Denny Satrya
PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Denny satria
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Denny Satrya
ABSTRAK
PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
Denny satria
Laboratorium merupakan salah satu kebutuhan civitas akademi diUniversitas,
sehingga perencanaan pembangunan Laboratorium harus cermat dan
mempertimbangkan banyak hal. Dengan adanya laoratorium terpadu yang
dicanangkan oleh pihak universitas lampung dengan kementrian kelautan pada
tahun 2010 yaitu penyediaan Laboratorium lapang terpadu dan perbaikan kualitas
pendidikan, namun sampai saat ini usaha tersebut belum seluruhnya memenuhi
harapan karena belum adanya kesesuaian antara keinginan akademika dengan
Laboratorium lapang yang diusahakan. Tujuan dari penelitian ini untuk membantu
merancang Laboratorium lapang akan tuntutannya terhadap ketersediaan dalam
suatu Laboratorium lapang yang menjadi center of excellent.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2011.
Lokasi penelitian terletak di kawasan Universitas lampung Bandar Lampung.
Penelitian ini menggunakan metode Gold yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu
Denny Satrya
Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, kawasan laboratorium lapang terpadu
berpotensi untuk dikembangkan menjadi 5 zona, yaitu Zona penerimaan, Zona
parkir, Zona pelayanan, Zona pendidikan, Zona embung, kolam dan sawah.
Lokasi Laboratorium lapang terpadu sebelah Utara berbatasan dengan Fakultas
teknik dan Selatan berdekatan dengan perumahan penduduk dengan jarak tempuh,
sebelah Timur Laboratorium berdekatan dengan Fakultas MIPA, sebelah Barat
Laboratorium berdekatan dengan jalan soekarno hatta. Dengan adanya
pembangunan Laboratorium lapang terpadu yang lokasinya di pusat Universitas
Lampung, dekat dengan pusat perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di
Lampung, diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi Laboratorium lapang
terpadu. Kelebihan lain, dapat meningkatkan pengetahuan tentang pertanian
khususnya bagi masyarakat lampung Selain itu, Laboratorium lapang terpadu
merupakan Laboratorium lapang bernuansa rekreasi yang banyak terdapat fasilitas
pendukung, seperti: taman bermain, taman olah raga, kolam pemancingan, tempat
berkebun yang tidak didapat di dalam Laboratorium lapang terpadu lain. Sehingga
Civitas maupun masyarakat yang ingin belajar di dalam Laboratorium lapang
PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
Denny satria
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian
pada
Program Studi Hortikultura Jurusan Budi Daya Pertanian
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data cuaca Bandar Lampung dan sekitarnya bulan
Januari—Desember tahun 2009. .……….……….. 36 2 Data total penduduk kelurahan Labuhan Ratu, Kedaton 2008. .……... 39 3 Data tingkat pendidikan penduduk Labuhan Ratu, Kedaton 2008. …. 39 4 Matapencarian pokok penduduk Labuhan Ratu, Kedaton 2008. ..…... 39 5 Analisis-sintesis perencanaan lansekap PPAG. ...………... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Pencapaian frontal. ... 18
2 Pencapaian ke samping. ... 18
3 Pencapaian memutar. ... 19
4 Parkir dengan sudut 90o (Perpandicular). ... 22
5 Parkir dengan sudut 45o (Angel). ... 22
6 Parkir dengan sudut 60o (Angel). ... 23
7 Parkir dengan sudut 180o (Parallel). ... 23
8 Tahapan perancangan lansekap perumahan Pujangga Alam Garden Kedaton Bandar Lampung. ... 26
9 Denah lokasi penelitian. ... 28
10 Pintu masuk perumahan Pujangga Alam Garden. ... 28
11 Vegetasi existing pada main-road perumahan. ... 28
12 Cekungan terdapat genangan air. ... ... 29
13 Kondisi awal tapak kawasan PPAG. ... 32
14 Peta administrasi kota Bandar Lampung. ... 34
15 Peta kountur kawasan PPAG. ... 35
16 Kontur terendah. ... 37
17 Aliran sungai kecil. ... 37
18 Vegetasi awal. ... 38
20 Good view pada tapak yang mengarah pesawahan di sebelah
Timur tapak. ... 40
21 Bad view pada tapak penelitian mengarah pada perumahan Penduduk. ... 41
22 Konsep zonasi kawasan PPAG. ... 46
23 Konsep sirkulasi kawasan PPAG. ... 50
24 Bentuk perkerasan. ... 58
25 Macam-macam tempat duduk. ... 59
26 Desain gazebo. ... 60
27. Lampu sorot dan lampu taman. ... 60
28. Macam-macam penerangan PPAG. ... 61
29. Desain papan nama. ... 62
30. Sistem drainase LRB. ... 63
31. Perlengkapan dalam taman. ... 64
32. Skematik pengolahan air limbah. ... 73
34. Tanaman Peneduh. ... 74
35. Tanaman hias. ... 75
36. Tanaman sayur. ... 76
37. Site plan. ... 77
38. Tropografi tapak. ... 78
39. Konsep zonasi. ... 82
40. Konsep drainase. ... 83
41. Sketsa suasana. ... 84
Judul Skripsi : PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Denny Satria
Nomor Pokok Mahasiswa : 0614012026
Program Studi : Hortikultura
Jurusan : Budidaya Pertanian
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Ir. Azlina H. Bakrie, M.S Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP 195203111981032001 NIP 196110201986031002
2. Ketua Bidang Budidaya Pertanian
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Azlina H. Bakrie, M.S.
Sekretaris : Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa , M.Si.
Penguji
bukan Pembimbing : Ir. Kushendarto, M.S.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 1987021001
Judul Skripsi : Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Pelengkap pada pertumbuhan dan produksi cabai TM 999
Nama Mahasiswa : Poniran
Nomor Pokok Mahasiswa : 0614012050
Program Studi : Hortikultura
Jurusan : Budidaya Pertanian
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Ir. Kus Hendarto, M.S. Ir.Azlina H. Bakrie, M.S.
NIP 19570325 198403 1 001 NIP 19520311 198103 2 001
2. Ketua Bidang Budidaya Pertanian
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Kus Hendarto, M.S.
