• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aainaa, N., Jusuf, N.K, 2013. Hubungan Pelurusan Rambut atau Pengeritingan Rambut dengan Kerusakan Rambut pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2009-2011. Karya Tulis Ilmiah.

. Knowledge and practices of, and attitudes towards, the use of hair dyes among females visiting a teaching hospital in Riyadh, Saudi Arabia. Available from:

November-December 2011].

American Cancer Society, Hair Dyes. Available from:

Amirlak, B., 2013. Skin Amatomy. Available from:

[Accesed from 27 February 2013].

Bariqina, E., Ideawati, Z., 2001. Perawatan & Penataan Rambut. Percetakan Mitra Gama Widya.83-94.

Bolduc, C., Shapiro, J., 2001. Hair Care Products: Waving, Straightening, Conditioning, and Coloring. Clinic in Dermatology, Elsevier Science Inc. 431-436.

Brown, R.G., Burns, T., 2005. Dermatologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga, 133-141.

Carbett, J.F., 1988. Hair coloring. Clinis in Dermatology, Department of Research and Development, Clairol, Inc., Stamford, Connecticut. 93-101. Carolina, N., Nababan, K.A., Mahadi, I.D.R., 2008. Laporan Kasus: Majalah

(2)

Furdon, S.A., Clark, D.A., 2003. Scalp Hair Characteristics in the Newborn

Infant. Available from

[Accesed from 2003].

Harrison, S., Sinclair, R., 2003. Hair colouring, permanent styling and hair

structure. Available from:

[Accesed on 2 July

2003].

Hodak, E., 2009. Handbook of Cosmetic Skin Care. CPR Press Second Edition. 220- 228.

Iqbal, M., 2012. Hubungan Pelurusan Rambut (Rebonding) dengan Kejadian

Rambut Rontok. Available from :

December 2012].

Jaffer, S., Qureshi, A., 2004. Dermatology Quick Glance. Mc Graw-Hill, 150. Jusuf, N.K., 2014. Pengikalan dan Pelurusan Rambut In: Everything About Hair.

Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 161-170. Krismi, A., Sudibyo, E.S., Indrastuti, N., 2008. Dermatitis Kontak Alergi Cat

Rambut. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK Universitas Gadjah Mada/ RS dr. Sardjito Yogyakarta. 124-128.

Kusumadewi, dkk., 2001. Pengetahuan dan Seni Tata Rambut Moderen. Jakarta: Meutia Cipta Sarana & DPP. Tiara Kusuma, 19-36.

Maibach, P.E.H., 2003. Cosmetics and Skin Care in Dermatologic Practice In: Fitzpatrick's Freedberg, I.M., Eisen, A.Z., Wolff, K., Austen, K.F., Goldsmith, L.A., Katz, S., ed. Dermatology In General Medicine, Volume two 6th Edition, New York, McGraw-Hill. 2647-2648.

Pusponegoro, E.H.D., 2002. Kerontokan Rambut Etiopatogenesis. Dalam: Wasitaadmadja, Sjarif M, dkk. Kesehatan dan Keindahan Rambut. Jakarta, Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia.1-13.

Rahmadewi, 2014. Kosmetik yang Menginduksi Kerusakan Rambut In:

(3)

Rosmailitis, dkk., 2008. Tata Kecantikan Rambut. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 396-417.

Shapiro, J., 2010. Hair, Nails and Mucous Membranes. Available from:

Sherwood, L., 2001. Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, 404. Soepardiman, L., 2010. Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 301-311.

Suharsimi, A., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. 134.

Suling, P.L., 2012. Hair Fall. Dalam: Cosmetic Dermatology Update. Simposium Nasional, Pameran, dan Pelatihan Dermatologi Kosmetik, 1-15.

Tantari, S.H.W., 2014. Efek Samping Kosmetik Rambut In: Everything About Hair. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 188-195.

Wahyuni, A. S., 2008. Statistika Kedokteran. Bamboedoea Communication, Jakarta. 91.

(4)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Jenis Pewarnaan Rambut

Jenis pewarnaan rambut terdapat dua jenis yaitu pewarnaan tidak permanen dan permanen.

Alat ukur

Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.

Cara ukur

Cara pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah pengisian kuesioner. Kuesioner mengandungi 16 pertanyaan. Pertanyaan 1-6 mengenai pewarnaan rambut.

Skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah nominal.

Hasil pengukuran

Hasil pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis pewarnaan rambut tidak permanen dan permanen.

Jenis Pewarnaan

Rambut

• Kerusakan rambut

(5)

3.2.2 Kerusakan Rambut

Kerusakan rambut adalah kerusakan pada struktur rambut yang akan menyebabkan rambut menjadi kusam, kasar, kering, mudah patah, bercabang dan rontok.

Alat ukur

Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.

Cara ukur

Cara pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah pengisian kuesioner. Kuesioner mengandungi 16 pertanyaan. Pertanyaan 7-11 mengenai kerusakan rambut akibat pewarnaan rambut.

Skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah nominal.

Hasil pengukuran

Hasil pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah rambut kusam, kasar, kering, mudah patah, bercabang dan rontok.

3.2.3 Kelainan pada Kulit Kepala

Kelainan pada kulit kepala adalah kelainan yang disebabkan oleh pewarnaan rambut seperti rasa gatal, rasa terbakar, kulit kepala bersisik, kemerahan, bengkak dan luka.

Alat ukur

(6)

Cara ukur

Cara pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah pengisian kuesioner. Kuesioner mengandungi 16 pertanyaan. Pertanyaan 12-16 mengenai kelainan pada kulit kepala akibat pewarnaan rambut.

Skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah nominal.

Hasil pengukuran

Hasil pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah rasa gatal, rasa terbakar, kulit kepala bersisik, kemerahan, bengkak dan luka.

3.2.4 Mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013

Mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013 adalah mahasiswi yang terdaftar dan menjalani pendidikannya di FK USU pada ajaran tahun 2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014.

Skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah nominal.

Hasil pengukuran

Hasil pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013.

3.3 Hipotesa

3.3.1 Ada hubungan antara jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut. 3.3.2 Ada hubungan antara jenis pewarnaan rambut dengan kelainan pada kulit

(7)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di FK USU. Penelitian dilakukan pada bulan September sehingga Oktober 2014.

4.3 Populasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada populasi mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013 yang melakukan pewarnaan rambut.

4.3.1 Kriteria Inklusi

1. Melakukan pewarnaan rambut yang kurang dari 6 bulan

2. Bersedia ikut serta dalam penelitian dan menandatangani informed consent

4.3.2 Kriteria Ekslusi

1. Melakukan pelurusan dan atau pengeritingan rambut kurang dari 6 bulan

2. Menderita demam tinggi dalam waktu 6 bulan sebelumnya.

3. Mengalami penyakit kronis seperti penyakit kanker, diabetes mellitus, SLE.

4.4 Besar Sampel

(8)

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancara dan mengisi kuesioner oleh responden untuk mengetahui hubungan antara jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut dan kelainan pada kulit kepala pada mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013. Pada saat pengumpulan data, peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitiannya. Responden diberikan informed consent terlebih dahulu. Responden yang bersedia mengikuti penelitian, diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan untuk bertanya soalan yang tidak mengerti. Setelah selesai pengisian, lembar kuesioner dikutip dan memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya lembar kuesioner dikutip untuk menganalisis data.

4.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas untuk menyakinkan bahwa kuesioner yang disusun benar-benar baik dan menghasilkan data yang valid.

a. Uji Validitas

Pertanyaan yang termuat dalam kuesioner telah uji validitasnya dengan nilai dari 0,402-0.896 yang dilakukan dengan content validity.

Pertanyaan PTOT

P1 .461*

P2 .629**

P3 .623**

P4 .534**

P5 .511**

P6 .480**

(9)

P8 .402*

P9 .896**

P10 .446*

P11 .543**

P12 .467**

P13 .534**

P14 .896**

P15 .402*

P16 .476**

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang mahasiswi FK USU, lalu data diolah menggunakan Statistic Package For Social Science (SPSS dengan mencari koefisien Cronbach alpha ynag hasilnya 0,890.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .890 16

4.7 Pengelolaan dan Analisa Data 4.7.1 Pengelolaan Data

a. Editing : Editing yang dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancara ulang responden.

(10)

c. Entry : Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam program komputer dengan menggunakan software SPSS.

d. Cleaning data : Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Solving : Penyimpanan data untuk siap dianalisa.

