• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANTANGAN PERTANIAN PADA PERUBAHAN IKLIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANTANGAN PERTANIAN PADA PERUBAHAN IKLIM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TANTANGAN PERTANIAN PADA PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

Indonesia adalah termasuk negara yang beriklim tropis karena berada di lintasan katulistiwa, dimana keuntungan dari Indonesia yang berada di daerah tropis adalah :

1. Musimnya hanya 2 (dua) yaitu; musim kemarau dan musim hujan 2. Keanekaragaman hayati yang melimpah

3. Merupakan negara agraris (pertanian), sehingga dapat menghasilkan kebutuhan pangan sendiri.

Sehingga kita perlu bersyukur hidup didaerah tropis, mengapa karena temperatur atau suhu tidak terlalu ekstrim, aktivitas pertanian/perikanan bisa berjalan sepanjang tahun, mendapatkan musim panas atau penghujan yang tidak ekstrim, jika bercocok tanam akan lebih lama sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Pertanian di Indonesia dilakukan selaras dengan alam, dalam hal bercocok tanam dikenal istilah Pranoto mongso (=berdasarkan musim/penentuan musim) semacam penanggalan yang berkaitan dengan musim menurut pemahaman Suku Jawa khususnya dari kalangan petani dan nelayan. Pemahaman seperti ini juga dikenal oleh suku-suku lainnya di Indonesia, seperti Suku Sunda, Suku Bali (dikenal dengan istilah Kerta Masa).

Pranata Mangsa berasal dari dua kata, yaitu Pranata yang berarti aturan dan Mangsa yang berarti musim atau waktu. Jadi Pranata Mangsa adalah aturan waktu yang digunakan para petani sebagai penentuan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan. Hal ini dipelopori oleh raja Pakoeboewono VII dan dimulai sejak 22 Juni 1856. Contohnya melaksanakan usaha tani bercocok tanam atau melaut para nelayan.

Pranata Mangsa ini, seperti;

a. Kapitu (katujuh), mulai 22/23 Desember sampai 3/4 Pebruari, ditandai dengan banyak hujan, banyak sungai yang banjir. Benih padi mulai ditanam di sawah b. Kawolu (kadalapan), 2/3 Pebruari, ditandai dengan musim padi beristriraha

(bero), banyak ulat, banyak penyakit

c. Kasonga (kasalapan), ½ Maret – 26/27 Maret, ditandai dengan musim padi berbunga, turaes (sebangsa serangga) ramai berbunyi.

d. Kadasa (kasapuluh), 26/27 Maret-19/20 April, ditandai dengan musim padi berisi tapi masih hijau, burung-burung membuat sarang, tanam palawija dilahan kering. e. Desta (kasabelas), 19/20 April-12/13 Mei, ditandai dengan musim masih ada

waktu untuk palawija, burung-burung menyuapi anaknya.

f. Sada (Kaduabelas), 12/13 April-22/23 Juni, ditandai dengan musim menumpuk jerami, tanda-tanda udara dingin di pagi hari.

(2)

GLOBAL WARMING

Pemanasan global sendiri terdiri dari dua kata: – pemanasan = naiknya suhu, semakin panas – global = bumi, dunia, menyeluruh

Jadi, pemanasan global dapat diartikan naiknya suhu bumi

Pemanasan global bermula dari Revolusi Industri pada akhir abad ke-18. Revolusi Industri adalah perubahan pola produksi yang dulu menggunakan tenaga manusia (pekerja) menjadi menggunakan mesin dan teknologi (industri). Tujuan dari Revolusi Industri ini adalah untuk mencapai keuntungan yang lebih besar, karena penggunaan mesin dianggap lebih efisien dari pada menggunakan tenaga manusia. Sejak saat itu juga bahan bakar fosil mulai digunakan secara intensif.

Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut. Penyebab dari Pemanasan Global

a. Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global).

Penggambaran tentang pertukaran energi antara matahari (sumber), permukaan bumi, atmosfer bumi dan angkasa (tempat pelepasan). Kemampuan atmosfer untuk menangkap dan melepaskan energi merupakan karakteristik yang menentukan efek rumah kaca

(3)

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.

Energi yang masuk ke Bumi:

 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer

 25% diserap awan

 45% diserap permukaan bumi

 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi

Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Akibat

Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.

Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.

(4)

sebenarnya hal ini bisa dikatogorikan penyumbang terjadinya perubahan iklim di bumi. Letusan gunung berapi ini termasuk dalam katagori pencemaran udara yang disebabkan oleh alam atau dalam hal ini tidak ada campur tangan manusia dalam pencemaran ini, hal ini disebut juga dengan istilah pencemaran udara Biogenik

b. Efek Umpan Balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke empat.

(5)

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

c. Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

(6)

matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

Macam-macam gas rumah kaca:

 Uap air, uap air ini dapat menjadi sebuah ‘lingkaran setan’, karena dengan semakin meningkatnya suhu bumi, maka air (laut, danau, dll) akan semakin banyak yang menguap dan menambah jumlah uap air di atmosfer, dengan kondisi demikian suhu bumi pun akan semakin meningkat, karena uap air juga merupakan gas rumah kaca.

 Karbondioksida (CO2), gas CO2 adalah faktor kedua terbesar penyebab pemanasan global. Tetapi, inilah faktor yang paling mungkin untuk kita kendalikan dalam rangka mengendalikan pemanasan global, karena sebagian besar gas CO2 diproduksi dengan kesadaran kita sendiri (pembakaran, industri, dll), berbeda dengan uap air yang menguap dengan sendirinya.

 Metan, merupakan insulator (zat penyerap, tidak menghantarkan, isolator) yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan

karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi (penambangan, pengeboran) dan transportasi (pengolahan) batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Gas ini efeknya lebih parah daripada CO2, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding CO2, sehingga dampaknya tidak sebesar CO2.

 Nitrogen oksida, adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.

 Klorofluorokarbon (CFC), gas ini dihasilkan oleh pendingin-pendingin yang

menggunakan freon, seperti kulkas, AC, dll. Gas ini selain mampu menahan panas juga mampu mengurangi lapisan ozon, yang berguna untuk menahan sinar

ultraviolet masuk ke dalam bumi.

 Dll

ANTROPOGENIK

Atropogenik adalah sumber pencemaran yang tidak alami timbul karena ada pengaruh atau campur tangan manusia atau aktifitas manusia, hampir 90% adalah akibat ulah manusia. Seperti :

- Industrialisasi

- Transportasi

- Pertanian

- Industri peternakan

- Kebakaran Hutan, dan

(7)

Allah memberi peringatan kepada umat manusia dalam Al qur’an Surah Arrum ayat 41, yang artinya “telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, sebagai pelajaran dari Allah kepada mereka supaya mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatannya, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

Antropogenik ini menyebabkan terjadinya pencemaran udara yang berakibat pada :

1. Pemanasan Global / Global Warming Pemanasan global terjadi akibat peningkatan gas rumah kaca yang memiliki kemampuan memperangkap sinar gelombang panjang. Efek Global Warming :

a. Perubahan iklim

b. Peningkatan permukaan air laut. Skala fenomena : Global

2. HNO2, HNO3H2SO4, NOXContoh : SO2

Mengakibatkan peningkatan keasaman air hujan Skala fenomena : regional – global

3. Penipisan Lapisan Ozon Penipisan lapisan ozon terjadi karena akibat peningkatan pengemisian gas yang bersifat stabil (stabilitasnya tinggi).

Contoh : CFC (akan bereaksi dan bereaktif pada lapisan tratosfer (yang berguna untuk melindungi bumi & mahluk hidup)

Efek penipisan lapisan ozon Akan menimbulkan dampak biologis yang hebat. Contoh : Mutasi sel, Flu Burung(H5N1) – Flu Babi (H1N1).

Skala fenomenanya : Global

4. ASBUT (Asap Kabut) / SMOG FOTOKIMIA Kasus pencemaran udara yang sangat berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Contoh : tahun 1952 The Great Of Smog (menghitamnya langit London dan membunuh 12000 orang).

SMOG FOTOKIMIA Timbul akibat terjadi reaksi foto kimia pada pencemara NOX, HC Dampak : iritasi pada mata & kulit.

Skala fenomena : lokal (regional).

5. Urban Haet Island Terjadinya gumpalan panas dan pencemar-pencemar yang terperangkap pada gumpalan tersebut.

Terjadi diperkotaan karena adanya gedung-gedung pencakar langit. Skala fenomena : Regional

Untuk itu Perlu dilakukan :

a. Pengelolaan Pencemaran Udara

(8)

d. Dll.

