165
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Reza Fauzan Annas
Nama Pangilan : Reza, Eza
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 23 Juni 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Telepon : 0838 216 71685
Status : Belum menikah
Nama Ayah : Drs. Iwan Nana Sutresna, MM.
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Nama Ibu : Dra. Ifat Fathiyah,
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Orang Tua : Komplek Permata Cimahi Jl. Zamrud Raya Blok D1 No.10
Bandung Barat, 40552
Moto : “Tidak ada yang tidak mudah, tapi tidak ada yang tidak
mungkin”,”Yareba Dekiru”.
No Tahun Uraian Keterangan
1. 2007-2013
Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Berijazah
2. 2004-2007 SMA Negeri 5 Kota Cimahi Berijazah
3. 2001-2004 SMP Negeri 3 Kota Cimahi Berijazah
4. 1996-2001 SD Negeri 5 Kota Cimahi Berijazah
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2009 Pelatihan Latihan Dasar
Kepemimpinan Prodi HI Bersertifikat
2. 2010 Table Manner Course di Hotel
Golden Flower Bandung Bersertifikat
3. 2007 Kursus Komputer dan Internet di UNIBI, Bandung Bersertifikat 4. 2006 Kursus Jaringan Internet, LPKIA Bandung Bersertifikat
5. 2007 Kursus Macromedia Flash Bersertifikat
PENGALAMAN ORGANISASI
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2008-2009 Kepala Departemen 2 Ekternal HIMA Jurusan
Ilmu Hubungan Internasional periode -
2. 2008-2009 Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Hubungan
Internasional Bandung -
3. 2006-2007 Pengurus Paskibraka Kota Cimahi -
4. 2005-2006 Anggota Paskibra SMAN 5 Cimahi -
5. 2004-2006 Anggota OSIS SMAN 5 Cimahi Periode -
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2011
Peserta, Seminar Net Preneur : Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet, Auditorium Miracle
UNIKOM Bersertifikat
2. 2011
Lokakarya Nasional “Reformasi Dewan Keamanan
PBB”
167
Universitas Katolik Parahyangan Bandung
5. 2012
Peserta, Seminar Kewarganegaraan “Proud To Be Indonesian : Generasi Kebanggaan Bangsa. Auditorium Miracle UNIKOM
2. Maintenance Hardware & Software
3. Bahasa Inggris Aktif & Pasif
4 Adobe Photoshop, Corell Draw 5. Internet
Bandung, 4 September 2013
Hormat Saya
SEKTOR NON MIGAS 2010 - 2012
Indonesia – South Africa CooperationThrough Joint Trade Committee (JTC) in Improving Indonesia Economic in Non Oil Sector in 2010 – 2012
S K R I P S I
Diajukan untuk menempuh Ujian Sidang Sarjana-1 (S-1) Pada
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Oleh,
Reza Fauzan Annas
NIM. 44307888
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, dengan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Peneliti
menyadari dalam penyusunan skripsi ini, banyak menenmukan kesulitan dan
hambatan disebabkan keterbatasan dan kemampuan peneliti, akan tetapi disertai
keinginan kuat dan usaha yang sungguh-sungguh, maka akhirnya penelitian ini
dapat diselesaikan sebagai mana yang diharapkan.
Untuk kedua Orang Tuaku tercinta, Bapak Iwan Nana Sutresna dan Ibu
Ifat Fathiyah, terima kasih untuk segala do’a, nasihat, dan kasihnya yang
sungguh luar biasa, serta dukungan baik moral dan materiil. Peneliti menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu baik itu
melakukan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi, peneliti tidak mungkin
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
peneliti ucapkan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada :
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah
mengeluarkan surat pengantar untuk penelitian skripsi dan
menandatangani lembar pengesahan.
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Aelina Surya Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
sekaligus , Dosen Penguji yang telah memberikan masukan yang berarti
dalam penyusunan Skripsi peneliti.
3. Yth. Bapak Drs. Ade Priangani,M.Si Ketua Program Studi Hubungan
vii
Hubungan Internasional yang telah memberikan banyak pelajaran, baik
pelajaran akademik maupun pelajaran hidup dan moral untuk peneliti.
5. Yth. Dewi Triwahyuni S.IP,.M.Si selaku Dosen Wali Mahasiswa
Angkatan 2007 yang tida hentinya memberikan arahan, semangat dan
dukungannya pada penyelesaian skripsi ini.
6. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Ilmu Hubungan Internasional
UNIKOM yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
menjalani perkuliahan.
7. Yth. Ibu/teteh Dwi Endah Susanti, S.E Sekretariat Jurusan Prodi
Hubungan Internasional yang telah membantu peneliti dalam administrasi
selama berkuliah di UNIKOM dan selama proses penyusunan skripsi.
8. Yth. Pihak Kamar Dagang dan Industri JABAR yang telah
memberikan kesempatan untuk kunjungan pustaka guna melakukan
penelitian.
9. Yth. Bapak Harry Putranto Direktur Afrika di Kementrian Perdagangan
Republik Indonesia Jakarta yang telah memberikan kesempatan
wawancara dan data-data terkait masalah yang diteliti.
10.Seluruh Keluarga Besar di Banten, yang telah memberikan semangat,
viii
11.Guruh Fauzan Adhima dan Balqis Ramadhania , adik-adikku
tersayang yang memberikan dukungan dan motivasi belajar ekstra untuk
menyelesaikan penelitian. Terima Kasih.
12. Sahabat-sahabat 2008 dan sahabat peneliti Hegar Julius Budi Hartono,
Budi Santoso, Nadhea Lady, Adhi Wardana, Akbarizal, Beatrice,
untuk dukungan, kebersamaan, kekompakkan, dan persahabatan yang luar
biasa.
13.Untuk teman-teman HI-09 lainnya, Leonardo, Anggie Ex Imie, Rudi Ex
Ipie, Ratu Raya, Windi, Billy, Frederico, Farhan, Ari, Opik segera
menyusul dan selalu semangat. Serta seluruh mahasiswa Hubungan
Internasional Angk. 2007 s/d 2011 terima kasih untuk supportnya.
14.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan
penelitian Skripsi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun
pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
penyusunan skripsi ini. peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan
kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, Agustus 2013
ix
1.3.2 Tujuan Penelitian... 16
1.3.2.1 Manfaat Praktis ... 16
1.3.2.2 Manfaat Akademis ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 18
2.2 Kerangka Pemikiran... 24
2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24
2.2.1.1 Kerjasama Internasional ... 24
2.2.1.2 Konsep Kerjasama Selatan-Selatan ... 26
2.2.1.3 Interdependsi Ekonomi... 28
2.2.1.4 Diplomasi Ekonomi ... 30
2.2.1.5 Ekonomi dan Perdagangan ... 31
x
2.2.1.7 Perspektif Interaksi Negara-Masyarakat-Pasar ... 43
2.2.1.8 Perspektif Kebijakan Publik ... 45
2.2.1.9 Konsep Hubungan Bilateral ... 46
2.3 Kerangka Konseptual ... 48
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 49
3.1.1 Hubungan Indonesia Dengan Afrika ... 50
3.1.2 Hubungan Bilateral Indonesia – Afrika Selatan ... 59
3.1.3 Sistem Perdagangan Afrika Selatan ... 61
3.1.4 Landasan Hukum Perdagangan Indonesia–Afrika Selatan ... 62
3.1.5 Kronologi Joint Trade Committee ... 63
3.2 Metode Penelitian ... 66
3.2.1 Desain Penelitian ... 67
3.2.1.1 Informan Penelitian ... 68
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 69
3.3 Teknik Penentuan Informan ... 70
3.4 Teknik Analisa Data ... 71
3.5 Lokasi Penelitian ... 75
3.5.1 Lokasi Penelitian ... 75
3.6 Waktu Penelitian... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 77
4.2 Implementasi Joint Trade Committee... 81
4.3 Kendala Yang Dihadapi JTC Dalam Meningkatkan Produk Ekspor Non Migas Indonesia ... 82
4.3.1 Tantangan Pasar ... 82
4.3.2 Stigma Yang Kurang Berimbang ... 84
4.3.3 Negara – Negara Pesaing Indonesia di Pasar Non Migas Afrika Selatan ... 87
4.3.4 Segmentasi Pasar ... 91
xi
4.6 Efektifitas JTC Dalam Meningkatkan Pasar Non Tradisional Non
Migas Indonesia – Afrika Selatan Selama Tahun 2010 – 2012 ... 98
4.6.1 Posisi Neraca Perdagangan Indonesia Terhadap Afrika Selatan Sebelum Tahun 2010 ... 102
4.6.2 Posisi Neraca Perdagangan Indonesia Terhadap Afrika Selatan Tahun 2010 -2012 ... 103
4.7 Kebijakan dan Investasi Afrika Selatan... 106
4.8 Prospek Hubungan Ekonomi Perdagangan Indonesia – Afrika Selatan Melalui Joint Trade Committee ... 107
4.9 Hasil Evaluasi Kerjsama Joint Trade Committee Indonesia-Afrika Selatan ... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 113
5.2 Saran-Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
LAMPIRAN ... 124
119
DAFTAR PUSTAKA
Buku - Buku
Adnan, Abdul Hadi. 2008. Perkembangan Hubungan Internasional Di Afrika.
