• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Jawa Barat Provinsi Jawa Barat dalam Fasilitasi Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Walikota dan Wakil Walikota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Jawa Barat Provinsi Jawa Barat dalam Fasilitasi Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Walikota dan Wakil Walikota"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN BIRO PEMERINTAHAN UMUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DALAM FASILITASI PEMILIHAN KEPALA

DAERAH (PILKADA) WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012

LAPORAN KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Biro

Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat pada

Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh :

YUGO DWI PRATIKTO

41709020

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

a. Nama : Yugo Dwi Pratikto

b. Tempat Tanggal Lahir : Dili, Timor Timur 1 Juli 1991

c. Alamat : Jl. Muararajeun no 21Kel. Cihaurgeulis, Kec. Cibeunying Kaler Kota Bandung.

d. Status Perkawinan : Belum Kawin

e. Nama Ayah : Ir. Asri Indrianto

f. Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri Sipil

g. Nama Ibu : Dedeh Rosanah

h. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

(5)

2. Pendidikan Formal:

Tahun Keterangan

1997-2003 SDN 3 Karawaci Tangerang

2003-2006 SMPN 6 Karawaci Tangerang

2006-2009 SMAN 5 Karawaci Tangerang

2009-Sekarang Universitas Komputer Indonesia Bandung

3. Pendidikan Non Formal:

Tahun Nama Penyelenggara

2009 Ceramah Umum Dekan

FISIP Unikom

FISIP Unikom

2010 Seminar: Peningkatan

Pelayanan Publik Melalui Pemanfaatan Aplikasi ICT

Prodi Ilmu Pemerintahan Unikom

2010 Training: Table Manner

Class

Maja House

2012 Seminar: Pelaksanaan

e-Ktp Guna Meningkatkan Pelayanan Publik

HIMA Ilmu Pemerintahan Unikom

(6)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR...v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Kegunaan KKL...4

1.3. Metode KKL...5

1.4. Lokasi dan Waktu KKL...6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Peran...7

2.2. Pengertian Fasilitasi...9

2.3. Pengertian Pilkada...10

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL 3.1. Hasil Kegiatan KKL...13

3.2. Pembahasan KKL...14

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan...24

4.2. Saran...25

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Biro Pemerintahan Umum Setda

Jawa Barat...18 Gambar 3.2. Calon Walikota dan Wakil Walikota Pada Pilkada

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Perizinan KKL ke Kesbanglinmas...1

Lampiran 2 Surat Perizinan KKL ke Biro Pemerintahan Umum...2

Lampiran 3 Surat Perizinan Dari Kesbanglinmas Untuk Izin KKL di Biro Pemerintahan Umum...3

Lampiran 4 Form Aktivitas Harian KKL...4

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan KKL...6

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kehidupan dan anugerah yang tak terhingga, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul

“Peran Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Dalam Fasilitasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya Tahun 2012”

Maksud dari Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah sebagai syarat kelulusan pada mata Kuliah Kerja Lapangan program studi Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan selalu penulis harapkan sebagai masukan yang berguna bagi kesempurnaan karya selanjutnya.

Dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun berupa materil. Dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Nia Karniawati, S.IP.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia.

3. Rino Adibowo, S.IP.selaku pembimbing Kuliah Kerja Lapangan penulis dan selaku Dosen wali penulis pada Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer indonesia,yang telah memberikan bimbingan, saran serta motivasinya kepada penulis.

4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia.

(11)

Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya untuk membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikan Kuliah Kerja Lapangan ini, dan semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Oktober 2012

(12)

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku

Aminuddin dan A. Zaini Bisri. 2005. Pilkada Langsung Problem dan Prospek Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada 2005. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Asfar, Muhammad. 2005. Sistem Pilkada Langsung: Beberapa Problem, Implikasi Politik dan Solusinya. Jurnal Politika, Vol. 1, No. 1.

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Bogdan. dan Taylor. 2000. Dalam Maleong. Metode Penelitian, hlm. 3. Carbondale:Southern Illiona University Press.

Bungin, B. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantatif. Jakarta: Kencana.

Legowo, Tommy A. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Good Governancedan Masa Depan Otonomi Daerah. Jurnal Desentralisasi, Vol. 6, No. 4.

Sarundajang. 2012. Pilkada Langsung : Problem dan Prospek. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.

Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung:Refika Aditama.

Perundang-Undangan dan Dokumen

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Penyelenggaraan Pemilihan umum. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 Pembentukan Kota Tasikmalaya.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah.

Elektronik

(13)

BAB I PENDAHULAUAN 1.1. Latar Belakang KKL

Fasilitasi Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya Tahun 2012 merupakan tugas dari Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat selaku unsur pemerintahan yang berperan sebagai penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi kesatuan bangsa, politik, perlindungan masyarakat, ketenteraman dan ketertiban.

Dalam penyelenggaraan Pilkada tentu diperlukan sebuah

pemantauan dari badan Pemerintah tentang bagaimana pelaksanaan Pilkada itu berlangsung dan bagaimana tingkat kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya.

Pemantauan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengecek penampilan dan aktifitas yang sedang dilaksanakan, kegiatan pengumpulan data yang relevan secara sistematis dan kontinyu yang berkaitan dengan proses tertentu tanpa mengadakan pertimbangan terhadapnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemantauan adalah suatu kegiatan untuk melihat serta mencatat suatu kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan suatu program secara cermat dan teratur.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pemantauan adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengklasifikasian dan penyajian data/informasi sebagai bahan untuk melaksanakan kegiatan penilaian/evaluasi. Pemantauan bersifat memotret apa adanya (lugas), sesuai dengan data yang ada tanpa rekayasa dan tidak melakukan penilaian atau koreksi apapun. Jadi apabila dijumpai penyimpangan-penyimpangan cukup dicatat sebagai bahan untuk melaksanakan tindakan koreksi.

(14)

2

Biro Pemerintahan Umum juga melakukan sebuah evaluasi/penilaian memberikan informasi dari hasil pemantauan tersebut tentang kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya.

Evaluasi atau penilaian berarti tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, maka dapat dikatakan bahwa :

1. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Yang dimaksud dengan proses sistematis ialah kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah program dianggap selesai.

2. Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Dalam hal ini berkaitan dengan perilaku, penampilan, hasil ulangan atau pekerjaan rumah, nilai semester dan sebagainya.

3. Dalam setiap kegiatan evaluasi, tidak lepas dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Hal ini karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu criteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian objek yang dinilai.

Objek yang menjadi bahan evaluasi setelah pemantauan yang dilakukan Biro Pemerintahan Umum adalah kesadaran masyarakat pada Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

(15)

3

Hasil tersebut lebih tinggi dibanding dengan pemilihan legislatif di tingkat Jawa Barat dan nasional. Angka tersebut merupakan angka tertinggi partisipasi pilkada di Indonesia yang sedang menurun antara 60%-75%. Selain itu, dinilai lebih tinggi ketimbang dengan pemilihan kepala daerah di wilayah lainnya.

Hal tersebut menurut penulis bisa dikatakan sebuah prestasi, ketika partisipasi masyarakat menurun di tingkat Jabar maupun nasional, namun pada Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya malah meningkat.

Penulis berpendapat bahwa fasilitasi Biro Pemerintahan umum Setda Jawa Barat pada Pilkada Kota Tasikmalaya Tahun 2012 sangat dibutuhkan agar dapat membantu pelaksanaan Pilkada, karena fasilitasi Pilkada merupakan cara pemerintahan dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, pada fasilitasi Pilkada Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Biro Pemerintahan umum melakukan pemantauan ke beberapa tempat pemungutan suara (TPS) tentang bagaimana kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya.

Untuk itu penulis berinisiatif untuk melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Jawa Barat. Hal yang mendasari kami untuk melakukan KKL di Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat adalah ketertarikan tentang bagaimana peran Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Jawa Barat dalam fasilitasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya tahun 2012.

(16)

4

penulis di atas, maka penulis mengambil judul mengenai “Peran Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Dalam Fasilitasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya Tahun 2012”.

1.2. Kegunaan KKL

Sesuatu yang dikerjakan tentunya mempunyai maksud, tujuan dan juga diharapkan membawa manfaat baik khususnya bagi diri penulis sendiri maupun bagi orang lain. Berkaitan dengan hal tersebut maka Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak lain. Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

1. Bagi

penulis

KKL ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan

penulis

mengenai Peran Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Dalam Fasilitasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

2. Secara teoritis penulis megharapkan Laporan Kerja Lapangan (KKL) ini dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi teman-teman penulis di Ilmu Pemerintahan yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Mengenai Peran Peran Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Dalam Fasilitasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya Tahun 2012.