Alih Fungsi Hutan

Alih fungsi lahan (Hutan) atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Menurut Irawan (2005) Konnversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan pertanian dengan non pertanian. Sedangkan persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu : a) keterbatasan sumberdaya lahan, b) pertumbuhan penduduk, dan c) pertumbuhan ekonomi.

Menurut Irawan (2005) Konnversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan pertanian dengan non pertanian. Sedangkan persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu : a) keterbatasan sumberdaya lahan, b) pertumbuhan penduduk, dan c) pertumbuhan ekonomi.

Sihaloho (2004) dalam kolokiumkpmipb.wordpress.com, membagi konversi lahan kedalam tujuh pola atau tipologi, antara lain:

1. Konversi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi.

2. Konversi sistematik berpola ‘enclave’; dikarenakan lahan kurang produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk meningkatkan nilai tambah.

3. Konversi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk (population growth driven land conversion); lebih lanjut disebut konversi adaptasi demografi, dimana dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal.

(9)

6. Konversi adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian.

7. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk ; konversi dipengaruhi oleh berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak dijelaskan dalam konversi demografi.

Irawan (2005) mengemukakan bahwa konversi tanah lebih besar terjadi pada tanah sawah dibandingkan dengan tanah kering karena dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu pertama, pembangunan kegiatan non pertanian seperti kompleks perumahan, pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada tanah sawah yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering. Kedua, akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah kering. Ketiga, daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan.

Pembalakan Liar Hutan

Pembalakan liar atau penebangan liar (bahasa Inggris: illegal logging) adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.

Data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-1997 Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektaree setiap tahun dan diperkirakan sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional, besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan tebangan.

Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan di seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia akibat dari sistem politik dan ekonomi yang menganggap sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan dan bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi.

(10)

kehilangan hutannya, maka hutan di Sulawesi dan Papua akan mengalami hal yang sama. Menurut analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang tahun 2010.

Praktek pembalakan liar dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan kelestarian, mengakibatkan kehancuran sumber daya hutan yang tidak ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu senilai US$ 5 miliar, diantaranya berupa pendapatan negara kurang lebih US$1.4 miliar setiap tahun. Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya nilai keanekaragaman hayati serta jasa-jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari sumber daya hutan.

Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai angka 3,8 juta hektaree pertahun, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas illegal logging atau penebangan liar (Johnston, 2004). Sedangkan data Badan Penelitian Departemen Kehutanan menunjukan angka Rp. 83 miliar perhari sebagai kerugian finansial akibat penebangan liar.

Penebangan liar yang mengakibatkan dampak negatif pada kelestarian sumber daya hutan telah menyebabkan berbagai kerugian akibat penebangan liar memiliki dimensi yang luas tidak saja terhadap masalah ekonomi, tetapi juga terhadap masalah social, politik dan lingkungan.

Dari perspektif ekonomi kegiatan illegal logging telah mengurangi penerimaan devisa negara dan pendapatan negara. Berbagai sumber menyatakan bahwa kerugian negara yang diakibatkan oleh illegal logging , mencapai Rp.30 trilyun per tahun.

Dari segi sosial dapat dilihat munculnya sikap kurang bertanggung jawab yang dikarenakan adanya perubahan nilai dimana masyarakat pada umumnya sulit untuk membedakan antara yang benar dan salah serta antara baik dan buruk. Hal tersebut disebabkan telah lamanya hukum tidak ditegakkan ataupun kalau ditegakkan, sering hanya menyentuh sasaran yang salah. Perubahan nilai ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dikembalikan tanpa pengorbanan yang besar. Kerugian dari segi lingkungan yang paling utama adalah hilangnya sejumlah tertentu pohon sehingga tidak terjaminnya keberadaan hutan yang berakibat pada rusaknya lingkungan, berubahnya iklim mikro, menurunnya produktivitas lahan, erosi dan banjir serta hilangnya keanekaragaman hayati.