Sekretaris : Ir.Azlina H. Bakrie, M.S.
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir.Yohanes Cahya Ginting, M.P.
2. Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung madu, pada tanggal 29 september 1987, sebagai
anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Suhardjito dan Ibu Sri
Astuti. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD N 1 Gunung
Madu, Kecamatan Terusan Nunyai, Lampung tengah pada tahun 1994. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SLTP Satya Dharma
Sudjana Gunung Madu, Kecamatan Terusan Nunyai, Lampung tengah pada tahun
2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah
Atas di SMK 2 Mei Bandara Lampung. Pada tahun yang sama, penulis diterima
di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB. Pada tahun 2010,
penulis melaksanakan Praktik Umum di Kelompok Tani Giri Mekar Kecamatan
SANWACANA
Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai syarat mencapai gelar sarjana. Dengan selesainya skripsi ini, penulis
ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Azlina H. Bakrie, M.S. selaku Dosen Pembimbing Utama atas semua
saran, ide, nasehat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian hingga
penulisan skripsi ini;
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa,M. Si. selaku Pembimbing Kedua
atas semua bantuan, saran, motivasi, dan bimbingan yang diberikan selama
penelitian hingga penulisan skripsi ini;
3. Bapak Ir. Kushendarto, M.S. selaku Penguji atas saran, bimbingan, dan
pengarahan yang diberikan kepada penulis;
4. Ibu Ir. Rugayah, M.P. selaku ketua Program Studi Hortikultura;
5. Ibu Ir. Herawati Hamim , M.S. selaku Pembimbing Akademik atas saran dan
pengarahan yang diberikan;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas
8. Ibu Sri Astuti tercinta yang selalu dan tak pernah putus menyayangi Penulis
dengan belaian kasih lembutnya dan do’a yang selalu dipanjatkan, bapak Suhardjito yang penulis banggakan atas bimbingan, nasehat, dan petuahmu
yang selalu membuat penulis bersemangat untuk melakukan semua hal baik
dalam hidup;
9. Kakakku Hj. Evi Mei Astuti, Dwi Astanto, S.P., H. Suryanto, S.Si., Adikku
Nurhayati tersayang atas kebersamaan, persaudaraan kita dan dukungan serta
semangat sehingga menjadi spirit bagi penulis untuk bangkit
mempersembahkan yang terbaik;
10. Mery Aryanti yang senantiasa memberi dukungan semangat dan kebaikannya
kepada penulis;
11. Saudaraku; Robi Ahmad Hidayat, S.P., Prapto Eko Sukoco, S.P., Bagus
Prassetyo, S.P., Poniran, S.P., Bambang Wijanarko, Yoga Utama, S.P.,
Aridho Imandha S.P., Fabyan Tusya Ariel, S.P., Rinto, S.E., Ridho Hardiyan,
S.P. dan Pitri Yanto atas bantuan serta saran yang diberikan keada penulis
selama penulisan skripsi;
12. Saudariku; Mutia Intan Savitri H, S.P., Risca Yolanda, S.P., Dina Novaliana,
S.P., Reni Eka Aprilia, S.P., Destaria Elina Malik, S.P., Nurul Fadila, S.P.,
Erni Budi Wahyuning Tyas, S.P., Septa Dwi Wulandari, S.P., Gunes Nurani,
Feria Wirana Motiq, S.P., Janne Alicia, S.P., dan Rian Atmaningrum, S.P.;
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis
berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis
1
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Fakultas Pertanian merupakan salah satu fakultas terbaik yang ada di Universitas
Lampung. Fakultas Pertanian Unila telah menetapkan Visi 2025 yaitu: “Fakultas
Pertanian Lima Terbaik Di Indonesia”. Visi 2025 FP Unila in line dengan visi
Unila yaitu “Pada tahun 2025, Universitas Lampung Menjadi Perguruan Tinggi
10 Terbaik di Indonesia”.
Misi FP Unila adalah (1) Mengembangkan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi yang bermutu dan inovatif dengan dukungan sarana-prasarana memadai
serta sistem penjaminan mutu; (2) Mengembangkan Fakultas Pertanian Unila
menjadi organisasi yang sehat dengan sistem tata kelola yang baik; (3)
Meningkatkan kapasitas, integritas, dan kinerja sumberdaya manusia menuju
peningkatan kesejahteraan dan partisipasi; (4) Mengembangkan kerjasama yang
sinergis dengan lembaga pemerintah, industri, dan perguruan tinggi lain di tingkat
nasional dan internasional serta pencitraan FP Unila ( Rencana strategis Fakultas
Pertanian Unila).
Untuk melaksanakan misi di atas, salah satu fasilitas yang di perlukan adalah
laboratorium lapang terpadu, guna mengakomodir kegiatan mahasiswa maupun,
dosen di Fakultas Pertanian. Laboratorium merupakan sarana penunjang bagi
2
mempertahankan identitas universitasnya. Apalagi dalam era modernisasi seperti
sekarang ini.
Tahap awal yang diperlukan dalam pengembangan laboratorium lapang terpadu
tersebut adalah penyiapan data base yang meliputi pengukuran lokasi dan fasilitas
bangunan yang ada, penilaian kondisi eksisiting lahan, pembuatan peta kontur,
site plan, penentuan kebutuhan masing-masing jurusan/program studi terhadap
lahan, dan perencanaan pengembangan laboratorium lapang terpadu.
Tahap penataan manajemen dalam hal personil pengelola akan dilakukan oleh
Fakultas Pertanian Unila melalui pemilihan secara demokratis terhadap para dosen
yang memiliki komitmen dan etos kerja yang tinggi.
Tahap akhir adalah pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah disusun baik dari
aspek pendidikan dan pengajaran, khususnya praktikum lapang dalam mendukung
proses belajar mengajar, penelitian dosen dan mahasiswa, serta pengabdian
kepada masyarakat baik dengan cara mengundang kelompok-kelompok
masyarakat, maupun dengan cara mendatangi secara periodik dengan
menggunakan mobil klinik pertanian yang dimilki.
