• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelapisan Dielektrik Minyak Pada Dielektrik Plastik Terhadap Tegangan Tembus AC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pelapisan Dielektrik Minyak Pada Dielektrik Plastik Terhadap Tegangan Tembus AC"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pelapisan Dielektrik Minyak Pada Dielektrik Plastik

Terhadap Tegangan Tembus AC

(Aplikasi Pada Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Fakultas Teknik USU)

OLEH

NAMA : RUSDIN KACARIBU NIM : 010402011

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Pengaruh Pelapisan Dielektrik Minyak Pada Dielektrik Plastik

Terhadap Tegangan Tembus AC

(Aplikasi Pada Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Fakultas Teknik USU) OLEH

NAMA : RUSDIN KACARIBU NIM : 010402011

Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Sidang pada tanggal 25 bulan 8 tahun 2007 di depan Penguji:

1. Ir. Hendra Zulkarnaen : Ketua Penguji

2. Ir. Bonggas L. Tobing : Anggota Penguji

3. Ir. Surya T. Kasim, M.Si : Anggota Penguji

Disetujui oleh: Pembimbing Tugas Akhir,

NIP:131273469 ( Ir. Syahrawardi )

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro,

(3)

ABSTRAK

Elekroda maupun dielektrik padat yang terlihat datar sesungguhnya memiliki permukaan yang tidak rata. Bila elektroda dan dielektrik disusun, maka diantara keduanya terdapat celah kosong yang seandainya celah kosong ini dibiarkan maka akan diisi oleh udara. Udara yang mengisi celah relatif lebih mudah mengalami ionisasi yang berujung erosi pada dielektrik dan mengurangi umur dielektrik padat tersebut.

Bila pada celah kosong tersebut udara digantikan oleh dielektrik minyak, maka ionisasi akan lama terjadi dan erosi pada dielektrik padat sulit terjadi sehingga tegangan tembusnya menjadi lebih besar dan umur dielektrik padat tersebut menjadi lebih lama.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Zat Maha Agung Yang

memberikan hidayah, innayah, pertolongan sekaligus kepercayaan kepada penulis

untuk menjalani dan menyelesaikan studi S1 di Departemen Teknik Elektro Fakultas

Teknik USU. Sholawat sekalian salam senantiasa terucap untuk baginda Rasulullah

Muhammad SAW.

Adapun penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat bagi penulis

untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik dari Departemen Elektro Fakultas Teknik

USU. Di dalam Tugas Akhir ini penulis ingin memperlihatkan perbedan daya tahan

pelastik sebelum dengan sesudah diberi minyak.

Dalam perjalan penulisan Tugas Akhir ini, penulis sangat terbantu melewati

berbagai masalah sehingga tugas akhir ini dapat selesai. Untuk itu dengan ketulusan

dan kerendaham hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Mamak yang tercinta di rumah. Atas nasehat, kesabaran dan kerelaan

hati berjuang dan membimbing anak ini hingga akhir perjalanan. Semoga amal

yang dilakukan mendatangkan kebaikan terus-menerus tanpa putus.

2. Kakakku Lidya Wati Kacaribu, ST. Sunarti Kacaribu, AMAK. Dan abangku dr.

Kamalluddin Kacaribu. Semoga ‘jundi’ kalian lebih hebat dari orang tuanya, serta

adikku Subur Jaya Kacaribu. Kalian semua telah menjadi semangat dalam diri ini.

3. Bapak Prof. DR. Ir. Usman Baafai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasdari Helmi, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(5)

6. Bapak Ir. Bonggas L. Tobing, selaku Dosen Wali penulis, yang memberikan

nasehat dan bimbingan selama perkuliahan.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen, selaku staf pengajar Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis menuju

jenjang Sarjana.

8. Kepada teman-teman kampusku : Zulfadli, Dancoxs, Mantox, Effendi Karo-karo

dan seluruh anak 2001. Kalian banyak sekali memberi pelajaran baru.

9. Kepada teman-temanku di KAMMI. Ikhwan dan Akhwat fillah, Jazakumullah

khoiron jaza. Semoga kita bertemu dalam keadaan yang jauh lebih baik lagi dari

hari ini. Temen-temen LQ. Nurcholis, aku akan menyusulmu. Mukhlis, terus

jalankan KreatifBah yang dulu kita dirikan, Bustamin, Farhan, tetaplah istiqomah.

Pak Agus, terimakasih telah membimbing kami.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum begitu sempurna karena

masih banyak lagi kekurangan baik dari isi maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna pengembangan

dan penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan

memberikan inspirasi dalam ilmu pengetahuan bagi semua pihak.

Medan, Juli 2007

Penulis

(6)

Daftar Isi

Abstrak ………. i

Kata Pengantar ……….………... ii

Daftar isi ..….. ……….... iv

Daftar Gambar ……….... viii

Daftar Tabel ……….……….. x

BAB I Pendahuluan ………....……….…... 1

I.1. Latar Belakang ……….. 1

I.2. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………...………... 2

I.3. Batasan Masalah ……… 2

I.4. Metode Penulisan ………...………… 3

I.5. Sistematika Penulisan ………. 3

BAB II DIELEKTRIK ……….……… 5

II.1. Pengertian Dielektrik ……….……… 5

II.2. Jenis-jenis Dielektrik ………. 6

II.3. Rangkaian Ekivalen Dielektrik ………. 8

II.4. Karakteristik Dielektrik ………. 10

II.4.1. Kekuatan Dielektrik ……… 10

II.4.2. Konduktansi ……… 11

II.4.3. Rugi-rugi Dielektrik ……… 12

II.4.4. Peluahan Parsial (Partial Discharge) ………... 13

(7)

II.4.6. Kekuatan Kerak Isolasi ……….. 17

II.5. Penggunaan Dielektrik ………...…………... 18

II.5.1. Penggunaan Pada Transformator Daya ……….. 18

II.5.2. Penggunaan Pada Mesin Berputar ………. 19

II.5.3. Penggunaan Pada Circuit Breaker ……….. 19

II.5.4. Penggunaan Pada Kabel ………. 20

II.5.5. Penggunaan Pada Kapasitor Daya ……….. 22

II.5.6. Penggunaan Pada Peralatan Elektronik ……….………. 24

BAB III TEORI TEMBUS LISTRIK PADA DIELEKTRIK ………. 25

III.1. Pengertian Tegangan Tembus Listrik ……….……….……… 25

III.2. Tegangan Tembus Listrik Pada Dielektrik Gas ………... 26

III.2.1. Teori Townsend ………..………..…... 26

III.2.2. Teori Streamer ……….…… 29

III. 2.2.a. Teori Streamer Positif ……….…...…. 29

III.2.2.b. Teori Streamer Negatif ……… 31

III.2.3. Hukum Paschen ………... 32

III.3. Tegangan Tembus Pada Dielektrik Cair ………...……….. 32

III.3.1. Teori Kegagalan Dielektrik Cair Murni ………..……. 33

III.3.2. Teori Kegagalan Gelembung Gas ………...…… 34

III.3.3. Teori Kegagalan Butiran Padat ………...……… 35

III.3.4. Teori Kegagalan Bola Cair ……… 37

III.4. Tegangan Tembus Listrik Pada Dielektrik Padat ……… 38

III.4.1. Kegagalan Asasi ….……….. 39

(8)

III.4.3. Kegagalan Streamer ………...………… 40

III.4.4. Kegagalan Termal ………...………… 40

III.4.5. Kegagalan Erosi ………..………. 40

BAB IV PENGARUHPELAPISAN DIELEKTRIK MINYAK PADA DIELEKTRIK PLASTIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC……….………. 41

IV.1. Umum ……….. 41

IV.2. Peralatan Yang Digunakan ……….……….. 41

IV.3. Rangkaian Percobaan ………...……….…... 42

IV.4. Prosedur Percobaan ... 43

IV.4.1. Prosedur Percobaan Tegangan Tembus Pada Plastik ... 43

IV.4.2. Prosedur Percobaan Waktu Tembus Listrik Pada Plastik 45 IV.5. Data Percobaan ... 47

IV.5.1. Data Percobaan Tegangan Tembus Listrik Pada Plastik .. 47

IV.5.2. Data Percobaan Waktu Tembus Listrik Pada Plastik ….. 48

IV.6. Analisa Data ... 49

IV.6.1. Analisa Data Tegangan Tembus listrik Pada Plastik ….. 49

IV.6.2. Analisa Data Waktu Tembus Listrik Pada Plastik …..… 51

IV.7. Grafik Hasil Percobaan ……….……….…………... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...………...………… 55

V.1. Kesimpulan ………..……….………... 55

(9)

Daftar Pustaka

(10)

Daftar Gambar

BAB II DIELEKTRIK

Gambar 2.1. Rangkaian Ekivalen Suatu Dielektrik ………...………... 9

Gambar 2.2. Rangkaian Ekivalen Dielektrik ……….……… 9

Gambar 2.3. Komponen Arus Dielektrik ……….. 10

Gambar 2.4. Arus Pada Kapasitor Komersial ……….……….. 11

Gambar 2.5. Dampak Medan Listrik Terhadap Molekul Dielektrik ……… 12

Gambar 2.6. Celah Udara Dielektrik Padat ……….. 13

Gambar 2.7. Kemungkinan Terjadinya Peluahan Internal ……….……….. 15

Gambar 2.8. Arus Pada Suatu Dielektrik ………. 17

BAB III TEORI TEMBUS LISTRIK PADA DIELEKTRIK Gambar 3.1. Medan Elektrik Dalam Dielektrik ………... 26

