• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Perubahan pH, Kekeruhan Dan Total Padatan Terlarut Pada Air Baku Di Water Treatment Plant (WTP) Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Perubahan pH, Kekeruhan Dan Total Padatan Terlarut Pada Air Baku Di Water Treatment Plant (WTP) Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP PERUBAHAN

pH, KEKERUHAN DAN TOTAL PADATAN TERLARUT PADA

AIR BAKU DI WATER TREATMENT PLANT (WTP)

DI PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA

UNIT MEDAN

KARYA ILMIAH

MAULIDA ULFATMI

072401013

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP PERUBAHAN pH, KEKERUHAN DAN TOTAL PADATAN TERLARUT PADA

AIR BAKU DI WATER TREATMENT PLANT (WTP) DI PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA

UNIT MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli

Madya

MAULIDA ULFATMI

072401013

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP PERUBAHAN pH, KEKERUHAN DAN TOTAL PADATAN TERLARUT PADA AIR BAKU DI

WATER TREATMENT PLANT (WTP) DI

PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN

Kategori : KARYA ILMIAH Nama : MAULIDA ULFATMI Nomor Induk Mahasiswa : 072401013

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Mei 2010

Diketahui\Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan, MS

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP PERUBAHAN pH, KEKERUHAN DAN TOTAL PADATAN TERLARUT PADA

AIR BAKU DI WATER TREATMENT PLANT (WTP) DI PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA

UNIT MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2010

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini berjudul “Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Perubahan pH, KekeruhanDan Total Padatan Terlarut Pada Air Baku Di Water Treatment Plant(WTP) Di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan”.

Selama penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta Ayahanda RAHMAD dan Ibunda ROHANI yang telah memberi doa restunya dan kasih sayang yang tak terhingga, juga telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materil, serta untuk kak Delva Syahriani,Amd yang telah banyak memberikan bantuan, semangat dan doa, serta kak Dewi dan Bang Anto, Bang Thomas dan kak Risa, Bang Firman dan kak Ijah dan adikku juan yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis

2. Ibu Dra.Yugia Muis,MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis

3. Ibu Dr.Rumnondang Bulan,MS selaku ketua departemen Kimia FMIPA USU

4. Kakak Sukma selaku pembimbing lapangan dan seluruh karyawan di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, khususnya bagian Quality Assurance (QA) yang telah banyak memberi bantuan dan dukungan kepada penulis

5.Rekan-rekan sesama PKL Tina, Chintya, Debby (Yusdiah), dan Susan, serta seluruh teman-teman Kimia Analis yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.

Oleh kartena itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun sehingga dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010

(6)

ABSTRAK

(7)

EFFECT OF CHANGES IN ADDITION LIME PH, TURBIDITY

AND TOTAL DISSOLVED SOLIDS ON RAW WATER

IN THE WATER TREATMENT PLANT

(WTP) PT.COCA-COLA

ABSTRACT

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

(11)

EFFECT OF CHANGES IN ADDITION LIME PH, TURBIDITY

AND TOTAL DISSOLVED SOLIDS ON RAW WATER

IN THE WATER TREATMENT PLANT

(WTP) PT.COCA-COLA

ABSTRACT

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air tanah (ground water) merupakan air yang berada dibawah permukaan tanah.

Air tanah ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus

berkisar antara 10-10 – 10-3m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari

lapisan tanah dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang

membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan

waktu tinggal (residual time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan

ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama

tersebut air tanah akan sulit pulih kembali jika mengalami pencemaran.

Daerah dibawah tanah yang terisi air disebut daerah saturasi (zone of saturation).

Pada daerah saturasi, setiap pori tanah dan batuan terisi oleh air yang merupakan

peralihan antara daerah saturasi yang banyak mengandung air dan daerah belum

saturasi/jenuh (unsaturated/vadose zone) yang masih mampu menyerap air. Jadi

daerah saturasi berada dibawah daerah unsaturated. Kemampuan tanah dan batuan

dalam menahan air tergantung pada sifat porositas dan permeabilitas tanah.

Karakteristik kualitas air tanah kadang-kadang sangat berbeda dengan kualitas air

permukaan. Pada saat infiltrasi kedalam tanah, air permukaan mengalami kontak

dengan mineral-mineral yang terdapat didalam tanah dan melarutkannya, sehingga

kualita air mengalami perubahan karena terjadi reaksi kimia. Kadar oksigen dalam air

(13)

dari aktivitas biologis yaitu dekomposisi bahan organik yang terdapat dalam lapisan

tanah pucuk (top soil)(Effendi, 2004).

Koagulasi adalah proses yang paling banyak digunakan untuk menghilangkan zat

penyebab kekeruhan pada air. Zat yang biasa menghasilkan kekeruhan terdiri dari

lumpur, mineral-mineral dan organisme mikroskopis dalam beragam ukuran dari yang

cukup besar untuk segera mengendap hingga yang cukup kecil untuk tersuspensi

dalam waktu yang lama. Proses koagulasi juga dapat digunakan, walau tidak selalu

untuk pelunakan air sadah dengan lime atau soda abu. Pelunakan lebih keproses

pengendapan dan koagulasi digunakan untuk pengendapan yang lebih cepat dan

sempurna dari ion kesadahan yang diendapkan (Cohen, 1971).

PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan telah menetapkan standar nilai pH

air yang diperbolehkan yaitu 6,5-7,5. Untuk menurunkan kekeruhan air maka

diperlukan suatu proses koagulasi. Pada proses koagulasi ini ditambahkan larutan

kapur untuk menstabilkan pH air antara 6-7 sehingga proses pembentukan flok atau

gumpalan menjadi sempurna. Didalam hal ini PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit

Medan menggunakan poli aluminium klorida (PAC) sebagai koagulan.

Pentingnya penambahan larutan kapur untuk menstabilkan pH karena reaksi PAC

dalam air membebaskan ion H+ sehingga pH air menurun. Hal ini juga menyebabkan

flok yang telah terbentuk dapat pecah kembali dan kualitas produk yang dihasilkan

buruk. Oleh karena itu penulis tertarik memilih judul tugas akhir pengaruh

penambahan kapur terhadap perubahan pH, kekeruhan dan total padatan terlarut pada

(14)

1.2 Permasalahan

Berapa volume kapur optimum yang dibutuhkan pada proses pengolahan air

baku agar diperoleh pH, kekeruhan dan total padatan terlarut yang sesuai dengan

standar di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, dimana standar untuk pH

adalah 6,5-7,5; kekeruhan dibawah 0,5 NTU dan total padatan terlarut adalah 500

mg/L dan konsentrasi kapur yang digunakan adalah 1% dan konsentrasi PAC yang

digunakan 10%.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui volume optimum kapur yang dibutuhkan agar diperoleh pH,

kekeruhan dan total padatan terlarut yang sesuai standar di PT.Coca-Cola Bottling

Indonesia Unit Medan.