(17)

5

Sekretariat Dearah Provinsi Jawa Barat dalam Fasilitasi Pilkada yang di laksanakan di Provinsi Jawa barat.

1.3. Metode KKL

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada Laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penulis dalam melakukan penulisan dan pengamatan.

Dengan demikian, penulis dalam melakukan penulisan laporan KKL ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Burhan

Bungin yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantatif”.

Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai berikut :

“Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable tertantu. Penelitian deskriptif dapat bertipe kualitatif dan kuantatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian

(Bungin, 2001:124)”.

(18)

6

1.4. Lokasi dan Waktu KKL

Penulis melaksanakan KKL di Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jalan Diponegoro nomor 21. Penjadwalan penelitian kuliah kerja lapangan sampai dengan pengumpulan laporan yang terdiri dari:

1. Penyusunan rancangan judul, bulan Mei 2012;

2. Penyusunan usulan penelitian dengan arahan pembimbing, bulan Juni 2012;

3. Pengumpulan data di lapangan, bulan Juli 2012;

4. Analisa data yang diperoleh dari lapangan bulan Agustus - September 2012;

5. Penyusunan laporan KKL bulan September - Oktober 2012; 6. Pengumpulan laporan KKL November 2012;

7. Persiapan seminar laporan KKL Desember – Januari 2012-2013;

8. Seminar hasil KKL Februari 2013.

Tabel 1.1

Jadwal Kuliah Kerja Lapangan

Mei juni

Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari

Sosialisasi KKL

Observasi Lokasi KKL

Pengajuan Judul dan Lokasi KKL

Pengajuan Surat ke Tempat KKL

Pelaksanaan KKL

Penyusunan Laporan KKL

Pengumpulan Laporan KKL

Persiapan Seminar KKL

Seminar Hasil KKL

(19)

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Peran

Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto, 2002; Soekamto,1984: 237).

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan teori, orientasi, maupun disiplin ilmu, selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi

(Sarwono, 2002). Dalam ketiga ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dari

dunia teater. Dalam teater, seorang actor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia mengharapkan berperilaku secara tertentu.

Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran. Menurut Biddle dan Thomas (1966) teori peran terbagi menjadi empat golongan yaitu yang menyangkut :

1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial; 2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;

3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku; 4. Kaitan antara orang dan perilaku.

Beberapa dimensi peran sebagai berikut :

1. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijkasanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan;

2. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (public supports);

(20)

8

usaha pencapaian konsesus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan dan kerancuan;

5. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran diakukan sebagai upaya masalah-masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan ketidakberdayaan , tidak percaya diri dan perasaan bahwa

diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat

(Horoepoetri, Arimbi dan Santosa, 2003),

Sosiolog yang bernama Glen Elder (dalam Sarwono, 2002) membantu memperluas penggunaan teori peran menggunakan pendekatan

yang dinamakan “life-course” yang artinya bahwa setiap masyarakat

mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut

“Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminology

aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Seorang mengobati dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka ia harus mengobati pasien yang datang kepadanya dan perilaku ditentukan oleh peran sosialnya (Sarwono, 2002:89)”.

(21)

9

2.2. Pengertian Fasilitasi

Kata fasilitasi berasal dari bahasa Latin, yaitu facilis yang berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memberikan kemudahan bagi orang lain atau sekelompok orang untuk mempelajari atau melakukan sesuatu (KemPAN, 2006). Di sisi lain fasilitasi juga dipandang sebagai suatu seni, yaitu seni memandu pertemuan, seni memanusiakan pertemuan, seni menghidupkan pertemuan (Nusantara, 2009). Sedangkan menurut USAID-LGSP fasilitasi adalah membuat sesuatu menjadi lebih mudah atau tidak terlalu sulit bagi seseorang atau sekelompok orang (LGSP, 2008). Kemudahan dalam arti agar seseorang atau sekelompok orang tersebut menjadi lebih mudah dalam mempelajari atau melakukan sesuatu karena bantuan fasilitator.