Gambar 3.2. Arah Medan E Dan Arah Elektron Akibat Gaya F ……….. 27

Gambar 3.3. Ilustrasi Kondisi Akibat Tabrakan eb Dengan Atom N ……...……. 28

Gambar 3.4. Benturan Ion Positif Dengan Katoda Menyebabkan Terjadinya Emisi ……….. 28

Gambar 3.5. Muatan Positif Membentuk Muatan Ruang Seperti Kerucut …….. 29

Gambar 3.6. Plasma Yang Menjadi Kanal Penghubung Antara Anoda Dengan Katoda ………. 29

Gambar 3.7. Muatan Negatif Mengubah Distribusi Medan Elektrik …….……... 31

Gambar 3.8. Emisi Medan Tinggi Pada Permukaan Elektroda …………....……. 33

(11)

Gambar 3.10. Ilustrasi Tembus Listrik Pada Zat Cair Yang Mengandung

Butiran Padat ………..………... 36

Gambar 3.11. Ilustrasi Tembus LIstrik Pada Bola Cair ………...….... 37

Gambar 3.12. Grafik Kegagalan Isolasi ………...……….... 39

BAB IV PENGARUH PELAPISAN DIELEKTRIK MINYAK PADA DIELEKTRIK PLASTIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC

Gambar 4.1. Rangkaian Pengujian Tegangan Tembus Listrik Pada Plastik Sebelum

(12)

Daftar Tabel

BAB II DIELEKTRIK

Tabel 2.1. Beberapa Contoh Kekuatan Dielektrik Suatu Bahan ………...……... 7

Tabel 2.2. Bahan Yang Sering Digunakan Pada Kabel …...…....………. 22

BAB IV PENGARUH PELAPISAN DIELEKTRIK MINYAK PADA DIELEKTRIK PLASTIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC

Tabel 4.1. Data Percobaan Tegangan Tembus Listrik Pada Plastik

Tanpa Minyak ... 47

Tabel 4.2. Data Percobaan Tegangan Tembus Listrik Pada Plastik Berminyak .. 48

Tabel 4.3. Data Waktu Tembus Listrik Pada Plastik Tanpa Minyak ….……….. 48

Tabel 4.4. Data Waktu Tembus Listrik Pada Plastik Berminyak ………..…..…. 49

Tabel 4.5. Tegangan Tembus Rata-rata Tiap Penambahan Berat Pada Plastik

Tanpa Minyak ………... 50

Tabel 4.6. Tegangan Tembus Rata-rata Tiap Penambahan Pemberat Pada Plastik

Berminyak ………...….... 50

Tabel 4.7. Waktu Tembus Llistrik (T) Rata-rata Pada Plastik Tanpa Minyak .... 51

(13)

ABSTRAK

Elekroda maupun dielektrik padat yang terlihat datar sesungguhnya memiliki permukaan yang tidak rata. Bila elektroda dan dielektrik disusun, maka diantara keduanya terdapat celah kosong yang seandainya celah kosong ini dibiarkan maka akan diisi oleh udara. Udara yang mengisi celah relatif lebih mudah mengalami ionisasi yang berujung erosi pada dielektrik dan mengurangi umur dielektrik padat tersebut.

Bila pada celah kosong tersebut udara digantikan oleh dielektrik minyak, maka ionisasi akan lama terjadi dan erosi pada dielektrik padat sulit terjadi sehingga tegangan tembusnya menjadi lebih besar dan umur dielektrik padat tersebut menjadi lebih lama.

(14)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Setiap dielektrik yang berbeda memiliki kekuatan dalam menahan tegangan

tembus yang berbeda. Pada umumnya dielektrik cair (liquid) memiliki kekuatan

dielektrik yang lebih tinggi daripada gas dan dielektrik solid memiliki kekuatan

dielektrik yang lebih tinggi daripada dielektrik gas dan cair.

Dalam pembuatan kapasitor, maka nilai dari kekuatan dielektrik sangat

menentukan baik buruknya kapasitor tersebut. Kapasitor terdiri dari dua lempeng

logam yaitu Anoda dan Katoda yang dipisahkan oleh dielektik. Dan pada umumnya

dielektrik yang digunakanakan adalah dielektrik padat (solid).

Permukaan elektroda maupun dielektrik padat yang terlihat datar, ternyata

tidak begitu rata, banyak terdapat tonjolan halus maupun pori-pori sehingga ketika

elektroda dan dielektrik disusun akan terbentuk rongga dalam jumlah yang banyak.

Rongga udara merupakan dielektrik yang mudah mengalami ionisasi. Apabila terjadi

ionisasi maka pada dielektrik padat akan mengalami erosi yang menyebabkan

permukaannya terkikis. Selain itu, pada permukaan elektroda yang menonjol ataupun

runcing akan mengalami emisi medan tinggi. Hal ini akan menyebabkan kekuatan

dielektrik padat tadi akan berkurang dan bisa juga umurnya akan semakin pendek.

Untuk menghindari hal ini maka perlu diupayakan agar pada pertemuan

dielektrik padat dengan elektroda tidak terjadi ionisasi sehingga kekuatan dielektrik

tidak hanya tidak berkurang, tetapi juga bertambah. Salah satu cara adalah dengan

menambahkan atau melapisi minyak pada permukaan elektroda maupun dielektrik

(15)

I.2 Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

Untuk mempelajari proses terjadinya tembus listrik pada dielektrik padat,

cair maupun gas.

Mendapatkan tegangan tembus listrik dielektrik plastik sebelum dan

sesudah dilapisi minyak trafo.

Menguji kemampuan dielektrik plastik.

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan pengertian dan penjelasan mengenai kekuatan dielektrik

dan tegangan tembus listrik.

2. Memberi peluang kepada mahasiswa untuk mempelajari lebih lanjut

studi mengenai tegangan tembus dielektik.

3. Mendapatkan pengetahuan tentang cara memakai alat uji.

I.3 Batasan Masalah

Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan serta

terfokus pada judul dan bidang yang telah disebutkan di atas, maka penulis membatasi

permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :

Penelitian ditekankan pada perbandingan tegangan tembus dielektrik

plastik sebelum dengan sesudah dilapisi dielektrik minyak.

Tidak membahas perubahan suhu maupun perubahan tekanan pada udara

di sekitar pengujian.

Dielektrik yang diuji adalah plastik (polyethylene low dnsity)).

Susunan elektroda penguji adalah plat sejajar.

(16)

High Voltage Test Set Model ET-51D

Plastik jenis LDPE (Low Density Polietylen)

Elektroda plat piringan dengan diameter 2,5 cm dan 3,5 cm.

Barometer, Thermometer Voltmeter.

Tegangan kerja adalah tegangan AC.

I.4 Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan beberapa

metode studi di antaranya :

Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan

topik tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh

penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal,

internet dan lain-lain

Studi lapangan yaitu dengan melaksanakan percobaan di Laboratorium

Teknik Tegangan Tinggi FT USU

Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir

ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh departemen

Teknik Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Teknik Tegangan

Tinggi dan teman-teman mahasiswa.

I.5 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian, tujuan

(17)

BAB II. DIELEKTRIK

Bab ini membahas mengenai dielektrik, baik itu pengertian, syarat, macam-macam

dielektrik, rangkaian ekivalen dielektrik, karakteristik dan penggunaan dielektrik.

BAB III. TEGANGAN TEMBUS PADA DIELEKTRIK

Bab ini membahas tentang defenisi tegangan tembus listrik pada dielektrik, proses

terjadinya tegangan tembus listrik pada dielektrik padat, cair dan gas.

BAB IV. PENGARUH PELAPISAN DIELEKTRIK MINYAK PADA

DIELEKTRIK PLASTIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC

Bab ini menjelaskan tentang penerapan atau pengujian dielektik plastik baik sebelum

maupun sesudah diolesi dengan minyak trafo untuk mengetahui perbandingan

kekuatan dielektriknya. Pengujian ini dilakukan di laboratorium teknik tegangan

tinggi.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan dan saran pada

(18)

BAB II DIELEKTRIK

II.1. Pengertian Dielektrik

Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat

kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan

gas.Tidak seperti konduktor, pada bahan dielektrik tidak terdapat elektron-elektron

konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan

listrik tidak akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan dielektrik. Sifat

inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik. Dalam

bahan dielektrik, semua elektron-elektron terikat dengan kuat pada intinya sehingga

terbentuk suatu struktur regangan (lattices) benda padat, atau dalam hal cairan atau

gas, bagian-bagian positif dan negatifnya terikat bersama-sama sehingga tiap aliran

massa tidak merupakan perpindahan dari muatan. Karena itu, jika suatu dielektrik

diberi muatan listrik, muatan ini akan tinggal terlokalisir di daerah di mana muatan

tadi ditempatkan.