2. Untuk mengetahui apakah hasil percobaan yang diperoleh telah memenuhi standar

di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan.

1.4 Manfaat

Untuk mengetahui volume optimum kapur yang dibutuhkan pada proses

koagulasi flokulasi (pengolahan air) dan pengaruh penambahan kapur terhadap

perubahan pH, kekeruhan dan total padatan terlarut agar memenuhi standar yang

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Tersedianya persediaan air yang cukup dalam hal jumlah dan kualitas sangat

penting bagi manusia. Sejak awal manusia mengakui pentingnya air dari segi jumlah.

Peradaban berkembang disekitar badan air sehingga dapat mendukung pertanian dan

transportasi sebaik menyediakan air minum. Kesadaran pentingnya kualitas air

berkembang lebih perlahan. Sejak awal manusia menilai kualitas air hanya melalui

penampakan fisik, rasa dan bau. Tidak hingga ilmu pengetahuan biologi, kimia, dan

medis berkembang berbagai cara tersedia untuk mengukur kualitas air dan

menentukan pengaruhnya pada kesehatan manusia.

Air adalah salah satu senyawa yang ditemukan berlimpah dialam, menutupi

kira-kira tiga perempat permukaan bumi. Disamping kelimpahannya yang nyata,

beberapa faktor membatasi jumlah air yang tersedia untuk digunakan oleh manusia.

Lebih dari 97 persen dari persediaan air total berada dilautan dan badan air lain yang

bersifat asin dan tidak segera dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Sisa 3 persen,

sekitar 2 persen membeku membentuk es dan glasier dan bersama dengan atmosfer

dan kelembaban tanah yang tidak dapat diambil. Kemudian untuk matapencaharian

manusia dan mendukung berbagai kegiatan teknis dan pertanian, manusia harus

bergantung pada sisa 0,62 persen yang ditemukan pada persediaan air tawar didanau,

(16)

2..2. Air

Molekul air adalah gabungan dari atom hidrogen dan oksigen, dengan

pembagian elektron diantara atom hidrogen dan oksigen. Simetri dari distribusi

elektron meninggalkan satu sisi dari tiap molekul dengan muatan positif,

menghasilkan daya tarik elektrostatik diantara molekul. Molekul air dapat membentuk

empat ikatan hidrogen lemah. Hidrogen atau ikatan polar dari molekul air lebih lemah

daripada ikatan kovalen diantara hidrogen dan oksigen dalam molekul. Ikatan polar ini

menyebabkan molekul air berkumpul dalam susunan tetrahedral. Dalam keadaan

padat, susunan tetrahedral dari ikatan menghasilkan struktur kristal tetrahedral. Dalam

keadaan cair, meningkatnya suhu melemahkan ikatan hidrogen.

Es memproses energi panas dari getaran atom dan molekul dalam struktur

tertentu. Ketika es menghangat getaran meningkat ketitik dimana struktur tetrahedral

terganggu (rusak) dan es mencair. Molekul dari fase cair lebih dekat daripada pada

keadaan padat, membuat air sedikit lebih pekat dari es pada titik lelehnya. Molekul air

dalam fase cair bergetar lebih cepat seiring peningkatan suhu. Semakin getaran cukup

tinggi (besar), beberapa molekul lepas dari permukaan cairan pada suatu proses yang

disebut evaporasi, membentuk gas atau fase uap. Evaporasi ini mengkonsumsi

sejumlah besar energi, disebut panas penguapan. Perubahan fase untuk air adalah : (1)

penguapan- cair ke uap, (2) kondensasi- uap ke cair, (3) sublimasi- uap ke padat atau

padat ke uap, (4) meleleh (melebur)- padat ke cair, dan (5) membeku- cair ke padat.

Sifat fisik air unik diantara zat dengan massa molekul yang mirip. Air

memiliki panas spesifik yang paling tinggi diantara zat lain, yang berarti bahwa

perubahan temperatur pada air terjadi sangat lamban. Dibandingkan dengan banyak

zat cair lain, air mempunyai viskositas dan tegangan permukaan yang tinggi, yang

(17)

tanah dan menyebabkan hujan terbentuk dalam bentuk tetesan. Sifat fisik air dalam

fase padat dan cair berubah dengan temperatur. Dalam keadaan ini perbedaan densitas

berbeda lebih signifikan dari sebagian besar zat cair. Air dalam fase gas (uap air)

menggunakan sebagian tekanan diudara, sebagai tekanan uapnya. Diatmosfer diatas

permukaan cair air, molekul air secara konstan bertukar diantara udara dan air. Pada

atmosfer yang lebih kering, kecepatan pengambilan molekul lebih besar daripada

kecepatan pengembalian kepermukaan. Pada keadaan setimbang, ketika jumlah

molekul yang meninggalkan permukaan sebanding dengan jumlah yang datang,

kejenuhan tekanan uap udara dicapai. Penambahan molekul air keudara

diseimbangkan dengan deposisi pada permukaan air. Panas penguapan sekitar delapan

kali lebih besar dari yang dibutuhkan untuk es melebur (meleleh), dan sekitar 600 kali

lebih besar daripada kapasitas panasnya (energi yang dibutuhkan untuk menaikkan

suhu air 10C) (Mays, 2004).

2.3 Siklus Hidrologi

Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan

bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus

hidrologi. Siklus ini penting karena ialah yang mensuplai daerah daratan dengan air.

Air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air

yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas (evaporasi), air yang ada di dalam

tumbuhan (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfir. Di dalam atmosfir

uap ini akan menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan

berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan bumi

sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air

(18)

tanah baik yang dangkal maupun yang dalam,ada yang diserap oleh tumbuhan. Air

tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan.

Air permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal, dan air yang berada di dalam

tubuh akan menguap kembali untuk menjadi awan. Maka siklus hidrologi ini kembali

berulang.

Siklus hidrologi ini adalah salah satu proses alami untuk membersihkan

dirinya, dengan syarat bahwa kualitas udara cukup bersih. Apabila udara tercemar,

maka air hujanpun akan tercemar, karena turunnya hujan ataupun salju merupakan

proses alamiah yang membersihkan atmosfir dari segala debu, gas, uap, dan aerosol

(Slamet, 2002).

2.4 Kualitas Air

Pencemaran air dapat didefinisikan sebagai hadirnya pengotor dalam air dalam

jumlah tertentu dan mengganggu penggunaan air untuk tujuan tertentu. Definisi

kua litas air diperkirakan dari tujuan penggunaan air dan dari jumlah pengotor

tersuspensi dan terlarut. Banyak parameter telah dikembangkan yang secara kualitatif

menggambarkan pengaruh beragam pengotor pada penggunaan air. Prosedur analitik

telah dikembangkan untuk pengukuran secara kuantitatif terhadap

parameter-parameter ini.

2.4.1 Parameter Fisik Kualitas Air

Parameter fisik mendefinisikan sifat air dari penampakannya, rasa atau bau.

