• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan prototipe radio tag dan pemrogramannya (penentuan pola radiasi dan pendugaan jarak dengan kuat pancar maksimum menggunakan handy transceiver)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan prototipe radio tag dan pemrogramannya (penentuan pola radiasi dan pendugaan jarak dengan kuat pancar maksimum menggunakan handy transceiver)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

MAKSIMUM MENGGUNAKAN

HANDY-TRANSCEIVER)

RAUZATUL NAZZLA

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PERANCANGAN PROTOTIPE RADIO-TAG DAN

PEMROGRAMANNYA (PENENTUAN POLA RADIASI DAN

KUAT PANCAR MAKSIMUM MENGGUNAKAN

HANDY-TRANSCEIVER)

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

(3)

RAUZATUL NAZZLA.Perancangan Prototipe Radio Tag dan

Pemrogramannya (Penentuan Pola Radiasi Jarak Berdasarkan Kuat Pancar MenggunakanHandy-Transceiver). Dibimbing oleh TOTOK

HESTIRIANOTO.

Radio frekuensi merupakan bagian penting dalam sistem jaringan wireless. Salah satu manfaatnya dalam bidang kelautan adalah penerapan dalam bidang konservasi biota laut. Disamping mudah dalam aplikasinya, RF juga relatif lebih murah. Penelitian ini bertujuan merancang prototipe penanda yang berbasis frekuensi radio. Radio frekuensi juga dapat dimanfaatkan untuk menduga posisi objek yang bergerak dengan stasiun pemantau.

Metoda yang digunakan terdiri dari perancangan perangkat keras, pemrograman, dan pengamatan karakteristik sinyal. Perancangan prototipe berbasis mikrokontroler ATMega8535, sedangkan pengamatan karakteristik sinyal dilakukan berdasarkan frekuensi yang diperoleh pesawat radio. Metoda dalam pendugaan posisi objek adalah dengan membuat skenario posisi pesawat pemancar terhadap penerima. Karakter sinyal penanda diukur berdasarkan kekuatan sinyal penanda, yang diterima menggunakan receiver terarah. Kuat pancar yang dihasilkan oleh pesawat penerima digunakan untuk menghitung jarak kedua pesawat tersebut.

Prototipe memancarkan gelombang radio terdeteksi oleh pesawat radio berupa bunyi detak dengan waktu tunggu 100 ms. Gelombang radio tersebut dapat dipantau pada frekuensi 67, 88, 99, dan 101 MHz. Kuat pancar tertinggi secara langsung dapat menggambarkan radius maksimum yang dapat dicapai gelombang radio saat merambat di udara. Dengan kata lain radiasi gelombang radio merambat ke segala arah namun tidak merata.

(4)
(5)

MENGGUNAKAN

HANDY-TRANSCEIVER)

RAUZATUL NAZZLA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(6)

Judul :

PERANCANGAN PROTOTIPE RADIO-TAG DAN

PEMROGRAMANNYA (PENENTUAN POLA RADIASI

DAN PENDUGAAN JARAK BERDASARKAN KUAT

PANCAR MENGGUNAKAN HANDY TRANSCEIVER)

Nama : Rauzatul Nazzla

NRP : C54054134

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Totok Hestirianoto, MSc NIP. 19620324 198603 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo,M.Sc NIP. 19580909 198303 1 003

(7)

Syukur kepada ALLAH, karena anugerah dan hikmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan skripsi berjudul" Perancangan Prototipe Radio

Tag dan Pemrogramannya (Penentuan Pola Radiasi dan Jarak Kuat Pancar MenggunakanHandy-Transceiver)."dengan sebaik-baiknya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan dan pengetahuan kepada penulis selama penelitian dan

penulisan skripsi.

2. Ir. Beginer Subhan, M.Si sebagai Dosen Penguji Tamu.

3. Dr. Ir. Henry M. Manik, M.T. sebagai Koordinator Program Pendidikan

S1 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

4. Dr. Ir. Sri Pujiyati, MSi. sebagai Pembimbing Akademik.

5. Kedua orang tua dan adik-adik dan seluruh keluarga besar yang turut

memotivasi penulis selama penelitian.

6. Teman-teman ITK 42 dan pihak-pihak yang telah mendukung.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Definisi Transceiver... 3

2.2 KarakterRadio Frequency(RF) ... 3

2.3 Persamaan Daya dan Jarak... 6

2.4 TransceiverRFM12B ... 7

2.4.1. Antena... 9

2.5 Mikrokontroler ATMEGA 8535 ... 10

2.6 Antena Kaleng ... 11

2.7 Handy Transceiver... 12

2.8 Perangkat Lunak Wavelab ... 12

2.9 Medan Magnet... 12

3. BAHAN DAN METODE ... 14

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan... 14

3.2 Bahan dan Alat ... 14

3.2.1 Bahan ... 14

3.2.2 Alat ... 15

3.3 Perancangan Alat ... 15

3.4 Metoda Perolehan Data ... 19

3.5 Metoda Pengolahan Data ... 21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Penelitian 1 (Prototipe Transmitter) ... 22

4.1.1 Prototipe Transmiter... 24

4.1.2 Hasil IntegrasiHardware... 25

4.1.3 Pengukuran Kuat Sinyal (Berdasarkan Jarak Horizontal, Vertikal, dan Posisi Antena) ... 27

4.2 Penelitian 2 (Handy-Transceiver)... 30

4.2.1 Pola Radiasi dengan Diagram Radar ... 35

4.2.2 Pendugaan JarakTransmitterTerhadapReceiver... 38

2. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN... 45

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1.Panjang Kawat Berdasarkan Frekuensi dan Panjang

Gelombang ... 10

2. Tabel 2.Tabel Bahan... 14

3. Tabel 3.Tabel Alat ... 15

4. Tabel 4. Sudut Dugaan pada Diagram Radar... 39

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1. Tranceiver RFM12B... 8

2. Gambar 2. Antena Kaleng... 11

3. Gambar 3. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Secara Umum ... 16

4. Gambar 4. Konfigurasi Pin ATMEGA8535 dan RFM12B ... 17

5. Gambar 5. Diagram Alir Transmitter ... 18

6. Gambar 6. Skema Perolehan Data di Lapang ... 19

7. Gambar 7. Diagram Alir Pengolahan Data ... 20

8. Gambar 8. Diagram Alir Perolehan Arah Pancaran Maksimum... 21

9. Gambar 9. Konstruksi 3 Dimensi Prototipe Radio Beacon ... 23

10. Gambar 10. Skema Tata Letak Tampak Atas Pada Project Board... 24

11. Gambar 11. Hasil Rangkaian ... 24

12. Gambar 12. Skema Integrasi antara prototipe transmiter, radio, dan PC ... 25

13. Gambar 13. Seperangkat Alat dalam Proses Transmit dan Receiver .... 26

14. Gambar 14. Transmiter, Radio, dan Elemen “V”... 27

15. Gambar 15. Skema Pengukuran Sinyal Berdasarkan Jarak dan Gain ... 28

16. Gambar 16. Skema Pengukuran Sinyal Berdasarkan Posisi Antena ... 29

17. Gambar 17. Handy Transceiver... 31

18. Gambar 18. Acuan Arah Pancar Tx terhadap Rx... 32

19. Gambar 19. Sketsa Posisi Pemancar (Tx) dan Penerima (Rx)... 33

20. Gambar 20. Grafik Hubungan Jarak dan Nilai Rata-rata Power Received Gelombang Radio ... 34

(12)
(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1. Perhitungan Jarak Antara Transmiter dan Receiver ... 56

2. Lampiran 2. Tutorial Analisis Sektrum ... 57

3. Lampiran 3. Tutorial Pola Radiasi... 61

(14)

1.1 Latar Belakang

Teknologi wireless merupakan salah satu pengembangan dari prinsip telemetri.

Hal tersebut memungkinkan setiap manusia dapat berkomunikasi tanpa harus

menggunakan kabel. Sehingga benda-benda yang bergantung pada kabel dapat

bermobilisasi. Hubungan komunikasi yang dilakukan oleh wireless adalah radiasi

elektromagnetik, salah satunya gelombang radio atau Radio Frekuensi (RF). RF

telah menjadi bagian dari keseharian manusia karena RF digunakan pada sistem

networking dan siaran radio.

Adapula RFID yang digunakan untuk identifikasi livestock, dan ISO telah

menetapkan standar ISO 11784 dan 1175 untuk membatu perkembangan

teknologi ini (Finkenzeller, 1999 dalam Hamrita dan Hoffacker, 2003).

RFID telah di produksi dalam skala besar. Ada yang bersifat serba guna,

general, berukuran kecil, dan tidak membutuhkan saluran komunikasi tersendiri

Sistem backscatter biasanya digunakan untuk sebuah transformer, dengan antena

reader, atau interrogator, yang menjadi kawat koil utama dan antena tag yang

kedua. Selain itu, sistem RFID yang sama dapat digunakan untuk beberapa jenis

sensor (Troyk, 1999). Contoh pengembangan transceiver yang telah meluas di

berbagai penjuru dunia adalahhandy-talkie.

Perluasan, pengembangan, pengimplementasian, dan pemahaman

mengenai teknologi RF perlu dilakukan. Dalam bidang kelautan implementasi

dari RF dapat diterapkan pada sistem tracking untuk kebutuhan di bidang

(15)

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian pertama adalah membuat prototipe radio-tag dengan

memanfaatkan gelombang radio. Penelitian pertama meliputi perancangan

perangkat keras dan meneliti bagaimana proses transmisi dilakukan. Penelitian

kedua meliputi pengamatan mengenai power received, pola radiasi, dan arah

(16)

2.1 DefinisiTransceiver

Transceiverdapat didefinisikan sebagai sistem telemetri yang dihubungkan via magnetik (komunikasi induksi) atau komunikasi radio elektrik menujubase stationataureaderatau radio tag lainnya.Transceiver deviceyang secara aktif memancarkan dan menerima data digital dengan menyediakan daya pada sebuah

antena.

Salah satu pengembangan dari transceiver adalah teknologi RF tag yang juga

dikenal dengan nama transponder. Aspek utama sistem RF terdiri dari 3 bagian

yaitu transponder (transmitter/ responder),reader, dan antena.Transmitter

merupakan alat yang berfungsi memancarkan sinyal Radio-Frekuensi.

(http://www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/makalah/ict/ref/RFID.pdf)

2.2 Karakteristik Radio Frequency (RF)

Jenis-jenis RF terdiri daripassive tag,semi-active, danactive tag

(mikrokontroller berbasis wireless divais, termasuk kemungkinan untuk

mengindera). Transponder aktif menggunakan baterai internal, sedangkan

transponder pasif menggunakan eksternalpower supply.

Dengan menggunakan ISM (Industrial, Icientific and Medical), frekuensi berkisar antara 125 kHz sampai 5,8 GHz, yang memungkinkan untuk dilakukan

penyesuaian keseluruhan sistem untuk kebutuhan yang spesifik. Jarak separasi

antara reader dan tag memainkan peranan penting dalam pemancaran sinyal pada

(17)

berkala, antena direksional digunakan untuk membatasifield-of-view, dan sehingga reader memiliki zona resolusi (www.hoperf.com)

Pada manajemen riset dan konservasi, radio tag merupakan miniatur

transmiter yang digunakan untuk memantau pergerakan hewan. Transponder

merupakan fasilitastransmitter-receiveryang berfungsi untuk memancarkan dan menerima sinyal secara otomatis (Nostrand, 1968).

Transponder aktif terdiri dari baterai. Transponder pasif mendapat suplai

listrik dari energi sinyal yang diterima. Transponder pasif dirancang untuk

dioperasikan pada beberapa frekuensi, diantaranyaLow Frequency(LF, 30-300 KHz) dan HF sampai VHF,Ultra High Frequency(UHF, 300-3000 MHz) dan radar (Super High Frequency,(SHF, 3-30 GHz) (Douglas, 1998)

Berdasarkan panduantrackingdari Crasswell, terdapat beberapa aspek dari cara gelombang radio dapat mempengaruhi prinsip kerja radio-tag. Hal ini penting

dilakukan sebelum memulai proses tracking, adapun aspek tersebut termasuk:

1) Atenuasi, kekuatan sinyal direduksi/berkurang dengan adanya vegetasi

seperti pepohonan. Sinyal melemah dengan cepat, atau bahkan hilang

semuanya, jika tag berada di belakang gedung atau pegunungan.

2) Refleksi, gelombang radio dapat direfleksikan secara baik dengan tebing,

sisi bukit, kayu, dan gedung. Hal ini dapat mengecoh pengamat/tracker

dengan dihasilkannya impresi/jejak tag yang salah.

3) Difraksi, merupakan proses yang memungkinkan gelombang radio

dideteksi secara perlahan di luar batas kisaran transmiter dari suatu objek

yang tidak dapat ditembus. Bagaimanapun, difraksi juga dapat

(18)

dan dapat mempersulit untuk mendapatkan hasil yang akurat untuk sinyal

yang timbul dari kayu menuju “Fresnel Zone” yang dapat diperpanjang

sekitar 50 meter keluar area.

4) Polarisasi, merupakan proses pergerakan gelombang radio secara osilasi

menuju arah tertentu dan saling tegak lurus satu sama lain dan tegak lurus

terhadap arah rambatan. Ketika gelombang radio mencapai antena maka

secara horizontal atau vertikal akan dipolarisasikan, dan untuk penerimaan

sinyal terbaik elemen pada antenna semestinya berada pada orientasi yang

sama. Hal ini penting jika kita kehilangan jejak tag, karena dengan posisi

antenna yang vertikal saja memiliki sinyal yang lemah apalagi dengan

posisi horizontal.

Performa dan kemampuan fungsional atau daya gunanya yang terjadi

tergantung pada frekuensi divais. Frekuensi akan mengubah kemampuan radio-tag

pada lingkungan yang kasar (ekstrim), yang dekat dengan air, atau material

konduktif, selama kisaran tag dan konsumsi daya dan daya tahan baterai.

Pada umumnya instrumen RF menggunakan modulasibackscattersebagai metode transmisi frekuensi radio. Sebagai mode komunikasi, yang tergantung

pada level perangai (kopling) diantara antena reader dan tag.

Empat fungsicarrier(gelombang modulasi/pembawa) pada radio tag:carrier

berisi masukan aliran data digital, beberapa kasuscarrierhanya menampakkan fungsi logika untuk menghidupkan dan mematikan, serta mengaktifasi transmisi

dari tag.

1. carriermerupakan sumber daya bagi divais. menerima sinyalcarierdari

(19)

menyediakan daya untuk rangkaian yang terintegrasi dan logika pada

divais.

2. carrierberperan sebagaiclockdantime baseuntuk menggerakkan logika dan sirkuit di dalam IC. Dalam beberapa kasus sinyal pembawa dibagi

untuk menghasilkan kecepatanclockyang lebih rendah (lower clock speed)

3. carrierjuga dapat berperan sebagai frekuensi dan fase referensi (acuan) untuk radio dan pemrosesan sinyal. Alat penanda dapat menggunakan koil

untuk menerima sebuah karir pada frekuensi yang tepat dan fase acuan

untuk sirkuit dalam radio tag untuk komunikasi di balik koil kedua untuk

reader/writeryang akan membuat pemrosesan sinyal menjadi akurat. Keberhasilan transmisi data tergantung pada kualitas sinyal yang

ditransmisikan dan karakteristik media transmisi. Transfer data terjadi antara

transmiter(pemancar) danreceiver(penerima) melalui beberapa media transmisi seperti di bawah ini:

1. Hardwire/ kawat keras /guided media. Media yang dituntun karena gelombang-gelombang dituntun melalui jalur fisik.

2. Softwire/ kawat lunak /unguided media. Media yang tidak dituntun, menyediakan suatu divais untuk mentransmisi gelombang elektromagnetik

tetapi tanpa menuntunnya, melalui udara, hampa udara dan air laut.

2.3 Persamaan Daya dan Jarak

Daya yang sesuai diterima oleh tag ditentukan dengan Persamaan Jarak (1).

(20)

komunikasi dimulai dengan penentuan sumber radiasi isotropik. Sumber isotropik

mengemisi daya secara bersamaan di segala arah.Densitas poweruntuk sebaran (Jurnal RFID Radio Circuit Design in CMOS)

( ) =

4 Watt/ m (1)

2.4 TransceiverRFM12B

Berdasarkan situs produsen RFM (Radio Frequency Module)

www.hoperf.com, modultransceiverRFM12B menjadi popular saat ini karena harganya yang terjangkau dibandingkan modul lainnya di pasaran. Tetapi

beberapa orang menghadapi berbagai kesulitan ketika hendak menjalankan alat ini

jika berdasarkan pemrograman yang disediakan oleh pabrik.

RFM12B mendukung sebuah perintah antarmuka untuk mengatur frekuensi,

deviasi, keluaran, serta tingkatan data. Untuk hal tersebut tidak membutuhkan

pengaturan ketika menerapkan frekuensi yang diinginkan.

(21)
(22)

multi-band PLLsynthesizer, PA dengan pengaturan antena, sebuah LNA dengan

switch-able gain,I/Q down converter mixes, baseband filterdanamplifier, dan sebuah I/Q demodulator yang disertakan dengan filter data.

2.4.1 Antena

Antena adalah transformator / struktur transmisi antara gelombang terbimbing

(saluran transmisi) dengan gelombang ruang bebas atau sebaliknya. Sekarang

antena adalah salah satu elemen penting yang harus ada pada sebuah teleskop

radio, TV, radar, dan semua alat komunikasi lainnya yang menggunakan sinyal.

Jenis-jenis antena antara lain omni, parabolik, grid, dan sektoral.

Fungsi antena adalah untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal

elektromagnetik, lalu meradiasikannya (pelepasan energi elektromagnetik ke

udara / ruang bebas). Sebaliknya, antena juga dapat berfungsi untuk menerima

sinyal elektromagnetik dari ruang bebas dan mengubahnya menjadi sinyal listrik.

Pada radar atau sistem komunikasi satelit, sering dijumpai sebuah antena yang

melakukan kedua fungsi (peradiasi dan penerima) sekaligus. Fungsi antena pada

teleskop radio hanya menjalankan fungsi penerima saja (Mufti, 2001).

Panjang antena ditentukan berdasarkan pabrik yang memproduksi antenna.

Untuk tipe RFM12B dengan band sebesar 915 Mhz, panjang antena yang

dibutuhkan 87 mm. Sumber lain mengatakan untuk 916 MHz, kawat yang

memiliki panjang 2.25 inchi (57 mm) akan menyediakan sebuah impedansi yang

baik jika ada campur tangan. Pastikan antena terpisah dari sirkuit lain dan ground,

(23)

ground. Sedangkan voltase RF dapat terinduksi pada jarak yang relatif dekat

(www.hoperf.com /upfile/antennas_module).

Beberapa panjang kawat yang dapat dijadikan acuan berdasarkan frekuensi

panjang gelombang seperti tertera di Tabel 1.

Tabel 1. Panjang Kawat Berdasarkan Frekuensi dan Panjang Gelombang

433 MHz 868 MHz 915 MHz

¼ gelombang 164.7mm 82.2mm 77.9mm

½ gelombang 329.4mm 164.3mm 155.9mm

gelombang penuh

692.7mm 345.5mm

-Sumber: http://talk.jeelabs.net/topic/12 (2010)

2.5 Mikrokontroler ATmega8535

ATmega8535 merupakan chip yang menggunakan kemasan PDIP, tidak jauh

berbeda dengan kemasan yang lain seperti (TQPF, QFN/MLF). Mikrokontroller

ini memiliki 40 pin kolektor. Port I/O 8-bit dengan resistorpull-up internaltiap pin.Buffer portmemiliki kapasitas meyerap (sink) dan mencatu (source). Yakni terdiri dari PortA, PortB, PortC, dan PortD. Masing-masing port memiliki 1

grounddan 1 Vcc dan P7.. P0.

Sinyal Clock merupakan pecahan dari osilator kristal dan dapat diaplikasikan

pada MCU clock untuk menyimpan second kristal. Jika tidak digunakan maka

atur bit “dc” untuk men-disable output clock. Untuk mengintegrasikan beban kapasitas internal tidak hanya dapat hemat biaya, namun juga dapat mengatur

(24)
(25)

2.7 Handy Transceiver

Handy Transceiver(HT) adalahtwo-wayradio transceiver yang portabel atau yang mudah dibawa-bawa. Ciri umumnya meliputi sebuah kanalhalf-duplexdan

push-to-talk(PPT) yang mengawali proses transmisi.Half-duplexyaitu pada satu waktu hanya terdapat satu radio yang memancarkan gelombang. Sedangkan

tombol PPT yang mengawali proses transmisi. Tipikal HT menyerupai seperti

telepon genggam yang dilengkapi sebuah antenna di bagian atasnya.Hand-held transceiversmemungkinkan untuk digunakan demi keperluan komunikasi antara dua pengamat, atau dengan base station (Silver,2005).

2.8 Perangkat Lunak Wavelab

Wavelab merupakan perangkat lunak audio yang beroperasi dengan system

operasi Windows. Wavelab mampu menampilkan gelombang suara dalam bentuk

grafik yang sesuai dengan kondisi gelombang suara tersebu. Data yang diperoleh

memiliki beberapa format yaitu wave (wav.), AIFF, AU, MP3, MP2, RAW,

Windows Media, AES-31. Perangkat lunak ini dapat mengolah audio profesional

dan menampilkan suara dalam grafik 3D, durasi, intensitas, dan frekuensi

(Steinberg,2006).

2.9 Medan Magnet

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau

tidak ada medium. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan

beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang gelombang, frekuensi,

(26)

panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak. Karena kecepatan energi

elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan

frekuensi berbanding terbalik.

Beberapa ciri gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut

1. Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang

bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan minimum

pada saat yang sama dan pada tempat yang sama. Ini merupakan ciri

gelombang transversal.

2. Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya

tegak lurus terhadap arah rambat gelombang.

3. Seperti halnya gelombang pada umumnya, gelombang elektromagnetik

mengalami peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi, dan difraksi. Juga

(27)

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian prototipe transmiter Radio Frekuensi dan pola radiasi Held-Transceiverdilaksanakan mulai bulan Juni 2009 sampai dengan Maret 2011. Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi

Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK, IPB.

3.2 Bahan dan Alat

Pada penelitian yang berjudul Perancangan Prototipe Radio Tag dan

Pemrogramannya (Penentuan Pola Radiasi dan Arah Pancar MenggunakanHandy Transceiver) terdapat dua bagian. Penelitian pertama merupakan rancangan transmiter berbasis mikrokontroler. Penelitian kedua merupakan percobaan sistem

wireless menggunakan teknologi RF yaituhandy transceiver. Bahan dan alat yang digunakan seperti yang dipaparkan berikut ini.

3.2.1 Bahan

Pada perancangan prototipe radio tag terdapat beberapa bahan yang

digunakan. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan Penelitian

Bahan Penelitian 1. Perancangan

Radio Tag

RF-tag adalah PCB, antena koil, resistor, LED, unit

(28)

kabel jumper,black-housing, baterai, dan kawat timah.

2. Penentuan Pola Radiasi dan Pendugaan Jarak

SepasangHeld Handy Transceiver, kaleng berdiameter 15 cm, dankabel jack.

3.2.2 Alat

Pada perancangan prototipe radio tag terdapat beberapa alat yang digunakan.

Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3. Alat Penelitian

Alat Penelitian 3. Perancangan

Radio Tag

Catu daya, bor, solder, tang, obeng, dll. Perangkat keras

yang digunakan adalah laptop atau unit komputer beserta

downloader. Laptop atau komputer disertai dengan

perangkat lunak yang berupa programBasic Compiler

(BASCOM)

4. Penentuan Pola Radiasi dan Pendugaan Jarak

Alat-alat yang mendukung percobaan sistem wireless

yang berupa perangkat keras adalah Laptop. Sedangkan

perangkat lunak yang digunakan terdiri dari Wavelab dan

MS.Excel

3.3 Perancangan Alat

(29)

Gambar 3. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Secara Umum

Perancangan prototipe mencakup perancanganhardwaredan pemrograman sebagai pendukunghardware.

1. PerancanganHardware

Pada proses perancanganhardwarediperlukan bahan dan alat seperti yang telah disebutkan pada nomor 3.2. Perancanganhardwaredimulai dengan menghubungkan pin-pin transceiver dengan mikrokontroler. Konfigurasi pin

untuktransmitterseperti yang ditunjukkan Gambar 4. Integrasi

Mulai

Selesai

PerancanganHardware Pemrograman

(30)

Gambar 4. Konfigurasi Pin ATMEGA8535 dan RFM12B

2. Pemrograman

Softwareuntuk mengoperasikan sistem ditulis dalamfileBASCOM (Basic Compiler). Tahap paling pertama dalam perancang prototipe difokuskan pada bagaimana cara bekerjanya transmiter meradiasikan gelombang radio

kemudian diterima oleh radio siaran. Konsep dasar untuk langkah-langkah

pembuatansoftwaredapat dilihat pada Diagram alir software Gambar 5. 3. Diagram Demo Transmitter

Setelah inisialisasi RFM12B, bukatransmitterdan gunakan nIRQ sebagai datarate clock. MCU menulis bit data dalam FSK pada nIRQ batas jatuh temponya (falling edge). Demotransmitterdanreceivermemiliki perbedaan.

ATMEGA8535 PB1 (T1) PA1 (ADC1) PB2 (AIN0) PA2 (ADC2) PB3 (AIN1) PA3 (ADC3) PB4 (SS) PA4 (ADC4) PB5 (MOSI) PA5 (ADC5) PB6 (MISO) PA6 (ADC6) PB7 (SCK) PA7 (ADC7)

RESET AREF

VCC AGND

GND AVCC

XTAL2 PC7 (TOSC2) XTAL1 PC6 (TOSC1)

PD0 (RXD) PC5

PD1 (TXD) PC4

(31)

Berikut ini merupakan diagram alir sebagai gambaran umum untuk demo

transmitter.

Gambar 5. Diagram Alir Transmitter

Setelah inisialisasi RFM12B lalu buka transmitter, RFM12B akan

mentransmisikan 1bytedan mendorong nIRQ menuju kondisilowketika transmisi berakhir, kemudian MCU akan menulisbyteberikutnya untuk ditransmisikan.

3.4 Metoda Perolehan Data

Sebelum melakukan perekaman data, sebaiknya lakukan peredamannoise

dengan cara men-settinginput dengan menghubungkan kabel data dari Rx menuju

PC/Laptop. Kemudian mengaktifkan mode “recording” pada audio input. Demo

Inisialisasi RFM12B

Buka Tx

Kirim Data

Tutup Tx

Kirim Data

Tunggu nIRQ kondisi low

Tulis Data 1 byte

Kembali

Tidak

Ya Paket Data

(32)

Gambar 6. Diagram Alir Perolehan Data

Salah satu HT ditentukan sebagai pesawat penerima lalu disambungkan

dengan alat perekam suara berupa laptop yang telah di-installprogram Wavelab. Kemudian perekaman data dilakukan seperti yang diilustrasikan pada Gambar 7.

Data yang diperoleh berupa kurva FFT (Fast Fourier Transform) yang harus diekstrak menjadi data ASCII. Kemudian data mentah disortir sesuai yang

dibutuhkan yaitu nilai kuat pancar maksimum.

Gambar 7. Skema Perolehan Data di Lapang

Gambar 7 menunjukkan dua buah HT yang salah satunya berfungsi sebagai

transmitter(Tx) dan yang lainnya sebagaireceiver(Rx). Laptop yang berfungsi 0

Rekam data di Wavelab sebanyak 8 sudut dan

12 posisi Hubungkan alat

penerima dengan PC

(33)

sebagaireaderdihubungkan denganreceiver. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh arah maka diperlukan sebuah alat berbentuk tabung. Tabung tersebut

dimasukkan sebuah HT yang berfungsi sebagaireceiver. Arah direpresentasikan dengan sudut fase.

Metoda penyampaian data berbasis pada dua buah pesawathandy talky(HT) dan sebuah laptop. Satu HT berfungsi sebagaitransmittersinyal penanda dan HT lainnya sebagai receiver sinyal penanda. Laptop yang berfungsi sebagai pembaca

sinyal penanda, dihubungkan denganreceiver, kemudian dibaca menggunakan program wavelab 5.0. Karakter sinyal penanda diukur berdasarkan kekuatan

sinyal penanda, yang diterima menggunakanreceiverterarah. Receiverterarah diperoleh dengan cara memasukkan HTreceiverkedalam tabung logam

berdiameter 15 cm dan tinggi 15,5 cm untuk mengetahui pengaruh arah digunakan

alat berbentuk tabung. Tabung tersebut dimasukkan sebuah HT yang berfungsi

sebagaireceiver. Tabung kemudian diputar dengan penambahan sudut 45 derajat. Mulut tabung yang didalamnya terdapatreceiverdiputar searah jarum jam mulai dari 0oatau tegak lurus dengan transmiter, sampai kembali pada titik awal. Pada

penelitian ini data yang direkam adalah sebanyak 8 arah, yaitu 0o, 45o, 90o, 135o,

180o, 225o, 270o, dan 315o.

Pengukuran dilakukan dengan dua metoda. Metoda pertama adalah

(34)

3.5 Pengolahan Data

Wavelab digunakan untuk melihatpower receivedtertinggi. Power received

ditampilkan sebagai kurva spektrum suara. Selain menampilkanpower received, Wavelab memiliki format data lain berupa text yang dapat diekstrak. Hasil

ekstrasi diolah terlebih dulu di MS.Excel untuk mendapatkan data nilai-nilai

power receivedtertinggi. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang diperoleh dapat digunakan untuk mementukan plot-plot dalam diagram radar

Gambar 8. Diagram Alir Pengolahan Data

Setelah mendapatkan hasil pola radiasi dalam diagram radar, selanjutnya

dapat dilakukan pendugaan jarak antaratransmitterdanreceiver. Pertama yang dilakukan adalah penentuan sudut dugaan. Berdasarkan data sudut yang telah

diperoleh, tarik garis memanjang untuk masing-masing plot yang sederet (A,O,B).

Lalu pastikan apakah masing-masing garis saling berpotongan, sejajar, atau

berlawanan arah. Cara menghitung jarak dapat dilihat pada lampiran pertama

halaman 45.

Sortir hasil rekaman berdasarkan nilai maksimumpower received

Diagram Radar

Menduga Jarak Antara

Transmitter

danReceiver

Hitung nilai rata-rata dan standar deviasinya Rekam suara

(35)

4.1 Prototipe Transmiter

Konstruksi prototipebeaconterdiri dari satu unit mikrokontroler dan rangkaian RF transceiver yang disertai catu daya. Pada penelitian ini konstruksi

yang dibuat seperti tertera pada Gambar 9.

Gambar 9. Konstruksi 3 Dimensi Prototipe Radio Beacon

Prototipe beacon atau transmiter terdiri dari satu buah IC transceiver RFM12B

yang dilengkapi antena, mikrokontroler ATMEGA8535, LED, resistor, dan

baterai 6 Volt. Untuk lebih detail dapat diperhatikan pada Gambar 10 dan 11.

4cm

8 cm

mikrokontroler Project board yang memuat rangkaian

(36)

Gambar 10. Skema Tata Letak Tampak Atas Pada Project Board

Gambar 10 merupakan skema tata letaktransmittertampak atas. Hasil rancangan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Hasil Rangkaian

Jenis receiver yang digunakan adalah radio yang telah lazim digunakan

untuk menangkap siaranbroadcast. Devais tersebut berfungsi sebagai penerima

3

5 1

2

4 Keterangan :

1. antena koil 2. LED

3. Transceiver RFM12B 4. Resistor

(37)

sinyal-sinyal yang dipancarkan transmiter. Pada saattransmittermemancarkan sinyal radio,receivermendeteksi sinyal lalu menghasilkan suara detak dengan

delaysekitar 100 ms.

4.1.2 Hasil Integrasi Hardware

Beaconatau transmiter tidak dapat berguna jika bekerja sendiri. Untuk mendeteksi sinyal yang dipancarkannya maka diitegrasikan bersama devais

lainnya seperti PC dan radio.

Gambar 12. Skema Integrasi antara prototipe transmiter, radio, dan PC

Transmittermengirimkan sinyal secarawirelessmenujureceiver. Sedangkan receiver mengirimkan data melalui kabel serial menuju PC. Hasil ditampilkan

dalam grafik spektrum dan kurva FFT.

2

(38)
(39)

Yakni, jika pada jarak antara dua stasiun terdapat objek–objek yang lebih

tinggi dari pancaran gelombang radio maka sinyal melemah akibat adanya

penghalang yang lebih tinggi dari pancaran gelombang. Sehingga sinyal yang

diterimareceivermerupakan sinyal hasil refleksi.

Hal ini akan mengganggu pengamat untuk menentukan dimana posisi Tx.

Selain itu sinyal lemah atau yang tidak terdeteksi dapat dipertajam lagi dengan

menambahkan elemen yang dapat mengkonsentrasikan sinyal menuju antena

seperti ditunjukkan pada Gambar 14.

Untuk mendapatkan hasil yang baik perlu dilakukan percobaan dengan sudut

counterpoise. Yakni mengatur arah antena (membangun directional antenna) dalam kondisi marginal, memperpanjangcounterpoise. Caranya dengan

menambahkan kawat atau bahan konduktor untuk mengatur kualitas penangkapan

sinyal yang radiasikan. Seperti yang ditunjukkan Gambar 14 dengan kedua kutub

antena dibuat membentuk huruf ”V” seperti yang ditunjukkan nomor 1 pada

Gambar 14.

Gambar 14. Prototipe Transmiter, Radio, dan Elemen “V”

1

2

jarak

Keterangan 1. Elemen V 2. Radio 3. Prototipe

1

2

(40)

Pada dasarnya antena tidak mampu meningkatkan kekuatan sinyal radio

karena antenna merupakan alat pasif yang tidak dapat berfungsi jika tanpa adanya

power supply. Antena hanya membantu mengkonsentrasikan dan memfokuskan sinyal.

Sebuah antena adalah bagian vital dari suatu pemancar atau penerima yang

berfungsi untuk menyalurkan sinyal radio ke udara. Panjang antena secara efektif

adalah panjang gelombang frekuensi radio yang dipancarkannya. Antena setengah

gelombang adalah sangat poluler karena mudah dibuat dan mampu

memancarkan gelombang radio secara efektif.

4.1.3 Pengukuran Kuat Sinyal (Berdasarkan Jarak Horizontal, Vertikal, dan Posisi Antena)

Selanjutnya dapat diteliti bagaimana pengaruh jarak dan posisi antena

terhadap kuat sinyal. Pada jarak 0-1 meter, sinyal dapat ditangkap dengan baik

olehreceiver.Akan tetapi pada saat tag dijauhkan dari receiver maka kuat sinyal akan melemah.

Keterangan: Tx: Pemancar Rx:Penerima

Gambar 15. Skema Pengukuran Sinyal Berdasarkan Jarak

Jika kita membandingkan kekuatan sinyal berdasarkan posisi antena yakni

pada posisi horizontal dan vertikal. Jarak antara Rx dan Tx usahakan sama, seperti

yang diilustrasikan pada Gambar 15

r2 r1

TX2 TX1

(41)

Gambar 16. Skema Pengukuran Sinyal Berdasarkan Posisi Antena

Jika antena Rx diposisikan horizontal, maka kuat sinyal akan berubah,

yakni mencapai maksimum saat Tx berada di sekitarnya, dan akan mencapai

minimum saat Tx menjauhinya.

Pada saat transmiter dinyalakan, alat ini akan mentransmisikan sinyal

dengan frekuensi yang telah di-settingdari pabriknya yaitu 915 MHz. Sinyal yang terdeteksi akan menghasilkan bunyi detak dengan waktu tunggu 100 ms. Lalu

pada radio, kita pantau sinyal yang diterima pada frekuensi 67, 88, 99, dan 101

MHz. Jika kita perhatikan, frekuensi dari sinyal yang transmisikan dan frekuensi

yang diterima radio memiliki nilai yang jauh berbeda.Bandwidthtransceivernya sendiri hanya bernilai 67 MHz.

Readermengirimkan sinyal dan menerima sinyal menuju dan dari Tx. Kemudian sebuah mikroprosesor memeriksa dan menyandikan data, serta

menyimpan data dalam memori.Readerdapat menjadi bagian dari pengendali dan sebagai alat pemrosesan data.Readermengemisi gelombang radio pada area

Posisi antenna horizontal Posisi antenna

vertikal

Rx

Tx

(42)

transmisi, yang tergantung pada frekuensi yang digunakan oleh sistem dan ukuran

antenna.

Transmittermemiliki antena kecil, yang rangkaian modulasinya terdiri dari chip IC untuk mengendalikan komunikasi kepada reader, dan memori non-volatileberisi data untuk ditransmisikan ke reader pada saat diaktivasi. Jumlah data dari yang disimpan pada tag berkisar dari 8 sampai 16 Kbit.

Untuk menguji fungsionalitas sistem diberikan sebuah indikator yang

disambungkan padareader. Padareadertersebutlah akan terjadi komunikasi dengan tag, kemudian indikator LED akan aktif.

Radio Data Transceiver yang digunakan memiliki frekuensi 915 MHz.

Kode-kode yang diprogram padahardwareakan memanfaatkan data serial dari PC dan mengkonversinya menjadi frekuensi radio. Setelah sinyal radio diterima

devais mengkonversi frekuensi radio kembali menuju serial.

Antena berkaitan dengan pola radiasi, pola arah pancaran dan polarisasi.

Karakter-karakter ini umumnya sama pada sebuah antena, baik ketika antena

tersebut menjadi pemancar atau menjadi penerima untuk suatu frekuensi,

(43)
(44)

untuk radio komunikasi jarak dekat dan beroperasi pada frekuensi 100-300 Mhz.

Gelombang radio yang dipancarkan membentuk garis lurus (horizontal).

Analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaituforwarddanbackward.

Forwardmerupakan bagian depan yakni di lintang utara. Bagianforward

merupakan kondisi dimana Tx dan Rx saing berhadapan, sedangkanbackward

sebaliknya. Masing-masing bagian dibagi lagi berdasarkandirectivitymenjadi lima arah. Yaitu 0, 45, 90, 135, dan 180 untuk forward dan 0, 45, 90, 135, dan

-180 untuk backward.

Gambar 18. Acuan Arah Pancar Tx terhadap Rx

Gambar 19 merupakan tiga posisi pemancar terhadap penerima. Gambar

A, O, dan B dimana posisi pemancar dan penerima membentuk segitiga siku-siku.

Letak pemancar terhadap penerima pada masing-masing gambar adalah A,

pemancar berada di sebelah kanan penerima, B pemancar berada di sebelah kiri

penerima, dan O menjadi titik acuan dengan pemancar yang berada tegak lurus

terhadap penerima.

90

-90

-45 180

45 135

0 -180

-135

S N

(45)

Guna mengetahui perubahan arah pancar dengan bertambah jauhnya posisi

pemberi sinyal terhadap penerima sinyal, maka perlu dilakukan penentuan plot

terlebih dulu. Salah satu contoh sketsa posisi yang dapat dibuat seperti gambar 19.

Gambar 19. Sketsa Posisi Pemancar (Tx) dan Penerima (Rx)

Pada percobaan terdapat jarak antara Rx yang menjadi patokan (titik B) dan

Rx lainnya (titik A dan C). Dimana pada percobaan pertama, setiap penambahan

jarak TX maka tidak RxA dan RxB tetap pada posisi semula yaitu 1,5 m dan RxO.

O

A B

r = 3m

Rx Rx Rx

Tx

Tx

Tx

(46)

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data nilai output sinyal

sebanyak 12 plot. Hubungan antara penambahan jarak dengan nilai output sinyal

seperti yang ditampilkan Gambar 20. Grafik menampilkan adanya perubahan

yang signifikan antara meter ke tiga dan meter ke enam. Penurunan nilai yang

cukup tajam jika dibandingkan dengan jarak lainnya. Dari pola grafik tersebut

menunjukkan bahwa setiap terjadi penambahan jarak. Perubahan nilai pada saat

transmisi akan ditampilkan secara linear.

Gambar 20. Hubungan Antara Jarak dan Nilai Rata-rata Power Received Gelombang Radio

Grafik hubungan jarak dan standar deviasi memiliki pola yang terbalik jika

dibandingkan dengan nilai rata-rata. Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap

penambahan jarak, maka kesalahan yang terjadi pada saat transmisi bertambah

tinggi. Nilai yang menurun paling signifikan terjadi mulai meter ke tiga menuju

meter ke enam yang mengalami perubahan yang signifikan.

5.80E+07

Grafik Hubungan Antara Jarak dan Nilai Power Received

(47)

Gambar 21. Grafik Hubungan Antara Jarak dan Standar Deviasi

Jika kedua kurva pada Gambar 20 dan 21 diamati, maka terlihat polatrendline

yang saling berlawanan. Pada dasarnya nilai power received akan semakin

menurun setiap alat penerima dijauhkan dan semakin meningkat jika didekatkan.

Hal ini disebabkan pada saat gelombang radio merambat terjadi pelemahan di

udara akibat adanya parameter-parameter tertentu.

Dengan demikian meningkatnya kesalahan atau error pada pada saat transmisi

akan seiring pertambahan jarak disebabkan hal yang sama yaitu terjadinya

atenuasi pada saat perambatan di udara. Parameter lain dapat berupa absorbsi

karena adanya hambatan diudara seperti adanya molekul dan partikel, kelembaban

diudara, dan perbedaan suhu.

Hal ini selaras dengan pernyataan Kenward. Yakni gelombang radio memiliki

persamaan dengan gelombang cahaya. Hal yang mungkin terjadi pada dua jenis

gelombang ini adalah refeksi, refraksi, difraksi dan interferensi. Intensitas sinyal

0.00E+00 1.00E+07 2.00E+07 3.00E+07 4.00E+07 5.00E+07 6.00E+07 7.00E+07

0 5 10 15

Grafik Hubungan Antara Jarak dan Standar Deviasi

(48)

66.8

berkurang dengan pertambahan jarak daritransmitterberdasarkan hukum kebalikan kuadrat, dimana kekuatan sinyal akan melemah sampai 75% jika jarak

semakin jauh dari sumber suara.

4.2.1 Pola Radiasi dengan Diagram Radar

Diagram radar atau diagram polar merupakan sebuah metode grafis untuk

menampilkan data yang bersifat multivariasi. Data yang ditampilkan

merepresentasikan pada sumbu yang dimulai pada titik pusat yang sama. Nilai

power receiveddigunakan untuk membuat diagram radar. Oleh sebab itu, dengan adanya radar plot tersebut maka dapat diketahui arah pancaran maksimum di

setiap posisi pengambilan data. Penelitian ini mengambil dengan 12 posisi

berbeda. Adapun hasil plot dari masing-masing posisi dibuat dalam 12 diagram

radar pada Gambar 22.

3A 3O 3B

6O 6B

(49)

56.5

55.9 56.2 56.4

56.3

Gambar 22. Diagram Radar

Dari 12 hasil dapat diamati bahwa kuat pancar tertinggi secara langsung dapat

menggambarkan radius maksimum yang dapat dicapai gelombang radio saat

merambat di udara. Selain itu dapat dilihat pola radiasi gelombang radio yang

terbentuk tidak beraturan. Dengan kata lain radiasi gelombang radio merambat ke

segala arah namun tidak merata. Pola radiasi antara bagian depan dan belakang

pada umumnya seragam, namun dari hasil dapat dilihat terjadi perbedaan.

Hal ini disebabkan jarak yang ditempuh gelombang radio dari pesawat

pemancar menuju penerima terlalu dekat. Pada saat gelombang radio sampai,

gelombang radio yang diterima memiliki kapasitas yang overload.

(50)
(51)

medan listrik dan magnet tersebut berubah secara sinus dan mempunyai frekuensi

seperti frekuensi getaran listrik. Getaran-getaran dalam sebuah pesawat pemancar

yang dibangkitkan oleh rangkaian osilator (pembangkit getaran) diperkuat lalu

disalurkan ke antena untuk dipancarkan ke udara.

Akibat perambatan gelombang radio di udara, maka timbullah gejala-gejala

yang mencakup pemantulan, pembiasan, difraksi, polarisasi seperti halnya pada

cahaya. Seperti yang diungkapkan oleh Hukum Coulomb yaitu muatan listrik

menghasilkan medan listrik yang kuat. Hukum Bio-Savart berbunyi aliran muatan

(arus) listrik menghasilkan medan magnet di sekitarnya. Hukum Faraday

berbunyi perubahan medan magnet dapat menimbulkan medan listrik.

Gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya memiliki pengaruh pada kualitas

propagasi. Parameter lain dapat mempengaruhi kualitas propagasi. Absorbsi atau

koefisien atenuasi akibat adanya molekul air, partikel, kelembaban diudara, dan

perbedaan suhu. Gejala-gejala tersebut merupakan beberapa hambatan dalam

propagasi gelombang radio yang telah terungkap. Dengan demikian perlu

dilakukan tindakan untuk mengantisipasi pengaruh tersebut dengan pengambilan

data saat kondisi cuaca cerah, sehingga gelombang radio yang diterima memiliki

kualitas yang baik

4.2.2 Pendugaan Jarak AntaraTransmitterdanReceiver

Selanjutnya adalah melakukan pendugaan jarak antaratransmitter dan

receiver. Rumus penentuan sudut dugaan dan penentuan jarak alat penanda pesawat pemancar terhadap penerima (∆y).Hasil perhitungan sudut-sudut dapat

(52)

= ∑ ( )

∑ ………...………….……(3)

Setelah melakukan pendugaan sudut yang memiliki nilai kuat pancar

tertinggi, maka dapat ditentukan beberapa posisi yang memungkinkan untuk

diprediksi. Penentuannya dengan melihat hasil sudut dugaan pada Tabel 2.

Tabel 4. Sudut Dugaan Pada Diagram Radar

Tabel 2 merupakan hasil hitung pendugaan sudut yang memiliki arah pancar

maksimum. Keterangan “ya” dan “tidak” berarti ada atau tidaknya kemungkinan

terbentuknya perpotongan garis yang terbentuk dari arah maksimum yang telah

diperoleh.

Untuk menduga jarak yang ditempuh sinyal daritransmittermenujureceiver

dengan menggunakan rumus:

ŷ1=∆ŷ2………(4)

tanα*∆x1=tan β*(∆x1+∆x2)………...……(5)

Depan Belakang

3A 3O 3B 3A 3O 3B

89.66 90.32 90.23 -90.57 -90.43 -90.31

tidak ya ya tidak tidak tidak

6A 6O 6B 6A 6O 6B

90.14 90.15 90.28 -90.34 -88.70 -90.17

tidak ya ya tidak ya ya

9A 9O 9B 9A 9O 9B

89.97 90.26 90.17 -90.31 -90.18 -90.28

tidak tidak tidak tidak ya ya

12A 12O 12B 12A 12O 12B

90.17 90.28 90.12 -90.25 -90.22 -90.12

(53)

Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut, maka jarak antara pemancar

dan penerima dapat ditentukan. Hasilnya seperti yang ditunjukkan Tabel 3.

Tabel 5. Jarak Pancar Dugaan

Hasil yang diperoleh memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan jarak

aktual. Kesalahan ini disebabkan jarak aktual antara pesawat pemancar dan

penerima terlalu dekat. Adanya medan magnet disekitar yang timbul di sekitar

pesawat pengirim dan penerima saling mempengaruhi.

Intensitas gelombang tersebut merupakan fungsi jarakrdari sumber suara. Nilaipower receivedsuatu sumber gelombang bunyi bergantung pada jenis atau tipe sumber tersebut. Gelombang akan merambat lurus dari transmiter menuju

receiver. Pada saat terdapat halangan dan dapat menyebabkan interferensi destruktif oleh obyek halangan yang diterimareceiver.

Selain itu, garis lurus yang terbentuk antara antenna pemancar dan penerima

atau RF Line Of Sight (RF LoS) akan membentuk zona Fresnel. Pada zona

Fresnel, zona gasal memiliki interferensi konstruktif dan zona genap memiliki

interferensi destruktif. Hal ini terjadi karena halangan pada zona Fresnel pertama

akan menghasilkan sinyal dengan fasa 0-90 derajat, pada zona kedua berkisar

antara 90-270 derajat, zona ketiga berkisar antara 270-450 derajat dan seterusnya.

Forward Backward

3O 3B 6O 6B

954.9075 m 439.4503 m

9O 9B 9O 9B

954.916 m 859.4226 m

12A 12B

(54)

-5.1 Kesimpulan

Prototipe transmiter yang menggunakan frekuensi 915 MHz dapat

mentransmisikan sinyal secara horizontal. Pulsa yang ditransmisikan dapat

diketahui dengan adanya bunyi detak pada receiver/radio siaran. Radio yang dapat

menangkap sinyal ini dapat detuning pada frekuensi 66,7, 99,8 dan 104 FM.

Pola radiasi dan pendugaan jarak, terdapat perbedaan berdasar 3 posisi

yang telah ditentukan. Nilai power received akan menurun seiring dengan

pertambahan jarak. Hal sebaliknya terjadi pada standar deviasi yang akan

meningkat dengan adanya pertambahan jarak. Dari pengamatan dapat diketahui

bahwa pada saat transmisi gelombang radio merambat ke segala arah. Namun

terdapat arah tertentu yang memiliki daya pancar paling dominan. Jarak yang

dihitung berdasarkan kuat pancar yang diterima receiver memiliki nilai yang

tinggi dan berbeda jauh dari jarak sebenarnya.

5.2 Saran

Setelah mengetahui sistem bekerjanya radio komunikasi, maka prototipe

hasil penelitian sebaiknya ditingkatkan lagi dalam hal penguatan daya transmisi

sinyal sehingga dapat memperluas jarak jangkauan sinyal. Selain itu perlu

menggunakan komponen yang berukuran lebih kecil sehingga struktur lebih

(55)

Untuk penelitian kedua sebaiknya ditambahkan lagi skenario berupa jarak,

posisi, frekuensi terutama kisaran sudut. Supaya penajaman hasil dan tampilannya

(56)

Atmel. 2006.8-bit Microcontroller with 8K Bytes In-System Programmable Flash

http://www.atmel.com/dyn/resources/prod_documents/doc2502.pdf [03 April 2009]

Basalamah. A. dan O. W. Purbo. 1994.Sepintas Wireless Spread Spectrum Radio Untuk Internet Berkecepatan Tinggi. Computer Network Research Group (CNRG) ITB.

http://www.scribd.com/doc/47298026/sepintas-wireless-spread-spectrum radio-untuk-internet-berkec [13 Desember 2010]

Caldwell. D. K. 1980.Some Aspects of Nesting Behavior of Atlantic loggerhead sea turtle based primarily on tagging returns. Jurnal Integrative and

Comparative Biology, vol 20 (3): 507-523

Carr. A. P. Ross. and S. Carr. 1974.Internesting behavior of the Green Turtle. Chelonia midas at a Mid-ocean Island Breeding Ground. Copeia, vol 1974 (3) : 703-706.

Cresswell, B. 2009.Practical Radio Tracking. Biotrack Ltd. Dorset. Danielson, G.L. dan R.S. Walker. 1982.Radio System for Technician (3).

Butterworths. Cincinnati.

Douglas, M.E. 1998.Miniature radio frequency transponder technology suitability as threatened species tags. Department of Conservation, Otago. Glidden, R., C. Bockorick, S.Cooper., C. Diorio, D. Dressler, V. Gutnik, C.

Hagen, D. Hara, T. Hass, T. Humes, J. Hyde, R. Oliver, O. Onen, A.

Pesavento, K. Sundstrom, dan M. Thomas. 2004.Design of Ultra-Low-Cost UHF RFID Tags for Supply Chain Applications. IEEE Communications Magazine, vol 42 (8): 140–151.

Henlia, 2006.Mengenal RFID.

http://www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/makalah/ict/ref/RFID.pdf

Hope RF Electronic.Antenna Applications for RF module.

http://www.hoperf.com/upload/rf/RFM12B.pdf [03 April 2009]

(57)

Macdonald, W. 1977.Radio-tracking : some application and limitations,In: Stonehouse, B.Animal Marking. The Macmillan Press Ltd. H. 193-204 Mufti, N. A. 2001.Modul Sistem Antena, edisi revisi. Mobile Communication

Laboratory, Jakarta.

Nuryanto, 2008.Siklus Matahari.

http://dimensi5.wordpress.com/2008/11/28/179/ [24 April 2011]

Nostrand.V. 1968.Encyclopedia of Flight

www.scribd.com/doc/37758995/Encyclopedia-of-Flight

Rao K. V. S., Nikitin P. V. and Lam S. 2005Antenna Design for UHF RFID Tags: a Review and a Practical Application. IEEE Transactions on Antennas and Propagation, vol. 53(12): 3870-3876.

Rehm., G. 2007.How To Build A Tin Can Waveguide WiFi Antena.

http://www.turnpoint.net/wireless/cantennahowto.html [20 Januari 2011]

Silver, H. W.Two-Way Radios and Scanners for Dummies. Wiley Publishing, Hoboken.

http://books.google.com/books

Sklar B., 1988.Digital Communications Fundamentals and Applications, edisi kedua. Prentice Hall. New Jersey

Steinberg. 2006.Wavelab Audio and Mastering Suite

http://www.steinberg/product/wavelab.html [25 Desember 2010]

Stephen. 2009.Wire antenna lengths

http://talk.jeelabs.net/topic/12 [2 April 2010]

Sundaresan K., P. E. Allen, and F. Ayazi, 2006.Process and temperature

compensation in a 7-MHz CMOS clock oscillator. IEEE Journal of Solid-state Circuits, vol 41(2): 433-442.

(58)

Lampiran 1. Perhitungan Jarak AntaraTransmiterdanReceiver

Rumus pendugaan arah pancar maksimum:

= ∑ ( )

x= x*tanβ/(tanα-tanβ)

*Untuk 6O dan 6B

y1=x*tan α dan y2=x*β

y= tanβ/(1,5+ x)

Forward Backward

89,68o 89,77o

89,74o 89,83o 88,7o 89,83o 89,83o 89,88o 89,82o 89,72o

x 1,5+ x x 1.5+ x

3,8332 5,3332

2,8333 4,3333 * *

3,5999 5,0999 2,6999 4,1999

6O (β) 6B(α)

1.3 0.17 88.7 89.83

y y

954,9075

(59)

Lampiran 2. Tutorial Analisis Sektrum

Sebelum melakukan proses perekaman sebaiknya lakukan tahap-tahap

(60)

1. Analisis spektrum diawali dengan perekaman gelombang suara. Pertama buka

Wavelab, klik tombol record pada toolbar maka akan tampil record

windows. Untuk meredam noise pada saat perekaman, aktifkan tombol

monitor audio input

Rekam suara pada saat Tx terkoneksi dengan Rx. Setelah suara direkam

simpan file dalam ekstensi wav.

2. Buka kembali file wav yang telah disimpan lalu klik tombol “Spectrum

Analyser” pada toolbar maka akan tampil window FFT meter. Lalu

(61)

kursor pada file wav, lalu amati fluktuasi gelombang, terutama pergeseran

amplitudonya.

3. Pada saat amplitudo berada pada puncak maksimum, tekan “Option” pada

window FFT meter lalu klik “Export FFT as Data ASCII”. Lalu simpan

dalam ekstensi txt. Perhatikan pergeserannya lalu ambil sebanyak 10 data

(62)

4. Buka file txt pada MS.Excel. Data yang diolah berupa frekuensi dan

intensitas. Hapus data yang lebih kecil dari 100 Hz dan data-data pada kolom

A dan D. Setelah itu urutkan nilai intensitas dari yang terbesar hingga

terkecil. Maka akan diperoleh nilai maksimum.

5. Masing-masing terdapat 10 nilai maksimum yang telah diperoleh dari 8 sudut

(63)

Lampiran 3. Tutorial Pola Radiasi

1. Pada MS. Axcel susun rata-rata kuat pancar berdasarkan arahnya.

2. Padacommand buttoninsert pilih salah satu tools untuk menentukan chart.

3. Pilih radar chart.

4. Sorot data yang ingin dibuat pola radr chartnya dengan cara klik kanan dan pilih“select data”. Lalu edit dta seriesnya dan tambahkan label.

(64)

Lampiran 4. Pemrograman Radio-Tag (Transmiter)

'************************ tx.bas *********************** '

'Test program for using the RFM12 or RFM12B '915 MHz Radio Data Transceivers.

'This code + hardware takes serial data from a PC and converts 'it to RF. A second indentical device receives the RF signal and 'converts it back to serial.

'

'This code is not ment to be a complete RF serial link. It is

'for testing and evaluating the RFM12 modules only. However with 'the addition of error detection and correction, I believe a

'reliable RF link could be relized.

'By: David Carr 'modified by: nazla

$regfile = "m8535.dat"

$hwstack = 32 ' default use 32 for the hardware stack $swstack = 10 'default use 10 for the SW stack $framesize = 40 'default use 40 for the frame space

$crystal = 4000000 ' used crystal frequency $baud = 19200 'baud rate

Const File = "tx.bas"

Const Description = "RFM12 monitor program"

Print 'new line

Print Description Print File

Print Version()

Rfm12_rst Alias Porta.5 Config Rfm12_rst = Input

Config Portb = &B1011_1110

Rfm12_cs Alias Portb.4 Set Rfm12_cs

(65)

Rfm12_sdo Alias Pinb.6 Set Portb.6

Rfm12_sck Alias Portb.7

Rx_led Alias Portb.1 Config Pinb.1 = Output

Tx_led Alias Portb.2 Config Pinb.2 = Output

Error_led Alias Portb.3 Config Pinb.3 = Output

Test_pin Alias Portd.2 Config Pind.2 = Output

Config Spi = Hard , Interrupt = Off , Data Order = Msb , Master = Yes , _ Polarity = Low , Phase = 0 , Clockrate = 4 , Noss = 1

Spiinit

Declare Sub Rfm12_spi_wrt

Declare Sub Rfm12_tx(txarray As Byte) Declare Sub Rfm12_rx(rxarray As Byte) Declare Sub Rfm12_tx_ready

Declare Sub Rfm12_rx_wait Declare Sub Rfm12_get_status_bit Declare Sub Saveflags

Declare Sub Rfm12_clear_fifo Declare Sub Rfm12_rx_on Declare Sub Rfm12_init Declare Sub Printflags

'From: RF12 Programing Guide 'Min Freq 900.72

'Max Freq 929.27 'in 2.5KHz steps '

'That makes 3800 possible frequencies 'to choose from.

'Fc = the center Freq. in MHz 'Fr = the Freq. register value. 'Fc = 900 + Fr * 0.0075 (MHz) 'Fr = (Fc - 900) * 134

(66)

Const Fr =(fc - 900) * 134 Const Fcmnd = &HA000 + Fr

'Payload can be up to 254 bytes. 'I have tested up to 128 bytes only. 'const Payload_Size = 128

Const Payload_size = 32 'const Payload_Size = 16

Const Pls_plus1 = Payload_size + 1

'make the test beacon length Payload_Size - 2

Const Beacon = "123456789012345678901234567890"

Dim Tempbit As Bit Dim Temp As Byte Dim Tempw As Word

Dim Spi_tx_wrd As Word

Dim Spi_tx_l As Byte At Spi_tx_wrd Overlay Dim Spi_tx_h As Byte At Spi_tx_wrd + 1 Overlay Dim Spi_rx_wrd As Word

Dim Spi_rx_l As Byte At Spi_rx_wrd Overlay Dim Spi_rx_h As Byte At Spi_rx_wrd + 1 Overlay

Dim Rx_status_bit As Bit

Dim Rxbuffer(pls_plus1) As Byte

Dim Rxstring As String * Payload_size At Rxbuffer(1) Overlay Rxbuffer(pls_plus1) = 0

Dim Txindex As Byte

Dim Txbuffer(pls_plus1) As Byte

Dim Txstring As String * Payload_size At Txbuffer(1) Overlay Txbuffer(pls_plus1) = 0

Dim Timeout As Word Dim Cmnd As String * 4 Dim Flags As Byte

Echoflag Alias Flags.0 Beaconflag Alias Flags.1 Sermsgflag Alias Flags.2 Rxonflag Alias Flags.3 Txonflag Alias Flags.4

'I have read somewhere that eram address 0 has a bug 'so I don't use it.

(67)

'ProgCntr is incramented by the bootloader 'each time the chip is flashed.

Dim Progcntr As Eram Word At 2 Dim Savedflags As Eram Byte

Tempw = Progcntr

Print "uC flashed " ; Tempw ; " times." Print

'kill some time here while 'rfm12 does a power on reset. Reset Rx_led

Flags = Savedflags Print "Echo = " ; Echoflag Print "Beacon = " ; Beaconflag Cmnd = ""

Do

If Beaconflag = 1 Then

'Tx a test beacon about once a second. Txstring = Beacon

Print "Tx: " ; Txstring Rfm12_tx Txbuffer(1)

'now loop waiting for a reply msg. For Temp = 1 To 255

'poll RFM12 for Rx data. Rfm12_get_status_bit If Rx_status_bit = 1 Then

'Rx RxBuffer

Rfm12_rx Rxbuffer(1) Print "Rx: " ; Rxstring If Rxstring <> Txstring Then

Reset Error_led Print "<>" End If

(68)

End If

If Temp = 255 Then Reset Error_led Print "no echo" End If

'this delay gives the other module time to echo 'back the beacon.

'waitus 50 'at 38.3kbps, 32 byte payload 'waitus 350 'at 19.2kbps, 128 bytes

Waitus 150 'at 19.2kbps, 32 bytes Set Error_led

Next Temp Else

'poll RFM12 for Rx data. Rfm12_get_status_bit If Rx_status_bit = 1 Then

'reset RX_LED 'Rx RxBuffer

Rfm12_rx Rxbuffer(1) Print "Rx: " ; Rxstring If Echoflag = 1 Then

Print "Ec: " ; Rxstring 'Tx RxBuffer.

Temp = Inkey() If Temp <> 0 Then

If Temp = 27 Then

'press "esc" to get a command prompt. Spi_tx_wrd = 0

Rfm12_spi_wrt

Tempw = Progcntr

Print "uC flashed " ; Tempw ; " times." 'print

'print "Status word = " ; bin(SPI_Rx_H) ; "_" ; bin(SPI_Rx_L) Printflags

Print

(69)

Print

Rfm12_rx_on Elseif Temp = 13 Then

Print

Print "Tx: " ; Txstring 'Tx TxBuffer.

Rfm12_tx Txbuffer(1) Txstring = ""

Txindex = 0 Else

'fill the TxBuffer until <cr> or full. If Txindex < Payload_size Then

Print Chr(temp); Incr Txindex

Txbuffer(txindex) = Temp Temp = Txindex + 1 Txbuffer(temp) = 0 End If

End If End If

If Cmnd <> "" Then Select Case Cmnd

Case "u"

'To start the bootloader without using the reset button. 'Press "u <CR>"

'then within 2+3=5 seconds press F4 to start the programer. Print

Print "Press F4 to start upload." Waitms 3000

'address of boot loader. 'for mega168

'goto &H1C00

'for mega8535 Goto &HC00

Case "c"

'Input a hex command word value to send to RFM12. 'For example enter: c0e0 <enter> will set the

'ouput CLK to 10MHZ.

'see the RFM12 Programing guide for commands. Print

Input "Enter a Command Word in HEX >" , Cmnd Spi_tx_wrd = Hexval(cmnd)

Rfm12_spi_wrt

(70)

Case "b"

Toggle Beaconflag

If Beaconflag = 1 Then Echoflag = 0 Saveflags

Printflags

Case "e"

Toggle Echoflag

If Echoflag = 1 Then Beaconflag = 0 Saveflags

Printflags

Case Else

Print "Unknown Command"

End Select

If Beaconflag = 1 Then Print "Beacon ON" Else

Print "Beacon OFF" End If

If Echoflag = 1 Then Print "Echo ON" Else

Print "Echo OFF" End If

End Sub

Sub Saveflags 'save to eram Flags = Flags And 3 Savedflags = Flags End Sub

Sub Rfm12_init Local I As Byte Print "Init values:" 'Initialize RFM12 Restore Init_data For I = 1 To 14

(71)

Print Hex(spi_tx_wrd) 'send init data to RFM12. Rfm12_spi_wrt

'The following data lines are RFM12 commands used to initialize the device. 'read the RFM12 progamming guide and data sheets for a complete

'description of these commands. '

'Configuration settings: '

'&h80D8 = Configure module for 433Mhz band. '

'RF center Freq. setting

'select freq with const "Fc" above.

'Fcmnd is a constant that holds the Freq command. 'see the "const" statments at the top of this code. 'example: &hA000 + Fr = &hA7D0 for 435MHz '

'To change the data rate the following values will need to be adjusted. '

'bit rate

'&hC611 = 19.2kbps works well at 8MHz '&hC608 = 38.3kbps works at 8MHz '

'Rx band width

'&h94A0 = Rx BW = 134KHz works at 8MHz '&h9480 = 200kHz works at 8MHz

'

'Tx deviation

'&h9850 = 90kHz works at 8MHz '&h9870 = 120kHz works at 8MHz

Init_data:

Data &H80D8% , &H8298% , Fcmnd% , &HC611% , &H94A0% , &HC2AC% , &HCA81%

Data &HCED4% , &HC483% , &H9850% , &HCC17% , &HE000% , &HC800% , &HC040%

'***************************************************************** ********

(72)

Spi_tx_wrd = &HCA81 Rfm12_spi_wrt

Spi_tx_wrd = &HCA83 Rfm12_spi_wrt

End Sub

Sub Rfm12_tx(txarray As Byte) Local I As Byte

Reset Tx_led 'turn on Tx

Spi_tx_wrd = &H8239 Rfm12_spi_wrt Txonflag = 1 Waitus 150

If Timeout = 0 Then Exit For Rfm12_spi_wrt

Next I

'Send payload.

For I = 1 To Payload_size Rfm12_tx_ready

If Timeout = 0 Then Exit For Spi_tx_wrd = &HB800 + Txarray(i) Rfm12_spi_wrt

Data &HB8AA% , &HB8AA% , &HB8AA% , &HB82D% , &HB8D4%

Sub Rfm12_tx_ready Reset Rfm12_cs Timeout = 65500 While Rfm12_sdo = 0

Decr Timeout Waitus 6

If Timeout = 0 Then Print "Tx Timeout" Exit While

(73)

End Sub

Sub Rfm12_rx_on 'Start Rx

Spi_tx_wrd = &H8299 Rfm12_spi_wrt Rfm12_clear_fifo Rxonflag = 1 Waitus 80 End Sub

Sub Rfm12_rx(rxarray As Byte) Local I As Byte

Timeout = 1 Reset Rx_led

Spi_tx_wrd = &HB000 For I = 1 To Payload_size

Rfm12_rx_wait Rxarray(i) = Spi_rx_l Next I

Rxarray(i) = 0 Rfm12_clear_fifo Set Rx_led End Sub

Sub Rfm12_rx_wait Timeout = 35500 Do

Rfm12_get_status_bit 'timeout if nothing happens. Decr Timeout

If Timeout = 0 Then Reset Error_led Print "Rx Timeout" Exit Do

End If

Loop Until Rx_status_bit = 1 End Sub

(74)

Set Rfm12_sck

Rx_status_bit = Rfm12_sdo Reset Rfm12_sck

Set Rfm12_cs End Sub

Sub Rfm12_spi_wrt

'Send word (SPI_Tx_wrd) to RFM12. 'Also receive word (SPI_Rx_wrd). 'RFM12 Chip select

Reset Rfm12_cs 'send hi byte.

Spi_rx_h = Spimove(spi_tx_h) 'send lo byte.

Spi_rx_l = Spimove(spi_tx_l) 'deselect chip.

(75)
(76)

Gambar

Tabel 1. Panjang Kawat Berdasarkan Frekuensi dan Panjang Gelombang
Tabel 3. Alat Penelitian
Gambar 3. Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Secara Umum
Gambar 4.  Konfigurasi Pin ATMEGA8535 dan RFM12B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada status persalinan multi mempunyai nyeri sedang dan mempunyai nyeri berat karena dari hasil wawancara ibu mengatakan sudah pernah mengalami nyeri pada saat

tabaci yang berasal dari brokoli mampu menginduksi daun labu menjadi berwarna keperakan (DP) sedangkan populasi lainnya tidak menimbulkan gejala DP (Gambar 2). Perubahan warna

Pada mikropon optik tahapan proses tersebut lebih rumit, yakni paling tidak meliputi tiga tahap, yaitu: (1) dari tekanan akustik menjadi pergeseran membran, (2) dari

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat kajian dan penelitian dalam skripsi ini dengan judul : ³$1$/,6$ 7(5+$'$3 PENGUASAAN NEGARA ATAS

longsoran (pada gambar disimbolkan dengan arah panah). Jadi, informasi dari citra ini sangat bermanfaat selain untuk mendukung upaya mitigasi bencana, juga untuk

Setelah beberapa penyesuaian yang tidak berhasil dari gigi tiruan yang ada, diputuskan untuk membuat satu set gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah yang baru dengan

Guru yang masuk dalam bagian titik pertemuan 1 memiliki tingkat perhatian guru, tingkat tanggung jawab, kematangan kepribadian, dan kompleksitas kognitif rendah, maka