Masing-masing jenis dielektrik memiliki fungsi dan fungsi yang paling

penting dari suatu isolasi adalah:

1. Untuk mengisolasi antara penghantar dengan pengahantar yang lain.

Misalnya antara konduktor fasa dengan konduktor fasa, atau konduktor fasa

dengan tanah.

2. Menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang diisolasi.

3. Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia.

Agar dielektrik mampu menjalanakan tugasnya dengan baik maka dielektrik

(19)

1. Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi, agar dimensi sistem isolasi

menjadi kecil dan pengunaan bahan dielektrik semakin sedikit, sehingga

harganya semakin murah.

2. Rugi-rugi dielektrik yang rendah, agar suhu bahan isolasi tidak melebihi batas

yang ditentukan.

3. Memiliki kekuatan kerak tinggi, agar tidak terjadi erosi karena tekanan

elektrik permukaan.

4. Memiliki konstanta dielektrik yang tepat dan cocok, sehingga membuat arus

pemuatan tidak melebihi yang diijinkan.

5. Kemampuan menahan panas tinggi (daya tahan panas).

6. Kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas.

7. Konduktivitas panas yang tinggi.

8. Koefisien muai panas yang rendah.

9. Tidak mudah terbakar.

10.Tahan terhadap busur api.

11.daya serap air yang rendah.

Tetapi dalam prakteknya tidak ada dielektrik yang mampu memenuhi semua

syarat-syarat diatas. Sehingga diperlukan kompromi tentang sifat-sifat apa saja

yang lebih diutamakan.

II.2. Jenis-Jenis Dielektrik

Dielektik ada tiga jenis, yaitu padat (solid), cair (liquid) dan udara (gas).

(20)

tertinggi yang dapat ditahannya dimana dielektrik tersebut tidak berubah sifat menjadi

konduktif (tembus listrik).

Berikut ini dalam tabel 2.1** akan diberikan beberapa contoh dari bahan-bahan

(21)

Nylon 6/10 190 0,04 4,6

Mika dan

turunannya

Muscovite 10.000 0,03 6 – 7,5

phlogopite 7000 0,03 6 – 7,5

Dielektrik

Minyak

transformator 150 0,001 2,2 – 2,3

Kabel 300 0,002 2,3 -2,5

Kapasitor 200 0,25 x 10-2 2,1

Askarels 200-250 0,6 x 10-2 4,8

silikon 300-400 10-3 2,7 - 3

Polyethylen

Low Density 170-280 2.10 -4 2,3

Med-Density 200-280 2.10 -4 2,3

High Density 180-240 2.10 -4 2,35

Irradiated 720-1000 5.10 -4 2,3

**

M.S Naidu, V. Kamaraju “ High Voltage Enggineering”, Tata Mc Graw-Hill Publishing, Seven Reprint, bab III dan IV, New Delhi, 1990.

Tabel 2.1. Beberapa contoh kekuatan dielektrik suatu bahan.

II.3. Rangkaian Ekivalen Dielektrik

Arus yang timbul pada suatu dielektrik ada tiga komponen yaitu arus

pengisian, arus absorpsi dan arus konduksi. Sehingga rangkaian ekivalen suatu

dielektrik harus dapat menampilkan adanya ketiga kompanen arus diatas. Rangkaian

(22)

b

a

C

g

i

k

i

a

R

k

R

a

C

a

i

p

Gambar 2.1. Rangkaian ekivalen suatu dielektrik

Keterangan:

Cg = Kapasitansi geometris Rk = Tahanan dielektrik

Ra = Tahanan absorbsi Ca = Kapasitansi arus absorbsi

A C

Ic IR

I Re

Ce

a b

Gambar 2.2. Rangkaian ekivalen dielektrik

(23)

V

Arus total yang diberikan sumber tegangan adalah seperti gambar 2.3. berikut ini :

Gambar 2.3. Komponen arus dielektrik

II.4. Karakteristik Dielektrik

Ada enam sifat-sifat listrik dielektrik yang perlu diketahui yaitu:

1. Kekuatan dielektrik

2. Konduktansi

3. Rugi-rugi dielektrik

4. Tahanan isolasi

5. Peluahan parsial (partial discharge)

6. Kekuatan kerak isolasi (tracking strength)

Berikut ini akan dijelaskan secara sederhana maksud dari keenam sifat di atas.

II.4.1 Kekuatan Dielektrik

Semua bahan dielektrik memiliki tingkat ketahanan yang disebut dengan

“kekuatan dielektrik”, diartikan sebagai tekanan listrik tertinggi yang dapat ditahan

oleh dielektrik tersebut tanpa merubah sifatnya menjadi konduktif. Apabila suatu ………... 2.1

…….……….. 2.2

IR

(24)

dielektrik berubah sifatnya menjadi konduktif, maka dielekrik tersebut telah tembus

listrik (breakdown). Kekuatan dielektrik juga dapat diartikan sebagai tekanan listrik

terendah yang mengakibatkan dielektrik tersebut tembus listrik. Kekuatan dielektrik

ini disebut juga dengan kuat medan kritis.

Tegangan tembus (breakdown voltage) suatu isolator adalah tegangan

minimum yang dibutuhkan untuk merusak dielekrik tersebut. Kekuatan dielektrik dari

suatu bahan isolasi dinyatakan dengan tegangan maksimum yang dapat ditahan oleh

suatu medium tanpa merusaknya. Dengan kata lain, kekuatan dielektrik dinyatakan

dengan gradien tegangan yang diperlukan supaya dielektrik itu mengalami tembus

listrik.

II.4.2 Konduktansi

Apabila tegangan searah diberikan pada plat-plat sebuah kapasitor komersil

dengan isolasi seperti mika, porselin atau kertas maka arus yang timbul tidak berhenti

mengalir untuk waktu yang singkat, tetapi turun perlahan-lahan. Hal itu disebabkan

oleh ketiga komponen arus yang terdapat di dalam dielektrik tersebut seperti

diperlihatkan pada gambar 2.4. di bawah ini.

Gambar 2.4.Arus pada kapasitor komersial

t1 t2 t3

t ik

ip ia

im

(25)

Arus pengisian (ip) terjadi selama waktu t1. Arus pengisian disebabkan oleh

molekul-molekul yang bergerak cepat sehingga terpolarisasi dengan cepat pula.

Kemudian arus berkurang perlahan-lahan selama t2, arus ini disebut arus absorpsi (ia).

Arus absorpsi terjadi karena adanya gerakan-gerakan lambat (viscous) dari

molekul-molekul dielektrik. Akhirnya arus mencapai nilai tertentu (ik), arus ini disebut arus

konduksi. Arus ini tetap mengalir dengan konstan karena tahanan dielektirk tidak

mencapai nilai tak hingga.

II.4.3 Rugi-rugi Dielektrik

Rugi-rugi dielektrik untuk isolasi tegangan tinggi merupakan salah satu ukuran

penting terhadap kualitas material isolasi. Suatu bahan dielektrik tersusun atas

molekul-molekul dan elektron-elektron di dalamnya terikat kuat dengan inti atomnya.

Ketika bahan tersebut belum dikenai medan listrik, maka susunan molekul dielektrik

tersebut masih belum beraturan (tidak tersusun rapi), seperti ditunjukkan pada

Gambar 2.5.a.

a b c

Gambar 2.5. Dampak medan listrik terhadap molekul dielektrik

(26)

Ketika molekul-molekul tersebut dikenai medan listrik, maka muatan inti

positif mengalami gaya yang searah dengan medan listrik dan elektron-elektron dalam

molekul tersebut akan mengalami gaya listrik yang arahnya berlawanan dengan arah

medan listrik tadi. Gaya listrik ini akan mengubah posisi elektron dan proton dari

posisi semula, akibatnya molekul-molekul dielektrik akan terpolarisasi dan berubah

arahnya sejajar dengan arah medan listrik, seperti pada Gambar 2.5.b. Karena

mendapat terpaan elektrik yang selalu berubah-ubah arahnya, maka arah dipol juga

berubah-ubah setiap saat (1800) terhadap posisi semula, seperti pada Gambar 2.5.c.

Perubahan arah molekul akan menimbulkan gesekan antar molekul. Karena medan

listrik yang berubah setiap saat, maka gesekan antar molekul juga terjadi

berulang-ulang. Gesekan ini akan menimbulkan panas yang disebut dengan rugi-rugi dielektrik.

