• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA DI SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA DI SMP"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Nelly Mustika Ayu

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA DI SMP

ABSTRAK

Oleh

Nelly Mustika Ayu

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang melibatkan penilaian siswa dalam pembelajaran terkadang sudah diterapkan, namun penilaian siswa untuk aspek proses pembelajaran jarang dilakukan karena guru lebih sering menilai siswa dari hasil belajar, padahal penilaian berupa hasil kegiatan kurang mampu menunjukkan

kemampuan dari tiap individu siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengembangkan instrumen penilaian

keterampilan metakognisi yang memuat kompetensi, materi, uraian tugas, paduan penggunaan, rubrik (panduan penskoran) dan lembar penilaian keterampilan metakognisi.

Pengembangan instrumen penilaian keterampilan metakognisi mengadaptasi model pengembangan instrumen penilaian keterampilan metakognisi

(2)

Nelly Mustika Ayu coba lapangan yang terdiri dari uji satu lawan satu dan kelompok. Hasil uji ahli menunjukkan instrumen penilaian keterampilan metakognisi yang dikembangkan telah sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai instrumen penilaian. Hasil uji lapangan menunjukkan instrumen penilaian keterampilan metakognisi efektif dengan skor 76,7% digunakan sebagai instrumen penilaian. Kualitas instrumen penilaian keterampilan metakognisi: menarik, mudah digunakan, dan bermanfaat.

(3)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

KETERAMPILAN METAKOGNISI PADA

PEMBELAJARAN IPA DI SMP

Oleh

Nelly Mustika Ayu

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nelly Mustika Ayu dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 21 Juni 1990, anak keenam dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Basril dan Ibu Nurjanah.

Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1996 di SDN 5 Raja Basa yang diselesaikan pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005 dan dilanjutkan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung yang

diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai

mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur mandiri.

(8)

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhan-Mu lah kamu berharap”

( Q.S. Al-Insyirah: 6-8)

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

1. Papa Basril dan Mama Nurjanah tersayang yang telah mendidik, mendoakan dan tak kenal lelah dalam mewujudkan mimpi ku. Mudah-mudahan kelak dapat membahagiakan kalian.

2. Kakak-kakak ku tersayang (Kakak, Cicik, Abang, Uni dan Uda) yang menanti keberhasilan ku. Aku akan terus berusaha untuk jadi adik yang terbaik buat kalian.

3. Seluruh keluarga besar yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu kesuksesan ku.

4. Seseorang yang memberikanku semangat serta menyertaiku dalam menyelesaikan studi ini.

(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah

SWT, karena atas cinta kasih, rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga serta hidayah Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya selama penyelesaian masa studi, bimbingan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Viyanti, S.Pd.,M.Pd. selaku Pembimbing Akademik sekaligus selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi kritik, saran, masukan, ilmu dan pembelajaran yang sangat berguna selama dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

7. Bapak dan ibu dosen serta staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. H. Muh. Yusri, S.Pd. MM. selaku Kepala SMP Nusantara Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Ibu Eka Sapti, S.Pd. selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

10.Sahabat tersayang Hesty Prilita Z. S.Pd , Tiara Aprianty dan Yulistina S.Pd atas arti persahabatan dan perhatian yang telah terjalin semenjak kita berada di P. Fisika semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin. 11.Kakak Ipar dan Keponakan (Kak Desvin, Kak Ilal, Aisyah, Dimas dan Syakira)

yang selalu mendukung dan menyemangati penulis.