Bandung: Angkasa.
Ayittey, George B.N. 2005, Africa Unchaninted, the Blue Print for Africa’s Future, New York : Palgrave Macmilan.
Burchill, Scott dan Andrew Linklater. 1996. Teori – Teori Hubungan Internasional
(terj. M. Sobirin). Bandung: Nusa Media.
Djafar, Zainuddin. 2012. Profil dan Perkembangan Ekonomi Politik Afrika. Jakarta:
UI-Press.
Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kemlu RI panduan dan informasi bisnis
di Negara-Negara Afrika, Jakarta 2010.
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor Impor
dan Imbal Beli), Jakarta: (PT RajaGrafindo Persada), 2000, Hal. 1.
Hadiwinata, Bob Sugeng. 2002. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta: Kanisius.
Ikbar, Yanuar. 1995. Ekonomi Politik Internasional. Bandung: Angkasa.
Jackson, Robert dan George Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan
Internasional (terj. Dadan Suryadipura). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementrian Luar Negeri Indonesia. 2010. Diplomasi Indonesia 2010
____________________________. 2011. Diplomasi Indonesia 2011
Kobi, Daud S.T. 2011. Buku Pintar Transaksi Ekspor – Impor. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Meredith, Martin , The State Of Africa, London: The Free Press, 2005
Padayachee, Vishnu, the Political Economy of Africa, London, UK: Routledge, 2010
Reader, John, Africa : A Biography Of The Continent, Penguins Book, London 1988
Rudy, Teuku May. 2007. Ekonomi Politik Internasional Peran Domestik hingga
120
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [Penerjemah]. Erlangga,
Jakarta.
Schouten, Peer. 2012. Dalam, Theory Talks. (Ed dan Terj. Bambang Wahyu Nugroho
dan Ahmad Hanafi Rais). Yogyakarta: LP3M dan PPSK.
Sitepu, Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tambunan, T. H. 2001. Industrialisasi Di Negara sedang Berkembang: kasus
Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Yani , Yanyan Mochammad dan Anak Agung Banyu Perwita. 2006. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sippel, Maike., dan Karsten Neuhoff, "Lessons from Conditionality Provisions for
South-South Cooperation on Climate Change," EPRG Working Paper 0825.
London: European Parliament Research Group. 2008.
Holsti K.J. International Politics: A Framework for Analysis. New Delhi:
PrenticeHall, Inc. 1981.
Francis, Rose. "Water Justice in South Africa: Natural Resources Policy at the
Intersection of Human Rights, Economics, and Political Power." Georgetown
International Environmental Law Review. Vol. 18/1 (Fall, 2005): 149-196.
Boudreaux, Karol., dan Johan van der Walt. "South Africa: Increasing Opportunities
for the Poor," Mercatus Policy Series: Country Brief No.3. Arlington, VA:
Mercatus Center-George Mason University. 2009.
Buchanan, James M. The Economics of Politics. London: Institute of Economic
121
121
Dit. Kerjasama Bilateral II-Ditjen KPI Kementrian Perdagangan, Grand Country
Paper Afrika Selatan. Jakarta, Agustus 2010. 11.
Trade Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The
Goverment of The South Africa. Ditandatangani oleh Ali Alatas (Menlu RI)
dan Alfred B. Nzo (Menlu Afsel), Capetown 20 Nopember 1997.
Agreement Of Cooperation Between The Government of The Republic South Africa
And NAFCOC (National Africa Federated of Commerce & Industry) dengan
Kadin Jabar, Limpopo 19 September 2012.
Jurnal dan Karya Ilmiah
Embassy South Afrika, “Keterangan Dasar Afrika Selatan”
Ulfah, Maria. 2012 . Analisis Potensi Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan
Indonesia di Pasar Non- Tradisional Asia
West Africa Annual, 17th edition, John West Publication, Lagos 2000
Laporan Akhir Program Insentif Peneliti dan Perekayasaan LIPI “Peluang
Kerjasama Ekonomi Indonesia-Afrika Selatan”, 2010.
Handoko, 2010. Afrika Selatan Sebagai Pasar Alternative Untuk Peningkatan Ekspor
Non Migas Sekaligus Antisipasi Krisis Finansial Di Amerika Dan Uni Eropa.
Tabloid dan Majalah
AKSES, Kemlu 2012. Desember 2012
______, Kemlu 2012. Juni 2012
______, Kemlu 2012. Oktober 2012.
Buletin KPI, 2011 Afrika Selatan sebagai pasar alternatif untuk peningkatan ekspor
non migas sekaligus antisipasi krisis finansial di amerika dan uni eropa, 2011,
hal 13
Exploring Afrika “Mainstreaming Indonesia Economic Diplomacy in Non-traditional
122
HU Pikiran Rakyat. 2012. Melirik Potensi dan Peluang di Afrika Selatan. 2 Oktober
2012, hal 12.
Tabloid Diplomasi , 2012 , Perkembangan Perdagangan RI-Afrika Selatan, 14 Juli
2012, hal.18-19
_______________, 2012. Indonesia Belum Memainkan Peranannnya di Kawasan
Sub-Sahara Afrika, 14 Maret 2012, hal 22.
Rujukan Elektronik
Ditjen KPI 2012. Ditjen KPI database http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/
[Oktober 2012].
Indonesia Eximbank. Berbagai Terbitan. www.indonesiaeximbank.go.id [2010].
http://www.indag-diy.go.id
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/11/13/22165320/Hubungan.Indonesia.d
an.Afrika.Lama.Namun.Keropos.
http://indonesianvoices.com/index.php/ekonomi-dan-bisnis/1328-indonesia-afrika-selatan-kerjasama-sektor-pertambangan.
Jurnal Dikti Indonesia. Berbagai Terbitan http://jurnal.dikti.go.id .
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Berbagai Terbitan
www.kemendag.go.id [Oktober 2012].
www.kemendag.go.id/id/view/trade-attache-report/261/2013/1
United Nations Commodity Trade Statistics Database. Berbagai Terbitan.
www.un.comtrade.org [Februari 2012].
World Bank. 2010. World Bank Economic Database. www.worldbank.org [Februari
2012].
http://www.bakrie-brothers.com/mediarelation/detail/2826/pasar-non-tradisional-sumbangkan-606-dari-ekspor-non-migas
123
123
http://www.info.gov.za/speech/DynamicAction?pageid=461&sid=31564&tid=87601
Menerobos Peluang Pasar Afrika Selatan, dalam
http://www.indag-div.go.id/informasi agustus 2006.
Wawancara dengan Bpk. Yusuv Suhyar Ketua Komite Tetap Perdagangan Luar
Negeri Kadin Jabar.
Wawancara dengan H.E Ramli Saud Duta Besar Indonesia untuk Ethiopia.
Staff Kemenlu Setdijen Aspasaf (Asia Pasifik dan Afrika) , Ny. Banga Malewa.