Terkait dengan peran strategis tersebut, diharapkan minat, pertisipasi dan
dukungan stakeholders yang terkait termasuk pihak pemerintah dan
industri/swasta untuk membangun dan mengembangkan pendidikan pertanian
dalam rangka membangun kemandirian bangsa dapat terwujud.
Sektor pertanian selama ini dikesankan sebagai sesuatu yang erat dengan
3
demikian menjadi salah satu faktor signifikan yang menyebabkan penurunan
minat lulusan SMU masuk perguruan tinggi pertanian. Keberadaan laboratorium
lapang terpadu diharapkan dapat membangun image baru pada bidang pertanian,
khususnya bagi generasi muda, bahwa bidang pertanian tidak kalah dengan bidang
yang lain, dapat menjadi profesi yang menarik, prospektif dan terhormat (Banuwa,
dkk. , 2011).
Pencitraan positif dunia pertanian diyakini akan efektif meningkatkan kinerja
pembangunan pertanian di masa mendatang apabila dimulai dari usia anak-anak
(usia dini) generasi muda diperkenalkan kepada dunia pertanian yang modern.
laboratorium lapang terpadu dapat difungsikan sebagai sarana pendidikan dan
pengenalan dunia pertanian kepada anak-anak mulai dari usia dini bagi
murid-murid TK, SD, SMP, hingga usia remaja seperti murid-murid SMU atau sederajat (Early
Agro Education). Melalui program-program kunjungan yang didampingi tenaga
pemandu, para murid akan mendapatkan informasi dan melihat dunia pertanian
dan Fakultas Pertanian, serta berbagai aktivitas di laboratorium lapang. Bagi
sekolah-sekolah melalui kerjasama dengan Fakultas pertanian Unila, dapat
memanfaatkan laboratorium lapang terpadu (laboratorium Sharing) dalam
meningkatkan proses pembelajaran di sekolah.
Laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila akan menjadi Show
Window maupun Show Room Fakultas Pertanian Unila bahkan bagi Unila. Selain
itu, laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila dapat difungsikan
sebagai klinik pertanian, baik di dalam lokasi maupun ke luar lokasi laboratorium.
4
atau kelompok masyarakat/petani atau ke perusahaan agribisnis lainnya.
Pelayanan klinik ke luar didukung dengan ketersediaan mobil klinik pertanian
lengkap dengan peralatan pendukungnya (Mobile Agriculture Clinic)
Outcome lainnya adalah laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila
dapat difungsikan sebagai wisata agroekologi (Agro Eco Tourism) yang memberi
gambaran dunia pertanian secara utuh mulai sektor hulu sampai hilir dengan
panorama asri yang mendukung program green campus Unila.
Dikaitkan dengan proses pembelajaran, eksistensi laboratorium lapang terpadu
merupakan sarana praktikum bagi mahasiswa yang layak sehingga dapat
membentuk kompetensi lulusan Fakultas Pertanian Unila. Selain itu, dalam
rangka membangun soft skill mahasiswa, kegiatan learning together dapat
dikembangkan dalam laboratorium ini. Laboratorium lapangan terpadu di
kembangkan sebagai model dari kenyataan dilapangan dari seluruh aktivitas
pembangunan pertanian dalam skala mini, sehingga mahasiswa dapat belajar dan
menyelesaikan masalah (problem solving) yang muncul sebagai bagian proses
belajar mengatasi masalah yang terjadi dilapangan (dunia kerja) kelak.
Jadi dengan berbagai aktivitas yang telah diprogramkan pada laboratorium lapang
terpadu di atas, maka dapat diyakini bahwa keberlanjutan dan eksistensi
laboratorium lapang terpadu Fakultas pertanian Unila sebagai center of excellent
pertanian khususnya bagi masyarakat di Provinsi Lampung dapat terjaga bahkan
5
Untuk itu perlu perencanaan yang komprehensif berdasarkan lansekap yang ada.
Oleh karena itu penelitian tentang perancangan lansekap di laboratorium lapang
terpadu sangat penting dilakukan.
1.2Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merencanakan perancangan lansekap area sekitar
(out door) maupun (in door) kawasan laboratorium lapang terpadu Fakultas
Pertanian Unila, yang ditekankan pada penataan vegetasi (sofscape), serta
penataan fasilitas pendukung (hardscape) dengan hasil akhir berupa gambar
disain sehingga tercipta kawasan yang sesuai dengan peruntukan laboratorium
lapang terpadu. Manfaat penelitian ini adalah memberi masukan pada
pihak-pihak terkait sebagai pedoman dan arah dalam mengembangkan lansekap
laboratorium lapang terpadu.
1.3Landasan teori
Merancang bukanlah pekerjaan sederhana dan mudah, tetapi memerlukan
pemikiran dan perasaan yang tepat. Didalamnya tidak hanya perlu teori teknis
matematis saja, tetapi juga seni atau estetika. Seni suatu perancangan terletak
dalam perpaduan antara elemen disain dengan prinsip desain.
Arsitektur lansekap merupakan suatu ilmu dan seni yang digunakan untuk
merencanakan (planning), mengatur (design), serta mengatur lahan, penyusunan
elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya,
6
sumber daya hingga pada akhirnya dapat tersaji suatu lingkungan yang fungsional
dan estetis (Hakim dan Utomo, 2008).
Arsitektur lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan
dengan disain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya.
Arsitektur lansekap disebut sebagai seni karena berdasarkan pada penerapan
prinsip-prinsip desain untuk menciptakan suatu lingkungan yang indah atau
memiliki nilai estetika yang tinggi (Lakitan, 1995).
Menurut Hakim (1987), Perancangan lansekap menurut pemikiran kombinasi
elemen soft material dan elemen hard material, serta menghasilkan produk teknis
seni, tetapi penyajian harus selalu teknis dan semua yang digambarkan harus jelas
dan bisa dilaksanakan.
