamping hero perempuan. Makna besar dalam kajian ini menunjukan bahwa, hampir semua khalayak yang terlibat dari penelitian ini masuk kedalam kategori dominant hegemonic yang mana menyepakati bahwa nilai-nilai dalam film The Hunger Games, perempuan digambarkan sebagai sosok yang maskulin (karakter, pakaiaan, dan atribut) juga perempuan dalam film ini tidak dijadikan sebagai objek seks, dan Laki-laki sebagai pendaping hero perempuan terlihat berperan penting (berkorban, dan menolong).

(18)

ABSTRACT

UNIVERSITY MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SIENCE DEPARTMENT OF COMMUNICATION STUDIES CONCENTRATION OF BROADCASTING

Muhammad Fatur Albashori 20120530192

The Audience Reception Against of Figure of a Women Hero in The Hunger Games Movie ( Studies in Women's Movement Nasyiatul Aisyiyah and Nonton YK Community)

Year of Essay : 2016+126 Pages

References : 14 Books + 6 Essay + 4 Journals + 11 Internet Sources

This study can see how the audience's reception of the women's hero in the Hunger Games movie of the of the Women's movement Nasyiatul Aisyiyah and Nonton YK Community. This movie tells about women who sacrifice themselves for family and her district, so with the decision she take, she be a female hero in this movie.

This study using study of audiences or method reception analysis from Stuart Hall encoding- decoding, that is dominant hegemonic, negotiated oppositions and opposition opposition. with using reception analysis, researcher can find can find the results of audience reception from Nasyiatul Aisyiyah dan Nonton YK.

The result of this study showing audience reception Nasyiatul Aisyiyah dan Nonton YK in Hunger Game Movie involve : First, Audience reception to figure of the women's hero on the Hollywood movie. second, Character Katniss as a women's hero, third, attribute Katniss as a women's hero on the Hollywood movie, fourth the role of man as a companion women's hero. Thus meanings from this study showing that, almost all audience on this study into the category dominant hegemonic who agree with the values in the Hunger game movie, Women in this movie described as masculine ( Character, outfit, and the attribute ) and character of women in this movie not be used as a sex object. And male as women companion hero looks play an important role (sacrifice and helpfulness).

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film sebagai media komunikasi massa memiliki fungsi untuk dapat menyampaikan pesan informasi, edukasi, dan entertaint (hiburan) melalui cerita dan gambaran yang disajikan kepada khalayak (penonton). Film memiliki daya tarik yang berbeda dari media komunikasi massa lain, karena film sebagai media massa tak hanya memiliki esensi hiburan semata, tetapi film juga dapat mempengaruhi imajinasi khalayak/ masyarakat. Tidak jauh berbeda dengan berita, novel, program televisi dan jenis media komunikasi massa lainnya, film juga memiliki kepentingan ekonomi-politik yang mana, pemilik media memiliki kepentingan dan kekuasaan dalam menentukan arah cerita film tersebut.

Film merupakan gambar yang bergerak atau sering disebut Movie yang mempunyai sisi alur cerita yang kuat. Film juga memiliki kaedah sinematografi dan dibantu dengan pencahayaan sehingga bisa jadikan objek menjadi bernyawa. Menurut Wibowo, dkk, film adalah :

(20)

secara esensial dan substansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikasi masyarakat.

Dalam perkembangannya, film pun memiliki berbagai genre seperti: drama, action, komedi, thriller, horor, misteri, sci-fi, dan sebagainya. Di industri perfilman dunia (global) Hollywood masih menjadi pasar tertinggi dalam dunia perfilman. Maraknya distribusi film Hollywood, membuat seluruh masyarakat global menunggu kedatangan film-film terbaru setiap tahunnya. Berbagai film Hollywood yang sukses dan membanjiri pasar global, juga mampu membuat film yang bukan hanya dapat menghibur khalayak secara efektif tapi juga dapat mempengaruhi kognisi penonton.

(21)

Dengan berkembangnya zaman, peran perempuan dalam film telah berubah, maraknya industri perfilman dunia telah menciptakan sosok hero yang di kontruksikan oleh perempuan, pada umumnya perempuan sering digambarkan sebagai sosok lemah lembut, cengeng, penyayang dan sebagainya.

Di industri perfilman Hollywood, tokoh hero perempuan sudah ada dalam film laga sejak awal tahun 1970-an. Hero perempuan pada masa itu masih tampil dengan stereotipe-stereotipe atribut seksualitas (Adi, 2008: 120). Namun, dengan pesatnya pergeseran zaman, sosok hero perempuan telah berubah. Pada tahun 1990-an hero perempuan digambarkan sebagai pribadi yang lebih aktif dan tidak lagi dianggap sebagai objek seks lagi, perempuan dipandang memiliki kemampuan sama dengan laki-laki. Hero perempuan digambarkan sebagai sosok kuat, berani, tangguh, setara dengan laki-laki dan bisa mengalahkan laki-laki.

Hero perempuan dalam film dikisahkan dengan pribadi yang berani,

(22)

mengeksploitasi perempuan dan masih menganggap bahwa perempuan masih berada dibawah laki-laki, karena untuk menjadi seorang hero, perempuan harus menggunakan atribut-atribut laki-laki dengan karakter maskulin.

Seperti halnya film The Hunger Games adalah film hero perempuan yang tidak mengedepankan perempuan sebagai obyek seks. Film yang di rilis pada tahun 2012 ini, mengisahkan tentang tokoh perempuan yang berjuang dan mengorbankan dirinya demi masyarakat. Film ini merupakan film Hollywood dengan jenis science-fiction/Fantasi yang disutradarai oleh Gary

Ross. Film ini pun berawal dari novel yang juga berjudul (The Hunger Games) karangan Suzanne Collin. Film ini menceritakan sosok perempuan

(23)

Dengan berkembangnya waktu, Maraknya hero Perempuan bermunculan di industri perfilman dunia (global), seperti yang diungkapkan oleh Adi bahwa hero perempuan sudah ada pada tahun 1970an, dan beberapa Production House Hollywood terus menciptakan hero-hero yang terbaru

hingga saat ini. Berdasarkan data yang peneliti olah, bahwa pada tahun 1970 – 1990 hero perempuan dalam perfilman Hollywood telah memasuki pasar dunia (global). Pada masa itu baru beberapa film yang telah diproduksi oleh Hollywood seperti film Bat women, Wonder Women, Star Wars, Coffy dan

sebagainya. Sehingga film-film hero perempuan pada masa itu, masih direpresentasikan sebagai obyek seks dengan gambaran seksualitas.

Dengan berkembangnya waktu bahwa film hero perempuan pada tahun 1990 – 2000 telah berubah, karena hero perempuan pada masa itu cenderung memperlihatkan simbol-simbol kekuatan yang dimiliki oleh sang hero perempuan dan hanya sedikit bahwa perempuan digambarkan sebagai

obyek seks. Bisa kita lihat pada beberapa film hero perempuan ini yakni film The Matrix, G.I Jane, Blue Steel, dan bebrapa film sebagainya.

(24)

berkembannya waktu, bahwa pada tahun 1970 – 2016 Hollywood telah memproduksi berbagai karakter hero perempuan dan Hollywood pun sebagai plopor pecipta hero-hero laki-laki mau pun perempuan di dunia (global),

Tokoh hero dalam film memiliki karakter yang jauh berbeda dari manusia pada umumnya. Karakter yang dimiliki tokoh hero dalam film diantaranya kuat, berani, bertanggung jawab, membela kebenaran, menolong orang yang lemah dan mengorbankan dirinya demi kepentingan orang lain. Hero perempuan pun selalu digambarkan sebagai seorang petualang yang

melewati segala permasalahan di setiap adengannya, dan pada akhirnya menjadi sang penyelamat. Menurut Campbell bahwa :

Seorang hero melangkah dari dunia kehidupan sehari-harinya menuju suatu wilayah keajaiban supranatural, yaitu kekuatan-kekuatan yang luar biasa yang harus dihadapi dan harus dimenangkan. kemudian sang hero kembali dari petualangan misterius ini dengan kekuatan barunya untuk memberkahi orang-orang di sekelilingnya (Adi, 2008 : 156).

Film The Hunger Games menggambarkan perempuan seolah-olah kuat dan bisa menjadi pemimpin. Film The Hunger Games bisa menghipnotis khalayak dengan alur cerita, pengadegan maupun melalui gambar sinematografi. Film ini telah mendapatkan berbagai penghargaan dan nominasi di ajang bergengsi Amerika seperti MTV Movie Awards (2012) film ini mendapatkan beberapa penghargaan Best Movie OF The Year, Best Male Perfomance, BestFight, Best On Screen Transformations, Best Cast,

(25)

untuk film ini seperti Kerrang Awards (2012) sebagai Best Film, Cinemacon Awalds (2012) Breakthrough Performer Of The Year, NewNowNext Awards (2012) Next Mega Star, Teen Choice Awards (2012) Choice Movie Fi/Fantasy, Choice Movie Actor : Fi/Fantasy, Choice Movie Actrees :

Sci-Fi/Fantasi. Tidak hanya penghargaan yang diraih, film The Hunger Games

pun berhasil meraup pendapatan sebesar $152,5 juta di Hollywood, dan juga telah memecahkan rekor sebagai film nonsekuel terlaris di pekan perdana pemutarannya.

Film The Hunger Games pada tahun ini (2016) terdapat empat film dengan judul berbeda-beda yakni, The Hunger Games Catching Fire (2013), The Hunger Games Mockingjay Part1 (2014) dan The Hunger Games

Mockingjay Part2 (2015). Film-film ini pun telah mendapatkan berbagai

penghargaan dan nominasi di ajang bergengsi Hollywood, film-film ini berbeda dengan film sebelumnya The Hunger Games (2012), karena flm- film ini lebih menceritakan Katniss dan Peeta, sehingga lebih menonjolkan adegan drama dari pada karakter Pahlawannya. Hal ini tentunya berbeda dengan film The Hunger Games (2012), karena film ini lebih mengedepankan sosok hero

yang dikarakterkan kepada Katniss Everdeen.

(26)

sehingga media masih memandang bahwa laki-laki adalah sebagai sumber kekuatan dibandinkan perempuan. Feminin dan maskulin yang terbentuk secara budaya, didebatkan, dipetakan dalam perbedaan biologis antar perempuan dan laki-laki yang membuat perbedaan peran gender ini tampak

sebagai bagian dari sifat biologis ‘alamiah’ laki-laki dan perempuan dan

bukan sebagai konstruksi budaya. (Millet, Rowbotham dlm Hollows 2010: 14) Hal itu terlihat bahwa perempuan masih ditampilkan sebagai mahluk yang lemah, lembut, meskipun dirinya telah di-konstruksikan sebagai pahlawan. Menurut Mulvey, perempuan perempuan hanya berfungsi sebagai obyek narasi dan menandakan kepasifan, sedangkan laki-laki adalah subyek aktif narasi (2010: 64).

Alasan Peneliti meneliti film The Hunger Games, Pertama, peneliti ingin melanjutkan penelitian yang sebelumnya, yang meneliti film tersebut dengan analisis semiotika. Kedua, film tersebut telah mendapatkan berbagai macam nominasi maupun penghargaan, khususnya dan film ini dikategorikan sebagai nominasi Best Hero MTV Movie Awards pada tahun 2012. Ketiga, Peneliti melihat bahwa media masih mengekspolitasi perempuan sebagai sosok yang lemah, tidak berpendirian, sehingga perempuan digambarkan seperti laki-laki dan harus memakai atribut laki-laki bila memerankan tokoh hero. Kempat, bahwa film bertajuk superhero masih menjadi pilihan favorit di

(27)

Penelitian ini menggunakan analisis penerimaan penonton karena, Peneliti ingin melihat bagaimana interpretasi khalayak yang berbeda-beda memaknai sebuah teks terhadap film The Hunger Games, dalam penelitian ini khalayak berperan aktif dalam penyampaian pesan oleh media. Berdasarkan pentingnya pemaknaan sebuah pesan media, maka peneliti berfokus kepada khalayak, studi khalayak menepatkan pengalaman khalayak sebagai pusat penelitian (Stokes, 2006: 148). Hal ini bisa dilihat bagaimana pesan media diterima oleh khalayak dan bagaimana hal ini bisa dipahami terkait pengaruh media, efek media serta dampak media. Dan bila khalayak memaknai serta menerima suatu pesan media, khlayak akan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor baik itu lingkungan, pendidikan, pekerjaan maupun sosial budayanya. Sesuai dengan latar belakang sosial serta pengalaman mereka masing-masing.

Peneliti menggunakan analisis resepsi model Stuart Hall. karena analisis resepsi suatu metode yang menyampaikan bahwa teks dan penerima merupakan hal yang tidak pernah terpisahkan. Menurut Stuart Hall penelitian resepsi analisis memfokuskan perhatian individu dalam proses komunikasi massa dalam decoding yaitu pada proses pemaknaan dan pemahaman dalam atas teks media, dan bagaimana individu untuk menginterpretasikan isi media (Baran, 2003: 269-270).

(28)

dalam media. Media memiliki pesan yang dikodekan ulang, khalayak pun akan menerimanya dan pesan yang diterima mempunyai bermacam efek terhadap khalayak. Menurut Stuart Hall ada tiga kategori yang telah melalu encode dan decode dalam sebuah pesan, yakni Dominan - Hegemonic

Posiion, Negotiated Position, dan Opotional Position (Hall, 2003: 15).

Dalam penelitian mengenai reception analysis, penonton mampu memaknai dan menerima setiap adegan, gambar, dan teks dari film The Hunger Games. Dalam penelitian ini, peneliti memilih gerakan perempuan

Nasyiatul Aisyiyah (NA) Kota Yogyakarta dan Komunitas Nonton Yk untuk mengetahui bagaimana penerimaan khalayak terhadap sosok hero perempuan dalam film The Hunger Games.

Peneliti memilih Nasyiatul Aisyiyah (NA) Kota Yogyakarta dikarenakan, Pertama, NA merupakan gerakan perempuan, Kedua, NA sudah berdiri sejak tahun 1931 dan masih aktif hingga kini. Ketiga, sesuai dengan misi NA nomor dua bahwa gerakan perempuan NA bertujuan untuk melaksanakan pencerahan dan pemberdayaan perempuan menuju masyarakat yang menjungjung tinggi harkat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai ajaran islam. Nasyiatul Aisyiyah pun tidak hanya bergerak dibidang keperempuanan juga dibidang kemasyarakatan dan keagamaan. NA pun memiliki strategi untuk meningkatkan efektivitas peran NA dalam mengambil kebijakan publik yang sensitive jender, dan juga meningkatkan sensitivitas

(29)

http://www.muhammadiyah.or.id/content-89-det-na.html pada tanggal 19 Desember 2016 pukul 21.00 WIB). Dengan hal tersebut, NA memiliki ketertarikan untuk peneliti jadikan sebagai informan dalam penelitian ini, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana NA memaknai pesan yang di produksi oleh film The Hunger Games.

Alasan peneliti memilih Komunitas Nonton YK dikarenakan Nonton Yk merupakan komunitas kaula muda yang mengemari film lokal maupun internasional. Komunitas ini berdiri pada tahun 2015, dalam dua tahun kebelakang Nonton Yk telah melakukan 24 kali menonton bareng dan membooking satu studio bioskop 4 kali untuk nonton bareng.

Komunitas ini telah berkerja sama dengan beberapa media dan Production House, dengan prestasinya komunitas ini telah diliput diberbagai media lokal dan nasional. Nonton YK telah menjadi inisiator komunita-komunitas nonton yang lainnya seperti Nonton CRB, Nonton JKT, Nonton SUB. Dengan berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas peneliti tertarik untuk meneliti “ANALISIS PENERIMAAN PENONTON TERHADAP

SOSOK HEROPEREMPUAN DALAM FILM THE HUNGER GAMES”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan dalam

(30)

perempuan dalam Film The Hunger Games yang dilihat dari anggota Nasyiatul Aisyiyah Kota Yogyakarta dan Komunitas Nonton YK?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meneliti penerimaan penonton terhadap sosok hero perempuan dalam Film The Hunger Games. D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis,

Penelitian ini diharapkan hasil dari penelitian ini memberikan bantuan pengembangan ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang penerimaan penonton dan hero perempuan di industri perfilman Hollywood.

2. Secara praktis,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para filmaker dan industri perfilman agar membuat film-film bertema hero perempuan yang lebih berkualitas dengan berkembangnya zaman dan membentuk suatu pemahaman bagi khalayak mengenai bagaimana memaknai sebuah teks dalam film mengenai hero perempuan dalam film.

E. Kerangka Teori

1. Khalayak dalam Media

(31)

merajuk pada orang-orang yang menghadiri pertunjukan tertentu, atau menonton sebuah film atau program televisi.

Dalam perkembangannya, khalayak juga dapat diartikan sebagai pendengar, pembaca, bahkan penonton. Khalayak pun bisa diartikan sebagai audiens yang berperan aktif terhadap media dalam memaknai pesan-pesan

yang diterima / ditangkap oleh audiens tersebut.

“Audiens merupakan pencipta aktif makna dalam kaitannya dengan teks. Dalam menafsirkan sebuah teks pembaca membawa kompetensi kultural yang mereka memiliki untuk memaknai teks tersebut. Sehingga audiens yang memiliki kompentensi kultural yang berbeda-beda mereka akan menghasilkan makna yang berbeda pula” (Barker 2009 : 34).

Pesan yang disampaikan media tidak hanya memiliki unsur esensi hiburan semata, karena media mempunyai dampak dalam mempengaruhi audiens. Umumnya, media memiliki fungsi untuk dapat menyampaikan pesan

(32)

Dalam analisis resepsi (penerimaan), khalayak merupakan pencipta aktif makna dalam kaitannya dengan teks. Peran aktif khalayak dalam media dapat dilihat dari proses persepsi yang diinterpretasikan oleh khalayak, dengan bagaimana penggunaan suatu media oleh khalayak, dan peranan persepsi khalayak pada isi pesan yang dikandung media. Menurut Barker, (2000: 34) para perintis studi resepsi atau studi konsumsi menyatakan bahwa apapun yang dilakukan analisis makna tekstual sebagai kritik masih jauh dari kepastian tentang makna yang terindentifikasi yang akan diaktifkan oleh pembaca/audien/konsumen. Seperti perbedaan antara studi khalayak (cultural studies) dengan kajian tekstual (studi film) dalam table sebagai berikut :

No Studi Film Cultural Studies

1 Pemosisian kepenontonan Membaca khalayak 2 Analisis Tekstual Metode etnografis 3 Makna sebagai ditentukan oleh

produksi

Makna sebagai ditentukan konsumsi

4 Pemirsa pasif Pemisa aktif

5 Ketidaksadaran Kesadaran

6 Pesimistis Optimistis

Table 1.1 (Dalam Storey, 1996: 86)

(33)

Nuraeni (2012: 114), Hall mengungkapkan bahwa khalayak melakukan decoding terhadap pesan media, yang dikelompokan tiga ranah yakni :

1. Pembaca Hegemoni Dominan adalah yang menerima teks sepenuhnya seperti yang dilakukan oleh pengirim pesan. 2. Pembaca Negosiasi, adalah pembaca yang mengerti akan

kode-kode dominan, namun mengadaptasi pembaca dengan kondisi sosial tertentu yang dialami pembaca.

3. Pembaca Oppositional, adalah pembaca yang menghasilkan pengawasandia yang sangat berbeda secara radikal dengan apa yang diinginkan oleh pengirim (Dalam Nuraeni, 2012: 114). Dalam pengertian diatas, bahwa pembaca bisa diartikan sebagai khalayak/audiens. Yang dimaksud tiga posisi yang dijelaskan oleh Stuart Hall adalah setiap khalayak mudah memaknai/menanggapi suatu pesan media, mau itu menerima pesan disampaikan oleh media, menegosiasikan dalam implementasi kehidupan sosial dan menolak pesan yang diproduksi oleh media.

(34)

2. Hollywood sebagai sebuah Industri Budaya

Film merupakan media massa yang berjenis audio-visual dan memiliki pesan-pesan yang dapat disampaikan kepada khalayak. Menurut Ardianto, Komala dan Karlina (2007: 143) Film adalah gambar bergerak yakni bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia, lebih dari ratusan juta orang menonton film bioskop, film festival, dan film video laser setiap minggunya. Sementara itu menurut Toni (2015: 42), film merupakan salah satu dari media massa, film berperan sebagai sarana komunikasi yang digunakan untuk penyebaran hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat.

Dalam perkembangannya, film telah menjadi budaya popular di kehidupan masyarakat. Film tidak lagi dijadikan sebagai media hiburan, tetapi film juga memiliki unsure refleksi untuk kehidupan sosial. Seperti halnya yang dijelaskan Patten dalam Payne (dalam Jurnal Basbhet 2011: 185), film pertama kali digunakan hanya sebagai sebuah media, baru kemudian sebagai sebuah seni, pada awalnya dimulai pada akhir abad 19, dan memiliki refleksi yang tidak banyak dari 30 tahun awal perjalanan eksistensinya.

(35)

kejadian yang disuguhkan oleh film. Tak heran bahwa film mempunyai daya tarik yang kuat bagi khalayak/audien, sehingga terdapat tempat tersendiri dalam masyarakat. Film mempunyai pesan tersendiri yang akan disampaikan oleh pembuatnya (filmaker), seperti pesan moral, kemanusiaan, politik dan lainnya kepada khalayak/audiens. Makna yang diterima khalayak pastinya akan bebeda, tergantung khalayak memaknai suatu pesan yang disampaikan oleh film.

Perkembangan perfilman dunia (global) sangat pesat, dari gambar yang hanya berkualitas hitam putih seperti halnya Film Charlie Chaplin hingga film berteknologi efek tinggi seperti film Amerika yakni The Avengers. Industri film telah mewabah di distrik Hollywood. Hollywood telah

berkembang menjadi industri perfilman hingga tak terkalahkan oleh negara lainnya. Terdapat sekitar 30.000 bioskop yang berada di Amerika Serikat. Gabungan antara studio-studio besar dan independen menghasilkan sekitar 400 film pertahunnya (Biagi, 2010: 12)

“Kesuksesan film-film Amerika sebagai produk budaya popular

yang paling diminati tidak hanya di Amerika, tetapi juga di seluruh dunia, merupakan di kolaborasi berbagai aspek. Dari sisi industri, Hollywood merupakan pusat industri perfilman terbesar dengan jaringan distribusi yang terbesar hampir di seluruh dunia” (Adi, 2008: xiv-xv).

Masyarakat global selalu menanti film-film terbaru yang diproduksi Hollywood, Hingga beberapa rumah produksi terkenal di Hollywood berhasil

(36)

seperti yang diproduksi oleh Production House (PH) ternama, diantanya: DC, Walt Disney, Sony Picture, Universal Picture, Colombia Picture, 20th Century

Fox, Warner Bros dan rumah produksi ternama lainnya. Berbagai macam

jenre-jenre film yang yang diproduksi Hollywood seperti drama, horor, komedi, science-fiction, biografi, action , thriller, dan sebagainya.

Pada tahun 2016, Hollywood telah mengeluarkan beberapa film laga/hero dan hingga menjadikan peringkat pertama di industri perfilman dunia seperti film Batman Vs Superman, Tarzan, Independence Day, X-Man: Apocalypse, Captain America: Civil Wars, Deadpool, Warcraft, Assassin’

Creed, The Purge, The Finest Hours Warcraft, Undeworld: Nex Generation,

The 5th Wave, The Hunstman, dan sebagainya, dalam satu tahun Hollywood

pada tahun 2016 meluncurkan 163 film dan sepuluh diantaranya film laga/hero, sehinga film-film tersebut dinanti-nanti di berbagai penjuru dunia.

3. Hero Perempuan

Berdasarkan teori yang dibeberkan di atas, dapat diketahui perfilman Hollywood selalu aktif mengeluarkan film-film bertema superhero. Dengan

berkembangnya waktu, sosok hero telah bermunculan di industri perfilman Hollywood terus menciptakan hero-hero yang dikontruksikan dalam film,

sehingga dinamai Amerika superhero.

(37)

film Hollywood direpresentasikan melalui tokoh protagonis sebagai sosok kuat dengan tubuh berotot karena sosok hero harus melakukan tindakan-tindakan berani dan berbahaya untuk melindungi yang lemah. Hal ini seakan-akan bahwa seorang hero harus memiliki tubuh yang ideal dan kuat untuk bisa dikategorikan sebagai hero.

Pahlawan yang kerap kali disebut dengan hero memiliki suatu kepribadian misterius didalam kehidupannya. Sosok hero dikontruksikan memiliki sifat yang kuat, berani, tangguh, cerdas, bertanggung jawab, mengorbankan dirinya demi kepentingan orang lain dan sebagainya. seperti halnya menurut Clark bahwasanya seorang pahlawan/hero itu memiliki beberapa kriteria, yakni :

1. Mereka yang berangkat dari luar panggilan kewajiban. 2. Mereka yang bertindak bijaksana dalam tekanan.

3. Mereka yang mempertaruhkan nyawa, nasib baik atau reputasi mereka.

4. Mereka yang mempertjuangkan maksud baik.

5. Mereka yang melayani sebagai panggilan untuk diri kita yang lebih tinggi (Clark, 2001:26).

(38)

laki-laki memiliki kepribadian yang kuat, berani, tangguh dan sebagainya. Tokoh hero dalam film sudah ada sejak tahun 70-an hingga sekarang.

Pada umumnya, peran perempuan dalam film digambarkan sebagai pribadi lemah, lembut, rendah diri dan emosional, hingga tidak jarang perempuan dalam media dijadikan sebagai obyek seks. Hal ini membuat perempuan tertindas dalam industri perfilman. Thornham menjelaskan (dalam Gamble, 2004: 8), bahwa perempuan ditindas dalam industri film (mereka menjadi resepsionis, sekretaris, gadis pekerjaan sambilan, gadis-gadis yang disokong, dll.). Mereka ditindas dengan diperankan sebagai citra-citra (objek seks, korban atau perempuan penggoda laki-laki). Rosen berpendapat bahwa :

“Film ‘merefleksikan perubahan citra masyarakat perempuan’ dan

juga penampilan citra perempuan yang tradisional: ‘Cinema

Women (perempuan dalam sinema) adalah Popcorn Venus (pemanis), hibrid distorsi budaya yang menyenangkan tetapi tidak bustensial” (Dalam Hollow, 2010: 55).

(39)

tidak menjadi dirinya sendiri, tapi perempuan selalu cenderung berkaitan erat dengan tokoh laki-laki.

Dengan berkembangnya zaman peran perempuan telah berubah terlihat dalam industri perfilman Hollywood, munculnya berbagai karakter hero yang digambarkan oleh perempuan yang memiliki kekuatan, keberanian,

kecerdas, dan sebagainya. Pada tahun 70-an, hero perempuan dalam industri perfilman Hollywood telah muncul, tapi masih dijadikan obyek seks seperti memakai atribut-atribut seksi, dengan mengunakan pakaian seksi, dan memperlihatkan likak-likuk tubuhnya yang menonjol. Hero perempuan pada masa itu masih tampil dengan stereotipe-stereotipe atribut seksualitas. Pada tahun 90-an peran hero perempuan telah berubah, karena peran hero perempuan tidak dijadikan sebagai obyek seks lagi.

“Di tahun 1990-an muncul tendensi menjauhkan tokoh hero

perempuan dari represetasi stereotype perempuan dalam film-film laga amerika. Dalam kaitan ini, perempuan digambarkan sebagai pribadi yang lebih aktif dan tidak lagi diamggap sebagai obyek seks. Perempuan dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan sama dengan laki-laki. Walaupun figure perempuan ditampilkan sebagai pendamping tokoh hero laki-laki, tetapi penggambaranya lebih independen dan memiliki inisiatif. Pencitraan perempuan seperti ini sejalan dengan perkembangan di masyarakat tentang tuntutan kesetaraan gender” (Adi, 2008: 120).

(40)

seks lagi. Sosok hero perempuan pun digambarkan sebagai pribadi kuat, berani, pintar dan cantik juga rupawan. Namun, perempuan dalam media/film selalu dijadikan sebagai pendamping tokoh hero laki-laki, hal ini dapat dilihat perempuan tidak bisa melindungi dirinya sendiri dan masih berada di belakang hero laki-laki lain dalam menyelesaikan sebuah misi/permasalahan. Hero perempuan tidak bisa menjalankan misi dengan sendiri, disetiap

pengadegannya ada seorang laki-laki selalu bersamanya.

Begitupun film Hollywood yang mengangkat isu hero perempuan seperti halnya Film The Hunger Games, masih mengkontruksikan perempuan sebagai makhluk yang berada dibawah laki-laki, terbukti dari beberapa adegannya, bahwa seorang hero yang mewakili distrik 12 bernama Katniss yang masih memerlukan bantuan teman laki-lakinya yang mewakili distrik yang sama. Perempuan dalam media memang sudah tidak dijadikan obyek seks lagi, namun perempuan masih dipandang sebagai makhluk yang berada dibawah laki-laki, dan perempuan dalam media pun masih harus dilindungi oleh laki-laki.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

(41)

yang bertujuan untuk memahami fenomena sosial tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian contohnya prilaku, tanggapan, tindakan dan lai-lainya. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional visual: yang bergambarkan momen rutin dan problematic, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif (Denzin dan Lincoln dlm Pujileksono, 2015:36).

Jenis penelitian ini berhubungan dengan makna dan penafsiran. Pendekatan-pendekatan penafsiran diturunkan dari kajian-kajian sastra dan hermeneutika, dan berkepentingan dengan evaluasi kritis terhadap teks-teks (Stokes, 2003: xi). Penelitian ini mengedepankan suatu makna dari setiap tindakan-tindakan sosial atau setiap pernyataan yang dikemukakan dalam suatu konteks dimana hal tersebut berada. Alasan mengapa penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, karena penulis ingin mengetahui bagaimana penonton memaknai suatu pesan dalam film The Hunger games dengan lebih mendalam dari masing-masing penonton.

2. Teknik Pemilihan Informan

(42)

yang harus dimiliki seorang informan yakni, Pertama, seorang informan harus memahami objek penelitian dengan baik, Kedua, informan bersedia memberikan informasi kepada peneliti dalam melakukan penelitia, Ketiga dan informan harus memiliki waktu yang luang untuk menyampaikan informasi kepada peneliti. Dalam penelitian ini, informasi dan data-data diperoleh dari informan kalangan menengah keatas, kalangan tersebut adalah gerakan perempuan Nasyiatul Aisyiyah Kota Yogyakarta dan komunitas Nonton YK yang akan memaknai hero perempuan yang ada dalam Film The Hunger Games

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

a. Focused Group Discussion (FGD)

(43)

dapat mengetahui, bagaimana informan meng-interpretasikan sosok hero perempuan dalam film The Hunger Games.

b. Wawancara Mendalam (In-depth Interview Guide)

Wawancara mendalam merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi antara dua orang atau lebih dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga mendapatkan data atau informasi dari informan yang diwawancarai hingga memenuhi data penelitian.

c. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data ini adalah untuk menambah data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa buku, jurnal, artikel, internet dan sumber lainnya yang berhubungan dengan analisis penerimaan penonton/resepsi analisis.

4. Subjek Penelitian

(44)

Peneliti mengambil informan dari gerakan perempuan NA Kota Yogyakarta, karena NA merupakan gerakan perempuan yang mengangkat harkat martabat perempuan. Tidak hanya itu NA pun memilik tujuan salah satunya, meningkatkan keterampilan para anggota NA dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan pendidikan, yang dihadapi perempuan dan meningkatkan efektifitas peran NA dalam pengambilan kebijakan publik yang sensitif jender. Beberapa kriteria tertentu sebagai informan dalam penelitian ini untuk gerakan perempuan Nasyiatul Aisyiyah yakni :

1. Menggemari/menonton film-film lokal/internasional. 2. Maksimal umur 18 - 25 tahun.

3. Kelas sosial dan status ekonomi.

4. Merupakan orang yang aktif dalam keorganisasian di organisasi Nasyiatul Aisyiyah.

(45)

Dalam penelitian ini, peneliti pun membuat beberapa kriteria menjadi informan dalam penelitian ini untuk komunitas Nonton YK adalah:

1. Menggemari film-film Hollywood. 2. Maksimal umur 18 – 25 tahun. 3. Kelas sosial dan status ekonomi.

4. Merupakan orang aktif di komunitas Nonton Yk. Dengan syarat-syarat yang dicantumkan diatas, peneliti dapat mengetahui bagaimana informan/penonton menanggapi, memaknai dan menerima terhadap hero perempuan dalam film The Hunger Games berdasarkan latar belakang sosial mereka.

5. Teknik Analisis Data

(46)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analysis reception yang dimana metode ini menggunakan subjek manusia sebagai

penelitian, jadi manusia yang menjadi responden/informan dalam sebuah penelitian. Dimaksud manusia dalam penelitian ini yakni khalayak penerima pesan media atau pengonsumsi media masa, baik itu media cetak (koran, majalah, jurnal dan sebagainya) dan media elektronik (radio, televisi, film, internet dan sebagainya).

Peran khalayak merupakan hal penting dalam penelitian analisis resepsi, karena menempatkan pengalaman manusia sebagai objek penelitian atas menanggapi dan memaknai pesan-pesan media. Khalayak pun berperan aktif dalam memproduksi makna dalam sebuah tayangan atau tontonan. Dengan mencermati bagian-bagian teks-teks yang diterima, kita akan mampu memahami dampak-dampak, efek dan pengaruh media (Stokes, 2003: 148).

(47)

‘pengirim’ sehingga ‘penerima’ bisa menerima dan menjadikan sesuatu

pemahan).

Model Encoding-Decoding Stuart Hall :

Program sebagai wacana yang bermakna

Encoding Decoding

Struktur-struktur Struktur-struktur makna 1 makna 2

Kerangka pengetahuan Kerangka pengetahuan Hubungan produksi Hubungan produksi

Insfrastruktur teknis Insfrastruktur teknis

Gambar 1.1 Proses Analisis Data Model Stuart Hall Encoding – Decoding ( Hall, dkk 2011: 217)

(48)

melakukan decoding terhadap pesan media terbentuk menjadi tiga ranah yakni :

1. Hegemoni Dominan: Khalayak/penonton menerima pesan makna sepenuhnya dan menyetujui langsung apa yang di sajikan oleh media sehingga tidak ada penolakan atau ketidak setujuan.

2. Negotiated Position: Khalayak/penonton yang mengkombinasikan pesan-pesan media dengan pengalaman sosial tertentu yang dialami oleh khalayak/ penonton.

3. Oppositional Position: Khalayak/penonton menolak secara langsung pesan yang disampaikan oleh media yang berlawanan ketika berbeda yang sudah digambarkan.

(49)

6. Sistematis Penulisan

(50)

BAB II

Gambaran Umum Penelitian

A. Catatan Pembuka

Dalam Bab II ini peneliti akan membahas gambaran umum penelitian ini, yang dilihat dari film The Hunger Games dan informan dari Nasyiatul Aisyiyah dan Nonton YK. Dalam Bab II ini, peneliti membagi enam sub-bab. Pertama, Peneliti membuat catatan pembuka, sebelum memasuki konstruksi hero perempuan dalam film. Kedua, Penelitian terdahulu. Ketiga, Perkembangan hero perempuan dalam industri perfilman Hollywood. Keempat, Analisis Encoding dalam film The Hunger Games, dalam subab ini peneliti akan membagi sub-bab Encoding model Stuart Hall, kerangka pengetahuan, hubungan produksi, dan infrasturktur. Kelima, Deskripsi film The Hunger Games. Keenam, Komunitas Nonton YK. Ketujuh, Gerakan perempuan Nasyiatul Aisyiyah. Kedelapan, Profil informan.

B. Penelitian Terdahulu

(51)

Hollywood, yang berjudul Representasi Hero Perempuan dalam Film The

Hunger Games melalui Analisis Semiotika Roland Barthes.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perempuan dalam film The Hunger Games ini tidak digambarkan sebagai makluk yang lemah dan tidak berdaya. Sosok perempuan sudah mulai tampil kuat, bahkan bisa menjadi seorang hero. Namun, adanya perempuan digambarkan sosok yang kuat atau sebagai seorang hero selalu berdampingan dengan maskulinitas, bila perempuan tanpa sisi maskulinitas, perempuan tidak bisa dikatakan sebagai makhluk yang kuat atau tidak bisa dikategorikan sebagai hero.

Penelitian terdahulu kedua, dilakukan oleh Mustika Tri Handayani Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2015 dengan judul Nasionalisme Minoritas Dalam Film (Analisis penerimaan Penonton terhadap Nasionalisme Minoritas Agama dalam Film Soegija pada Remaja Mesjid Jogokaryan dan Dewan Paroki Gereja Santo Yusup). Dalam penelitian ini, peneliti tersebut ingin mengetahui bagaimana penerimaan penonton nasionalisme minoritas dalam film Soegija pada remaja remaja mesjid Jogokaryan dan dewan parkori gereja Santo Yusup dengan menggunakan metode Analisis Resepsi model Stuart Hall.

(52)

isi pesan yang ada dalam film Soegija. Hasil yang berbeda terlihat dari informan Mesjid Jogokaryan, karena pesan yang diterima oleh informan ini beragam menempati posisinya, mulai dari dominant, negotiated, dan oppotional.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Billy Susanti Jurusan Ilmu

Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 2014. Penelitian ini berjudul Analisis Resepsi terhadap Rasisme dalam Film (Studi Analisis Resepsi Film 12 Year A slave pada Mahasiswa Multi Etnis). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis resepsi model Stuart Hall dengan melakukan encoding-decoding.

Dalam penelitian ini, peneliti mengetahui bagaimana penerimaan khalayak mengetahui/memaknai rasisme dalam film 12 Year A Slave dari latar belakang ras yang berbeda, diantaranya informan keturunan China, keturunan Arab, berasal dari Flores, dan berasal dari Aceh. Hasil dari penelitian ini adalah peneliti melihat bahwa pemaknaan setiap informan cenderung sama, dimana pelakuan rasisme merupakan pelakuan tidak manusiawi dan tidak berkemanusiaan. Sementara itu informan asal China dan Aceh memiliki pandangan yang berbeda mengenai adegan tertentu.

Keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Lalita Kartika Rini,

(53)

Peneliti dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa dalam film Tomb Rider mitos hero perempuan ditampilkan ambigu. Disatu sisi perempuan ditampilkan sebagai hero yang mempunyai kekuatan, pemberani, dan aktif dengan mengadopsi nilai-nilai maskulinitas. Namun disisi lain, perempuan juga harus tetap memiliki cantik dan menarik, tidak meninggalkan sisi feminisnya yang menampilkan kontruksi cantik ideal sesuai dengan representasi karakter WAP (White, Anglosaxon,Prostestan).

Kelima adalah penelitian Nikia Syarafina, Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2014. Penelitian ini berjudul Representasi Tubuh Perempuan Feminisme Kick Ass 2, penelitian ini menggunakan metode Analisis Semiotika Roland Barthes.

Penelitian ini menetapkan sebuah kesimpulan mengenai feminisme tubuh ideal perempuan ala Hollywood, yakni, film Kick Ass 2 mempresentasikan tubuh yang ideal perempuan yang memiliki cirri berotot tentunya hal ini bahwa perempuan terlihat maskulin. Tokoh feminis dalam film Kick Ass 2 memiliki dominan sebagai sosok superhero perempuan, namun Kick Ass 2 tidak seutuhnya mempresentasikan feminisme. Analisis dalam film Kick Ass 2 menegaskan bahwa mitos yang ada dan berkembang di masyarakat bahwa tubuh perempuan dan feminis tetap terjebak dalam budaya patriarki dan tetap berada di bawah kekuasaan laki-laki.

(54)

tapi isu yang diangkat oleh ketiga penelitian terdahulu dengan penelitian mempunyai isu yang sama yakni hero perempuan, namun metode yang digunakanya berbeda. Lain halnya dengan kedua penelitian terdahulu ini metode penelitiannya sama menggunakan analisis resepsi atau kajian khalayak, tapi isu yang diangkat tentunya jelas berbeda yang ingin mengetahui tanggapan khalayak mengenai Nasionalisme Miroritas Beragama dan Rasisme dalam film. Perbedaan dengan penelitian ini yakni ingin melihat bagaimana khalayak menaggapi hero perempuan dalam film The Hunger Games. Jelas berbeda kelima penelitian terdahulu dengan penelitian ini

terlihat perbedaan isu yang diangkat dan metode yang digunakan.

Dalam peneliti ini ingin mengetahui bagaimana penerimaan atau pemaknaan penonton atas pesan yang diproduksi oleh media, terhadap hero perempuan dalam film The Hunger Games, yang ingin dilihat pada gerakan perempuan Nasyiatul Aisyiyah dan Komunitas Nonton YK. Penelitian ini mengisahkan sosok perempuan yang memiliki keberanian yang sangat tinggi, ia telah mengorbankan dirinya demi adik, dan warganya, sehingga dia dinobatkan sebagai hero.

(55)

zaman dan membentuk suatu pemahaman bagi khalayak mengenai bagaimana memaknai sebuah teks dalam film mengenai hero perempuan dalam film.

C. Perkembangan Hero Perempuan dalam Film Hollywood

Pada umumnya peran perempuan dalam film digambarkan sebagai pribadi lemah, lembut, rendah diri dan emosional. Menurut Thornham (dalam Gamble. 2004: 8), perempuan tertindas dalam industri perfilman, mereka diperankan sebagai citra-citra objek seks, korban atau perempuan penggoda laki-laki. Dengan berkembannya waktu, citra perempuan dalam film telah berubah, maraknya industri perfilman Hollywood telah memproduksi sosok hero yang diperankan oleh perempuan, sehingga hero perempuan digambarkan sebagai pribadi kuat, berani, pintar dan rupawan. Biasanya peran hero lebih digambarkan kepada sosok laki-laki, karena laki-laki memiliki fisik

yang berbeda dengan perempuan. Perbedaan antara perempuan dan laki-laki sering kali dilihat dari perbedaan fisiknya sehingga bersifat nyata. Dalam proses penafsiran dan penarasian itulah kontruksi posisi tertentu perempuan muncul, kontruksi posisi perempuan ini terjadi dalam konteks sosial yang lebih besar, yakni masyarakat, bangsa dan Negara (Djoharwinarline, 2012: 5).

Hollywood merupakan industri perfilman yang sukses membanjiri

pasar dunia (global), salah satunya film-film hero. Pada tahun 1970 bahwa hero perempuan di induetri perfilman Hollywood sudah ada, tapi pada masa

(56)

1990 sosok hero perempuan sudah berubah, hero perempuan digambarkan lebih aktif, kuat, berani dan tidak dijadikan sebagai obyek seks lagi. Dengan perkembangannya, hero perempuan dalam industri perfilman Hollywood terus bermunculan sehingga Hollywood adalah pencetus karakter hero di industri perfilman dunia. Bisa kita lihat pada tahun 1970–2016 Hollywood telah banyak memproduksi film-film yang bertemakan hero perempuan. Bisa kita lihat tabel dibawah ini yang memperlihatkan perkembangan film hero perempuan pada tahun 1970–2016 dan juga beberapa filmnya sukses membanjiri pasar dunia (global).

Tabel 2.1. Hero Perrempuan Dalam Industri Perfilman Hoolywood

Hero Perempuan Pada Tahun 1970 – 1980

No Film Artis Karakter Keterangan

Bat Women Perempuan pemberani, kuat dan tangguh yang menggunakan jubah

hitam.

2 Coffi Pam Greir Coffi Perempuan maskulin tapi menggunakan 4 Star Wars Carrie Firher Laia Organa Perempuan feminin

(57)

atribut pistol 5 SuperGirl Helen Slater Super Girl Perempuan super yang

mempunyai kekuatan

Hero Perempuan Pada Tahun 1990 – 2000

No Film Artis Karakter Keterangan ia ahli beladiri. dan bisa

mengalahkan lawannya

Black Scorpion Perempuan kuat dan tangguh yang

Buffy Summer Perempuan pemburu vampire yang handal,

Susan Margon Perempuan tangguh, berani dan ahli

(58)

mengalahkan

Sharon Stune Ellen Perempuan maskulin yang menggunakan atribut koboi dan ahli

menembak. 7 Blue Steel Jamie Lee

Curtis

Megan Tumer Perempuan tangguh dan berani yang

O’niell Perempuan maskulin yang berkerja keras untuk menjadi salah berani, kuat dan pintar

yang menggunakan jubah hitam. Ia ahli beladiri dan menembak Hero Perempuan Pada Tahun 2000 – 2010

(59)

2. Drew

(60)

bisa memberantas

Lara Crof Perempuan petualang dengan berpenampilan

Hallen Barry Cat Women Permepuan kuat, berani dan pintar serta

The Bride Perempuan kuat, berani dan tangguh

Karen Page Perempuan kuat dan tangguh dengan berpakaian hitam dan

senjata yang digunakan adalah

(61)

14 X-Man 1. Hallen

Jessica Alba The Invisible Women

(62)

berwarna biru adalah

Jodie Foster Elica Baim Perempuan yang memiliki keberanian 18 Ultraviolet Milla

Jovovich Hero Perempuan Pada Tahun 2010 – 2016

No Film Artis Karakter Keterangan

1 Iron Man Carlet Johansson

Black Window Hero perempuan yang menggunakan jubah

1. Scarlet Witch 1. Hero perempuan yang bememiliki

(63)

2. Carlet

(64)

dan atletis yang

Sylvia Weis Perempuan sensual dengan pakaian yang

(65)

2. Elizabeth

Sumber : Data diakses pada tanggal 25 mei 2016 pada pukul 19:00 WIB oleh peneliti dari berbagai sumber (www.Youtube.com, www.Imdb.com )

(66)

Gambar 2.1. Film Batwomen (1966) Gambar 2.2. Mad Max Fury Road (2015) Pada gambar Pertama, adalah film The Wild World Of Batwomen era 70-an, film hero perempuan ini lebih menggambarkan sosok perempuan yang terlihat lebih seksi, dengan menggunakan jubah berwarna hitam, dengan pakaian yang seksi, sehingga bagian tubuhnya terlihat menonjol, tak jarang bahwa hero perempuan pada era itu dijadikan sebagai objek seks. Pada gambar Kedua, adalah film Mad Max Fury Road tahun 2015, sosok hero perempuan pada era sekarang tidak lagi dipandang sebagai obyek seks, hero perempuan lebih digambarkan sebagai sosok yang kuat, tangguh, cerdas sehingga dikontruksikan sebagai perempuan yang maskulin.

Terlihat pada era kini, industri perfilman Hollywood telah mengikuti perkembangan zaman, yang telah menciptalkan tokoh hero perempuan yang atletis, kuat, tangguh, berani dan sebagainya, sehingga hingga saat ini sosok hero perempuan tidak lagi dikontruksikan sebagai obyek seks yang kerap kali

(67)

D. Analisis Encoding Film The Hunger Games

Penelitian ini menggunakan analisis resepsi/penerimaan khalayak model Stuart Hall, encoding-decoding. Analisis encoding memiliki tiga aspek yang akan dibahas dalam sub-bab ini yang pertama, kerangka teori, hubungan produksi, infrastruktur tekni dan juga meliputi peng-encodingan konstruksi hero perempuan dalam film The Hunger Games. yang dilihat dari tiga

konstruksi juga yakni, perempuan maskulin, pahlawan perempuan, dan perempuan memiliki eksistensi melebihi laki-laki.

Dalam film ini ketiga yang direpresentasikan itu kedalam sosok karakter perempuan yang bernama Katniss, yang dikonstruksikan sebagai hero perempuan dalam film tersebut. Film ini pun merupakan film Nonskuel

terlaris dalam perfilman Hollywood.

1. Kerangka Pengetahuan

Film The Hunger Games di sutradarai oleh Gary Ross, yang mana film ini diangkan dari novel dengan judul yang sama (The Hunger Games) karangan Suzanne Collins. Film ini telah meraih puluhan penghargaan yang bergengsi di Hollywood, sehingga film ini dikategorikan sebagai Movie Of The Year di MTV Movie Award pada tahun 2012.

(68)

Pennsylvania, saat ini telah mendapatkan berbagai penghargaan diajang bergengsi di perfilman Hollywood seperti Academy Award for Best Picture Nominasi “Seabiscuit”, Academia Award for Best Writing (Adapted

Screenplay) Nominasi – “Seabiscuit”, Academy Award fo Best Writing

(Original Screenplay), dan masih banyak lagi penghargaan yang di peroleh

Gary Ross.

Gary Ross mengawali karyanya sebagai penulis scenario, karya pertamanya adalah komedi BIG pada tahun 1988, dari scenario yang ia dapat nominasi Oscar kategori Best Original Screenplay. dirinya Juga menjadi penulis scenario film Dave, MR. Baseball dan Lassie pada tahun 1993, dan juga mendapatkan penghargaan Oscar kategoring yang sama Best Original Screenplay.

Setelah itu Gary Ross melebarkan sayapnya pada penyutradaraan, film pertamanya adalah Pleasentville, dirinya merahih penghargaan Oscar kategori Best Original Screenplay dan Best Costume Design, dan Best

Original Score. Pada tahun 2003 juga Ross telah menyutradarai dan sebagai

penulis film yang berjudul Seabiscuit.

Ditahun 2012, Gary Ross kembali merilis film terbarunya, yang berjudul The Hunger Games, Ross juga telah sukses membawa film The Hunger Games mendapatkan puluhan penghargaan seperti MTV Movie

Award yang telah memborong empat penghargaan dari delapan nominasi

(69)

Best Fight: Jennifer Lawrence and Josh Hustcherson vs Alexander Ludwig,

dan Best On-Screen Transfmations: Elizabeth Banks. (di akses http://showbiz.liputan6.com/read/408228/the-hunger-games-borong-mtv-movie-awards pada tanggal 19 Desember 2016 pukul 18.00 WIB), dan juga film ini telah masuk ke dalam dua puluh film bersejarah yang meraup pendapatan besar dalam tiga hari pemutaranya.

2. Hubungan Produksi

Film The Hunger Games diangkat dari novel karangan Suzanne Collins, dengan judul yang sama. Film ini dirilis pada 12 Maret 2015, dan menghabiskan dana sekitar 78.000.000 dolar AS, dengan keberhasilannya, The Hunger Games mendapatkan hasil sekitar 636.362.000 dolar AS. Hal

ini terlihat tak hanya buah tangan sangsutradara, melainkan penulis juga yakni Suzanne Collins. Suzanne Collins adalah seorang novelis asal Amerika serikat lahir pada 10 Agustus 1962, dirinya lulusan dari Indiana University jurusan Drama dan Telekomunikasi.

(70)

pemimpin rumah rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan ibu dan adiknya, karena sosok ayah dalam film tersebut telah tiada. hal itu membuat Collins menghubungkan pengalaman hidupnya kedalam alur cerita film The Hunger Games.

“Ayah saya adalah angkatan udara dan juga seorang veteran Vietnam. Dia berada di Vietnam saat saya berumur enam tahun. Tapi di luar, ayah saya seorang dokter ilmuan politik, ia adalah seorang spesialis militer dan juga berpendidikan. Dari awal ia berbicara tentang perang dengan kami, itu sangat penting baginya”. (Wawancara Collins salah satu media di Amerika)

Collins mengawali karirnya di industri sebagi penulis scenario di acara serial TV anak-anak, Namun di sisi lain Collins pun tidak hanya fokus di TV, juga Collins terus menulis untuk novel-novelnya. Bermacam-macam judul yang telah ditulis oleh dirinya. Pertama, Gregor the Overiander 2003, Greoge and the prophrcy, of Bane 2004.Gregor and Curse of the

Gambar

Table 1.1 (Dalam Storey, 1996: 86)
Gambar 1.1 Proses Analisis Data Model Stuart Hall Encoding –
Tabel 2.1. Hero Perrempuan Dalam Industri Perfilman
gambar Kedua, adalah film Mad Max Fury Road  tahun 2015,  sosok hero
+7

Referensi

Dokumen terkait