PENGARUH VENTILASI PADA TUTUP STUP KAYU LAPIS SENG
TERHADAP PRODUKTIVITAS PROPOLIS
Apis mellifera
AHMAD NAILUL FAROH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Ventilasi pada Tutup Stup Kayu Lapis Seng terhadap Produktivitas Propolis Apis mellifera adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diaju-kan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
ABSTRAK
AHMAD NAILUL FAROH. Pengaruh Ventilasi pada Tutup Stup Kayu Lapis Seng terhadap Produktivitas Propolis Apis mellifera. Dibimbing oleh HOTNIDA C H SIREGAR dan KUNTADI.
Propolis adalah salah satu produk lebah Apis mellifera yang bernilai ekonomis. Penelitian ini bertujuan mendapatkan ukuran optimum ventilasi pada tutup stup berlapis seng untuk meningkatkan produktivitas propolis. Tiga ukuran ventilasi tutup stup yaitu P1 (0 cm2), P2 (50 cm2), dan P3 (100 cm2) yang
digunakan sebagai perlakuan untuk diterapkan pada 15 koloni lebah madu A. mellifera dalam sebuah penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran ventilasi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi propolis, madu, maupun susut koloni dengan rataan berturut-turut 15.53±3.78 g, 2 974.87±1 397.88 g, dan 6 592.78±3 408.17 ekor. Produktivitas propolis berbanding lurus dengan peningkatan suhu di dalam sarang dan penurunan koloni lebah. Sebaliknya, produksi propolis berbanding terbalik dengan produksi madu.
Kata kunci: Apis mellifera, propolis, ventilasi sarang
ABSTRACT
AHMAD NAILUL FAROH. The Influence of vented zinc-coated hives of Apis mellifera honey bees to the productivity of propolis. Supervised by HOTNIDA C H SIREGAR dan KUNTADI.
Propolis is one of the Apis mellifera beekeeping products which is economically valuable. The purpose of this study was to find out the optimum size of ventilation on zinc-coated lid hive to increase productivity of propolis. Three size of ventilations i.e. 0 cm2 (P1), 50 cm2 (P2), and 100 cm2 (P3), were
randomly assigned to 15 hives of A. mellifera honey bee colony in the experimen using completely redomized design with 5 replications. The results showed that size of ventilation did not significanthy affected propolis and honey
production, also bee colonies shringkage with the average of 15.53±3.78 g, 2 974.87±1 397.88 g, and 6 592.78±3 408.17 bees respectively. Propolis
productivity was directly proportional to the increase of temperature and the decrease of bee colonies. In contrary, propolis production was inversely related to the honey production.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
PENGARUH VENTILASI PADA TUTUP STUP KAYU LAPIS SENG
TERHADAP PRODUKTIVITAS PROPOLIS
Apis mellifera
AHMAD NAILUL FAROH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Pengaruh Ventilasi pada Tutup Stup Kayu Lapis Seng Terhadap Produktivitas Propolis Apis mellifera
Nama : Ahmad Nailul Faroh NIM : D14100107
Disetujui oleh
Ir Hotnida C H Siregar, Msi
Pembimbing I Drs Kuntadi, MAgr Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Ventilasi pada Tutup Stup Kayu Lapis Seng Terhadap Produktivitas Propolis A. mellifera. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Hotnida C H Siregar, MSi dan Bapak Drs Kuntadi, MAgr selaku komisi pembimbing. Penulis juga sampaikan penghargaan kepada Erwin Ramadhan yang telah bekerja sama selama pengumpulan data dan berlangsungnya penelitian. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada peternak lebah (Bapak Suminta dan Bapak Iis) atas bantuan dan dukungan selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada bapak (Arsyad), ibu (Mamlu’ah), serta seluruh keluarga tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang dan dukungan doa serta moril. Ungkapan terima kasih yang selanjutnya ditujukan kepada Oki, Hengki, Adit GZR, Ridwan, Rama, Candra, Jodi, Usaid, Ma’i, Iwan, Cahyatiwul, Fira, Shabrun, Bima, Gesta, Slamet, Rayis, Hafis, Alja, Olga, Budi, Caleuy, sahabat IPTP, dan sahabat Himpunan Keluarga Rembang Bogor, HIMAPROTER, K-SPR IPB, HMI komisariat Fapet IPB atas dukungan, bantuan, dan semangatnya. Ungkapan terima kasih yang terakhir ditujukan kepada Atrina Dwi Putri atas waktunya untuk selalu hadir dalam tiap kesempatan, perhatian, tenaga, pikiran, dan doanya yang selalu menyertai. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat 2
Bahan 2
Prosedur 2
Modifikasi Tutup Sarang dan Penimbangan Bobot Awal
Perangkap Propolis 2
Tahap Pengumpulan Data 3
Keadaan Lingkungan umum 3
Populasi Koloni 3
Bobot Propolis 4
Bobot Madu 4
Data Pendukung 4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Keadaan Lingkungan Umum Peternakan Lebah 4
Produksi Propolis dan Madu 6
Jumlah Populasi Koloni Lebah 8
SIMPULAN DAN SARAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 11
DAFTAR TABEL
1 Suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya di lokasi
penelitian 5
2 Produktivitas propolis dan madu pada ketiga ukuran ventilasi 6
3 Suhu dan kelembaban dalam stup denan ukuran ventilasi yang berbeda 7
4 Populasi dan susut koloni lebah pada ketiga ukuran ventilasi 8
DAFTAR GAMBAR
1 Modifikasi ventilasi tutup stup lapis seng (a) P1 (kontrol), (b) P2 (50 cm2), dan (c) P3 (100 cm2) 32 Tanaman Calliandra calothyrsus, Pinus merkusii, dan Ficus elastic 5
DAFTAR LAMPIRAN
1 Modifikasi tutup sarang yang digunakan dalam penelitian (a) ventilasi (kontrol) (b) ventilasi (5 cm2) (c) ventilasi (100 cm2) 112
Keadaan umum wilayah penelitian (a) sumber pakan lebah(b) sumber minum lebah 12
3 Contoh tampilan penimbangan (a) penimbangan lebah pekerja (b) penimbangan koloni lebah (c) penimbangan sisiran kosong 12
4 Hasil analisis ragam produksi propolis 13
5 Hasil analisis ragam produksi madu 13
6 Hasil analisis ragam koloni akhir 13
7 Hasil analisis ragam susut koloni 13
8 Hasil analisis ragam suhu dalam stup 14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang subur dengan berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung budidaya lebah madu. Spesies lebah madu yang diternakan dan dikembangbiakkan di Indonesia antara lain adalah Apis mellifera. Lebah Eropa ini memiliki sifat yang unggul untuk memproduksi madu dan produk perlebahan lainnya seperti royal jelly, polen, dan propolis. Pada bidang pertanian lebah madu juga bermanfaat menjaga lingkungan dengan membantu penyerbukan yang merupakan bagian penting dalam proses regenerasi tumbuhan.
Salah satu produk bernilai ekonomi tinggi yang potensial dihasilkan dari budidaya A. mellifera yaitu propolis. Propolis adalah substansi resin yang dikumpulkan oleh lebah dari berbagai eksudat tumbuhan kuncup, kulit batang, atau bagian-bagian lain tumbuhan dan dicampur dengan lilin lebah (Marcucci dan Bankova 1999). Propolis sering juga disebut lem lebah karena sifatnya yang lengket. Propolis dihasilkan oleh lebah, namun tidak semua jenis lebah menghasilkan zat ini. Bagi lebah, propolis berfungsi untuk melindungi sarang dari perubahan cuaca, serangan hama, kontaminasi mikroorganisme, dan virus. Bagi manusia, propolis dimanfaatkan dalam bidang kesehatan antara lain sebagai komponen dalam produk farmakologi terhadap radang, infeksi, dan antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan virus (Bankova 2005). Salah satu kandungan propolis yaitu senyawa flavonoid, yang berfungsi sebagai penghambat virus polio (Fearnly 2011). Kelebihan propolis tersebut menyebabkan tingginya permintaan terhadap propolis. Melihat manfaat dan nilai ekonomi dari propolis, peternak lebah mulai memperhatikan pengembangan propolis sebagai hasil sampingan setelah madu untuk menambah pendapatannya.
Produksi propolis A.mellifera dipengaruhi oleh kelimpahan dan keragaman jenis tumbuhan sekitar peternakan lebah, jenis lebah, jumlah koloni, iklim, curah hujan, cuaca, temperatur dalam dan luar kotak sarang (stup), dan intensitas cahaya matahari (Guerreiro de Lima 2005). Lebah madu termasuk serangga berdarah dingin yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan baik di dalam maupun di luar stup. Menurut Jager (2001), produksi propolis dapat meningkat apabila ada celah yang terbuka sehingga cahaya yang masuk ke dalam sarang merangsang lebah mengumpulkan propolis untuk menutup celah tersebut. Pada penelitin Budiaman dan Rahman (2006) yang berkisar hanya menghasilkan 11-12 g propolis pada stup dengan tutup tanpa dimodifikasi. Hal ini mendorong munculnya ide untuk memodifikasi stup sarang lebah dengan menambahkan ventilasi pada tutup stup agar sarang lebah tersebut mendapatkan cahaya yang banyak yang memicu lebah pekerja mencari propolis untuk menutup celah pada stup.
Tujuan
2
yang dihasilkan oleh lebah A. mellifera, serta menganalisis korelasi diantara peubah tersebut.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan usaha mendapatkan informasi produktivitas propolis paling maksimal dari berbagai perlakuan ukuran ventilasi tutup stup berlapis seng pada lebah madu A. mellifera. Parameter yang diukur yaitu produksi propolis dan beberapa parameter tambahan meliputi bobot madu, populasi koloni awal dan akhir, suhu dalam kotak dan luar stup, kelembaban udara dalam dan luar stup, kecepatan angin, dan intensitas cahaya di lokasi penelitian.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 1.5 bulan yaitu tanggal 15 Juli – 30 Agustus 2013. Pengumpulan data dilaksanakan di Desa Licin, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Alat
Peralatan yang digunakan yaitu termometer digital, anemometer, lux meter, baskom, selotip, pengungkit besi, sikat lebah, sepatu boot, warepack, pelindung kepala, perangkap propolis (propolis trap), timbangan koloni kapasitas 20 kg, kamera, alat tulis, dan 15 tutup stup yang dimodifikasi. Jenis stup yang digunakan yaitu tipe Langstroth dengan tutup yang dilapis seng.
Bahan
Koloni lebah madu yang digunakan adalah 15 stup lebah A. mellifera, tiap stup memiliki 8 sisiran sarang dengan jumlah individu sekitar 16 000–20 000 ekor lebah (milik Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan Kehutanan, Bogor).
Prosedur
Modifikasi Tutup Sarang dan Penimbangan Bobot Perangkap Propolis
Koloni lebah A. mellifera sebanyak 15 stup yang telah dipilih diberi label sesuai perlakuan yang diberikan. Stup tersebut secara random dibagi menjadi 3 taraf perlakuan ventilasi yang masing-masing terdiri dari 5 buah stup. Ketiga Taraf perlakuan ventilasi tersebut, yaitu P1 (kontrol = tanpa ventilasi), P2 (ventilasi = 50 cm2), dan P3 (ventilasi = 100 cm2). Perlakuan P2 berupa lubang
3
(a) (b) (c)
Gambar 1 Modifikasi ventilasi tutup stup lapis seng (a) P1 (kontrol), (b) P2 (50 cm2), dan (c) P3 (100 cm2)
Penimbangan awal perangkap propolis dilakukan sebelum dipasang di masing-masing stup. Hasil penimbangan bobot awal perangkap propolis dicatat dan menjadi acuan setiap pengukuran penambahan bobot propolis yang terdapat pada perangkap propolis tersebut. Perangkap propolis ditimbang menggunakan timbangan digital merk CAS type SW-1 dengan kapasitas 20 kg dan ketelitian 2 g. Setiap alat perangkap propolis diberi label dan dipasang pada stup yang telah ditentukan sesuai jenis perlakuan.
Tahap Pengumpulan Data Keadaan Lingkungan Umum
Keadaan lingkungan umum meliputi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kecepatan angin pada lokasi penelitian. Pengukuran suhu dan kelembaban berada di luar dan di dalam stup. Pengukuran suhu dan kelembaban luar stup dilakukan di sekitar lingkungan penelitian, sedangkan pengukuran suhu dan kelembaban di dalam stup dilakukan di antara tutup stup dan sisiran lebah. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada bagian depan pintu masuk stup lebah. Pengukuran kecepatan angin dilakukan pada wilayah sekitar stup lebah ditempatkan. Pengukuran dilakukan pada pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00 dan sore hari pukul 17.00 selama 5 minggu.
Populasi Koloni
Populasi lebah adalah jumlah lebah dalam satu koloni yang diperoleh dari hasil bagi antara bobot koloni dan bobot rata-rata seekor lebah. Penimbangan dilakukan di awal dan akhir penelitian saat awal minggu pertama dan akhir minggu kelima. Penghitungan bobot koloni dilakukan dengan rumus:
Bobot koloni = (Berat lebah + Bingkai sarang) – Bingkai sarang Populasi koloni = Bobot koloni
4
Bobot Propolis
Bobot propolis adalah bobot propolis yang ditimbang dari perangkap propolis setiap minggu selama lima minggu dengan menimbang bobot propolis yang dihasilkan oleh tiap koloni. Perhitungan bobot propolis menggunakan rumus:
Bobot madu = (Bobot sisiran isi madu – Bobot sisiran kosong)
Data Pendukung
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 taraf perlakuan dan 5 ulangan. Model matematika yang digunakan adalah:
Yij = μ + Pi + ɛij
Keterangan:
Yij : Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ : rataan umum
Pi : pengaruh taraf pemberian celah ke-i (0 sm2, 50 cm2 dan 100 cm2)
ɛij : pengaruh galat pada perlakuan ke-i ulangan ke-j, j = 1,2,3,4 dan 5
Data dianalisis menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Hasil yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Tukey’s (Mattjik dan Sumertajaya 2002).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Lingkungan Umum Peternakan Lebah
Lokasi tempat penelitian berada di kaki Gunung Tampo Mas tepatnya di Desa Licin Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Kecamatan Cimalaka berada pada ketinggian 600 m dpl dengan curah hujan rata-rata 2.075 mm tahun-1
5 17 ha, 15 ha, dan 870 ha sehingga cocok sebagai tempat peternakan lebah. Selebihnya luasan lahan digunakan sebagai daerah tambang pasir, perumahan, dan lahan pertanian. Kondisi sumber pakan dan propolis yang terdapat pada lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2
(a) (b) (c)
Gambar 2 Tanaman Calliandra calothyrsus, Pinus merkusii, dan Ficus elastica Faktor lingkungan yang memengaruhi kehidupan lebah adalah faktor abiotik dan faktor biotik baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor biotik meliputi keanekaragaman tanaman penghasil nektar, serbuk sari, hama, dan penyakit. Sedangkan faktor abiotik yang mempengaruhi kegiatan harian lebah madu di dalam mencari makan adalah suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian tempat, kecepatan angin, dan intensitas cahaya (Widhiono 1986). Tabel 1 memperlihatkan kondisi beberapa faktor abiotik selama kegiatan penelitian dilakukan.
Tabel 1 Suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya di lokasi penelitian
6
untuk memprosesnya sehingga lebah lebih mencari propolis dari pada polen dan nektar (Jager 2001).
Menurut Boontop et al. (2008), aktivitas lebah juga dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi mengakibatkan aktivitas lebah semakin rendah. Pada Tabel 1 kelembaban udara sekitar lokasi berkisar 57% - 99%. Junior et al. (2010) menyatakan bahwa lebah dapat beraktivitas optimal pada kelembaban 48% - 98%.
Intensitas cahaya berpengaruh terhadap aktifitas lebah. Lebah pekerja keluar mencari nektar, polen, air, tepung sari, dan propolis di mulai saat terbit matahari sampai menjelang sore hari. Intensitas cahaya pada lokasi penelitian berkisar 0.70-5.54 kilolux (klx) dengan intensitas paling tinggi pada saat siang hari yaitu 5.54±0.79 klx. Hilario et al. (2000) menyatakan bahwa lebah terbang di intensitas cahaya rendah terutama diatas 2 klx.
Kecepatan angin juga berpengaruh terhadap aktivitas lebah. Menurut Putra (2013), kecepatan angin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan lebah pekerja terbawa angin (drifting) sehingga tidak dapat kembali ke dalam sarang. Kecepatan angin di Kecamatan Cimalaka rata-rata sebesar 1.58±0.54 m s-1.
Kecepatan angin daerah cimalaka tergolong rendah, sehingga tidak mempengaruhi aktivitas lebah untuk mencari pakan.
Produksi Propolis dan Madu
Propolis digunakan lebah untuk melindungi sarang dari perubahan cuaca, serangan hama, kontaminasi dari mikroorganisme, dan virus. Menurut Jager (2001), produksi propolis dapat meningkat apabila ada celah yang terbuka dan cahaya masuk ke dalam sarang. Berkas cahaya yang masuk ke sarang dapat merangsang lebah mengumpulkan propolis untuk menutup setiap celah yang terbuka. Pemberian ventilasi secara hipotetis akan menurunkan udara di dalam sarang akibat adanya aliran udara, sehingga akan memengaruhi aktivitas lebah dalam mengumpulkan propolis dan makanan (nektar dan polen). Pada penelitian ini, produksi propolis yang dihasilkan dari semua perlakuan berkisar 9-22 g, sedangkan produksi madu berkisar 1 132-6 867 g. Tabel 2 memperlihatkan jumlah rata-rata produksi propolis dan madu dari koloni lebah madu A. mellifera pada masing-masing perlakuan.
Tabel 2 Produktivitas propolis dan madu pada ketiga ukuran ventilasi
Peubah Perlakuan Rataan (g) Koefiesien Keragaman (%)
Propolis
Keterangan: P1 (kontrol), P2 (ventilasi 50 cm2), dan P3 (ventilasi 100 cm2).
7 stup dengan tutup tanpa dimodifikasi. Selain karena perbedaan lokasi, adanya modifikasi tutup stup kemungkinan ikut berperan dalam meningkatkan produksi propolis. Produksi madu pada penelitian ini sebesar 2 610.40-3 829.80 g dalam 10 hari, masih dalam kategori produksi madu normal. Produksi madu pada penelitian berkisar 1 132-6 867 g. Sihombing (1995), menyatakan produksi madu pada koloni lebah yaitu 25-35 kg/tahun.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ukuran ventilasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah rata-rata produksi propolis dan madu. Kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup yang tidak berbeda nyata antar perlakuan diduga menjadi faktor penyebab tidak adanya perbedaan pada produksi propolis yang dihasilkan. Menurut Gueriro de Lima (2005), suhu di dalam stup merupakan salah satu faktor yang menentukan produksi propolis pada lebah madu. Kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Suhu dan kelembaban dalam stup denan ukuran ventilasi yang berbeda
Faktor
Lingkungan Perlakuan Pagi Rataan Siang Sore
P1 23.08±3.14 36.91±0.95 31.48±1.60
Suhu (oC) P2 22.80±3.28 36.29±0.69 27.61±1.69
P3 22.72±3.15 36.18±1.01 27.27±1.83
Rataan Umum 22.87±3.15 36.62±0.92 27.55 ±1.70
P1 95.79±6.04 49.12±6.99 77.29±3.69
Kelembaban (%) P2 95.28±6.04 49.73±6.68 78.24±3.78
P3 95.34±6.12 49.05±4.42 77.13±3.78
Rataan Umum 95.13±6.01 49.63±6.07 77.40±4.98
Keterangan : Keterangan: P1 (kontrol), P2 (ventilasi 50 cm2), dan P3 (ventilasi 100 cm2).
Meskipun analisis ragam menunjukkan bahwa ukuran ventilasi tidak berpengaruh nyata terhadap suhu dan kelembaban dalam stup, namun hasil analisis korelasi menandakan adanya hubungan antara suhu dengan produksi propolis dan madu. Korelasi antara suhu dengan propolis bersifat nyata, positif dan kuat (r=74.3%) (Sarwono 2006). Artinya, semakin tinggi suhu dalam stup, semakin tinggi produksi propolis. Kondisi temperatur di dalam stup yang sangat tinggi memacu lebah pekerja lebih banyak mengumpulkan propolis untuk mendinginkan sarang. Hal ini sejalan dengan pendapat Jager (2001), bahwa propolis merupakan insulator yang bersifat dingin sehingga digunakan lebah untuk menutup celah supaya tidak panas.
8
Junior et al. (2010) yang menyatakan bahwa produksi propolis mempunyai korelasi negatif terhadap produksi madu.
Kleinhenz et al. (1995) menyatakan kelembaban dalam stup berpengaruh terhadap produksi propolis dan madu. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada semua perlakuan (P>0.05). Kelembaban dalam stup juga tidak memiliki korelasi yang nyata dengan produksi propolis dan madu (r = 22.2%). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produksi propolis dan madu lebih ditentukan kondisi suhu dalam sarang daripada kelembaban.
Tabel 2 menunjukkan rataan umum produksi propolis 15.53±3.78 g. Rataan perlakuan P1 lebih besar dari rataan umum yakni 16.80±4.32 g dengan nilai koefisien keragaman sebesar 26%. Meskipun nilai koefisien keragaman pada perlakuan P1 cukup besar, tetapi produksi mendekati dan di atas rataan umum. Dengan demikian, perlakuan P1 dapat dikatakan lebih baik dari perlakuan P1 dan P3, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Tabel 2 juga menunjukkan rataan umum produksi madu 2 974.87±1397.88 g. Produksi madu yang berada di atas rataan umum adalah P3 sebesar 3 829.80±1 909.16 g. Hasil ini berlawanan dengan produksi propolis. Berdasarkan keungulan dari rataan umum, dipilih perlakuan P1 untuk produksi propolis tinggi dan P3 untuk produksi madu.
Jumlah Populasi Koloni Lebah
Jumlah populasi lebah pada awal penelitian ini berkisar 16 000–20 000 ekor lebah. Jumlah rata-rata individu lebah per koloni pada awal dan akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4 Populasi dan susut koloni lebah pada ketiga ukuran ventilasi
Parameter Perlakuan Rataan (ekor) Koefiesien Keragaman (%)
Koloni Awal
Keterangan: P1 (kontrol), P2 (ventilasi 50 cm2), dan P3 (ventilasi 100 cm2).
9 menurunkan suhu di dalam stup sampai pada temperatur optimum yang dibutuhkan untuk kehidupan lebah di dalam sarang. Pengukuran suhu di dalam stup koloni dan propolis (r= 82.5%). Artinya semakin banyak produksi propolis maka semakin besar susut koloni. Aktifitas lebah pekerja yang lebih tinggi untuk mencari propolis daripada makanan kemungkinan menyebabkan koloni kekurangan. bahan makanan. Dalam kondisi kekurangan makanan, khususnya polen, akan mengakibatkan kemampuan reproduksi ratu menurun dan anakan lebah kekurangan nutrisi. Secara spesifik Gojmerac (1983) menyatakan bahwa polen memainkan peranan penting dalam perkembangan anakan. Menurut Sihombing (1995), polen merupakan sumber protein, lemak, dan untuk memelihara tetasan.
Korelasi antara produksi madu dan susut koloni bersifat nyata, negatif, dan kuat (r= -63.1%). Artinya semakin tinggi susut koloni, semakin rendah produksi madu. Madu adalah sumber pakan lebah sehingga semakin banyak madu akan mengurangi tingkat kematian lebah. Hal ini sejalan dengan Free (1982) bahwa koloni akan banyak ketika sumber pakan sekitar lingkungan melimpah. Maka dapat dikatakan susut koloni pada populasi lebah madu ditentukan oleh produksi propolis, produksi madu dan suhu dalam sarang.
Produksi propolis yang tinggi menyebabkan penyusutan koloni yang tinggi. Agar koloni tidak menyusut, perlu ditambahkan polen pengganti. Polen pengganti meliputi polen alami maupun polen buatan. Polen buatan dapat dibuat dari tempe, kacang kedelai dan kacang tanah (Krisnawati 2003). Selain itu penyusutan koloni dapat dicegah dengan cara propolis dipanen ketika koloni di angonkan di kebun jagung yang merupakan sumber polen asalkan koloni mendapatkan sirup gula sebagai pengganti nektar serta terdapat tanaman sumber resin di sekitar lokasi pengangonan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perbedaan ukuran ventilasi pada tutup stup lapis seng tidak berpengaruh nyata terhadap bobot propolis, bobot madu dan susut koloni. Produksi propolis mempunyai korelasi negatif dengan produksi madu. Sedangkan produksi madu mempunyai korelasi negatif dengan susut koloni. Perlakuan P1 (kontrol) dapat dipilih untuk menghasilkan propolis tertinggi dan P3 (ventilasi 100 cm2) untuk
10
Saran
Pemanenan propolis diharapkan pada saat nektar atau pengganti nektar (sirup gula) dan polen melimpah serta terdapat tanaman sumber resin di sekitar lokai sehingga tidak menyebabkan penyusutan koloni.
DAFTAR PUSTAKA
stingless bees Apidae meliponini in Thong Pha Phum District Kanchanaburi Province. Thailand. Nat Sci. 42:444-456.Budiaman, Rahman A . 2006. Uji efektivitas empat variasi propolis trap terhadap produksi propolis lebah madu Apis mellifera L. Makassar (ID): Universitas Hasannudin.
Fearnly J. 2001. Bee Propolis Natural Healing from The Hive. London (EGN): Souvenir Pr.
Fidalgo AO, Kleinert MP. 2007. Foraging behavior of Melipona rufiventris Lepeletier Apinae Meliponini in Ubatuba/SP Brazil. Braz J Biol. 67:137-144.
Free JB. 1982. Bees and Mankind. London (ENG) : George Allen & Unwin Gojmerac WL. 1983. Bee, beekeeping, Honey, and Pollination. Westport (US):
AVI 51.
Guerreiro De Lima M. 2005. Efeito de variáveis ambientais, rainhas selecionadas e sistemas coletores na produção de própolis por abelhas africanizadas Apis Mellifera Hymenoptera Apoidea. (thesis). Brazil (Br): Universidade Estadual Paulista.
Hilario SD, Imperatriz-Fonseca VL, Kleinert A de MP. 2000. Flight activity and colony strength in the stingless bee Melipona bicolor bicolor (Apidae, meliponinae). Rev. Brazil(BR). Biol. 60(2): 299-306.
Jager AJ de. 2001. The effect of increased propolis production on the productivity a honeybee farming system. (dissertation). Afrika Selatan (ZA): Departement Of Agricultural Management. Saasveld George Campus. Port Elizabeth Technikon.
11 Kleinhenz M, Fehler M, Klugl F, Puppe F, Tautz J. 1995. Self organized
thermoregulation of honeybee clusters. J Theor Biol. 176:280–391. Krisnawati O. 2003. Perkembangan koloni lebah madu Apis cerana yang diberi
pakan tambahan. (Skripsi). Bogor (ID): Fakultas Peternakan IPB.
Marcucci MC, Bankova V. 1999. Chemical composition, plant origin and biological activity of Brazilian propolis. CTIP. 2:115-123.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr.
Putra H. 2013. Pengaruh manajemen naungan stup terhadap aktivitas terbang Galo-Galo Trigona drescheri di Sumanik Sumatera Barat. (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Samadi. 2004. Budidaya Lebah Madu. Semarang (ID): Aneka Ilmu.
Sarwono J. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta (ID): Andi Offset
Sihombing DTH. 1995. Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Tautz J. 2008. The buzz about bees: biology of a superorganism, Springer,
Heidelberg. Germany .
Widhiono I. 1986. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penambahan sel dalam sisiran lebah madu. Prosiding Lokakarya: Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.Perum Perhutani (ID): Hal 21-32.
Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologis sapi pernakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya [ulasan]. Med Petern. 29(1):35-36.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil produksi propolis pada tiap perlakuan (a) ventilasi (kontrol) (b) ventilasi (5 cm2) (c) ventilasi (100 cm2)
12
Lampiran 2 Keadaan umum wilayah penelitian (a) sumber pakan lebah (b) sumber minum lebah
(a) sumber pakan lebah
(b) sumber minum lebah
Lampiran 3 Contoh tampilan penimbangan (a) penimbangan lebah pekerja (b) penimbangan koloni lebah (c) penimbangan sisiran kosong
(a) penimbangan sampel lebah pekerja (b) penimbangan koloni lebah
13 Lampiran 4 Hasil analisis ragam produksi propolis
Sumber
Keragaman DB JK KT F P-Value
Perlakuan 2 16.93 8.47 0.56 0.588
Galat 12 182.80 15.23
Total 14 199.73
Lampiran 5 Hasil analisis ragam produksi madu Sumber
Keragaman DB JK KT F P-Value
Perlakuan 2 5 521 523 2 760 761 1.52 0.259
Galat 12 21 835 281 1 819 607
Total 14 27 356 804
Lampiran 6 Hasil analisis ragam koloni akhir Sumber
Keragaman DB JK KT F P-Value
Perlakuan 2 14 677 878 14 677 878 2.52 0.150
Galat 12 39 445 082 3 287 090
Total 14 54 122 960
Lampiran 7 Hasil analisis ragam susut koloni Sumber
Keragaman DB JK KT F P-Value
Perlakuan 2 20 649 324 10 324 662 1.86 0.193
Galat 12 66 551 637 5 545 970
Total 14 87 200 961
Lampiran 8 Hasil analisis ragam suhu dalam stup Sumber
Keragaman DB JK KT F P-Value
Perlakuan 2 0.383 0.192 0.76 0.491
Galat 12 3.042 0.254
14
Lampiran 9 Hasil korelasi dan p-value tiap peubah
Propolis Madu Dalam Suhu
Penulis dilahirkan pada tanggal 11 April 1991 di Rembang, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari 2 bersaudara pasangan Bapak Arsyad dan Ibu Mamlu’ah. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1997 di MI Annasriyah, melanjutkan ke SMPN 1 Lasem (2003) dan SMAN 1 Lasem (2006). Penulis diterima di IPB pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.
15 anggota periode 2010-2014, dan beberapa kepanitiaan baik bersifat nasional maupun internasional yang berada di dalam organisasi tersebut.