Laurie (1975, dalam Hakim dan Utomo, 2008), menyatakan bahwa perencanaan
lansekap, memiliki ilmu dasar dan ekologi yang kuat dan berkaitan dengan
evaluasi sistematik terhadap area yang luas pada lahan yang cocok untuk setiap
kemungkinan penggunaan dimasa yang akan datang. Proses ini seringkali
melibatkan tim khusus, dalam rencana penggunaan lahan atau penentuan
kebijakan.
Untuk memperdalam kajian arsitek lansekap dibutuhkan pemahaman tentang
pengaturan ruang dan masa di alam terbuka, juga memerlukan “ilham” sebagai
wujud dari seni, sehingga dapat menggabungkan elemen-elemen lansekap alami
dan buatan manusia. Tidak hanya itu, juga dengan segenap kegiatan makhluk
7
ekosistem yang lebih berguna atau fungsional, lebih indah, efisien dan efektif,
teratur, tertib, dan serasi yang dapat memberikan kepuasan jasmani dan rohani
bagi yang melihat maupun menikmatinya (Irwan, 2005).
Simond (1983), mengemukakan bahwa perancangan lansekap merupakan suatu
proses sintesis kreatif, kontinyu, tanpa akhir dan dapat bertambah. Di dalam
perencanaan lansekap terdapat urutan kerja yang panjang yang terdiri dari
bagian-bagian pekerjaan yang berhubungan, sehingga bila terjadi perubahan dari suatu
bagian akan mempengaruhi bagian lain. Lebih lanjut ditambahkan bahwa
perencanaan tersebut juga menyelesaikan suatu kendala sebagai bagian dari
permasalahan yang makro.
Arsitektur pertanaman adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan ruang dan
masa guna didapatkan suatu lingkungan hidup yang harmonis, yang secara
fungsional berguna dan secara estetis indah, sehingga terpenuhi kebutuhan
jasmani dan rohani mahkluk didalamnya (Suharto, 1994)
Menurut Arifin dan Arifin (2000) secara sistem, ruang terbuka hijau kota pada
dasarnya adalah bagian dari suatu lahan yang tidak terbangun, yang berfungsi
menunjang kenyamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan dan
pelestarian alam. Dan umumnya terdiri dari ruang pergerakan linier atau koridor
dan ruang pulau atau oasis (Spreigen, 1956). Pendapat tersebut juga ditunjang
oleh Krier (1975) yang menyatakan bahwa ruang terbuka terdiri dari path and
room, sebagai jalur pergerakan dan yang lainnya seperti tempat istirahat, kegiatan,
8
Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan unsur hara, air, udara, dan cahaya.
Di samping itu tanaman memerlukan tunjangan mekanik sebagai tempat bertumpu
untuk tegak tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman
tersebut, tanah berfungsi sebagai:
1. Sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan
2. Sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar, air tanah tersimpan dan
tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan (Arsyad, 2010).
Menurut Murhananto dan Sintia (2004) Kehadiran sebuah taman yang indah
dapat memberikan nilai tambah bagi suatu areal. Kehadiran aneka tanaman dalam
suatu taman dapat menyegarkan suasana dan menambah jumlah oksigen yang
dihasilkan tanaman dari hasil fotosintesis. Keberadaan akar tanaman di dalam
tanah juga berguna karena dapat menjadikan tanah sebagai tempat menyimpan air
yang baik, serasah dari daun-daun yang gugur dapat dijadikan pupuk penyubur
tanah, selain itu tanaman juga dapat dijadikan pagar penahan angin dan debu.
1.4Kerangka Pemikiran
Laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila sebagai konsentrasi lahan
praktikum juga sebagai tempat kegiatan penelitian, Show Window, Early Agro
education dan Agro Eco Tourism menuntut adanya kondisi fisik dan lingkungan
yang sesuai bagi mahasiswa pertanian khususnya yaitu : lahan terbuka hijau,
rumah kaca, fasilitas laboratorium, kandang untuk ternak serta kolam ikan dan
9
Perancangan lansekap laboratorium lapang terpadu juga diharapkan akan menjadi
center of excellent bagi potensi pertanian daerah yang ada di Propinsi Lampung.
Kondisi dengan kriteria itu dapat dibentuk dengan perancangan lansekap yang
menggabungkan unsur elemen lunak (soft material) dan elemen keras (hard
material) dengan pertimbangan beberapa faktor seperti: fungsi, peletakan,
karakteristik, dan konsep disain serta pemenuhan fasilitas dan utilitas pendukung
yang sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektural.
Perencanaan laboratorim lapang terpadu perlu dilakukan dengan baik, sehingga
tercipta keharmonisan dari elemen-elemen tersebut. Hal tersebut juga dapat
bertujuan untuk mengembangkan konsep konservasi alam yang menyangkut
kelestarian tanah, air, dan tanaman. Penataan vegetasi yang terdiri dari carpeting,
ground cover, shrub, perdu, hingga pohon yang dipadukan dengan penataan
elemen keras seperti sirkulasi jalan bagi pejalan kaki maupun kendaraan roda dua
dan roda empat agar terlihat akses keluar dan masuk laboratorium lapang terpadu,
dan akses untuk menghubungkan satu tempat dengan tempat lain. Sebagai suatu
elemen yang penting dalam lansekap diharapkan dapat menciptakan suatu
komposisi disain yang sempurna sesuai dengan unsur-unsur pembentuk suatu
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning)
Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan secara bertahap, sistematis, dan
terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape planning)
adalah studi pengkajian untuk bisa mengevaluasi secara sistematis area lahan yang
luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan dimasa mendatang.
Pada perencanaan lansekap ada tiga faktor penting yang dianalisis, yaitu ekologi
lansekap, manusia dengan sosial ekonomi dan budayanya, dan estetika (Hakim
dan Utomo, 2008).