II.4.4 Peluahan Parsial ( Partial Discharge)

Peluahan parsial (partial discharge) adalah peluahan elektrik pada medium

isolasi yang terdapat di antara dua elektroda berbeda tegangan, di mana peluahan

tersebut tidak sampai menghubungkan kedua elektroda secara sempurna. Peristiwa

seperti ini dapat terjadi pada isolasi padat yang di dalamnya terdapat rongga udara

seperti ditunjukkan pada gambar 2.6. berikut ini :

D ielektrik padat

(27)

Jika medan elektrik dihasilkan oleh dua elektroda piring sejajar yang luasnya

tak hingga, maka kuat medan elektrik pada setiap lapis dielektrik adalah:



V = beda tegangan di antara elektroda (V)

ε = konstanta dielektrik

s = tebal dieletrik (cm)

Jika dimisalkan konstanta dielektrik padat adalah enam dan konstanta

dielektrik udara adalah satu, maka kuat medan dielektrik pada celah udara untuk

susunan dielektrik seperti gambar di atas adalah:

u

Karena su relatif sangat kecil dibanding terhadap tebal keseluruhan dielektrik

padat (s1 + s2), maka kuat medan dieletrik pada celah udara adalah:

2

Dengan cara yang sama dapat dihitung kuat medan elektrik pada dielektrik

padat, hasilnya adalah:

2

Terlihat bahwa kuat medan dielektrik pada celah udara enam kali lebih besar

dari kuat medan eletrik dielektrik padat. Sedangkan kekuatan dielektrik udara jauh

lebih kecil dari kekuatan dielektrik padat. Jika kuat medan elektrik di celah udara

(28)

ε1

ε2 s

dielektrik padat tidak mengalami tembus listrik. Karena terpaan elektrik yang

dialaminya masih di bawah kekuatan dielektriknya. Karena tembus listrik hanya

terjadi di celah udara maka peristiwa ini disebut peluahan parsial (partial discharge).

Ada beberapa jenis peristiwa pada peluahan parsial, yaitu ;

1. Peluahan parsial internal

Peluahan ini terjadi pada susunan dielektrik yang tidak sempurna, terdapat

celah atau rongga yang berisi udara atau pun campuran dielektrik lain yang memiliki

konstanta dielektrik lebih rendah. Kondisi tersebut dapat diilustrasikan pada gambar

di bawah ini.

Gambar 2.7. Kemungkinan terjadinya peluahan internal

2. Peluahan parsial permukaan

Peluahan parsial permukaan mungkin terjadi bila terdapat daerah yang secara

paralel dengan dielektrik mengalami stres tegangan berlebihan. Kejadian ini biasa

dialami pada bushing, ujung kabel, overhang dari kumparan generator.

3. Korona

Korona merupakan hasil terakselerasinya ionisasi di bawah pengaruh suatu

medan listik. Ini merupakan suatu proses fisika dimana struktur molekul netral atau d

V

(29)

atom diubah akibat benturan atom atau molekul netral dengan elektron bebas, photon

atau ion negatif. Setiap sistem isolasi atau elektroda dimana korona dapat terjadi

merupakan sumber korona. Wilayah dimana korona terjadi disebut lokasi korona.

Korona dapat dideteksi dari peristiwa emisi cahaya yang berwarna violet atau juga

dari bunyi getaran yang dihasilkan pada konduktor.

4. Pemohonan elektrik (electrical treeing)

Pemohonan elektrik bermula dari kondisi dielektrik yang tidak baik

dikarenakan adanya rongga/celah udara di dalam dielektrik itu sendiri. Apabila diberi

tegangan tinggi, maka terjadi peluahan internal yang dalam waktu lama akan terjadi

percabangan rongga akibat erosi. Pemohonan elektrik dapat juga terjadi dalam waktu

yang singkat dikarenakan ketidak mampuan dielektrik dalam menahan terpaan medan

listrik. Oleh karena peristiwa ini maka dielektrik telah mengalami kerusakan secara

fisik.

II.4.5 Tahanan Isolasi

Jika suatu dielektrik diberi tegangan searah, maka arus yang mengalir pada

dielektrik terdiri dari dua komponen, yaitu Arus yang mengalir pada permukaan

dielektrik (Is) dan arus yang mengalir melalui volume dielektrik (Iv) seperti terlihat

pada gambar 2.8. Sehingga hambatan dielektrik terdiri dari resistansi permukaan dan

(30)

V

A

I

a

I

s

I

v

Gambar 2.8. Arus pada suatu dielektrik

Dalam prakteknya, hasil tahanan isolasi tergantung pada besar polaritas

tegangan pengukuran serta jenis bahan isolasi.

II.4.6 Kekuatan Kerak Isolasi

Bila suatu sistem isolasi diberi tekanan elektrik, maka arus akan mengalir pada

permukaannya. Besar arus permukaan ini menentukan besarnya tahanan permukaan

sistem isolasi. Arus ini sering juga disebut arus bocor atau arus yang menelusuri sirip

isolator. Besar arus tersebut dipengaruhi oleh kondisi sekitar, yaitu suhu, tekanan,

kelembaban dan polusi. Secara teknis sistem isolasi harus mampu memikul arus bocor

tersebut tanpa menimbulkan pemburukan karena arus bocor dapat dibatasi.

Arus bocor menimbulkan panas, dan hasil sampingannya adalah timbulnya

penguraian pada bahan kimia yang membentuk permukaan sistem isolasi. Efek yang

sangat nyata dari penguraian ini adalah timbulnya kerak (jejak arus). Kerak dapat

membentuk jalur konduktif yang selanjutnya akan menimbulkan tekanan elektrik

yang berlebihan pada isolasi. Panas yang ditimbulkan arus bocor dapat juga

(31)

II.5. Penggunaan Dielektrik

Dielektrik digunakan untuk memisahkan dua permukaan yang memiliki

perbedaan potensial listrik. Dielektrik banyak digunakan sebagai isolasi pemisah dan

pembungkus pada konduktor. Ada empat area yang secara prinsipil harus

menggunakan pemisah, yaitu :

1. Antara phasa dengan bumi

2. Antara phasa dengan phasa

3. Antara belitan suatu kumparan

4. Antara kumparan dengan kumparan lainnya

II.5.1. Penggunaan Pada Transformator Daya

Pemakaian dielektrik sebagai pemisah pada transformator daya dibagi secara

luas dalam beberapa hal, sebagai berikut :

1. Pemisah antar belitan

2. Pemisah antar kumparan

3. Pemisah kumparan tegangan rendah dengan bumi

4. Pemisah kumparan tegangan rendah dengan kumparan tegangan tinggi

5. Pemisah kumparan tegangan tinggi dengan bumi

Pada transformator daya, kumparan tegangan tinggi maupun tegangan rendah

dimasukkan ke dalam suatu tangki logam. Kumparan inti trafo ditahan atau

didudukkan pada isolator solid yang pada umumnya berupa kayu untuk mencegah

terjadinya bagian kontak tegangan pada tangki. Rongga kosong yang ada normalnya

diisi dengan dielektrik minyak atau pun gas. Minyak atau pun gas ini membantu

mengurangi panas yang timbul pada konduktor inti selain menambah umur trafo

(32)

enamel organik untuk rating trafo yang rendah, namun pada rating yang lebih tinggi

digunakan kertas atau gelas sebagai pembungkus konduktor. Selain itu, dapat dipakai

juga pressboard, glass fabric, porcelain untuk kondisi rating trafo yang lebih tinggi

lagi.

II.5.2. Penggunaan Pada Mesin Berputar

Pada mesin berputar seperti motor atau generator, penggunaan dielektrik pada

mesin ini ditentukan berdasarkan tegangan kerja mesin, apakah bekerja pada tegangan

tinggi atau pada tegangan rendah. Untuk bahan-bahan dielektrik yang dipakai, maka

kemampuan suhu kerja serta kekuatan mekanis bahan harus diperhatikan. Bahan yang

sering dipakai adalah mika, enamel organik dan epoxi resin.

II.5.3. Penggunan Pada Circuit Breaker

Circuit breaker merupakan alat listrik yang berfungsi memutuskan daya dari

sumber arus kepada beban pada saat terjadi gangguan. Circuit breaker merupakan

saklar otomatis yang memiliki lengan penghubung yang dalam kondisi normal berada

dalam keadaan tertutup. Bila terjadi gangguan maka lengan penghubung akan terbuka

sehingga rangkaian menjadi terbuka. Pada tegangan yang rendah, circuit breaker diisi

dengan udara, namun pada tegangan tinggi dan dengan daya yang besar biasanya

digunakan OCB (Oil Circuit Breaker), gas SF6 atau juga hampa udara. Bahan-bahan

tersebut berguna untuk mencegah terjadinya arus busur api, ataupun mempercepat

pemadaman busur api yang sempat terjadi.

Pada tabung atau kotak CB biasanya dilapisi oleh bahan isolasi seperti teflon,

mika, plastik, kaca, porselein atau lainnya sesuai dengan kemampuan temperatur

(33)

II.5.4. Penggunaan Pada Kabel

Dewasa ini, penggunaan karet alami praktis telah digantikan oleh penggunaan

karet sintetis atau pelastik sebagai pemisah kabel. Pengguanaan dari bahan tersebut

tergantung pada jenis aplikasinya. Bahan tersebut harus dapat memanjang,

merenggang atau memiliki sifat elastisitas dan kekerasan yang baik sehingga

memudahkan pada waktu pemasangan atau perbaikan selain itu juga tidak mudah

rusak. Bahan tersebut juga harus memiliki konstanta dielektrik dan faktor daya yang

rendah tetapi memiliki kekuatan dielektrik dan resistansi yang tinggi. Juga, selama

operasional, dikarenakan melebihi beban penuh atau pun dalam keadaan beban penuh

yang terjadi terlalu lama, maka bahan dapat rusak karena temperatur yang tinggi. Hal

ini memaksa bahan untuk dapat memilki kemampuan menahan penuaan akibat

tingginya temperatur dengan baik. Bahan juga harus dapat menahan sinar matahari

dengan lama dan berbagai jenis bahan kimia. Kabel tegangan tinggi dapat

menimbulkan ozon, sebagai akibatnya bahan dielektrik akan menjadi lebih buruk.

Tempat yang paling dipengaruhi adalah yang dekat dengan konduktor.

Kabel juga kadang-kadang ditempatkan pada sungai atau di bawah laut. Untuk

penerapan tersebut maka bahan harus dapat tetap kering atau memiliki daya serap air

yang rendah. Ketika kabel harus digunakan pada temperatur yang dingin, maka bahan

tidak boleh menjadi kaku dan merenggas sehingga menjadi gampang rusak. Kejadian

peluahan sebahagian (partial discharge) pada bahan dielektrik juga harus dijaga untuk

serendah mungkin terjadi.

Jenis bahan dielektrrik yang sering digunakan pada industri kabel adalah

kertas, karet, plastik dan udara tekan. Kertas masih sering digunakan sebagai

(34)

tinggi, rugi-rugi dielektrik yang rendah dan umur yang panjang. Yang paling sering

digunakan sebagai bahan dielektrik untuk kabel tegangan rendah adalah P.V.C

(Poly-Vinyl-Chloride). Polyethylen dan sejenisnya juga sering digunakan. P.V.C tidak cocok

digunakan untuk tegangan tinggi dikarenakan konstanta dielektrik yang tinggi dan

tingginya rugi-rugi. Bahan ini tidak dapat digunakan secara berkelanjutan pada

tegangan yang lebih tinggi, meskipun P.V.C. dapat digunakan pada temperatur di atas

85 oC pada tegangan rendah tanpa terganggu. Pada sisi lainnya, polyethylene memiliki

konstanta dielektrik yang rendah dan nilai rugi-rugi yang rendah tetapi memiliki

kekuatan dielektrik yang tinggi. Bahan dielektrik yang paling baik untuk tegangan

tinggi dan temperatur kerja yang tinggi adalah teflon (P.T.F.E) yang dapat digunakan

sampai 250 oC. Karet silikon memiliki derajat ketahanan panas yang tinggi untuk suhu

kerja sampai 150oC. Karena kelebihan yang dimiliknya, maka bahan ini sering

digunakan pada kabel pesawat udara. Pada dielektrtik kertas, kertas yang digunakan

adalah kertas impregnasi dengan minyak. Dalam tabel 2.2 berikut ini akan diberikan

(35)

Jenis Bahan

Tipe berongga udara 400,0 -20 sampai 70

Berlapis vernis 28,0 -10 sampai 80

Karet

Alami 3,0 -40 sampai 70

Lateks - sintetis 0,6 -40 sampai 75

Neopren-sintetis 0,6 -30 sampai 90

Silikon-sintetis 5,0 -40 sampai 150

Butyl-sintetis 25.0 -40 sampai 80

Plastik

P.V.C 0.6 -30 sampai 105

polietilen 15,0 -60 sampai 80

Teflon 5,0 -54 sampai 250

Fluorothenes 5,0 -54 sampai 150

Tabel 2.2. Bahan yang sering digunakan pada kabel

II.5.5. Penggunan Pada Kapasitor Daya

Penggunaan kapasitor daya erat kaitannya dengan membicarakan sistem

distribusi daya listrik. Kapasitor daya dikenal baik fungsinya sebagai penyetabil

tegangan pada sistem transmisi dan kemampuanya dalam memperbaiki faktor daya

(36)

Pemakaian energi listrik pada industri, pada umumnya menyerap daya reaktif

sehingga menimbulkan arus yang tertinggal terhadap tegangan pada jaringan. Hal ini

membutuhkan penambahan kapasitansi. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan

kapasitor yang menyerap daya kapasitif sehingga timbul arus yang mendahului

tegangan. Kapasitor dibuat dalam unit-unit yang sederhana dengan rating tegangan

dari 220 volt sampai 13.800 volt dengan rating daya reaktif mulai dari 0,5 KVAR

sampai 25 KVAR. Kapasitor daya umumnya dibuat dengan menggunakan kertas

impregnasi.

Kapasitor daya juga digunakan pada penerapan frekuensi tinggi seperti

perbaikan faktor daya pada pemanas atau kumparan tungku api. Pada frekuensi yang

tinggi rugi-rugi dielektrik naik dengan sangat cepat, hal ini membuat kapasitor

menjadi panas sehingga kapasitor harus segera didinginkan dengan menggunakan air

pendingin.

Umumnya, kapasitor daya dibuat dengan menggunakan lembaran kertas

dengan ketebalan yang memadai dan alumunium foil dengan ketipisan enam mikron

sebagai elektroda. Lembaran kertas disusun satu persatu kemudian bersamaan dengan

elektroda alumunium diimpregnasi dengan minyak dielektrik. Minyak kapasitor yang

digunakan adalah yang memiliki rugi-rugi dielektrik yang rendah dengan harga yang

murah.

Persyaratan bahan kertas sebagai dielektrik pada penerapan sebagai kapasitor

hendaknya memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi, rugi-rugi dielelektrik yang

rendah, konstanta dielektrik yang tinggi, ketebalan yang sama, campuran partikel

konduktor diusahakan sangat rendah.

Dalam perkembangan penemuan bahan, maka kertas yang dulunya sering

(37)

plastic film. Hasilnya adalah ukuran kapasitor yang semakin mengecil dengan

kemampuan yang hampir sama.

II.5.6. Penggunaan Pada Peralatan Elektronik

Penggunaan pada peralatan elektronik sangat kompleks, kemampuan bahan

bergantung pada kemampuan alami bahan yang digunakan. Bahan yang digunakan

harus dapat bekerja pada tegangan ac maupun dc dalam berbagai kondisi temperatur

dan kelembapan. Penerapan bahan dielektrik dalam hal ini adalah dalam pembuatan

komponen-komponen elektronika, dudukan komponen peralatan tersebut, pelindung

(38)

BAB III

TEORI TEMBUS LISTRIK PADA DIELEKTRIK

III.1. Pengertian Tegangan Tembus Listrik

Kekuatan dielektrik Ek adalah terpaan tertinggi yang dapat dipikul suatu

dielektrik. Dan Tegangan tembus (breakdown voltage) suatu isolator adalah tegangan

minimum yang dibutuhkan untuk membuat dielektrik menjadi tembus listrik (break

down). Jika dielektrik telah tembus listrik maka dielektrik telah gagal menjalankan

fungsinya (rusak).

Ada dua syarat agar dielektrik tembus listrik yaitu :

1. Terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus lebih besar atau sama dengan

kekuatan dielektriknya (E Ek).

2. Lama terpaan elektrik berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu tunda

tembus.

Hal tersebut disebabkan oleh proses ionisasi berantai yang membutuhkan

waktu untuk membuat dielektirk tembus listrik. Waktu yang dibutuhkan untuk

membuat dielektrik tembus listrik disebut waktu tunda tembus (time lag) yang tidak

tentu dan bersifat statistik dan berlangsung dalam orde mikro detik. Jadi kedua syarat

tersebut hanya berlaku untuk tegangan impuls, sedangkan untuk tegangan searah dan

sinusoidal yang waktu puncak dalam orde mili detik hanya memerlukan satu syarat

saja yaitu syarat nomor satu diatas.

Pada gambar 3.1 berikut ditunjukan suatu bahan dielektrik yang ditempatkan

diantara dua elektroda sejajar. Bila elektroda diberi tegangan searah V maka timbul

medan elektrik E. Medan elektrik ini merupakan beban bagi dielektrik yang menekan

(39)

E V

E le k tro d a

D ie le k trik

E le k tro d a

elektron-elektron agar terlepas dari ikatannya menjadi elektron bebas. Jika medan

elektrik E yang dipikul dielektrik melebihi kekuatan dielektrik dengan waktu yang

melebihi atau sama dengan waktu tunda tembus, maka dielektrik tembus listrik

(break down).

Gambar 3.1. Medan elektrik dalam dielektrik

III.2. Tegangan Tembus Listrik Pada Dielektrik Gas

Tembus listrik pada bahan isolasi gas atau udara melalui beberapa peristiwa,

diantaranya adalah ionisasi, deionisasi dan emisi. Ada dua teori yang menjelaskan

mekanisme tembus listrik pada dielektrik gas yaitu teori Townsend dan teori

Streamer.

III.2.1. Teori Townsend

Pada udara diantara dua elektroda terdapat elektron bebas (eb) hasil ionisasi

foton (radiasi) dan molekul-molekul netral. Apabila kedua elektroda dihubungkan

dengan sumber tegangan (V), maka timbul medan listrik (E) yang arahnya dari Anoda

(40)

F yang arahnya berlawanan dengan arah medan listrik E. Kondisi ini dapat

diilustrasikan melalui gambar 3.2. di bawah ini.

Gambar 3.2. Arah medan E dan arah elektron akibat gaya F

Dalam perjalanan menuju anoda, elektron eb membentur atom/molekul netral.

Pada saat terjadi benturan maka timbul energi yang apabila energi kinetis elektron

bebas lebih besar daripada energi ikat elektron molekul netral (Wkinetis > Wikat ) maka

elektron terikat ea yang ada pada molekul netral akan lepas dan hasilnya menjadi satu

ion positif dan dua elektron bebas masing masing eb dan ea. Hal ini dapat dilihat pada

gambar 3.3.

Elektron eb dan ea akan terus maju menuju Anoda. Ketika dalam perjalanan

menuju anoda, eb dan ea membentur molekul netral lagi maka bila Wkinetis > Wikat

maka akan terjadi lagi ionisasi. Hasilnya adalah jumlah elektron bebas semakin

melimpah dan ion positif juga menjadi banyak

A

E

F

(41)

Gambar 3.3. Ilustrasi kondisi akibat tabrakan eb dengan atom N

Ion positif bergerak menuju Katoda dengan gerakan yang lebih lambat

daripada pergerakan elektron bebas namun memiliki masa yang jauh lebih besar

akibatnya ion positif membentur permukaan dinding Katoda dengan momentum

energi yang besar. Sehingga pada permukaan dinding Katoda, elektron akan

berhamburan keluar seperti ditunjukkan pada gambar 3.4. Elektron-elektron baru ini

akan langsung bergerak menuju anoda. Dalam perjalanannya elektron baru ini akan

membentur molekul netral sehingga kejadian di atas kembali berulang.

Gambar 3.4. Benturan ion positif dengan Katoda menyebabkan terjadinya emisi

A

E

eb

+ ea

A

eb

ea

E

eb

+

(42)

Selama medan listrik masih ada dan terjadi terus-menerus maka proses

ionisasi benturan dan emisi ion positif akan terus belangsung sehingga terjadilah

banjiran elektron dan ion positif. Bila banjiran muatan yang berpindah terus menerus

dari Katoda ke Anoda dan dalam jumlah yang sangat besar dan perpindahan muatan

ini adalah merupakan arus. Maka arus yang terjadi semakin lama semakin membesar,

peristiwa ini disebut dengan tembus listrik atau kegagalan dielektrik.

III.2.2. Teori Streamer

Teori streamer terdiri dari dua model yaitu streamer positif dan streamer

negatif. Teori streamer merupakan kelanjutan dari teori townsend dimana akibat

adanya banjiran elektron yang menyerupai kerucut maka terjadi distribusi medan yang

tidak merata sehingga terjadi banjiran bantu baru pada daerah yang memiliki medan

tinggi yang pada akhirnya menghasilkan kanal peluahan penghubung kedua elektroda.

III.2.2.a. Teori Streamer Positif

Proses dimulai dari terjadinya ionisasi oleh benturan elektron bebas awal (ea)

dengan molekul netral sampai dengan terjadinya banjiran elektron menurut teori

townsend. Setelah terjadi banjiran elektron, maka semua elektron akan tertarik pada

Anoda dan ion positif dikarenakan masa yang jauh lebih besar tertinggal membentuk

(43)

Gambar 3.5. Muatan positif membentuk muatan ruang seperti kerucut

Arus yang ditimbulkan ion-ion positip kecil karena kerapatan ion di tangkai banjiran

rendah. Sementara itu, pada daerah P dan Q terjadi medan tinggi. Akibatnya timbul

elektron baru hasil fotoionisasi sehingga pada daerah P dan Q terjadi banjiran bantu

baru. Bila hal ini terjadi secara terus menerus maka banjiran bantu akan terus

membawa elektron-elektrton baru dan menimbulkan plasma seperti pada gambar 3.6.

Plasma yang terbentuk akan menjadi kanal peluahan yang menghubungkan kedua

elektroda sehingga terjadilah aliran arus yang besar. Maka dalam hal ini sudah terjadi

tembus listrik.

Gambar 3.6. Plasma penghubung antara Anoda dengan Katoda

A

A

(44)

III.2.2.b. Teori Streamer Negatif

Banjiran awal menghasilkan elektron yang banyak. Elektron-elektron ini

membentuk muatan ruang yang mengubah distribusi medan elektrik seperti pada

gambar 3.7. di bawah.

Gambar 3.7. Muatan negatip mengubah distribusi medan elektrik

Elektron yang berada pada daerah P bergerak menuju anoda mendahului

elektrton yang ada pada banjiran. Elektron ini dalam perjalanannya akan membentur

molekul netral. Bila benturan elektron bebas yang terjadi menghasilkan Wkinetis >

Wikat pada elektron terikat di molekul netral maka elektron terikat akan lepas.

Peristiwa ini menghasilkan satu elektron baru dan satu ion positip. Bila kejadian ini

terjadi dengan banyak elektron dan banyak molekul netral dan berlangsung secara

terus-menerus maka akan timbul plasma. Plasma yang terbentuk akan menjadi kanal

peluahan yang menghubungkan Katoda dengan Anoda seperti gambar 3.6 di atas.

A

E1

E2

(45)

III.2.3. Hukum Paschen

Sebelumnya telah dijelaskan pada teori townsend maupun teori streamer

tembus listrik diawali dengan terjadinya ionisasi molekul udara. Ionisasi molekul

udara ini tergantung pada kuat medan elektrik. Sedangkan medan elektrik tergantung

pada jarak sela (d) elektroda. Oleh karena itu, tembus listrik tergantung pada jarak

sela (d) kedua elektroda.

Ionisasi tergantung pada Wkinetis, Wkinetis tergantung kepada kecepatan elektron

bebas saat membentur molekul netral. Kecepatan elektron tergantung kepada jarak

bebas antar molekul. Sedangkan jarak bebas antar molekul tergantung kepada tekanan

dan suhu udara. Maka, tembus listrik tergantung pada tekanan (p) dan suhu (t) udara.

Dalam percobaan didapatlah hubungan antara jarak sela (d), tekanan (p), suhu

(t) dengan besar tegangan tembus Vt, yaitu ;

t

III.3. Tegangan Tembus Listrik Pada Dielektrik Cair

Mekanisme tembus listrik pada dielektrik cair bergantung pada kemurnian

cairan dan zat-zat pengotor yang terdapat pada dielektrik cair tersebut yaitu butiran

padat, gelembung gas serta bola cair.

Teori kegagalan dielektrik cair dapat dibagi dalam empat jenis yaitu:

1. Teori kegagalan dielektrik cair murni

2. Teori kegagalan gelembung gas

3. Teori kegagalan butiran padat

(46)

III.3.1 Teori Kegagalan Dielektrik Cair Murni

Dielektrik cair murni tidak mengandung elektron bebas. Elektron bebas yang

timbul adalah disebabkan oleh emisi medan tinggi, akibat medan yang tinggi, maka

sejumlah elektron akan terlepas dari permukaan elektroda seperti ditunjukkan pada

gambar 3.8. di bawah.

Gambar 3.8. Emisi medan tinggi pada permukaan elektroda

Elektron bebas bergerak menuju anoda. Dalam perjalanan menuju anoda,

elektron bebas membentur molekul-molekul netral dielektrik. Apabila energi kinetik

elektron bebas lebih besar dari energi ikat atom netral, maka terjadilah ionisasi yang

menghasilkan satu elektron bebas dan satu ion positif. Elektron bebas hasil emisi dan

hasil ionisasi bersama-sama bergerak menuju anoda. Dalam perjalanannya menuju

anoda, elektron-elektron tersebut membentur molekul-molekul netral. Bila energi

kinetis elektron bebas lebih kuat dari pada energi ikat elektron pada atom netral, maka A

K

E1

E2

(47)

elektron pada atom netral akan terlepas sehingga jumlah elektron bebas yang menuju

ke anoda semakin banyak.

Ion positif yang dihasilkan oleh proses ionisasi bergerak menuju katoda, akan

tetapi pergerakannya lebih lambat karena massanya lebih besar. Ion positif

membentur permukaan elektroda katoda sehingga terjadi emisi dampak ion positif.

Selama medan listrik masih ada, proses ionisasi benturan dan emisi dampak ion

positif akan berlangsung terus menerus sehingga terjadilah banjiran-banjiran elektron

yang menjembatani kedua elektroda dan akhirnya terjadi tembus listrik.

III.3.2 Teori Kegagalan Gelembung Gas

Timbulnya gelembung gas pada suatu dielektrik cair disebabkan oleh :

1. Permukaan elektroda yang tidak rata sehingga ada kantong udara pada permukaan

elektroda.

2. Adanya benturan elektron sehingga terjadi produk baru berupa gas.

3. Peluahan pada bagian yang runcing atau tidak teratur pada elektroda.

4. Perubahan suhu dan tekanan cairan.

Tembus listrik dielektrik cair yang mengandung gelembung gas dapat

dijelaskan dengan pertolongan gambar 3.9. Jika elektroda diberi tegangan, maka

(48)

Gambar 3.9. Tembus listrik pada dielektrik cair yang mengandung gelembung gas

Kuat medan listrik dalam gelembung gas dinyatakan dengan persamaan :

1 2

3

+ = εε E

Eg ... ... 3.2

dengan ε adalah permitivitas dielektrik cair dan E adalah kuat medan listrik dalam dielektrik cair tanpa gelembung.

Apabila nilai Eg lebih besar dari kekuatan dielektrik gas, maka gas dalam

gelembung akan tembus listrik dan dielektrik cair mengalami dekomposisi.

Penguraian partikel-partikel gas ini akan menimbulkan gelembung gas yang baru.

Gelembung-gelembung gas bergerak mengikuti arah medan listrik berbaris dan

sambung menyambung sampai akhirnya menjembatani elektroda. Ketika terbentuk

jembatan listrik (jembatan serat) tersebut, maka dielektrik cair mengalami tembus

listrik.

A K

Eg

E εr

(49)

III.3.3 Teori Kegagalan Butiran Padat

Dielektrik cair dapat mengandung butiran padat, misalnya partikel debu atau

serat-serat selulosa. Kehadiran medan listrik dalam dielektrik cair menyebabkan

partikel-partikel tersebut terpolarisasi. Bila partikel-partikel tersebut memiliki

permitivitas yang lebih besar dari cairan murni maka partikel-partikel akan

mengalami gaya listrik:

(

)

2

ε2 = pemitivitas butiran padat

r = jari-jari butiran padat

E = kuat medan listrik

Karena tingginya permitivitas air (kira-kira 80), maka gaya listrik yang

dialami partikel ini sangatlah besar bila partikel-partikel bersifat basah atau lembab.

Apabila nilai ε2 lebih besar dari ε1, maka arah gaya yang dialami butiran padat searah

dengan arah medan listrik. Kondisi ini (ε2 > ε1) terjadi bila timbul partikel-partikel padat seperti kertas dalam dielektrik cair. Bila ε2 lebih kecil dari ε1, maka arah gaya

yang dialami butiran padat berlawanan dengan arah medan listrik. Kondisi ini (ε2< ε1) terjadi bila dalam dielektrik cair hanya timbul gelembung gas. Gaya pada partikel

padat tersebut menuju ke arah medan listrik yang lebih kuat.

Jika jumlah partikel yang ada semakin besar jumlahnya, maka partikel-partikel

itu berbaris sambung menyambung sampai menjembatani elektroda sehingga terjadi

tembus listrik. Tembus ini terjadi karena adanya jembatan serat yang

menghubung-singkatkan antara kedua elektroda.

Kekuatan dielektrik untuk cairan yang mengandung partikel butiran padat

(50)

pengotor akan menurunkan kekuatan tembus dan makin besar ukuran partikel makin

rendah kekuatan tembus listrik zat cair itu.

Gambar 3.10. Ilustrasi tembus listrik pada zat cair

yang mengandung butiran padat

Jika butiran padat bersifat konduktor, maka nilai ε2 adalah tak terhingga, sehingga persamaan di atas menjadi :

2 3

2 1

E grad r

F = ... ...3.4

III.3.4.Teori Kegagalan Bola Cair

Dalam dielektrik cair dapat terjadi bola air. Untuk peralatan yang bekerja pada

kondisi normal, kelembaban/kandungan air dibatasi lebih kecil dari 0,001% atau

sekitar 20 ppm (part permillion = bagian persejuta). Adanya medan listrik akan

menimbulkan bola air (gelembung cair) memanjang searah medan listrik. Ketika

mencapai medan listrik kritis, gelembung cair ini menjadi tidak stabil sehingga bola

cair menjadi lonjong dan makin lama makin besar. Bola cair yang tidak stabil akan

memanjang dan jika telah memenuhi dua pertiga dari celah elektroda maka timbul

kanal peluahan sehingga akhirnya dielektrik cair tembus listrik. V

E

(51)

Gambar 3.11. Ilustrasi tembus listrik pada bola cair

Jika bola cair bersifat konduktif, maka kuat medan listrik yang menyebabkan

bola cair tidak stabil adalah:

1 7 , 487

ε σ

r

E = V/cm ... ...3.5

di mana : σ = gaya tegang permukaan zat cair (dyne/cm)

r = radius bola cair (cm)

ε1 = permitivitas relatif zat cair

III.4. Tegangan Tembus Listrik Pada Dielektrik Padat

Kekuatan dielektrik suatu bahan isolasi padat saat pengujian dipengaruhi oleh

beberapa hal seperti :

1. Tekanan

2. Suhu

(52)

3. Jenis bahan elektroda

4. Ketidakmurnian bahan

5. Ada tidaknya rongga udara

6. Konfigurasi medan elektrik

7. Bentuk tegangan yang dikenakan

8. Umur bahan

Mekanisme kegagalan bahan isolasi padat terdiri dari beberapa jenis sesuai

fungsi waktu penerapan tegangannya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3.12. berikut

ini.

Gambar 3.12 Grafik kegagalan isolasi

Lamanya waktu terjadinya kegagalan pada suatu bahan isolasi tergantung

kepada tegangan kegagalan. Pada gambar 3.12 di atas dapat dilihat bahwa makin

tinggi tegangan kegagalan maka makin singkat waktu terjadinya kegagalan tersebut.

Hal ini sesuai dengan pokok yang berlaku dalam bidang tegangan tinggi.

(53)

III.4.1. Kegagalan Asasi

Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan

suhu bahan (dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan, elektroda,

ketidakmurnian, kantong-kantong udara). Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang

dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu

yaitu 10 8 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10-8 dedtik.

III.4.2. Kegagalan Elektromekanik

Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya

perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga tuimbul

tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan

mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut.

Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg.cm2.

III.4.3. Kegagalan Streamer

Kegagalan ini dapat terjadi dalam medan yang benar-benar seragam dengan

elektroda-elektroda terbenam dalam zat padat. Di bawah pengaruh medan listrik

elektron yang terdapat pada katoda memperoleh energi sehingga elektron tersebut

bergerak menuju anoda. Dalam perjalanan menuju anoda elektron akan membentur

molekul dielektrik padat. Peristiwa ini menyebabkan sebuah elektron bebas

bertambah dalam daerah medan. Benturan akan diulangi oleh kedua elektron yang

(54)

III.4.4. Kegagalan Termal

Kegagalan termal adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan

panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar.

Akibatnya keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan.

III.4.5. Kegagalan Erosi

Kegagalan erosi adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi tidak sempurna,

karena adanya lubang-lubang atau rongga dalam bahan isolasi padat tersebut. Lubang

atau rongga tersebut akan diisi oleh gas atau cairan yang kekuatan dielektriknya lebih

(55)

BAB IV

PENGARUH PELAPISAN DIELEKTRIK MINYAK PADA DIELEKTRIK PLASTIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC

IV.1. Umum

Plastik dan minyak merupakan dua jenis dielektrik yang berbeda. Plastik dan

minyak sering digunakan sebagai bahan dielektrik pada kapasitor. Plastik yang

disusun berlapis akan memberikan ketahanan terhadap tegangan tembus yang lebih

tinggi dibandingkan plastik yang terdiri dari satu lapis saja untuk jenis dan ketebalan

yang sama dan dengan pelapisan minyak pada tiap lapisnya akan memberi

penambahan kekuatan dielektrik yang lebih besar.

Dalam penelitian tugas akhir ini, pengaruh dari pelapisan minyak pada plastik

akan lebih ditekankan pada pengambilan data mengenai tegangan tembus dan umur

dielektrik uji dalam setiap penambahan tekanan beban pada dielektrik.

Pada bab ini akan dijelaskan penelitian mengenai pengaruh pelapisan minyak

pada plastik yang telah dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatra Utara.

IV.2. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. High Voltage Test Set Model ET-51D (1 unit).

2.Tahanan peredam 43 kΩ (1 unit).

3. Minyak transformator baru merek NYNAS (2,5 L).

4. Plastik termoplas jenis Polietylen Low Density (1 set).

(56)

6. Jangka sorong (1 unit)

7. Barometer dan termometer (1 unit).

8. Kabel (1 unit).

IV.3. Rangkaian Percobaan

Adapun rangkaian percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

R p

V

S1 S 2

A T T U

P T A

K

B enda U ji

V in W adah pengujian

Gambar 4.1. Rangkaian pengujian tegangan tembus listrik pada plastik

sebelum dan sesudah diberi minyak.

Keterangan :

S1 : saklar CB S2 : Saklar HVTS

AT : Autotrafo TU : Trafo uji

Rp : Tahanan Peredam PT : Trafo ukur

A : Anoda K : Katoda

(57)

IV.4. Prosedur Percobaan

IV.4.1. Prosedur Percobaan Tegangan Tembus Pada Plastik

Adapun prosedur percobaan adalah sebagai berikut :

1. Rangkaian percobaan disusun seperti gambar di atas.

2. Plat sejajar dipasang dan diusahakan seluruh permukaan saling menempel.

3. Saklar pada kotak panel diposisikan on.

4. Volt meter diset pada posisi on.

5. Plastik disediakan secukupnya berbentuk lingkaran dengan diameter 10 cm

kemudian disusun sebanyak tiga lapis.

6. Untuk percobaan pertama, benda uji adalah plastik tanpa minyak.

7. Plastik berlapis diletakkan tepat di tengah elektroda.

8. Mula-mula pengujian pertama pada Anoda tidak diberi pemberat, kemudian

diberi pemberat sebesar 0,5 kg, 1 kg, 1,5 kg, 2 kg dan 2,5 kg.