12.Seluruh keluarga besar Pendidikan Fisika 2009 atas kerja sama dan kekompakannya, serta kakak dan adik tingkat atas bantuannya selama ini. 13.Seluruh keluarga tari terkompak Kak Dadang, Mb Wika, Mb Marta, Amel,

Fenny, Dessy, Nia, Indah, Dianmarta, Sandro dan teman-teman yang lainnya terimakasih atas semangatnya.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, 2014 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Pengembangan ... 4

D. Manfaat Pengembangan ... 4

E. Ruang Lingkup Pengembangan ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Instrumen Penilaian... 6

B. Keterampilan Metakognisi ... 10

C. Pembelajaran IPA Fisika ... 14

III. METODE PENGEMBANGAN A.Jenis Penelitian ... 17

B. Subjek Uji Coba Produk ... 17

C.Prosedur Pengembangan ... 18

D.Teknik Pengumpulan Data ... 22

E. Teknik Analisis Data ... 22

(13)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian Pengembangan ... 25

B. Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 36

4. Instrumen Uji Validasi Kesesuaian Isi ... 53

5. Instrumen Uji Kontruksi ... 56

6. Instrumen Uji Keterbacaan ... 58

7. Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 61

8. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 64

9. Postest ... 67

10.Hasil Uji Validasi Kesesuaian Isi ... 69

11.Hasil Uji Kontruksi ... 70

12.Hasil Uji Keterbacaan ... 71

13.Hasil Ui Satu Lawan Satu ... 72

14.Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ... 73

15.Hasil Postest ... 76

16.Produk ... 78

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ...20 3.2 Skor Penilaian terhadap Rentang Skor ...21 4.1 Respon dan penilaian guru dalam uji eksternal satu lawan satu

terhadap penggunaan prototype II ...27

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Hubungan antara Tujuan Pembelajaran, Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar (Munaf, 2001: 1)... 8 3.1 Model Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Metakognisi

Termodifikasi... 16

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu penilaian yang dapat memenuhi tuntutan pembelajaran berbasis kompetensi yang digagaskan dalam penilaian keterampilan metakognisi, yaitu menggunakan penilaian keterampilan metakognisi. Dalam penilaian

keterampilan metakognisi siswa dinilai baik dari proses yang mereka lakukan maupun dari hasil yang mereka lakukan.

Penelitian keterampilan metakognisi dalam pembelajaran sains dalam materi fisika dituntut mempustaka penilaian pada proses daripada produk. Ilmu fisika salah satu bagian dari sains menuntut untuk berinteraksi langsung dengan sumber belajar, tidak hanya memahami konsep-konsep ilmu pengetahuan saja, namun perlu penggabungan pengalaman melalui serangkaian kegiatan ilmiah sebagai langkah-langkah menuju pemahaman terhadap konsep pelajaran fisika termasuk ilmu pasti, tetapi untuk memberikan pemahaman yang kuat terhadap siswa yang agak sulit. Peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan

(17)

2

mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keterampilan metakognisi pembelajaran.

Bagi siswa yang memiliki metakognisi tinggi berupaya mempelajari hal-hal yang akan menjadi kegiatan belajarnya dengan mudah dan mendapat hasil tinggi, mengetahui dan menggunakan strategi yang tepat, efisien, sesuai dengan kondisi dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar. Namun

pembelajaran saat ini belum banyak sekolah yang menggunakan keterampilan metakognisi sehingga siswa kurang terampil dan aktif mempelajari hal-hal yang akan mereka pelajari.

Berdasarkan pernyataan di atas, siswa diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan, mengajukan dan menguji hipotesis dalam percobaan, merancang dan membuat instrumen percobaan,

mengumpulkan, mengelola dan menafsirkan data serta menerapkan secara lisan dan tertulis. Dengan mencermati berbagai kemampuan, keterampilan dan kompetensi dasar yang diharapkan dalam mata pelajaran IPA seperti yang dicirikan di atas, maka sistem penilaian yang digunakan harus menggunakan sistem penilaian yang dapat mengungkap kemampuan, keterampilan, dan kompetensi siswa secara menyeluruh.

Hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap salah satu guru IPA diketahui bahwa siswa di SMP Nusantara Bandar Lampung guru memberikan soal-soal latihan/melakukan evaluasi setiap pertemuan beberapa menit sebelum jam mata pelajaran selesai. Bentuk soal yang digunakan guru terkadang

(18)

3

sesuai dengan indikatornya. Guru terkadang membuat kisi-kisi terlebih dahulu sebelum memberikan soal evaluasi, tetapi sering menenukan kesulitan dalam pegembangan indikator, pembuatan kisi-kisi soal, dan pembuat rubrik

penilaian. Keterampilan metakognisi ini masih belum berkembang atau guru belum menyusun soal-soal untuk mengukur keterampilan metakognisi siswa karena guru hanya pernah dengar tetapi kurang mengetahuinya. Namun hal tersebut sangat penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran agar siswa bisa lebih terampil dalam berpikir.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti telah mengembangkan instrumen penilaian keterampilan metakognisi pada pembelajaran IPA Fisika di SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Diperlukan instrumen penilaian keterampilan metakognisi yang memuat kompetensi, materi, uraian tugas, paduan penggunaan, rubrik (panduaan penskoran) dan lembar penilaian keterampilan metakognisi.

(19)

4

C. Tujuan Pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengembangkan instrumen penilaian keterampilan metakognisi yang memuat kompetensi, materi, uraian tugas, paduan penggunaan, rubrik (panduaan penskoran) dan lembar penilaian keterampilan metakognisi. 2. Mengetahui kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan pada instumen

penilaian yang didapat.

D. Manfaat Pengembangan

Manfaat pengembangan ini sebagai berikut:

1. Menyediakan instrumen penilaian keterampilan metakognisi yang dapat memantau kemajuaan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa. 2. Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki penilaiannya di

kelas.

3. Menyediakan instrumen untuk digunakan pada mata pelajaran yang sama dengan materi yang berbeda atau untuk pelajaran lain.

E. Ruang Lingkup Pengembangan

Ruang lingkup dalam pengembangan ini adalah:

1. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi kognitif yang dapat mengintergrasikan pengetahuan dan

(20)

5

2. Instrumen penilaian keterampilan metakognisi yang dikembangkan memuat kompetensi, materi, uraian, panduan penggunaan, panduaan penskoran, panduaan penilaian, lembar penilaian keterampilan metakognisi dan contoh penggunaan instrumen penilaian. 3. Uji instrumen dilakukan oleh ahli instrumen

(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Instrumen Penilaian

Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam penilaian. Sehingga instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi baik kuantitatif maupun kualitatif.

Menurut Arikunto (2002:136) instrumen merupakan alat ukur untuk

mengumpulkan data atau informasi. Sedangkan, menurut Firman (2000:83) evaluasi/penilaian merupakan proses penentuan informasi yang diperlukan, pengumpulan serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan

pertimbangan sebelum keputusan. Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka terdapat hubungan antara penilaian, instrumen penilaian, tes dan non tes. Instrumen penilaian adalah merupakan wujud alat untuk melakukan penilaian. Adapun intrumen penilaian tersebut terdiri dari tes dan non tes.

Menurut Firman (2000:7) tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalarannya, sedangkan menurut Arikunto (2002:17) tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

(22)

7

Non tes terdiri atas angket/kuefisioner, pedoman, wawancara, pedoman pengamatan dan lain-lain.

Arikunto (2002:128) menurutnya angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia

ketahuai. Dilihat dari bentuknya kuesioner dikelompokan menjadi kuesioner pilihan ganda, kuesioner isian , check list, rating-scale (disebut dengan skala bertingkat yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang

menunjukan tingkatan-tingkatan misalnya dari sangat setuju sampai tidak setuju).

Jadi berdasarkan uraian di atas instrumen penilaian adalah suatu alat untuk melakukan penialaian atau evaluasi yang instrumennya berupa tes, non tes, dan angket agar diperoleh informasi yang baik. Penilaian adalah kegiatan pengukuran, kuantifikasi dan penetapan mutu pengetahuan siswa secara menyeluruh. Dalam pegertian ini diisyaratkan bahwa penilaian harus terintegrasi dalam proses pembelajaran dan menggunakan ragam bentuk.

(23)

8

a c

b

Gambar 2.1 Hubungan antara Tujuan Pembelajaran, Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar (Munaf, 2001: 1) yaitu: a. Tujuan

Pembelajaran, b. Proses Pembelajaran, c. Hasil Belajar

Munaf (2001: 1) menyatakan bahwa:

Kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis c yang merupakan kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan pengajaran telah dapat dikuasai para siswa dalam bentuk hasil belajar. Kemudian ia mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses yang sistematis dalam memberikan pertimbangan mengenai niai dan arti dari sesuatu.