4.7.2 Analisa Data

(11)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan hasil dari penelitian tentang hubungan jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut dan kelainan kulit kepala pada mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013, yang dilakukan pada bulan September sehingga Oktober 2014 di Fakultas Kedokteran USU dengan jumlah yang melakukan pewarnaan rambut sebanyak 300 orang.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU, Jalan Dr.Mansur No.5, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian 5.1.2.1 Usia

Tabel 5.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 19 3 1.0

2 20 137 45.7

3 21 96 32.0

4 22 34 11.3

5 23 13 4.3

6 24 10 3.3

7 25 3 1.0

8 26 1 0.3

9 27 3 1.0

Total 300 100.0

(12)

24 tahun berjumlah 10 orang (3,3%) , usia 19, 25 tahun, 27 tahun berjumlah 3 orang (1,0%) , dan usia 26 tahun berjumlah 1 orang (0,3%).

5.1.2.2 Angkatan

Tabel 5.2. Distribusi Subjek Berdasarkan Angkatan

No Angkatan Jumlah Persentase (%)

1 2011 193 64.3

2 2012 56 18.7

3 2013 51 17.0

Total 300 100.0

Responden adalah mahasiswi dari angkatan 2011-2013. Mahasiswi angkatan 2011 berjumlah 193 orang (64,3%), angkatan 2012 berjumlah 56 orang (18,7%) dan angkatan 2013 berjumlah 51 orang (17,0%). Data lengkap dapat dilihat pada tabel 5.2 di atas.

5.1.2.3 Warganegara

Tabel 5.3. Distribusi Subjek Berdasarkan Warganegara

No Warga Negara Jumlah Persentase (%)

1 Indonesia 101 33.7

2 Malaysia 199 66.3

Total 300 100.0

(13)

5.1.2.4 Uang Saku

Tabel 5.4. Distribusi Subjek Berdasarkan Uang Saku

No Uang Saku Jumlah Persentase (%)

1 <Rp.1.000.000,- 64 21.3

2 >Rp.1.000.000,- 236 78.7

Total 300 100.0

Berdasarkan Tabel 5.4, dari 300 orang yang melakukan pewarnaan rambut terbanyak adalah yang mendapat uang saku lebih dari Rp 1.000.000,00 per bulan berjumlah 236 orang (78,7%) dan uang saku kurang dari Rp 1.000.000,00 berjumlah 64 orang (21.3%).

5.1.2.5 Tempat Tinggal

Tabel 5.5. Distribusi Subjek Berdasarkan Tempat Tinggal

No Tempat Tinggal Jumlah Persentase (%)

1 Bersama Keluarga 65 21.7

2 Di Kos 235 78.3

Total 300 100.0

(14)

5.1.3 Deskripsi Pewarnaan Rambut 5.1.3.1 Tujuan Pewarnaan

Tabel 5.6. Distribusi Subjek Berdasarkan Tujuan Pewarnaan

No Tujuan Pewarnaan Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Penampilan yang menarik 72 24.0

2 Untuk acara-acara khusus 16 5.3

3 Menutup uban 6 2.0

4 Sekadar mencoba teknik penataan rambut

yang baru 206 68.7

Total 300 100.0

Berdasarkan Tabel 5.6, dari 300 orang, terbanyak melakukan pewarnaan rambut dengan tujuan sekadar mencoba teknik penataan rambut yang baru sebanyak 206 orang (68,7%) dan dengan tujuan penampilan yang menarik

sebanyak 72 orang (24,0%), dengan tujuan untuk acara-acara khusus sebanyak 10 orang (5,3%) dan 6 orang (2,0%) dengan tujuan menutup uban.

5.1.3.2 Tes Alergi Sebelum Melakukan Pewarnaan Rambut

Tabel 5.7. Distribusi Subjek Berdasarkan Tes Alergi sebelum melakukan pewarnaan rambut

No Tes Alergi Jumlah Persentase (%)

1 Ya 118 39.3

2 Tidak 182 60.7

Total 300 100.0

(15)

5.1.3.3 Jenis Pewarnaan Rambut

Tabel 5.8. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Pewarnaan Rambut

No Jenis Pewarnaan Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Permanen 155 56.7

2 Permanen 145 48.3

Total 300 100.0

Pada penelitian ini, identifikasi jumlah orang yang melakukan jenis pewarnaan rambut tidak permanen berjumlah 155 orang (56,7%) dan jenis pewarnaan rambut permanen berjumlah 145 orang (48,3%).

5.1.3.4 Pewarnaan Rambut Sebelumnya

Tabel 5.9. Distribusi Subjek Berdasarkan Pewarnaan Rambut Sebelumnya

No Pewarnaan Rambut Sebelumnya Jumlah Persentase (%)

1 Sekali 27 9.0

2 Dua kali 240 80.0

3 Lebih dari dua kali 33 11.0

Total 300 100.0

Berdasarkan Tabel 5.9, dari 300 orang, terbanyak pernah melakukan pewarnaan rambut dua kali sebanyak 240 orang (80,0%) dan pernah melakukan pewarnaan rambut lebih dari dua kali sebanyak 33 orang (11,0%) dan pernah melakukan pewarnaan rambut sekali sebanyak 27 orang (9,0%).

5.1.3.5 Tempat Pewarnaan Rambut

Tabel 5.10. Distribusi Subjek Berdasarkan Tempat Pewarnaan Rambut

No Tempat Pewarnaan Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Sendiri 67 22.3

2 Di salon 233 77.7

Total 300 100.0

(16)

5.1.3.6 Frekuensi Pewarnaan Rambut

Tabel 5.11. Distribusi Subjek Berdasarkan Frekuensi Pewarnaan Rambut

No Frekuensi Pewarnaan Rambut Jumlah Persentase (%)

1 3 bulan sekali 77 25.7

2 6 bulan sekali 189 63.0

3 1 tahun sekali 34 11.3

Total 300 100.0

Berdasarkan Tabel 5.11, dari 300 orang, terbanyak melakukan pewarnaan rambut dengan frekuensi enam bulan sekali sebanyak 189 orang (63,0%) dan 77 orang (25,7%) melakukan pewarnaan rambut dengan frekuensi tiga bulan sekali dan 34 orang (11,3%) melakukan pewarnaan rambut dengan frekuensi satu tahun sekali.

5.1.4 Deskripsi Kerusakan Rambut

5.1.4.1 Pengetahuan tentang Kerusakan Rambut Akibat Pewarnaan Rambut

Tabel 5.12. Distribusi Subjek Berdasarkan Pengetahuan Tentang Kerusakan Rambut Akibat Pewarnaan Rambut

No Pengetahuan tentang Kerusakan

Rambut Akibat Pewarnaan Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Ya 114 38.0

2 Tidak 186 62.0

Total 300 100.0

(17)

5.1.4.2 Kerusakan Rambut Akibat Pewarnaan Rambut Tabel 5.13. Distribusi Subjek Berdasarkan Kerusakan Rambut

No Kerusakan Rambut Akibat Pewarnaan

Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Ya 231 77.0

2 Tidak 69 23.0

Total 300 100.0

Berdasarkan Tabel 5.13, dari total 300 orang, pada kebanyakan subjek terjadinya kerusakan rambut akibat pewarnaan rambut sebanyak 231 orang (77,0%) dan pada 69 orang (23,0%) tidak terjadinya kerusakan rambut akibat pewarnaan rambut.

5.1.4.3 Jenis Kerusakan Rambut yang Dialami

Tabel 5.14. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kerusakan Rambut yang Dialami No Jenis kerusakan rambut yang dialami Jumlah Persentase

(%)

1 Rambut kusam 2 0.9

2 Rambut kusam dan rambut kering 6 2.6 3 Rambut kusam dan rambut bercabang 16 6.9 4 Rambut kering dan rambut bercabang 44 19.0

5 Rambut mudah patah 2 0.9

6 Rambut mudah patah dan rambut

bercabang 36 15.6

7 Rambut bercabang 8 3.5

8 Rambut bercabang dan rambut rontok 96 41.5

9 Rambut rontok 21 9.1

TOTAL 231 100.0

(18)

jenis kerusakan rambut berbentuk rambut mudah patah dan rambut bercabang, 21 orang (9,1%) mengalami jenis kerusakan rambut berbentuk rambut rontok, 16 orang (6,9%) mengalami jenis kerusakan rambut berbentuk rambut kusam dan rambut bercabang, 8 orang (3,5%) mengalami jenis kerusakan rambut berbentuk rambut bercabang, 6 orang (2.6%) mengalami jenis kerusakan rambut berbentuk rambut kusam dan rambut kering dan 2 orang (0,9%) mengalami kerusakan rambut berbentuk rambut kusam dan juga mengalami kerusakan rambut berbentuk rambut mudah patah.

5.1.4.4 Riwayat Pengobatan Kerusakan Rambut

Tabel 5.15. Distribusi Subjek Berdasarkan Riwayat Pengobatan Kerusakan Rambut

No Riwayat Pengobatan Kerusakan

Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Ya 64 27.7

2 Tidak 167 72.3

Total 231 100.0

Berdasarkan Tabel 5.15, dari total 300 orang, terbanyak tidak mengobati kerusakan rambut sebanyak 167 orang (72,3%) dan 64 orang (27,7%) yang mengobati kerusakan rambut.

5.1.4.5 Tempat Berobat Kerusakan Rambut

Tabel 5.16. Distribusi Subjek Berdasarkan Tempat Berobat Kerusakan Rambut No Tempat Berobat Kerusakan Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Sendiri 6 9.4

2 Klinik 38 59.4

3 Apotek 20 31.2

Total 64 100.0

(19)

rambut di apotek dan sebanyak 6 orang (9,4%) berobat kerusakan rambut dengan sendiri.

5.1.5 Deskripsi Kelainan Kulit Kepala

5.1.5.1 Pengetahuan tentang Kelainan Kulit Kepala Akibat Pewarnaan Rambut

Tabel 5.17. Distribusi Subjek Berdasarkan Pengetahuan Tentang Kelainan Kulit Kepala Akibat Pewarnaan Rambut

No Pengetahuan tentang Kelainan Kulit

Kepala Akibat Pewarnaan Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Ya 132 44.0

2 Tidak 168 56.0

Total 300 100.0

Berdasarkan Tabel 5.17, dari total 300 orang, terbanyak tidak mengetahui bahwa pewarnaan rambut bisa mengakibatkan kelainan kulit kepala sebanyak 168 orang (56,0%) dan 132 orang (44,0%) mengetahui bahwa pewarnaan rambut bisa mengakibatkan kerusakan rambut.

5.1.5.2 Kelainan Kulit Kepala Akibat Pewarnaan Rambut Tabel 5.18. Distribusi Subjek Berdasarkan Kelainan Kulit Kepala

No Kelainan Kulit Kepala Akibat

Pewarnaan Rambut Jumlah Persentase (%)

1 Ya 193 64.3

2 Tidak 107 35.7

Total 300 100.0

(20)

5.1.5.3 Jenis Kelainan Kulit Kepala yang Dialami

Tabel 5.19. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelainan Kulit Kepala yang Dialami

No Jenis Kelainan Kulit Kepala yang Dialami Jumlah Persentase (%)

1 Rasa gatal 10 5.2

2 Rasa gatal dan rasa terbakar dan kulit kepala

bersisik 17 8.8

3 Rasa gatal dan kulit kepala bersisik 50 25.9 4 Rasa gatal dan kulit kepala bersisik dan

kemerahan 10 5.2

5 Rasa gatal dan kulit kepala bersisik dan

bengkak 2 1.0

6 Rasa gatal dan kulit kepala bersisik dan luka 1 0.5

7 Kulit kepala bersisik 87 45.1

8 Kulit kepala bersisik dan kemerahan 11 5.7 9 Kulit kepala bersisik dan kemerahan dan

bengkak 3 1.6

10 Kulit kepala bersisik dan luka 2 1.0

TOTAL 193 100.0

(21)

dan luka dan 1 orang (0,5%) mengalami jenis kelainan kulit kepala berbentuk rasa gatal, kulit kepala bersisik dan luka.

5.1.5.4 Riwayat Pengobatan Kelainan Kulit Kepala

Tabel 5.20. Distribusi Subjek Berdasarkan Riwayat Pengobatan Kelainan Kulit Kepala

No Riwayat Pengobatan Kelainan Kulit

Kepala Jumlah Persentase (%)

1 Ya 72 37.3

2 Tidak 121 62.7

Total 193 100.0

Berdasarkan Tabel 5.20, dari total 300 orang, terbanyak tidak mengobati kelainan kulit kepala sebanyak 121 orang (62,7%) dan 72 orang (37,3%) yang mengobati kelainan kulit kepala.

5.1.5.5 Tempat Berobat Kelainan Kulit Kepala

Tabel 5.21. Distribusi Subjek Berdasarkan Tempat Berobat Kelainan Kulit Kepala No Tempat Berobat Kelainan Kulit Kepala Jumlah Persentase (%)

1 Sendiri 17 23.6

2 Klinik 35 48.6

3 Apotek 20 27.8

Total 72 100.0

(22)

5.1.6 Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala

5.1.6.1 Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut Tabel 5.22. Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut

Jenis pewarnaan rambut

Kejadian kerusakan rambut

Total Negatif Positif

n % n % n %

Tidak permanen 55 18.3 100 33.3 155 51.7

Permanen 14 4.7 131 43.7 145 48.3

Total 69 23.0 231 77.0 300 100.0

df=1, p=0,0001 Pada tabel 5.22, tampak 100 orang (33,3%) yang melakukan jenis pewarnaan rambut tidak permanen dan 131 orang (43,7%) jenis pewarnaan rambut permanen yang positif mengalami kerusakan rambut.

Uji statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh p = 0,0001 ada hubungan bermakna antara jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut. Confidence interval yang digunakan adalah 95%.

5.1.6.2 Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut Dengan Kelainan Kulit Kepala Tabel 5.23. Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kelainan Kulit Kepala

Jenis pewarnaan rambut

Kejadian kelainan kulit kepala

Total Negatif Positif

n % n % N %

Tidak permanen 83 27.7 72 24.0 155 51.7

Permanen 24 8.0 121 40.3 145 48.3

Total 107 35.7 193 64.3 300 100.0

(23)

Pada tabel 5.23, tampak sebanyak 72 orang (24,0%) melakukan jenis pewarnaan rambut tidak permanen dan permanen sebanyak 121 orang (40,3%) yang positif mengalami kelainan kulit kepala.

Uji statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh p = 0,0001, ada hubungan bermakna antara jenis pewarnaan rambut dengan kelainan kulit kepala. Confidence interval yang digunakan adalah 95%.

5.2 Pembahasan

Pewarnaan rambut merupakan salah satu proses rambut yang sering dilakukan untuk penampilan yang lebih menarik selain dari pelurusan rambut dan pengeritingan rambut. Menurut penelitian Aainaa & Jusuf (2013) yang dilakukan pada mahasiswi FK USU angkatan 2009-2011 terdapat hubungan antara pelurusan dan pengeritingan rambut dengan kejadian kerusakan pada rambut. Demikian pula, proses pewarnaan rambut dapat menyebabkan efek samping terhadap rambut dan pada kulit kepala (Bolduc,2001). Di Indonesia data mengenai efek samping kosmetik rambut terbatas. Dari catatan di RSUD Dr. Saiful Anwar, Malang pewarna rambut merupakan bahan kosmetik rambut yang terbanyak terjadinya efek samping (Tantari, 2014).

(24)

terjadinya dermatitis kontak alergi serta edema pada wajah yang parah (Ideawati, 2001).

Pada tabel 5.8, 155 responden (51,7%) melakukan jenis perwarnaan rambut tidak permanen dan 145 responden (48,3%) melakukan jenis pewarnaan rambut permanen. Jenis pewarnaan rambut tidak permanen akan tahan kurang dari 6 minggu, sedangkan jenis pewarnaan rambut permanen akan tahan lebih dari 6 minggu. Hal ini karena, jenis pewarnaan permanen dikomposisikan dalam solusi yang alkali supaya memudahkan penetrasi bahan kimia melewati kutikula (Rahmadewi, 2014).

Pada tabel 5.9, terbanyak subjek melakukan pernah melakukan pewarnaan rambut dua kali sebanyak 240 responden (80,0%). Pada tabel 5.11, dari 300 responden, kebanyakan responden melakukan pewarnaan rambut dengan frekuensi 6 bulan sekali sebanyak 189 responden (63,0%). Frekuensi pewarnaan rambut yang berlebihan juga bisa menyebabkan efek samping. Hal ini karena proses pewarnaan yang meliputi dua tahap pegecatan, pemudaran dan pewarnaan merusakan lapisan rambut (Rahmadewi, 2014). Kebanyakan responden melakukan pewarnaan rambut di salon sebanyak 233 responden (77,7%) dan 67 responden (22,3%) dengan sendiri melakukan pewarnaan rambut. Proses pewarnaan rambut yang dilakukan di salon kemungkinan lebih aman. Hal ini karena, di salon proses pewarnaan rambut ditangani oleh ahli profesional dan ini dapat mengurangi resiko terjadinya efek samping akibat pewarnaan rambut.

(25)

rambut rontok, rambut kasar, rambut bercabang dan rambut mudah patah (Jusuf, 2014). Pada penelitian ini, kebanyakan jenis kerusakan rambut yang dialami oleh responden adalah kombinasi rambut bercabang dan rambut rontok sebanyak 96 responden (41,5%).

Pada tabel 5.18 pula, terlihat 193 responden (64,3%) mengalami kelainan kulit kepala dari 300 responden. Hal ini menunjukkan pewarnaan rambut dapat menyebabkan kelainan pada kulit kepala. Dermatitis kontak alergi adalah salah satu contoh yang sering terjadi akibat pewarnaan rambut. Beberapa kosmetik mengandung bahan iritan ringan sehingga reaksi yang ditimbulkan terjadi setelah penggunaan berulang-ulang atau jangka lama (Tantari, 2014). Ciri-ciri kelainan pada kulit kepala adalah rasa gatal, rasa terbakar, kulit kepala kering, bersisik, bengkak, kemerahan dan luka (Bariqina, 2001). Pada penelitian ini, kebanyakan jenis kelainan kulit kepala yang dialami oleh responden adalah kulit kepala bersisik sebanyak 87 responden (45,1%).

Dari hasil penelitian ini, sebanyak 300 responden yang didapatkan sebagai subjek. Pada tabel 5.22, ternyata 100 responden yang melakukan jenis pewarnaan rambut tidak permanen dan 131 responden jenis pewarnaan permanen mengalami kerusakan rambut. Dari hasil analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh 0,0001 menunjukkan ada hubungan bermakna (p,<0,05) antara jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut. Hal ini menunjukkan jenis perlakuan ini dapat menimbulkan efek samping, karena substansi yang digunakan pada pewarnaan rambut merusakkan lapisan kutikula yang melindungi rambut (Rahmadewi, 2014). Efek samping yang dinyatakan adalah kerusakan rambut atau efek negatif yang tidak diingini (Schwan, 2010).

(26)

pada pewarnaan rambut dapat menimbulkan reaksi alergi pada kulit kepala (Bariqina, 2001).

Menurut

yang dilakukan di seluruh dunia menunjukkan komponen PPD yang terkandung dalam pewarnaan rambut sebanyak 70% dari kasus pewarnaan rambut menyebabkan terjadinya kerusakan pada rambut dan kelainan kulit kepala.

(27)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan bermakna antara jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut.

2. Ada hubungan bermakna antara jenis pewarnaan rambut dengan kelainan kulit kepala.

3. Jumlah mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013 yang melakukan pewarnaan rambut sebanyak 300 orang.

4. Gambaran pewarnaan rambut berdasarkan tujuan pewarnaan rambut terbanyak untuk sekadar mencoba teknik penataan rambut yang baru yaitu 68,7%, sebanyak 60,7% tidak melakukan tes alergi sebelum melakukan pewarnaan rambut, sebanyak 51,7% melakukan jenis pewarnaan rambut tidak permanen dan 48,3% jenis permanen, sebanyak 80,0% pernah melakukan pewarnaan rambut sebanyak dua kali, kebanyakan melakukan pewarnaan di salon 77,7% dan kebanyakan melakukan pewarnaan rambut dengan frekuensi 6 bulan sekali 63,0%.

5. Jumlah mahasiswi yang melakukan pewarnaan rambut yang mengalami kerusakan rambut sebanyak (77,0%).

6. Jumlah mahasiswi yang melakukan pewarnaan rambut yang mengalami kelainan kulit kepala sebanyak (64,3%).

7. Jenis kerusakan rambut akibat pewarnaan terbanyak bentuk rambut bercabang dan rambut rontok sebanyak (41,5%).

(28)

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan hubungan frekuensi melakukan pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut dan kelainan kulit kepala, agar lebih menambah wawasan masyarakat, khususnya para wanita.

2. Kepada masyarakat khususnya para wanita agar berkonsultasi dengan dokter kulit terlebih dahulu sebelum melakukan pewarnaan rambut. 3. Kepada produsen yang bergerak di bidang kecantikan rambut, agar

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rambut

2.1.1 Anatomi rambut

Rambut adalah struktur keratin memanjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis. Rambut ditemukan di seluruh tubuh kecuali di telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minor. Infundibulum adalah lubang folikel sebasea untuk saluran masuk. Isthmus adalah saluran sebasea yang masuk ke penyisipan otot pili arrector. Otot penegak rambut (muskulus arrektor pili) terdiri dari otot polos. Kontraksi menyebabkan ereksi dari batang rambut dan dapat menyebabkan ‘merinding’. Titik penyisipan pili arrector disebut sebagai tonjolan. Daerah ini merupakan lokasi dari sel-sel induk folikel. Bagian bawah yaitu umbi rambut terdapat matriks dan papila. Melanosit yang terletak di matriks menghasilkan warna rambut. Papila dermal terdiri dari kelompok khusus fibroblast dan memiliki tindakan induktif pada epidermis mempromosikan proliferasi dan differensiasi (Shapiro, 2010).

(30)
[image:30.595.183.450.121.474.2]

Gambar 2.1. Gambar struktur folikel rambut Dikutip dari : Amirlak, 2013

Komposisi kimia rambut yang utama adalah protein yaitu 65-95%. Rambut meningkat pada masa pubertas dan kemudian menurun seiring bertambahnya usia. Elemen seperti Cu, Cd, Cr, Hg, Pb, An juga terdapat pada rambut. Rambut berasal dari sumber eksogen (kosmetik, polusi udara) atau sumber endogen (matriks, papilla, sebasea dan kelenjar keringat) (Shapiro, 2010).

(31)

Rambut velus terdapat hampir diseluruh tubuh. Rambut velus diproduksi oleh folikel-folikel rambut yang kecil yang ada di lapisan dermis dengan diameter < 0,03 mm. Rambut terminal adalah rambut yang kasar, tebal dan berwarna gelap karena mengandungi pigmen yang banyak. Rambut terminal terdapat di kepala, alis mata, bulu mata, ketiak dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel rambut yang besar yang ada di lapisan subkutis dengan diameter > 0,03 mm (Soepardiman, 2010).

Pada bagian luar, penampang rambut terdiri atas kutikula, medula dan korteks. Kutikula terdiri atas lapisan keratin. Terdapat 6-8 lapisan sel kutikula, tumpan tindih seperti genteng, margin bebas selalu mengarah ke atas. Poros yang tebal (> 0,06 mm) adalah rambut terminal kasar dan poros yang tipis (< 0,03 mm) adalah bulu-bulu halus velus. Kutikula berfungsi untuk perlindungan dari kekeringan dan pengaruh lain dari luar. Korteks terdiri atas serabut polipeptida dan mengandungi pigmen. Medula terdiri atas 3- 4 lapis sel kubus (berisi keratohialin, badan lemak dan rongga udara). Medula tidak dijumpai pada rambut velus (Soepardiman, 2010).

2.1.2 Fisiologi Rambut

Rambut berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh dan sebagai alat perasa. Rambut memelihara pengeluaran keringat, peredaran darah dan pengaruh susunan saraf. Pori-pori rambut akan mengatur saiznya mengikut kondisi luar. Jika kondisinya panas maka porinya akan membesar dan mengeluarkan keringat yang banyak. Pada kondisi dingin, pori akan mengecil dan menampung suhu tubuh. Sentuhan terhadap kulit dapat dirasa dengan adanya rambut. Rambut sensitif terhadap sentuhan. Semakin banyak kelebatan rambut, semakin peka terhadap sentuhan (Kusumadewi, 2002).

2.1.3 Siklus Pertumbuhan Folikel Rambut

(32)
[image:32.595.125.499.400.663.2]

tempat dan umur serta dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan patologis. Masa anagen adalah fase pertumbuhan. Fase ini berlangsung selama 3 tahun dengan batasan 2-6 tahun. Sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru. Sel-sel baru akan mendorong sel-sel tua ke atas. 90% dari 100.000 folikel rambut kepala kulit normal akan mengalami fase ini. Fase aktif pertumbuhan folikel rambut di kepala adalah 1000 hari dan di kening adalah 28 hari. Masa katagen adalah fase peralihan. Fase ini berlangsung selama 2-3 minggu. Fase peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian bawahnya melebar mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club). Masa telogen adalah fase istirahat. Fase ini berlangsung selama 100 hari (3-5 bulan). Selama fase ini, rambut akan mengalami kerontokan. Sel epitel akan memendek dan membuat rambut baru bentuk tunas kecil. Rambut gada akan didorong ke luar. 50-100 lembar rambut rontok dalam setiap hari (Shapiro, 2010).

(33)

Masa anagen berkisar berlangsung selama 1000 hari dan masa telogen berlangsung selama 100 hari. Rasio antara anagen dan telogen di kepala adalah 9:1 dan di kening adalah 1:9. Normalnya di kepala mempunyai 100.000 folikel rambut. Folikel rambut akan semakin berkurang dari bayi hingga umur tiga puluhan karena meningkatnya keluasan kepala. Pada umur lima puluhan folikel rambut akan makin berkurang dan warnanya akan berkurang dan akhirnya menjadi putih. Warna rambut perang dan merah mempunyai jumlah yang kurang berbanding dengan warna rambut hitam. Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin pada rambut (Shapiro, 2010).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut

Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan rambut: 2.1.4.1 Faktor Fisiologis

a. Hormon

Hormon seperti androgen, estrogen, tiroksin dan kortikosteroid berperan penting dalam mempengaruhi pertumbuhan rambut. Androgen akan mempercepatkan pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, ketiak, dada dan rambut kasar yang lain. Pada penderita alopesia androgenik, androgen akan memperkecilkan diameter batang dan memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita dapat menyebabkan hirsutisme. Estrogen bisa dapat memperlambat pertumbuhan rambut tetapi memperpanjangkan anagen (Soepardiman, 2010).

b. Nutrisi

(34)

c. Umur

Pertumbuhan rambut berbeda dengan umur. Masa dalam kandungan, janin akan mengalami masa anagen. Pada masa lahir, setelah beberapa minggu rambut pada janin akan rontok. Pada masa balig, pertumbuhan rambut pada ketiak dan tempat kemaluan akan meningkat karena meningkatnya hormon seks. Namun rambut di kepala akan rontok. Pada masa kehamilan, tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen akan berada dalam batas normal tetapi akan menurun hingga 10% pada masa kehamilan tua. Setelah tiga bulan melahirkan, folikel-folikel rambut kepala ibu akan beralih ke fase telogen. Pada masa tua, laki-laki dan perempuan akan mengalami kerontokan rambut. Fase anagen akan menjadi singkat dan rambut rontok akan meningkat (Kusumadewi, 2002).

d. Vaskularisasi

Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut tetapi bukan penyebab utama pada gangguan kerontokan rambut. Pengaruh pada pertumbuhan rambut terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah di bawah folikel rambut sebelum mengalami perubahan (Suling, 2012).

2.1.4.2 Faktor patologis

a. Peradangan sistemik / setempat

Kuman lepra akan menyebabkan kulit mengalami atropi dan folikel rambut rusak. Akhirnya terjadi kerontokan alis mata dan bulu mata (madarosis). Pada penyakit sifilis stadium 2, rambut akan menipis secara rata atau setempat secara tidak rata. Keadaan ini disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur pada kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerusakan pada batang rambut dan akan menyebabkan kerontokan rambut (Suling, 2012).

b. Obat

(35)

terikat pada grup sulfhidril dalam keratin rambut yang akan mempengaruhi pertumbuhan rambut (Suling, 2012).

c. Bahan-bahan kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam berbagai jenis proses styling seperti pelurusan, pengeritingan dan pewarnaan mengakibatkan kerusakan pada rambut seperti rambut kering, rambut kasar dan rambut bercabang serta kelainan pada kulit kepala seperti rasa terbakar, rasa gatal dan kulit kepala bersisik. Radiasi akibat proses styling yang berlebihan juga mengakibatkan kerusakan rambut seperti rambut bercabang, rambut rontok, rambut kering dan rambut kasar. Bahan-bahan kimia seperti PPD, amonia, hidrogen peroksida, anilin yang terdapat dalam proses pewarnaan rambut dapat menyebabkan kerusakan pada rambut seperti rambut kusam, rambut kering, rambut rontok, rambut kasar, rambut bercabang dan rambut mudah patah. Selain itu, pewarnaan rambut juga dapat menyebabkan kelainan pada kulit kepala seperti rasa gatal, rasa terbakar, kulit kepala bersisik, kemerahan, bengkak, dan luka. Pemilihan shampoo dan kondisioner yang tidak cocok dengan jenis rambut juga bisa menyebabkan terjadinya kerusakan rambut seperti rambut mudah patah, rambut kering, rambut kasar dan rambut rontok. Jenis bahan kimia seperti amonium tioglikolat dan amonium bikarbonat yang ditambahkan pada alkali kurl merusakan batang rambut dan akan bertindak keras pada permukaan rambut (Jusuf, 2014).

2.1.5 Kelainan pada Rambut

(36)

dari normal seperti 150 jadi 400 lembar sehari. Telogen effluvium bisa terjadi akibat menderita demam tinggi. Alopesia areata adalah kehilangan rambut yang cepat dan komplit sehingga terbentuk berak satu atau lebih, berupa bulatan atau oval, biasanya di kepala dan tempat berambut lain (alis mata, kumis, badan). Pada kasus alopesia androgenik, hirsutisme, hipertrikosis terjadinya perubahan pada folikel rambut yang tidak dikehendaki. Alopesia androgenik dapat terbagi kepada dua yaitu pada laki-laki dan pada wanita. Pada laki-laki dikenali sebagai male pattern alopecia. Pada wanita dikenali sebagai female pattern alopecia. Terjadinya kerontokan rambut akibat pengaruh hormon. Regenerasi folikel rambut yang tidak sempurna akan menyebabkan kasus seperti alopesia sikatrikal (liken planopilaris), alopesia karena traksi, alopesia karena radiasi, folliculitis decalvans dan SLE kronis. Folikulitis adalah inflamasi folikel rambut akibat infeksi. Defek pada struktur batang rambut seperti gangguan pada batang rambut akan menyebabkan monilethrix, pili torti, dan trikotiodistrofi. Kesalahan pertumbuhan folikel rambut menyebabkan Aplasia cutis congenital dan dysplasia ectodermal. Kelainan pada rambut bisa juga terjadi akibat kombinasi dari semua kelainan di atas (Harrison, 2003).

Penyakit tertentu juga memiliki peranan yang cukup besar yang menyebabkan rambut rontok seperti penyakit kanker, diabetes mellitus, systemic lupus erythematosus (SLE), penyakit kronis dan degeneratif lainnya yang masuk dalam stadium lanjut. Perubahan dan ketidak seimbangan hormon tubuh juga memiliki peranan aktif dalam masalah rambut rontok. Perubahan hormon ini dapat terjadi pada seorang wanita yang sedang dalam masa kehamilan, seseorang yang memasuki masa menopause, efek samping pemakaian pil kontrasepsi dan ketidak seimbangan kelenjar tiroid (Soepardiman, 2010).

(37)

2.2 Pewarnaan Rambut

2.2.1 Sejarah Pewarnaan Rambut

Saat ini pewarnaan rambut sangat populer. Tidak hanya wanita, kaum pria-pun telah memiliki kecenderungan yang meningkat dalam penggunaan bahan pewarna ini. Pewarna rambut yang aman pertama kali di-komersilkan pada tahun 1909 oleh seorang kimiawan asal Perancis, Eugene Schuller (Carbett, 1988).

Proses pewarnaaan pada rambut sebetulnya terjadi karena adanya reaksi kimia antara molekul rambut dengan zat pewarna rambut. Reaksi pada umumnya merupakan reaksi oksidasi. Rambut pada dasarnya adalah keratin, yaitu sejenis protein yang juga sama ditemukan pada kulit dan kuku. Warna alami pada rambut bergantung pada perbandingan dan jumlah dari dua jenis protein yang terkandung di dalamnya. Dua jenis protein tersebut bernama eumelanin dan phaeomelanin. Eumelanin adalah zat yang berperan pada pewarnaan rambut coklat ke corak hitam sedangkan phaeomelanin berperan pada pewarnaan rambut keemasan, pirang, dan merah. Ketidakikutsertaan salah satu dari melanin tersebut akan mengakibatkan warna putih atau abu-abu pada rambut. Manusia telah mewarnai rambut mereka sejak ribuan tahun yang lalu dengan menggunakan tumbuhan dan mineral alami, contohnya inai, kerak biji kacang kenari, dan cuka (vinegar) (Carbett, 1988).

Para arkeologi menemukan bahwa cat rambut atau pewarna rambut telah digunakan sejak masa Neanderthal, dimana manusia waktu itu menggunakan berbagai sarana untuk mengubah warna rambut dan kulit. Orang-orang Galia Kuno dan Saxon juga mengecat rambut mereka untuk menunjukkan peringkat atau status sosialnya. Sedangkan orang Babilonia menaburkan debu emas untuk mengubah warna rambut mereka. Pada zaman Mesir Kuno, Yunani dan Romawi, tanaman dan hewan dijadikan bahan untuk mewarnai rambut. Biasanya bahan-bahan tersebut ditujukan untuk menggelapkan warna rambut (Shapiro, 2001).

(38)

penggunaannya dalam pembuatan zat warna sintetis. Pada waktu itu pula, hidrogen peroksida ditemukan, dan dinyatakan sebagai bahan kimia yang lembut dan aman untuk pewarnaan rambut (Bolduc, 2001).

2.2.2 Proses Pewarnaan Rambut

Pigmen alami pada umumnya bekerja dengan cara mengecat tangkai rambut dengan warna. Beberapa pewarna alami digunakan dengan cara yang sama seperti shampoo namun tidak membutuhkan waktu yang lama dan kepekatan yang tinggi seperti pada formula sintetis modern. Permasalahannya adalah sulit untuk mendapatkan hasil yang sama persis jika menggunakan bahan alami, ditambah lagi karakteristik beberapa orang yang alergi terhadap ramuan tradisional (Bolduc, 2001).

Sedangkan pewarna sintetis bekerja berdasarkan proses oksidasi. Dalam beberapa kasus, pigmen warna buatan masuk kedalam tangkai rambut dan membentuk kompleks yang lebih besar di dalam tangkainya. Pewarna sintetis biasanya bersifat sementara. Hal ini terjadi karena pewarna rambut tidak banyak mengandung amonia yang menyebabkan tangkai rambut bagian atas tidak terbuka selama proses pewarnaan rambut, sehingga sebenarnya pewarna rambut yang alami lebih mampu menahan produk pencuci atau shampoo jauh lebih baik (Shapiro, 2001).

(39)

Pewarna rambut juga dapat bersifat permanen. Bagian luar lapisan dari tangkai rambut disebut kutikula. Bagian ini harus terbuka sebelum pewarnaan. Pewarnaan rambut permanen melalui dua tahapan proses pewarnaan (biasanya terjadi bersama-sama). Proses yang pertama adalah mengganti warna asli rambut dan proses yang kedua adalah menyimpan warna barunya, dasar prosesnya sama seperti pada proses membuat efek bercahaya pada rambut, kecuali zat pewarna tersebut terikat dengan tangkai rambut (Shapiro, 2001).

Amonia adalah zat kimia yang bersifat basa yang mampu membuka kutikula dan membiarkan pewarna rambut masuk ke dalam bagian korteks rambut. Amonia juga bereaksi sebagai katalis ketika pewarna rambut permanen masuk bersama-sama dengan peroksida, kemudian peroksida mengganti posisi pigmen pada saat reaksi awal pergantian warna atau “pre-existing” atau disebut juga awal ketetapan warna. Pada saat itu, peroksida menghancurkan ikatan kimia pada rambut, melepaskan sulfur, dan kemudian memberikan karakteristik bau pada pewarna rambut (Bolduc, 2001).

Melanin yang telah ter-decolorinasi akan menjadi warna permanen yang baru karena telah membentuk ikatan dengan korteks rambut. Beberapa jenis alkohol serta kondisioner juga dapat melakukan degradasi warna pada rambut, untuk kondisioner prosesnya adalah penutupan kutikula setelah pewarna masuk kedalam selaput dalam dan kemudian mengikat warna baru (Bolduc, 2001).

2.2.3 Klasifikasi Pewarnaan Rambut

Pewarnaan rambut dapat dibagi kepada duaa jenis secara garis besar yaitu permanen dan tidak permanen (Bariqina, 2001).

2.2.3.1 Pewarnaan Tidak Permanen

Pewarnaan rambut tidak permanen adalah pewarnaan yang hanya tahan kurang dari 6 minggu. Contohnya adalah pewarnaan rambut sementara (temporary) dan pewarnaan rambut semi-permanen.

(40)

lebih terang dan lebih hidup daripada warna rambut semi-permanen dan permanen. Pewarnaan sementara bertahan hanya 1 cucian. Pewarnaan sementara paling sering digunakan untuk warna rambut untuk acara-acara khusus dan sering digunakan untuk acara, pesta dan halloween. Molekul-molekul pigmen warna teknik pewarnaan sementara adalah besar dan tidak bisa menembus lapisan kutikula. Sebaliknya, partikel warna tetap terserap (erat patuh) pada batang rambut dan mudah dihapus dengan cucian rambut pertama. Namun, bahkan warna rambut sementara dapat bertahan jika rambut pengguna adalah terlalu kering atau rusak, memungkinkan untuk migrasi dari pigmen ke bagian dalam batang rambut (Bariqina, 2001).

Pewarnaan rambut semi-permanen memiliki molekul yang lebih kecil daripada pewarnaan sementara, dan karena itu dapat sebagian menembus batang rambut. Untuk alasan ini, warna akan bertahan walaupun cucinya berulang, biasanya 4-6 minggu. Pewarnaan semi-permanen tidak mengandung, atau tingkat yang sangat rendah dari pengembang, peroksida atau amonia, dan karena itu lebih aman untuk rambut rusak atau rapuh. Namun, pewarnaan semi-permanen mungkin masih mengandung senyawa beracun PPD atau sarana lainnya. Warna akhir dari setiap helai rambut akan tergantung pada warna dan porositas aslinya, sehingga akan ada variasi halus di tempat teduh di seluruh kepala. Hal ini memberikan hasil yang lebih natural daripada padat, warna keseluruhan dari pewarnaan permanen. Namun, itu juga berarti bahwa rambut abu-abu atau putih tidak akan sama sebagai sisa rambut. Jika ada hanya beberapa abu-abu / putih rambut, efeknya biasanya akan cukup bagi mereka untuk berbaur, tetapi sebagai menyebar abu-abu, akan datang suatu titik dimana ia tidak akan menyamar juga. Dalam hal ini, pindah ke warna permanen kadang-kadang dapat ditunda dengan menggunakan semi-permanen sebagai dasar dan menambahkan pewarnaan. Warna semi-permanen tidak dapat meringankan rambut (Ideawati, 2001).

2.2.3.2 Pewarnaan Permanen

(41)

alkali dikombinasikan dengan pengembang (biasanya hidrogen peroksida), peroksida menjadi alkali dan berdifusi melalui serat rambut, memasuki korteks, di mana melanin berada. Pencelupan terjadi ketika peroksida memecah melanin dan menggantikannya dengan warna baru. Amonia membuka kutikula rambut agar pigmen warna untuk menembus jauh ke dalam batang rambut. Warna permanen benar-benar permanen dan tidak akan mencuci keluar, meskipun mungkin memudar. Pertumbuhan kembali rambut jelas akan warna alami rambut, yang berarti bahwa pewarnaan bulanan atau enam rutin mingguan akan menjadi penting selama warna rambut tetap terjaga. Pewarnaan permanen adalah satu-satunya cara untuk mewarnai rambut gelap menjadi lebih terang, dan itu harus dilakukan dalam dua bagian: pertama, rambut diputih, dan warna diterapkan. Hasil dari proses ini adalah pewarnaan jenis permanen bertahan untuk jangka waktu yang panjang. Satu-satunya cara untuk menyingkirkan warna permanen adalah untuk menjalani proses pengupasan (yang tidak mungkin dengan semua warna dan dapat merusak rambut) atau warna kembali ke warna yang alami (yang bisa sulit jika perubahan warna telah ekstrim) (Rahmadewi, 2014).

2.2.4 Efek Samping Pewarnaan Rambut

(42)

2.3 Kerusakan pada Rambut

Kerusakan rambut dapat dibagi kepada beberapa tingkat kerusakan rambut yaitu tingkat ringan, sedang dan berat. Tingkat kerusakan ringan adalah tingkat rambut yang rusak disebabkan oleh sinaran matahari, air, dan proses styling. Ciri-ciri rambutnya adalah kusam, kering, rambut mudah patah. Tingkat kerusakan sedang adalah disebabkan oleh proses kimia. Cirinya adalah kusam, kering, kasar dan kemerahan. Tingkat kerusakan berat disebabkan oleh bleaching. Ciri-cirinya adalah kusam, kering, rambut bercabang, kasar, kemerahan serta seperti kapas (Soepardiman, 2010).

2.4 Kelainan pada Kulit Kepala

(43)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepanjang kehidupan manusia, rambut memainkan peranan yang paling penting dalam penampilan. Dengan berkembangnya era modernisasi, manusia lebih mengenali dan mementingkan penampilan sebagai penunjang (Soepardiman, 2010).

Rambut adalah struktur solid yang terdiri dari sel yang mengalami keratinisasi padat yang menonjol dari bagian epidermis dan invasi dari bagian dermis dan hipodermis. Rambut terdapat diseluruh tubuh kecuali di telapak tangan, telapak kaki, kuku, bibir, glans penis, klitoris dan labia minor. Komposisi rambut terdiri dari karbon (50,60%), hidrogen (6,36%), nitrogen (17,14%), sulfur (5,0%), dan oksigen (20,80%). Fungsi rambut antara lain adalah sebagai pelindung kepala dan penghangat (Shapiro, 2010).

Kerusakan rambut bisa terjadi akibat dua faktor utama yaitu faktor fisiologis dan patologis. Faktor fisiologis terdiri dari pengaruh hormon, nutrisi, metabolisme dan vaskularisasi. Sedangkan faktor patologis terdiri dari peradangan sistemik, obat dan bahan-bahan kimia. Selain itu, penataan rambut yang berlebihan juga bisa merusak rambut termasuk pewarnaan rambut (Pusponegoro, 2002).

Pada penelitian yang sebelumnya, yang dilakukan di seluruh dunia menunjukkan sebanyak 70% dari kasus pewarnaan rambut menyebabkan terjadinya kerusakan pada rambut dan kelainan kulit kepala. Pada penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia menunjukkan 6,4% yang menunjukkan tanda-tanda alergi akibat pewarnaan rambut pada kulit kepala. Komponen para-fenilendiamin (PPD) yang terkandung dalam pewarnaan rambut yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi pada kulit kepala dan kerusakan pada rambut

(44)

12,28%. Pada penelitian Patel S. dkk di St John’s Institute of Dermatology London, bahwa frekuensi reaksi alergi pada tes tempel terhadap PPD 1% pada tahun 1992-1998 adalah antara 2,5%-4,2%, dan pada tahun 1992-2004 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari yang pernah dilaporkan sebelumnya yaitu antara 3,8%-7,1% (Carolina, 2008).

Pada kalangan masyarakat sekarang terutama pada kalangan remaja, pewarnaan rambut menjadi salah satu aspek penting yang sering dilakukan untuk penampilan yang baik selain pelurusan (rebonding), pengeritingan dan lain-lain. Terdapat dua tipe pewarnaan rambut yaitu, pewarnaan tidak permanen dan permanen. Salah satu kandungan penting dalam pewarnaan rambut adalah hidrogen peroksida (H2O2). Ini yang memberikan warna pada rambut. Komposisinya berbeda dengan jenis pewarnaan rambut. Kandungan hidrogen peroksida dalam pewarnaan rambut yang mengakibatkan kerusakan pada rambut (Barinqina, 2001).

Kebanyakan remaja masa sekarang tidak mengetahui akibat dari pewarnaan rambut. Pewarnaan rambut lebih sering akan merusakkan bagian kutikula. Kutikula adalah bagian rambut yang berfungsi sebagai pelindung rambut. Akibat kerusakan kutikula mengakibatkan terjadinya keadaan rambut kusam, bercabang, rambut mudah dan sering patah dan kering. Selain daripada itu, pilihan pewarnaan rambut yang salah bisa mengakibatkan keparahan pada kerusakan kutikula (Harrison, 2003).

Selain dari kerusakan rambut, pewarnaan rambut juga mengakibatkan terjadinya kelainan pada kulit kepala seperti dermatitis kontak alergi dan lichen simplex chronicus (Harrison, 2003).

(45)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan jenis pewarnaan rambut dengan terjadinya kerusakan rambut pada mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013? 2. Bagaimana hubungan jenis pewarnaan rambut dengan terjadinya

kelainan pada kulit kepala pada mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut dan kelainan pada kulit kepala pada mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus untuk penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013 yang melakukan pewarnaan rambut.

2. Mengetahui gambaran pewarnaan rambut berdasarkan tujuan pewarnaan, tes alergi sebelum melakukan pewarnaan, jenis pewarnaan rambut, pewarnaan rambut sebelumnya, tempat pewarnaan rambut dan frekuensi pewarnaan rambut pada mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013 yang melakukan pewarnaan rambut.

3. Mengetahui jumlah mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013 yang mengalami kerusakan rambut akibat pewarnaan rambut.

4. Mengetahui jumlah mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013 yang megalami kelainan pada kulit kepala akibat pewarnaan rambut.

(46)

6. Mengetahui jenis-jenis kelainan pada kulit kepala akibat pewarnaan rambut pada mahasiswi FK USU angkatan 2011-2013.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai kesempatan menambah pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu melakukan penelitian dan juga sebagai pembelajaran bagi peneliti mengenai hubungan jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut dan kelainan pada kulit kepala.

1.4.2 Bagi Bidang Akademik & Pengembangan Penelitian

Sebagai informasi, data, bahan kepustakaan dan bahan rujukan bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan jenis pewarnaan rambut dengan kerusakan rambut dan kelainan pada kulit kepala.

1.4.3 Bagi Masyarakat

(47)

ABSTRAK

Pewarnaan rambut merupakan salah satu cara penataan rambut untuk peanmpilan yang menarik. Terdapat dua tipe pewarnaan yaitu, pewarnaan rambut tidak permanen dan permanen. Pewarnaan rambut bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan rambut dan kelainan pada kulit kepala.

(48)

ABSTRACT

Hair colouring is a way to make a better personality. Hair colouring consist of two types, non permanent and permanent. Hair colouring can cause hair damages and scalp problems.

The aim of our study is to know the relationship between type of hair colouring and with hair damage and scalp problems. It was a analitic study with cross-sectional method. This study was done in Fakultas Kedokteran USU, from batch 2011-2013, there were 300 students taken by using total sampling technique. Mostly 206 (68,7%) students done hair colouring as a new fashion, mostly 182 students (60,7%) didn’t perform allergic test before hair colouring, 155 students (51.7%) were done non permanent and 145 students (48.3) were done permanent hair colouring, around 240 students (80,0%) had done colouring twice previously, 233 students (77,7%) done coloring in saloons and 189 students (63,0%) doing colouring 6 month once. From 300 students, 231 students (77,0%) was caused hair damage, and split end hair and hair falling were the type of hair damage mostly found in 96 students (41.5%). There were 193 student (64,3%) was caused scalp problems, and dry scalp were the type of scalp problem mostly found in 87 students (45.1%). Relationship between type of hair colouring with hair damage and scalp problem both were 0,0001 using significancy value. Conclusion is there are relation which is significant between hair colouring activity with the happening of hair damage and scalp problem.

(49)

HUBUNGAN JENIS PEWARNAAN RAMBUT DENGAN KERUSAKAN RAMBUT DAN KELAINAN KULIT KEPALA

PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011-2013

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

YUJINEE DEVI A/P SUBRAMANIAM 110100468

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)

HUBUNGAN JENIS PEWARNAAN RAMBUT DENGAN KERUSAKAN RAMBUT DAN KELAINAN KULIT KEPALA

PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011-2013

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

YUJINEE DEVI A/P SUBRAMANIAM 110100468

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(51)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011-2013

Nama : Yujinee Devi A/P Subramaniam

NIM : 110100468

Pembimbing Penguji I

………. ……….……….

(Dr.dr. Nelva K. Jusuf, SpKK (K)) ( Dr. Andriamuri Primaputra Lubis (NIP : 19670915 199702 2 001) Sp.AN, M.Ked, AN)

(NIP : 19811107 200801 1 009)

Penguji II

……… ( Sri Lestari, M.Kes)

(NIP : 19712604 200501 2 002)

Medan, 12 Januari 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

……….

(52)

ABSTRAK

Pewarnaan rambut merupakan salah satu cara penataan rambut untuk peanmpilan yang menarik. Terdapat dua tipe pewarnaan yaitu, pewarnaan rambut tidak permanen dan permanen. Pewarnaan rambut bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan rambut dan kelainan pada kulit kepala.

(53)

ABSTRACT

Hair colouring is a way to make a better personality. Hair colouring consist of two types, non permanent and permanent. Hair colouring can cause hair damages and scalp problems.

The aim of our study is to know the relationship between type of hair colouring and with hair damage and scalp problems. It was a analitic study with cross-sectional method. This study was done in Fakultas Kedokteran USU, from batch 2011-2013, there were 300 students taken by using total sampling technique. Mostly 206 (68,7%) students done hair colouring as a new fashion, mostly 182 students (60,7%) didn’t perform allergic test before hair colouring, 155 students (51.7%) were done non permanent and 145 students (48.3) were done permanent hair colouring, around 240 students (80,0%) had done colouring twice previously, 233 students (77,7%) done coloring in saloons and 189 students (63,0%) doing colouring 6 month once. From 300 students, 231 students (77,0%) was caused hair damage, and split end hair and hair falling were the type of hair damage mostly found in 96 students (41.5%). There were 193 student (64,3%) was caused scalp problems, and dry scalp were the type of scalp problem mostly found in 87 students (45.1%). Relationship between type of hair colouring with hair damage and scalp problem both were 0,0001 using significancy value. Conclusion is there are relation which is significant between hair colouring activity with the happening of hair damage and scalp problem.

(54)

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera, puji syukur kepada Tuhan yang telah memberikan banyak kenikmatan salah satunya kemudahan, sehingga saat ini penulis dapat dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) denga judul “ Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kelainan Kulit Kepala pada Mahasiswi FK USU Angkatan 2011-2013”, sebagai tahapan akhir pembelajaran dalam program studi Strata 1 Pendidikan Dokter Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih banyak kepada orang tua, bapak Encik. K. Subramaniam dan ibu Puan.N. Bhanumathy atas dukungannya berupa moril, materil, kasih saying, dan doa, sehingga penulis dapat mengembang ilmu di Fakultas Kedokteran dan saat ini bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu tugas meraih gelar Sarjana Kedokteran.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang tingi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan, antara lain:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD.KGEH atas izin penelitian yang diberikan.