Tahapan perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan : inventarisasi, analisis, sintesis,
konsep, dan disain. Inventarisasi adalah tahapan awal yang dilakukan dalam
proses perencanaan berupa pengumpulan data yang dibutuhkan meliputi aspek
fisik, berupa letak dan luas, batas, topografi tapak, tanah, air, vegetasi, hidrologi,
iklim, titik pandang, aspek sosial, ekonomi, dan teknik. Kemudian analisis dan
sintesis berkaitan dengan masalah dan potensi yang didapat dari informasi hasil
inventarisasi. Tahapan analisis dan sintesis dilakukan dengan menggabungkan
data hasil inventarisasi untuk mendapatkan berbagai kemungkinan-kemungkinan
pengembangan pada tapak serta berbagai kendala. Konsep dan disain merupakan
tahap pemecahan fisik secara arsitektural sesuai dengan fungsi dan kegunaannya,
11
merupakan tahap final dari pemecahan masalah disain yang nantinya menjadi
dasar bagi rancangan detail (Gold, 1988).
Hakim dan Utomo (2008) menyatakan bahwa elemen lansekap pada dasarnya
dapat dibagi menjadi dua yaitu: elemen keras perkerasan dan bahan statis, dan
elemen lembut tanaman dan air. Elemen lembut tidak mempunyai bentuk yang
tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan
bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk,
tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini disebabkan oleh tanaman
merupakan mahluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi oleh faktor alam dan
tempat tumbuhnya. Berdasarkan masa daunnya tanaman tropis di bagi menjadi
dua macam, yakni: (1) tanaman yang menggugurkan daun (decideous plants) dan
(2) tanaman yang hijau sepanjang tahun (evergreen).
2.2 Tahapan Perancangan
Dalam kaitannya dengan perencanaan lansekap, tata hijau (planting design)
merupakan suatu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar.
Penataan dan perancangan tanaman mencangkup: habitat tanaman, karakteristik
tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.
Vegetasi merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang.
Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk
tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Pemilihan jenis
tanaman maupun cara pengaturan penanamannya harus mengikuti rencana
12
Hakim ( 2000) menyatakan bahwa nilai esetika dari tanaman diperoleh dari
perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang,
percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman.
Nilai estetika tanaman dapat pula diperoleh dari satu tanaman atau sekelompok
tanaman yang sejenis. Kombinasi berbagai jenis tanaman atau kombinasi antara
tanaman dengan elemen lansekap lainnya.
Faktor lingkungan merupakan salah satu hal penting dalam melakukan pemilihan
jenis tanaman, antara lain tanah dan faktor iklim. Tanah berfungsi sebagai tempat
menyediakan unsur hara bagi tanaman, daerah serapan air, dan tempat tumbuh
tanaman. Sedangkan faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah suhu, intensitas
cahaya, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin. Faktor-faktor iklim
tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman (Ashari, 1995).
Menurut Hakim dan Utomo (2008), berbagai fungsi tanaman dapat dikatagorikan
sebagai: (1) kontrol pandangan (visual control), (2) pembatas fisik (physical
barriers), (3) pengendali iklim (climate control), (4) pencegah erosi (erosion
13
2.2.1 Tahap Pengumpulan Data Lapangan
1) Kondisi Fisik Area yang Direncanakan
Sebelum merencanakan perancangan lansekap jalan di suatu area, perlu
diadakan survei lapangan untuk mengumpulkan data-data fisik area tersebut,
antara lain situasi lapangan dan kondisi fisik yang ada saat itu, seperti :
(1) Pengukuran topografi terbatas yang mencakup data ketinggian, lereng dan
luas area yang akan dihijaukan.
(2) Pengamatan terhadap :
a). Keadaan Tanah, mencakup tekstur, struktur, kesuburan, pH dan jenis tanah.
b). Kesesuaian vegetasi, berdasarkan bentuk, fungsi dan habitat.
Data lapangan ini sangat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk membuat
perencanaan lansekap terutama dalam menentukan elemen-elemen lansekap
yang akan digunakan dan cara pemeliharaan yang akan diterapkan.
2). Kondisi Lingkungan di Sekitar Area
Kondisi lingkungan di sekitar area penting untuk diamati agar dapat
direncanakan suatu lansekap yang serasi, indah dan sesuai dengan lingkungan
disekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar suasana yang ditimbulkan setelah
direncanakan dan dibangunnya lansekap di area tersebut menjadi segar, sejuk
dan dapat memenuhi fungsi estetika, keamanan dan kenyamanan.
Data Instansi, mencakup :
(1) Peta penggunaan lahan di wilayah studi yang akan direncanakan.
(2) Peta/data sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi).
14
2.2.2. Tahap Analisis
Pekerjaan analisis lapangan mencakup pekerjaan di studio (gambar) dan atau di
laboratorium bila diperlukan, yang terdiri atas :
1) Analisis keadaan fisik "site", permasalahan yang ada dan cara penyelesaian
dengan konsep disain lansekap.
2) Analisis keadaan tanah, terdiri dari :
a. Penelitian sifat kimia tanah untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah
dan pH tanah yang merupakan unsur penting untuk pertumbuhan tanaman.
b. Penelitian sifat fisik tanah untuk mengetahui struktur, tekstur, konsistensi,
porositas, dan bobot isi tanah. Penelitian ini sangat penting untuk
mengetahui jenis tanaman yang cocok dengan habitat dan jenis tanahnya,
cara perlakuan terhadap kondisi tanah dan cara pemupukan bagi tanaman
yang akan ditanam.
3) Analisis Tanaman
Penelitian tanaman ini dimaksudkan untuk mendapatkan data/informasi tentang
habitat tanaman dan perlakuan terhadap tanaman, serta mencari jenis tanaman
yang cocok dengan daerah yang diteliti.
Pemilihan jenis tanaman bergantung pada :
- Fungsi tanaman, disesuaikan dengan tujuan perancangan.
- Peletakan tanaman, disesuaikan dengan tujuan dan fungsi tanaman.
4) Pembuatan "denah" disain, yang menggambarkan spot-spot potensi dan daerah
15
2.3 Pertimbangan Rancangan
Dalam perencanaan lansekap yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, maka
profesi arsitektur lansekap bertindak sebagai koordinator dan bertanggung jawab
atas disain yang dihasilkan. Karena itu diperlukan analisis dan pemahaman
tentang kondisi yang ada untuk menetapkan keunggulan serta keterbatasan tapak,
baik dalam pemanfaatan potensi maupun pengelolaan kendala dan hal-hal lain
seperti pertimbangan vegetasi, sirkulasi, tata hijau, fasilitas dan utilitas. Semua
ini ditujukan untuk menghindari kesalahan dan munculnya permasalahan baru
pada saat pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan.