(11)

Penyebab dari adanya deforestasi secara besar-besaran ini adalah

1. karena penyelewengan kuasa pemerintahan (political corruption) di kalangan lembaga pemerintah,

[image:11.595.179.414.211.386.2]

2. ketidakadilan dalam pembagian kekayaan (wealth) dan kekuasaan, 3. pertumbuhan penduduk dan ledakan penduduk (overpopulation), 4. Urbanisasi (urbanization).

Gambar Kerusakan Hutan Akibat Pembalakan Liar

Upaya yang perlu dilakukan untuk melestarikan hutan:

1. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul. 2. Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang. 3. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon. 4. Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan

penebangan hutan.

5. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan di Indonesia adalah peristiwa dimana hutan yang digologkan sebagai ekologi alamiah mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh aktfitas pembakaran secara besar-besaran. Pada dasarnya, peristiwa ini memberi dampak negatif maupun positif. Namun, jika dicermati, dampak negatif kebakaran hutan jauh lebih mendominasi ketimbang dampak positifnya.

(12)

Kebakaran yang disengaja merupakan akibat ulah manusia yang membakar dengan maksud tertentu, misalnya pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan. Selain itu kelalaian dari manusia seperti membuang puntung rokok, api dari kendaraan, perkemahan dan lainnya.

Kebakaran hutan yang tidak disengaja berawal dari musim panas yang berkepanjangan. Pada musim panas sumber-sumber air menjadi kering termasuk hutan terjadi kehilangan air karena proses evapotranspirasi. Batang, ranting, dan daun yang kering merupakan sumber bahan bakar yang potensial untuk terjadinya kebakaran hutan. Bila ada pemicu seperti terjadinya gesekan antara batang atau ranting pohon akan menimbulkan api, kemudian kebakaran akan menyebarluas dengan cepat. Hal ini menjadi lebih parah jika terjadi pada lahan-lahan gambut seperti beberapa daerah di Indonesia. Seperti Kebakaran hutan di Kalimantan yang mempunyai lahan gambut. Gambut merupakan batu bara muda sumber bahan bakar yang potensial bila terjadinya kebakaran hutan.

Kebakaran hutan di Indonesia perlu ditanggulangi secara tepat sebab peristiwa ini memiliki dampak buruk bagi kehidupan manusia. Apa saja? Berikut uraiannya:

1. Kebakaran hutan akan menyebarkan sejumlah emisi gas karbon ke wilayah atmosfer dan berperan dalam fenomena penipisan lapisan ozon.

2. Dengan terbakarnya hutan, satwa liar akan kehilangan rumah tempat mereka hidup dan mencari makan. Hilangnya satwa dalam jumlah yang besar tentu akan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem.

3. Hutan identik dengan pohon. Dan pepohonan identik sebagai pendaur ulang udara serta akarnya berperan dalam mengunci tanah serta menyerap air hujan. Jika pepohonan berkurang, dipastikan beberapa bencana akan datang seperti bajir atau longsor.

4. Kebakaran hutan di Indonesia akan membuat bangsa kita kehilangan bahan baku industri yang akan berpengaruh pada perekonomian.

5. Jumlah hutan yang terus berkurang akan membuat cuaca cenderung panas.

6. Asap dari hutan akan membuat masyarakat terganggu dan terserang penyakit yang berhubungan dengan pernapasan.

7. Kebakaran hutan bisa berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke sebuah Negara.

8. Dll

Beberapa Sumber pemanasan global

a. Gas buangan industri, penggunaan bahan bakar fosil

(13)

produksi yang dulu menggunakan tenaga manusia (pekerja) menjadi menggunakan mesin dan teknologi (industri). Tujuan dari Revolusi Industri ini adalah untuk mencapai keuntungan yang lebih besar, karena penggunaan mesin dianggap lebih efisien dari pada menggunakan tenaga manusia. Sejak saat itu juga bahan bakar fosil mulai digunakan secara intensif.

https://herwin.wordpress.com/global-warming/ Rabu, 27 Nopember 2014, pukul 21.00 Wib)

b. Peternakan (sapi), karena sapi dalam hidupnya menghasilkan gas sendawa dan flatus yang berupa metana (maka dari itu gas kotoran sapi sering juga digunakan sebagai bahan bakar kompor), dalam proses pengolahan hasil ternak juga menghasilkan banyak gas CO2, masalah ini merupakan masalah serius yang sering terabaikan

Menurut, FAO bahwa Peternakan ternyata memberikan sumbangan besar dalam pemanasan global;

1. Emisi karbon dari pembuatan ternak.

2. Emisi karbon dari sistem pencernaan hewan.

3. Emisi karbon dari pengolahan dan pengangkutan daging hewan ternak ke konsumen

Menurut sebuah laporan terbaru yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 18 persen CO2, jumlah ini lebih banyak dari gabungan seluruh transportasi di seluruh dunia. Sektor ini juga menjadi sumber utama dari kerusakan tanah dan pencemaran air bersih

Henning Steinfeld adalah Ketua FAO untuk Informasi dan Kebijakan Peternakan, serta penulis senior dari laporan: “Ternak merupakan salah satu kontributor paling signifikan bagi masalah lingkungan yang paling serius saat ini. Penanganan darurat diperlukan untuk memperbaiki keadaan.”

(http://suprememastertv.com/ina/vegetarianism-and-climate-change/?wr_id=16, Rabu, 27 Nopember 2014, pukul 21.39 Wib)

c. Penebangan hutan yang menyebabkan penyerapan CO2 oleh tumbuhan berkurang , karena CO2 adalah bahan baku dalam proses fotosintesis (illegal logging, pabrik kertas, furniture berbahan dasar kayu, ekspor kayu, dll)

d. Kebakaran hutan, selain memiliki dampak yang sama dengan penebangan hutan, pembakaran hutan juga melepaskan CO2 hasil pembakaran (pembukaan lahan baru, pembukaan lahan pertanian, dll)

(14)

g. Pemakaian energi berlebihan, karena pembangkit listrik menggunakan bahan bakar untuk menjalankan motornya(disel).

Dampak pemanasan global

Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca (iklim mulai tidak stabil), krisis Air, tinggi permukaan air laut, pantai, terganggunya produksi pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia (meningkat dan munculnya hama penyakit baru)

1. Krisis air

Krisis air ini terjadi, selain akibat berkurangnya daerah resapan air dan banyaknya penebangan pohon (kerusakan hutan) juga disebabkan oleh meningkatnya suhu bumi, dimana terjadinya Evaporasi dan Evapotranspirasi menjadi meningkat yang berakibat pada menipisnya cadangan air hal ini sangat berpengaruh pada pertanian, pertanian yang kekurangan air menyebabkan terjadinya penurunan produksi dan bisa sampai pada paceklik.

Terjadilah Puso karena kekeringan, pada tahun 2009 luas lahan sawah kekeringan seluas 217.893 ha dan pada tahun 2011 seluas 183.582 ha.

(15)

Kalau sudah terjadi hujan bisa terjadi terus menerus dengan curah yang sangat besar, maka akan terjadi terjadi genangan air yang tinggi dikota-kota. Dan hujan yang tinggi ini juga melebihi daya tampung sungai, seampai meluap sehingga menyebabkan terjadinya banjir.

Tanaman padi juga mengalami puso karena terjadinya banjir. Luas area persawahan banjir seluas 174.653 Ha. Dan tahun 2010 seluas 189.766 ha.

Curah hujan yang tinggi dan lama ini juga menyebabkan terjadinya longsor, khususnya daerah yang miring (rawan Banjir). Contohnya terjadinya Longsor di Karanganyar hal ini akibat curah hujan yang tinggi dan lama. Selain Akibat curah hujan yang tinggi longsor juga disebabkan karena terjadinya alih fungsi hutan lindung menjadi pertanian (ladang). Hutan lindung berfungsi untuk menahan air dan menyerap air hujan dan memperkuat struktur tanah sehingga tidak mudah tergerus oleh banyaknya air yang turun.

3. Lahan Pesisir mulai tergenang dengan bertambahnya air laut akibat Es Kutub mencair. Hal ini menyebabkan tergesernya garis pantai; meningkatnya erosi pantai dan kerusakan bangunan dan infrastruktur pantai; meningkatnya kerusakan ekosistem pantai seperti terumbu karang dan mangrove.

Dampak pemanasan global sangat mengerikan, dampanya akan saling berhubungan dan berakhir fatal.

1.

Pemanasan global ↓

Perubahan iklim bumi ↓

Tumbuhan yang tidak dapat beradaptasi punah ↓

Rantai makanan terganggu ↓

Hewan yang mengkonsumsi tumbuhan tersebut punah ↓

Manusia sebagai konsumen tertinggi pun akhirnya akan punah..

2.

Pemanasan global ↓

Mutasi virus ↓

Virus semakin bervariasi dan semakin ganas (virus semakin agresif dalam suhu tinggi, nyamuk semakin berkembang biak pada suhu tinggi)

Banyak penyakit baru ↓

Kematian meningkat

(16)

Pemakaian zat-zat yang merusak ozon (O3) ↓

Sinar matahari (ultraviolet) dengan intensitas tinggi langsung masuk ke bumi ↓

Kanker kulit

4.

Pemanasan Global ↓

Perubahan iklim bumi ↓

La Nina (pengingkatan curah hujan), El Nino (kemarau berkepanjangan) Banjir dan kekeringan

Musim tidak dapat diramalkan, panen gagal ↓

Krisis air dan pangan (bencana kelaparan) ↓

Perang Dunia III (memperebutkan daerah yang masih memiliki air bersih dan subur, hal ini sangat mungkin karena terbukti bahwa telah terjadi perang untuk memperebutkan daerah

penghasil minyak bumi, dan rempah-rempah)

Apa yang akan terjadi pada Perang Dunia III. Bom atom pada Perang Dunia II, giliran nuklir kah pada PD III, atau senjata biologis?

Beberapa istilah yang muncul belakangan ini dalam masalah Global Warming

 UNFCCC = United Nations Framework Convention on Climate Change (Konverensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim)

 GRK = Gas Rumah Kaca

 GHG = GreenHouse Gas

 COP = Conference of the Parties (Konvrensi para pihak)

 IPCC = Intergovernmental Panel on Climate Change

 EcoMobility = Kendaraan ramah lingkungan

 REDD = Reducing Emission from Deforestation in Development countries

Dampak Pemanasan Global

Menurut, FAO bahwa Peternakan ternyata memberikan sumbangan besar dalam pemanasan global;

(17)

5. Emisi karbon dari sistem pencernaan hewan.

6. Emisi karbon dari pengolahan dan pengangkutan daging hewan ternak ke konsumen Menurut sebuah laporan terbaru yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 18 persen CO2, jumlah ini lebih banyak dari gabungan seluruh transportasi di seluruh dunia. Sektor ini juga menjadi sumber utama dari kerusakan tanah dan pencemaran air bersih Henning Steinfeld adalah Ketua FAO untuk Informasi dan Kebijakan Peternakan, serta penulis senior dari laporan: “Ternak merupakan salah satu kontributor paling signifikan bagi masalah lingkungan yang paling serius saat ini. Penanganan darurat diperlukan untuk memperbaiki keadaan.”

Gambar

Gambar Kerusakan Hutan Akibat Pembalakan Liar

Referensi

Dokumen terkait

menambah nilai guna alga merah untuk dijadikan suatu sediaan yang praktis, dan mudah untuk digunakan, dirasa perlu dilakukan penelitian untuk pembuatan sediaan gel

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengeloalaan Lingkungan Hidup telah mengamanatkan terdapat setiap usaha dan kegitan yang menimbulkan Dampak besar penting

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui batas konsentrasi HAuCI4 yang dapat digunakan pada proses sintesis nanopartikel menggunakan reduktor trisodium sitrat dengan konsentrasi

Menurut Saudara, aktivitas penting yang perlu dilakukan pada fase identifikasi dalam workshop value engineering pada tahap pelaksanaan proyek bangunan gedung di PT X adalah :

Kegiatan sosialisasi dan pembuatan kompos melibatkan masyarakat secara luas, dengan harapan tidak hanya petani yang mampu memanfaatkan sisa pertanian tetapi juga

Oleh karena itu, diperlukan suatu metode analisis yang lebih cepat, mudah, dan murah tanpa perlu dilakukan isolasi senyawa sasaran untuk estimasi kadar flavonoid total,

Telah dilakukan penelitian di Dusun Korong Batu, Desa Baruga Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng untuk mengidentifikasi keberadaan pasir besi dengan menggunakan

Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri atau ukuran tubuh, yaitu tinggi badan (TB) dan berat. badan (BB). Akan tetapi, pengukuran tinggi badan lansia sangat