2. Dosen Pembimbing Dr.dr. Nelva Karmila Jusuf Sp, KK (K) yang telah banyak berkorban waktu, tenaga, serta dukungan orang dan moril, dalam membimbing penulisan KTI ini,

3. Dosen Penguji yang telah bersedia dengan sabar membantu Penulis dalam menyempurnakan, menguji, dan menilai KTI ini.

(55)

Akhirnya, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menambah ilmu dan pengetahuan penulis di masa yang akan datang.

Nopember 2014,

Penulis,

Yujinee Devi A/P Subramaniam

(56)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan... i

Abstrak……… ii

Abstract……… iii

Kata Pengantar……… iv

Daftar Isi……….. vi

Daftar Tabel……… x

Daftar Gambar……… xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang……….……… 1

1.2. Rumusan Masalah……….….……….…. 3

1.3. Tujuan Penelitian………....………….. 3

1.3.1 Tujuan Umum………... 3

1.3.2 Tujuan Khusus……….. 3

1.4. Manfaat Penelitian……… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 5

2.1. Rambut………..….... 5

2.1.1 Anatomi………. 5

2.1.2 Fisiologi………. 7

2.1.3 Siklus Pertumbuhan Folikel Rambut……… 7

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut... 9

2.1.4.1 Faktor Fisiologis……….... 9

(57)

2.1.5 Kelainan pada Rambut……….….… 11

2.2 Pewarnaan Rambut……….….. 13

2.2.1 Sejarah Pewarnaan Rambut………….……. 13

2.2.2 Proses Pewarnaan Rambut……….…... 14

2.2.3 Klasifikasi Pewarnaan Rambut……….…… 15

2.2.3.1 Pewarnaan Tidak Permanen……... 15

2.2.3.2 Pewarnaan Permanen…………..….. 16

2.2.4 Efek Samping Pewarnaan Rambut……..… 17

2.3 Kerusakan pada Rambut………... 18

2.4 Kelainan pada Kulit Kepala…..……….. 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 19 3.1 Kerangka Konsep Penelitian………. 19

3.2 Definisi Operasional………. 19

3.2.1 Jenis Pewarnaan Rambut………... 19

3.2.2 Kerusakan Rambut……… 20

3.2.3 Kelainan pada Kulit Kepala……….. 20

3.2.4 Mahasiswi FK USU Angkatan 2011-2013... 21

3.3 Hipotesa……… 21

BAB 4 METODE PENELITIAN……….. 22

4.1 Jenis Penelitian………. 22

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 22

4.3 Populasi Penelitian………....…… 22

4.3.1 Kriteria Inklusi…..……… 22

4.3.2 Kriteria Ekslusi………..… 22

4.4 Besar Sampel………. 22

4.5 Teknik Pengumpulan Sampel….……….……. 23

(58)

4.7 Pengelolaan dan Analisis Data………..……….….. 24

4.7.1 Pengelolaan Data………. 24

4.7.2 Analisis Data……… 25

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 26

5.1 Hasil Penelitian………. 26

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 26

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian…. 26 5.1.2.1 Usia……… 26

5.1.2.2 Angkatan………..…. 27

5.1.2.3 Warganegara…………..…… 27

5.1.2.4 Uang Saku………..…... 28

5.1.2.5 Tempat Tinggal………….... 28

5.1.3 Deskripsi Pewarnaan Rambut………. 29

5.1.3.1 Tujuan Pewarnaan………… 29

5.1.3.2 Tes Alergi sebelum Melakukan Pewarnaan rambut………..… 29

5.1.3.3 Jenis Pewarnaan Rambut….. 30

5.1.3.4 Pewarnaan Rambut Sebelumnya 30 5.1.3.5 Tempat Pewarnaan Rambut… 30 5.1.3.6 Frekuensi Pewarnaan Rambut 31 5.1.4 Deskripsi Kerusakan Rambut……….... 31

5.1.4.1 Pengetahuan tentang Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut. 31 5.1.4.2 Kerusakan Rambut akibat Pewarnaan Rambut……… 32

5.1.4.3 Jenis Kerusakan Rambut yang Dialami………. 32

(59)

5.1.4.5 Tempat Berobat Kerusakan Rambut. 33

5.1.5 Deskripsi Kelainan Kulit Kepala……… 34

5.1.5.1 Pengetahuan tentang Pewarnaan Rambut dengan Kelainan Kulit Kepala……… 34

5.1.5.2 Kelainan Kulit Kepala akibat Pewarnaan Rambut………… 34

5.1.5.3 Jenis Kelainan Kulit Kepala yang Dialami……… 35

5.1.5.4 Riwayat Pengobatan Kelainan Kulit Kepala ………. 36

5.1.5.5 Tempat Berobat Kelainan Kulit Kepala……… 36

5.1.6 Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut dan Kelainan Kulit Kepala… 37 5.1.6.1 Hubungan JenisPewarnaan Rambut dengan Kerusakan Rambut…… 37

5.1.6.2 Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kelainan Kulit Kepala… 37 5.2 Pembahasan………. 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 42

6.1 Kesimpulan………. 42

6.2 Saran………... 43

DAFTAR PUSTAKA……….…… 44

(60)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia..……… 26

Tabel 5.2. Distribusi Subjek Berdasarkan Angkatan………... 27

Tabel 5.3. Distribusi Subjek Berdasarkan Warganegara……… 27

Tabel 5.4. Distribusi Subjek Berdasarkan Uang Saku……… 28

Tabel 5.5. Distribusi Subjek Berdasarkan Tempat Tinggal……… 28

Tabel 5.6. Distribusi Subjek Berdasarkan Tujuan Pewarnaan………… 29

Tabel 5.7. Distribusi Subjek Berdasarkan Tes Alergi sebelum Melakukan Pewarnaan Rambut………..………… 29

Tabel 5.8. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Pewarnaan Rambut 30 Tabel 5.9. Distribusi Subjek Berdasarkan Pewarnaan Rambut Sebelumnya. 30 Tabel 5.10. Distribusi Subjek Berdasarkan Tempat Pewarnaan Rambut 30 Tabel 5.11. Distribusi Subjek Berdasarkan Frekuensi Pewarnaan Rambut. 31 Tabel 5.12. Distribusi Subjek Berdasarkan Pengetahuan Tentang Kerusakan Rambut Akibat Pewarnaan Rambut………. 31

Tabel 5.13. Distribusi Subjek Berdasarkan Kerusakan Rambut…………. 32

Tabel 5.14. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kerusakan Rambut yang Dialami……… 32

Tabel 5.15. Distribusi Subjek Berdasarkan Riwayat Pengobatan Kerusakan Rambut………. 33

(61)

Tabel 5.17. Distribusi Subjek Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Kelainan Kulit Kepala Akibat Pewarnaan Rambut………….. 34 Tabel 5.18. Distribusi Subjek Berdasarkan Kelainan Kulit Kepala... 34 Tabel 5.19. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelainan Kulit Kepala

yang Dialami……….……….……….. 35 Tabel 5.20. Distribusi Subjek Berdasarkan Riwayat Pengobatan

Kelainan Kulit Kepala……….. 36 Tabel 5.21. Distribusi Subjek Berdasarkan Tempat Berobat Kelainan Kulit

Kepala……….. 36 Tabel 5.22. Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan

Kerusakan Rambut………..…………. 37 Tabel 5.23. Hubungan Jenis Pewarnaan Rambut dengan Kelainan Kulit

(62)

DAFTAR GAMBAR

(63)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Riwayat Hidup Peneliti

LAMPIRAN 2 : Lembar Penjelasan Subjek Penelitian LAMPIRAN 3 : Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

(Informed Consent) LAMPIRAN 4 : Kuesioner Penelitian LAMPIRAN 5 : Ethical Clearance LAMPIRAN 6 : Hasil Uji Validitas LAMPIRAN 7 : Hasil Uji Reabilitas LAMPIRAN 8 : Data Induk

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia
Tabel 5.2. Distribusi Subjek Berdasarkan Angkatan
Tabel 5.4. Distribusi Subjek Berdasarkan Uang Saku
Tabel 5.6. Distribusi Subjek Berdasarkan Tujuan Pewarnaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Phylogenetic analysis of both L1 gene in multiple infection of HPV-16 and HPV-18 that infect cervical cancer patient in our study shows a close relationship with sequence from Asia

KPK dibentuk berdasarkan amanat Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Untuk memperkuat eksistensi dan legitimasi

Kegiatan Perkuatan Tebing Sungai Pekerjaan Perkuatan Tebing Kali Babadan Ds Karangtalun Kec Karangdowo.

[r]

[r]

Kegiatan Perkuatan Tebing Sungai Pekerjaan Perkuatan Tebing Kali Jalidin Ds Mojayan Kec Klaten Tengah..

Pemikir Pakistan lainnya, Fazlur Rahman, dalam bukunya, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition (1982), meyakini bahwa injeksi politik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Profil berpikir probabilistik siswa kelas IX SMP Al-Irsyad dengan tingkat kecerdasan matematis logis tinggi dalam