Fasilitasi merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh pendamping dalam upaya memberdayakan masyarakat. Istilah fasilitasi banyak digunakan dikalangan praktisi dan aktivis LSM, ORNOP, dan NGO.

untuk menyatakan suatu bentuk ‘intervensi’ atau dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas individu, kelompok atau kelembagaan dalam masyarakat. Dikalangan bisnis, konsep fasilitasi seringkali digunakan untuk memberikan kemudahan bagi pelanggan dalam mengenal kebutuhannya. Dengan ungkapan lain, fasilitasi menjadi bagian penting dalam suatu kegiatan, program, atau organisasi untuk mempermudah proses belajar. Dalam konteks pembangunan, istilah fasilitasi biasa dikaitkan dengan pola pendampingan, pedukungan atau bantuan dalam masyarakat.

Pengertian ‘fasilitasi’, Secara harfiah merujuk pada ‘upaya memberikan kemudahan’, kepada siapa saja agar mampu mengerahkan

(22)

10

terhindar dari situasi yang lebih buruk. Tindakan dan kegiatan ini merupakan

bagian dari ‘pendampingan’. Dalam situasi tertentu seringkali masyarakat

mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok, perlindungan keamanan, kesehatan, dan menghadapi kondisi alam. Hal ini banyak disebabkan oleh berbagai persoalan yang muncul pada saat masyarakat lebih terfokus untuk mencari penghidupan yang lebih layak akibat kemiskinan atau situasi yang membutuhkan perlindungan dari konflik dan bencana yang sedang atau akan terjadi. Dalam kondisi seperti itu, masyarakat perlu mendapatkan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara fisik maupun mental.

Fasilitasi merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial yang berkaitandengan fungsi ini antara lain menjadi model atau contoh, melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan maanajemen sumber.Program penanganan masalah sosial pada umumnya diberikan kepada anggota masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber, baik karenasumber tersebut tidak ada di sekitar lingkungannya, maupun karena sumber-sumber tersebut sulit dijangkau, karena alasan eknomi maupun birokrasi. Pekerja sosial terpanggil untuk mampu memobilisasi dan mengkordinasi sumber-sumber tersebut agar dapat dijangkau oleh masyarakat.Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan masyarakat dan pekerja sosial dalam pemecahan masalah. Sumber dapat berupa sumber personal(pengetahuan, motivasi, pengalaman hidup), sumber interpersonal (sistem pendukung yang lahir baik dari jaringan pertolongan alamiah maupun interaksiformal dengan orang lain), dan sumber sosial (respon kelembagaan yangmendukung kesejahteraan masyarakat).

(23)

11

2.3. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah

Joko J. Prihantoro menyatakan bahwa Pemilihan Kepala Daerah merupakan rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik Gubernur/Wakil Gubernur maupun Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota, dalam kehidupan politik di daerah, pilkada merupakan salah satu kegiatan yang nilainya equivalen dengan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), equivalen tersebut ditunjukan dengan kedudukan yang sejajar antara kepala daerah dan DPRD.

Indonesia pertama kali dalam melaksanakan Pemilu pada akhir 1955 yang diikuti oleh banyak partai ataupun perseorangan. Dan pada tahun 2004 telah dilaksanakan pemilu secara langsung untuk memilih wakil wakil rakyat serta presiden dan wakilnya. Dan sekarang ini mulai bulan juni 2005 telah dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah atau sering disebut pilkada langsung. Pilkada ini merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Ada lima pertimbangan penting penyelenggaraan pilkada langsung bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.

1. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepada desa selama ini telah dilakukan secara langsung;

2. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti telah diamanatkan pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubenur, Bupati dan Walikota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupatenm dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini telah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan wakil kepala daerah;

(24)

12

4. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal dihasilkan dalam pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan;

(25)

BAB III

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1. Hasil Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan

Penulis melaksanakan aktivitas Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Biro Pemerintahan Umum yang beralamat di Jalan Diponegoro no.22 Kota Bandung, untuk dapat melaksanakan KKL penulis melewati beberapa prosedur seperti mengurus surat ijin dari Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat (Kesbanglinmas) Jawa Barat. Surat ijin tersebut menjadi syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat bagi para pelajar ataupun Mahasiswa yang akan melakasanakan penlitian KKL seperti penulis.