2.3.1 Pertimbangan Ruang
Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dimanapun berada.
Manusia selalu berada dalam ruang, bergerak serta menghayati, berfikir juga
menciptakan ruang untuk menyatakan dunianya. Ciptaan yang artistik, yang
menyangkut interaksi antar-ruang dalam dan ruang luar saling mendukung dan
memerlukan penataan lebih lanjut. Semua kehidupan dan kegiatan manusia
sangat berkaitan dengan aspek ruang. Adanya hubungan antara manusia dengan
suatu objek, baik secara visual, maupun secara indera pendengar, indera perasa,
indra penciuman akan selalu menimbulkan kesan ruang.
Ruang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan
manusia selalu bergerak dan berada di dalamnya. Ruang tidak akan ada artinya
jika tidak ada manusia. Hubungan manusia dengan ruang secara lingkungan dapat
dibagi 2 (dua), yaitu hubungan dimensional (Antromethcs) serta hubungan
16
1. Hubungan dimensional menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan
dengan tubuh dan pergerakan manusia.
2. Hubungan psikologis dan emosional, hubungan ini menentukan
ukuran-ukuran kebutuhan ruang untuk kegiatan manusia
(Hakim dan Utomo, 2003).
Ruang terbuka dapat dibedakan berdasarkan sifat dan kegiatannya:
1. Ruang terbuka umum dan khusus
a. Ruang terbuka umum
Merupakan ruang yang terdapat di luar bangunan, dapat dimanfaatkan dan
digunakan setiap orang, dan memberikan kesempatan untuk melakukan
bermacam-macam kegiatan, contoh: jalan, jogging track, taman, plaza,
taman rekreasi, dan lapangan olahraga.
b. Ruang terbuka khusus
Bentuk dasar ruang terbuka selalu berada di luar masa bangunan dan
digunakan untuk kegiatan terbatas dan digunakan untuk keperluan
khusus/spesifik. Contoh: taman rumah tinggal, taman lapangan upacara,
daerah lapangan terbang, daerah untuk latihan militer.
2. Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya
a. Ruang terbuka aktif: Ruang terbuka yang dibangun dan dikembangkan
dengan kegiatan manusia, sehingga menjadi berdayaguna, misalnya
taman-taman kota, camping ground, taman jalur jalan, lapangan olahraga,
17
b. Ruang terbuka pasif: ruang terbuka yang dibangun untuk
meningkatkan/menunjang ekosistem setempat, sedangkan jumlah manusia
sedikit, contohnya: waduk, pemakaman, hutan buatan, penghijauan tepi
sungai, jalan hijau, lapangan terbang (Suharto,1994).
2.3.2 Pertimbangan Sirkulasi
Hakim (1987) menyatakan bahwa sistem sirkulasi sangat erat hubungannya
dengan pola penempatan aktivitas dan pola penggunaan lahan sehingga sirkulasi
merupakan penggerak dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Untuk itu
hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dan kendaraan agar tidak
menghambat pergerakan akibat dari sirkulasi yang kurang baik. Hubungan jalur
sirkulasi dengan ruang dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain:
1. Sirkulasi kendaraan
Secara hierarki sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi dua jalur, yaitu:
a. Jalur distribusi, yaitu jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat).
b. Jalur akses, yaitu jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk
bangunan.
2. Sirkulasi manusia
Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau mall yang membentuk
hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, dan lampu
jalan.
Menurut Hakim dan Utomo (2008), hubungan jalur sirkulasi dengan ruang erat
18
menjadi tiga macam, yaitu:
a. Jalur sirkulasi melalui ruang, yang memiliki karakteristik antara lain: (1)
integritas masing-masing kuat, (2) bentuk alur cukup fleksibel.
Gambar 1. Jalur sirkulasi melalui antar ruang
b. Jalur memotong ruang, dengan karakteristik yaitu mengakibatkan terjadinya
ruang gerak dan ruang diam.
Gambar 2. Jalur sirkulasi memotong ruang
c. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang, memiliki karakteristik antara lain:
(1) lokasi ruang menentukan arah, (2) sering digunakan pada ruang bernilai
19
Gambar 3. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang
Dalam hal sistem sirkulasi menurut Hakim dan Utomo (2008), terdapat beberapa
sistem pencapaian terhadap ruang, pada dasarnya sangat erat hubungannya dengan
sistem sirkulasi, antara lain:
a. Pencapaian frontal
Sistem yang mengarah dan lurus ke objek ruang yang dituju. Sistem
pencapaian ini memiliki kelebihan berupa pandangan visual objek yang dituju
jelas terlihat dari jauh. Namun memiliki kekurangan yaitu pengguna tidak
bisa mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama
(Gambar 4).
20
b. Pencapaian ke samping
Pencapaian ke samping dapat memperkuat efek perspektif pada objek yang
dituju. Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak
urutan ruang sebelum mencapai objek sehingga pengguna dapat mengetahui
hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 5).
Gambar 5. Pencapaian ke samping
c. Pencapaian memutar
Pencapaian memutar dapat memperlambat dan memperbanyak urutan ruang
dan memperlihatkan tiga dimensi dari objek dengan mengelilinginya sehingga
pengguna dapat mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama
21
Gambar 6. Pencapaian memutar
2.3.3 Pertimbangan Tata Hijau
Hakim (2000) menyatakan bahwa peletakan tanaman harus disesuaikan dengan
tujuan dari perancanganya tanpa melupakan fungsi dari pada tanaman yang
dipilih. Tanaman tidak hanya memiliki nilai estetis saja, tapi juga berfungsi
untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Fungsi tanaman dapat dilihat dari sudut
pandang fungsi lingkungan dan fungsi estetika, yaitu:
1. Fungsi lingkungan, tanaman mampu:
a. Menyerap CO2 dan menghasilkan O2 bagi makhluk hidup di siang hari.
b. Memperbaiki iklim mikro.
c. Mencegah terjadi erosi atau pengikisan permukaan tanah (run off).
d. Menyerap air hujan.
e. Pelestarian plasma nutfah.
f. Habitat satwa.
2. Fungsi estetika, tanaman berfungsi sebagai:
a. Komponen pembentuk ruang.
b. Pembatas pandangan.
c. Pengontrol angin, suara, dan sinar matahari.
d. Penghasil bayang-bayang keteduhan.
22
Berdasarkan penilaian dari sudut pandang tersebut, maka pemilihan jenis dan
fungsi tanaman harus diperhatikan dengan baik. Hal ini karena tanaman sebagai
soft material mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh
faktor alam dan tempat tumbuhnya seperti kesesuaiannya dengan suhu
lingkungan, jenis tanah, curah hujan, kelembaban, ketinggian tanah di atas
permukaan laut, dan pH tanah pada tapak yang menyebabkan perubahan bentuk,
tekstur, warna, dan ukuran sehingga penggunaan tanaman menjadi lebih
bervariasi.
2.3.4 Pertimbangan dan Sistem Utilitas dalam Lanskap
Hakim dan Utomo (2008), menyatakan bahwa penerapan rekayasa lansekap
dalam sistem utilitas lansekap atau sasaran penunjang antara lain sebagai berikut:
1. Sistem irigasi penyiraman
Mengingat kebutuhan air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup tanaman
dan sangat membantu dalam pemeliharaan tanaman. Penyiraman dapat
dilakukan secara manual, dan mekanik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengadaan sistem penyiraman, yaitu tersedianya sumber air, kekuatan
daya dorong air, sistem perpipaan, peletakkan titik kran air (outlet), dan sistem
kran air.
2. Sistem penerangan luar (outdoor lighting system)
Perancangan lansekap harus disertai dengan pemikiran tentang penerangan
luar karena ruang luar yang dirancang tidak hanya dapat dimanfaatkan pada
siang hari namun perlu dipikirkan pemanfaatannya pada malam hari. Hal-hal
23
yaitu standar tinggi lampu penerangan pada jalur sirkulasi adalah 6-15 m
dengan jarak antar lampu 10-15 m (Harris dan Dines,1988), sedangkan pada
tapak tinggi lampu penerang 8 m dengan jarak 12 m.
3. Tempat parkir
Hampir semua aktivitas kegiatan di ruang terbuka memerlukan sarana tempat
parkir. Kebutuhan akan tempat parkir dalam suatu perancangan tapak
lansekap merupakan bagian dari prasarana lingkungan.
Dalam penentuan tata letak parkir memiliki beberapa kriteria, antara lain:
1. Parkir terletak pada permukaan tapak yang datar, apabila permukaan tanah
awalnya mempunyai kemiringan, maka perlu dipikirkan penggunaan grading
dengan sistem cut and fill. Lokasi permukaan yang datar pada area parkir
dimaksudkan untuk menjaga keamanan kendaraan saat parkir agar kendaraan
tidak menggelinding.
2. Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan. Bila jarak antara
tempat parkir dengan pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi
yang jelas dan terarah menuju ataupun dari area parkir, atau perlu adanya
penerangan yang baik pada malam hari dan kendaraan khusus yang akan
menghantarkan ke pusat kegiatan.
Sistem yang digunakan pada tempat parkir biasanya menggunakan sistem sudut
terhadap sisi jalan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Parkiran dengan sudut 900 atau tegak lurus (Perpandicular)
24
kendaraan, namun sistem parkiran ini mengganggu sirkulasi bagi kendaraan
lain.
Gambar 7. Parkiran dengan sudut 900 (Perpandicular)
a. Parkiran dengan sudut 450 atau 600 (Angle)
Parkiran ini memiliki kelebihan karena memudahkan dalam pemarkiran
kendaraan, serta efisiensi ditinjau dari pemakaian lahan yang kurang luas
dengan kapasitas kendaraan yang ada.
25
Gambar 9. Parkiran dengan sudut 600
b. Parkiran dengan sudut 1800 (Parallel)
Parkiran ini tidak efisien ditinjau dari luas atau kapasitas kendaraan dan sistem
parkiran ini menyulitkan pemiliki kendaraan dalam pemarkiran
kendaraannnya.
Gambar 10. Parkiran dengan sudut 1800 (Parallel)
4. Saluran pembuangan (Drainase system)
Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu faktor yang sangat
26
dirancang dengan baik agar terhindar dari genangan air yang akan
menyebabkan rancangan menjadi tidak sempurna. Saluran pembuangan
secara umum dibagi ke dalam dua sistem, yaitu saluran pembuangan air di
atas tanah (open channels), dan saluran pembuangan air di dalam tanah
(subsurface).
5. Rekayasa lansekap (stromdrains).
Rekayasa lansekap dapat menjembatani pemikiran-pemikiran Natural
Sceintist dan Land Developer Economist yang mampu berlaku dan bertindak
mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi dan kemampuan lingkungan
alam secara bijaksana untuk berbagai kebutuhan lingkungan manusia. Selain
itu rekayasa lansekap merupakan salah satu teknik pengolahan kondisi tapak
yang ada agar dihasilkan suatu rancangan tapak yang sesuai dengan
27
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2011.
Lokasi penelitian terletak di laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tapak dengan luas lebih kurang 7 ha, site existing
(peta kontur dan vegetasi existing), kertas kalkir. Adapun alat yang digunakan
adalah perlengkapan gambar, meja gambar, meteran, spidol, dan kamera.
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Perancangan lansekap laboraturium lapang terpadu di Fakultas Pertanian
Universitas Lampung meliputi penggabungan elemen lunak (soft material) dan
elemen keras (hard material) dengan tahapan inventarisasi tapak, analisis dan
sintesis, konsep, pradisain, dan disain rancangan.
3.4 Metode Penelitian
Perancangan lansekap laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Universitas
28
yang harus dicapai untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu, diataranya yaitu
inventarisasi, analisis, konsep, pradesain, dan desain rancangan dengan hasil akhir
berupa rancangan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
Gambar 11. Tahapan perancangan Laboraturium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAMMING SKEMATIK SKEMATIK
29
3.4.1 Inventarisasi dan Survey
Tahapan awal dalam proses perencanaan lansekap adalah inventarisasi.
Mengidentifikasi proyek dengan melengkapi data fisik bangunan yang bertolak
dari master plan, misalnya denah, tapak, sifat tanah, iklim, curah hujan dan
topografi. Tahap awal ini meliputi kegiatan pengumpulan data atau informasi
terkait yang dilakukan dengan dua cara, yaitu 1) wawancara, pengukuran, dan
pengamatan langsung dilapangan. 2) pengambilan data dan informasi dari
pembantu dekan dua fakultas pertanian. Survey dilakukan untuk memperoleh data
dari instansi terkait guna mendukung proses perencanaan serta melakukan studi
literatur dari berbagai pustaka.
3.4.2 Analisis-Sintesis
Dalam tahap ini, data hasil inventarisasi dianalisis sehingga dapat ditentukan
potensi dan kendala yang merupakan karakter tapak. Dengan mempertimbangkan
kondisi dan karakter tapak tadi, maka masukan program aktivitas yang
direncanakan dapat disusun secara logis dan objektif serta sesuai dengan
kebutuhan.Tahap sintesis adalah menyelesaikan masalah, mengembangkan
potensi yang ada serta mengendalikan kendala-kendala, faktor-faktor penentu
bentuk dan kemungkinan-kemungkinan untuk pengaturan letak bangunan dan
perlindungan fasilitas-fasilitas. Selain masalah yang ada, pasti terdapat beberapa
potensi yang dapat dikembangkan menjadi focal point pada perancangan lansekap
laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian Unila yang dapat menambah nilai
30
3.4.3 Konsep
Konsep perancangan adalah gagasan abstrak atau rancangan awal yang
dikembangkan dari inventarisasi data lapangan dan analisis yang telah dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini antara lain zonasi atau penataan
ruang, bentuk, sirkulasi, tata hijau, dan lain sebagainnya.
3.4.4 Disain
Tahap ini merupakan tahap keputusan atau tahap final dari pemecahan masalah
desain yang nantinya menjadi dasar untuk perancangan laboratorium lapang
terpadu. Hasil akhir dari tahap ini berupa gambar yang memberikan visualisasi
rancangan secara jelas, teratur, sistematis dan professional. Pemilihan elemen
tanaman (soft materal) dan material keras (hard material) diletakkan dengan tepat
agar tercipta disain yang indah dan menarik.
Dalam gambar disain, setiap objek sebaiknya diberi simbol-simbol gambar dan
penggunaan tanda warna agar gambar elemen satu dengan yang lainnya lebih
mudah dimengerti dan dibedakan. Pada tahapan desain akan terlihat jelas jenis
63
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perancangan kawasan laboratorium lapang terpadu di Universitas Lampung
diharapkan menjadi pusat penelitian dan praktikum khusunya bagi mahasiswa
serta dosen Fakultas Pertanian juga diharapkan menjadi Show Window/Show
Room, Early Agro Education, Agro Eco Tourism dan Center of excellent bagi
potensi pertanian daerah,selain itu dengan dibangunnya kawasan laboratorium
lapang terpadu ini juga dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang baik.
2. Berdasarkan hasil analisis dan sintesis, kawasan laboratorium lapang terpadu
berpotensi untuk dikembangkan menjadi 5 zona, yaitu Zona penerimaan, Zona
parkir, Zona pelayanan, Zona pendidikan, Zona embung, kolam dan sawah.
.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disarankan sebagai berikut:
1. Perlu adanya kerjasama yang baik antara pengelola dalam merawat dan
menjaga fasilitas dan utilitas yang ada agar keamanan dan kenyamanan tetap
64
2. Aspek pemeliharaan (maintenance) soft material dan hard material merupakan
komponen yang akan menentukan kesuksesan suatu kawasan lansekap,
sehingga tujuan perancangan laboratorium lapang terpadu terlaksana dengan
baik serta perlu adanya perawatan yang intensif dari pengelola agar dalam
65
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, S.H., dan N. Arifin. 2000. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hlm.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan air. Bogor. 129 hlm.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Prees. Jakarta. 485 hlm.
Banuwa, Irwan S., Tamaludin S., Didin W. 2011. Karakteristik Lahan Laboraturium Terpadu FP Unila. Universitas Lampung. Bandar lampung. 3 hlm.
Gerry dan Deneke. 2012 . Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. http://www.dephut.go.id/HUTKOT/hutko.htm. 12 Januari 2012.
Gold, S. M. 1988. Recreation Planing and Desain. Mc Graw-Hill Book Company. Toronto. 134 hlm
Hakim, R. 1987. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 87 hlm.
Hakim, R. 2000. Arsitektur lansekap manusia, alam dan lingkungan. Universitas Trisakti. Jakarta. 203 hlm.
Hakim, R. dan H. Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta. 126 hlm.
Harris, C W. And N T. Dines. 1988. Time-Sever Standars for Landscape Architecture. McGraw Hill-Book, Inc. New York. 774 p.
Irwan. Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lasekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta. 42 hlm.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura, Teori, Budidaya, dan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 221 hlm.
Laurie, M. 1975. An Introduction to Landscape Architecture. American Publisher. Dalam Rustam Hakim dan Hardi Utomo. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 65 hlm.
Marianto, L.A. 2002. Tanaman Air. PT Agro Media Pustaka. Tangerang. 70 hlm.
66
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro media Pustaka. Jakarta. 95 hlm.
Simond, J.O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill. New York. 331p
Sintia, M. Dan Murhananto. 2004. Mendesain, Membuar, dan Merawat Taman Rumah. Agromedia Pustaka. Tanggerang. 113 hlm.
Suharto. 1994. Dasar-Dasar Pertamanan Menciptakan Keindahan dan kerindangan. Media Wiyata. Jakarta. 196 hlm.
Sulistyantara, B. 2008. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya. Jakarta. 194 hlm.
Suryowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Kanisius. Yogyakarta. 220 hlm.
PERANCANGAN LANSEKAP LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Denny Satrya
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG