ABSTRAK
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK
DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)
Oleh
DIAN AULIA ULHUSNA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif pembiayaan yang tepat dalam perolehan aktiva tetap dan dapat meminimalisasi beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan dengan menggunakan alternatif kredit bank dan alternatif sewa guna usaha (leasing). Teknik analisis yang digunakan adalah : (1) menentukan nilai angsuran (annuitas); (2) menentukan beban-beban yang dapat dikurangkan ke penghasilan bruto; (3) menghitung penghematan pajaknya. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan pada alternatif leasing dengan hak opsi, biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva lebih besar karena biaya yang dibebankan adalah total keseluruhan biaya leasing dan biaya bunga sehingga mempengaruhi besarnya laba kena pajak menjadi lebih kecil dan juga berpengaruh terhadap PPh terutang yang ditanggung perusahaan pun menjadi lebih kecil sedangkan alternatif kredit bank biaya yang dapat dibebankan hanya biaya bunga dan biaya penyusutan sehingga laba kena pajak perusahaan menjadi lebih besar dan juga PPh terutang yang ditanggung perusahaan pun menjadi lebih besar.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di Indonesia, industri konstruksi merupakan industri yang paling diwarnai
persaingan ketat dengan rata-rata tingkat keberhasilan mencapai keuntungan
(profit) yang diharapkan relatif rendah. Kontraktor adalah perusahaan yang
melakukan kontrak kerja dengan orang atau perusahaan lain untuk memasok
barang atau menyelesaikan jasa tertentu. Ukuran proyek konstruksi terus tumbuh
dan berkembang sehingga kontraktor dipaksa untuk selalu memperhatikan
pengendalian pembiayaannya. Dalam memenuhi kebutuhan akan pengadaan dari
aktiva tetap perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya melalui
leasing, kredit bank, dan yang sudah lazim dilakukan dengan pembelian tunai. Apabila kas perusahaan tidak mencukupi dan terkait dengan besarnya pajak yang
ditanggung nantinya lebih baik menggunakan leasing atau kredit bank dalam
perolehan aktiva tetap.
Peranan bank dalam melakukan kegiatan pembiayaan sudah banyak dilakukan
baik oleh bank pemerintah maupun bank swasta. Sejalan dengan berkembangnya
dunia pembiayaan dan meningkatnya permintaan untuk pembiayaan jangka
Indonesia. Jika bank memberikan pembiayaan dalam bentuk investasi uang maka
perusahaan leasing melakukan pinjaman dalam bentuk barang modal.
Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah, yang
sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa public. Besar pajak
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara
administratif pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung (direct
tax) dan pajak tak langsung (indirect tax). Pajak langsung dikenakan atas
masuknya aliran sumber daya yaitu penghasilan, sedangkan pajak tidak langsung
dikenakan atas keluarnya aliran sumber daya seperti pengeluaran untuk konsumsi
atas barang dan jasa.
Dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengidentikan pembayaran pajak
sebagai beban sehingga akan meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan
laba. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing maka manajer wajib
menekan biaya seoptimal mungkin. Demikian pula dengan kewajiban membayar
pajak, karena biaya pajak akan menurunkan laba setelah pajak (after tax profit),
tingkat pengembalian (rate of return), dan arus kas (cash flows).
Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari
yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan melanggar
peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan pajak secara eufimisme sering
disebut perencanaan pajak (tax planning).
Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau
baik itu pajak penghasilan maupun pajak lainnya berada dalam posisi yang
minimal sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan
perudang-undangan perpajakan maupun secara komersial.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “Analisis
Perencanaan Pajak Atas Perolehan Alat Berat Serta Pengaruhnya Terhadap Laba
Kena Pajak Dan PPh Terutang”.
2. Rumusan Masalah
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Perencanaan
pajak yang dilakukan oleh manajemen dapat dikategorikan sebagai
penyelundupan pajak atau penggelapan pajak jika menyalahi aturan-aturan hukum
pajak yang berlaku, dan jika itu terjadi maka menjadi permasalah bagi perusahaan.
Untuk menyusun sebuah perencanaan pajak (tax planning) langkah-langkah yang
diambil oleh manajemen perusahaan tidak boleh sembarangan, sehingga langkah
yang digunakan tidak dikategorikan sebagai penyelundupan pajak serta menyalahi
aturan hukum yang berlaku.