Biro Pemerintahan Umum lewat bagian Tata Usahanya, setelah penulis dapat memenuhi prosedur di atas, menempatkan penulis dibagian Kesbangpol yang merupakan salah satu unit kerja di Biro Pemerintahan Setda Jawa Barat, Bagian Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) yaitu bagian kerja yang memiliki tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi kesatuan bangsa dan politik.

Bagian Kesbangpol terdiri dari enam orang pegawai, dua orang pegawai laki-laki dan empat orang pegawai perempuan. dipimpin oleh Ibu Nuryati Soekarna sebagai Kasubag Kesbangpol.

(26)

14

Tasikmalaya, setelah itu penulis meminta bimbingan kepada salah seorang pegawai tentang pembuatan laporan KKL berdasarkan dari perjalan dinas tersebut dan penulis diberi bahan tentang Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya tahun 2012.

3.2. Pembahasan KKL

Penyusun dalam pembahasan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, akan mengupas Peran Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Pada Pengawasan Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya, tetapi sebelumnya penyusun akan terlebih dahulu memberikan gambaran umum mengenai Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat merupakan sekretariat daerah Provinsi Jawa Barat memiliki tugas bertanggung jawab melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi kesatuan bangsa dan politik. Disini penyusun akan memaparkan beberapa penjelasan mengenai Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat.

Visi berdasdarkan dengan pandangan kedepan menyangkut kemana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah.

(27)

15

Sejalan dengan paradigma baru Pemerintah dalam era reformasi perlu dilakukan upaya dalam menyiasati tuntutan perubahan struktur maupun kultur. Untuk itu Biro Pemerintahan Umum dituntut agar senantiasa meningkatkan kinerja dan profesionalisme serta proaktif melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut dan mengacu kepada Visi Jawa Barat, Visi Biro Pemerintahan Umum yaitu

“Terselenggaranya Administrasi Pemerintahan Umum Yang Tertib Dan

Akuntabel”.

Penjelasan Visi diatas adalah sebagai berikut terselenggaranya Administrasi pemerintahan umum yang tertib dan akuntabel, berarti:

1. Peranan sebagai perumus kebijakan Pemerintah Daerah adalah seluruh proses penyusunan bahan kebijakan pemerintah daerah sebagai penjabaran dari Visi dan Misi pemerintah Daerah

2. Peranan sebagai pemberi pertimbangan adalah suatu proses pemberian pertimbangan kepada Gubernur selaku Kepala Daerah maupun Wakil Pemerintah berdasarkan kajian substansional kewenangan

Peranan sebagai pelayanan administrasi adalah seluruh proses fasilitasi dibidang pengelolaan tata pemerintahan, kependudukan dan catatan sipil, kesatuan bangsa politik perlindungan masyarakat, ketentraman dan ketertiban serta pemerintahan desa dan kelurahan.

(28)

16

Adapun misi Biro Pemerintahan Umum adalah:

1. Melaksanakan Tertib Administrasi Pemerintahan Umum;

2. Melaksanakan Koordinasi Dan Fasilitasi Bidang Pemerintahan Umum.

Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat Memiliki tugas pokok dan fungsi, yaitu:

1. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro Pemerintahan Umum;

2. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum tata pemerintahan, kependudukan dan catatan sipil, kesatuan bangsa, politik, perlindungan masyarakat, ketentraman dan ketertiban serta pemerintahan desa dan kelurahan;

3. Menyelenggarakan perumusan bahan perijinan pelepasan hak kepemilikan tanah kas desa;

4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi tata pemerintahan; 5. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi kependudukan dan

catatan sipil;

6. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi kesatuan bangsa, politik, perlindungan masyrakat, ketentraman dan ketertiban;

7. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi pemerintahan desa dan kelurahan;

8. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi tata pemerintahan kependudukan dan catatan sipil, kesatuan bangsa, politik, perlindungan masyarakat, ketentraman dan ketertiban serta pemerintahan desa dan kelurahan;

9. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

10. Menyelenggarakan ketatausahaan Biro;

11. Menyelenggrakan perumusan bahan rencana Strategis, laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP), LKPJ dan LPPD Biro;

(29)

17

13. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Pemerintahan umum;

14. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi

Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di kabupaten/Kota;

15. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

(30)

18

Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat memiliki bagian-bagian kerja di dalamnya, berikut ini merupakan susunan organisasi yang dimiliki oleh Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat

Sumber: Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat 2012

Kepala Biro Pemerintahan Umum

Dr. H. Endjang Naffandi, Drs., M.Si

(31)

19

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi lagi atas daerah kabupaten dan kota, yang masing-masing sebagai daerah otonomi. Sebagai daerah otonomi, daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki pemerintahan daerah yang melaksanakan, fungsi-fungsi pemerintahan daerah, yakni Pemerintahan Daerah dan DPRD. Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintahan Daerah baik didaerah provinsi, maupun kabupaten/kota yang merupakan lembaga eksekutif di daerah, sedangkan DPRD, merupakan lembaga legislatif di daerah baik di provinsi, maupun kabupaten/kota. Kedua-duanya dinyatakan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan di daerah (Pasal 40 UU No. 32/2004) .

Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 . Sebelum

diberlakukannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun sejak Juni 2005 Indonesia menganut system pemilihan Kepala Daerah secara langsung.

Pada dasarnya daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang seharusnya sinkron dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, yaitu pemilihan secara langsung

(32)

20

dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara, dalam memilih kepala daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai dengan pasal 18 ayat 4 UUD 1945, kepala daerah dipilih secara demokratis. Dalam UU No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat, yang diajukan oleh partai politik atau gabungan parpol. Sedangkan didalam perubahan UU No.32 Tahun 2004, yakni UU No.12 Tahun 2008, Pasal 59 ayat 1b, calon kepala daerah dapat juga diajukan dari calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.

Secara ideal tujuan dari dilakukannya pilkada adalah untuk mempercepat konsolidasi demokrasi di Republik ini. Selain itu juga untuk mempercepat terjadinya good governance karena rakyat bisa terlibat langsung dalam proses pembuatan kebijakan. Hal ini merupakan salah satu bukti dari telah berjalannya program desentralisasi. Daerah telah memiliki otonomi untuk mengatur dirinya sendiri , bahkan otonomi ini telah sampai pada taraf otonomi individu.

Selain semangat tersebut, sejumlah argumentasi dan asumsi yang memperkuat pentingnya pilkada adalah:

1. Pilkada dimungkinkan untuk mendapatkan kepala daerah yang memiliki kualitas dan akuntabilitas.

2. Pilkada perlu dilakukan untuk menciptakan stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan di tingkat lokal.

3. Pilkada terbuka kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional karena makin terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari bawah dan/atau daerah.

(33)

21

tersebut tentang bagaimana tingkat kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya dan mengevaluasinya dengan membuat informasi tingkat kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, penulis berpendapat bahwa Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat sudah berperan sebagaimana mestinya dilihat dari hasil laporan perjalan dinas yang penulis peroleh.

Atas Dasar itu Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Jawa Barat pada tanggal 8 Juli 2012 sampai dengan 9 Juli 2012 melakukan perjalanan Dinas ke Kota Tasikmalaya, membahas mengenai rencana untuk pemantauan pelaksanaan pemungutan suara pada hari senin tanggal 9 Juli 2012 ke beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS), hasil dari tingkat kesadaran masyarakat akan penulis sampaikan di bawah.

Pelaksanaan pemantauan pemungutan suara ke tiga TPS berdasarkan transkrip laporan perjalanan Dinas yang penulis peroleh, yaitu :

1. TPS 02, yang berlokasi di kelurahan Bungursarai Kecamatan Bungursari, jumlah DPT 383 (Laki-laki 281 dan Perempuan 201 orang) hasil pemantauan sampai dengan pukul 10.30 WIB pemilih yang sudah menggunakan hak pilihnya mencapai 71,5 % (274 pemilih)

2. TPS 05, yang berlokasi di Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang, jumlah DPT 302 (Laki-laki 147 dan Perempuan), hasil pemantauan sampai dengan pukul 11.00 WIB pemilih yang sudah menggunakan hak pilihnya mencapai 84,4 % (255 pemilih).

3. TPS 04, yang berlokasi di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes, jumlah DPT 429 (Laki-laki 208 dan Perempuan 221), hasil pemantauan sampai dengan pukul 12.15 WIB pemilih yang sudah menggunakan hak pilihnya mencapai 84,4 % (364 orang).

(34)

22

namun Pilkada berhasil memilih pasangan yang memperoleh suara terbanyak yang kemudian dilantik menjadi Kepala Daerah yang definitif.

Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat dalam menjalankan peran dalam fasilitasi Plkada kota Tasikmalaya Tahun 2012 menurut penulis sudah cukup baik berdasarkan transkrip laporan perjalan Dinas Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa barat, penulis juga berpendapat seharusnya Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat selaku fasilitator memberikan pengarahan, sosialisasi kepada masyarakat Kota Tasikmalaya tentang pentingnya kesadaran Pemilih untuk menggunakan hak pillihnya, terbukti dari hasil pemantauan ke 3 TPS masih ada masyarakat yang belum menggunakan hak pilihnya walaupun begitu partisipasi dalam menggunakan hak pilihnya terbilang tinggi di bandingkan dengan daerah-daerah lain di Jawa Barat.

Pada Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya Terdapat tiga calon Walikota dan Wakil Walikota berikut adalah nama calon Walikota dan Wakil Walikota :

1. Drs, H. Budi Budiman bersama H. Dede Sudrajat. Ir., MP

2. Ir, H. Mumung Marthasasmita bersama Drs, H. Taufik Faturohman 3. Drs, H. Syarif Hidayat. M.Si. bersama H. Cecep Bagja Gunawan.

SH., S.sos., MH., M.Si.

(35)

23

Gambar 3.2 Calon Walikota dan Wakil Walikota Pada Pilkada Tasikmalaya Tahun 2012

(36)

24

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Fasilitasi Pilkada yang merupakan input pada kualitas layanan Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat pada proses fasilitasi, penting untuk dilakukan secara berkesinambungan, dengan kualitas fasilitasi yang baik maka akan ada data atau gambaran mengenai bagaimana tingkat perkembangan Pilkada di Provinsi Jawa Barat, dengan nampaknya gambaran tersebut maka secara langsung dapat memberikan kemudahan bagi Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat dalam menjalankan program fasilitasi.

Pilkada secara langsung merupakan disain kelembagaan untuk mempercepat proses pematangan demokrasi di daerah. Kehidupan demokrasi di tingkat lokal menjadi lahan praktek bagi mewujudkan semangat multikulturalisme yang sangat dibutuhkan bagi terwujudya harmonisasi dalam etnis pada pemerintahan demokratis.

Pilkada merupakan salah satu media pembelajaran demokrasi bagi masyarakat daerah dan sekaligus untuk terwujudnya hak-hak esensial individu seperti kesamaan hak politik dan kesempatan untuk menempatkan posisi individu dalam pemerintahan daerah. Pilkada telah menuntun pemimpin untuk secara konsistem menjalin hubungan dengan konstituen yang salah satunya diwujudkan melalui optimalisasi anggran daerah bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

(37)

25

1. Hasil pemantauan di lapangan, pemilih yang menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Tasikmalaya masa Jabatan 2012-2017 Tahun 2012 hanya mencapai 80,2 %, hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya kurangnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan hak pilih dan keraguan masyarakat untuk menentukan pemimpin di daerahnya sendiri;

2. Masyarakat Kota Tasikmalaya relatif baik dalam menggunakan hak pilihnya;

3. Situasi dan kondisi di lapangan sangat kondusif.

4.2. Saran

Fasilitasi Pilkada sejatinya bila dilakukan dengan proses yang baik dan tentunya dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan tentu tidak akan menutup kemungkinan menjadi suatu jawaban dalam penyelesaian masalah Pilkada di Provinsi Jawa Barat, untuk memperbaiki Peran Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat, disini penyusun akan memaparkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat seharus melakukan fasilitasi pemantauan lebih luas lagi bukan hanya ke tiga TPS;

2. Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat harus melakukan pelatihan-pelatihan bagi para aparaturnya, untuk meningkatkan peranan aparaturnya demi meningkatkan kualitas Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat itu sendiri, khususnya dalam fasilitasi Pilkada di Jawa Barat.

3. Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa Barat harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat Kota Tasikmalaya secara bertahap

serta berkesinambungan, untuk meningkatkan pengetahuan

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal Kuliah Kerja Lapangan
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Biro Pemerintahan Umum Setda Jawa
Gambar 3.2 Calon Walikota dan Wakil Walikota Pada Pilkada

Referensi

Dokumen terkait