• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEGALITAS PERUSAHAAN PENYIARAN DALAM PENGGUNAAN HAK SIAR (Study Pada PT Radio Idola Nada Indah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LEGALITAS PERUSAHAAN PENYIARAN DALAM PENGGUNAAN HAK SIAR (Study Pada PT Radio Idola Nada Indah)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

LEGALITAS PERUSAHAAN PENYIARAN DALAM PENGGUNAAN HAK SIAR (Study Pada PT Radio Idola Nada Indah)

Oleh Ican Anggaria

Setiap perusahaan penyiaran yang menjalankan kegiatan usaha harus memenuhi ketentuan legalitas perusahaan yang dibuktikan dengan memiliki dokumen legalitas perusahaan. PT Radio Idola Nada Indah di Tulang Bawang adalah perusahaan milik swasta yang berbadan hukum yang bergerak dalam bidang jasa penyiaran informasi dan hiburan harus didirikan dana menjalankan kegiatan usaha dengan memenuhi legalitas perusahaan sesuai dengan bentuk hukumnya dan menjalankan kegiatan usaha sesuai dengan bidang kegiatan usaha yang harus dibuktikan dengan dokumen legalitas bentuk usaha dan kegiatan usaha. Untuk itu, penelitian ini akan mengkaji dan membahas pemenuhan legalitas perusahaan dan kegiatan usaha dalam penyelenggaraan kegiatan penyiaran khususnya pada PT Radio Idola Nada Indah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis pemenuhan legalitas bentuk dan kegiatan usaha penyiaran pada PT Radio Idola Nada di Tulang Bawang.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif-empiris, dengan tipe deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah normatif-terapan, yang bersumber dari data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Data yang terkumpul, selanjutnya diolah dengan seleksi data, klasifikasi data, dan sistematika data, kemudian dianalisis secara kualitatif.

(2)

Ican Anggaria

setelah berlakunya undang-undang ini wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan undang-undang ini. Dengan demikian sejak tahun 2008 sampai sekarang PT Radio Idola Nada Indah belum melakukan perubahan atau penyesuaian terhadap dokumen legalitas bentuk usaha sebagaimana yang telah ditentukan dalam UU No.40 Tahun 2007.

PT Radio Idola Nada Indah dalam menjalankan kegiatan usahanya telah memenuhi dan memiliki legalitas kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang pemenuhan legalitas kegiatan usaha tersebut terdiri dari dokumen Izin Mendirikan Bangunan Nomor 503/600/223/IMB/2006, Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO)/Surat Izin Tempat Usaha (SITU) Nomor 503/b/6/04/TB/2006, Izin Stasiun Radio (ISR) Nomor 01011620-000SU/2004/2006, Akta Pendirian Perusahaan Nomor 07081665051, Izin Penyelenggaraan Penyiaran Nomor 245/kep/M.KOMINFO/5/2007. Namun, PT Radio Idola Nada Indah tidak menjalankan kegiatan usahanya sebagaimana ditentukan dalam Izin Stasiun Radio Nomor 01011620-000SU/2004/2006, yaitu dalam izin tersebut PT Radio Idola Nada Indah menggunakan frekuensi AM sedangkan dalam praktiknya PT Radio Idola Nada Indah mengunakan Frekuensi FM.

(3)

LEGALITAS PERUSAHAAN PENYIARAN DALAM PENGGUNAAN HAK SIAR (Study Pada PT Radio Idola Nada Indah)

(Skripsi)

Oleh

ICAN ANGGARIA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1. Rumusan Masalah………..………..5

2. Ruang Lingkup Penelitian...5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian... 5

2. Kegunaan Penelitian ... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Perusahaan dan Perusahaan ... 7

1. Konsep Hukum Perusahaan ... 7

2. Konsep Perusahaan ... 9

B. Legalitas Perusahaan ... 20

1. Legalitas Bentuk Usaha ... 21

2. Legalitas Kegiatan Usaha ... 24

C. Perusahaan Penyiaran ... 30

1.DasarHukum Penyiaran...31

2. Bentuk Hukum Perusahaan Penyiaran...32

D. Kerangka Pikir………...35

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian ... 37

1. Jenis Penelitian ... 37

(5)

B. Pendekatan Masalah... 38

C. Data dan Sumber Data ... 39

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 40

1. Metode Pengumpulan Data ... 40

2. Metode Pengolahan Data ... 40

E. Analisis Data ... 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Legalitas Bentuk Hukum PT Radio Idola Nada Indah ... 42

1. Akta Pendirian Perusahaan Penyiaran...45

2. Pengesahan Badan Hukum...58

B. Legalitas Kegiatan Usaha Penyiaran ... 60

1. Surat Izin Mendirikan Bangunan...62

2. Surat Izin Gangguan (HO)/Surat Izin Tempat Usaha (SITU)...65

3. Surat Izin Stasiun Radio (ISR)...68

4. Tanda Daftar Perusahaan...72

5. Izin Penyelenggaraan Penyiaran...75

V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Abdul, R. Saliman. Dkk. 2006. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus). Prenada Media Group. Jakarta.

Dirdjosisworo, Soedjono. 1983. Pengantar Ilmu Hukum. Rajawali. Jakarta. Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis. Citra Aditya Bhakti. Bandung.

Kansil, C.S.T dan Christine S.T Kansil. 2001. Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek hukum dalam ekonomi). PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2002. Hukum Perusahaan Indonesia (Cetakan Kesatu Revisi) . PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

---, 2004. Hukum Perusahaan Indonesia (Cetakan Kedua Revisi) . PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

---, 2006. Hukum Perusahaan Indonesia (Cetakan Ketiga Revisi) . PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

---, 2005. Hukum dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya Bakti. Bandung. Purwosucipto, H.M.N. 1990. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia.

Jambatan. Jakarta.

Sembiring, Sentosa. 2004. Hukum Dagang. PT Citra Aditya Bakti. Bandung. Soebekti, R dan R. Tjitrosudibyo. 1990. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pradnya Paramita.

Soekanto, Soerjono. 1996. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sutatntya, R.T. dkk. 1991. Pengertian Pokok Hukum Perusahaan. Rajawali Pers. Jakarta.

(7)

Universitas Lampung. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Lampung University Press. Bandar Lampung.

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPdt);

Herzine Insland Reglemen (HIR) dan Reglemen Buiten Gewesten (RBG);

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan;

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas;

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran;

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 28/P/M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran.

Kamus-Kamus

C.S.T Kansil, Kamus Istilah Aneka Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka, Jakarta.

Subekti dan Tjitrosudibyo, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980. WJS. Poerwadarminta, Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

(8)

Data Elektronik

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Perusahaan dan Perusahaan

1. Konsep Hukum Perusahaan

Menurut O. Notohamidjojo dalam R.T. Sutantya dkk (1991: 01), bahwa pengertian hukum adalah komplek peraturan yang tertulis dan tidak tertulis, yang biasanya bersifat memaksa untuk kelakuan manusia di dalam masyarakat, yang berlaku dalam berjenis lingkungan hidup dan masyarakat negara serta antar negara dengan tujuan mewujudkan keadilan, tata, serta damai. Pada pokoknya hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yakni peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peratura-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman tertentu (C.S.T. Kansil, 2001: 01).

(10)

Berdasarkan pengertian para sarjana di atas, dapat dinyatakan bahwa hukum adalah kumpulan norma-norma atau peraturan yang dibuat oleh penguasa yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat yang pemberlakuannya bersifat memaksa yang bertujuan untuk mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat dan bernegara dan apabila melanggarnya akan dikenakan sanksi yang tegas dari penguasa.

Hukum perusahaan merupakan pengkhususan dari beberapa bab dalam Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) ditambah dengan peraturan perundangan lainnya yang mengatur tentang perusahaan (hukum tertulis yang belum dikodifikasi). Sesuai dengan perkembangan dunia perdagangan dewasa ini, maka sebagian dari hukum perusahaan merupakan peraturan-perturan hukum yang masih baru (C.S.T. Kansil, 2001: 68).

Sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah atau ketentuan hukum perusahan. Pihak-pihak tersebut dapat berupa badan legislatif yang menciptakan undang-undang, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian menciptakan kontrak, hakim yang memutus perkara menciptakan yurisprudensi, ataupun masyarakat pengusaha yang menciptakan kebiasaan dalam kegiatan usaha. Jadi, hukum perusahaan itu terdiri atas kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan yang mengacu dalam kegiatan usaha (Abdulkadir Muhammad, 2006: 03). Hukum perusahaan dalam praktek diatur dalam :

(11)

2. KUH Dagang;

3. Peraturan lain diluar KUH Perdata dan KUHD 4. UU No. 40/2007 Tentang PT;

5. UU Pasar Modal;

6. Kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.

2. Konsep Perusahaan

Perusahaan adalah merupakan salah satu pengertian ekonomi yang juga masuk kedalam lapangan hukum perdata khususnya dalam hukum dagang. Melalui Staatblad 1938-276 yang mulai berlaku pada tanggal 17 juli 1938, istilah perusahaan masuk ke dalam Hukum Dagang menggantikan istilah pedagang (R.T. Sutantya dkk, 1991: 3). Menurut Menteri Kehakiman Belanda bahwa barulah dapat dikatakan adanya perusahaan, apabila pihak yang berkepentingan bertindak secara tidak terputus-putus dan terang-terangan serta di dalam kedudukan tertentu untuk memperoleh laba rugi bagi dinya sendiri (C.S.T. Kansil, 2001: 67).

(12)

usaha dan jenis usaha disebut hukum perusahaan (Abdulkadir Muhammad, 2002: 01).

Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan perundang-undangan di luar KUHD, namun dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan pengertian resmi istilah perusahaan itu. Definisi perusahaan secara resmi dirumuskan dalam Pasal 1 UU No.3 Tahun 1982. Sebelum ada undang-undang ini tidak dijumpai definisi perusahaan. Oleh karena itu, para penulis hukum merumuskan definisi perusahaan berdasarkan pengetahuan yang mereka peroleh secara empiris (Abdulkadir Muhammad, 2006: 07).

Menurut Molengraaff mengemukakan bahwa perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan (Sentosa Sembiring, 2004: 06).

(13)

Definisi perusahaan secara yuridis dirumuskan dalam Pasal 1 UU No.3 Tahun 1982. Dalam Pasal 1 huruf (b) UU No.3 Tahun 1982 ditentukan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan (selajutnya disebut UU No.8 Tahun 1997) Perusahaan ditentukan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 huruf (b) UU No.3 Tahun 1982, dalam definisi perusahaan terdapat dua unsur pokok, yaitu bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha, yang didirikan, bekerja, dan berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dan jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian (perindustrian, perdagangan, perjasaan, dan pembiayaan, dijalankan oleh badan usaha perdagangan, perjasaan, dan pembiayaan) dijalankan oleh badan usaha secara terus-menerus.

(14)

Dari rumusan diatas dapat diketahui unsur-unsur perusahaan, yakni: a. Terus-manerus;

b. Terang-terangan; c. Dalam kualitas tertentu; d. Mencari untung;

e. Adanya perhitungan rugi laba. Jika tidak memenuhi unsur ini, aktivitas yang dilakukan seseorang tidak dapat dikualifikasikan sebagai perusahaan.

Polak mengakui bahwa ada unsur-unsur lain, dalam hal ini terbukti dari penjelasannya bahwa suatu perusahaan dijalankan menurut cara yang lazim atau tidak, dapat diketahui dari keteraturan menjalankan perusahaan itu dan bukan dijalankan secara gelap. Jika unsur-unsur ini tidak ada, maka hilanglah sifat perusahaan dari aspek hukum perusahaan (Abdulkadir Muhammad, 2006: 08).

(15)

(partnership), ataupun badan hukum (corporate body) (Abdulkadir Muhammad, 2006: 09).

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang yang terdiri dari unsur-unsur perusahaan yaitu bentuk usaha dan jenis kegiatan usaha.

a. Bentuk Usaha

Bentuk usaha adalah badan usaha yang berfungsi sebagai organisasi yang menjalankan kegiatan usaha. Bentuk usaha tersebut harus memenuhi persyaratan yang diatur oleh UU No.3 Tahun 1982. Setiap bentuk usaha yang telah memenuhi persyaratan undang-undang tersebut akan dinyatakan sebagai bentuk usaha yang sah dan juga telah mempunyai legalitas bentuk usaha. Bentuk usaha tersebut dapat berupa: persekutuan badan hukum, persekutuan bukan badan hukum, dan perseorangan (Abdulkadir Muhammad, 2006: 297).

Dalam UU No.3 Tahun 1982 bahwa yang di maksud dengan bentuk usaha adalah badan usaha yang berfungsi sebagai organisasi yang menjalankan kegiatan usaha. Dalam bahasa Inggris bentuk usaha atau bentuk hukum perusahaan disebut company atau enterprise atau corporation. Bentuk usaha tersebut harus memenuhi

(16)

Di Indonesia terdapat tiga kelompok bentuk usaha, yaitu usaha swasta, usaha negara, dan usaha koperasi. Meskipun ketiga bentuk usaha di atas sama-sama bertindak sebagai pelaku usaha, tetapi memiliki perbedaan-perbedaan, dilihat dari segi tujuan dan cara melakukan kegiatan usaha. Bentuk usaha atau organisasi perusahaan tersebut dapat dipecahkan lagi ke dalam bentuk-bentuk khusus yang lebih spesifik dan memiliki karakteristik tersendiri.

Dilihat dari aspek hukum perusahaan, masing-masing bentuk usaha memiliki pengaturan yang berbeda tentang pendirian, hak dan kewajiban pihak-pihak, tanggung jawab, pembubaran dan sebagainya. Demikian juga dilihat dari aspek ekonomi dan bisnis, masing-masing bentuk usaha tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, seorang pengusaha yang ingin mendirikan bentuk usaha tertentu atau berinvestasi di dalamnya perlu mempertimbangkan, baik aspek hukum maupun aspek ekonomi dan bisnisnya.

Bentuk usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah penggerak setiap jenis kegiatan usaha. Berikut ini merupakan bentuk usaha yang dibedakan berdasarkan bentuk usaha berbadan hukum dan bentuk usaha yang tidak berbadan hukum :

1. Bentuk usaha badan hukum

(17)

dan tujuan badan hukum adalah objek yang dilindungi oleh hukum (Abdulkadir Muhammad, 2006: 101).

Badan hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban, sama seperti manusia pribadi. Sebagai pendukung hak dan kewajiban, dia dapat mengadakan hubungan bisnis dengan pihak lain. Untuk itu dia memiliki kekayaan sendiri, yang terpisah dari kekayaan pengurus atau pendirinya. Segala kewajiban hukumnya dipenuhi dari kekayaan yang dimilikinya itu. Apabila kekayaannya tidak mencukupi untuk menutupi kewajibannya, itu pun tidak akan dapat dipenuhi dari kekayaan pengurus atau pendirinya guna menghindarkannya dari kebangkrutan atau likuidasi.

Dalam anggaran dasar biasanya ditentukan jumlah dan rupa kekayaan badan hukum. Hal-hal yang dapat digolongkan kekayaan itu dapat berupa sejumlah modal, barang bergerak dan tidak bergerak, dan tagihan kepada pihak ketiga milik badan hukum. Kekayaan badan hukum ini terpisah dari kekayaan pribadi pengurus atau pendirinya dan ini ditentukan secara tegas dalam anggaran dasar dan dicatat dalam pembukuan perusahaan (Abdulkadir Muhammad, 2006: 101-102).

(18)

Segala kewajiban yang timbul dari perbuatan pengurus adalah kewajiban badan hukum, yang dibebankan pada harta kekayaan badan hukum. Sebaliknya pula, segala hak yang diperoleh dari perbuatan pengurus adalah hak badan hukum yang menjadi kekayaan badan hukum (Abdulkadir Muhammad, 2006: 103).

Perusahaan badan hukum merupakan subjek hukum yang diurus dan dikelola oleh pengurus. Yang termasuk dalam perusahaan badan hukum yang dimiliki oleh pihak swasta dapat kita lihat antara lain adalah Perseroan Terbatas (PT) dan Badan Usaha Koperasi. Sedangkan yang dimiliki oleh negara yaitu perusahaan umum (perum) dan perusahaan perseroan (Abdulkadir Muhammad, 2006: 103).

Perseroan Terbatas (PT) adalah merupakan suatu persekutuan yang berbentuk badan hukum yang dipakai sebagai terjemahan dari Naamloooze Vennootschap (NV). Istilah terbatas di dalam PT tertuju pada tanggung jawab para persero atau pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada jumlah nominal nilai dari semua saham-saham yang dimiliki (R.T. Sutantya dkk, 1991: 39).

2. Bentuk perusahaan bukan badan hukum

(19)

Dalam mendirikan perusahaan persekutuan bukan badan hukum didirikan oleh lebih dari satu orang, maka perlu diadakan perjanjian lebih dahulu antara para sekutu pendiri. Jika sudah tercapai persetujuan mengenai isi perjanjian itu, barulah kemudian dibuat rancangan anggaran dasar kemudian dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat di muka notaris (Abdulkadir Muhammad, 2006: 86).

Agar perjanjian yang dibuat itu sah menurut hukum, harus dipenuhi persyaratan pokok pasal 1320 KUHPerdata, yaitu kesepakatan antara kedua belah pihak, cakap melakukan perbuatan hukum, adanya objek tertentu, dan adanya kausa yang halal. Yang termasuk dalam perusahaan bukan badan hukum dapat kita lihat pada firma dan persekutuan komanditer (CV).

b. Kegiatan Usaha

Hukum perusahaan meliputi bentuk usaha dan kegiatan usaha. Keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang bentuk usaha dan kegiatan usaha disebut hukum perusahaan. Legalitas suatu perusahaan atau badan usaha adalah merupakan unsur yang terpenting, karena legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu badan usaha untuk menjalankan kegiatan usaha sehingga diakui oleh masyarakat.

(20)

disebut business dan pengusaha disebut businessman. Dengan demikian, suatu kegiatan dapat disebut usaha dalam arti hukum perusahaan apabila memenuhi unsur-unsur berikut ini (Abdulkadir Muhammad, 2006: 02) :

1. Dalam bidang perekonomian

Menurut Molengraaff, dalam Abdulkadir Muhammad (2006: 11) kegiatan dalam bidang ekonomi hanya meliputi bidang perdagangan (jual beli, sewa-menyewa) dan perjasaan (menghubungkan pihak yang satu dengan pihak yang lain).

Kegiatan dalam bidang ekonomi meliputi bidang perindustrian, perdagangan, perjasaan, dan pembiayaan yang dapat dirinci sebagai berikut :

(a). Perindustrian

Perindustrian meliputi kegiatan, antara lain eksplorasi dan pengeboran minyak, penangkapan ikian, usaha perkayuan, barang kerajinan, makanan dalam kaleng, obat-batan, kendaraan bermotor, rekaman dan perfilman, percetakan, dan penerbitan.

(b). Perdagangan

Perdagangan meliputi kegiatan, antara lain jual beli, ekspor impor, bursa efek, restoran, toko swalayan, valuta asing, dan sewa-menyewa.

(c). Perjasaan

(21)

2. Dilakukan oleh pengusaha

Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan atau menyuruh menjalankan perusahaan. Menjalankan perusahaan artinya mengelola sendiri perusahaannya, baik dilakukan sendiri maupun dengan bantuan pekerja. Ini umumnya terdapat pada perusahaan perseorangan. Apabila pengusaha menjalankan perusahaan dengan bantuan pekerja, dalam hal ini dia mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin perusahaan. Mungkin juga pengusaha tidak menjalankan sendiri perusahaannya, tetapi menyuruh orang lain menjalankan perusahaan. Dalam hal ini, dia tidak turut serta menjalankan perusahaan. Pengelolaan perusahaan dikuasakan kepada orang lain. Orang lain yang diberi kuasa ini menjalankan perusahaan atas nama pemberi kuasa, dia disebut pemimpin perusahaan atau direktur atau manajer. Umumnya pemberian kuasa semacam ini terdapat pada perusahaan persekutuan terutama badan hukum, seperti perseroan terbatas (Abdulkadir Muhammad, 2006: 25).

3. Tujuan memperoleh keuntungan atau laba.

Molengraaff menggunakan istilah “penghasilan”, sedangkan Polak menggunakan

istilah “laba”, sedangkan menurut pembentuk undang-undang menggunakan

istilah “keuntungan dan atau laba”. Ketiga macam istilah ini adalah istilah

(22)

B. Legalitas Perusahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Daryanto, 1997; 396), legal adalah resmi, sesuai dengan aturan atau perundang-undangan, sedangkan legalitas merupakan perihal sah.

Perlindungan kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan usahanya secara jujur dan terbuka merupakan salah satu tujuan utama dari adanya legalitas perusahaan, serta sebagai upaya dalam mewujudkan pemberian perlindungan hukum kepada pelaku usaha dan usahanya. Legalitas usaha harus sah menurut hukum dan sesuai dengan sumber hukum perusahaan, karena di dalam sumber hukum perusahaan mengatur bagaimana ketentuan-ketentuan mengenai legalitas usaha sehingga usaha yang mempunyai legalitas dapat diakui dan sah menurut hukum (Sentosa Sembiring, 2008: 17).

(23)

dokumen keuangan, dokumen lainnya inilah yang termasuk dalam dokumen legalitas perusahaan yang terdiri dari dokumen legalitas bentuk dan legalitas kegiatan usaha. Dengan demikian, legalitas perusahaan yang dibuktikan dengan dokumennya masing-masing terdiri dari:

1. Legalitas Bentuk Usaha

Dokumen legalitas bentuk usaha dapat diketahui dalam akta pendirian perusahaan, nama perusahaan, serta merek perusahaan.

a. Akta Pendirian Perusahaan

Akta Pendirian Perusahaan merupakan salah satu bentuk legalitas usaha yang dibuat dimuka notaris, yaitu pejabat umum yang diberi wewenang untuk itu oleh undang-undang. Akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar perusahaan, yaitu seperangkat peraturan yang menjadi dasar berdiri dan beroperasinya menurut hukum. Akta pendirian perusahaan persekutuan badan hukum harus mendapat pengesahan dari menteri Hukum dan HAM. Sedangkan akta pendirian perusahaan persekutuan bukan badan hukum tidak perlu mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM, cukup didaftarkan saja pada kepaniteran pengadilan negeri setempat (Abdulkadir Muhammad, 2006: 298).

(24)

perusahaan, akta pendirian tersebut diumumkan kepada khayalak ramai melalui Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

Akta pendirian yang memuat anggaran dasar perusahaan merupakan perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak yang disaksikan oleh pejabat umum (notaris) bahwa perjanjian itu memang benar seperti yang dikehendaki oleh pihak-pihak. Pembenaran itu dibuktikan dengan ikut sertanya notaris selaku pejabat umum membubuhkan tanda tangan pada bagian akhir akta yang dibuat dengan perantaraannya itu. Apabila perusahaan yang didirikan itu adalah perseorangan, akta pendirian yang dibuat di muka notaris itu adalah bukti resmi bahwa pengusaha perseorangan itu benar mendirikan perusahaan yang sesuai dengan ketentuan aturan hukum yang berlaku (Abdulkadir Muhammad, 2006: 299).

Pada garis besarnya akta pendirian perusahaan yang memuat anggaran dasar itu secara formal memuat judul, nomor, tempat, hari, dan tanggal pembuatan penandatangan akta pendirian perusahaan. Selain itu, secara materiil memuat identitas para pendiri, identitas perusahaan, tujuan perusahaan, struktur organisasi perusahaan, jangka waktu berdiri perusahaan, usaha perusahaan, hubungan hukum perusahaan (internal dan eksternal), kewajiban dan hak terhadap pihak ketiga, cara penyelesaian jika terjadi sengketa, dan lain-lain yang perlu (Abdulkadir Muhammad, 2006: 299).

b. Nama Perusahaan

(25)

atau perusahaan tersebut, dikenal oleh masyarakat, dipribadikan sebagai perusahaan tertentu, dan dapat membedakan perusahaan itu dengan yang lain. Nama perusahaan dapat ditemukan secara resmi dalam akta pendirian perusahaan dan surat-surat resmi perusahaan. Nama perusahaan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila perusahaan bubar, namanya juga akan ikut lenyap. Jika perusahaan dialihkan kepada pihak lain, namanya juga akan ikut beralih (Abdulkadir Muhammad, 2006: 299).

Nama perusahaan merupakan aset yang melambangkan kualitas dan kemampuan perusahaan. Oleh karena itu, nama perusahaan perlu sekali dilindungi terutama dari penyalahgunaan oleh pihak lain yang merugikan, seperti banyak terjadi dalam persaingan usaha yang bersifat melawan hukum. Dari segi hukum, nama perusahaan mempunyai arti penting. Dengan nama itu suatu perusahaan dapat melakukan hubungan hukum dengan pihak lain dan memenuhi segala kewajiban hukumnya, misalnya, memperoleh surat izin usaha, melakukan pendaftaran perusahaan, membayar pajak, atau membayar utang (Abdulkadir Muhammad, 2006: 300).

c. Merek Perusahaan

(26)

menimbulkan masalah yuridis dalam praktik. Akan tetapi, ada kemungkinan terjadi bahwa nama perusahaan mengandung merek orang lain atau merek yang mengandung nama perusahaan orang lain. Dalam hal ini, muncul dua masalah yuridis, yaitu tentang hak atas merek dan hak atas nama perusahaan.

Nama perusahaan yang mengandung merek orang lain adalah masalah yuridis tentang nama perusahaan. Masalah ini dapat diselesaikan melalui Pasal 27 dan Pasal 29 UU No.3 Tahun 1982. Namun merek yang mengandung nama perusahaan orang lain adalah masalah yuridis tentang hak atas merek. Masalah ini dapat diselesaikan melalui Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang merek.

Berdasarkan ketentuan Pasal 27 UU No.3 Tahun 1982, pihak ketiga yang berhak atas merek dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Menteri Perdagangan atas hal-hal yang didaftarkan dalam daftar perusahaan, dengan menyatakan alasan-alasannya dengan tembusan kepada pengusaha yang bersangkutan dan Kantor Pendaftaran Perusahaan.

Berdasarkan Pasal 29 UU No.3 Tahun 1982, Menteri memberikan keputusan setelah mendengar pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan niaga yang berwenang atas keputusan menteri. Putusan pengadilan niaga yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap diberitahukan secara tertulis kepada Kantor Pendaftaran Perusahaan.

2. Legalitas Kegiatan Usaha

(27)

operasional usaha tersebut dinyatakan sebagai usaha yang mempunyai bukti legalitas kegiatan usaha. Dokumen legalitas kegiatan usaha yang dimaksud terdiri atas Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Bukti Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Pembukuan.

a. Tanda Daftar Perusahaan

Setiap perusahaan wajib untuk mendaftarkan usahanya dalam daftar perusahaan dalam jangka sembilan puluh hari terhitung sejak tanggal perusahaan mulai menjalankan kegiatan usahanya. Menurut Pasal 17 UU No.3 Tahun 1982, selambat-lambatnya sepuluh hari kerja terhitung sejak diterimanya permintaan pendaftaran dan kelengkapan dokumen secara lengkap dan benar, Kepala KPP Tingkat II (Kabupaten/Kota) mengesahkan pendaftaran perusahaan, kemudian menerbitkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

Perusahaan yang telah disahkan pendaftarannya wajib membayar biaya administrasi Wajib Daftar Perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dilunasi sebelum TDP diterbitkan. Perusahaan yang telah menerima TDP diwajibkan memasang TDP di tempat yang mudah dibaca dan dilihat oleh umum, dan nomor TDP wajib dicantumkan pada papan nama dan dokumen-dokumen perusahaan yang digunakan dalam kegiatan usahanya (Abdulkadir Muhammad, 2006: 310).

(28)

sudah terdaftar dan ada kemungkinan TDP hilang atau musnah, dalam hal ini pengusaha berkewajiban mengajukan permintaan tertulis penggantian TDP yang hilang itu selambat-lambatnya Sembilan puluh hari terhitung mulai tanggal kehilangan kepada Kepala KPP Tingkat II (Kabupaten/Kota) dengan melampirkan surat keterangan hilang dari Kepolisian. Selambat-lambatnya lima hari kerja terhitung sejak permohonan penggantian TDP yang hilang diterima secara lengkap dan benar, Kepala KPP Tingkat II (Kabupaten/Kota) harus menerbitkan TDP pengganti (Abdulkadir Muhammad, 2006: 311).

b. Surat Izin Usaha Perdagangan

Surat izin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan bukti legalitas kegiatan usaha yang dipakai oleh perusahaan atau badan usaha untuk menjalankan usahanya secara sah. Setiap perusahaan dianggap mulai menjalankan usahanya pada saat menerima SIUP dari instansi teknis yang berwenang. Ini berarti bahwa untuk menjalankan usaha, perlu memperoleh SIUP terlebih dahulu.

Jika perusahaan itu menjalankan usaha di bidang perindustrian dan perdagangan, maka SIUP diterbitkan oleh instansi yang ditunjuk oleh Menperindag. Namun, jika perusahaan itu menjalankan usaha di bidang pertambangan atau perlistrikan, SIUP diterbitkan oleh instansi yang ditunjuk oleh Mentamben.

(29)

namun, tidak semua perusahaan wajib memperoleh SIUP, badan usaha yang dibebaskan dari SIUP (Abdulkadir Muhammad, 2006: 323) adalah:

1. Cabang/perwakilan badan usaha yang dalam menjalankan kegiatan bisnisnya mempergunakan SIUP kantor pusat;

2. Badan usaha yang telah mendapatkan izin dari departemen teknis terkait dengan badan usahanya, berdasarkan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan tidak melakukan perdagangan;

3. Perusahaan/badan usaha yang berkaitan dengan penanaman modal;

4. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu perusahaan perseroan dan perusahaan umum;

5. Perusahaan kecil perseorangan yang tidak berbadan hukum atau persekutuan, diurus, dijalankan, atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota keluarganya yang terdekat, pedagang keliling, pedagang pinggir jalan, atau pedagang kaki lima.

(30)

c. Tanda Daftar Usaha Perdagangan

Setiap perusahaan yang telah memperoleh TDUP dalam jangka waktu tiga bulan terhitung mulai tanggal diterbitkannya TDUP, wajib mendaftarkan perusahaannya dalam daftar perusahaan sesuai dengan ketentuan UU No.3 tahun 1982.

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh perizinan di bidang perdagangan, yang disebut tanda daftar usaha perdagangan (TDUP). Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh TDUP yang diberlakukan sebagai SIUP. Permintaan TDUP tersebut diajukan kepada kepala kantor Deperindag setempat oleh pemilik atau penanggung jawab perusahaan (Abdulkadir Muhammad, 2006: 317). Tidak semua perusahaan diwajibkan memiliki TDUP, perusahaan berikut ini dibebaskan dari kewajiban memperoleh TDUP yaitu (Abdulkadir Muhammad, 2006: 317) :

1. Cabang perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan menggunakan TDUP perusahaan pusat;

2. Perusahaan yang telah mendapat izin usaha yang setara dari departemen teknis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Perusahaan produksi yang didirikan dalam rangka Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri;

(31)

5. Perusahaan kecil perorangan tang tidak berbadan hukum, diurus, dijalankan, atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota keluarganya yang terdekat, pedagang keliling, pedagang pinggir jalan, atau pedagang kaki lima.

d. Pembukuan

Dalam definisi Molengraaff tidak terdapat unsur pembukuan. Akan tetapi, Polak menambahkan unsur ini dalam definisi perusahaan. Menurut Polak pembukuan merupakan catatan mengenai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan (Abdulkadir Muhammad, 2006: 12).

Dalam Pasal 5 UU No.8 Tahun 1997 ditentukan, catatan terdiri atas neraca tahunan, perhitungan laba rugi tahunan, rekening, jurnal transaksi harian, atau setiap tulisan yang berisi keterangan mengenai kewajiban dan hak serta hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.

Menurut ketentuan Pasal 8 Ayat (1) UU No.8 Tahun 1997, bahwa setiap perusahaan wajib membuat catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pembukuan menjadi dasar perhitungan pajak yang wajib dibayarkan kepada pemerintah, pembukuan juga digunakan untuk mencatat anggaran dasar suatu perusahaan, kekayaan pribadi atau pendiri perusahaan, dan mencatat rugi atau laba suatu perusahaan.

(32)

dan 12 KUHD. Namun, dengan berlakunya UU No.8 Tahun 1997 melalui Lembaran Negara Nomor 18 Tahun 1997 pada tanggal 24 Maret 1997, maka ketentuan Pasal 6 KUHD mengenai pembukuan dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini ditentukan dalam Pasal 30 UU No.8 Tahun 1997 bahwa pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Pasal 6 KUHD dan semua peraturan undang- perundang-undangan yang berkaitan dengan penyimpanan, pemindahan, penyerahan, dan pemusnahan arsip yang bertentangan dengan undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.

Menurut Abdul R. Saliman (2006: 101), pada prinsipnya setiap pembukuan itu bersifat rahasia, tidak setiap orang boleh melihatnya, kecuali bagi mereka yang diperbolehkan oleh undang-undang. Namun demikian, kerahasiaan pembukuan dapat dilihat sesuai dengan asas representasi (pembukaan oleh hakim) dan komunikasi (pemberitaan).

C. Perusahaan Penyiaran

(33)

dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran (Pasal 1 Ayat (2) UU No.32 Tahun 2002).

PT. Radio Idola Nada Tulang Bawang adalah perusahaan penyiaran, menurut Pasal 16 Ayat (1) UU No32 Tahun 2002, bahwa Lembaga Penyiaran Swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Siaran radio yang di siarkan berupa pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, yang berbentuk grafis, dan karakter lainnya yang dapat diterima melalui pesawat penerima siaran radio atau perangkat elektronik lainnya, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, dengan atau tanpa alat bantu.

1. Dasar Hukum Penyiaran

Pasal 1 Ayat (1) UU No.32 Tahun 2002, menyatakan bahwa penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran Hak siar adalah hak yang dimiliki oleh perusahaan penyiaran untuk melaksanakan kegiatan penyiaran, sesuai dengan izin yang telah diberikan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(34)

yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.

PT. Radio Idola Nada Indah adalah salah satu perusahaan penyiaran yang menyelenggarakan siaran radio lokal adalah siaran yang dipancarkan dengan wilayah jangkauan siaran meliputi wilayah di sekitar tempat kedudukan lembaga penyiaran atau wilayah satu Kabupaten/Kotamadya. Menurut Pasal 1 Ayat (1) UU No.36 Tahun 1999 menyatakan bahwa telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya. Siaran radio dilakukan dengan menggunakan alat telekomunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang digunakan atau diperlukan dalam bertelekomunikasi

2. Bentuk Hukum Perusahaan Penyiaran

(35)

perusahaan yang didirikan oleh beberapa orang pengusaha secara bersama yang dapat menjalankan usaha dalam bidang perekonomian, yaitu perindustrian, perdagangan dan jasa, sedangkan badan usaha milik swasta yang berbadan hukum adalah perseroan terbatas (PT) yang diatur dalam UU No.40 Tahun 2007.

Dalam Pasal 8 Ayat (1) UU No.36 Tahun 1999 menyatakan bahwa Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat dilakukan oleh badan hukum yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN); 2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); 3. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS); 4. Koperasi.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham.

(36)

pengurus atau pendirinya guna menghindarkannya dari kebangkrutan atau likuidasi.

Badan hukum merupakan subjek hukum buatan manusia berdasarkan hukum yang berlaku. Agar dapat berbuat menurut hukum, maka badan hukum diurus oleh pengurus yang ditetapkan dalam anggaran dasarnya, sebagai yang berwenang mewakili badan hukum. Artinya, perbuatan pengurus adalah perbuatan badan hukum. Perbuatan pengurus tersebut selalu mengatasnamakan badan hukum, bukan atas nama pribadi pengurus.

(37)

D. Kerangka Pikir

Hukum perusahaan merupakan keseluruhan aturan hukum yang mengatur kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh bentuk usaha atau aturan bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kegiatan ekonomi dan bentuk usaha. Pelaksanaan atau pemenuhan aturan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan ekonomi dibuktikan dengan lahirnya dokumen legalitas perusahaan. Pemenuhan dokumen legalitas bagi suatu perusahaan yang terkait dengan bentuk usaha yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dan kegiatan usaha yang dijalankan.

Perusahaan penyiaran adalah salah satu bentuk usaha yang menjalankan kegiatan usaha di bidang penyiaran. Sebagai suatu perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran maka setiap perusahaan yang didirikan tersebut harus memenuhi

Hukum Perusahaan

Perusahaan penyiaran

Legalitas Bentuk Usaha

(38)

ketentuan mengenai bentuk usaha dari perusahaan penyiaran dan ketentuan mengenai bidang usaha penyiaran yang dibuktikan dengan terpenuhinya dokumen legalitas perusahaan penyiaran tersebut. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2002 perusahaan yang dapat menyelenggarakan usaha penyiaran adalah perusahaan swasta atau negara yang berbentuk badan hukum indonesia Selain itu, memenuhi ketentuan undang-undang tentang legalitas bentuk usaha, maka harus pula dipenuhi legalitas kegiatan usaha di bidang penyiaran sebagaimana ditentukan dalam peraturan pelaksanaan yang terkait.

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya (Abdulkadir Muhammad, 2004:32). Untuk itu, penelitian ilmiah ini memiliki jenis dan tipe penelitian, sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif-empiris. Adapun yang dimaksud dengan penelitian normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat (Abdulkadir Muhammad, 2004: 134). Berdasarkan jenis penelitian tersebut, maka penelitian ini akan mengkaji dan pembahas permberlakuan ketentuan Hukum Perusahaan dalam praktik pendirian perusahaan penyiaran khususnya oleh dalam pemenuhan legalitas bentuk hukum dan legalitas kegiatan usaha oleh PT Radio Idola Nada Indah.

2. Tipe penelitian

(40)

berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu, atau menenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat (Abdulkadir Muhammad, 2004: 50). Berdasarkan tipe deskriptif maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau paparan lengkap, jelas, rinci dan sistematis tentang pemenuhan legalitas bentuk usaha dan kegiatan usaha oleh PT Radio Idola Nada Indah.

B. Pendekatan Masalah

(41)

C. Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis dan pendekatan masalah yang digunakan maka data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang bersumber dan diperoleh langsung dari penelitian lapangan yang berkaitan dengan legalitas perusahaan penyiaran dalam menggunakan hak siarnya studi pada PT Radio Idola Nada Indah Tulang Bawang. Data primer ini sifatnya sebagai penunjang untuk kelengkapan data sekunder.

2. Data sekunder yaitu data yang bersumber dan diperoleh dari studi kepustakaan terhadap bahan bahan hukum yang terdiri dsari :

a. Bahan hukum primer yaitu antara lain meliputi meliputi :

(1). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;

(2). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan; (3). Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama

Perseroan Terbatas;

(4). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi; (5). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran;

(6). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas; (7).Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

28/P/M.KOMINFO/09/2008.

(42)

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti surat kabar, kamus hukum dan lain-lain.

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, yaitu sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan melakukan kegiatan melalui serangkaian kegiatan studi kepustakaan (library research) dengan cara membaca, menelaah, mencatat, menganalisa dan mengutip buku-buku dan beberapa ketentuan-ketentuan serta literatur yang berhubungan dengan legalitas perusahaan penyiaran dalam penggunaan hak siar.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan wawancara kepada direktur PT Radio Idola Nada Indah dengan menggunakan daftar pertanyaan secara terstruktur yang telah disusun sebelumnya.

2. Metode Pengolahan Data

(43)

a. Seleksi data yaitu memeriksa kembali mengenai, kelengkapan kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevasinya sebagai peneliti;

b. Klasifikasi data yaitu menempatkan data-data dengan kelompok atau aturan yang ditetapkan dalam pokok bahasan sehingga diperoleh data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini;

c. Sistematika data yaitu menyusun data sesuai dengan tata urutan yang telah ditetapkan sesuai dengan konsep.

E. Analisis Data

(44)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Legalitas Bentuk Hukum PT Radio Idola Nada Indah

Penyelenggaraan kegiatan usaha penyiaran yang dilaksanakan oleh PT Radio Idola Nada Indah sebagai suatu usaha yang menjalankan kegiatan usaha dalam bidang telekomunikasi harus memenuhi persyaratan yang diatur oleh undang-undang sebagai perusahaan yang memiliki bentuk hukum Perseroan Terbatas. Berdasarkan akta pendirian perusahaan PT Radio Idola Nada Indah didrikan pada Tahun 1990 dan melakukan perubahan anggaran dasar pada tahun 2005 sehingga PT Radio Idola Nada Indah telah tunduk pada Undang-Undang Nomor 1995 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU No.1 Tahun 1995). Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa UU No.1 Tahun 1995 pemberlakuannya telah dicabut dan digantikan dengan UU No.40 Tahun 2007, sehingga diwajibkan kepada PT Radio Idola Nada Indah untuk melakukan penyesuaian sebagaimana yang diamanatkan UU No.40 Tahun 2007 jo UU No.3 Tahun 1982 serta peraturan perundang-udangan lain yang terkait dengan bidang usaha penyiaran meliputi: UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran jo UUNo.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

(45)

berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 16 Ayat (1) UU No.32 Tahun 2002, maka sudah tepat Radio Idola Nada Indah yang menjalankan bidang usaha penyiaran dari bentuk hukumnya adalah berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas maka sepanjang tidak diatur khusus dalam UU No.32 Tahun 2002, maka setiap bentuk hukum PT harus tunduk pada ketentuan UU No.1 Tahun 1995. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa UU No. 1 Tahun 1995 talah dicabut dan digantikan dengan UU No.40 Tahun 2007, sehingga PT Radio Idola Nada Indah harus tunduk pada UU No.40 Tahun 2007.

Berdasarkan UU No.40 Tahun 2007, syarat berdiri PT adalah:

1. Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia (Pasal 7);

2. Adanya anggaran dasar perusahaan;

3. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, modal dasar perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) (Pasal 32).

Agar perusahaan penyiaran itu sah memiliki bentuk hukum PT dan sah menjalankan kegiatan usaha maka harus mengikuti ketentuan pendirian PT sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 UU No.40 Tahun 2007 dan UU No.32 Tahun 2002 serta UU No.3 Tahun 1982. Berdasarkan Pendirian PT dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut:

(46)

bagian saham pada saat Perseroan didirikan (Pasal 7 Ayat (1 dan 2) UU No.40 Tahun 2007);

2. Pembuatan Akta Pendirian/Anggaran Dasar dimuka notaris (Pasal 7 UU No.40 Tahun 2007);

3. Permohonan SIUP (Pasal 33 Ayat (1) UU No.32 Tahun 2002);

4. Pengesahan Anggaran Dasar oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (Pasal 9 Ayat (1) UU No.40 Tahun 2007).

5. Pendaftaran di Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Pasal 9 Ayat (1 dan 2) UU No.3 Tahun 1982).

Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.

Setelah menempuh tahap pendirian tersebut, maka setiap tahap tersebut dibuktikan dokumen legalitas bentuk dan legalitas kegiatan usaha bagi perusahaan dengan bentuk hukum PT. Setiap PT yang menjalankan usaha penyiaran yang telah memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan tersebut akan dikatakan mempunyai legalitas bentuk dan legalitas kegiatan usaha. Untuk itu, sebagai perusahaan dengan bentuk hukum PT Radio Idola Nada Indah harus memenuhi legalitas bentuk hukum dan legalitas kegiatan usaha sebagaiman diatur dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.

(47)

hukum perusahaan disebut company atau enterprise atau corporation. Bentuk usaha tersebut harus memenuhi persyaratan yang diatur oleh undang-undang. Setiap bentuk usaha yang memenuhi persyaratan undang-undang dinyatakan sebagai bentuk usaha yang sah atau disebut juga mempunyai legalitas bentuk usaha. Berdasarkan uraian tersebut, maka PT Radio Idola Nada Indah harus memenuhi legalitas bentuk hukum dengan dokumen legalitas bentuk hukum sebagai berikut:

1. Akta Pendirian Perusahaan Penyiaran

Pendirian perusahaan merupakan akta otentik, yaitu salah satu bentuk legalitas perusahaan yang dibuat di muka notaris, pejabat umum yang diberi wewenang untuk itu oleh undang-undang. Akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar perusahaan, yaitu seperangkat aturan yang menjadi dasar berdirinya organisasi dan bekerjanya perusahaan menurut hukum. Akta pendirian perusahaan badan hukum perlu mendapat pengesahan dari menteri kehakiman karena pengesahan tersebut merupakan pengawasan apakah anggaran dasar sudah sesuai dengan hukum, dan sekaligus pengakuan sebagai badan hukum. Karena memuat anggaran dasar perusahaan, maka akta pendirian perusahaan ini diumumkan kepada khalayak ramai, dengan menempatkannya di dalam Berita Negara Repuklik Indonesia (Abdulkadir Muhammad, 2002: 171).

(48)

sertanya notaris selaku pejabat umum membubuhkan tanda tangannya pada akta yang dibuat dengan perantaranya itu (Abdulkadir Muhammad, 2002: 172).

Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 ditentukan bahwa anggaran dasar berisi ketentuan-ketentuan mengenai hal-hal berikut:

a. Nama dan tempat kedudukan perseroan;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan; c. Jangka waktu berdirinya perseroan;

d. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

f. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris; g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

h. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.

(49)

pertama kali diangkat, nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Dalam menjalankan usaha penyiaran radio, belum tentu semua pelaku usaha memiliki akta pendirian, hal ini disebabkan pelaku usaha hanya merasa bahwa usaha yang dijalaninya merupakan usaha kecil yang tidak memerlukan adanya akta pendirian. Namun pelaku usaha yang memang memerlukan adanya perlindungan terhadap legalitas penyiaran bentuk usahanya harus memiliki akta pendirian bagi usahanya.

Akta pendirian perusahaan penyiaran ini sangat penting diperhatikan oleh pelaku usaha yang akan mendirikan usahanya, dikarenakan dengan adanya akta pendirian yang dimiliki oleh pelaku usaha maka dalam menjalankan kegiatan usahanya, pelaku usaha sudah mempunyai legalitas bentuk usahanya, sehingga dalam menjalankan kegiatan usahanya akan adanya pengakuan dari masyarakat.

(50)

PT Radio Idola Nada Indah didirikan atas dasar kesepakatan para pemegang saham diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Nama : Dewi Kusmintarsih

Tempat lahir : Palembang, 11 juli 1966 Alamat : jalan griya fantasi, Bandar Lampung Pekerjaan : wiraswasta

No. KTP : 08.5009.510763.0003 2. Nama : Syamsurya Ryacudu

Tempat lahir : Palembang, 14 desember 1955 Alamat : jalan griya fantasi, Bandar Lampung Pekerjaan : wiraswasta

No. KTP : 08.5009.141255.0001 3. Nama : Yakin Wibowo

Tempat lahir : Tanjung karang, 03 meret 1967 Pekerjaan : wiraswasta

Maksud dan tujuan berdirinya PT Radio Idola Nada Indah ini adalah

1. Mengadakan Jenis siaran untuk usaha-usaha penerangan, pendidikan, dan hiburan;

2. Radio Siaran PT Radio Idola Nada Indah ini besifat komersil;

3. Tidak mengadakan usaha-usaha lainnya terkecuali tercantum dalam surat izinnya.

(51)

pengesahaan dari Menteri Komunikasi dan Informatika serta dengan mengindahkan ketetapan-ketetapan dalam undang-undang hukum perniagaan Indonesia. Untuk jangka waktu berdirinya PT Radio Idola Nada Indah ini direncanakan selama 75 (tujuh puluh lima) tahun lamanya yang waktunya secara berturut-turut.

PT Radio Idola Nada Indah yang bergerak dalam bidang usaha penyiaran ini memiliki modal dasar sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) yang dari modal dasar tersebut terbagi atas saham-saham yang berjumlah sebanyak 40 (empat puluh) lembar saham PT Radio Idola Nada Indah yang masing-masing saham bernilai Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dari modal dasar PT Radio Idola Nada Indah tersebut telah ditetapkan dan disetor penuh oleh PT Radio Idola Nada Indah dengan uang tunai Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau sebanyak 20 (dua puluh) saham atau sebesar yang disetorkan oleh:

1. Nynya Neli Nurbaiti, sebanyak 8 (delapan) saham atu sebesar Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah);

2. Tuan Gani Ali, sebanyak 2 (dua) saham atau sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);

3. Tuan Haji Mashur Sodri, sebanyak 5 (lima) saham atau sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah);

4. Tuan Faizal Sodri, sebanyak 5 (lima) saham tau sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).

(52)

syarat-syarat yang akan ditetapkan oleh direksi PT Radio Idola Nada Indah. Dalam waktu sepuluh tahun terhitung sejak tanggal 9 (sembilan) April tahun 1990 semua saham-saham harus telah dikeluarkan kecuali jika waktu itu diperpanjang oleh yang berwajib atas permintaan direksi PT Radio Idola Nada Indah jika keputusan mengenai hal ini masih diperlukan.

Semua saham-saham PT Radio Idola Nada Indah dikeluarkan atas nama pemiliknya untuk tiap-tiap saham akan diberikan sehelai bukti saham disertai dengan seperangkat tanda penerimaan keuntungan beserta calon untuk mendapatkan seperangkat tanda penerimaan keuntungan yang baru.

Surat-surat saham yang dimiliki oleh PT Radio Idola Nada Indah akan diberikan nomor urut yaitu dari Nomor 1 (satu) sampai dengan Nomor 40 (empat puluh) dan ditanda tangani oleh seorang Direksi PT Radio Idola Nada Indah serta seorang Komisaris sedangkan tanda-tanda penerimaan keuntungan yang disertai pada masing-masing surat-surat bukti saham yang mempunyai nomor yang sama dengan surat bukti saham yang bersangkutan. Setiap surat-surat bukti saham PT Radio Idola Nada Indah harus memuat suatu keterangan bahwa hannya Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia saja yang boleh memiliki saham PT Radio Idola Nada Indah.

(53)

1. Nyonya Elisabeth Sarmini sebanyak 8 (delapan) saham atau sebesar Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah);

2. Romulus Prabawa sebanyak 8 (delapan) saham dengan nilai nominal Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah);

3. Drs.Andry sebanyak 4 saham dengan nominal Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah)

PT Radio Idola Nada Indah diurus dan dikemudikan oleh suatu direksi yang terdiri dari sekurang-kurangnya seorang Direktur, jikalau diangkat lebih dari seorang Direktur maka salah seorang Direktur diangkat menjadi Direktur Utama di bawah dari pengawasan suatu badan Dewan Komisaris yang terdiri dari seorang Dewan Komisaris atau lebih. Jika diangkat lebih dari satu Dewan Komisaris maka salah seorang menjabat menjadi Komisaris Utama.

Para Anggota Dewan Komisaris PT Radio Idola Nada Indah diangkat berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya, akan tetapi sewaktu-waktu para Anggota Dewan Komisaris dan Direksi dapat diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham tersebut, sedangkan mengenai anggota direksi juga meskipun tidak dipecat sementara terlebih dahulu oleh Dewan Komisaris.

Direksi PT Radio Idola Nada Indah mewakili PT Radio Idola Nada Indah baik di dalam maupun di luar pengadilan serta berhak melakukan segala tindakan pemilihan dan pengurusan satu dan lain dengan ketentuan bahwa:

(54)

2. Untuk menerima atau memindah tangankan barang-barang tidak bergerak atas nama PT Radio Idola Nada Indah;

3. Untuk meminjam uang.

Apabila salah seorang direktur PT Radio Idola Nada Indah meninggal dunia atau meletakkan jabatannya sehingga Radio Idola Nada Indah tidak memiliki Direktur maka dalam waktu satu bulan setelah terjadinya maka harus dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham oleh para pemilik saham untuk mengisi lowongan tersebut. Jika PT Radio Idola Nada Indah Oleh sebab apapun juga tidak memiliki Direktur maka dalam waktu satu bulan setelah terjadinya kekosongan tersebut harus mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mengangkat Direktur PT Radio Idola Nada Indah yang baru dan jabatan Direktur PT Radio Idola Nada Indah yang baru untuk sementara akan dijalankan oleh seoranng Komisaris yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris.

Tiap-tiap tahun PT Radio Idola Nada indah selambat-lambatnya dalam bulan Desember harus diadakan rapat umum tahunan para pemilik saham PT Radio Idola Nada Indah dengan ketentuan bahwa rapat umum para pemilik saham dapat memberi disertasi atau kelonggaran atas apa masalah yang dialami oleh PT Radio Idola Nada Indah dalam kurun waktu satu tahun. Dalam rapat umum tersebut harus dibicarakan:

1. Uraian direksi tentang keadaan perseroan dan hasil-hasil yang diperolehnya dalam waktu yang lampau;

2. Neraca dan perhitungan laba-rugi mengenai tahun yang lampau;

(55)

PT Radio Idola Nada Indah yang beralamatkan di Jalan Lintas Timur Unit II Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang telah ditetapkan managemennya yang penetapannya berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Radio Idola Nada Indah yang susunannya sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Nama : Elisabeth Sarmini

Tempat tanggal lahir : Madiun, 16 Agustus 1968 Pendidikan : SPGN

2. Direktur

Nama : Drs.Andry Suparian

Tempat tanggal lahir : Madiun, 13 September 1956 Pendidikan : S2

3. Komisaris

Nama : Romulus Prabawa

Tempat tanggal lahir : salatiga, 27 November 1966 Pendidikan : STIE

4. Penanggung jawab bidang pemberitaan Nama : Wiwiwk Yunarsih Tempat tanggal lahir : Metro, 13 Juli 1968 Pendidikan : SMEA

5. Penanggung jawab bidang siaran Nama : Sudiono

(56)

6. Penanggung jawab bidang Teknik Nama : RS.Suyono

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 21 Maret 1961 Pendidikan : SMA

7. Penanggung jawab bidang keuangan Nama : Yuni Kritiani

Tempat tanggal lahir : Tanjung Karang, 14 Juni 1973 Pendidikan : SMA

8. Penanggung jawab bidang usaha Nama : Rendi Rinaldi

Tempat tanggal lahir : Yogyakata, 05 Agustus 1964 Pendidikan : SMA

Di dalam akta pendirian perusahaan yang dibuat di muka notaris memuat nama perusahan yang didirikan. Nama perusahaan adalah jati diri yang dipakai oleh perusahaan untuk menjalankan usahanya. Nama perusahaan melekat pada bentuk hukum perusahaan itu. Dengan nama itu, perusahaan dikenal oleh masyarakat, juga dipribadikan sebagai perusahaan tertentu yang berbeda dengan perusahaan lain yang sejenis. Dengan demikian, fungsi nama perusahaan adalah membedakan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, terutama dengan perusahaan yang sejenis.

(57)

lain, nama juga ikut beralih. Nama perusahaan merupakan aset yang melambangkan kualitas dan kemampuan usaha. Oleh karena itu, nama perusahaan perlu sekali dilindungi terutama dari penyalahgunaan oleh pihak lain yang merugikan, seperti yang banyak terjadi dalam persaingan melawan hukum. Dari segi hukum, nama perusahaan mempunyai arti penting. Dengan nama itu suatu perusahaan dapat melakukan hubungan dengan pihak lain dan memenuhi segala kewajiban hukumnya, misalnya memperoleh izin usaha, melakukan pendaftaran perusahaan, membayar pajak dan membayar hutang (Abdulkadir Muhammad, 2002: 173).

Pemberian nama pada sebuah perusahaan dapat dilakukan dengan cara pembauran nama perusahaan dengan nama pribadi, pembauran bentuk hukum perusahaan dengan nama pribadi. Pemberian nama perusahaan diambil dari nama pribadi dibolehkan misalnya firma Firman. Akan tetapi, dilarang memekai nama pribadi sebagai nama perusahaan yang memberi kesan seolah-olah perusahaan itu milik orang lain yang namanya dipakai itu, misalnya pemilik sebuah retoran bernama Abidin tidak boleh memberikan nama restoran tersebut dengan nama retoran. Arifin. Nama ini memberi kesan bahwa pemilik restoran tersebut bernama Arifin, sedangkan pemberian nama perusahaan yang berasal dari pembauran bentuk hukum perusahaan dengan nama orang, misalnya PT Joko, ini dibolehkan. PT adalah bentuk hukum perusahaan perseroan, sedangkan Joko adalah pemilik dari perusahaan tersebut.

(58)

Terbatas atau disingkat “PT” sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diletakkan di

depan nama perseroan.

Menurut Pasal 16 UU No.40 Tahun 2007 perseroan tidak boleh memakai nama yang:

a. Telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan nama perseroan lain;

b. Bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;

c. Sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan;

d. Tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau menunjukkan maksud dan tujuan Perseroan saja tanpa nama diri;

e. Terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak membentuk kata; atau

f. Mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata.

Perusahaan penyiaran yang akan menjalankan kegiatan usaha penyiaran mendaftarkan usahanya harus memperhatikan juga untuk penggunaan nama usahanya. Karena dalam penggunaan nama usaha tersebut jangan membuat masyarakat dan konsumen bingung serta dapat merugikan pihak-pihak lain yang terlebih dahulu memiliki nama usaha tersebut. Dengan memperhatikan penggunaan nama usaha dengan baik dan benar, usaha yang akan dijalani oleh pelaku usaha akan mendapat pengakuan dari masyarakat.

(59)

16 Ayat (2) UU No.40 Tahun 2007, bahwa nama suatu perusahaan harus didahului oleh frase Perseroan Terbatas atau PT. Dengan adanya nama usaha tersebut maka perusahaan penyiaran radio yang ada dapat dikenal dan diketahui oleh masyarakat keberadaannya. Nama usaha ini dapat ditemukan di dalam akta pendirian dan surat-surat resmi yang ada dalam perusahaan penyiaran.

Berdasarkan Pasal 3 Ayat (1, 2 dan 3) Undang-Undang 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas dijelaskan tentang tata cara pengajuan nama sebuah perusahaan adalah sebagai berikut:

(1). Pemakaian nama perseroan diajukan kepada Menteri dengan suatu permohonan guna mendapat persetujuan.

(2). Permohonan persetujuan pemakaian nama perseroan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diajukan bersamaan atau lebih dahulu secara terpisah dari permohonan pengesahan akta pendirian atau permohonan persetujuan akta perubahan anggaran dasar.

(3). Permohonan pemakaian nama perseroan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) Diajukan oleh pendiri perseroan, direksi perseroan, atau kuasanya.

(60)

tentang hak atas merek perusahaan. Hal ini dapat diselesaikan melalui Pasal 27 dan Pasal 29 UU No.3 Tahun 1982. Namun merek yang mengandung nama perusahaan adalah masalah yuridis tentang hak atas nama perusahaan. Masalah ini diselesaikan memalui Pasal 72 dan Pasal 73 undang-Undang 19 Tahun 1992 tentang Merek jo. Pasal 72 dan Pasal 73 Undang-Undang 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 (Abdulkadir Muhammad, 2002; 178).

Di dalam surat izin yang dimiliki oleh pelaku usaha juga tidak ada disebutkan merek usaha, tetapi hanya disebutkan nama usahanya saja. Bagi masyarakat sendiri tidak akan kebingungan dalam menyikapi hal tersebut, karena masyarakat banyak menganggap bahwa nama usaha dan merek usaha merupakan hal yang sama, walaupun sebenarnya menurut hukum perusahaan itu sangat berbeda arti dan maknanya.

2. Pengesahan Badan Hukum

(61)

perusahaan yang akan didirikan sudah sesuai dengan hukum. Pengesahan diberikan dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman atau Menteri Hukum dan HAM berdasarkan UU No.40 Tahun 2007.

Berdasarkan Pasal 9 Ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 bahwa untuk memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Ayat (4), pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya:

a. Nama dan tempat kedudukan Perseroan; b. Jangka waktu berdirinya Perseroan;

c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

d. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. Alamat lengkap Perseroan.

PT Radio Nada Indah telah melakukan pengesahan Akta Pendirian dan Anggaran Dasarnya sebagai perusahaan Badan Hukum dan telah dicatatkan pada Departeman Kehakiman RI dengan Nomor 02-4601.HT.01.01.th.91 pada tanggal 10 September 1991 melalui Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan dengan pengesahan Akta Perubahan Terakhir/Badan Hukum dari instansi yang berwenang Nomor C-20642HT.01.04.TH.2002 yang disahkan pada tanggal 23 Oktober 2002.

(62)

oleh setiap pelaku usaha penyiaran yang akan menjalankan usahanya. Untuk PT Radio Idola Nada Indah telah pula melakukan pengesahan akta pendirian atau anggaran dasar sebagai perusahaan Badan Hukum sebagaimana telah diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan khususnya UU No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dengan Nomor 02-4601.HT.01.01.th.91 pada tanggal 10 September 1991 dengan perubahan terakhir Nomor C-20642HT.01.04.TH.2002 yang disahkan pada tanggal 23 Oktober 2002.

Berdasarkan ketentuan peralihan UU No.40 Tahun 2007 Pasal 157 Ayat (3) bahwa Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya undang-undang ini wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan undang-undang ini. Sehingga sejak tahun 2008 sampai sekarang PT Radio Idola Nada Indah tidak memiliki legalitas bentuk hukum perusahaan. Maka disarankan kepada PT Radio Idola Nada Indah Untuk melakukan penyesuaian akta pendirian dan anggaran dasar serta melakukan pendaftaran sistem administrasi badan hukum melalui elektronik.

B. Legalitas Kegiatan Usaha Penyiaran

(63)

kegiatan bidang usahanya dan konsumen yang akan menerima jasa penyiaran radio yang dihasilkan oleh PT Radio Idola Nada Indah tersebut.

Legalitas kegiatan usaha penyiaran sangat penting bagi pelaku usaha, dikarenakan dengan adanya legalitas kegiatan usaha penyiaran, pelaku usaha dalam hal ini perusahaan penyiaran radio dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan benar . Dalam Pasal 10 UU No.3 Tahun 1982 menentukan bahwa Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah perusahaan mulai menjalankan usahanya.

Berdasarkan Pasal 10 UU No.3 Tahun 1982 suatu usaha dianggap mulai menjalankan kegiatan usahanya pada saat pelaku usaha telah menerima surat izin usaha. Ini berarti bahwa pelaku usaha untuk dapat menjalankan kegiatan usahanya perlu memperoleh surat izin usaha penyiaran terlebih dahulu. Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 28 /P/M.KOMINFO/09/2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran Pasal 29 Ayat (2) huruf a, bahwa sebagai dokumen dan bukti untuk pengurusan izin-izin atau rekomendasi administratif, sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah seperti Izin Mendirikan Bangunan (1M

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Yaitu persepsi konsumen mengenai sistem pemasaran yang digunakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan sebuah produk atau jasa dengan

3 Mengetikan kondisi salah pada Username dan password diisi salah kemudian klik tombol Login Username : (ask) (salah) Password : (12345) (salah) Sistem akan

Panen hasil usaha pembesaran dapat dilakukan setelah ikan bawal dipelihara 4-6 bulan, waktu tersebut ikan telah mencapai ukuran kurang lebih 500 gram/ekor,

Al-Haadi: ( ىداهلا ) Maha Pemberi Petunjuk / Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk, iaitu memberikan jalan yang benar kepada segala sesuatu agar berterusan adanya dan terjaga

Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa secara garis besar, perbedaan antara frekuensi observasi dan ekpektasi lebih berdekatan jika data ordinal yang digunakan pada

31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas lnformasi atau Fakta Materialoleh Emiten atau Perusahaan Publik, bersama ini kami sampaikan bahwa Perseroan telah

Seorang wali asuh dapat menggunakan metode authoritative parenting dalam mendidik santri, karena pola asuh tersebut sangat mengutamakan musyawarah mufakat dalam menentukan