• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi 21 Dan Edisi 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi 21 Dan Edisi 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPERATIF BAGAN KLASIFIKASI DEWEY

DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) EDISI 21 DAN

EDISI 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam bidang studi Perpustakaan dan Informasi

Oleh:

HOTMA ALBRIANI SIAHAAN

030709034

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi 21 Dan Edisi 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800

Oleh : Hotma Albriani Siahaan

NIM : 030709034

Pembimbing I : Drs. Jonner Hasugian, M.Si

Tanda Tangan : _________________________

Tanggal : _________________________

Pembimbing II: Drs. Syakirin P.,SH

Tanda Tangan : _________________________

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi 21 Dan Edisi 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800

Oleh : Hotma Albriani Siahaan

NIM : 030709034

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Drs. Jonner Hasugian, M.Si

Tanda Tangan : _________________________

Tanggal : _________________________

FAKULTAS SASTRA

Dekan : Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D.

Tanda Tangan : _________________________

(4)

PERNYATAAN ORISINILITAS

Penelitian ini adalah karya orisinil dan belum pernah disajikan sebagai tulisan

untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat penulis dengan pendapat

yang bukan dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, Oktober 2008

(5)

ABSTRAKSI

Hotma Albriani Siahaan, 2008. Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi 21 Dan Edisi 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800.

Klasifikasi yang paling umum digunakan perpustakaan adalah Dewey Decimal Classification (DDC) yang diciptakan oleh Melville Louis Kossuth Dewey. Dari edisi awal hingga edisi 22 sistem ini terus dikembangkan Hal ini dapat dilihat dari adanya revisi setiap edisi, pengurangan atau penambahan entri subjek pada edisi sebelumnya. Dengan demikian ada perbedaan antara bagan yang lama dengan bagan yang baru. Khusus edisi ke 21 dan edisi ke 22 terdapat banyak perubahan. Berdasarkan pengamatan penulis banyak perubahan yang terjadi pada bagan edisi ke 21 dan edisi ke 22 terutama pada Kelas 400 dan 800. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbandingan bagan klasifikasi edisi ke 21 dan edisi ke 22.

Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan entri notasi pada edisi ke-21 dan edisi ke-22 yaitu untuk kelas 400 sebanyak 230 entri, untuk kelas 800 sebanyak 62 entri. Penggunaan perintah include untuk kelas 400 penambahan sebanyak 4 kali, untuk kelas 800 tidak ada penambahan. Perbandingan penggunaan perintah “add to base number” untuk kelas 400 penambahan sebanyak 13 kali, untuk kelas 800 terjadi pengurangan sebanyak 14 kali. Penggunaan perintah

optional note untuk kelas 400 penambahan sebanyak 3 kali, untuk kelas 800

tidak ada penambahan. Penggunaan perintah centered headings untuk kelas 400 penambahan sebanyak 8 kali, untuk kelas 800 terjadi pengurangan sebanyak 2 kali. Penggunaan perintah formerly untuk kelas 400 penambahan sebanyak 24 kali, untuk kelas 800 terjadi pengurangan sebanyak 6 kali. Penggunaan perintah

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan dan

rahmat-Nya, penulis dapat memulai dan menyelesaikan skripsi yang berjudul :

Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi 21 dan Edisi 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelengkapan studi untuk

menyelesaikan Program Sarjana Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi pada

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan

yang disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Namun dengan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis dengan sangat tulus dan ikhlas ucapkan terima kasih kepada Suami

penulis, Sharon Purba, SP. dan anak pertama penulis Daniel Steven Purba yang

senantiasa selalu memberi dukungan, doa dan lainnya kepada penulis.

Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih dengan setulus

hati kepada :

1. Ayahanda H. Siahaan dan Ibunda J. Br. Sitompul yang dengan sabar dan

penuh kasih sayang memberikan perhatian berupa motivasi, doa, dana dan

dukungan lainnya kepada penulis.

Tu dainang pangintubu pinasahat ma umpasa :

Eme sitamba tua ma parlinggoman ni siborok, sai dilehonTuhanta Debata ma

tu dainang pasu – pasu dohot las ni ro daha, jala sai tongtong diparorot.

2. Keluarga besar Purba Tambak selaku Mertua penulis, khususnya Makkela Ir.

M. Purba dan Amboru H. Br. Sipayung (op. Daniel Steven). Dan buat makkela

Drs. D. S. Purba. SH dan amboru C Br. Aritonang yang selalu mendukung

penulis.

3. Bapak Drs. Syaiffudin, M.A. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si, selaku Ketua Departemen Studi

Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan

selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk

(7)

5. Bapak Drs, Syakirin Pangaribuan, SH selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran dan waktu dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Zurni Zahara selaku dosen wali penulis yang telah memberikan

bimbingan dan masukan untuk menjalani perkuliahan selama ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi FS-USU

yang telah mendidik penulis selama perkuliahan.

8. Buat Kakanda Ida Mariani Pasaribu, penulis banyak mengucapkan terima

kasih atas dukungan, motivasinya dalam pembuatan skripsi ini..

9. Adik – adik penulis Titin, Nova, Cinta, Nur, Putra dan Ria yang membantu

penulis menjaga baby supaya penulis dengan mudah mengerjakan skripsi ini.

Buat Darmawi. SP, Rani dan Dapit Purba. Penulis mengucapkan terimakasih

ya, karena penulis selalu minta tolong terus dalam pembuatan skripsi ini.

10. Buat seluruh keluarga yang secara langsung maupun tidak langsung telah

memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Buat seluruh teman – teman stambuk 2003 yang sangat penulis cintai dalam

suka maupun duka yang senantiasa memberikan motivasi maupun dukungan

walaupun penulis sudah lama tertinggal karena menikah.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan tulisan

ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca untuk

menanbah wawasan.

Medan, Oktober 2009

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 5

2.1 Konsep Dasar Klasifikasi... 5

2.1.1 Pengertian Klasifikasi ... 5

2.1.2 Tujuan Klasifikasi ... 6

2.1.3 Manfaat Klasifikasi ... 6

2.2 Jenis Klasifikasi... 7

2.3 Dewey Decimal Classification (DDC) ... 10

2.3.1 Sejarah DDC ... 11

2.3.2 Sistematika ... 13

2.3.2.1 Format Bagan Klasifikasi ... 13

2.3.3 Catatan dan Instruksi ... 16

2.4 Mnemonics ... 19

2.5 Revisi ... 20

2.6 Perubahan Edisi DDC ... 22

2.6.1 Perubahan Secara Ringkas ... 22

2.6.2 Unsur-unsur yang Berubah ... 23

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Unit Analisis ... 25

3.3 Instrumen Penelitian ... 25

3.3.1 Kisi-kisi ... 26

3.3.2 Pengumpulan Data ... 29

3.4 Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Perbandingan Notasi ... 30

4.2 Catatan dan Instruksi ... 73

4.2.1 Perintah Include ... 73

4.2.2 Penggunaan Perintah “add to base number” ... 78

4.2.3 Perintah Optional Note ... 86

4.2.4 Perintah Centered Headings ... 89

4.2.5 Perintah Formerly ... 91

4.2.6 Perintah Unassigned ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 98

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel-1 :Kisi-kisi Instrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Perbandingan

DDC Edisi 21 dengan Edisi 22 ... 26

Tabel-2 : Formulir Isian Perbandingan DDC Edisi 21 dengan Edisi 22 ... 27

Tabel-3 : Perbandingan Entri Notasi ... 30

Tabel-4 : Gambaran Umum Entri Notasi Kelas 400 ... 30

Tabel-5 : Gambaran Umum Entri Notasi Kelas 800 ... 44

Tabel-6 : Gambaran Perbandingan Penambahan Notasi Kelas 400... 57

Tabel-7 : Gambaran Perbandingan Penambahan Notasi Kelas 800... 63

Tabel-8 : Gambaran Perbandingan Pengurangan Notasi Kelas 400..., 65

Tabel-9 : Gambaran Perbandingan Pengurangan Notasi Kelas 800... 71

Tabel-10 : Perbandingan Perintah Include Edisi ke-21 dan ke-22 ... 73

Tabel-11 : Perintah Include pada Notasi Kelas 400 ... 73

Tabel-12 : Perintah Include pada Notasi Kelas 800 ... 77

Tabel-13 : Penggunaan Perintah “add to base number” Edisi ke-21 dan ke-22 ... 78

Tabel-14 : Penggunaan Perintah “add to base number” untuk Notasi Kelas 400 79

Tabel-15 : Penggunaan Perintah “add to base number” untuk Notasi Kelas 800 82

Tabel-16 : Perbandingan Penggunaan Perintah Optional Note ... 86

Tabel-17 : Penggunaan Perintah Optional Note Notasi Kelas 400 ... 87

Tabel-18 : Penggunaan Perintah Optional Note Notasi Kelas 800 ... 87

Tabel-19 : Perbandingan Penggunaan Perintah Centered Headings ... 89

Tabel-20 : Penggunaan Perintah Centered Headings untuk Notasi Kelas 400 ... 89

Tabel-21 : Penggunaan Perintah Centered Headings untuk Notasi Kelas 800 ... 90

Tabel-22 : Perbandingan Penggunaan Perintah Formerly ... 91

Tabel-23 : Penggunaan Perintah Formerly untuk Notasi Kelas 400 ... 91

(11)

ABSTRAKSI

Hotma Albriani Siahaan, 2008. Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi 21 Dan Edisi 22 : studi kasus notasi pada kelas 400 dan kelas 800.

Klasifikasi yang paling umum digunakan perpustakaan adalah Dewey Decimal Classification (DDC) yang diciptakan oleh Melville Louis Kossuth Dewey. Dari edisi awal hingga edisi 22 sistem ini terus dikembangkan Hal ini dapat dilihat dari adanya revisi setiap edisi, pengurangan atau penambahan entri subjek pada edisi sebelumnya. Dengan demikian ada perbedaan antara bagan yang lama dengan bagan yang baru. Khusus edisi ke 21 dan edisi ke 22 terdapat banyak perubahan. Berdasarkan pengamatan penulis banyak perubahan yang terjadi pada bagan edisi ke 21 dan edisi ke 22 terutama pada Kelas 400 dan 800. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbandingan bagan klasifikasi edisi ke 21 dan edisi ke 22.

Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan entri notasi pada edisi ke-21 dan edisi ke-22 yaitu untuk kelas 400 sebanyak 230 entri, untuk kelas 800 sebanyak 62 entri. Penggunaan perintah include untuk kelas 400 penambahan sebanyak 4 kali, untuk kelas 800 tidak ada penambahan. Perbandingan penggunaan perintah “add to base number” untuk kelas 400 penambahan sebanyak 13 kali, untuk kelas 800 terjadi pengurangan sebanyak 14 kali. Penggunaan perintah

optional note untuk kelas 400 penambahan sebanyak 3 kali, untuk kelas 800

tidak ada penambahan. Penggunaan perintah centered headings untuk kelas 400 penambahan sebanyak 8 kali, untuk kelas 800 terjadi pengurangan sebanyak 2 kali. Penggunaan perintah formerly untuk kelas 400 penambahan sebanyak 24 kali, untuk kelas 800 terjadi pengurangan sebanyak 6 kali. Penggunaan perintah

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kegiatan klasifikasi merupakan bagian pekerjaan dari suatu perpustakaan dan

itu merupakan kegiatan pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri-ciri yang

sama misalnya pengarang, fisik, isi buku dan sebagainya. Klasifikasi itu juga dibagi

dua yaitu klasifikasi fundamental dan klasifikasi artifisial. Klasifikasi fundamental

ialah klasifikasi bahan pustaka berdasarkan subyek, isi buku sebab pada dasarnya

memakai perpustakaan lebih banyak mencari informasi tentang subyek tertentu

sedangkan klasifikasi artifisial ialah klasifikasi bahan pustaka berdasarkan ciri-ciri

yang ada pada bahan pustaka, misalnya klasifikasi berdasarkan warna, ukuran dan

sebagainya. Kegiatan pengklasifikasian membutuhkan ketelitian dalam pekerjaannya.

Dalam konteks perpustakaan, klasifikasi merupakan kegiatan dari bidang

pelayanan teknis (pengolahan). Klasifikasi yang diterapkan di perpustakaan berfungsi

sebagai sarana untuk penyusunan bahan perpustakaan di rak. Koleksi di perpustakaan

selalu disusun menurut cara-cara tertentu yang pada umumnya ditentukan oleh

klasifikasi. Klasifikasi akan membimbing pengguna perpustakaan agar dapat

mendekati buku yang diperlukannya di dalam jajaran koleksi. Berbagai cara

penyusunan koleksi telah banyak dikenal dan digunakan perpustakaan, mulai dari

penyusunan berdasarkan subjek dan bahan perpustakaan.

Namun akhirnya dalam perkembangan dunia perpustakaan moderen dewasa ini,

sistem klasifikasi bagi penyusunan koleksi perpustakaan lebih menitikberatkan pada

subyek yang dibahas dalam setiap bahan perpustakaan.

Klasifikasi pada hakekatnya adalah pengelompokan berdasarkan subyek.

Untuk mendapatkan klasifikasi yang pertama dilakukan adalah analisis subyek.

Berdasarkan analisis subyek akan didapatkan tajuk subyek. Setelah tajuk subyek

diketahui maka akan didapatkan notasi klasifikasi. Notasi mempunyai peranan

penting dalam bagan klasifikasi dan menjadi dasar penyusunan koleksi di

perpustakaan sehingga membentuk jajaran koleksi yang berurutan.

Agar kegiatan klasifikasi berjalan dengan baik, perpustakaan menentukan atau

berpedoman kepada suatu sistem tertentu sehingga kegiatan itu dapat dilaksanakan

dengan konsisten. Banyak jenis skema klasifikasi yang dapat digunakan di

(13)

Dewey Decimal Classification (DDC) yang paling dikenal di seluruh dunia. DDC

merupakan bagan klasifikasi tertua dan pada umumnya digunakan oleh perpustakaan

termasuk Indonesia. DDC merupakan ciptaan Melville Louis Kossuth Dewey,

seorang pustakawan Amerika yang ikut juga berperan dalam pendirian American

Libraray Association serta pendididkan pustakawan di Colombia University (

Khanna, 1996 : 188).

Edisi awal terbit tahun 1876, kemudian tahun 1885 terbit edisi kedua disebut

“revised and greatly enlarged edition”. Edisi 12 terbit tahun 1942 merupakan edisi

standar. Dewey mengawasi revisi bagannya hingga edisi 13. edisi 14 terbit dengan

edisi lengkap. Pada edisi 15 beberapa bidang di potong, kemudian pada tahun 1958

terbitlah edisi 16 hingga edisi 19. Tahun 1989 terbit edisi 20, tahun 1996 terbit edisi

21 selanjutnya pada tahun 2003 terbit edisi 22.

Dari edisi awal hingga edisi 22 sistem ini terus dikembangkan. Perkembangan ini

tidak saja terjadi oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan akan tetapi juga

berdasarkan kebutuhan pengguna yang makin lama makin banyak.

DDC terus mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke waktu.

Hal ini dapat dilihat dari adanya revisi setiap edisi, pengurangan atau penambahann

entri subyek pada edisi sebelumnya. Dengan demikian ada perbedaan antara bagan

yang lama dengan bagan yang baru. Khusus edisi 21 dan edisi 22 terdapat banyak

perubahan.

Alasan penulis menentukan kelas 400 pada edisi 21 dan kelas 800 pada edisi

22 karena berdasarkan pengamatan sementara banyak persamaan dan perubahan yang

terjadi pada edisi 21 dan edisi 22 terutama pada kelas 400 dan 800.

Untuk melihat lebih jauh persamaan-persamaan dan perbedaan- perbedaan yang

terdapat pada edisi 21 dan edisi 22 muncul keinginan penulis untuk mengetahui lebih

jauh dengan melakukan penelitian terhadap kedua edisi tersebut dengan melakukan

perbandingan. Hal tersebut akan dijelaskan pada bab-bab selanjutnya dalam penelitian

ini.

Berdasarkan hal di atas penulis menetapkan judul penelitian ini sebagai

berikut:

”Studi Komperatif Bagan Klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) Edisi

(14)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas maka muncul rumusan masalah

yang sekaligus menjadi pertanyaan penelitian ini adalah :

Bagaimanakah perbandingan notasi kelas 400 dan 800 menggunakan edisi 21 dan

edisi 22 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengumpulkan data dalam rangka mengetahui gambaran umum

perbandingan DDC edisi 21 dan edisi 22

2. Untuk mengetahui perbandingan notasi pada kelas 400 dan 800.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Pustakawan pada umumnya dan bagian pengolahan pada khususnya. Hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam mengklasifikasi

bahan perpustakaan.

2. Pengelola Program Studi, sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Pengembangan ilmu, sebagai bahan bacaan di bidang klasifikasi

4. Penulis, untuk menambah wawasan tenteng ilmu klasifikasi yang selalu

berkembang.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini termauk dalam bidang kajian pengorganisasian informasi

khususnya studi mengenai klasifikasi. Bagan klasifikasi yang akan diteliti adalah

DDC edisi 21 dan edisi 22. penelitian ini mengkaji komparasi atau perbandingan

antara DDC edisi 21 dan edisi 22 secara umum.

Mengamati banyaknya perubahan yang terjadi antara kedua edisi tersebut,

(15)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Klasifikasi

2.1.1 Pengertian Klasifikasi

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian klasifikasi. Dalam kamus besar

bahasa Indonesia (2001 : 574) dinyatakan bahwa, “istilah klasifikasi berarti

penyusunan bersistem di kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang

ditetapkan”. Sulistyo-Basuki (1991 : 395) menyatakan bahwa, “klasifikasi adalah

proses pengelompokan artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta

memisahkan benda/entitas yang tidak sama”.

Dari dua pendapat di atas dapat diketahui bahwa pengertian klasifikasi adalah

proses pengelompokan/penyusunan benda berdasarkan persamaan. Dapat dinyatakan

bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata

urutan sistematis. Dalam dunia perpustakaan pengertian klasifikasi menjadi lebih

khusus sesuai dengan koleksi yang dimiliki. Klasifikasi yang dimaksud adalah

pengelompokan bahan perpustakaan berdasarkan ciri-ciri yang sama, bisa berupa

pengarang, warna, bentuk fisik atau isi. Namun pada akhirnya kegiatan klasifikasi di

perpustakaan lebih bersifat pengelompokan berdasarkan isi atau subjek.

2.1.2 Tujuan Klasifikasi

Dalam sistem penyusunan bahan perpustakaan dalam rak penyimpanan,

klasifikasi mempunyai beberapa tujuan. Menurut Kohar dalam Siregar (2007 : 5)

menyatakan bahwa ‘tujuan klasifikasi adalah :

1. Menentukan lokasi bahan perpustakaan di dalam jajaran koleksi perpustakaan. Hal ini memungkinkan setiap bahan perpustakaan (library materials) yang diterima perpustakaan akan dikelompokkan sesuai dengan subjeknya.

2. Mengumpulkan semua bahan perpustakaan yang memiliki subjek yang sama dalam satu jajaran koleksi. Hal ini akan memudahkan pengguna perpustakaan menelusur buku dengan subyek yang sama secara langsung pada jajaran koleksi tanpa melalui penelusuran katalog.

Sedangkan menurut Upriyadi (2004 : 4) menyatakan bahwa “ tujuan

klasifikasi adalah :

1. Menentukan lokasi bahan pustaka di dalam jajaran koleksi perpustakaan sehingga memudahkan temu kembali informasi.

(16)

3. Memudahkan dalam penempatan buku baru serta untuk kepentingan penyiangan”.

Dari tujuan di atas dapat dilihat bawa tujuan akhir klasifikasi adalah untuk

menemukan kembali bahan perpustakaan yang dimiliki perpustakaan tanpa

memandang besar kecilnya.

2.1.3 Manfaat Klasifikasi

Klasifikasi sangat bermanfaat bagi perpustakaan dan pustakawan. Menurut

Siregar (2007 : 6) menyatakan bahwa,”manfaat klasifikasi dalam kegiatan

perpustakaan adalah :

1. Untuk mengetahui bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. 2. Untuk mengetahui cakupan ilmu pengetahuan.

3. Untuk mengetahui keseimbangan koleksi. 4. Penuntun berfikir sistematis.

5. Membantu dalam penyusunan bibliografi”.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa manfaat klasifikasi adalah

sebagai berikut :

1. Bagi perpustakaan, memudahkan pengaturan bahan perpustakaan di rak

sehingga memudahkan pengguna menelusur bahan perpustakaan.

2. Bagi pustakawan, membantu menentukan dan menyusun tajuk subjek buku

dengan proses indeks.

2.2 Jenis Klasifikasi

S.R. Ranganathan dalam bukunya : “Prolegomena to Library Classification”

sebagaimana dikutip oleh Khanna (1996 : 16-19) menyatakan bahwa “struktur

pengetahuan di dalam perpustakaan di bagi dalam 5 kategori yaitu :

1. Dichotomy (2 kelompok)

Dikotomi berarti pembagian kedalam dua (2) bagian. Ini disebut sebagai

klasifikasi biner. Dalam dikotomi ini kita memiliki mode percabangan ilmu

pengetahuan dengan percabangan dua yang tetap. Dibawah dua divisi yang dibentuk

dalam langkah pertama. Divisi kedua dari masing-masing divisi kedua ini dibentuk

(17)

Pada awalnya manusia menemukan kecukupan dikotomi. Gambaran struktur

dikotomi itu adalah terlalu sederhana untuk universal subjek. Disini ada contoh yang

jarang dalam mengembangkan pembuktian yang cukup.

Kehidupan Mahluk Hidup

Tumbuhan Binatang

tumbuhan tidak tumbuhan binatang binatang berbunga berbunga bertulang punggung bertulang belakang

Kita tidak dapat melanjutkan stuktur dikotomi di atas.

Immanuel Kant mendikotomasikan gambaran dari seluruh ilmu pengetahuan.

Jenis pengoperasian dikotomi terhadap kematian telah gagal bahkan dalam

pembentukan skema kelas untuk universal subjek.

2. Decachotomy (10 kelompok)

Dekakotomi berarti pembagian ke dalam sepuluh bagian. Decimal

Clasiffication) DC menggantikan dikotomi dengan dekakotomi. Ini menghasilkan

klasifikasi dari pembatasan pohon porphy. Dewey membagi universal ilmu

pengetahuan ke dalam sembilan (9) kelas utama dan kelas general dengan

penggunaan “0” (gabungan dokumen umum yang dimiliki beberapa kelas utama.

Masing-masing dipisahkan ke dalam sembilan (9) pembagian atau divisi khusus dan

(sepuluh pembentukan devisi umum). Divisi ketiga ini dibuat dalam 10 bagian;

subdivisi desimal ini akan diulangi hingga dapat memastikan bahwa ini adalah

merupakan suatu topik.

3. Polychotomy (banyak kelompok)

Polikotomi berarti pembagian ke dalam beberapa bagian yang jumlahnya

cukup banyak. Diantara tahun 1891-93, Charles A. Cutter melalui klasifikasi

perluasanya telah memperkenalkan banyak kelompok dengan membuat sepuluh divisi

pada setiap tahap, yang sifat membatasi. Di dalam setengah abad ini, laju

pertumbuhan dalam pengembangan, kedalaman dan proliferasi yang merupakan

percepatan dari kecepatan yang ada. Jumlah divisi maksimum diarahkan oleh

beberapa tahapan atau perkembangan yang tidak dapat diprediksikan. Polikotomi

(18)

4. Proliferation (pembiakan kelompok)

S. R. Ranganatan (1996 : 17) menuliskan bahwa berbagai cara dimana

universal subjek masuk dengan subjek dasar dapat dikembangkan. Untuk itu, subjek

yang kompleks dalam jagad raya dapat dibentuk dengan menekankan subjek lain

seperti fase. Dan juga mengarah pada subjek yang memang dibentuk dengan satu atau

lebih ide isolt yang dapat berkembang lebih besar. Universal ilmu pengetahuan

bersifat turbulen, dengan kelanjutan dinamika pertumbuhan.

5. Unlimited Proliferation (pembiakan kelompok tanpa batas)”

Sekarang ini kita akan menyaksikan nilai eksponensial dari perkembangan

diantara susunan kelas, susunan kolateral, rangkaian kelas dan lain-lain. Pendekatan

yang lebih sesuai adalah dengan pohon bayan berusia satu abad. Disini disamping

batang pohon asli maka akan ada batang pohon sekunder. Tidaklah mudah untuk

melihat bagian mana yang termasuk di dalamnya. Tetapi bahkan ada kesederhanaan

sebagai gambaran dari universal pengetahuan. Untuk itu, ada beberapa cabang yang

telah dibuat pada berbagai titik. Ranting dan juga graft pada cara yang sama.beberapa

cabang akan digraft dengan kondisi yang lain. Sangat sulit untuk menekankan suatu

percabangan. Batang pohon ini akan terlihat diantara yang lain. Meskipun gamabaran

dari pohon ilmu pengetahuan tidak dikatakan dengan lengkap. Jauh lebih kompleks

dibandingkan dengan hal ini. Untuk pohon ilmu pengetahuan yang tumbuh ke dalam

lebih dari tiga dimensi, maka akan ada sesuatu yang harus dipelajari.

Beberapa komplikasi dari kelas yang dihubungkan pada pengetahuan yang

telah disebarkan dalam beberapa dimensi adalah domain klasifikasi ilmu pengetahuan

dan juga klasifikasi dokumen yang telah ada. Pertimbangan praktis ini adalah

membutuhkan susunan dokumen di atas rak, atau entri utama dalam daftar

dokumentasi dalam urutan linier, yang ada dalam satu dimensi. Kesesuaian pemikiran

manusia juga diarahkan pada pemikiran kelas pengetahuan dalam satu rangkaian.

Lebih lanjut, ada mutu pemikiran yang lebih baik sesuai dengan hubungan tetangga

yang ada.

Ringkasnya universal ilmu pengetahuan akan dikultivasi pada beberapa titik.

Ini mengarah ke dalam apa perubahan dan pertumbuhan serta konsekuensi untuk

struktur yang baru. Demikian juga peningkatan ukuran dan adanya juga perubahan

internal termasuk divisi dan fusi dari beberapa bagian dan pemanfaatan serta asimilasi

(19)

Masing-masing kategori di atas dipergunakan di perpustakaan, tetapi yang

paling umum digunakan adalah kategori decachotomy. Decachotomy membagi

informasi ke dalam 10 kelas atau kelompok. Dikenal ada 10 jenis sistem klasifikasi

yang pernah digunakan dalam klasifikasi bahan perpustakaan yaitu:

1. DDC (Decimal Dewey Classification)

Dibuat oleh Melvil Dewey, pertama sekali diterbitkan tahun 1876 2. EC (Expansive Classification)

Dibuat oleh C.A. Cutter dari USA. Pertama sekali dipublikasikan pada tahun 1893. Tidak di gunakan di Indonesia

3. UDC (Univesal Decimal Classification)

Dibuat oleh Paul Otlet dan Hendri La Fountain dari Belgia 4. LC (Library of Congress) Classification

Dibuat oleh institusi yaitu Library of Congress. Pertama sekali dipublikasikan tahun 1902

5. SC (Subject Classification)

Dibuat oleh J.D. Brow dari Britain (Inggris). Dipublikasikan pertama sekali pada tahun 1906. yang memakai Perpustakaan Kerajaan.

6. CC (Colon Classification)

Dibuat oleh S.R. Ranganatan dari India pada tahun 1933. Di Singapore banyak memakainya. Klasifikasi ini merupakan kombinasi angka dan huruf

7. BC (Bibliographic Classification)

Dibuat oleh H.E. Bliss dari USA. Pertama sekali dipublikasikan pada tahun 1935

8. RIC (Rider International Classification)

Dibuat oleh R. Rider. Pertama sekali di publikasikan 1961 9. TC (Telescopie Classification)

Dibuat oleh Isaic dari USA. Pertama sekali terbit tahun 1970 10.BSO (Broad System of Ordering)

Dibuat institusi. Dipelopori oleh UNESCO. Pertama sekali terbit pada tahun 1978 (Hasugian, 2006).

Dari sepuluh (10) bagan klasifikasi di atas, ternyata Dewey Decimal

Classification (DDC) yang di buat oleh Melvil Dewey lebih luas digunakan karena :

1. menganut prinsip desimal yang berarti notasi tak terbatas (jika dibandingkan

dengan abjad hanya 27)

2. ada institusi yang mengembangkannya sehingga keberlangsungannya terjamin

3. terbuka menerima masukan dari berbagai pihak (individu maupun institusi)

2.3 Dewey Decimal Classification (DDC)

Sistem klasifikasi DDC diberi nama desimal karena sistem tersebut mengatur

semua pengetahuan sebagaimana tertuang dalam bahan perpustakaan menjadi sepuluh

(20)

artinya setiap bilangan dibagi menjadi sepuluh lalu selanjutnya di bagi sepuluh lagi.

Misalnya kelas 400 di bagi menjadi 400, 410, 420, 430, 440, 450, 460, 470, 480, 490

kelas 490 dibagi lagi menjadi 490,491, 492, 493, 494, 495, 496, 497, 498, 499, kelas

491 dibagi menjadi 491.1 – 491.7, lalu dibagi lagi, demikian seterusnya.

Karena menggunakan angka Arab, maka DDC bersifat luwes sehingga

penambahan subjek baru dapat dilakukan dengan model linear yang secara teoritis

tanpa batas. Dimungkinkan dalam berbagai entri bibliografi dapat memuat nomor

DDC sampai 21 dijit dengan pertimbangan merinci subjek serinci mungkin, namun

dalam praktik hal tersebut jarang digunakan karena nomor DDC yang panjang sulit

ditulis pada punggung buku dan kartu katalog serta adanya peluang kekeliruan pada

waktu pengembalian buku ke rak dan pembacaan kartu.

2.3.1 Sejarah DDC

Pada tahun 1876 terbitlah sebuah pamphlet berjudul A Classification and

Subject Index for Cataloguing and Arranging the Books and Pamphlets of a Library.

Penerbitan pamflet memprakarsai terbitnya sistem Dewey Decimal Classification,

lebih dikenal dengan singkatan DDC.

Edisi pertama terbit tahun 1876 dengan ketebalan 44 halaman, terbit dengan

pengarang anonim, berisi kata pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi

secara desimal menjadi 1000 kategori yang bernomor 000 – 900, serta indeks subjek

menurut abjad. Pembagian 10 kelas utama merupakan perbaikan dari sistem

klasifikasi yang dikembangkan oleh W.T. Harris pada tahun 1870. Harris sendiri

membagi bagan klasifikasinya atas klasifikasi pengetahuan menurut ilmuwan Francis

Bacon tetapi tata urutannya berbeda. Bacon membagi pengetahuan menjadi 3 kategori

dasar yaitu sejarah, sastra dan filsafat. Ketiga kategori ini sesuai dengan pembagian

pikiran manusia yaitu memori (ingatan), imaginasi dan nalar.

Pada tahun 1885 terbit edisi kedua disebut “revised and greatly enlarged

edition”. Pada edisi ini terjadi relokasi artinya pengeseran sebuah subjek dari sebuah

nomor ke nomor lain. Edisi ini merupakan basis pola notasi edisi selanjutnya. Dalam

edisi tersebut Dewey pertama kali mengemukakan prinsip integritas angka artinya

nomor dalam bagan Dewey dianggap sudah “mapan” walaupun mungkin terjadi

relokasi. Dewey menyadari rumitnya relokasi dari satu edisi ke edisi lainnya karena

(21)

terutama relokasi menyebabkan perlunya reklasifikasi, padahal reklasifikasi tidak

disenangi pustakawan.

Integritas angka atau stabilitas angka tetap dipertahankan pada edisi-edisi awal DDC

walaupun perubahan angka tertentu tidak dapat dihindari. Hal ini terus berlanjut

sampai terbitnya edisi 12 yang terbit tahun 1942 merupakan edisi standar selama

bertahun-tahun. Dewey mengawasi revisi bagannya hingga edisis ke 13.

Edisi 14 terbit dikenal dengan edisi lengkap. Edisi ke 14 mempertahankan

kebijakan sebelumnya, rinciannya semakin melebar namun sedikit perubahan dalam

struktur dasar. Perluasannya tidak seimbang karena masih banyak bidang yang belum

di kembangkan. Pada tahun 1951 edisi ke 15 terbit, diambil kebijakan yaitu rincian di

beberapa bidang dipangkas sehingga terdapat keseimbangan dalam subdivisi. Kalau

pada edisi 14 terdapat sekitar 31.000 entri maka pada edisi 15 dipangkas menjadi

4.700 entri.

Juga disadari bahwa bagan DDC tidak sesuai dengan laju perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya sains dan teknologi. Ini terjadi mungkin karena kebijakan

integritas nomor. Pada edisi ke 15 diputuskan untuk relokasi sejumlah besar subjek.

Indeks juga diperbaiki, diringkas sedangkan ejaan yang disederhanakan yang

digunakan pada edisi sebelumnya kini ditinggalkan.perubahan yang dilakukan dalam

edisi ke 15 dianggap terlalu berat bagi pustakawan. Banyak pustakawan tetap

menggunakan edisi ke 14.

Edisi ke 15 gagal digunakan karena sebuah indeks eksperimental, maka tahun

1958 terbitlah edisi 16. Pada edisi ke 16 dimulai tradisi baru dengan kebijakan

siklurevisi tujuh tahunan yang artinya setiap tujuh tahun bagan Dewey akan keluar

dalam edisi baru. Banyak perubahan terjadi pada edisi ke 16. Sejak itu, setiap edisi

selalu memuat perubahan besar – besaran dalam subjek tertentu. Edisi ke 17 hingga

ke 19 tetap berpegang pada kebijakan di atas.

Edisi ke 20 terbit tahun 1989 dengan beberapa perubahan . warna edisi menjadi coklat

muda, dibagi menjadi 4 volume karena edisi sebelumnya (terutama bagan klasifikasi)

dianggap terlalu repot. Walaupun tetap mempertahankan prinsip integritas nomor,

dalam edisi ini prinsip tersebut sedikit dilanggar. Terjadi relokasi misalnya komputer

kini menempati 001 semula bagian dari elkektronika.

Pada tahun 1996 terbitlah edisi ke 21 sesuai dengan siklus 7 tahunan. Edisi

tersebut muncul dengan warna biru tua, juga terbagi atas 4 volume. Volume 1 memuat

(22)

merupakan indeks. Selanjutnya pada tahun 2003 terbit edisi ke 23. Edisi ke 22 adalah

edisi mutakhir muncul dengan warna hijau bagian atas serta hitam bagian bawah, juga

di bagi atas 4 volume. Perubahan utama terdapat pada bagan 400 dan 800. Di samping

format cetak, muncul format elektronik dalam bentuk CD ROM (Compact Disc Read

Only Memory) merupakan sebuah keping berukuran garis tengah 12 cm dapat

memuat sekitar 250.000 lembar ukuran kertas A4. jadi sebuah CD ROM dapat

memuat 60.000 modul.

Sejak edisi awal hingga sekarang telah terbit ke 19 edisi lengkap. Selain edisi

lengkap juga terbit edisi ringkas/singkat (abridgment edition). Edisi ringkas

digunakan untuk keperluan perpustakaan kecil serta perpustakaan dengan laju

pertumbuhan lamban maka sejak tahun 1894 diterbitkan edisi ringkas. Edisi ringkas

ini memuat kira-kira 2/5 dari edisi lengkap. Edisi ringkas digunakan oleh

perpustakaan sekolah serta perpustakaan umum yang kecil dengan koleksi tidak lebih

dari 20.000 judul.

Pada awal mulanya, edisi ringkas direvisi bila dianggap perlu. Ketentuan ini

kemudian diubah, setiap edisi ringkas diterbitkan mengikuti pola edisi lengkap. Untuk

edisi lengkap 19 diterbitkan edisi ringkas 11. Dengan terbitnya edisi lengkap ke 20,

maka edisi 12 ringkas diharapkan terbit sekitar tahun 1991. Hingga edisi ringkas ke 9,

edisi tersebut merupakan ringkasan yang sebenarnya dari edisi lengkap. Namun sejak

edisi ringkas 10, dilakukan adaptasi sehinnga terdapat nomor untuk berbagai subjek

yang berbeda dengan edisi lengkapnya. Jadi bukan hanya ringkasan belaka. Jadi

kadang-kadang merupakan ringkasan, kadang-kadang merupakan adaptasi. Atas

permintaan pengguna, maka edisi ringkas ke 11 merupakan ringkasan sesungguhnya

dari edisi lengkap 19. edidi ringkas 12 merupakan singkatan dari edisi ke 20, edisis

ringkas ke 13 dari bagan lengkap edisi ke 21. Edisi ringkas ke 14 untuk edisi 22 terbit

(23)

2.3.2 Sitematika

Sebagai suatu sistem klasifikasi, DDC memiliki sistematika yang merupakan

persyaratan bagi sistem klasifikasi yang baik. Pengertian sistematika dalam hal ini

adalah pembagian ilmu pengetahuan yang dituangkan ke dalam suatau bagan yang

lengkap dan dilandaskan pada beberapa prinsip dasar tertentu.

2.3.2.1 Format Bagan Kalsifikasi

Pada bagan DDC unsur notasi mempunyai peranan penting. Notasi yang

terdiri dari serangkaian simbol berupa angka, mewakili serangkaian istilah yang

mencerminkan subjek tertentu dalam bagan. Dengan demikian setiap kelas, bagian

sub-bagian di dalam bagan DDC mempunyai notasi sendiri yang di sebut nomor

kelas.

Prinsip dasar pembagian DDC disebut desimal. Dengan prinsip desimal, DDC

menyajikan tiga (3) singkatan, masing-masing menunjukkan 10 kelas utama, 100

divisi dan 1000 seksi dari bagan dasar. Setiap kelas dari 100 sampai 900 terdiri dari

kelompok yang saling berkaitan. Kelas 000 dicadangkan untuk materi perpustakaan

yang terlalu umum untuk dimasukkan ke kelas lain. Adapun susunan singkatan 10

kelas utama DDC (first summarry atau ringkasan pertama) sebagai berikut :

000 Computer science, information & general works

100 Philosopy & psychology

200 Religion

300 Social sciences

400 Language

500 Science

600 Technology

700 Arts & recreation

800 Literature

900 History & geography (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 : V)

Setiap kelas utama dibagi menjadi 10 divisi. Keseratus divisi ditunjukkan pada

ringkasan kedua (second summary) DDC. Contoh ringkasan divisi sebuah kelas 400 :

400 Language

410 Linguistics

(24)

430 Germanic languages ; German

440 Romance languages ; French

450 Italian, Romanian & Related languages

460 Spanish & Portuguese languages

470 Italic languages ; Latin

480 Hellenic languages ; Classical Greek

490 Other languages (DDC and Relative Index Edition 22,2003 : xi)

Setiap divisi dibagi lagi menjadi 10 seksi. Pada ringkasan ketiga (third

summary)

1000 seksi dipaparkan. Contoh ringkasan seksi sebuah divisi kelas 410 :

410 Linguistics

411 Writing systems

412 Etymology

413 Dictionaries

414 Phonology & phonetics

415 Grammar

416 [Unassigned]

417 Dialectology & historical linguistics

418 Standard usage & applied linguistics

419 Sign languages (Anglo-Saxon) (DDC and Relative Index Eition 22,

2003 : xi)

Pada bagan lengkap DDC, keseribu seksi dimuat secara terpisah, kemudian

diikuti dengan pembagian subdivisi bilamana ada. Kadang-kadang terdapat subdivisi

yang bersifat asimetrik yang menunjukkan kenyataan bahwa fenomena di dunia selalu

dapat dirinci menjadi lebih kecil dan kemudian diresubdivisi menjadi 10 kelompok.

Contoh sebuah topic DDC dengan perluasan subdivisi desimal :

410 Linguistics

Standard subdivisions

410.11 Writing systems of standard forms of languages

410.12 Etymology of standard forms of languages

410.13 Dictionaries of standard forms of languages

(25)

410.15 Grammar of standard forms of languages Syntax of standard

forms of languages.

410.17 Dialectology and historical lingu istics.

410.18 Standard usage (Prescriptive linguistics) Applied

linguistics.

410.19 Sign languages (DDC and Relative Index Edition 22, 2003 :

889).

Jika dilihat dari pembagian di atas, seharusnya sesudah notasi 410.15

menyusul notasi 410.16, namun pada tabel di atas yang muncul 410.17. hal tersebut

menunjukkan adanya sebuah asimetrik. Asimetrik yang kita ketahui dalam bahasa

sehari hari adalah suatu pembuatan notasi yang berulang-ulang atau tidak berurutan.

Dengan melihat uraian di atas, maka setiap notasi dapat diperluas menjadi

lebih rinci dengan menggunakan dijit decimal. Bila hal tersebut dilakukan maka kita

akan dapat melihat adanya stuktur piramida yang berarti bahwa dalam arti hubungan

subjek, maka apa yang benar bagi keseluruhan juga benar bagi bagian. Contoh

masalah dan pelayanan sosial merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial, lain-lain

masalah dan pelayanan sosial merupakan bagian dari masalah dan pelayanan sosial

dan sebaliknya program keamanan umum merupakan bagian dari lain-lain masalah

dan pelayanan sosial dan seterusnya..Contoh uraian hirarkis DDC :

400 Language

410 Linguistics

410.1 Standard subdivision

410.11 Writing systems of standard forms of languages

2.3.3 Catatan dan Instruksi

Berbagai catatan dan instruksi terdapat dalam bagan klasifikasi DDC. Hal ini

sangat penting diperhatikan oleh pengklasir. Beberapa catatan dan instruksi yang

penting dipedomani yaitu:

1) Include

Dikatakan include karena ada istilah/alasan yang berdekatan tetapi makna yang

berbeda dan memiliki jangkauan yang luas maka harus dibuat pendefenisian.

Include bertujuan memberi petunjuk kepada klasifer untuk memehami konsep

(26)

Contoh : 401.41 Discourse analiysis

Including pragmatics discourse analisysis

Class pragmatics in psycholinguistics in 401.9; class

pragmatics in sociolinguistic and interdisciplinary works an

pragmatics in 306.44. class a semiotic study of a specific

subject with the subject, plus notation 014 from table 1, e.g., a

semiotic study of science 501.4.

419.1 Sign languages used primarily for purposes other than

communication of deaf people.

Including monastic sign languages, sign languages used as

lingua francas among hearing persons.

(option : to give local emphasis and a shorter number to a

specific sign language used primarily for purposes other than

communication of deaf people, class it in 419.3. prefer 419.1)

2) Pengguanaan “add to base number” ( penambahan ke notasi dasar)

add to base number ada karena sebuah subjek yang bisa bervariasi sampai tak

terhinnga akibatnya tidak mungkin notasinya disususn dalam bagan, yang dapat

disusun hanya notasi dasarnya saja sedangkan variasi tak terhingga dibuat dalam

suatu tabel khusus di dalam bagan itu sendiri.

Contoh: 449.01-8 Subdivisons are added for either or both topics in headings.

Add to base number 449 notation 01-8 from table 4,e.g.,

grammar of accitan 449.5 (DDC and Relative Index Edition 22,

2003 : 907).

3) Optional note (catatan pilihan)

DDC memberikan catatan pilihan bagi pengklasir untuk memilih salah satu nomor

kelas sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Biasanya “optional note” itu

terdapat pada karya-karya referensi atau dokumen yang berhubungan dengan

referensi. Misalnya bibliografi khusus.

Konsekuensi optional note :

a. Jika notasi kelas berada di depan kemudian diikuti optional note maka bentuk

penyajiannya berpencar mengikuti subjek dokumen.

b. Jika optional note berada di depan kemudian diikuti notasi kelas maka bentuk

(27)

Dalam situasi seperti ini, pihak perpustakaan lebih baik memilih notasi kelas

karena seluruh bahan perpustakaan yang sejenisnya bahasa akan berada dalam

satu tempat.

Optional dipilih sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Dan lebih baik memilih

bentuk penyajian karena sifatnya prefer to.

4) Centered headings (tajuk terpusat)

Tajuk terpusat adalah mencakup suatu konsep subjek yang tidak memiliki nomor

kelas khusus artinya dalam satu urutan notasi hanya menyatakan rentangan nomor

kelasnya.

Contoh : 420 – 491 Specific Indo – Europan languages (DDC and Relative

Index Edition 22, 2003 : 895).

5) Formerly (dahulu)

Formerly artinya adalah pergeseran sebuah notasi dari edisi sebelumnya bergeser

ke notasi lain.

Contoh : 439.827 009 Historical, geograpihic, persons treatment [formerly

439.827 09]

[439.817.009 01] to 449 A.D

Do not use ; class in 439.5 (DDC and Relative Index

Edition 22, 2003 : 902, 903)

Disamping formerly ada istilah yang tidak asing lagi dilihat dalam bagan DDC

yaitu Unassigned. Unassigned adalah notasi yang tidak digunakan lagi pada edisi

yang baru tetapi digunakan untuk edisi sebelumnya.

Contoh : [416] [Unassigned]

Most recently used in edition 18

[464] [Unassigned]

Most recently used in edition 16 (DDC and Relative Index

Edition 22, 2003 : 892, 910)

2.4 Mnemonics

Dalam notasi dikenal istilah mnemonics. Sulistyo-Basuki, 1991 : 400

menyatakan bahwa “pengertian mnemonics adalah alat bantu ingatan”. Mnemonics

tidak selalu angka atau huruf, hanya digunakan untuk memudahkan pengguana

(28)

Seringkali dalam DDC terdapat angka konsisten yang digunakan untuk

membentuk subjek. Angka tersebut mencerminkan subjek yang sama, misalnya Italia

memperoleh angka 5, maka notasi untuk surat kabar dalam bahasa Itali adalah 075.

Dalam subdivisi standard, notasi -03 selalu menunjukkan bentuk kamus dan

esiklopedi. Jadi kamus komputer 004.03. alat bantu ingatan ini membantu pemakai

mengingat atau mengenali nomor kelas serta memungkinkan mengembangkan sistem

enumeratif ke arah bagan sintesis analistis. Sistem enumeratif merupakan sistem yang

mendaftar topik atau bahasan yang ada sementara sistem sintesis analistis merupakan

sistem yang mampu mensintesiskan berbagai pokok/ bahasan secara analistis.

Pada edisi awal, mnemonics banyak sekali digunakan untuk divisi bentuk, divisi

geografis, bahasa dan sastra. Karena sifat sintesis analistis dari klasifikasi Dewey

semakin meningkat, maka pengguanaan mnemonics pun semakin meningkat pula.

Edisi pertama DDC dimulai dengan sistem enumeratif artinya subjek didaftar

(enumerasi) dalam bagan klasifikasi. Pada edisi ke 2, tabel bentuk mulai

dipergunakan serta nomor tertentu dalam bagan dibagi seperti nomor lain, khususnya

menyangkut subdivisi geografis. Jadi sejak edisi awal, sintesis atau pembentukan

nomor sudah ada.

Mulai edisi 17, tabel kawasan untuk subdivisi geografis mulai digunakan. Pada

edisi 18, diperkenalkan 5 tabel tambahan sehingga memperluas sifat sintesis analistis

sistem Dewey. Pada edisi ke 20 tetap digunakan 7 tabel seperti tambahan :

Tabel 1 Subdivisi standar

Tabel 2 Kawasan geografis, periode historis, personalia

Tabel 3 Subdivisi untuk sastra

Tabel 3-A Subdivisi untuk karya oleh atau tentang pengarang

perorangan

Tabel 3-B Subdivisi untuk karya oleh atau tentang lebih dari 1

pengarang

Tabel 3-C Notasi yang ditambahkan sesuai dengan instruksi dalam

Tabel 3-B dan notasi 808.809

Tabel 4 Subdivisi bahasa

Tabel 5 Ras, Etnis, Kelompok nasional

Tabel 6 Bahasa

(29)

2.5 Revisi

Editor DDC adalah kepala Decimal Classification Division Library of Congress

bertugas membubuhkan notasi Dewey pada berkas katalog Library of Congress dan

bertanggung jawab atas revisi bagan DDC. Kantor penyunting DDC merupakan

bagian dari Processing Departement Library of Congress yang berada di

Washington, D.C., AS sedangkan penerbit DDC adalah Forest Press. Kedua badan

tersebut membentuk Decimal Classification Editorial Policy Committee dengan tugas

revisi DDC. Komisi tersebut memeriksa ususlan revisi serta mengajukan saran

perbaikan kepada Forest Press. Dengan demikian diharapkan terdapat ketaat azasan

setra koordinasi revisi dan aplikasi sistem.

Saat ini DDC memiliki siklus atau interval 7 tahun. Selama periode tersebut,

semua bagan dan tabel diperiksa ulang serta dilakukan revisi bilamana diperlukan.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pengertian revisi adalah penyempurnaan dari

edisi sebelumnya.

Ada beberapa bentuk revisi yaitu:

1. Perluasan

“Pengertian perluasan dalam hal ini adalah memperkenalkan subjek baru serta

memberikan subdivisi lebih spesifik dan terinci bagi subjek yang telah ada”

(Sulistyo-Basuki, 2004 : 8). Sistem notasi DDC memungkinkan penambahan subjek

baru cukup dengan menambahkan subdivisi baru. Subjek baru biasanya tumbuh

sebgai anak atau hasil perkembangan bidang ilmu yang ada, bagi pengetahuan yang

telah ada, rincian mendalam akan subdivisi yang ada dilaksanakan bila subjek bahan

perpustakaan tersebut semakin melebar.

2. Reduksi

Sulistyo-Basuki (2004 : 8) menyatakan bahwa “reduksi adalah subdivisi yang

jarang digunakan, maka pada edisi berikutnya subdivisi tersebut dihilangkan serta

dibiarkan kosong”. Sebagai penggantinya subtopik yang mencakup subdivisi yang

telah dihilangkan itu, kini diperluas dengan topik umum. Dalam praktek, jumlah

perluasan jauh lebih banyak daripada reduksi.

3. Relokasi

Pengertian relokasi adalah “ pergeseran sebuah subjek dari sebuah nomor ke nomor

lain “ (Sulistyo-Basuki, 2004 : 1). Dalam setiap edisi, sejumlah topik digeser ke

berbagai lokasi (dalam hal ini memperoleh nomor baru) dalam bagan. Relokasi

(30)

1. Untuk memenuhi penempatan yang kurang tepat. Ini dilakukan dengan

menempatkan topik pada lokasi yang dianggap lebih tepat. Misalnya

komputer pada edisi 19 merupakan bagian dari elektronika pindah ke

lokasi baru dengan notasi 001 pada edisi 20.

2. Untuk menghilangkan dua angka atau lebih yang memiliki konsep yang

sama atau terjadi tumpang tindih.

3. Memberikan tempat bagi subjek baru bila tidak tersedia nomor, misalnya

pada edisi 18, Antarctica dipindahkan dari notasi kawasan -99 ke -989

untuk memberikan tempat -99 bagi “Extraterrestial worlds”. Lazimnya

sebuah nomor dikosongkan karena relokasi, maka nomor kosong

tersebut baru diisi pada edisi berikutnya.

4. Sebagai hasil penataan kembali bidang pengetahuan. Sebuah subjek baru

semula dianggap cocok dikelommpokkan pada subjek tertentu yang telah

ada, namun kemudian terbukti bahwa penempatan tersebut kurang

cocok. Maka subjek baru tersebut dialihkan ke subjek lain yang berbeda.

4. Phoenix schedules

Sulistyo-Basuki (2004 : 9) menyatakan bahwa “Phoenix schedules adalah bagan

yang direvisi secara besar-besaran ranpa memperhatikan edisi sebelumnya”. Hal

ini terjadi dengan notasi kelas 324 pada edisi ke 19.

Dengan revisi besar-besaran ini, maka editor DDC tidak terpaku pada penundaan

notasi maupun terikat pada notasi yang ada. Jadi hasilnya ialah relokasi

besar-besaran. Biasanya subjek yang memperoleh Phoenix schedules diberi tanda

(31)

2.6 Perubahan Edisi DDC

Laju pertumbuhan ilmu pengetahuan tidak sma sehingga membuat struktur

ilmu pengetahuan tidak seimbang. Ada kelas yang dianggap statis seperti agama dan

filsafat, ada pula yang tumbuh secepat seperti kelas 400 (Bahasa) dan 800 (Sastra).

Melihat keadaan ini, maka editor DDc melakukan beberapa revisi terhadap edisi

DDC.

2.6.1 Perubahan Secara Ringkas

Dilatarbelakangi perkembangan ilmu pengetahan yang cukup pesat, maka

DDC juga terus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat mulai dari edisi awal

hingga edisi mutakhir. Dibawah ini akan diutarakan secara ringkas perubahan setiap

esisi DDC.

Pada edisi awal terjadi relokasi relatif yaitu sistem penempatan buku yang

berkaitan subjeknya. Edisi kedua terjadi relokasi artinya pergeseran sebuah subjek

dari sebuah nomor ke nomor lain. Edisi ini merupakan dasar pola notasi sampai edisi

13. Pada edisi 14, struktur dasar mengalami sedikit perubahan di mana banyak bidang

belum dikembangkan. DDC tidak sesuai dengan laju perkembangan ilmu

pengetahuan, maka pada edisi 15 terjadi relokasi besar untuk subjek dan indeks

diperbaiki. Edisi 15 gagal digunakan maka edisi 16 terjadi siklus revisi tujuh tahunan

dimana terjadi revisi besar-besaran pada notasi kelas 324 (The Political process).

Kebijakan perubahan pada subjek terus berlanjut hingga edisi 19. pada edisi 20 terjadi

relokasi di bidang komputer yang pada awalnya merupakan dari elektronika kemudian

menempati kelas 001 serta bagan dan notasi untuk Agama Islam mengalami

perubahan. Sesuai dengan siklus tujuh tahunan. Maka pada edisi 21 terjadi banyak

perubahan baik warna maupun penambahan entri subjek. Edisi mutakhir adalah edisi

22, muncul dengan perubahan warna, pengurangan dan penambahan entri. Disamping

(32)

2.6.2 Unsur-unsur yang Berubah

Dari uaraian perubahan edisi di atas, dapat dilihat beberapa unsur yang

berubah. Adapun perubahan yang cukup penting pada DDC edisi 22 jika

dibandingkan dengan edisi 21 dalah:

1. Penambahan jumlah entri

Penambahan ini dianggap perlu mengingat perkembangan koleksi perpustakan

yang bervariasi. Dalam edisi 22 terdapat banyak penambahan entri terutama

pada kelas 400 dan 800.

2. Pengurangan notasi

Untuk edisi 22 pengurangan notasi dilakukan karena dianggap tidak layak lagi

dipergunakan.

3. Catatan dan instruksi

Ada beberapa catatan atau instruksi yang berubah di edisi 22 yaitu :

a. Perintah include

b. Penggunaan ‘add to base number’

c. Optional note

d. Centered headings

e. Perintah formerly

(33)

2.6.3 Sikap Perpustakaan Merespon Perubahan DDC

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat adanya interval 7

tahunan mengakibatkan perubahan pada DDC edisi 22. Perubahan ini akan terasa bagi

perpustakaan terutama bagi pustakawan. Sikap perpustakaan dalam merespon

perubahan DDC edisi 22 ini adalah perpustakaan dituntut untuk mengambil kebijakan

dalam menyikapi perubahan yang terjadi. Pustakawan sendiri harus bekerja keras

untuk menyesuaikan kembali pengklasifikasian yang baru.

DDC edisi 22 ini sangat dibutuhkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi akan mengarah pada subyek yang semakin spesifik. Di samping hal tersebut

pustakawan juga dituntut untuk lebih memberi perhatian terhadap perubahan yang ada

dalam DDC edisi 22.

Dalam hal ini ada 2 hal pilihan yang dapat dilakukan oleh pustakawan untuk

merespon perubahan DDC tersebut yakni

1. Mengklasifikasi ulang semua subjek yang berubah terhadap koleksi yang

dimiliki.

2. Mempertahankan klasifikasi yang lama, tetapi harus membuat rujukan atau

penunjuk silang agar pengguna dapat melakukan penelusuran koleksi

walaupun ada perubahan atau pun sebaliknya.

Dari dua pilihan yang diajukan di atas, pustakawan dapat memilih mana yang lebih

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Pilihan jenis penelitian yang akan dilakukan tentu berkaitan dengan tujuan

penelitian itu sendiri. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah

penelitian komperatif. Sugiyono (2002 : 6 )menyatakan bahwa “penelitian komperatif

adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan”. Dalam hal ini yang

dibandingkan adalah DDC edisi 21 dengan edisi 22.

3.2. Unit Analisis

Pada umumnya setiap peneliti selalu berhubungan dengan masalah populasi

dan sampel. Disamping itu masih ada unit analisis sebagai bagian dari populasi dan

sampel.

Arikunto (1987 : 116) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan unit analisis dalam

penelitian adalah “satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian

adalah benda atau manusia”. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kelas 400 dan kelas 800

3.3. Instrumen Penelitian

Pemilihan alat (instrumen) untuk suatu penelitian sangat dipengaruhi oleh

jenis dan sifat data yang dikumpulkan. Sedang jenis dan sifat data sangat ditentukan

oleh masalah dan tujuan penelitian. Sugiyono (2002 :84) menyatakan “instrumen

penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur variable penelitian”.

Penelitian ini menggunakan tehnik observasi. Observasi secara singkat adapat

diartikan sebagai “pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur

yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada objek penelitian”.(Nawawi,

1992 : 74). Untuk pencatatan hasil pengamatan itu, peneliti menggunakan instrument

(35)

3.3.1. Kisi-kisi

Untuk membangun instrumen penelitian mutlak diperlukan kisi-kisi sering

disebut dengan layout (desain instrument). Pada penelitian ini penulis menggunakan

formulir isian yang dibangun dengan kisi-kisi.

Tabel 1.

Kisi-kisi Instrumen yang Diperlukan Untuk Mengukur Perbandingan DDC Edisi 21 Dengan Edisi 22

No Variabel Penelitian Aspek yang Diamati No.Item

Instrumen

Jumlah

1. Perbedaan DDC edisi

21 dengan edisi 22

A. Perbandingan notasi

B. Catatan dan instruksi

a. Perintah include

(36)

Berdasarkan kisi-kisi di atas, maka disusunlah formulir isian sebagai berikut :

Tabel 2.

Formulir Isian Perbandingan DDC Edisi 21 dengan Edisi 22

No. Item

Instrumen

Aspek yang diamati DDC

21 22

3. A. Perbandingan Notasi Penambahan dan Pengurangan

4. Kelas 400

5. Kelas 800

6 Perbandingan Penambahan Notasi Kelas 400

7 Perbandingan Penambahan Notasi Kelas 800

8 Perbandingan Pengurangan Notasi Kelas 400

9 Perbandingan Pengurangan Notasi Kelas 800

10. B. Catatan dan instruksi

11 Perintah include notasi kelas 400

12 Perintah include notasi kelas 800

13 Penggunaan Perintah “add to base number”

14. Penggunaan add to base number untuk notasi kelas 400

15. Penggunaan add to base number untuk notasi kelas 800

16 Perbandingan Penggunaan Perintah Optional Note

17. Perintah optional note notasi kelas 400

18. Perintah optional note notasi kelas 800

19 Perbandingan Penggunaan Perintah Centered Headings

20 Perintah centered untuk notasi kelas 400

21 Perintah centered untuk notasi kelas 800

22 Perbandingan Penggunaan Perintah Formerly

23 Perintah formerly untuk notasi kelas 400

(37)

25 Perbandingan Penggunaan Perintah Unassigned

26 Perintah unassigned untuk notasi kelas 400

(38)

3.3.2. Pengumpulan Data

Mengamati bukanlah hanya melihat objek. Kerlinger dalam Arikunto (1987 :

177) menyatakan bahwa “mengobservasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai

arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian,

menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya”. Metode observasi adalah suatu

usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur

yang terstandar. Hampir semua metode mempunyai tujuan untuk memperoleh ukuran

tentang variable. Tujuan yang pokok dari observasi adalah mengadakan pengukuran

terhadap variable.

Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian.

Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti

menggunakan metode observasi dengan formulir isian sebagai instrumennya. Di

samping ini peneliti juga membandingkan dan menghitung berapa banyak subjek

yang terbaru.

3.4. Analisis Data

Setelah data terkumpul selanjutnya diolah. Untuk mengolah data yang

terkumpul digunakan statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi”.

Untuk mengamati data tersebut di atas penulis menggunakan persentase

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran perbandingan kedua bagan dapat dilakukan dengan menetapkan

aspek-aspek yang akan dibandingkan. Adapun aspek-aspek yang akan dibandingkan

mencakup perbandingan notasi, indeks relatif serta catatan dan instruksi.

4.1 Perbandingan Notasi

Untuk melihat perbandingan notasi kelas 400 dan 800 pada DDC edisi ke- 21

dan ke-22, penulis melakukan pemeriksaan pada masing-masing bagan. Hasil

pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel-3: Perbandingan Entri Notasi

No. Item

Instrumen Aspek yang diamati DDC

21 22

3 Perbandingan Notasi

4 Kelas 400 362 entri 592 entri 5 Kelas 800 490 entri 552 entri

Dari tabel perbandingan entri notasi di atas terlihat bahwa jumlah entri subjek

untuk kelas 400 pada edisi ke-21 sebanyak 362 entri sedangkan pada edisi ke-22

sebanyak 592 entri. Terdapat penambahan entri sebanyak 230 entri. Entri subjek

untuk kelas 800 pada edisi ke-21 sebanyak 490 entri sedangkan pada edisi ke-22

sebanyak 552 entri, dengan demikian terdapat penambahan entri sebanyak 62 entri.

Gambaran umum entri untuk notasi kelas 400 pada edisi ke-21 dan ke-22

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel-4: Gambaran Umum Entri Notasi Kelas 400

No. Urut

Edisi 21 Edisi 22

1. 400 Language 400 Language

2. 401 Philosophy and theory 401 Philosophy and theory 3. 401.3 International languages 401.3 Inteernational languages 4. 401.4 Language and communication 401.4 Language and communication 5. 401.41 Semiotics 401.41 Discourse analysis

6. 401.43 Semantics 401.43 Semantics

(40)

11. 402 Miscellany 402 Miscellany

12. 402.85 Data processing 402.85 Data processing

13. 403 Dictionaries, encyclopedias, … 403 Dictionaries, encyclopedias, … 14. 404 Special topics 404 Special topics

15. 404.2 Bilingualism 404.2 Bilingualism

16. - 405 Serial publications

17. - 406 Organizations and management

18. 405-406 Standard subdivisions - 19. 407 Education, research, … 407 Education, research, … 20. 408 Treatment of language … 408 Treatment of language … 21. 408.9 Treatment of language with … 408.9 Treatment of language with … 22. 409 Geographic and persons … 409 Geographic and persons … 23. 410 Linguistics 410 Linguistics

24. 410.1 Philosophy and theory 410.1 Philosophy and theory 25. 410.151 Mathematical principles 410.151 Mathematical principles 26. 410.18 Schools and theories of … 410.18 Schools and theories of … 27. 410.19 Psychological principles 410.19 Psychological principles 28. 410.2 Miscellany 410.2 Miscellany

29. 410.285 Data processing 410.285 Data processing 30. 410.3-.9 Standard subdivisions 410.3-.9 Standard subdivisions 31. 411 Writing systems 411 Writing systems

32. 411.7 Paleography 411.7 Paleography 33. 412 Etymology 412 Etymology 34. 413 Dictionaries 413 Dictionaries

35. 413.028 Techniques, procedures … 413.028 Techniques, procedures … 36. 413.1 Specialized dictionaries 413.1 Specialized dictionaries 37. 413.2-.9 Polyglot dictionaries … 413.2-.9 Polyglot dictionaries … 38. 414 Phonology and phonetics 414 Phonology and phonetics 39. 414.6 Suprasegmental features 414.6 Suprasegmental features 40. 414.8 Phonetics 414.8 Phonetics

41. 415 Grammar 415 Grammar

42. - 415.01 Philosophy and theory

43. - 415.018 Schools and theories

44. - 415.018 2 Generative grammar

45. - 415.018 4 Dependency grammar

46. - 415.5 Nouns, pronouns, …

47. - 415.54 Nouns

48. - 415.55 Pronouns

49. - 415.6 Verbs

50. - 415.62 Tense

51. - 415.63 Aspect

52. - 415.7 Miscellaneous word classes

53. - 415.76 Adverbs

54. - 415.9 Morphology

55. - 415.92 Word formation

56. - 415.95 Inflection

57. 417 Dialectology and historical … 417 Dialectology and historical …

(41)

59. 417.22 Pidgins and creoles 417.22 Pidgins and creoles 60. 417.7 Historical (Diachronic) … 417.7 Historical (Diachronic) … 61. 418 Standard usage … 418 Standard usage …

62. 418.001-.009 Standard subdivisions 418.001-.009 Standard subdivisions 63. 418.02 Translation and … 418.02 Translation and …

64. 418.4 Reading 418.4 Reading 65. 419 Structured verbal … 419 Sign languages

66. 419.071 Teaching -

67. 419.093-.099 Treatment by … -

68. - 419.1 Sign languages used …

69. - 419.(3) Specific sign language

70. - 419.4-.9 Sign languages used …

71. 420-490 Specific languages 420-490 Specific languages

72. 420-491 Specific Indo-European … 420-491 Specific Indo-European … 73. 420 English and Old English … 420 English and Old English … 74. 420.1-428 Subdivisions of … 420.1-428 Subdivisions of … 75. 421 Writing system, phonology … 421 Writing system, phonology …

76. - 421.001-.008 Standard subdivisions

77. - 421.009 Historical, geographic,

78. - 421.02 Middle English, 1100-1500

79. - 421.020 94-.020 99 Geographic …

80. - 421.022 Etymology of standard English

81. - 421.03 Dictionaries of standard English

82. - 421.05 Grammar of standard English

83. - 421.07 Historical and geographic …

84. - 421.09 Modern nongeographic …

85. 421.52 Spelling (orthography) … 421.52 Spelling (orthography) …

86. 421.54 Standard American … -

87. 421.55 Standard British spelling … -

88. 422-423 Etymology and … -

89. 425 Grammar of standard English - 90. 427 Historical and geographic … - 91. 427.001-.008 Standard subdivisions - 92. 427.009 Historical, geographic … - 93. 427.02 Middle English, 1100-1500 - 94. 427.09 Modern nongeographic … -

95. 427.1-.8 Geographic variations in … 427.1-.8 Geographic variations in …

96. - 427.1-.9 Geographic variations

97. 427.9 Geographic variations in … 427.9 Geographic variations in … 98. 428 Standard English usage … 428 Standard English usage … 99. 429 Old English … 429 Old English …

100. 430 Germanic (Teutonic) … 430 Germanic languages

101. 430.01-.03 Standard … 430.01-.03 Standard subdivisions … 102. 430.04 Special topics of … 430.04 Special topics of …

103. 430.05-.09 Standard subdivisions … 430.05-.09 Standard subdivisions … 104. 430.1-.438 Subdivisions of … 430.1-.438 Subdivisions of … 105. 431-433 Writing system, … 431 Writing systems, ….

(42)

107. - 433 Dictionaries of standard German 108. 435 Grammar of standard German 435 Grammar of standard German 109. 437 Historical and geographic … 437 Historical and geographic … 110. 437.001-.008 Standard subdivisions 437.001-.008 Standard subdivisions 111. 437.009 Historical, geographic, … 437.009 Historical, geographic, … 112. 437.01 Old high German to 1100 437.01 Old high German to 1100

113. - 437.010 94-.010 99 Geographic …

114. 437.02 Middle high German and … 437.02 Middle high German and …

115. - 437.020 94-.020 99 Geographic …

116. 437.09 Modern nongeographic … 437.09 Modern nongeographic … 117. 437.1-.6 Geographic variations in … 437.1-.6 Geographic variations in …

118. - 437.1-.9 Geographic variations

119. 437.9 Geographic variations in … 437.9 Geographic variations in ... 120. 438 Standard German usage … 438 Standard German usage … 121. 439 Other Germanic (Teutonic) … 439 Other Germanic languages 122. 439.1 Yiddish 439.1 Yiddish

123. 439.2-439.4 Low Germanic … 439.2-439.4 Low Germanic languages 124. 439.2 Frisian 439.2 Frisian

125. 439.3 Netherlandish languages 439.3 Netherlandish languages 126. 439.31 Dutch 439.31 Dutch

127. 439.36 Afrikaans 439.36 Afrikaans

128. 439.4 Low German (Plattdeutsch) 439.4 Low German (Plattdeutsch) 129. 439.5 Scandinavian … 439.5 North Germanic languages … 130. 439.6-439.8 Specific Scandinavian ... 439.6-439.8 Specific North … 131. 439.6 West Scandinavian languages 439.6 Old Norse (Old Icelandic), … 132. 439.600 1-.600 9 Standard … 439.600 1-.600 9 Standard … 133. 439.601-.68 Subdivisions of old … 439.601-.68 Subdivisions of old … 134. 439.69 Modern West … 439.69 Icelandic and Faeroese 135. 439.690 01-.690 09 Standard … 439.690 01-.690 09 Standard … 136. 439.690 1-.698 Subdivisions of … 439.690 1-.698 Subdivisions of … 137. 439.699 Faeroese 439.699 Faeroese

138. 439.7-439.8 East Scandinavian … - 139. 439.7 Swedish 439.7 Swedish

140. - 439.77 Historical and geographic …

141. - 439.770 01 Philosophy and theory

142. - 439.770 02-.08 Standard …

143. - 439.770 09 Historical, geographic, …

144. - 439.770 1 Old Swedish to 1526

145. - 439.776-.779 Treatment by specific …

146. - 439.776-.778 Geographic variations …

147. - 439.779 Geographic variations in …

148. 439.8 Danish and Norwegian 439.8 Danish and Norwegian 149. 439.81 Danish 439.81 Danish

150. - 439.817 Historical and geographic …

151. - 439.817 001 Philosophy and theory

152. - 439.817 002-.008 Standard subdivisions

153. - 439.817 009 Historical, …

Gambar

Tabel 1.
Tabel-3: Perbandingan Entri Notasi
Tabel-5: Gambaran Umum Entri Notasi Kelas 800
Tabel-6 : Gambaran Perbandingan Penambahan Notasi Kelas 400
+7

Referensi

Dokumen terkait