9. High Voltage Test Set dihidupkan.

10.Tegangan masukan dinaikkan dengan memutar engkol penggerak voltage

regulator secara perlahan-lahan dengan kecepatan 2 kV/detik.

11.Ketika terjadi tembus listrik pada plastik, High Voltage Test Set dimatikan.

12.Nilai tegangan pada voltmeter yang terjadi saat tembus listrik dicatat. Engkol

penggerak voltage regulator dikembalikan ke posisi semula dan permukaan

plat dibersihkan dengan kain bersih.

13.Untuk pengujian berikutnya maka diulangi sesuai dengan langkah tujuh

sampai dua belas.

14.Pengujian untuk tiap pemberat dilakukan sebanyak lima kali.

15.Untuk percobaan kedua, benda uji adalah plastik yang diletakkan dalam

(58)

16.Wadah yang telah disediakan diisi dengan minyak transformator secukupnya.

17.Plastik uji berlapis tiga terlebih dahulu diminyaki dengan minyak yang sama

pada wadah yang lain.

18.Kemudian plastik berminyak berlapis tiga tadi dimasukkan dalam wadah yang

telah diisi dengan minyak dan diletakkan tepat diantara kedua elektroda.

19.Mula-mula pengujian pertama pada Anoda tidak diberi pemberat, kemudian

diberi pemberat sebesar 0,5 kg, 1 kg, 1,5 kg, 2 kg dan 2,5 kg.

20.High Voltage Test Set dihidupkan.

21.Tegangan masukan dinaikkan dengan memutar engkol penggerak voltage

regulator secara perlahan-lahan dengan kecepatan 2 kV/detik

22.Ketika terjadi tembus listrik pada plastik, High Voltage Test Set dimatikan.

23.Nilai tegangan pada voltmeter yang terjadi saat tembus listrik dicatat. Engkol

penggerak voltage regulator dikembalikan ke posisi semula.

24.Sebelum dilakukan percobaan berikutnya, tunggu tiga menit agar partikel

padat yang terbentuk, turun.

25.Untuk pengujian berikutnya maka diulangi sesuai dengan langkah tujuh belas

sampai dua puluh empat.

26.Pengujian untuk tiap pemberat dilakukan sebanyak lima kali.

27.Saklar pada kotak panel dan voltmeter di-offkan

28.Percobaan selesai.

IV.4.3. Prosedur Percobaan Waktu Tembus Listrik Pada Plastik

Adapun prosedur percobaan adalah sebagai berikut :

1. Rangkaian percobaan disusun seperti gambar di atas.

(59)

3. Saklar pada kotak panel diposisikan on.

4. Volt meter diset pada posisi on.

5. Plastik disediakan secukupnya berbentuk lingkaran dengan diameter 10 cm

kemudian disusun sebanyak tiga lapis.

6. Untuk percobaan pertama, benda uji adalah plastik tanpa minyak.

7. Plastik berlapis diletakkan tepat di tengah elektroda.

8. Mula-mula pengujian pertama pada Anoda tidak diberi pemberat, kemudian

diberi pemberat sebesar 0,5 kg, 1 kg, 1,5 kg, 2 kg dan 2,5 kg.

9. High Voltage Test Set dihidupkan, Stopwatch diset pada posisi on.

10.Tegangan masukan dinaikkan sampai pada 6,125 kV (25 kV : pada alat ukur)

dengan memutar engkol penggerak voltage regulator secara perlahan-lahan

dengan kecepatan 2 kV/detik.

11.Bila tegangan masukan telah sampai pada batas yang diinginkan, stopwatch

dijalankan.

12.Ketika terjadi tembus listrik pada plastik, High Voltage Test Set dimatikan dan

stopwatch dihentikan.

13.Waktu yang tertera pada stopwatch dicatat. Engkol penggerak voltage

regulator dikembalikan ke posisi semula dan permukaan plat dibersihkan

dengan kain bersih.

14.Untuk pengujian berikutnya maka diulangi sesuai dengan langkah tujuh

sampai tiga belas.

15.Pengujian untuk tiap pemberat dilakukan sebanyak lima kali.

16.Untuk percobaan kedua, benda uji adalah plastik yang diletakkan dalam

minyak transformator.

(60)

18.Plastik uji berlapis tiga terlebih dahulu diminyaki dengan minyak yang sama

pada wadah yang lain.

19.Plastik berminyak berlapis tiga dimasukkan dalam wadah yang telah diisi

dengan minyak dan diletakkan tepat diantara kedua elektroda.

20.Mula-mula pengujian pertama pada Anoda tidak diberi pemberat, kemudian

diberi pemberat sebesar 0,5 kg, 1 kg, 1,5 kg, 2 kg dan 2,5 kg.

21.High Voltage Test Set dihidupkan, Stopwatch diset pada posisi on.

22.Tegangan masukan dinaikkan sampai pada 6,125 kV (25 kV : pada alat ukur)

dengan memutar engkol penggerak voltage regulator secara perlahan-lahan

dengan kecepatan 2 kV/detik.

23.Bila tegangan masukan telah sampai pada batas yang diinginkan, stopwatch

dijalankan.

24.Ketika terjadi tembus listrik pada plastik, High Voltage Test Set dimatikan dan

stopwatch dihentikan.

25.Waktu yang tertera pada stopwatch dicatat. Engkol penggerak voltage

regulator dikembalikan ke posisi semula

26.Untuk pengujian berikutnya maka diulangi sesuai dengan langkah delapan

belas sampai dua puluh lima.

27.Pengujian untuk tiap pemberat dilakukan sebanyak lima kali.

28.Saklar pada kotak panel dan voltmeter di-offkan

(61)

IV.5. Data Percobaan

IV.5.1. Data Percobaan Tegangan Tembus Pada Plastik

Tebal Plastik = 3 x 0,03 mm = 0,09 mm

Tabel 4.1. Data percobaan tegangan tembus listrik pada plastik tanpa minyak

2. Dengan Minyak

(62)

IV.5.2. Data Percobaan Waktu Tembus Listrik Pada Plastik

Tabel 4.3. Data percobaan waktu tembus listrik pada plastik tanpa minyak

2. Dengan Minyak

(63)

IV.6. Analisa Data

IV.6.1. Analisa Data Percobaan Tegangan Tembus Listrik Pada Plastik

Skala alat ukur = 1/4

Vt(rata-rata) = x14

n Vt

...………….……... 4.1

Dimana: n = Jumlah percobaan pada tiap pemberat

1. Tegangan tembus Vt (kV) pada plastik tanpa minyak

• Untuk tanpa pemberat

Vt(rata-rata) = x kV

Dan dengan cara yang sama, akan diperoleh Vt rata-rata seperti dalam Tabel 4.5 di

bawah ini;

Tabel 4.5. Tegangan tembus rata-rata tiap penambahan berat pada plastik tanpa

minyak

2. Tegangan tembus Vt (kV) pada plastik dengan minyak

(64)

Vt(rata-rata) = x kV

Dan dengan cara yang sama, akan diperoleh Vt rata-rata seperti dalam Tabel 4.6 di

bawah ini;

Tabel 4.6. Tegangan tembus rata-rata tiap penambahan pemberat pada plastik

berminyak

IV.6.2. Analisa Data Waktu Tembus Listrik Pada Plastik

Skala alat ukur = 1/4

Vt = 25 kV x ¼ = 6,125 kV

1. Waktu tembus listrik pada plastik tanpa minyak

• Untuk tanpa pemberat

T (rata-rata) = 3,06det

Dengan cara yang sama, akan diperoleh nilai T(rata-rata) untuk setiap penambahan berat

Gambar

Tabel 2.1. Beberapa contoh kekuatan dielektrik suatu bahan.
Gambar 2.2. Rangkaian ekivalen dielektrik
Gambar 2.3. Komponen arus dielektrik
Gambar 2.4.Arus pada kapasitor komersial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap Tegangan Tembus Udara Pada Elektroda Bola Yang

Dielektrik Udara pada Berbagai Sela dan Bentuk Elektroda Dengan.. Variasi

Pengujian Kertas Tanpa

Isolasi cair pada umumnya menggunakan minyak mineral karena mempunyai daya serap panas yang baik dan memiliki karakteristik dielektrik yang bagus sebagai isolator,

b) Regulator, yaitu peralatan untuk mengatur besarnya tegangan keluaran transformator. c) Voltmeter, yaitu mengukur besarnya tegangan pada sisi sekunder dan

Isolasi cair pada umumnya menggunakan minyak mineral karena mempunyai daya serap panas yang baik dan memiliki karakteristik dielektrik yang bagus sebagai isolator,

Jika kekuatan isolasi dari minyak trafo ini tinggi maka proteksi dielektrik minyak terhadap peralatan tegangan tinggi akan memiliki keandalan yang sangat tinggi. Wahyudi, “Analysis

Hal ini disebabkan karena semakin lama tahun pemakaian minyak transformator akan terjadi peningkatan jumlah oksigen dari udara, kelembaban dari transformator, dan kandungan zat kimia