Padatan tersuspensi, warna, rasa dan bau, suhu dan kekeruhan masuk dalam kategori

(19)

a.Padatan Tersuspensi

Padatan tersuspensi dalam air dapat terdiri dari partikel anorganik dan organik

atau zat cair yang tidak tercampur. Padatan anorganik seperti lumpur, lempung dan

komponen tanah lain yang umum pada air permukaan. Bahan organik seperti serat

tumbuhan dan padatan biologi (sel alga, bakteri, dll.) juga komponen umum dari air

permukaan. Bahan-bahan ini adalah kontaminan yang secara alami dihasilkan dari

aksi erosi aliran air dipermukaan. Karena kapasitas penyaringan tanah bahan

tersuspensi jarang terdapat pada air tanah.

Bahan tersuspensi juga dihasilkan dari penggunaan air oleh manusia. Limbah

rumahtangga biasanya mengandung sejumlah besar padatan tersuspensi yang sebagian

besar bahan organik. Industri yang menggunakan air menghasilkan beragam pengotor

tersuspensi baik organik atau anorganik. Zat cair yang tidak tercampur seperti minyak

dan lemak adalah komponen yang sering dijumpai pada limbah.

Padatan tersuspensi tidak diinginkan dalam air karena beberapa alasan.

Padatan tersuspensi secara aestetis tidak menyenangkan dan menyediakan tempat

adsorpsi untuk zat kimia dan biologi. Padatan tersuspensi organik mungkin

didegradasi secara biologi, menghasilkan produk samping yang tidak diinginkan.

Padatan terlarut yang secara biologi aktif (hidup) termasuk organisme penyebab

penyakit dan strain penghasil racun dari alga.

Ada beberapa uji tersedia untuk mengukur zat padat. Kebanyakan adalah uji

gravimetri yang melibatkan residu berat. Padatan terlarut dapat dihilangkan dari air

dengan penyaringan. Kemudian, fraksi tersuspensi dari zat padat dalam sampel air

dapat diperkirakan dengan menyaring air, mengeringkan residu dan penyaring hingga

berat konstan pada suhu 1040C, dan penentuan berat dari residu pada penyaring. Hasil

(20)

(milligram per liter). Parameter padatan tersuspensi digunakan untuk mengukur

jumlah influen limbah, mengawasi beberapa proses pengolahan dan mengukur jumlah

efluen.

b. Warna

Air murni tidak berwarna, tapi air dialam sering berwarna oleh zat asing. Air

yang warnanya sebagian disebabkan bahan tersuspensi dikatakan memiliki warna

tampak (apparent color). Warna yang disebabkan oleh padatan terlarut yang tersisa

setelah penghilangan bahan tersuspensi dikenal sebagai warna sesungguhnya (true

color).

Setelah hubungan dengan puing-puing organik seperti daun, batang pohon,

rumput atau kayu, air mengambil tannin dan asam humus dan berwarna coklat

kekuningan. Besi oksida menyebabkan air kemerahan dan mangan oksida

menyebabkan air coklat atau kehitaman. Limbah industri dari tekstil dan penggunaan

zat pewarna, produksi pulp dan kertas, pemrosesan makanan, produksi bahan kimia

dan pertambangan, penyulingan dan rumah potong menambah zat pewarnaan pada air

dialiran sungai.

Air yang berwarna secara estetis tidak dapat diterima masyarakat.

Kenyataannya, bila diberi pilihan, konsumen cenderung memilih air yang jernih tidak

berwarna. Air yang sangat berwarna tidak cocok untuk mencuci, pewarnaan,

pembuatan kertas, pabrik minuman, produksi dan pengolahan makanan, tekstil dan

produksi plastik. Warna air mempengaruhi kemampuan pasarnya untuk penggunaan

rumahtangga dan industri.

Walaupun beberapa metode pengukuran warna tersedia, metode yang

(21)

perbandingan warna berisi suatu seri standar yang dapat digunakan untuk

perbandingan secara langsung sampel air yang telah disaring untuk menghilangkan

warna tampak (apparent color). Hasilnya ditunjukkan dalam unit warna sesungguhnya

(TCU) dimana satu unit sebanding dengan warna yang dihasilkan oleh 1 mg/L platina

dalam bentuk ion kloroplatinat. Untuk warna coklat kekuningan, khususnya untuk

warna dari efluen limbah industri, tehnik spektrofotometri biasanya digunakan.

c. Rasa dan Bau

Istilah rasa dan bau sendiri menentukan parameter ini. Karena sensasi rasa dan

bau berhubungan sangat erat dan sering membingungkan, beragam rasa dan bau

dihubungkan keair oleh konsumen. Zat yang menghasilkan bau pada air hampir selalu

memberikan rasa. Sebaliknya tidak benar, ketika banyak zat mineral menghasilkan

warna tapi tidak bau.

Banyak zat yang berhubungan dengan air dialam atau selama penggunaan

manusia memberikan rasa dan bau yang jelas. Termasuk mineral, logam dan garam

dari tanah, produk akhir dari reaksi biologi dan zat dilimbah. Zat anorganik lebih

mungkin menghasilkan rasa yang tidak disertai dengan bau. Bahan yang bersifat alkali

memberi rasa pahit pada air, sedang garam logam memberi rasa asin atau pahit.

Bahan organik, disisi lain, mungkin menghasilkan rasa dan bau. Banyak zat

kimia organik menyebabkan masalah rasa dan bau pada air, dengan produk petroleum

menjadi penyebab utama. Dekomposisi biologi dari zat organik juga menghasilkan

cairan dan gas yang menghasilkan rasa dan bau pada air. Dasar diantara ini adalah

hasil reduksi dari sulfur yang menghasilkan rasa dan bau “telur busuk”. Juga, suatu zat

berminyak hasil sekresi dari jenis alga tertentu yang menghasilkan rasa dan bau.

(22)

kadang-kadang menghasilkan rasa dan bau. Pengaruh sinergi ini berhubungan dengan

zat organik dan klorin.

Konsumen mendapati rasa dan bau secara estetis tidak menyenangkan untuk

alasan-alasan yang jelas. Karena air digagaskan tidak berasa dan tidak berbau,

konsumen menghubungkan rasa dan bau dengan kontaminasi dan lebih memilih

menggunakan air yang tidak berasa, tidak berbau yang mungkin sebenarnya lebih

mengancam kesehatan. Dan bau yang dihasilkan oleh zat organik lebih dari masalah

estetis yang sederhana, saat beberapa dari zat-zat itu mungkin bersifat karsinogen.

Pengukuran secara langsung bahan-bahan yang menghasilkan rasa dan bau

dapat dilakukan jika agen kausatif diketahui. Beberapa cara analisa tersedia untuk

mengukur zat anorganik penghasil rasa. Pengukuran zat organik penghasil rasa dan

bau dapat dilakukan menggunakan kromatografi gas atau cair. Uji kuantitatif

dilakukan dengan sense rasa dan bau dari manusia. Suatu contoh adalah uji untuk

threshold odor number (TON, banyaknya bau yang boleh tercium). Sampel air yang

berbau dimasukkan kedalam wadah dan diencerkan dengan air suling yang bebas bau

menjadi campuran sebanyak 200mL. Suatu kumpulan panel terdiri dari lima hingga

sepuluh nose digunakan untuk menentukan campuran yang baunya terdeteksi

penciuman. TON dari sampel lalu dihitung menggunakan rumus :

TON = A + B

A

Dimana A = volum air yang berbau (mL)

B = volume air suling yang dibutuhkan untuk menghasilkan campuran

sebanyak 200mL

Walaupun bau menimbulkan masalah pada limbah, parameter rasa dan bau

(23)

d. Suhu

Suhu tidak digunakan untuk mengevaluasi secara lansung air minum atau

limbah. Ini adalah salah satu parameter penting pada sistem air permukaan. Suhu pada

air permukaan berpengaruh terhadap sejumlah besar spesies biologi yang ada dan

kecepatan aktifitas mereka. Suhu mempunyai pengaruh pada banyak reaksi kimia

yang terjadi disistem perairan alam. Suhu juga punya pengaruh nyata pada kelarutan

gas dalam air.

Suhu sistem perairan alami memberi banyak pengaruh, suhu ambien (suhu

sekeliling atmosfer (udara terbuka)) menjadi paling universal. Secara umum badan air

yang dangkal lebih dipengaruhi oleh suhu ambien daripada badan air yang dalam.

Penggunaan air untuk menghilangkan sisa panas diindustri dan selanjutnya pelepasan

air panas akan merubah suhu dialiran sungai penerima.Musnahnya kanopi hutan dapat

juga menghasilkan peningkatan suhu dialiran sungai.

Air yang lebih dingin biasanya memiliki perbedaan besar spesies biologi. Pada

suhu lebih rendah, kecepatan aktifitas biologi, misal pemanfaatan persediaan

makanan, pertumbuhan, reproduksi, dll., lebih lambat. Jika suhu dinaikkan, aktifitas

biologi menignkat. Peningkatan suhu 10oC biasanya cukup menggandakan aktifitas

biologi, jika nnutrien esensial ada. Pada suhu yang dinaikkan dan kecepatan

metabolisme ditingkatkan, organisme lebih efisien menggunakan makanan dan

reproduksi berjalan baik. Sedangkan spesies lain menurun dan mungkin tereliminasi

seluruhnya. Pertumbuhan yang sangat cepat dari alga sering terjadi pada perairan yang

hangat dan dapat menjadi masalah. Minyak hasil sekresi alga dan sel alga yang mati

dapat membuat masalah rasa dan bau.

Suhu berubah mempengaruhi kecepatan reaksi dan tingkat kelarutan bahan

(24)

menigkatnya suhu. Kelarutan gas, sebaliknya, menurun pada penaikan suhu. Suhu

juga dipengaruhi sifat fisik air lainnya, viskositas air meningkat dengan menurunnya

suhu. Massa jenis maksimum air terjadi pada suhu 4oC, dan massa jenis menurun pada

sisi lain suhu tersebut, fenomena unik diantara zat cair.

e. Kekeruhan

Kekeruhan adalah ukuran pada tingkat dimana cahaya diserap atau

dihamburkan oleh bahan tersuspensi dalam air. Karena penyerapan dan penghamburan

dipengaruhi oleh ukuran dan sifat permukan bahan tersuspensi, kekeruhan bukanlah

pengukuran kuantitatif langsung dari bahan tersuspensi. Contohnya, satu batu kerikil

kecil dalam gelas air tidak akan menghasilkan kekeruhan. Jika batu ini dihancurkan

menjadi beribu partikel kecil ukuran koloid, pengukuran kekeruhan akan dihasilkan,

bahkan jika massa zat padat tidak berubah.

Kekeruhan pada air permukaan dihasilkan dari erosi bahan koloid seperti tanah

liat, lumpur, pecahan batuan dan oksida logam dari tanah. Serat tanaman dan

mikroorganisme juga menghasilkan kekeruhan. Limbah rumah tangga dan industri

mengandung berbagai bahan penghasil kekeruhan. Sabun, deterjen dan zat pengemulsi

menghasilkan koloid yang stabil yang menghasilkan kekeruhan. Pembuangan limbah

dapat meningkatkan kekeruhan air.

Bahan koloid dihubungkan dengan kekeruhan menyediakan tempat

penyerapan bahan kimia yang mungkin berbahaya atau menyebabkan rasa dan bau

yang tidak diinginkan dan untuk organisme biologi mungkin berbahaya. Desinfeksi air

yang keruh sulit karena sifat adsortif beberapa koloid dan karena zat padat sebagian

(25)

Kekeruhan diukur secara potometri dengan penentuan persen cahaya yang

diserap atau dihamburkan. Alat pengukuran mula-mula disebut turbidmeter jackson,

yang didasarkan pada penyerapan cahaya dan menggunakan tabung panjang dan lilin

yang distandarisasi.

Baru-baru ini alat tersebut digantikan dengan turbidimeter dimana bola lampu

listrik yang distandarisasi menghasilkan cahaya yang kemudian melalu botol kecil

sampel. Pada mode adsorpsi, potometer mengukur intensitas cahaya pada sisi bola

yang berlawanan dari sumber cahaya, sedang pada mode penghamburan, potometer

mengukur intensitas cahaya pada sudut 90o dari sumber cahaya. Walaupun banyak

turbidimeter yang digunakan sekarang bekerja dengan dasar penghamburan,

kekeruhan yang disebabkan zat yang hitam (gelap) yang menyerap cahaya daripada

memantulkan cahaya akan diukur dengan teknik adsorpsi. Formazin adalah senyawa

kimia, menyediakan standar yang lebih reprodusibel daripada SiO2. Pembacaan

turbidimeter sekarang ditunjukkan sebagai formazin turbidity unit atau FTU. Istilah

nefelometri turbidity unit (NTU) sering digunakan untuk menunjukkan uji dilakukan

berdasarkan prinsip penghamburan cahaya.

2.3.2 Parameter Kimia Kualitas Air

Air disebut pelarut universal dan parameter kimia dihubungkan pada

kemampuan pelarut air. Total padatan terlarut, alkalinitas, logam, zat organik dan

nutrien adalah parameter kimia pada kualitas air.

a. Total Padatan Terlarut

Bahan terlarut dihasilkan dari aksi pelarut dari air pada zat padat, zat cair dan

(26)

anorganik yang mungkin terlarut dalam seperti mineral logam dan gas. Air mungkin

berhubungan dengan zat ini di atmosfer, permukaan dan dalam tanah. Bahan dari hasil

pembusukan tumbuh-tumbuhan, dari bahan organik dan dari gas organik adalah

komponen yang umum terlarut dalam air. Kemampuan pelarut dari air membuatnya

ideal dimana sampah dapat dibawa dari industri dan rumah tangga.

Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik

yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak

menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik

terlarut bersifat karsinogen. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat

terlarut dan anggota golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang

bersifat lebih dapat diterima daripada bentuk tunggalnya.

Tidak semua zat terlarut tidak diinginkan dalam air. Air mempunyai keadaan

setimbang berhubungan dengan zat terlarut. Air yang belum jenuh akan bersifat

agresif dan akan segera melarutkan zat yang kontak dengannya. Bahan yang dapat

segera larut terkadang ditambahkan ke air murni untuk mengurangi kecenderungannya

melarutkan pipa-pipa air.

Pengukuran langsung total padatan terlarut dapat dilakukan dengan

menguapkan sampel air yang telah disaring untuk menghilangkan padatan tersuspensi.

Residu yang tersisa ditimbang dan mewakili total padatan terlarut dalam air. Total

padatan terlarut dinyatakan dalam miligram per liter. Analisa yang mendekati untuk

total padatan terlarut sekarang dilakukan dengan penentuan konduktifitas listrik dari

air. Kemampuan air menghantarkan listrik, dikenal sebagai konduktansi sfesifik,

adalah fungsi dari kekuatan ionnya. Konduktansi spesifik diukur dengan

(27)

standar adalah untuk mengukur konduktivitas dalam sentimeter kubik pada suhu 25oC

dan menunjukkan hasil dalam milisiemens permeter (mS/m).

b. Alkalinitas

Alkalinitas didefinisikan sebagai jumlah ion-ion dalam air yang akan bereaksi

untuk menetralkan ion hidrogen. Alkalinitas adalah pengukuran kemampuan air untuk

menetralkan asam.

Unsure pokok alkalinitas dalam sistem perairan termasuk CO32-, HCO3-, OH--,

HSiO3-,H2BO3-, HPO42-, H2PO4-, HS- dan NH3. Senyawa-senyawa ini dihasilkan dari

pelarutan zat mineral dalam tanah dan atmosfer. Posfat mungkin juga berasal dari

deterjen dalam air limbah dan dari pupuk dan insektisida dari pertanian. Hidrogen

sulfida dan amoniak mungkin dihasilkan dari dekomposisi mikrobial bahan organik.

Unsur yang paling umum dari alkalinitas adalah bikarbonat (HCO3-), karbonat

(CO3-), dan hidroksida (OH-). Zat-zat ini dapat berasal dari karbondioksida, unsur dari

atmosfer dan hasil dekomposisi mikrobial bahan organik. Reaksinya sebagai berikut:

CO2 + H2O H2CO3

H2CO3 H+ + HCO3

-HCO3- H+ + CO3

2-CO32- + H2O HCO3- + OH

-Reaksi yang ditunjukkan persamaan diatas adalah reaksi kimia yang lemah.

Namun, penggunaan ion bikarbonat sebagai sumber karbon oleh alga dapat menggeser

reaksi kekanan dan menghasilkan pengumpulan OH-. Air dengan pertumbuhan alga

yang padat sering mempunyai pH tinggi 9-10. Dalam jumlah besar, alkalinitas

memberikan rasa pahit pada air. Keberatan utama alkali dalam air adalah reaksi yang

(28)

dilakukan dengan pentitrasian air dengan asam. Alkalinitas ditunjukkan dengan

miligram per liter CaCO3.

c. Logam

Semua logam terlarut pada tigkat tertentu dalam air. Saat jumlah berlebihan

logam menimbulkan bahaya pada kesehatan, hanya logam yang berbahaya dalam

jumlah kecil yang dikatakan bersifat toksik; logam-logam lain masuk dalam kelompok

nontoksik. Sumber logam dalam perairan termasuk pelarutan endapan dan limbah

rumah tangga, industri atau limbah pertanian. Pengukuran logam dalam air biasanya

dilakukan dengan spektrofotmeter serapan atom.

Disamping ion kesadahan, kalsium dan magnesium, logam nontoksik lain yang

biasa ditemukan dalam air termasuk natrium, besi, mangan, aluminium, tembaga, dan

zink. Natrium, logam nontoksik yang umum ditemukan dalam perairan, berlimpah

pada kerak bumi dan sangat reaktif dengan unsur lain. Garam natrium sangat larut

dalam air. Konsentrasi berlebih menyebabkan rasa pahit pada air dan membahayakan

kesehatan pada penderita prnyakit jantung dan ginjal. Natrium juga korosif pada

permukaan pipa dan dalam konsentrasi tinggi, toksik bagi tumbuhan.

Besi dan mangan cukup sering dijumpai bersama-sama dan tidak

menimbulkan gangguan kesehatan pada konsentrasi yang biasa terdapat pada air. Besi

dan mangan dalam jumlah kecil menyebabkan masalah warna. Beberapa bakteri

menggunakan senyawa besi dan mangan untuk sumber energi, dan hasil pertumbuhan

lumpur dapat menyebabkan masalah rasa dan bau.

Logam yang bersifat toksik berbahaya bagi manusia dan organisme lainnya

dalam jumlah kecil. Logam yang bersifat toksik dapat terlarut dalam air termasuk

(29)

seperti arsen, kadmmmium, timbal dan merkuri terutama sekali berbahaya. Logam

toksik ada hanya dalam jumlah kecil dalam perairan. Sumber semua logam yang ada

dapat berasal dari pertambangan, industri atau pertanian.

d. Zat Organik

Banyak bahan organik larut dalam air. Zat organik dalam perairan berasal dari

sumber alami atau hasil dari aktifitas manusia. Sebagian besar zat organik alami

terdiri dari hasil pembusukan padatan zat organik, sedang zat organik sintetik biasa

hasil pembuatan dari limbah pertanian. Zat organik dalam air biasa dibagi dalam dua

kategori: biodegradabel dan nonbiodegradabel.

Bahan biodegradabel terdiri dari zat organik yang dapat digunakan untuk

makanan oleh mikroorganisme. Dalam bentuk terlarut, bahan-bahan ini biasanya

terdiri dari pati, lemak, protein, alkohol, asam, aldehid dan ester.

Beberapa bahan organik tahan terhadap degradasi biologi. Tanin dan lignin,

selulosa dan fenol sering ditemukan dalam perairan. Unsur-unsur ini dari kayu

tumbuhan yang terbiodegradasi secara perlahan. Molekul dengan ikatan yang kuat

(polisakarida) dan struktur cincin (benzen) pada dasarnya nonbiodegradable. Contoh

senyawa detergen alkil benzen sulfonat (ABS) yang dengan cincin benzennya tidak

dapat terbiodegradasi. Menjadi surfaktan, ABS menyebabkan buih dan busa pada

pengolahan limbah dan menigkatkan kekeruhan. Beberapa zat organik

nonbiodegradabel toksik bagi organisme. Termasuk pestisida, bahan kimia industri

(30)

2.4.3 Parameter Biologi Kualitas Air

Air menjadi media bagi beribu-ribu spesies biologi. Organisme air beragam

ukurannya dan kompleks dari yang paling kecil mikroorganisme bersel satu hingga

yang paling besar ikan. Semua anggota komunitas biologi pada berbagai tingkat,

parameter kualitas air, karena ada tidaknya menunjukkan sifat badan air. Makhluk

hidup tertentu dapat digunakan menjadi indikator adanya pencemar.

- Patogen

Dari pandangan kegunaan manusia dan konsumsi, organisme biologi yang

paling penting di air adalah patogen, organisme ini mampu menularkan atau

menyebarkan penyakit pada manusia. Organisme ini tidak berasal dari sistem perairan

dan biasanya membutuhkan inang (hewan) untuk pertumbuhan dan reproduksi.

Mereka dapat disebarkan oleh perairan menjadi anggota komunitas air untuk

sementara. Banyak spesies patogen dapat bertahan dalam air dan mempertahankan

kemampuan penularan untuk waktu yang signifikan. Patogen ini adalah bakteri, virus,

protozoa dan cacing (yang bersifat parasit).

a.Bakteri

Kata bakteri berasal dari bahasa yunani yang berarti batang, ukuran khas

sebagian besar bakteri. Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu biasanya tidak

berwarna, merupakan bentuk terendah kehidupan yang dapat mensintesis protoplasma

dari lingkungan sekitar. Disamping ukuran batang (basil), bakteri juga berbentuk bulat

(coccus) atau spiral (spirilla). Gangguan perut adalah gejala untuk penyakit yang

ditularkan bakteri patogen.

Kolera adalah penyakit yang ditularkan Vibrio comma, menyebabkan

(31)

tifus, penyakit yang ditularkan patogen Salmonella typhosa, menyebabkan gangguan

perut, demam tinggi, kerusakan usus dan mungkin kerusakan saraf.

b. Virus

Virus adalah struktur biologi terkecil yang diketahui mengandung semua

informasi genetik yang dibutuhkan untuk reproduksinya. Sangat kecil sehingga hanya

dapat dilihat dengan bantuan mikroskop elektron, virus adalah parasit obligat yang

membutuhkan inang untuk hidup. Gejala yang berhubungan dengan infeksi virus

biasanya melibatkan gangguan sistem saraf daripada perut. Patogen virus diketahui

menyebabkan poliomelitis dan hepatitis.

c. Protozoa

Bentuk terendah dari kehidupan hewan, protozoa adalah organisme uniselular

yang lebih sempurna aktifitas fungsionalnya daripada bakteri dan virus. Mereka

sempurna, organisme yang dapat hidup bebas atau bersifat parasit, patogen dan

nonpatogen, mikroskopik atau makroskopik. Dapat menyesuaikan diri, protozoa

tersebar luas diperairan, walaupun hanya sedikit protozoa air yang patogen.

Infeksi protozoa biasanya bersifat gangguan perut yang lebih ringan daripada

yang disebabkan bakteri.

d. Cacing

Siklus hidup cacing atau cacing yang bersifat parasit, sering melibatkan dua

atau lebih inang, salah satunya mungkin manusia, atau pencemaran air dapat

dihasilkan dari kotoran manusia atau hewan yang mengandung cacing. Kontaminasi

juga melalui spesies air dari inang lain seperti keong dan serangga. Saat sistem

perairan dapat menjadi kendaraan untuk menyebarkan cacing patogen, metode

(32)

2.5 Koagulasi

Koagulan ditambahkan pada air untuk membantu penghilangan partikel halus

atau koloid yang mebutuhkan aglomerasi sebelum dapat dihilangkan secara efektif

dengan pengendapan dan penyaringan. Koagulasi berarti penggumpalan atau

pembentukan flok dari partikel yang lebih kecil menjadi lebih besar. Dalam

pengolahan air, istilah ini biasanya digunakan untuk semua proses yang berlangsung

dari penambahan bahan kimia hingga pembentukan flok.

Yang paling penting dari proses ini adalah pembentukan endapan koloid,

netralisasi muatan partikel koloid, flokulasipartikel dengan gerakan brown diikuti

pengadukan dan penyrapan oleh flok dalam air. Dalam banyak kasus, flok dibentuk

dari pengendapan bahan kimia yang ditambahkan dengan interaksi atau dengan reaksi

dengan komponen terlarut air. Dalam beberapa hal, bagaimanapun, flok dihasilkan

oleh koagulasi partikel koloid. Seperti bahan dari tanaman yang berwarna, yang sudah

ada dalam air. Sebagian proses pelunakan air terdiri dari koagulasi, sebab endapan

dibentuk pada penghilangan kesadahan harus diflokulasi sebelum dapat dihilangkan

dari air (Davis, 1952).

2.5.1 Mekanisme Pembentukan Flok

Air yang keruh mengandung zat padat terlarut, terendap dan koloid yang

bermuatan listrik. Muatan menyebabkan pembentukan lapisan ganda listrik, dan

kestabilan sistem koloid yang tidak dapat dipungkiri oleh gaya tolak yang ada pada

interaksi diantara lapisan ganda.

Segera setelah penamabahan aluminium atau besi keair, reaksi dengan air dan

ion lain terjadi, menghasilkan senyawa multi positif hidrokso dan polinuklear.

(33)

ditutupi dengan koagulan. Tarikan elektrostatik diantara partikel bermuatan negatif

dan bermuatan positif menghidrolisis hasil menambah endapan. Hasilnya muatan

listrik pada partikel berkurang. Bergantung pada pH dan dosis koagulan, muatan pada

partikel diukur oleh zeta potensial yang beragam dari negatif ke netral ke positif.

Sekarang suspensi dianggap destabil dan proses flokulasi, dimana partikel dapat

bergumpal keukuran terendap, dapat dihasilkan tanpa penghalang. Pengadukan

meningkatkan tumbukan, dan karena partikel sekarang telah didestabilkan, tiap

tumbukan menghasilkan penyatuan yang tetap.

Disamping proses diatas, yang bergenatung pada gaya elektrostatik untuk

adsorpsi dan penarikan, ada proses fisik atau mekanik yang dapat terjadi bersamaan.

Dibawah kondisi yang tepat untuk koagulasi, dan bahkan kurangnya kekeruhan,

koagulan akan menghidrolisa dan membentuk massa yang makin besar dari flok. Pada

proses pembentukan ini dan selama flok terendap ketika ukuran yang cukup dicapai,

flok juga secara fisik menangkap partikel kekeruhan ketika terendap. Metode

elektrostatik dan penangkapan, dalam sistem koagulasi dan flokulasi, memiliki

peranan penting (Cohen, 1971).

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi koagulasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi adalah :

1. Pengaruh pH

Proses koagulasi pada pengolahan air menunjukkan pH adalah variabel yang

penting yang harus dipertimbangkan. Tingkat pH dipengaruhi oleh jenis koagulan

yang digunakan dan komposisi air serta konsentrasi koagulan. Koagulasi akan terjadi

pada konsentrasi pH optimum. Kegagalan pelaksanaan pada daerah pH optimum akan

(34)

pengolahan air. Untuk air tertentu dibutuhkan pengaturan pH dengan asam, kapur,

soda abu, dll., untuk memperoleh kondisi yang tepat.

2. Pengaruh Garam

Air tidak pernah murni tapi larutan encer garam anorganik dengan beragam

konsentrasi dan komposisi. Pengaruh garam pada proses koagulasi menunjukkan

pengaruh penting, bergantung pada ion spesifik dan konsnterasinya. Pengaruh dasar

adanya ion teretentu adalah untuk mengubah (1) pH optimum koagulan, (2) waktu

untuk flokulasi, (3) dosis optimum koagulan dan (4) residu koagulan diefluen.

3. Pengaruh Kekeruhan

Kekeruhan juga harus dipertimbangkan. Seperti dijelaskan sebelumnnya,

kekeruhan pada air permukaan sebagian besar terdiri dari lumpur dan partikel mineral

lainnya. Ukuran partikel ini sekitar 0,2 hingga 0,5 μ, yang menempatkannya diatas

ukuran koloid sejati dan pada ukuran dimana akan terendap oleh gravitasi pada waktu

tertentu. Perumusan berikut dapat dibuat sehubungan dengan kekeruhan :

a. Koagulan yang minimum harus ditambahkan untuk kekeruhan karena tanah

liat agar tersedia pengumpulan dari berat flok

b. Koagulan tambahan (coagulant aids) dibutuhkan pada kekeruhan tinggi, tapi

dosis koagulan tidak akan meningkat secara linier dengan meningkatnya

kekeruhan

c. Kekeruhan yang sangat tinggi membutuhkan dosis koagulan yang sedikit

karena terjadi tumbukan yang tinggi, untuk alasan yang sama kekeruhan yang

sangat rendah sering lebih sulit untuk koagualasi

d. Zat organik sering diserap tanah liat dari air, tidak meningkatkan penggunaan

(35)

4. Pengaruh koagulan

Salah satu faktor yang mempengaruhi koagulasi adalah pemilihan koagulan.

Alum adalah koagulan yang sering digunakan, garam besi dapat digunakan dimana

memiliki kelebihan daripada alum. Kelebihannya adalah bekerja pada range pH yang

luas, dapat juga untuk penghilang warna. Pemilihan koagulan untuk digunakan akan

didasarkan pada perbandingan percobaan, dengan pilihan akhir dipengaruhi ekonomi.

5. Pengaruh Faktor Fisik

Saat suhu air menurun, viskositas air meningkat dan kecepatan flok

mengendap menurun. Penurunan suhu diketahui menurunkan kecepatan reaksi kimia,

pH optimum menurun dengan menurunnya suhu.

6. Pengaruh Pengadukan

Pengadukan cepat penting untuk menyeragamkan penyebaran koagulan dan

meningkatkan tumbukan partikel koagulan dengan partikel kekeruhan. Kondisi ini

harus dipertahankan selama 30 sampai 60 detik, akhirnya koagulan dihidrolisa dan

diserap partikel kekeruhan. Tahap kedua adalah pengadukan lambat, dimana terjadi

pertumbuah flok dan juga meningkatkan jumlah dan kesempatan partikel

bertumbukan. Proses ini disebut flokulasi, waktunya biasa 30 hingga 60 menit, cukup

menghasilkan flok yang akan mengendap dalam waktu yang tidak terlalu lama.

2.5.3 Jar Test

Koagulasi bukanlah ilmu pasti, walaupun perkembangan baru-baru ini

menjelaskan mekanisme prosesnya. Pemilihan dosis optimum koagulan ditentukan

secara percobaan dengan jar test. Jar test menggunakan enam wadah 1L yang bentuk

dan ukurannya sama. Biasanya enam jar digunakan dengan alat pengaduk yang secara

(36)

menghitung jenis dan jumlah koagulan yang dibutuhkan dalam pengolahan air. Jar test

juga menggambarkan mekanisme koagulasi (Peavy, 1985).

2.6 Kapur

Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH)2.

Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk putih. Kalsium

hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air. Senyawa ini

juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran larutan kalsium

klorida (CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).

Dalam bahasa inggris, kalsium hidroksida juga dinamakan slaked lime, atau

hydrated lime (kapur yang di-airkan). Nama mineral Ca(OH)2 adalah portlandite,

karena senyawa ini dihasilkan melalui pencampuran air dengan semen

portland.Suspensi partikel halus kalsium hidroksida dalam air disebut juga milk of

lime (Bahasa Inggris:milk=susu, lime=kapur). Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan

merupakan basa dengan kekuatan sedang. Larutan tersebut bereaksi hebat dengan

berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air. Larutan

tersebut menjadi keruh bila dilewatkan karbon dioksida, karena mengendapnya

kalsium karbonat. Pada 512°C, kalsium hidroksida terurai menjadi kalsium oksida dan

air. Karena kekuatan sifat basanya, kalsium hidroksida banyak digunakan sebagai

flokulan pada air, pengolahan limbah, serta pengolahan tanah asam

(37)

Alkali ditambahkan ke air untuk mengatur pH untuk koagulasi optimum.

Alkali yang digunakan untuk meningkatkam pH adalah kapur, natrium hidroksida, dan

soda abu. Kapur terhidrasi dengan sekitar 70% CaO, cocok untuk pemberian kering

tapi harganya lebih dari quicklime,95% CaO. Quicklime harus dicampur dengan air

dan diberi sebagai air kapur. Soda abu adalah 98% natrium karbonat dan dapat diberi

kering tetapi harganya lebih mahal dari kapur (Viessman, 1985).

Bila air tidak mengandung alkalinitas yang diperlukan maka mungkin perlu

ditambahkan kapur (CaO) atau abu soda (Na2CO3) disamping alum untuk memperoleh

flokulasi yang tepat. Silika yang diaktifkan kadang-kadang ditambahkan ke air untuk

menjadi inti bagi pembentukan flok (Linsley, 1991).

2.6 Poli Aluminium Klorida (PAC)

Senyawa Al yang lain yang penting untuk koagulasi adalah Poli Aluminium

Klorida (PAC) yang dapat dihasilkan dari hidrolisa parsial dari aluminium klorida.

PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion

aluminium bertarap klorinasi yang berlainan sebagai pembentuk polinuklear

mempunyai rumus umum Alm(OH)nCl(3m-n). Keunggulan yang dimiliki PAC

dibanding koagulan lain adalah PAC tidak menjadi keruh bila pemakaiannya

berlebihan, sedangkan koagulan yang lain (seperti aluminium sulfat, besi klorida dan

fero sulfat) bila dosis berlebihan bagi air yang mempunyai kekeruhan yang rendah

akan bertambah keruh. Jika digambarkan dengan suatu grafik untuk PAC adalah

membentuk garis linier artinya jika dosis berlebihan maka akan didapatkan hasil

kekeruhan yang relatif sama dengan dosis optimum sehingga penghematan bahan

(38)

Poli aluminium klorida sangat larut dalam air dan mempunyai adsortifitas yang

cukup kuat, banyak reaksi fisika dan kimia seperti pengendapan, adsorpsi,

penggumpalan dan kimia listrik terjadi selama proses hidrolisa. Hasil ini terutama

digunakan dalam penjernihan air minum dan pengolahan limbah industri seperti bahan

radioaktif, timbal (Pb2+), kromat (Cr3+) logam berat yang sangat bersifat racun dan

fluorida. Selanjutnya, PAC juga digunakan secara luas pada pembuatan kertas,

penyamakan dan bidang lainnya (www.yatai.cn).

2.7 Derajat Keasaman

Air (H2O) berdisosiasi menghasilkan ion hidrogen sebanding dengan 10-7 mol

perliter. Karena air menghasilkan satu ion hidroksil (basa) untuk tiap ion hidrogen

(asam), air murni dianggap netral.

H2O H+ + OH

-Keasaman air dihubungkan pada konsentrasi ion hidrogen dalam larutan air dengan

menggunakan simbol pH, pH netral adalah 7 (Hammer, 1986).

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan

asam atau basa suatu larutan. pH juga cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+.

Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan

mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas

pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi,

desinfeksi, pelunakan air dan dalam pencegahan korosi. Yang sangat penting untuk

diketahui yakni bahwa konsentrasi ion OH- suatu larutan tak akan dapat diturunkan

sampai nol, bagaimanapun asamnya larutan, dan bahwa konsentrasi H+ tak akan dapat

(39)

Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar

kualitas air minum dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan

lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air, dan dapat

menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu

kesehatan (Sutrisno, 2004).

(40)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Jar tes Flocculator SW 6

- Beaker glass 1L

- Erlenmeyer 250mL

- Pipet volume 1mL

- Pipet volume 10mL

- Pipet volume 100mL

- pH meter dan TDS meter Hach Sension 378

- Turbidimeter Orbeco Hellige Infrared

3.1.2 Bahan

- Sampel air dari Sumur 4

- PAC (Polialuminium klorida) 10%

- Kapur (Ca(OH)2 1%

- Akuades

3.2 Prosedur

- Diambil sampel dari pipa air sumur 4 sebanyak 10 liter

- Disediakan 4 buah beaker glass, lalu masing-masing diberi tanda

(41)

- Diisi keempat beaker glass dengan sampel masing-masing sebanyak 1liter, dimana

sebelumnya diperiksa terlebih dahulu pH, kekeruhan dan total padatan terlarut dari

sampel

- Kemudian beaker glass disusun pada peralatan jar-tes dan kemudian agitator

diturunkan

- Ditambahkan larutan kapur yang telah disediakan dengan variasi volume 4mL, 5mL,

6mL dan 7mL

- Ditambahkan larutan PAC sebanyak 0,5ml pada masing-masing beaker glass

- Diatur waktu dan kecepatan putaran agitator pada jar-tes dengan kecepatan 250 rpm

selama 15 menit, kemudian dihidupkan jar-tes dengan menekan tombol ON

- Setelah 15 menit dihentikan putaran agitator dengan menekan tombol OFF

- Didiamkan selama sekitar 20 menit agar flok-flok yang telah terbentuk turun

kebawah dan mengendap

(42)

BAB 4

Sebelum penambahan Sesudah penambahan

pH Kekeruhan

Kebutuhan PAC = 0,0005L x 42000L/jam

= 21L/jam

(43)

Dari hasil percobaan yang dilakukan terhadap pengaruh penambahan kapur

terhadap perubahan pH, kekeruhan dan total padatan terlarut pada proses pengolahan

air di PT.Coca-Cola Bottling Indinesia Unit Medan dapat dilihat dari data bahwa

dengan penambahan volume kapur sebanyak 4ml terjadi perubahan pH dari 7,15

menjadi 6,79; kekeruhan dari 8,61 NTU menjadi 0,17NTU dan total padatan terlarut

dari 117,4 menjadi 143,4 mg/L. Volume kapur 4ml adalah volum optimum

penggunaan kapur untuk kondisi ini karena dengan volume sebesar ini dihasilkan air

yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Kapur digunakan untuk mengatur pH agar pH optimum koagulasi tercapai.

Kapur juga berguna sebagai zat tambahan (penolong) koagulan dimana kapur dapat

memberatkan flok yang terbentuk sehingga dapat segera mengendap setelah flok

terbentuk. Juga menyediakan alkalinitas dalam air yang akan bereaksi dengan ion H+

yang dilepaskan dari reaksi koagulan PAC sehingga diperoleh pH air yang stabil

(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Volum optimum kapur yang dibutuhkan agar diperoleh pH, kekeruhan dan total

padatan terlarut yang sesuai standar di PT.Coca-Cola Bottling Indinesia Unit

Medan adalah 4ml dimana terjadi perubahan :

 pH : 7,15 – 6,79

 kekeruhan : 8,61 NTU – 0,17 NTU

 total padatan terlarut : 117,4 – 143,4

2. Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan penambahan kapur sebanyak 4 ml

untuk 1 L air baku telah memenuhi standar kualitas air yang ditetapkan oleh

PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan (standar kualitas air dapat dilihat

pada lampiran 1).

5.2 Saran

Sebaiknya analisa terhadap air baku (treated water) dilakukan secara rutin

sehingga kualitas air baku tetap terjaga dan memenuhi standar mutu air untuk

memproduksi minuman sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh PT.Coca-Cola

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, J.M. 1971. Water Quality And Treatment. Third Edition. New York : McGraw-Hill Book Company.

Davis, C.V. 1952. Handbook Of Applied Hidraulics. Second Edition. New York : McGraw-Hill Book Company.

Effendi. 2004. Telaah Kualitas Air. Surabaya : Penerbit Kanisius.

Hammer, M.J. 1986. Water And Wastewater Technology. Second Edition. New York: John Wiley and Sons.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kapur. Diakses tanggal 7 April, 2010.

http://smk3ae.wordpress.com/2008/05/bahan-kimia-penjernih-air-koagulan/. Diakses tanggal 7 April, 2010.

http://www.yatai.cn/poly-aluminium chloride (PAC).htm. Diakses tanggal 7 April, 2010.

Linsley, R.K. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Peavy, H.S. 1985. Environmental Engineering. New York : McGraw-Hill Book Company.

Sutrisno, T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta.

Slamet, J.S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

(46)

Lampiran 1 : Standar Analisa Air di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia

PARAMETER STANDAR

Rasa Tidak ada rasa asing Bau Tidak ada bau asing Penampakan Jernih/Tidak keruh

pH 6,5 – 7,5

(47)
(48)
(49)

Referensi

Dokumen terkait