Sedangkan menurut Depdiknas (2004: 12)

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab tentang sebaik apa hasil atau presentasi belajar seorang siswa.

Jadi penilaian adalah suatu kegiatan pengukuran, kuantifikasi, dan penetapan mutu pengetahuan siswa secara menyeluruh. Pengertian ini diisyaratkan bahwa penilaian harus terintergrasi dalam proses pembelajaran dan menggunakan beragam bentuk.

Tujuan Pembelajaran

(24)

9

Selanjutnya Sudjana (2005:4) menyebutkan bahwa tujuan dari penilaian adalah:

(1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya; (2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran disekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa kearah tujuan pendidikan yang diharapkan; (3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni

melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hasil program

pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya; (4) Melakukan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, penggunaan jenis penilaian yang tepat akaan menentukan keberhasilan dalam memperoleh informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran.

Iryanti (2004: 7) mengemukakan bahwa penilaian yang dilakukan terhadap siswa mempunyai tujuan antara lain:

(1) Mengetahui tingkat pencapaian siswa; (2) Pengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan siswa; (3) Mengdiagnosis kesulitan belajar siswa; (4) Mengetahui hasil pembelajaran; (5) Menegetahui pencapaian kurikulum; (6) Mendorong siswa untuk belajar; (7) Umpan balik untuk guru supaya dapat mengajar lebih baik.

Supaya dapat melakukan penilaian secara efektif siswa memerlukan latihan dan pengusaan teori-teori yang relavan dengan tujuan dari proses belajar mengajar sebagai dari kegiatan pendidikan sebagai suatu sistem. Oleh karena itu sebaiknya kita harus mengetahui prinsip penilaian sebagai dasar dalam pelaksanan penilaian. Purwanto (2006: 73) mengemukakan bahwa prinsip penilaian adalah sebagai berikut: penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif; harus dibedakan antara pensekoran (score) dan penilaian (grading); dalam proses pemberian nilai hendaknya

(25)

10

bersifat komparabel. Artinya, setelah tahap pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus memiliki nilai yang sama pula, dan sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan pengajar sendiri.

Dalam hal ini pengembang istrumen penilaian yaitu suatu perangkat pembelajara yang telah ada dalam instrumen penilaian yang akan

dikembangkan kembali agar mengetahui layak atau tidaknya untuk digunakan dalam proses pembelajaran

B. Keterampilan Metakognisi

Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang

berlangsung pada diri sendiri.

Secara etimologis, istilah metakognisi yang dalam bahsa Inggris dinyatakan dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai, yaitu meta dan kognisi (cognition). (Wikipedia, Free Encyclopedia, dalam Kuntjojo dikutip oleh Ayu, 2011), menyatakan bahwa:

Istilah meta berasal dari bahasa Yunani yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent, adalah suatu prefik yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukan pada suatu abstraksi dari suatu konsep. Sedangkan cognition, menurut Ensklopedia tersebut berasal dari bahas Latin yaitu cognoscere, yang berarti

(26)

11

Jadi metakognisi tersebut bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang

berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri.

Metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut menurut Project (2008:1):

(1) Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar; (2) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar; (3) Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar; (4) Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok; (5) Belajar dari dan mengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu; (6) Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.

(27)

12

Menurut Purnomo dalam Schoenfeld (2013: 9) menyatakan bahwa: Metakognisi sebagai pemikiran tentang pemikiran sendiri yang merupakan interaksi antara tiga aspek penting yaitu: pengetahuan tentang proses berpikir sendiri, pengontrolan atau pengaturan diri, serta keyakinan dan intuisi. Interaksi ini sangat penting karena pengetahuan kita tentang proses kognisi kita dapat membantu kita mengatur hal-hal di sekitar kita dan menyeleksi strategi-strategi untuk meningkatkan

kemampuan kognitif kita selanjutnya. Proses metakognisi mencakup kemampuan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan tentang:

(1) Apa yang saya ketahui tentang hal ini, topik dan masalah subjek?; (2) Apakah saya mengetahui apa yang harus saya ketahui?; (3) Apakah saya mengetahui di mana saya bisa mendapatkan beberapa informasi, pengetahuan?; (4) Berapa lama waktu yang saya perlukan untuk belajar ini?; (5) Apa saja strategi dan taktik yang dapat saya gunakan untuk belajar ini?; (6) Apakah saya mengerti apa yang saya dengar, baca atau lihat?; (7) Bagaimana saya mengetahui jika saya sedang belajar pada tingkatan yang sesuai?; (8) Bagaimana saya dapat melihat jika saya membuat satu kesalahan?; (9) Bagaimana saya harus merevisi rencana saya jika tidak sesuai dengan harapan dan kepuasan saya?

Vacca (1989: 223) menyatakan bahwa:

Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-prose kognitif. Pengalaman metakognisi melibatkan strategi atau pengaturan metakognisi. Strategi merupakan prosesyang berurutan yang digunakan untuk engontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses ini terdiri dari:

(1) Perencanaan yang meliputi penentuan tujuan dan analisis tugas. Aktivitas perencanaan akan mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pembelajaran; (2) Pemantauan yang meliputi perhatian seseorang etika ia membaca dan membuat pernyataan atau pengujian diri. Aktivitas pemantauan akan membantu siswa dalam memahami materi dan mengintergrasikannya dengan pengetahuan awal; (3) Evaluasi atau pengaturan yang berupa perbaikan aktivitas kognitif siswa. Aktivitas ini membantu peningkatan prestasi dengan cara

mengawasi dan mengoreksi perilakunya pada saat menyelesaikan tugas.

Berdasarkan dari beberapa keterangan di atas bahwa keterampilan

(28)

13

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran , maka metakognisi juga sering disebut “berpikir untuk berpikir”.

Menurut Blakey dalam Ibrahim (2005: 21) strategi untuk mengembangkan keterampilan metakognisi adalah sebagai berikut:

(1) Mengidentifikasi “apa yang kamu ketahui” dan“ apa yang tidak kamu ketahui”; (2) Membahas tentang berpikir; (3) Membuat jurnal merencanakan dan pengaturan diri; (4) Menjelaskan tentang proses berpikir dan evaluasi.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat

diidentifikasikan pokok-pokok pengertian tentang metakognisi sebagai berikut:

1. Metakognisi merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui, proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri.

2. Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi, karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri.

3. Metakognisi merupakan strategi-strategi belajar, mengintergrasikan pengetahuan, memahami konsep sampai pemecahan permasalahan dalam pembelajaran.

Jadi keterampilan metakognisi yakni sesuatu kemampuan untuk berpikir yang yang lebih aktif untuk menghasilkan fondasi belajar secara aktif dengan bantuan seseorang (guru) untuk mengembangkan strategi belajar,

(29)

14

C. Pembelajaran IPA

Fisika sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang lebih banyak berkaitan dengan kegiatan-kegiatan seperti pengumpulan data, mengukur, menghitung, menganalisis, mencari hubungan, menghubungkan konsep-konsep semuanya ditunjukan pada satu penyelesaian soal. Dalam belajar fisika baiknya fakta konsep dan prinsip-prisip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran.

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pemikiran seorang (guru) terhadap orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus dapat mengartikannya yang telah diajarkan yang menyesuaikan terhadap

pengalaman-pengalaman siswa. Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya menerima secara pasif dari guru mereka.

Sanjaya (2010: 69) berpendapat bahwa:

Dalam upaya meningkatkan hasil dan proses pembelajaran fisika tentu saja diperlukan metode pengajaran yang sesuai dengan karakter siswa dan materi fisika. Pendekatan dan metode ini juga harus dapat

menampilkan hakekat fisika sebagai proses ilmiah, sikap ilmiah serta produk ilmiah.

Pembelajaran fisika adalah bagian dari sains (IPA), pada hakikatnya yaitu kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. IPA sebagai

kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model. IPA juga sebagai cara penyelidikan merupakan cara bagaiman

(30)

15

Menurut Trianto (2007: 102) menyatakan bahwa:

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu; (1) Kemampuan mengetahui yang diamati; (2) Kemampuan memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut dari hasil eksperimen; (3) Dikembangkannya sikap ilmiah

Berdasarkan keterangan di atas IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, yang berkembang melalui metode ilmiah. Beberapa kemampuan dalam IPA mengetahui yang diamati, memprediksi apa yang belum diamati dan untuk menguji tindak lanjut dari hasil eksperimen, dikembangan dengan sikap ilmiah.

Sujana (2004: 28) menyatakan bahwa:

Pembelajaran sering juga disebut dengan belajar mengajar sebagian terjemahan dari istilah “instructional” yang terdiri atas dua kata yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada dalam individu.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 113) adalah: Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

(31)

16

(32)

III. METODE PENGEMBANGAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan instrumen penilaian keterampilan metakognisi siswa pada pokok bahasan gaya untuk SMP/MTs.

Subjek uji coba produk penelitian pengembangan terdiri dari ahli instrument penilaian keterampilan metakognisi, ahli rubik penskoran, ahli lembar kerja kelompok siswa, uji satu lawan satu yang dikenakan kepada 1 orang guru fisika di SMP Nusantara Bandar Lampung dan uji kelompok yang dikenakan kepada 30 orang siswa SMP Nusantara Bandar Lampung.

B. Subjek Uji Coba Produk

(33)

18

Uji ahli dalam bidang rubrik dan lembar kerja kelompok siswa yaitu salah seorang Dosen FKIP Unila. Kemudian untuk uji satu lawan satu dikenakan kepada satu guru fisika di SMP Nusantara Bandar Lampung. Sedangkan uji kelompok dikenakan pada 30 orang siswa kelas VII SMP Nusantara Bandar Lampung.

C. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang mengacu pada prosedur pengembangan instrumen penilaian keterampilan metakognisi siswa yang termodifikasi, yang memuat langkah-langkah pokok penelitian

pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk.

Model pengembangan tersebut meliputi empat prosedur penelitian pengembangan produk uji produk, yaitu:

1. Penelitian pendahuluan. 2. Pengembangan produk. 3. Melakukan validasi ahli.

4. Melakukan uji coba/tes dan revisi.

(34)

19

Gambar 3.1 Model Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Metakognisi Termodifikasi.

1. Penelitian pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran (produk) karakteristik pendidik dan peserta didik, analisis pembelajaran, dan analisis kebutuhan topik. Dalam pembelajaran, yang dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya kesenjangan antara kompetensi (kemampuan, ketrampilan, dan sikap) peserta didik yang diinginkan dengan kompetensi yang telah dimiliki sekarang. Pentapan kompetensi yang ingin dicapai dapat didasarkan pada standar normatif yang ditetapkan di sekolah atau bisa didasarkan pada kebutuhan pengguna (user), dapat pula didasarkan pada kebutuhan masa depan (future need).

Untuk menilai kompetensi yang dimiliki peserta didik harus memiliki instrumen yang tepat. Selain itu, seorang peserta pendidik baiknya dapat membuat dan menggunakan instrumen tersebut.

Penelitian Pendahuluan

Pengembangan Produk Revisi

Validasi Ahli

(35)

20

Dalam uraian di atas, peneliti hanya menganalisis kebutuhan yang didasarkan pada standar normatif yang ditetapkan di sekolah, kebutuhan pengguna (user) dan kebutuhan masa depan (future need) dari sekolah yang akan diteliti.

Penelitian pendahulan ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukannya instrumen penilaian keterampilan metakognisi siswa. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara langsung dengan guru IPA tesebut. Wawancara terhadap guru mata pelajaran dilakukan untuk mengetahui informasi tentang bagaimana sistem penilaian pada mata pelajaran IPA ketika belajar, apakah sudah menggunakan

instrumen penilaian keterampilan metakognisi. Hasil penelitian pendahuluan sebagai landasan dalam penyusunan latar belakang masalah penelitian pengembangan ini.

2. Pengembangan Produk

Pada tahap ini dilakukan proses pengembangan instrumen penilaian

keterampilan metakognisi siswa pada materi gaya, yang terdapat kompetensi, materi, uraian tugas, panduaan penggunaan, rubrik, panduaan penilaian, lembar penilaian keterampilan metakognisi, dan contoh penilaian. Hasil pengembangan ini diberi nama prototype I . Hal ini dapat dilihat di lampiran 15.

3. Melakukan Validasi Ahli

(36)

21

FKIP Unila, serta validasi ahli rubrik dan validasi ahli lembar kerja kelompok siswa, yaitu Dosen FKIP Unila.

Tahap setelah mengalami validasi ahli maka prototype I mendapat saran-saran perbaikan, dan hasil perbaikannya disebut prototype II. Hal ini dapat dilihat dari lampiran 9,10,11.

4. Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi

Hasil prototype II kemudian dilakukan uji satu lawan satu dan uji kelompok. Uji satu lawan satu digunakan untuk mengetahui kemanfaatan produk oleh pengguna, yaitu: kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk. Sedangkan uji kelompok digunakan untuk mengetahui keefektifan produk. Prosedur pelaksaan sebagai berikut:

a. Menggunakan prototype II kemudian kepada seorang guru, dan kemudian dimintai respon dengan cara mengisi angket kemenarikan, kemudahan pengguna, dan kemanfaatan produk.

b. Melakukan perbaikan berdasarkan kritik dan saran yang diperoleh dari hasil uji satu lawan satu dan hasil perbaikannya disebut prototype III. Hal ini dapat dilihat dari lampiran 12.

c. Melakukan pembelajaran pada uji kelompok dengan cara praktikum materi gaya, dan selama pembelajaran belangsung dilakukan penilaian menggunakan prototype III.

d. Menganalisis hasil uji kelompok untuk melihat kekurangan, kelebihan, dan kemanfaatan prototype III berdasarkan aspek keterampilan

(37)

22

e. Melakukan perbaikan berdasarkan hasil yang didapat ketika uji satu lawan satu dan uji kelompok, hasil dari perbaikan ini disebut prototype IV yang merupakan produk akhir penelitian pengembangan ini

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh dari observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan pembelajaran (produk), karakteristik pendidik dan peserta didik, analisis kebutuhan rubrik. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan

kesesuaiannya, sebagai instrumen penilaian keterampilan metakognisi siswa. Instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tentang tingkat kemudahan, kemenarikan, dan kemanfaatan produk sebagai instrumen penilaian keterampilan metakognisi. Uji kelompok digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas kegunaan produk yang dihasilkan sebagai instrumen penilaian keterampilan metakognisi.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, kemudian menganalisis data. Data hasil penelitian pendahuluan yang diperoleh dari guru digunakan untuk mengetahui tingkat kebutuhan instrumen penilaian.

Data kesesuaian instrumen penilaian diperoleh dari ahli instrumn penilaian keterampilan metakognisi melalui uji/validasi ahli. Data kesesuaian

(38)

23

Instrumen penilaian uji ahli ini memiliki dua pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Ya” dan “Tidak”. Revisi dilakukan pada konten

pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”, atau para ahli memberikan

masukan atau pendapat khusus terhadap prototype yang sudah ada.

Data kemenarikan, kemudahan penggunaan dan pemanfaatan produk diperoleh melalui uj satu lawan satu. Angket respon terhadap produk memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat

menarik”, ”menarik”, ”kurang menarik”, dan “tidak menarik” atau “sangat

baik”, “baik”, “kurang baik”, “tidak baik”. Masing- masing pilihan jawaban

memiliki skoran berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagai pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang

diperoleh, kemudian dibagi dengan jumlah totak skor kemudian hasilnya dilakukan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2 Tidak menarik Tidak baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki empat pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

� � � ��� = � � ℎ � �� �

(39)

24

Hasil dari skor penilai ini kemudian dicari rata-rata dari sejumlah subyek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan

pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini terdapat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalam Suyanto (2009: 227)

Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas dalam Suyanto (2009: 227). Sedangkan data keefektifan produk diperoleh melalui ui kelompok ketika melakukan pembelajaran pada pokok bahasan gaya untuk SMP/MTs. Apakah 75% indikator keterampilan metakognisi siswa dilakukan uji coba telah tercapai, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai instrumen keterampilan metakognisi siswa.

Skor Penilaian Rentang Skor Klasifikasi 4 3,26 - 4,00 Sangat baik 3 2,51 - 3,25 Baik

(40)

36

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari pembahsan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Telah dihasilkan instrumen penilaian keterampilan metakognisi yang

memuat kompetensi, materi, uraian tugas, panduan penggunaan, rubrik, panduan penilaian, lembar penilaian keterampilan metakognisi dan contoh penggunaan yang telah teruji.

2. Instrumen yang dihasilkan menarik dengan skor 76,89%, mudah digunakan dengan skor 80%, dan bermanfaat dengan skor 76% serta efektif dengan skor 76,7% digunakan sebagai instrumen penilaian keterampilan metakognisi siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan sebagai berikut:

1. Guru hendaknya menggunakan instrumen penilaian keterampilan metakognisi yang telah peneliti kembangkan untuk menilai siswa dalam pembelajaran.

(41)

37

3. Guru yang menggunakan instrumen hendaknya dapat pula

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

Ayu, Siti Kumala. 2011. Implementasi Ongoing Assessment Berbasis Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Fisika Siswa . Skripsi. Bandar Lampung: Unila.

Depdiknas. 2004. Penilaian Kelas. http://www.depdiknas.go.id. 8 April 2013.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Firman, H. 2000. Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: FMIPA UPI.

Ibrahim, M. 2005. Strategis Pembelajaran Inovatif untuk Pembelajaran Fisika. Makalah. Disampaikan pada Symposium Fisika Regional Kalimantan. Surabaya:

Iryanti, P. 2004. Penilaian Untuk Kerja. http://www.p3gmqtyo.go.id/download/ PPP/PPP04_Untuk Kerja.pdf.

Kuntjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Dididik. Diunduh pada tanggal 26 January 2011 dari http://ebekunt.wordpress.com.2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-pesertadidik/.

Munaf, S. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: IMSTEP JICA UPI.

(43)

Purwanto, Ngalim. 2006. Prisip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Sutisna. 2010. Proses Pembelajaran Fisika. http:/sutisna.com/artikel/

kependidikan/proses-pembelajaran-fisika/. Diundah pada tanggal 02 Febuari 2011.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila.

Taccasu, Project. (2008) “Metacognition” Tersedia pada:

http://www.careers.hku.hk/taccasu/ref/metacogn.htm, diakses pada 19 Mei 2013.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan antara Tujuan Pembelajaran, Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar (Munaf, 2001: 1) yaitu: a
Gambar 3.1 Model Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan      Metakognisi Termodifikasi
Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan jawaban
Tabel 3.2    Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum kurikulum yang diajarkan di PONPES tidak mampu mengembangkan ilmu agamanya (berdakwah) di masyarakat dikarenakan mereka kesulitan ekonomi. Melihat banyaknya kenyataan

Dikuasakan kepada Menteri atau Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran atau Pengguna Barang Kementerian Negara/ Lembaga yang dipimpinnya;.. Diserahkan kepada Gubernur/

Praktek perhitungan awal waktu salat yang digunakan selama ini di Indonesia antara lain; awal waktu zuhur saat tergelincir matahari dengan rumus 12-e; awal waktu asar ketika

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan pengaruh variabel

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari proses uji karakteristik diperoleb taOOI data tegangan dan ketidakpastian auto channel adaptor universal model SYK-500 pada posisi polaritas positip

Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanul nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui. pemilihan sungkup berlobang besar,

Analisis atas pencapaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan selama Tahun 2014, sesuai dengan perjanjian kinerja yang ditetapkan oleh Bupati Badung berupa

ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN BERBASIS PERAN MASYARAKAT KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN. TAHAP