Berkaitan dengan perencanaan pajak (tax planning), pengelolaan tentang
perolehan aktiva tetap sebagai barang modal operasi usaha juga dapat dilakukan
untuk meminimalisasi pajak yang harus dibayar. Terdapat beberapa alternatif cara
menggunakan dana pinjaman (kredit) bank, atau menggunakan leasing dengan
hak opsi dan melakukan pembelian tunai, tetapi dilihat dari besarnya biaya yang
akan dikeluarkan perusahaan jika menggunakan pembelian tunai maka peneliti
lebih mengkhususkan menggunakan leasing atau dana pinjaman (kredit) bank.
Pihak manajemen perusahaan dapat memilih dan melakukan evaluasi untuk
memakai cara manakah yang seharusnya dipilih dan dipakai oleh perusahaan guna
meminimalkan beban pajak yang harus ditanggung atau mendapatkan
penghematan pajak yang maksimal berdasarkan berbagai alternatif tersebut. Hal
ini dikarenakan masing-masing cara perolehan aktiva tetap yang ada akan
menghasilkan penghematan pajak yang berbeda-beda akibat pengakuan biaya
yang diperbolehkan terkait dengan masalah perpajakan.
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut
“Manakah perencanaan pajak yang lebih menguntungkan dalam pengambilan
keputusan terhadap pilihan alternatif perolehan alat berat secara kredit bank atau
leasing dengan hak opsi serta pengaruhnya terhadap laba kena pajak dan PPh terutang pada PT APMS?”
3. Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan solusi tentang alternatif
pembiayaan yang tepat dalam perolehan aktiva tetap dan dapat
4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu dasar dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam
memilih sumber pembiayaan yang tepat guna meminimalisasi beban pajak.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan
penelitian lain khususnya penelitian yang berhubungan dengan
pembiayaan.
5. Batasan Masalah
Mengetahui perlunya batasan masalah dalam penelitian ini maka penelitian ini
dibatasi antara lain:
1. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah pada salah satu perusahaan
kontraktror yang ada di Bandar Lampung.
2. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian adalah tahun 2009
-2012.
6. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang terdahulu diantaranya
penelitian Hastami, Radita (2009) tentang Perbandingan Pembelian Kredit Dan
Penggunaan Leasing Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Dan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Dalam Pengadaan Mesin Pada Pt.Kalbe
Farma,Tbk. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
membandingkan tax saving yang diperoleh berdasarkan pembelian kredit dan
penggunaan leasing. Berdasarkan analisis simpulan yang diperoleh dari penelitian
menggunakan leasing dengan hak opsi agar dapat melakukan tax saving
(penghematan pajak).
Menurut Rahayu (2004) dalam Perbandingan Antara Pembelian Langsung, Kredit
Bank Dan Leasing Ditinjau Dari Aspek Perpajakan. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan membandingkan pembiayaan aktiva baru melalui
pembelian langsung, kredit bank dan leasing yang akan ditinjau dari aspek
perpajakannya yaitu biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
untuk menemukan pembiayaan mana yang memberikan penghematan pajak yang
terbesar bagi perusahaan karena biaya pajak yang minimal akan mempengaruhi
arus kas perusahaan. Dari hasil penelitian, leasing merupakan alternatif
pembiayaan yang menguntungkan ditinjau dari segi perpajakan secara present
value karena adanya peraturan perpajakan yang memperbolehkan semua lease fee dibebankan sebagai biaya di laporan keuangan fiskal. Suku bunga leasing yang
lebih besar dari kredit bank tidak mempengaruhi besarnya biaya sehingga jumlah
pajak minimal.
Chrisdianto, R. B dan Andrianto (2009) yang dahulu meneliti tentang penerapan
tax planning dalam pengambilan keputusan terhadap pilihan alternatif pembelian truk secara tunai, kredit bank, dan leasing dengan hak opsi. Penelitian ini
menggunakan metode Kuantitatif dengan membandingkan ketiga alternatif
pembelian truk dan menentukan mana yang memberikan penghematan pajak,
berdasarkan analisis yang dilakukan perusahaan disarankan untuk menggunakan
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis adalah melakukan perhitungan secara present value biaya dari leasing dan
meminjam dari pihak bank untuk menemukan alternatif pembiayaan yang paling
menguntungkan ditinjau dari segi pajak. Sedangkan perbedaannya adalah
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidak mencantumkan pembelian tunai
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Perencanaan Pajak
Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui
manajemen pajak. Manajemen pajak sendiri merupakan sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat
ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak, dan dalam tahap
ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar
dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Menurut Zain (2008:43) secara garis besar perencanaan pajak (tax planning)
adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak
sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun
pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini
dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
maupun secara komersial.