Wawancara dengan Bpk. Harry Putranto, Kepada Direktur Bagian Afrika, Direktorat
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hubungan Internasional adalah hubungan antara dua atau lebih mencakup
berbagai macam hubungan atau interaksi yang melintasi batas-batas wilayah negara
dan melibatkan pelaku-pelaku yang berbeda kewarganegaraan, berkaitan dengan
segala bentuk kegiatan manusia. Hubungan ini dapat berlangsung baik secara
kelompok maupun secara perorangan dari suatu bangsa atau negara, yang
melakukan interaksi baik secara resmi maupun tidak resmi dengan kelompok atau
perorangan dari bangsa atau negara lain (Teuku May Rudy, 2005 : 3).
Hubungan internasional bukan hanya mencakup berbagai hubungan antar
negara atau antar-pemerintah secara langsung. Namun juga meliputi berbagai
transaksi ekonomi dan perdagangan, strategi dan penggunaan kekuatan militer serta
langkah diplomasi yg dilakukan oleh pemerintah maupun non pemerintah (Lopez,
1989 : 3).
Hubungan antar negara sering didasari oleh adanya persamaan di antara
mereka. Misalnya persamaan bahasa, geografi dan ideologi, juga kepentingan
politik dan ekonomi yang mengikat hubungan antar negara tersebut dengan
masyarakat dunia. Keterkaitan antara perdagangan luar negeri dalam pembangunan
ekonomi dan dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan telah dikemukakan oleh
2
Perdagangan Internasional pada masa sekarang berkembang pesat yang pada
hakekatnya adalah kegiatan menjual dan membeli barang yang dilakukan penjual
dan pembeli melintasi batas negara. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat akhir-akhir ini yang dikenal pula sebagai era
globalisasi, telah membuka berbagai peluang bagi semua negara di dunia untuk
meningkatkan kerjasama intemasional dalam berbagai bidang yang dapat
mendukung pembangunan nasional di negara mereka masing-masing. Malahan
peluang itu sudah dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk meningkatkan
perdagangan intemasional yang sedang mereka jalankan, dan pada gilirannya
dapat pula membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi negara mereka.
tennasuk indonesia. Benua Afrika dengan potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang besar, akhir-akhir ini telah memasuki tahapan baru yang
ditandai oleh perkembangan positif berbagai bidang kehidupan baik dalam bidang
kehidupan politik dan keamanan maupun dalam bidang sosial ekonomi
Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah
Negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan
maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha
dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain,
tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut semakin
beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya.
Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara
yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling
alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan
tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya
yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara langsung atau tidak
langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu
negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat
didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan
tiap-tiap negara tersebut (Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, 2000: 1).
Kerjasama antarnegara adalah terjalinnya hubungan antara suatu negara
dengan negara lainnya melalui kesepakatan untuk mencapai tujuan. Kerjasama
antarnegara bentuknya bermacam-macam, mulai kerjasama ekonomi,
perdagangan, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian kerja sama, maka setiap
negara yang mengadakan kerja samadengan negara lain pasti mempunyai tujuan.
Tujuan-tujuan tersebut adalah:
a) Mengisi kekurangan di bidang ekonomi bagi masing-masing negara yang
mengadakan kerja sama.
b) Meningkatkan perekonomian negara-negara yang mengadakan kerja sama
diberbagai bidang.
c) Meningkatkan taraf hidup manusia, kesejahteraan, dan kemakmuran dunia.
d) Memperluas hubungan dan mempererat persahabatan.
e) Meningkatkan devisa negara (Adnan : 2008).
Transaksi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah
ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih
4
tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran
barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul
berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa,
kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.
Perdagangan internasional sebenarnya sudah berlangsung beberapa abad
yang lalu tetapi tentu berdasarkan perdagangan yang masih sangat primitif. Sistem
perdagangan yang berlaku saat itu masih berdasarkan suatu sistem barter atau
tukar menukar antara barang dengan barang. Dengan kemajuan peradaban
manusia yang makin lama semakin meningkat, maka terjadilah perubahan yang
amat drastis dan dramatis dengan suatu sistem perdagangan yang sering kita
dengar dalam istilah ”ekspor–impor”. Di dalam dunia modern sekarang, suatu
negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama
dengan negara lain (M.H. Matondang dkk 1997: 1).
Perkembangan dan dinamika ekonomi politik Afrika dalam beberapa
tahun terakhir ini tampak demikian menarik. Terutama pasca terjadinya krisis
ekonomi baik di Amerika Serikat (2008) maupun di Eropa (2011), maka
perkembangan ekonomi–politik dan dinamika Afrika telah dilihat sebagai
alternatif baru bagi kepentingan pasar dan ekonomi negara negara Emerging
Markets seperti China dan India. Khususnya negara–negara tersebut
berkepentingan atas 2 komoditas utama (energi dan tambang) yang masih
demikian potensial sumbernya di benua Afrika umumnya. Hal–hal yang telah
dilakukan China dan India secara intensif dan cukup dominatif menggantikan
dengan aktor – aktor baru lainnya dalam hal kepentingan ekonomi dan pasar dari
Brazil, Rusia, Singapura, Malaysia dan Thailand atas Afrika. Perhatian maupun
kepentingan ekonomi 5 negara terakhir tersebut tidaklah sama pengaruhnya
dengan China dan India di Afrika, namun mereka sadar bahwa Afrika pada 2012
perlu dlihat sebagai potensi pasar, ekonomi dan sumber daya alamnya yang
demikian strategis (Djafar: 2012).
Namun demikian potensi dan peluang Indonesia untuk mengembangkan
atas kesempatan ekspor non migasnya ke Afrika masih sangat besar. Karena para
pemimpin Afrika Sendiri tampaknya menyadari bahwa persoalan perdagangan
luar negeri dan hubungan kerja sama ekonomi dengan pihak lain harus diikuti
oleh perubahan yang konstruktif dan mendasar sifatnya. Masa transisional Afrika
lainnya yang menjadi kondisi dasar bagi Indonesia dalam hubungan ekonomi
dengan negara – negara di Afrika (Zainudin Djafar, 2012: 12).
Tantangan dari proses transisi atas kondisi perekonomian negara-negara
Afrika tampaknya masi dalam lingkaran setan dan tahap perkembangan.
Pengalaman masa lalu telah menunjukan berbagai penyalahgunaan kekuasaan,
perang saudara, dan kekerasan kehidupan perpolitikan di berbagai negara di
Afrika dapat sewaktu-waktu mengorbankan pemerintahan yang bersifat
demokratis, alhasil hanya satu negara yakni Afrika Selatan yang kini bisa
dianggap proporsional dan kredibel sistem ekonomi-politiknya sampai akhir-akhir
ini.
Hubungan Indonesia-Afsel sebetulnya telah berlangsung lama saat
6
Congress) (ANC), partai pimpinan Nelson Mandela, untuk menentang apartheid
(diskriminasi warga kulit hitam di Afrika Selatan). Namun, hubungan keduanya
baru resmi saat ditandatanganinya Komunike Bersama Pembukaan Hubungan
Diplomatik oleh wakil tetap RI dan Afsel di New York pada 12 Agustus 1994.
Sejak zaman Presiden Soeharto sampai Megawati Soekarnoputri, kunjungan
ke Afsel sudah pernah dilakukan. Begitu pun sebaliknya, Mandela setidaknya dua
kali dating ke Indonesia, yaitu pada tahun 1997 saat masih menjabat sebagai
Presiden Afsel dan tahun 2002 setelah pensiun dari jabatan presiden.
Setelah itu kedua negara berturut-berturut melakukan perjanjian bilateral.
Pertama, persetujuan perdagangan (trade agreement) yang ditandatangani oleh
masing-masing Menlu pada 30 November 1997 di Cape Town, Afrika Selatan.
Kedua, MoU Indonesia dengan Provinsi Kwazalu Natal, Afrika Selatan yang
ditandatangani pada Juli 2003 di Afrika Selatan. Ketiga, Komunike Bersama
mengenai pendirian Komisi Dagang Bersama (Joint Statement on Establisment of
the Joint Trade Commission) antara RI-Afrika Selatan yang ditandatangani kedua
belah pihak pada tanggal 19 April 2005 dalam acara plenary meeting (rapat pleno)
antara delegasi RI dan delegasi Afrika Selatan pada KTT Asia-Afrika di Jakarta.
Afrika Selatan merupakan sebuah negara yang sekarang sudah mulai terlihat
geliat ekonominya, Kini negara Nelson Mandela ini merupakan kekuatan ekonomi
terbesar di kawasan Afrika, mewakili 25% dari keseluruhan GNP dan
memproduksi sekitar 50% tenaga listrik di benua tersebut. Tahun 2006 IMF
menempatkan Afrika Selatan sebagai ekonomi menengah dengan ranking ke-29
ini juga tergabung dalam Southern Afrika Customs Union (SACU) yang
mendapat perlakuan bebas pajak antar anggotanya, serta The Common market for
Eastern and Southern Africa (COMESA), Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB)
dalam negeri diperkirakan meningkat menjadi 3,1% pada 2011, naik dari 2,9%
pada tahun 2010. Pertumbuhan diperkirakan akan melambat menjadi 2,8% pada
tahun 2012 terutama karena kelemahan struktural dalam negeri dan pemulihan
ekonomi global yang rapuh. Pertumbuhan PDB diperkirakan akan meningkat
menjadi 3,6% pada tahun 2013, sesuai dengan pemulihan global yang terjadi dan
resolusi tertib krisis fiskal dan keuangan zona euro selama 2012.
Sementara itu, Afrika Selatan pun menempati posisi yang unik di
lingkungan benua Afrika, tetapi Afrika Selatan mampu berperan unik dalam
perpolitikan Afrika. Afrika Selatan merupakan negara dengan perekonomian yang
dominan pada tataran Afrika serta sebagai negara terkemuka dalam promosi
governance yang demokratis (Karol Bordeaux dan Johan Van Der Walt,2009: 27).
Negeri ini merupakan salah satu negara di kawasan Afrika bagian selatan
yang dikenal memiliki peran penting dalam bidang politik dan ekonomi. Dalam
berbagai fora internasional negara ini memberikan pengaruh besar terhadap
penentuan strategi kebijakan politik dan ekonomi di kawasan selatan Afrika.
Afrika selatan adalah negara ketiga dari 14 negara anggota Southern Africa
Development Community (SADC) yang mempunyai pendapatan perkapita
tertinggi di atas US$ 5.000 setelah Mauritius dan Botswana. Afrika Selatan juga
negara-8
negara yang tergabung dalam SADC. Lebih dari itu, negara ini juga tergabung
dalam Southern Afrika Customs Union (SACU) yang mendapat perlakuan bebas
pajak antar anggotanya (Buletin KPI V: 2011).
Afrika Selatan merupakan akses ke pasar dunia melalui Preferential Trade
Agreements antara Afrika Selatan dengan pasar utama dunia seperti Eropa yang
difasilitasi oleh Afrika Selatan-Uni Eropa FTA dan pasar Amerika Serikat melalui
Africa Growth and Opportunity Act (AGOA). Untuk pasar regional bernaung
dalam FTA Southern African Development Community (SADC) yang terdiri dari
14 negara Afrika bagian Selatan lainnya.
Afrika Selatan merupakan negara yang lebih maju dibanding
negara-negara tetangganya, di mana ketergantungan yang sangat besar negara-negara tetangga
terhadap Afrika Selatan sehingga Afrika Selatan dapat dipandang sebagai pintu
masuk (gateway) bagi negaranegara di wilayah Afrika bagian Selatan. Hal ini
didukung oleh fasilitas infrastruktur yang sangat baik, yang ada di Afrika Selatan
(pelabuhan laut, pelabuhan udara, jalan bebas hambatan).
Afrika Selatan juga merupakan salah satu dari 14 (empat belas) negara
anggota SADC (Southern African Development Community) yang terdiri atas
Angola, Botswana, DR. Congo, Lesotho, Malawi, Mauritius, Mozambique,
Namibia, Seychelles, South Africa, Swaziland, Tanzania, Zambia dan Zimbabwe.
Total populasi dari ke-14 negara tersebut adalah 247 juta jiwa dan merupakan
pasar potensial yang belum digarap sepenuhnya.
Di bidang perdagangan Indonesia sudah mempunyai persetujuan kerja
oleh masingmasing Menteri Luar Negeri pada tanggal 20 November 1997 di Cape
Town, Afrika Selatan. Selain itu kedua negara juga telah menandatangani Joint
Statement on Establishment of the Joint Trade Committee (JTC) Indonesia- Afrika
Selatan, ditandatangani pada tanggal 19 April 2005 di Jakarta, dalam acara
Konferensi Asia-Afrika 2005 di Jakarta. Joint Trade Committee (JTC) dibentuk
untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Pemerintah Indonesia dan Afrika
Selatan telah sepakat membentuk JTC pada tanggal 23 Mei 2006.
JTC dibentuk sebagai tindak lanjut Trade Agreement Indonesia- Afrika
Selatan, yang telah ditandatangani pada tanggal 19 April 2005 oleh Menteri
Perdagangan Indonesia dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Afrika
Selatan. JTC bertujuan untuk membahas dan meniadakan hambatan dan tantangan
hubungan perdagangan bilateral serta mencari peluang-peluang baru yang dapat
dikerjasamakan dalam meningkatkan perdagangan kedua negara. JTC
dilaksanakan secara bergantian di Afrika Selatan dan Indonesia, pertemuan
pertama JTC tingkat menteri telah dilaksanakan pada Februari 2008 di Tshwane,
Afrika Selatan.
Lebih dari itu negara dengan jumlah penduduk sebesar 47,4 juta jiwa
(2007) ini berada di urutan ketiga dari 14 negara anggota The Southern Africa
Development Community (SADC) yang mempunyai pendapatan perkapita
tertinggi di atas 5000 dolar AS setelah Mauritius dan Botswana. Itu sebabnya ia
memegang peranan penting dalam perdagangan dunia, termasuk antar kawasan
10
masuk bagi aktivitas ekonomi dan perdagangan di Afrika, khususnya bagian
selatan.
Dengan memasuki pasar Afrika Selatan, Indonesia dapat memanfaatkan
fasilitas-fasilitas yang diperoleh Afrika Selatan untuk menerobos pasar
negara-negara SACU dan COMESA. Tidak hanya itu, Afrika Selatan yang memiliki
fasilitas infrastruktur modern dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mendukung
distribusi barang ke sentra ekonomi utama di seluruh Afrika Selatan maupun
negara-negara tetangganya.
Total perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan tahun 2010 sebesar
US$ 1,2 milyar, naik 43,42% dibanding tahun 2009 sebesar US$ 834,8 juta. Pada
periode Januari- September 2011, total perdagangan kedua negara sebesar
US$ 1,5 milyar, naik 73,77% dibanding periode yang sama tahun 2010 sebesar
US$ 884,6 juta. Ekspor non migas Indonesia ke Afrika Selatan pada tahun 2010
menunjukkan peningkatan sebesar 40,47% menjadi US$ 680,7 juta dari
US$ 484,5 juta pada tahun 2009.
Pada periode Januari-September 2011 ekspor non migas Indonesia sebesar
US$ 961,6 juta naik 93,67% dibanding periode yang sama tahun 2010 sebesar
US$ 496,5 juta. Impor non migas Indonesia dari Afrika Selatan tahun 2010
sebesar US$ 513,4 milyar, naik 74,03% dibanding tahun 2009 sebesar US$ 295,0
juta.
Pada periode Januari-September 2011, impor non migas Indonesia dari
Afrika Selatan sebesar US$ 551,7 juta naik 43,22% dibanding periode yang sama
Total perdagangan bilateral antara Indonesia dan Afrika Selatan pada
tahun 2011 mencapai USD 2,14 miliar atau naik sebesar 78,93% dari USD 1,19
miliar pada tahun 2010. Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan mencapai USD 1,43
miliar, melonjak 111% dari tahun 2010 yang tercatat senilai USD 680 juta. Angka
ini menempatkan Afrika Selatan sebagai negara tujuan ekspor ke-23 terbesar bagi
Indonesia pada tahun 2011. Sementara itu impor Indonesia dari Afrika Selatan
pada tahun 2011 tercatat sebesar USD 705 juta atau meningkat 36,62% dari tahun
2010 yang tercatat senilai USD 516 juta (http://ditjenkpi.kemendag.go.id).
TABEL 1.1
Diolah dari berbagai sumber (Ditjen KPI(2011), dan BPS).
Dari tabel diatas kita bisa mengetahui adanya peningkatan dari tahun ke
tahun volume perdagangan Indonesia-Afrika Selatan, meskipun peneliti masih
meragukan masalah dari tarif yang diberikan Afrika Selatan ke Negara Indonesia
lalu dari segi nilai perdagangan internasional Indonesia dan negara - negara di
Afrika, sementara BPS menyebutkan bahwa Afrika Selatan Menempati Urutan
pertama dalam Top 10 Negara Partner dalam bidang perdagangan dengan
Republik Indonesia pada tahun 2011 diurutan kedua ditempati Mesir, ditabel 2
12
tinggi apalagi rencananya Afrika Selatan akan dijadikan mitra jangka panjang
untuk hal perdagangan internasional pangsa pasar tradisional non-migas.
TABEL 1.2
RI's top 10 African Trading
partners in 2011 (in million USD)
Country
Export Import Total trade
value
South Africa 1,436.59 705.77 2,142.36
Nigeria 465.98 1,626.88 2,092.86
Egypt 1,397.52 191.02 1,588.54
source: Central Statistic Agency (BPS 2011)
Komoditas utama ekspor Indonesia ke Afrika Selatan pada tahun 2011
adalah minyak sawit dan turunannya, karet, mobil termasuk station wagon, dan
kertas. Sementara itu, komoditas impor utama dari Afrika Selatan pada periode
yang sama adalah chemicals, wood pulp, ferrous waste dan scrap, unwrought
aluminium, cane atau beet sugar dan chemically pure sucrose dan kapas
(http://ditjenkpi.kemendag.go.id diakses tanggal 27 Desember 2012).
UKM Indonesia dianggap maju secara ekonomi terbukti Afsel belajar dari
Indonesia dan pada tahun 2010 saat penyelenggaraan Piala Dunia Sepak bola,
Indonesia mengekspor kebutuhan barang-barang kerajinan dan suvenir untuk
Indonesia-South Africa Business Forum sebagai wadah untuk saling tukar
informasi mengenai potensi bisnis kedua negara.
Hambatan Masalah yang sampai saat ini masih membayang- bayangi
peningkatan Kerjasama Ekspor-Impor Indonesia-Afrika Selatan dan investasi
ekonomi masih merupakan masalah klasik yakni :
1) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan kedua belah pihak akan
potensi hubungan perdagangan dan investasi
2) Masalah pembiyaan perdagangan
3) Ketatnya persaingan dari China, Malaysia, Singapura dan Thailand
atas produk non-tradisional Indonesia
4) Adanya perbedaan penerapan tarif bea masuk yang tinggi terhadap
produk Indonesia dibanding produk ekspor dari negara-negara
SACU ( Southern African Customs Union)
5) Isu – Isu Dumping bagi produk Indonesia
Tetapi saat ini dengan mekanisme JTC (Joint Trade Committee )
Indonesia–Afrika Selatan Kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerjasama
bidang ekonomi dan perdagangan. Serta memungkinkan untuk mengikis
hambatan-hambatan yang masi menghinggapi proses peningkatan dan kerjasama
ekspor impor kedua negara.
Dengan adanya signifikansi peningkatan perdagangan antara Indonesia
dan Afrika Selatan khususnya pada tahun 2010-2012 karena pada tahun 2010
pertumbuhan Afrika Selatan pulih dan stabil dengan didorong oleh
14
penjajakan kerjasama penguatan hubungan bilateral Indonesia-Afrika Selatan,
terutama Afrika Selatan yang ingin mencari diversifikasi pasar ekspor-impor.
Maka dari itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui dan mempelajari
secara mendalam tentang kerjasama ekspor impor Indonesia - Afrika , untuk
memperoleh gambaran yang jelas sehingga akan menambah manfaat. Dalam
skripsi ini peneliti ingin meneliti lebih jauh Kerjasama Perdagangan
Ekspor-Impor Indonesia sebagai salah satu penopang ekonomi dan devisa dan juga
kerjasama Indonesia dengan negara Afrika Selatan terutama perdagangan
ekspor-impor Afrika Selatan pada tahun 2010-2012 dengan judul skripsi
“Kerjasama Indonesia – Afrika Selatan Melalui Joint Trade Committee (JTC)
Dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia Di Sektor Non Migas 2010 –
2012”
1.2 Rumusan Masalah
Untuk Memudahkan peneliti dalam menganalisa masalah, maka masalah
yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1 Rumusan Masalah Mayor
Sejauh mana Kerjasama Indonesia-Afrika Selatan Melalui Joint Trade
Committee (JTC) dalam hal ekspor-impor dalam sektor non migas baik dalam hal
1.2.2 Rumusan Masalah Minor
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi
pembahasan dalam Kegiatan Ekspor Impor Indonesia-Afrika Selatan dalam
Perdagangan Internasional ini antara lain :
1. Bagaimana kondisi umum tentang volume ekspor-impor Indonesia dengan
Afrika Selatan ?
2. Bagaimana Upaya yang Dilakukan JTC Dalam Meningkatkan Pasar Non
Migas Indonesia ke Wilayah Afrika Selatan?
3. Kendala apa saja yang dihadapi kedua negara dalam menjalin kerjasama
perdagangan internasional di sektor non-migas ?
4. Bagaimana Prospek Joint Trade Committee kedepan dalam upaya
penguatan hubungan perdagangan bilateral ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan
perdagangan ekspor impor antara Indonesia dengan Afrika Selatan dan
menguraikan bahwa Afrika Selatan jauh dari kesan negatif yang selama ini
selalu membayangi negara ini. Serta meneliti bagaimana tugas Joint Trade
Committee ini dalam meniadakan hambatan dan tangan perdagangan bilateral
Indonesia-Afrika Selatan dan mencari peluang baru yang dapat
dikerjasamakan dalam meningkatkan perdagangan kedua negara yang
16
1.3.2 Tujuan Penelitian
Bahwa penulisan skripsi ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :
1. Bagaimana kondisi umum tentang volume ekspor - impor Indonesia
dengan Afrika Selatan.
2. Untuk mengetahui Upaya Joint Trade Committee dalam
meningkatkan perekonomian Indonesia melalui surplus ekspor
Indonesia di sektor non-migas.
3. Untuk mengetahui Kendala apa saja yang dihadapi kedua negara
dalam menjalin kerjasama perdagangan internasional di sektor
non-migas.
4. Untuk menganalisa bagaimana prospek kedepan peran Joint Trade
Committee dalam meingkatkan perdagangan antara Indonesia dan
Afrika Selatan yang telah berlangsung selama ini
Disamping itu, skripsi ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1.3.2.1 Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat.
Kegiatan Ekspor-Impor merupakan salah satu penggerak roda
perekonomian negara. Dan dalam era perdagangan bebas ini
perdagangan internasional akan semakin berkembang dan diharapkan
dapat memberikan informasi tentang hubungan perdagangan
1.3.2.2 Manfaat Akademis
1. Bagi Fakultas dan Ilmu Pengetahuan
Dapat memberikan atau menambah perbendaharaan pustaka,
terutama dalam bidang ekspor-impor dan perdagangan internasional
umumnya di kawasan Afrika khususnya ekspor-impor
Indonesia-Afrika Selatan. Dapat memberikan sedikit sumbangan bagi ilmu
pengetahuan, dan sebagai bahan pemikiran atau pedoman dan khazanah
dalam mengetahui hubungan perdagangan Indonesia di benua Afrika
khususnya Afrika Selatan dalam ekspor impor. Terutama pasar non
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Untuk mendapatkan dan memperoleh pijakan dan referensi yang ilmiah
untuk penelitian ini, peneliti menggunakan sumber daya yang ada, dikarenakan
dalam studi hubungan internasional, belum banyak yang mengangkat isu
perdagangan di kawasan Afrika, khususnya Afrika Selatan, kebanyakan dari
peneliti-peneliti lebih banyak meneliti konflik-konflik yang ada di kawasan
Afrika. Tetapi dari sekian banyak karya ilmiah yang peneliti temui terdapat satu
yang dapat peneliti ambil esensi dari karya ilmiah tersebut tentang potensi pasar
Afrika oleh negara maju (Cina dan Amerika) karya ilmiah tersebut berjudul
“Peningkatan Persaingan Cina AS Dalam Memperebutkan Pasar Di Afrika” dari
jurnal dikti karangan Elfa Farid Syailillah.
Dalam tulisan tersebut peneliti yang bersangkutan mengangkat masalah
potensi kawasan Afrika dan persaingan merebut pasar Afrika antara China dan
Amerika, Potensi pasar suatu kawasan menjadi penting ketika banyak negara di
dunia fokus menjadi negara industri. Negara-negara berkembang biasanya
menjadi target negara-negara industri maju sebagai pasar produk ekspor karena
diimbangi kemampuan daya beli dan ekonominya yang semakin meningkat. Pasar
yang semakin potensial saat ini tertuju pada kawasan Afrika dengan jumlah
penduduk dan peningkatan ekonomi yang semakin pesat.Dua negara industri
saat ini dikenal dengan ekspornya seperti barang kebutuhan rumah tangga, tekstil,
garmen, alat elektronik, telepon selular dan lain sebagainya yang merajai dunia
dengan harganya yang murah. Cina memilih Afrika karena negara negara
dikawasan ini masih berpenghasilan menengah kebawah, pantaslah jika
pemasaran produk murah Cina sangat pesat dan sesuai target di Afrika.
Sedangkan AS yang sebagian memproduksi barang berteknologi tinggi
seperti kendaraan bermotor, mesin, pesawat, bahan bakar mineral (batubara), alat
navigasi, industri kimia, alat komunikasi serta produk makanan sereal (gandum
dan jagung) merupakan produk perdagangan yang masuk dalam area pasar bebas
AS-Afrika.Selain persaingan secara langsung, AS dan Cina juga menawarkan
kerjasama untuk lebih mempermudah jalan masuknya ke Afrika.
Sejak tahun 2000, Cina fokus pada Afrika lewat kerjasamanya dalam hal
ekonomi yang diawali lewat pertemuan KTM Cina-Afrika yang menghasilkan
FOCAC (Forum on Cina-Africa).Forum ini bertujuan meningkatkan kerjasama
investasi dan perdagangan antara Cina dan Afrika.Hingga saat ini ada sekitar 49
negara di Afrikayang menjadi anggota FOCAC dimana kegiatan perdagangan
bebas terbuka bagi Cina dan negara-negara Afrika.
Selain itu kerjasama dalam mengeksplorasi SDA menjadi hal terpenting
kedua disamping perdagangan. Ini membuktikan keseriusan Cina untuk
mengepakkan sayapnya lebih lebar sebagai mitra dagang strategis Afrika.Potensi
pasar yang baik dan pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan
menciptakan kondisi yang lebih harmonis di antara Cina dan Afrika. Selain itu,
20
di dunia internasional melalui dukungan banyak negara Afrika dalam berbagai
keanggotaan rezim internasional, organisasi internasional seperti PBB, institusi
internasional dan lainnya. Sedangkan AS yang tidak ingin kalah dari Cina, juga
melakukan kerjasama dengan Afrika lewat AGOA Forum (African Growth and
Opportunity Act), yang telah di mulai pada tahun 2001 dan lebih mengkhususkan
dalam kerjasama ekonomi untuk membangun potensi Afrika sebagai kawasan
produksi, dalam hal ini AS memberikan bantuan nyata untuk Afrika. Kerjasama
ini membuka akses pasar bebas antara AS dan negara-negara Afrika yang telah
memenuhi syarat.Selama 10 tahun kerjasama ini terjalin, ada sekitar 40 negara di
Afrika yang telah memenuhi syarat untuk bergabung dalam AGOA.
Selain bidang perdagangan, AS juga bekerjasama dalam hal militer yang
disebut US-AFRICOM, kerjasama ini merupakansalah satu peran AS dalam
mewujudkan perdamaian di Afrika, terutama negara-negara yang sedang dilanda
konflik.Perdagangan yang dipacu adanya akses pasar bebas memang menjadi
pusat perhatian di Afrika saat ini.Namun, pentingnya Afrika tidak hanya dilihat
dari potensi pasarnya saja, namun juga potensi sumber daya alamnya yang
melimpah.Salah satunya, Afrika terkenal dengan negara-negara penghasil minyak
bumi.
Dua negara di Afrika masuk dalam 10 negara yang memiliki cadangan
minyak bumi terbesar di dunia, yaitu Libya dengan cadangan sebesar 44,3 miliar
barel atau 3,27% dari total proporsi cadangan minyak dunia dan Nigeria cadangan
minyak mentah sebesar 37,2 miliar barel. Melihat potensi yang luar biasa tentang
strategis Afrika. Disamping potensi pasarnya sebagai konsumen untuk
barang-barang ekspor Cina maupun AS, kepentingan akan minyak juga menjadi hal yang
tidak kalah pentingnya. Ketika ada kepentingan antara dua negara untuk
mendapatkan sesuatu, hal yang dapat muncul adalah persaingan untuk
mendapatkan kepentingannya tersebut.
Cina melakukan kerjasama bidang ekonomi, begitu pula AS.Dan dua
negara besar ini juga mengeksplorasi minyak bumi Afrika sebagai upaya
memenuhi kebutuhan energi negaranya.Peningkatan persaingan antara Cina dan
AS dalam memperebutkan pasar Afrika terjadi karena adanya kepentingan antara
kedua belah pihak.Disamping untuk memasarkan hasil produksi negaranya,
kepentingan geopolitik Afrika yang berbentuk dukungan dalam organisasi dan
rezim internasional menjadi salah satu poin penting untuk mendapatkan
bargaining position. Afrika yang juga dikenal dengan lumbung emas karena
ketersediaan sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas alam yang melimpah
serta sumber mineral lain seperti berlian, nikel, tembaga, bijih besi, platina bahkan
uranium yang digunakan sebagai bahan baku proyek nuklir negara-negara maju.
Persaingan Cina dan AS ini menciptakan nilai tawar lebih Afrika di mata
internasional.
Lalu Buletin KPI Terbitan Kemerindag yang menurut peneliti cukup
mendekati dan menunjang dalam hal penelitian perdagangan internasional Afrika
Selatan-Indonesia adalah laporan mengenai “Afrika Selatan Sebagai Pasar
Alternatif Untuk Peningkatan Ekspor Non Migas Sekaligus Antisipasi Krisis
22
Timur Tengah, Ditjen KPI, Kementerian Perdagangan), yang isinya adalah
bagaimana Afrika Selatan Sebagai Pasar Alternatif ditengah krisis finansial Uni
Eropa dan Amerika, krisis ekonomi atau finansial yang melanda Eropa dan
Amerika Serikat sudah menjadi isu global di seluruh penjuru dunia. Krisis
keuangan Eropa telah mengancam kondisi perekonomian dunia.Krisis yang
menakutkan dunia itu berakar pada kegagalan Uni Eropa untuk memperbaiki
perbankan.
Sebenarnya perekonomian Eropa belum sepenuhnya sembuh kembali dari
krisis 2007 dan tidak pernah sepenuhnya menangani semua tantangan yang
dihadapi sistem perbankan mereka.Salah satu faktor penting terjadinya krisis
keuangan Eropa adalah faktor krisis utang di negara Yunani, yang kemudian
merembet ke Irlandia dan Portugal.Ketiga negara tersebut memiliki utang yang
lebih besar dari GDP-nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran negara
lebih besar dari GDP).
Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan semakin seru dibicarakan
pada pertengahan tahun 2010 hingga saat ini.Beberapa waktu yang lalu Menteri
Keuangan Indonesia mengatakan krisis Eropa dan Amerika tidak berpengaruh
langsung terhadap ekspor Indonesia. Namun, jika krisis Amerika mempengaruhi
ekspor Cina, Jepang dan India, rentetannya akan berdampak kepada Indonesia.
Hal ini terjadi karena ekspor Indonesia ke tiga negara tersebut sangatlah besar.
Selain itu belum adanya kemajuan upaya dalam memperbaiki penyelesaian utang
Eropa akan mempengaruhi kondisi keuangan global, termasuk mempengaruhi
laindapat menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
bertambahnya penggangguran di Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut, krisis
yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat perlu diantisipasi sehingga tidak
berdampak besar bagi Indonesia, salah satunya dengan melakukan diversifikasi
ekspor ke pasar non Tradisional seperti Afrika Selatan.
Dari banyak tulisan - tulisan yang penulis temui sebagian besar fokus di
Afrika adalah tentang AIDS dan Konflik perbatasan dan suku memang Perlu
dicatat pada kenyataannya mayoritas konflik di Afrika merupakan internal
conflict dalam wilayah suatu negara, dan hampir setengah dari 35 konflik internal
di dunia terjadi di Afrika. Menurut Ernie Regehr, sampai menjelang akhir abad
ke-20, 40% dari seluruh konflik di dunia terjadi di Afrika, sedangkan 43% negara
di Afrika pernah dilanda peperangan (Adnan, 2007 : 2).
Oleh sebab itu jarang ada peneliti yang meneliti perdagangan di wilayah
Afrika, khususnya Afrika Selatan sepanjang peneliti ketahui saat ini dan literatur
mengenai Afrika masih relatif terbatas dan jarang ditemui di Indonesia.Oleh
karena itu penulis tertantang untuk menggali lebih dalam tentang perdagangan
Indonesia dengan negara Afrika, khususnya Afrika Selatan melalui Joint Trade
Committee, yang merupakan pola penguatan hubungan perdagangan
Indonesia-Afrika Selatan yang memang belum ada yang membahas, perbedaan dari
penelitian-penelitian terdahulu adalah peneliti lebih menitikberatkan bagaimana
Joint Trade Committee berperan dalam meningkatkan ekspor non migas
Indonesia ke Afrika Selatan dan bagaimana pola kerjasama ini untuk prospek
24
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. KerangkaTeoritis
2.2.1.1 Kerjasama Internasional
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,suatu negara tidak
dapat hidup sendiri, melainkan memerlukan bantuan atau kerja sama
dengan negara lain. Bentuk kerja sama dengan negara lain dapat
berupa kerja sama di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
pertahanan, keamanan, dan sebagainya. Tujuannya pun berbeda-beda
bagi setiap negara, salah satu di antaranya adalah untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi sehingga pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi negara tersebut berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi., dari kenyataan itu
menunjukkan perlunya kerja sama dengan negara lain.
Menurut Kusuma Atmaja, hubungan dan kerjasama antar
bangsa muncul karena tidak meratanya pembagian kekayaan alam
dan perkembangan industri di seluruh dunia sehingga terjadi saling
ketergantungan antara bangsa dan negara yang berbeda.Karena
hubungan dan kerjasama ini terjadi terus menerus, sangatlah penting
untuk memelihara dan mengaturnya sehingga bermanfaat dalam
pengaturan khusus sehingga tumbuh rasa persahabatan dan saling
pengertian antar bangsa di dunia (May Rudy, 2003).
Dalam perkembangan akhir-akhir ini, kerja sama yang
internasional. Kerja sama perdagangan tersebut diharapkan bisa
meningkatkan kesejahteraan negara yang terlibat dalam perjanjian
perdagangan, yaitu dengan mengandalkan komoditas yang memiliki
keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Hal itulah
yang melatarbelakangi Indonesia sebagai salah satu negara terbuka
yang berkomitmen untuk ikut serta dalam perjanjian perdagangan
bebas di berbagai kawasan (May Rudy, 2003). Secara umum, kerja
sama perdagangan internasional ditujukan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi masing-masing negara di kawasan tersebut.
Adapun secara spesifik, kerja sama perdagangan internasional
tersebut antara lain ditujukan sebagai berikut:
1. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi,
perdagangan dan investasi di antara para anggota.
2. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan
barang dan jasa, serta menciptakan suatu system perdagangan
yang transparan dan mempermudah investasi.
3. Menggali bidang-bidang kerja sama yang baru dan
mengembangkan kebijakan yang tepat dalam rangka kerja sama
ekonomi di antara para anggota.
4. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para
anggota dan menjembatani kesenjangan pembangunan ekonomi
26
Kerjasama internasional saat ini sudah dialukukan oleh berbagai
sektor yang memiliki berbagai agenda pribadi. Fenomena ini
dinyatakan Chandler dalam “Constructing Global Civil Society :
Morality and power in International Relations” yakni:
“Saat ini aktor utama dalam hubungan internasional, bangsa-negaratampak kehilangan kapasitas atau keinginannnya untuk mengejar kepentingannya sendiri yang ditafsirkan dalam hal kekuatan.Berbagai
komentator dari beragam perspektif teoritis
berpendapat bahwa bangsa-bangsa yang paling maju menganggap diri mereka sendiri sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat internasional. Kerangka kerja teoritis utama bagi pemahaman lingkup internasional, berhubungan dengan kepentingan negara..tampak kehilangan kekuatannya dibandingkan kepentingan nasional dan negara yang membentuk arah kebijakan, tampak sebuah agenda baru yang ditetapkan oleh aktor non negara” (2007:54).
Dalam tulisan ini dibahas mengenai perkembangan perdagangan
internasional atau yang biasa disebut ekspor-impor antara negara
Indonesia dengan negara Afrika Selatan secara lebih dekat.
2.2.1.2Konteks Kerjasama Selatan-Selatan
Aktor negara merupakan aktor yang dominan dalam model
kerjasama ini. Kerjasama Afrika Selatan-Indonesia dapat diletakan
dalam konteks Selatan-Selatan. Konteks ini merupakan alternatif
dari kerjasama Utara-Selatan yang cenderung dikritik sebagai
dominasi kelompok negara-negara maju terhadap negara-negara
alternatif terhadap konsep kerjasama Utara-Selatan yang masih
dicurigai sebagai eksploitasi Negara-negara maju terhadap
negara-negara berkembang secara konseptual dan akademik (J.P Pronk).
Hal ini harus diakui bahwa Negara-negara Selatan atau
berkembang masih menghadapi karakter ekonomi, politik, dan sosial
yang sangat beragam, tetapi sesungguhnya, negara-negara selatan
pun masih dihinggapi oleh kendala kapasitas, baik pada tataran
global maupun pemerintahan. Namun, keberagaman dan kendala
seperti ini tidaklah menjadi sosok yang menakutkan untuk
Negara-negara berkembang saling bekerjasama. Oleh karena itu, pola
hubungan dan kerjasama Selatan-Selatan ini dapat menjembatani
dengan kondisionalitas tertentu untuk menjaga agar kendala-kendala
yang dihadapi dapat dilokalisasikan (Maike Sippel dan Karsten
Neuhoff, 2008).
Kerjasama Selatan-Selatan sekarang ini menjadi sangat
penting mengingat hal-hal kritis selama proses globalisasi yang
berkelanjutan. Sejak awal abad ke-19, Negara-negara dan
kawasan-kawasan non-hegemonik meninggalkan pola aliansi sebagai strategi
untuk mengurangi ketergantungan dan dominasi dari Negara-negara
Utara. Pada permulaan abad kedua puluh satu ini, Negara-negara
Selatan berasosiasi untuk mempromosikan kerjasama
28
2.2.1.3 Interdependensi Ekonomi
Hubungan internasional melalui sarana ekonomi tidak
mutlak dilakukan oleh pemerintah, swasta pun dapat berperanan
besar, baik selama masa damai maupun dalam situasi perang.Semua
negara terlibat dalam hubungan ekonomi untuk mendapatkan barang
yang tidak dapat diproduksinya sendiri.Keuntungan lainnya dari
perdagangan internasional adalah diperolehnya suatu barang melalui
sistem produksi yang paling efisien dan murah.Hubungan antar
negara kecil dan negara besar menunjukan adanya suatu pola
hubungan subordinasi sehingga melahirkan suatu ketergantungan
negara kecil terhadap suatu negara besar tertentu.Salah satu tujuan
nasional dari bangsa-bangsa didunia adalah melaksanakan
pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan di
bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai upaya suatu
negara secara menyeluruh bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
dalam arti tingkat hidup yang lebih bermutu (Sumitro, 1985: 273).
Secara khusus dinyatakan bahwa walaupun kebijaksanaan
pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi
kesejahteraan dalam arti seluas-luasnya, kegiatan pembangunan
ekonomi selalu dipandang sebagai sebagian dari keseluruhan usaham
pembangunan yang dijalankan suatu masyarakat.Pembangunan
mengembangkankegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat
pendapatan masyarakatnya, sedangkan keseluruhan usaha
pembangunan meliputi juga pembangunan sosial, politik dan
kebudayaan.Dengan demikian pembangunan ekonomi dapat
dinyatakan sebagai suatu masyarakat meningkat dalam jangka
panjang (Sadono Sukirno, 1985: 13). Peningkatan per-kapita ini
menunjukan terdapatnya perbaikan kesejahteraan ekonomi dalam
masyarakat.
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu sumber bagi
rencana dan tindakan politik luar negeri suatu negara (Rosenau,
1976: 20). Berkat perkembangan ekonomi yang positif dan didukung
dengan infrastruktur modern serta pengusaan teknologi, pasar Afrika
Selatan mempunyai potensi yang cukup besar untuk menyerap
peningkatan produk-produk ekspor Indonesia. Pertemuan bilateral
Indonesia dengan Afrika Selatan yang membahas mengenai
peningkatan kerjasama bilateral dalam kerangka kerjasama regional.
Kedua pihak sepakat untuk mencari peluang kemungkinan kerjasama
antar regional karena akan menguntungkan bagi Indonesia yang
ingin memasuki pasar Afrika bagian Selatan, dan bagi Afrika Selatan
untuk memasuki pasar ASEAN.
Dalam JTC juga disepakati beberapa isu mengenai peluang
kerjasama, hambatan perdagangan, dan upaya memfasilitasi
30
diadakan secara reguler. Dari situ terlihat jelas adanya saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi dalam memenuhi kebutuhan
dalam negerinya.
2.2.1.4 Diplomasi Ekonomi
Bagi sebuah negara industry yang harus memenuhi
kebutuhan industrialisasi yang tidak tersedia di negaranya, maka
negara tersebut akan membuka kerjasama dengan negara lain demi
mencapat kepentingan tersebut. Hal ini pulalah yang dapat kita lihat
sebagai sebuah konsep diplomasi ekonomi, sama seperti Indonesia
dengan Afrika Selatan, memang secara historis kita diikat dengan
dengan Konferensi Asia-Afrika , namun seiring bergulirnya waktu
hubungan politik kira dengan Afrika Selatan tergolong renggang,
namun dengan memulai dari bidang diplomasi ekonomi diharapkan
hubungan politik Indonesia dengan negara di wilayah Afrika bagian
selatan umummnya khususnya Afrika Selatan bisa lebih dekat dan
bargaining position kita menjadi kuat, dengan konsep diplomasi
ekonomi dimana negara sebagai actor utama membuat kebijakan
terhadap negara lain.
Konsep diplomasi ekonomi sendiri adalah sebuah tindakan
yang berhubungan dengan isu-isu kebijakan ekonomi, memonitor
dan melaporkan kebijakan ekonomi negara baik penerima maupun
kebijakan dan mengadvokasi kepentingan bisnis negara pengirim,
analisis pengaruh situasi ekonomi negara terhadap iklim politik dan
kepentingan negara pengirim serta memakai sumber-sumber
ekonomi untuk memberi ganjaran dan hukuman (Economic
Statecraft). Kebijakan diplomasi ini didukung 4 pilar utama, pertama
adalah promosi perdagangan, dengan fokus utama tapi tidak ekslusif
pada penanganan kegiatan ekspor dan impor, yang kedua adalah
promosi peluang investasi, terutama memfokuskan kepada investasi
ke dalam negeri tapi tidak dikhususkan pada investasi negara lain,
yang ketiga adalah pertukaran teknologi dengan menarik masuknya
teknologi yang memadai dari negara lain, dan yang terakhir adalah
pengolahan bantuan ekonomi luar negeri bagi negara negara
berkembang.
2.2.1.5 Ekonomi dan Perdagangan
Jika kita merunut kaitan hubungan internasional dengan
ekonomi dan perdagangan internasional
32
Hubungan antar negara sering didasari oleh adanya
persamaan di antara mereka.Misalnya persamaan bahasa, geografi
dan ideologi, juga kepentingan politik dan ekonomi yang mengikat
hubungan antar negara tersebut dengan masyarakat dunia.
Keterkaitan antara perdagangan luar negeri dalam pembangunan
ekonomi dan dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dikemukakan oleh Ricardo, Smit dan Mill sebagai
berikut :
“… bahwa perdagangan luar negeri dapat memberikan sumbangan yang pada akhirnya akan mampu memperlaju perkembangan ekonomi suatu negara … keuntungan lainnya dari hubungan ekonomi dan perdagangan luar negeri yaitu memungkinkan suatu negara memperluas pasar dari hasil hasil produknya
dan memungkinkan suatu negara tersebut
menggunakan teknologi yang lebih baik dari keadaannya daripada yang terdapat di dalam negeri”( Sukirno, Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, 1981: 225).
Perdagangan internasional merupakan suatu aspek yang
penting dalam melakukan suatu kerjasama ekonomi internasional,
Panglaykim memberikan kejelasan tentang pentingnya
perdagangan internasional :
“Aktivitas kerjasama ekonomi internasional itu sendiri
meliputi seluruhkegiatan perekonomian yang
dilaksanakan antara negara-negara maupun individu dari suatu negara dengan negara negara lainnya dua aspek penting itu ialah perdagangan dan investasi” (J.Panglaykim, 1984: 1).
Dalam pelaksanaannya hubungan dengan negara lain, suatu
timbal balik dari hubungan ekonominya. Mengenai hal ini R.E.A
Makmur mengemukakakn bahwa : keuntungan-keuntungan
ekonomi internasional dapat kita capai dengan mengadakan
perdagangan (Makmur, 1974: 2).
Peranan Suatu negara dalam perdagangan internasional
adalah penting berdasarkan kondisi yang berbeda dan
sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing negara berbeda
perbedaan ini dianggap merupakan sebab yang mendorong
timbulnya atau terjadinya perdagangan internasional untuk
memenuhi kebutuhan dari negara itu serta pertimbangan ekonomis
lainnya, T.S.G Mulia menyatakan :
“Kedudukan tiap negara dalam lapangan perdagangan internasional berdasarkan pada bangun dan susunan hidup perekonomiannnya. Hal ini tergantung kepada iklim, pembagian darat dan laut, dan sebagian besar kebudayaan, kecerdasan serta watak suatu bangsa untuk mempergunakan kekayaan alam bagi hidupnya”(T.S.G Mulia, 1944:13-14).
Peranan suatu negara dalam perdagangan internasional
dapat menentukan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan
pendapatan suatu negara. Hal ini tentu saja harus melalui
pengaturan dan pengarahan pemerintah berupa kebijaksanaan
pemerintah di bidang perdagangan luar negeri: harus tertuju pada
peningkatan nilai dan volume perdagangan yang cepat sekaligus
mengusahakan supaya sektor perdagangan dapat berfungsi sebagai
34
bilateral antara Indonesia dan Afrika Selatan juga upaya untuk
memacu ekspor Indonesia. Apalagi nilai ekspor perdagangan
Indonesia ke Afrika Selatan saat ini masih surplus. Oleh karena itu
sangar penting bagi Indonesia dalam meningkatkan hubungan
perdagangan dengan Afrika Selatan karena memang sangat
menguntungkan jika terus digali potensinya. kerja sama ekonomi
tersebut merupakan upaya diplomasi Indonesia yang saat ini
menempatkan wilayah Afrika menjadi prioritas peningkatan
komoditas perdagangan. meski Indonesia sangat dihormati di
Afrika namun hubungan politik kedua negara belum cukup untuk
melakukan peningkatan hubungan kerja sama ekonomi.
Namun demikian pemerintah Indonesia akan terus
membuka kanal hubungan kerja sama bidang ekonomi dan
perdagangan guna meningkatkan business to business dan people
to people contact. Dan dengan meningkatnya perdagangan
Indonesia dengan Afrika Selatan dapat menjadi momentum bagi
para pelaku usaha Indonesia untuk dapat menangkap peluang
bisnis yang masih terbuka lebar di wilayah Afrika khususnya
bagian selatan dengan menjadikan Afrika Selatan.
Perdagangan timbul karena salah satu atau kedua pihak
melihat adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang biasa
diperoleh dari perdagangan tersebut. Jadi motif atau dorongan bagi