Terdapat beberapa ukuran yang biasanya digunakan dalam mengukur kepatuhan
perpajakan wajib pajak, yakni:
pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau
pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil
dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.
2. Tax Avoidance adalah upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan yang dikenakan pajak atau upaya manipulasi penghasilan wajib pajak secara
legal yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.
3. Tax Evasion adalah upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
Menurut Suandy (2008:9) terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu
perencanaan pajak (tax planning):
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak
dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi wajib pajak
merupaka resiko pajak (tax risk) yang sangat berbahaya dan menimbulkan
ancaman keberhasilan perencanaan pajak tersebut.
2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan baik jangka
panjang maupun jangka pendek.
3. Bukti-bukti pendukung yang memadai, misalnya surat perjanjian, faktur dan
juga perlakuan akuntansinya.
Perencanaan pajak merupakan suatu bagian dari manajemen pajak suatu
perusahaan, dan dalam melakukan manajemen pajak ada beberapa
manajemen pajak dalam strategi dasar mengenai pengelolaan perpajakan menurut
Wahyudi dalam Chrisdianto:
1. Menetapkan sasaran manajemen pajak, meliputi usaha mengefisienkan beban
pajak dan tidak melanggar undang-undang perpajakan, mematuhi segala
ketentuan administrasi sehingga terhindar dari segala sanksi pidana, dan
melaksanakan secara efektif segala ketentuan perundang-undangan
perpajakan yang terkait dengan masalah pemasaran, pembelian, dan fungsi
keuangan.
2. Identifikasi pendukung dan penghambat sasaran, meliputi identifikasi faktor
lingkungan perencanaan pajak jangka panjang, etika kebijakan perusahaan
tentang manajemen perpajakan dan strategi perpajakan yang terintegrasi
dengan perencanaan perusahaan.
3. Mengembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai sasaran
manajemen perpajakan, meliputi sistem informasi perpajakan dan mekanisme
pengendalian.
2. Alternatif Pengadaan Barang Modal Melalui Kredit Bank
Kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan atau dalam
bahasa latin credo, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka
berarti mereka memperoleh kepercayaan.
Menurut Kasmir (2008) kredit adalah kepercayaan pemberi kredit kepada
penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai
sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut
sesuai dengan jangka waktunya.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
2.1.Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit adalah
sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa kredit yang
diberikan bank berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar di
terima kembali dimasa tertentu dimasa datang.
b. Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung
unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad
kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati.
d. Resiko
Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko
kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar
kreditnya padahal mampu dan kerugian diakibatkan karena nasabah
tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam.
Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu
tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang
jangka waktu suatu kredit maka semakin besar resikonya tidak
tertagih, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan
bank, baik resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak
disengaja.
e. Balas jasa
Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan
suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian
suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga
bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga biasa
provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan
keutungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berprinsip syariah
2.2.Syarat Kredit
Sesuai dengan asal kata kredit yang berarti kepercayaan maka kredit dapat
berlangsung bila ada kepercayaan terhadap penerimaan kredit. Kepercayaan
tersebut banyak tergantung kepada kelayakan seseorang atau badan usaha.
Kelayakan seseorang atau badan usaha penerima kredit dipengaruhi oleh 5C
yaitu:
a. Character atau tabiat serta kemampuan pemohon untuk memenuhi kewajiban perlu diteliti tentang kebiasaan kepribadian, cara hidup,
serta keadaan keluarga secara moral.
b. Capacity yaitu kemampuan, kepandaian, dan keterampilan
menggunakan kredit yang diterima sehingga memperoleh kemajuan,
keuntungan serta mampu melunasi kewajiban dan hutangnya.
c. Capital yaitu modal seseorang atau badan usaha penerima kredit. Tidak semua modal bersumber dari kredit.
d. collateral yaitu kepastian berupa jaminan yang dapat diberikan oleh penerima kredit. Anggunan atau jaminan sebagai alat pengaman
sebagai ketidakpastian pada waktu yang akan datang pada saat kredit
harus dilunasi.
e. Condition of economies yaitu dalam rencana pelepasan kredit harus mampu melihat kedepan, yaitu bagaimana keadaan perekonomian
2.3.Peranan Kredit Dalam Perekonomian
Dalam kehidupan perekonomian, fungsi kredit makin lama makin memegang
peranan yang sangat penting karena dengan adanya kredit dapat:
a. Meningkatkan daya guna uang
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang
d. Menjadi salah satu alat stabilitas ekonomi
e. Meningkatkan kegairahan berusaha
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan
g. Menjadi alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
2.4.Kebaikan Dan Keburukan Kredit
Kredit selain mempunyai peranan dalam kehidupan perekonomian tentunya
dapat menimbulkan dampak yang bersifat positif dan negatif, hal ini tentunya
wajar saja dalam kehidupan masyarakat. Memang mengenai baik buruknya
kredit bagi semua orang menyebabkan kita harus berhati-hati baik memberi
kredit maupun menerima kredit. Adapun kebaikan dan keburukan kredit akan
kita jabarkan dibawah ini:
a. Kebaikan kredit
1. Menambah produktifitas modal uang
2. Memajukan urusan tukar-menukar seperti wesel, promes, dan
lain-lain
3. Mempercepat peredaran barang-barang
b. Keburukan kredit
1. Memberikan kemungkinan untuk berspekulasi
2. Memberikan kesempatan para konsumen melebihi daya
kemampuan (besar pasak daripada tiang)
3. Menyebabkan produksi yang sangat berlebihan
4. Perluasan kredit akan menimbulkan inflasi
5. Mendorong masyarakat mengarah kepada sifat konsumtif.
3. Alternatif Pengadaan Barang Modal Melalui Leasing
Sejalan dengan berkembangnya perekonomian sumber pembiayaan tidak hanya
berasal dari pinjaman kredit. Dengan lahirnya leasing di Indonesia pada tahun
1974 leasing telah menjadi salah satu sumber pendanaan yang sangat penting
karena dengan adanya leasing suatu perusahaan dapat memperoleh dan
menggunakan alat-alat produksi dan barang-barang modal tanpa harus membeli
atau memilikinya.
3.1.Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 tanggal
21 Nopember 1991, sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan
hak opsi (finance lease) maupun secara sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
Jenis sewa guna usaha yang diakui menurut perpajakan hanya ada dua, yaitu:
1. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance Lease / Capital Lease)
Financial Lease merupakan suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa.
Bila dalam masa akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi
sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik pemberi sewa
(perusahaan leasing). Kegiatan sewa guna usaha digolongkan
sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna
usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus
dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan
lessor.
b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun
untuk barang modal golongan I, 3 tahun untuk barang modal
golongan II dan III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan.
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi
bagi lessee.
2. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya,
sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik bagi pihak
guna usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai
berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna
usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang
modal yang disewagunausahakan ditambah keuntungan lessee.
b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee.
3. Perbedaan Finance Lease dan Operating Lease
a. Finance Lease
a) Perjanjian tidak dapat dibatalkan
b) Masa sewa selama umur ekonomis
c) Ada hak opsi
d) Transaksi keuangan
e) Tidak dikenakan PPn
f) Bersifat full pay out
g) Lessor tidak dapat menyusutkan barang b. Operating Lease
a) Perjanjian dapat dibatalkan
b) Masa sewa relatif singkat
c) Tidak ada hak opsi
d) Transaksi sewa menyewa
e) Dikenakan PPn
f) Tidak bersifat full pay out
3.2 Transaksi-transaksi Sewa Guna Usaha (Leasing)
Transaksi-transaksi yang ada dalam leasing tentu mengandung
perkiraan-perkiraan baik perkiraan-perkiraan yang merupakan tambahan dari perkiraan-perkiraan yang
sudah ada sebelumya maupun perkiraan yang timbul pada saat trransaksi
leasing.
Perkiraan-perkiraan yang timbul apabila terjadi transaksi leasing adalah :
1. Aktiva
Aktiva secara umum dapat merupakan sesuatu yang mempunyai
bentuk fisik atau dapat merupakan sesuatu hak menurut hukum,
kedua-duanya mempunyai nilai uang.
Aktiva mempunyai 3 sifat dasar yaitu :
a) Kemungkinan sifat ekonomis masa depan
b) Dikendalikan oleh perusahaan
c) Sebagai akibat transaksi peristiwa-peristiwa masa lalu.
Jenis aktiva yang timbul pada saat terjadinya transaksi leasing adalah
aktiva tetap dan aktiva lancar. Aktiva tetap disini adalah barang atau
peralatan yang di leasing oleh penyewa guna usaha, sedangkan
aktiva lancar adalah berupa antara lain : biaya yang dibayar dimuka,
yaitu untuk asuransi dibayar dimuka.
2. Kewajiban
Kewajiban adalah hutang perusahaan yang harus dipenuhi kepada
kreditur. Penyelesaian kewajiban dilakukan dimasa yang akan
datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa.
yang timbul akibat transaksi leasing antara lain hutang lease bagi
lessee. 3. Pendapatan
Didalam transaksi leasing pendapatan dari transaksi tersebut
diperoleh perusahaan sewa guna usaha (lessor) berupa pendapatan
bunga lease.
4. Beban
Beban adalah biaya yang secara langsung atau tidak lansung telah
dimanfaatkan dalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu
periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk
kegiatan masa berikutnya. Dalam transaksi leasing beban yang
timbul antara lain beban pelaksana lease dan beban asuransi yang
ditanggung oleh penyewa guna usaha (lessee).
3.4 Perlakuan Sewa Guna Usaha Dalam Laporan Keuangan Lessee
Secara akuntansi dalam Capital Lesse, Lessee harus mencatat barang modal
sewa guna usaha sebagai aktiva, dan kewajiban pada suatu jumlah yang sama
dengan nilai tunai pembayaran sewa guna usaha minimum selama masa sewa
guna usaha pada saat permulaan sewa guna usaha.
Dalam hal jumlah yang ditentukan terhadap aktiva yang disewagunausahakan
melebihi nilai pasar yang wajar pada saat permulaan sewa guna usaha, jumlah
yang dicatat sebagai aktiva dan kewajiban harus tetap bedasarkan jumlah nilai
guna usaha akan dialokasikan sebagai pengurangan kewajiban serta biaya
bunga.
Aktiva yang disewagunausahakan berdasarkan capital Lease serta akumulasi
penyusutannya harus disajikan dalam neraca lessee secara terpisah ataupun
diungkapkan secara wajar dalam catatan atas laporan keuangan. Demikian
pula dengan kewajiban karena suatu sewa guna usaha, harus dinyatakan dan
dikelompokkan sebagai kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang
dalam neraca sesuai dengan ketentuan yang lazim dilakukan. Penyusutan
aktiva yang disewagunausahakan yang dibebankan terhadap pendapatan harus
pula diungkapkan.
Tetapi dalam perpajakan perlakuan untuk sewa guna usaha dengan hak opsi
bagi lessee adalah sebagai berikut:
1. Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan
penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan sampai
saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang tersebut.
2. Setelah menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal
tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya
adalah nilai sisa barang modal yang bersangkutan.
3. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee
kecuali pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa
4. Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang
ditentukan, maka Dirjen Pajak melakukan koreksi atas pembebanan
biaya sewa guna usaha.
5. Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa usaha
dengan hak opsi.
3.4 Keuntungan dan Kerugian Sewa Guna Usaha (Leasing)
Situasi dari masing-masing perusahaan yang berbeda-beda menyebabkan
faktor yang menunjang pada suatu kasus tidaklah dapat diterapkan pada kasus
lain. Salah satu keuntungan berikut ini mungkin akan menjelaskan lebih
lanjut sehingga menyebabkan kontrak lease akan menjadi alternatif yang
menarik untuk penyediaan barang modal/biaya (financing) pada situasi
tertentu. Diantara keuntungan tersebut adalah :
1. Penghematan modal, yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar,
maksimum hanya untuk “down payment” yang jumlahnya biasanya
tidak besar. Hal ini merupakan penghematan modal bagi lessee,
sehingga lessee dapat menggunakan modal yang tersedia untuk
keperluan lainnya, karena leasing umumnya membiayai 100%
barang modal yang dibutuhkan.
2. Sangat fleksibel, yaitu bersifat sangat luas yang merupakan ciri
utama bagi kelebihan leasing dibanding kredit dari bank.
Fleksibilitas meliputi struktur kontraknya, besarnya pembayaran
3. Sebagai sumber dana, leasing merupakan salah satu sumber dana
bagi perusahaan-perusahaan industri maupun perusahaan komersil
lainnya. Mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan melalui
sale and leaseback atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee. Sementara itu credit line atau fasilitas kredit yang sudah ada dari
bank masih tetap tidak terganggu dan siap digunakan setiap saat.
4. On atau off balance sheet yaitu, leasing sesuai dengan kebutuhannya bisa dibukukan dalam neraca.
5. Menguntungkan cash flow, fleksibilitas dari penentuan besarnya
rental sangat menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi
dimana pendapatan penjualan diperoleh secara musiman atau juga
dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada masa-masa akhir
investasi maka besarnya rental juga bisa disesuaikan dengan
kemapuan cash flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah
timbulnya gejolak-gejolak kekosongan dana di dalam kas
perusahaan. Dilain pihak jika keadaan keuangan cukup longgar maka
besarnya rental dapat diperbesar untuk mempercepat amortisasi
prinsipalnya. Ini semua bisa diatur dengan menyusun struktur rental
yang baik disesuaikan dengan proyeksi cash flow-nya.
6. Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi lessee
mengeluarkan biaya rental yang sama. Dengan demikian, nilai rill
dari rental tersebut telah berkurang. Atau bisa dikatakan bahwa
7. Sarana kredit jangka menengah dan jangka panjang. Terutama sekali
di Indonesia, saat ini dirasakan sangat sulit sekali untuk mendapat
dana pinjaman rupiah untuk jangka menengah dan jangka panjang.
Untuk mengatasi hal tersebut, leasing merupakan salah satu
alternatif yang bisa memenuhi kebutuhan ini. Melalui sale and
leaseback maka lessee akan bisa mendapatkan dana yang diperlukan dengan masa pengembalian jangka menengah atau jangka panjang.
Bahkan lessee juga bisa melakukan bullet repayment seperti pada
long term bank loan dimana rental yang dilakukan tiap bulan hanyalah merupakan pembayaran interest saja.
8. Dokumentasinya sangat sederhana, biasanya sudah standar sehingga
lebih simpel bagi lessee untuk memperpanjang transaksi leasing
daripada merundingkan perjanjian baru dengan pihak bank.
Selanjutnya pengelompokkan berbagai biaya dalam satu paket
kemudian bisa digabungkan menjadi satu dengan harga barang untuk
kemudian diamortisasikan sepanjang masa leasing.
Tentunya disamping keuntungan-keuntungan tersebut diatas, leasing juga
mempunyai kerugian atau kelemahan antara lain sebagai berikut :
1. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang
relatif mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank.
Hal ini terjadi karena sumber dana lessor pada umumnya dari bank
atau lembaga keuangan bukan bank.
2. Barang modal yang di lease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur
creditor” mungkin akan menilai perusahaan tersebut memiliki posisi keuangan yang lemah.
3. Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah
prestise antara memiliki barang modal sendiri atau lease.
4. Resiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab
yang menuntuk pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan
atas barang orang lain yang disebabkan oleh “lease property” tersebut, dan juga lessor belum tentu yakin bahwa barang lease
tersebut bebas dari berbagai ikatan seperti “liens (gadai) preference”,
priorities”, “charge” atau kepentingan-kepentingan lainnya.
4. Perbandingan Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Kredit Bank
Jika dibandingkan dengan kredit perbankan, pembiayaan leasing mempunyai
beberapa keunggulan secara ekonomi diantaranya :
1. Pembiayaan penuh 100% tanpa uang muka
2. Persyaratan relatif tidak ketat
3. Pembayaran angsuran relatif fleksibel
4. Tidak harus dicantumkan dalam neraca (off balance sheet)
5. Terlindung dari resiko keuangan
6. Tingkat keamanan pembiayaan terjamin
7. Tidak perlu menyediakan jaminan (collateral)
8. Aset yang diperoleh melalui leasing merupakan jaminan bagi lessor
5. Penyusutan Dalam Perpajakan
Dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (2) menyatakan bahwa
pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan
sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.
Metode penyusutan yang boleh digunakan menurut undang-undang perpajakan
adalam metode garis lurus dan metode saldo menurun. Untuk menghitung
penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai
berikut:
Tabel 1. Metode dan Tarif Penyusutan Menurut Undang-Undang Pajak Kelompok Harta
Berwujud
Masa Manfaat Tarif Penyusutan Sebagaimana
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Studi Kasus dan Lapangan (case and
field study). Merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta
interaksinya dengan lingkungan.
1. Jenis Dan Sumber Data
a. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data kuantitatif yakni berupa
angka-angka terkait dengan masalah keuangan dan perpajakan.
b. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam bentuk arsip.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersifat intern atau dari
dalam perusahaan yang berupa laporan keuangan.
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang representatif digunakan metode penarikan data
berupa data dokumenter, yaitu mengumpulkan data yang berupa harga alat berat
3. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya pembayaran angsuran untuk setiap periode selama
masa kredit dan leasing, menggunakan rumus anuitas.
A =
=
Keterangan:
A = Annuity / Angsuran PV = Present Value of Annuity i = Tingkat bunga nominal n = Jumlah periode pembayaran
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian sebagai berikut :
1. Rencana perolehan alat berat pada PT APMS
2. Penentuan harga perolehan, nilai residu, tingkat bunga baik itu bunga bank
maupun tingkat bunga yang disepakati dengan perusahaan leasing, nilai opsi,
tingkat bunga yang digunakan sebagai tingkat diskon.
3. Perhitungan besarnya angsuran pengembalian pada tiap-tiap periode untuk
alternatif kredit bank dan leasing dengan hak opsi.
4. Menentukan beban-beban yang dapat dikurangkan (deductible expense) ke
penghasilan bruto.
5. Menghitung penghematan pajak yang dapat diperoleh setelah dilakukan
penghematan pajak.
6. Membandingkan besarnya laba bersih dan beban pajak pada masing-masing
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan pada alternatif
leasing dengan hak opsi, biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva lebih besar karena biaya yang dibebankan adalah total keseluruhan biaya leasing dan
biaya bunga sehingga mempengaruhi besarnya laba kena pajak menjadi lebih
kecil dan juga berpengaruh terhadap PPh terutang yang ditanggu perusahaan pun
menjadi lebih kecil sedangkan alternatif kredit bank biaya yang dapat dibebankan
hanya biaya bunga dan biaya penyusutan sehingga laba kena pajak perusahaan
menjadi lebih besar dan juga PPh terutang yang ditanggung perusahaan pun
menjadi lebih besar.
2. Saran
Dari simpulan yang diperoleh maka saran yang dapat disampaikan kepada PT
APMS adalah sebaiknya memilih pembiayaan alat berat excavator melalui leasing
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Trisnawati, Estralita.2009. Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta
Apriyanto. 1998. Analisis Perbandingan Leasing dan Kredit Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Luar Koperasi Peternakan Sapi Perah Rakyat Jakarta (KOPERDA-DKI), Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Budiono, Irvan. 1991. Studi Pembiayaan alternatif Bagi Koperasi KUD Suatu Analisis Antara Leasing dan Kredit, Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chrisdianto, R. B dan Andrianto, 2009. Penerapan Tax Planning Dalam Pengambilan Keputusan Terhadap Pilihan Alternatif Pembelian Truk Secara Tunai, Kredit Bank, Dan Leasing Dengan Hak Opsi Pada PT Rajawali Dwi Putra, Skripsi. Universitas Surabaya. Surabaya.
Hastami, Radita. 2009. Perbandingan Pembelian Kredit Dan Penggunaan Leasing Berdasarkan Undang Nomor 17 Tahun 2000 Dan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Dalam Pengadaan Mesin Pada Pt.Kalbe Farma,Tbk, Skripsi. Unika Darma Cendika. Surabaya.
Indriantoro, Nur dan Supomo Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1169/KMK.01/1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing).
Nasution, Manahan. 2003. Akuntansi Guna Usaha (Leasing) Menurut Pernyataan SAK No. 30. Digital Library. USU
Rahayu, Yeni. 2004. Perbandingan Antara Pembelian Langsung, Kredit Bank Dan Leasing Ditinjau Dari Aspek Perpajakan, Skripsi. Universitas Kristen Petra. Surabaya
Widyastuti, Maria. 2009. Kredit Bank dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak, Skripsi. Unika Darma Cendika. Surabaya.
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta