• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais D'indonesie (IFI) Tahun 2012-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais D'indonesie (IFI) Tahun 2012-2013"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

The Cultural Diplomacy of France in Indonesia by Institute Francais d'Indonesie (IFI) in 2012-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana (S-1) pada

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

FITRIA AFRIYANTI

NIM. 44310011

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

xii

1.4.1 Kegunaan Teoritis...13

1.4.2 Kegunaan Praktis...13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka...14

2.2 Kerangka Pemikiran...20

2.2.1 Hubungan Internasional...20

2.2.2 Kepentingan Nasional...22

(3)

2.2.4 Soft Power...27

2.2.5 Diplomasi...29

2.2.5.1 Diplomasi Publik...31

2.2.5.2 Diplomasi Kebudayaan...33

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian...40

3.1.1 Gambaran Umum Perancis...40

3.1.1.1 Kebudayaan Dalam Politik Luar Negeri Perancis...41

3.1.1.2 Diplomasi Kebudayaan Perancis...44

3.1.2 Hubungan Bilateral Perancis-Indonesia...48

3.1.2.1Perkembangan Hubungan Bilateral Perancis- Indonesia...49

3.1.2.2 Kepentingan Nasional Perancis di Indonesia Melalui Kerjasama Bilateral Bidang Pendidikan dan Kebudayaan...51

3.1.3 Institut Francais...56

3.1.3.1 Pendanaan Institut Francais...57

3.1.3.2 Institut Francais d'Indonesie (IFI)...59

3.1.3.3 Sejarah Institut Francais d'Indonesie (IFI)...61

3.1.3.4 Fungsi dan Tugas Institut Francais d'Indonesie (IFI) di Indonesia...63

3.3.1.5 Struktur Organisasi Institut Francais d'Indonesie (IFI)...65

3.3.1.6 Program Institut Francais d'Indonesie (IFI)...67

(4)

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...72

3.2.5.1 Lokasi Penelitian...72

3.2.5.2 Waktu Penelitian...72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah Pemerintah Perancis melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI) dalam Melakukan Diplomasi Kebudayaan di Indonesia...74

4.1.1 Otonomi Finansial dalam Pemberian Dana terhadap Institut Francais d'Indonesie (IFI)...74

4.1.2 Pemberian Infrastruktur...75

4.1.3 Pengiriman Seniman Perancis ke Indonesia...76

4.1.4 Melakukan Kerjasama dengan Universitas...76

4.1.5 Mendatangkan Peneliti dan Pengajar dari Perancis...77

4.2 Implementasi Program yang Dilakukan Institut Francais d'Indonesie (IFI) dalam Menjalankan Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia...77

4.3 Kendala dan Upaya Dalam Mengatasi Kendala dari Program-program Institut Francais d'Indonesie (IFI)...98

4.3.1 Kendala dan Upaya Program Kebudayaan IFI...98

4.3.2 Kendala dan Upaya Program Pendidikan IFI...111

(5)

4.4 Hasil Program-program Institut Francais d'Indonesie (IFI)

sebagai Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia...104

4.4.1 Hasil dari Program Kebudayaan...104

4.4.2 Hasil dari Program Pendidikan...105

4.4.3 Hasil dari Program Kerjasama Ilmiah...110

4.5 Analisis Keberhasilan Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI) Tahun 2012-2013...113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...116

5.2 Saran...121

5.2.1 Saran Untuk Institut Francais d'Indonesie (IFI)...121

5.2.2 Saran Untuk Pelajar dan Masyarakat Indonesia...122

DAFTAR PUSTAKA...124

LAMPIRAN

(6)

124

Berridge, Geoff R dan Alan, James. 2012. A Dictionary of Diplomacy. Houndmills, Basingstoke, Hampshire : Palgrave Macmillan.

Cummings Jr, Milton C. 2008. Cultural Diplomacy and the United States Goverment : ASurvey. Washington, D.C: Center for Arts and Culture.

Koentjaraningrat. 1999. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djembatan.

Mas’oed, Mochtar. 2002. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta : Pustaka LP3ES.

Nye Jr, Joseph S. 2004. Soft Power: The Means of Success in World Politics, New York : Public Affairs.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Plano, Jack C dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Putra Bardin.

Rocher, Jean dan Santosa, Iwan. 2013. Sejarah Kecil Indonesia-Perancis 1800-2000. Jakartka : Penerbit Buku Kompas.

Roy, S. L. 1991. Diplomasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Rudy, Teuku May. 2002. Study Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung : Refika Aditama.

________________, 2011. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global. Bandung : PT.Refika Aditama.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Soedjatmiko and Thompson, Kenneth W. 1976. World Politics, Cultural Diplomacy, An Introduction. New York : New York Free Press.

(7)

Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi. The University of Michigan: BP Iblam.

Warsito, Tulus and Kartikasari, Wahyuni. 2007. Diplomasi Kebudayaan : Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang, Studi Kasus Indonesia. Yogyakarta : Ombak.

Yudhantara, Reza Lukmanda. 2011. Korean Wave sebagai Soft Diplomacy Korea Selatan. INAKOS Pusat Studi Korea Universitas Gajah Mada (eds). Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press.

B. PUBLIKASI

Dokumen Institut Francais d'Indonesia (IFI)

C. TESIS DAN JURNAL

Dibia, I Wayan. 2013. Diplomasi Kebudayaan Menggunakan Kekuatan Kesenian. Jurnal Kesenian nomor 1 : 4.

Haigh, Anthony. 1974. Cultural Diplomacy in Europe. Strasbourg : Council of Europe : 73-74.

Junita. Kerjasama Bilateral antara Indonesia dengan Perancis Dalam Bidang Pendidikan Tinggi Periode 2008-2012. 2012. Karawaci : FISIP Universitas Pelita Harapan.

Maack, Mary Niles. 2001. Books and Libraries as Instruments of Cultural Diplomacy In Francophone Africa During the Cold War." Libraries & Culture 36 (Winter 2001) : 58-86.

McDonald, John W. 2012. Journal Conflictologi : The Institut for Multi-track Diplomacy : 67 -68.

Oktaviati, Zaenatien. Diplomasi Kebudayaan Perancis di Cina melalui Alliace Francaise Periode 1989-2009. 2011. Jakarta : FISIP Universitas Indonesia Wyszomirski, Margaret J & Christopher Burgess. 2003. International Vutural

elation : A Multy Country Comparation : Cultural Diplomacy. Ohio : Reserch Series :12

D. WEBSITE

(8)

Akselerasi Hubungan Bilateral Indonesia-Perancis, di akses melalui http://kemlu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=3062&l=id [30/03/14]

Bagaimana Diplomasi Budaya Meraih Kepentingan Nasional, di akses melalui, http://m.kompasiana.com/post/read/528643/1 [18/01/14]

Beasiswa Perancis, di akses melalui

http://2011.web.dikti.go.id/index.php?option= com_content&view=article&id=1988:informasi-danpelaporan&catid=143:ber ita - harian [15/04/14]

Campus France, di akses melalui (http://ifi-id.com/campusfrance#.dpuf [13/06/2014]

Diplomasi Kebudayaan, diakses melalui http://hi.umy.ac.id/buku/diplomasi-kebudayaan/ [16/03/14]

Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui IFI, di akses melalui https://www.academia.edu/4556937/ [12/03/14]

Festival Seni dan Kebudayaan Perancis, di akses melalui

http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/15/festival-seni-dan-budaya-Perancis-printemps-francais-di-10-kota-di-indonesia-462988.html [01/06/2014]

Festival Sinema Perancis, di akses melalui

(http://news.indonesiakreatif.net/festival-sinema-perancis-siap-dukung-sinema-lokal/ [14/06/2014]

Hubungan Bilateral Perancis-Indonesia, di akses melalui http://www.ambafrance-id.org/Hubungan-Perancis-dan-Indonesia [10/04/14]

IFI, di akses melalui http://ifi-id.com/presentasi# [15/04/14]

(9)

Institut Francais di Indonesia (IFI), di akses melalui http://www.indonesie.campusfrance.org/id/site/institut-francais-dindonesie [12/03/14]

IFI Gabungan CCF dan SCAC, di akses melalui http://ifi-id.com/presentasi [20/05/2014]

Join Research Programme, di akses melalui (http://www.institutfrancais-indonesia.com/kerjasama-ilmiah/joint-research-programme [14/06/2014]

Kebudayaan Dalam Hubungan Internasonal, di akses melalui http://komahiumy.wordpress.com /2011/03/04/ kebudayaan-dalam-hubungan-internasional/ [20/03/14]

Kerjasama Ilmiah, di akses melalui (http://ifi-id.com/kerjasama-ilmiah# [13/06/2014]

Kerjasama Perancis-Indonesia, di akses melalui (http://ifi-id.com/kongres-kerjasama-Perancis-indonesia# [13/06/2014]

Kesepakatan Bilateral Indonesia-Perancis, di akses melalui http://www.ambafrance-id.org/Kesepakatan-bilateral [12/12/14]

Kompetisi Film Pendek Perancis, di akses melalui

http://flickmagazine.net/news/2180-bersiaplah-untuk-festival-sinema-Perancis-2013.html [14/06/2014]

Kongres Kebudayaan Indonesia, di akses melalui http://www.jogjapages.com/berikut-rumusan-hasil-kongres-kebudayaan-indonesia-2013/ [6/07/2014]

Le Printemps Francais , di akses melalui http://sabdadrupadi.com/printemps-francais-2013/ [01/06/2014]

(10)

Minim Jumlah Mahasiswa Indonesia di Eropa, di akses melalui http://www.soloblitz.co.id/2013/10/12/minim-jumlah-mahasiswa-indonesia-di-eropa/ [09/04/14]

Pelajar Luar Negeri di Perancis, di akses melalui http://www.diplomatie.

gouv.fr/en/france/studying-in-france/receiving-foreign-studentsin/promoting-stud ent-mobility/ [15/04/12]

Pentingnya Bahasa Perancis, di akses melalui http://ifi-id.com/mengapa [13/06/2014]

Peranan Diplomasi Publik, di akses melalui

http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/artikel [29/02/14]

Perancis, di akses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Perancis [26/03/14]

Program Kebudayaan IFI, di akses melalui http://ifi-id.com/kerjasama-budaya#.dpuf [13/06/2014]

Promoting Francophony, di akses melalui

http://www.diplomatie.gouv.fr/en/french-foreign-policy-1/promoting-francophony/ [25/03/14]

Sangat Sedikit Pelajar Indonesia di Perancis, di akses melalui http://edukasi.kompas.com/read/2014/02/13/2006203/Dubes.Perancis.Kece wa.Sangat.Sedikit.Pelajar.Indonesia.di.Perancis [09/04/14]

Seminar Intelektual IFI, di akses melalui http://www.ifi-id.com/jakarta/workshop-pemanfaatan-sumber-daya-kelautan [30/05/2014]

Sertifikasi DELF, di akses melalui http://ifi-id.com/sertifikasi#sthash [13/06/2014] Suryanto, 2011. Indonesia-Malaysia Perlu Diplomasi Soft Power, diakses

melalui http://www.antaranews.com/news/248100/indonesia-malaysia-perlu-diplomasi-soft-power [26/03/14]

(11)

vii

ridho-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini, shalawat serta salam

dihaturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang telah

membawa kaum nya dari kegalapan menuju terang akan ilmu. Peneliti menyadari

bahwa, dalam penyusunan skripsi ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan

yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemamupuan peneliti. Dengan disertai

keinginan yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh serta do’a, maka akhirnya

penelitian ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

Untuk kedua orang tua yang saya sayangi dan hormati, Bapak Sugiyanto

dan Mama Supiyanah, Kakak tersayang, Mas R. Budiarta terima kasih atas segala

do’a, dukungan, nasihat dan kasih sayangnya yang luar biasa, juga dukungan

moral serta materiil. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari

pihak-pihak yang telah membantu baik itu penelitian maupun dalam penyusunan

skripsi, peneliti tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini peneliti menghaturkan rasa terima kasih yang

mendalam dan sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, Dra wakil rektor III Unikom

yang juga sebagai dosen pembimbing peneliti dengan memberikan

pengarahan dalam penyusunan skripsi. Terima kasih yang

sebesar-besarnya, atas waktu luangnya dalam memberikan bimbingan kepada

(12)

membimbing saya, baik dalam masa proses pembuatan usulan

penelitian hingga detik-detik akhir skripsi untuk disidangkan.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Bandung, yang telah mengeluarkan surat pengantar untuk penelitian

skripsi dan menandatangani surat pengesahan.

3. Yth. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., Ph.D Ketua Prodi

Hubungan Internasional Unikom yang juga menjadi ketua sidang

usulan penelitian saya, terima kasih telah membantu peneliti dalam

proses revisi skripsi serta berjalannya usulan penelitian hingga sidang

akhir penelitian. Terima kasih atas bimbingannya, nasehat, semangat

yang diberikan selama ini serta dedikasi juga pengertiannya dalam

segala hambatan yang saya hadapi.

4. Yth. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., Msi yang telah memberikan

banyak ilmu, arahan, serta semangat, sehingga mengembalikan

kepercayaan diri saya untuk menjalani penelitian ini sampai dengan

selesai.

5. Yth. Bapak H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si yang telah membantu

dalam perbaikan penelitian ini, terimakasih atas keramahan dalam

proses revisi sehingga memberikan saya keberanian untuk bertanya

(13)

6. Yth. Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP terimakasih atas bantuannya dalam

memberikan pandangan mengenai penelitian ini, arahan yang dapat

menambah wawasan bagi peneliti.

7. Yth. teteh Dwi Endah Susanti, S.E Sekretariat Prodi Hubungan

Internasional UNIKOM yang tanpa lelah membantu peneliti dalam

membantu peneliti dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM

dan selama proses skripsi.

8. Yth. mba Erna, terimakasih telah banyak membantu dalam

memberikan informasi mengenai waktu luang Ibu untuk melaksanakan

proses bimbingan, sehingga skripsi saya dapat selesai tepat pada

waktunya.

9. Yth. Mr. Louiss Presset, wakil Direktur Institut Francais d'Indonesia

(IFI) sekaligus sebagai Direktur Institut Francais d'Indonesia (IFI) Bandung, yang telah menerima peneliti dengan baik dan memberikan

izin dalam melakukan penelitian di IFI.

10.Yth. Ibu Tatty Faik, assistent wakil Direktur Institut Francais d'Indonesia (IFI) Bandung, terimakasih atas segala bantuan data yang

diberikan, terimkasih telah memperkenalkan saya kepada seluruh staff dan pegawai IFI Bandung dalam melancarkan penelitian saya tentang

IFI.

11.Yth. Bapak Fauzi, selaku penanggungjawab staff pendidikan IFI yang

telah meluangkan waktu untuk wawancara dan memberikan informasi

(14)

12. Yth. Ibu Ratri dan Mas Edo, selaku staff Pendidikan bagian Campus France di Institut Francais d'Indonesia (IFI), atas data dan

informasi yang banyak diberikan.

13.Yth. Mas Ricky Arnold, staff Kebudayaan dan Komunikasi Institut Francais d'Indonesia (IFI), terimakasih telah banyak membantu dalam

penyelesain penelitian ini.

14.Yth. Ibu Dwi Setiowati, bagian Komunikasi IFI di Kedutaan Besar

Perancis di Indonesia yang telah memberikan akses dalam melakukan

wawancara.

15.Terimakasih kepada keluarga tercinta Mba Imay, Mba Yani, Mas

Pandi, Nazwa, Nabila, Jatira dan Sofia atas doa dan dukungannya.

16.Terimakasih kepada Keluarga besar Ayah di Klaten, Yogyakarta dan

Keluarga besar Ibu di Jakarta atas dukungan dan doa.

17.Terima kasih untuk sahabat-sahabat tersayang, Adjoe, Eca, Elin,

Welsa, Ceumar, Dara, Cinta, Ardy Rizky, Herdy, Rey, Risa, Agnes

yang saling menyemangati yang membuat kita dapat menyelesaikan

penelitian ini.

18.Kakak-kakak Angkatan, Ka Leo, Ka Raya, A'Ucon, Ka Farhan, Ka

Anggi dan Ka Ruddy. Terimakasih atas segala bantuannya.

19.Keluarga besar Basivenuno, yang selalu membuat semangat untuk

bersama-sama menjadi orang sukses.

20.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan

(15)

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun

pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan

penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap kepada siapa saja (terutama

mahasiswa Hubungan Internasional) yang ingin melanjutkan/ melakukan

penelitian dengan subjek/objek yang serupa agar mampu membuat

penelitian yang lebih baik dari apa yang peneliti telah susun.

Terima kasih atas saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 22 Agustus 2014

(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Fitria Afriyanti

Nama Panggilan : Fitria

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 12 April 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Telepon : 08987036376

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Sugiyanto

Pekerjaan : Purn. TNI-AU

Nama Ibu : Supiyanah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Cingcin Permata Indah Blok D42 Rt 009 Rw

011 Kel. Cingcin Kec. Katapang Kab. Bandung

Motto : “in every difficulty come ease”.

(17)

PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 1997-1998 TK Angkasa 1 Lanud Sulaiman Berijazah

2. 1998-2004 SD Negeri Angkasa 3 Lanud

Sulaiman Berijazah

3. 2004-2007 SMP Negeri 1 Margahayu Berijazah

4. 2007-2010 SMA Negeri 1 Margahayu Berijazah

5. 2010-2014

1. 2012 EEP English Practice Course Bersertifikat

2. 2014 LIA Toefl Course -

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2012-2013 Sekretaris Himpunan Mahasiswa

(18)

ICT" Unikom

3. 2011 Observer, Simulasi Praktikum Profesi ASEAN Summit 2011 "Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet" Unikom

Bersertifikat

8. 2011 Participant, "The Table Manner

Course" Savoy Homan Bandung Bersertifikat

9. 2011 Participant, "Makrab" 2010, Bumi

Perkemahan Jayagiri Bandung Bersertifikat

11. 2014 Peserta, "Ujian Mata Kuliah

Hardware" Unikom Bersertifikat 12. 2012 Panitia, "Penerimaan Mahasiswa

Baru TAhun Akademik 2012-2013", Sasana Budaya Ganesa Bandung

3. Bahasa Inggris Pasif dan Aktif

(19)

5. Fashion Design and Stylish

6. Modeling

7. Biola

Bandung, 5 Agustus 2014 Hormat Saya,

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Studi Hubungan Internasional merupakan studi interdisipliner yang dapat

menggunakan berbagai teori, konsep, dan pendekatan dari bidang-bidang ilmu

lain, salah satunya kebudayaan. Relasi kebudayaan dan hubungan internasional

dapat dijelaskan dalam kerangka Diplomasi Kebudayaan. Oleh karena itu,

diplomasi kebudayaan dapat dibentangkan dari hal-hal yang bersifat mikro

dimana kebudayaan dapat dianggap sebagai hal-hal yang berbau kesenian, namun

juga sampai dengan kajian yang bersifat makro yang menganggap pengelolaan

hubungan antar bangsa dipastikan melibatkan aspek kebudayaan dalam arti luas

(http://komahi.umy.ac.id/2011/03/kebudayaan-dalam-hubungan-internasional.htm

diakses pada 20 Maret 2014 pukul 16:30 WIB).

Di dunia modern delegasi kebudayaan sering dikirim untuk membina

hubungan baik dengan negara-negara lain. Mereka bertindak sebagai duta

semangat kebaikan. Oleh karena itu pertukaran kebudayaan memungkinkan rakyat

masing-masing untuk mengetahui pandangan satu sama lain dengan cara yang

baik. Tujuan diplomatik dengan mengirimkan delegasi kebudayaan adalah untuk

memamerkan keagungan kebudayaan suatu negara dan apabila mungkin untuk

mempengaruhi pendapat umum negara yang didatangi. Apabila suatu negara bisa

(21)

bagian dunia lain, hal itu bisa memudahkan pembangunan basis yang kuat untuk

memperoleh dukungan atas masalah-masalah lain (Roy, 1991:12).

Saat ini, beberapa negara memang sedang gencar-gencarnya mepromosikan

negaranya, meningkatkan eksistensinya, atau menyebarkan pengaruhnya ke

Negara lain, untuk meraih kepentingan nasionalnya masing-masing. Caranya,

sudah tidak lagi melalui kekerasan atau menggunakan kekuatan militer, tetapi

melalui cara-cara lembut, perlahan tapi pasti, dan dalam hubungan internasional,

cara ini dinamakan soft power. Salah satu media soft power ini adalah melalui

diplomasi publik (multitrack diplomacy). Dimana, diplomasi publik ini

melibatkan aktor-aktor di luar pemerintah, baik itu masyarakat ataupun

organisasi-organisasi non pemerintah.

Salah satu cara ampuh diplomasi publik itu adalah melalui budaya. Budaya

dipercaya memiliki kemampuan untuk meraih atau merangkul banyak orang

dengan mudah. Budaya memiliki cakupan yang luas. Bisa melalui

kebijakan-kebijakan, pendidikan, dasar negara, agama, dan lain sebagainya. Namun, budaya

yang dapat dengan mudah untuk mengambil hati masyarakat adalah budaya yang

berkaitan dengan hal-hal seni. Seperti misalnya melalui film, musik, tarian-tarian,

fotografi, makanan, dan sebagainya. Melalui diplomasi budaya, suatu negara bisa

membangun hubungan yang lebih baik dengan negara lain, menjalin lebih banyak

kerjasama, yang tentunya akan bisa memberikan keuntungan di berbagai aspek

(http://m.kompasiana.com/post/ read/528643/1 diakses pada tanggal 18 Januari

(22)

Perancis adalah negara yang memiliki pengaruh besar pada kebudayaan,

ekonomi, militer, dan politik di Eropa, maupun di dunia. Dilihat dari

bangunan-bangunan bersejarah, arsitektur, dan kesenian yang dimiliki Perancis, negara ini

memiliki daya tarik bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara untuk

berkunjung bahkan untuk menimba ilmu di negara yang terkenal dengan menara

Eiffel itu (https://www.academia.edu/4556937/ diakses tanggal 12 Maret 2014

pukul 18:05 WIB).

Di Eropa, Perancis merupakan negara yang giat dalam melakukan diplomasi

kebudayaan. Perancis merupakan negara pioner dalam melakukan diplomasi

kebudayaan yang menempatkan aktifitas kebudayaan sebagai bentuk promosi

negara. Diplomasi kebudayaan merupakan cara yang dilakukan oleh Perancis

dengan berbagai tujuan. Bagi Perancis salah satu cara melaksanakan politik luar

negeri melalui diplomasi kebudayaan. Upaya yang dilakukan Perancis adalah

mendirikan pusat kebudayaan yang secara umum bertujuan untuk menyebarkan

pengaruh kebudayaan dan bahasa di negara lain. Pemerintah Perancis memiliki

kebijakan bilateral terhadap negara lain, tujuannya untuk memperkuat posisi

bahasa Perancis di luar perbatasan negara nya melalui kerjasama dengan

pemerintah negara lain untuk mengembangkan peran Perancis dalam sistem

pendidikan mereka dan aksi langsung melalui pengajaran yang diberikan oleh

jaringan budaya (http://www.diplomatie.gouv.fr/en/french-foreign-policy-1/

promoting-francophony/ diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 06:03 WIB).

Salah satu kepentingan Perancis melakukan diplomasi kebudayaan di

(23)

negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia. Persaingan yang

terjadi adalah untuk merebut mahasiswa-mahasiswa asing yang menuntut

pendidikan tinggi di negara-negara Eropa, terutama dari negara dunia ketiga.

Mahasiswa internasional menjadi penting karena kemampuannya menyedot

devisa menjadi salah satu pertimbangan. Negara-negara di Eropa bersaing untuk

mendapatkan mahasiswa internasional khususnya dari Indonesia. Kekuatan negara

tidak semata-mata bertumpu pada kemampuan melobi atau kedekatan wakil

rakyat dengan media. Negara mampu menjadi kuat bila rakyatnya sejahtera, dan

kesejahteraan bisa dimulai dari pendidikan. Karena itulah, Pemerintah Perancis

menawarkan salah satu jalan keluar untuk mengembangkan potensi sumber daya

manusia Indonesia, yaitu melalui jalan pendidikan.

Kepala Kerja Sama Delegasi Uni-Eropa Franck Viault menyatakan jumlah

mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan pendidikan di Eropa saat ini

tercatat ada 7.000 orang. Sementara jumlah mahasiswa Malaysia di Eropa

mencapai 30.000 orang. Bila dibandingkan dengan luas wilayah kedua negara,

jumlah mahasiswa dari Indonesia sangat sedikit jumlahnya. Sehingga menurutnya,

perlu lebih banyak mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan di Eropa.

Sebab, semakin banyak mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di benua biru

tersebut, maka akan memperkuat hubungan kerja sama Uni-Eropa dengan

Indonesia.

Banyak universitas di Eropa yang menawarkan biaya pendidikan yang lebih

murah dibandingkan universitas-universitas di negara-negara lain, terlebih dengan

(24)

untuk sekolah di Eropa agar tidak perlu takut (http://www.soloblitz.

co.id/2013/10/12/minim-jumlah-mahasiswa-indonesia-di-eropa/ diakses pada

tanggal 09 April 2014 pukul 12:03 WIB).

Duta Besar Perancis untuk Indonesia menyatakan bahwa Perancis akan

mendukung sebanyak mungkin pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan

pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Menurut Konselor Kerjasama dan

Kebudayaan, yang juga Direktur Institute Francais d'Indonesie, Bertrand de Hartingh, pada dasarnya potensi SDM Indonesia luar biasa. Kaum cendekiawan,

para akademisi, dan tenaga-tenaga di tingkat kepala maupun managerial

perusahaan, badan, serta organisasi memiliki kualitas di atas rata-rata. Sayangnya,

secara umum, Indonesia punya dua kelemahan. Pertama, penelitian di Indonesia

kurang mendapat dukungan dan perhatian. Kedua, Indonesia secara umum juga

belum menaruh perhatian pada middle management. Padahal, hal ini penting

dalam segala bidang. De Hartingh menyayangkan hal tersebut. Karena, jika

akademisi Indonesia tidak menghasilkan teknologi termutakhir hasil penelitian

sendiri, negara ini akan disetir oleh teknologi yang dihasilkan oleh pihak lain.

Duta besar Perancis juga juga sempat mengungkapkan kekecewaannya bahwa

di tahun akademik sebelumnya, jumlah pelajar Indonesia di Perancis sangat

sedikit. Karena itu, pemerintah Perancis mendorong para pelajar Indonesia,

khususnya mahasiswa yang ingin mengenyam pendidikan dalam jenjang lebih

tinggi untuk memanfaatkan kerjasama ini (http://edukasi.kompas. com/read/2014/

02/13/2006203/Dubes.Perancis.Kecewa.Sangat.Sedikit.Pelajar.Indonesia.di.

(25)

Pendidikan tinggi Perancis memiliki biaya yang hampir sama dengan

biaya-biaya pendidikan di negara-negara Eropa lainnya, namun mekanisme pembiaya-biayaan

melalui beasiswa, tempat tinggal, biaya hidup, dan kehidupan budaya di Perancis

memungkinkan lembaga-lembaga tersebut menerima para pelajar dari luar negeri

dengan sebaik-baiknya. Namun pada kenyataannya Indonesia minim sekali dalam

pengiriman jumlah pelajar Indonesia ke Perancis, terlihat pada tahun 2001 hanya

7 orang saja pelajar Indonesia yang diberangkatkan sebagai pelajar Indonesia di

Perancis. Dalam 10 tahun terakhir ini Perancis berusaha meningkatkan kinerjanya

terutama dalam hal pendidikan, dan Pada tahun 2007 jumlah mahasiswa Indonesia

yang melanjutkan kuliah di Perancis mengalami peningkatan sebanyak 143 orang,

pada tahun 2008 ada sekitar 210 orang atau meningkat sekitar 47%, sementara

tahun 2009 yang akan berangkat sekitar 250 orang. Namun angka tersebut masih

berada di bawah jumlah pelajar negara-negara lain di Perancis (http://

edukasi.kompas.com/read/2009/07/31/04052613/Makin.Banyak.Mahasiswa.

Indonesia.Kuliah.di.Perancis diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 13:36

WIB).

Kerjasama dalam bidang pendidikan merupakan salah satu target utama

dalam pelaksanaan diplomasi kebudayaan Perancis selain dari pengaruh

kebudayaan dan bahasa Perancis. Peningkatan kinerja untuk meningkatkan jumlah

pelajar Indonesia di Perancis tersebut terlihat dari strategi Perancis untuk merubah

(26)

CCF hanya sebagai pusat kebudayaan, dalam strateginya merubah nama pusat

kebudayaan menjadi Institut Francais, Perancis memfokuskan misinya untuk meningkatkan mobilitas akademik dan research melalui jalur kebudayaan (Wawancara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais d'Indonesie (IFI)).

Di Indonesia, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012 Centre Culturel Francais

(CCF) resmi berganti nama menjadi Institut Français d'Indonesie (IFI). IFI merupakan lembaga resmi pemerintah Republik Perancis yang berada langsung di

bawah naungan Konselor bidang Kerjasama dan Kebudayan Kedutaan Besar

Republik Perancis yang bertujuan mempromosikan budaya dan bahasa perancis

untuk meningkatkan mobilitas akademik dan research. Pergantian nama dari CCF

menjadi IFI bukan hanya sekedar untuk penyeragaman nama di seluruh dunia

yang berpusat pada Institut Francais di Paris. Tetapi ada peningkatan kinerja yang

harus dicapai seiring dengan penandatanganan Deklarasi Bersama tentang Kemitraan Strategis antara Perancis dan Indonesia pada tanggal 1 Juli 2011

terutama dalam bidang Kerjasama Pendidikan, Kebudayaan dan Kerjasama antar

Masyarakat yang memiliki point-point sebagai berikut :

1. Untuk memperkuat kerja sama bilateral di bidang ilmu pengetahuan, teknologi

dan inovasi termasuk penelitian dan pengembangan proyek.

2. Untuk meningkatkan kerja sama dalam pendidikan dan penelitian, termasuk

melalui beasiswa untuk gelar pascasarjana, program pascadoktoral, dan

pertukaran mahasiswa, pengajar dan peneliti antara lembaga pendidikan tinggi

(27)

3. Untuk mengintensifkan kontak masyarakat melalui kerja sama di bidang

pariwisata dan olahraga, di bidang budaya seperti seni pertunjukan, arsitektur,

warisan budaya, permuseuman, media dan film termasuk melalui pertukaran

ahli dan seniman, serta pengajaran bahasa masing masing.

Kedua negara berkomitmen untuk bekerja sama guna memastikan bahwa

Kemitraan Strategis menghasilkan hasil yang nyata dan terus diperkuat di masa

mendatang (http:// www.ambafrance-id.org/Kesepakatan-bilateral diakses pada

tanggal 12 Januari 2014 puku 17:55 WIB).

Setelah peluncuran deklarasi kemitraan strategis tersebut, Pemerintah

Perancis menyatakan akan menambah jumlah lembaga kebudayaan dan

pembelajaran bahasa Perancis di Indonesia. Selain pembangunan pusat bahasa dan

budaya Perancis, pemerintah Perancis juga akan menambah jumlah beasiswa dan

pertukaran pelajar antara Indonesia-Perancis. Perancis akan berusaha menambah

angka pertukaran pelajar, khususnya di tingkat universitas. Perancis juga akan

mengupayakan pembelajaran kebudayaan Perancis yang lebih intensif di

Indonesia

(http://dunia.news.viva.co.id/news/read/230382-prancis-akan-tambah-pusat-bahasa-di-indonesia diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 12:22 WIB).

Untuk meningkatkan kerjasama pendidikan dan pertukaran para ahli tersebut,

peran IFI adalah melakukan segala bentuk kegiatan promosi kebudayaan dan

bahasa Perancis serta membantu para pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan

sekolah di Perancis baik melalui jalur beasiswa maupun jalur umum yaitu dengan

biaya pribadi. IFI juga memberikan informasi tentang sekolah-sekolah yang ada di

(28)

pemeriksaan berkas visa pelajar yang nantinya akan diajukan kepada Kedutaan

Besar Perancis di Indonesia, serta memberikan pembekalan kepada pelajar

Indonesia yang akan menjadi pelajar di Perancis (Wawancara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais d'Indonesie (IFI)).

Strategi yang dimiliki Perancis dalam misi IFI yaitu untuk meningkatkan

mobilitas akademik dan research pelajar Indonesia ke Perancis adalah, bahwa ketika pelajar Indonesia sekolah di Perancis dan tinggal lebih lama di Perancis,

maka akan lebih banyak pengalaman mereka disana dan pengetahuan pelajar

tersebut tentang kebudayaan Perancis terlihat secara langsung, kemudian

bertambahnya juga jumlah pengguna bahasa Perancis.

Salah satu strategi politik yang dilakukan Perancis melalui deklarasi

kemitraan strategis tersebut dipengaruhi oleh Indonesia yang sangat minim dalam

pengiriman jumlah pelajar ke Perancis sehingga pergantian nama dari CCF

menjadi IFI lebih memfokuskann untuk meningkatkan jumlah pelajar tersebut

(Wawamcara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais d'Indonesie (IFI)).

Di sisi lain Pemerintah Perancis hingga kini terus melakukan upaya dalam

menyebarkan dan mempromosikan bahasa dan kebudayaan Perancis di dunia.

Kebijakan dalam menyebarkan dan mempromosikan bahasa Perancis terus

dilakukan oleh Departmen Luar Negeri Perancis yang menaruh prioritas pada

kerjasama internasional, yaitu solidaritas dan pengaruh :

1. Prioritas Solidaritas, dilihat sebagai bentuk kerjasama Perancis dengan negara

(29)

2. Prioritas pengaruh, dilihat sebagai dialog bahasa Perancis dengan bahasa lain

dan budaya Perancis di dunia dalam rangka untuk mempromosikan keragaman

budaya.

Penyebaran bahasa dan kebudayaan masih menjadi prioritas Perancis dalam

melakukan diplomasi kebudayaan, sehingga program penyebaran bahasa dan

kebudayaan adalah hal yang sangat ditekankan oleh Pemerintah Perancis melaui

Institut Francais melalui kerjasama pendidikan. Kerangka umum yang dijalankan

Perancis saat ini dalam mempromosikan kebijakan eksternal kebahasaan,

kebijakan tersebut dilakukan melalui 3 bidang, yaitu :

1. Mempromosikan multilingualism, yang bertujuan untuk mempertahankan bahasa Perancis dalam organisasi internasional terutama di wilayah Eropa.

2. Meningkatkan status dari bahasa Perancis di negara-negara bantuan Perancis.

3. Mempromosikan bahasa Perancis di negara-negara berkembang untuk

meningkatkan minat baru dalam bahasa Perancis (http://www.

diplomatie.gouv.fr/en/french-foreign-policy-1/promoting-francophony/ diakses

pada tanggal 29 Februari 2014 pukul 14:03 WIB).

Dengan adanya kesepakatan bilateral, deklarasi bersama dan persetujuan

antara Indonesia dan Perancis dalam melaksanakan kebijakan eksternal

kebahasaan melalui Institut Français d’Indonésie (IFI), Perancis ingin meningkatkan jumlah pelajar Indonesia untuk belajar di Perancis sebagai bentuk

promosi bahasa dan kebudayaan Perancis, maka atas dasar inilah yang

(30)

“Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais

d'Indonesie (IFI)Tahun 2012-2013”

Peneliti mengambil rentang waktu penelitian yaitu dari tahun 2012 sampai

tahun 2013 yaitu setelah CCF berganti nama menjadi IFI.

Ketertarikan peneliti terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa mata

kuliah Ilmu Hubungan Internasional yaitu antara lain:

1. Sistem Sosial dan Budaya Indonesia, membahas tentang saling ketergantungan

dalam organisme sosial, bagaimana suatu budaya masuk ke Indoensia sehingga

masyarakat mampu menerima budaya tersebut.

2. Diplomasi dan Negosiasi, membahas tentang cara berdiplomasi melalui

negosiasi dan jenis-jenis diplomasi suatu negara untuk mencapai kepentingan

nasional negaranya di dunia Internasional salah satunya melalui diplomasi

kebudayaan.

3. Hubungan Internasional di Kawasan Eropa, membahas tentang

fenomena-fenomena hubungan internasional yang terjadi di Eropa, sejarah-sejarah

munculnya politik luar negri negara-negara di Eropa termasuk Perancis.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah, untuk memudahkan penulis

(31)

"Bagaimana diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis di

Indonesia melalui Institut Français d'Indonésie (IFI) pada tahun 2012 sampai

tahun 2013?"

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

Rumusan masalah mayor kemudian diturunkan menjadi rumusan masalah

minor, melalui beberapa poin pertanyaan sebagai berikut :

1. Langkah apa saja yang ditempuh pemerintah Perancis melalui IFI dalam

melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia?

2. Bagaimana implementasi program yang dilakukan IFI dalam menjalankan

diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia?

3. Kendala apa saja yang ditemukan IFI dalam melaksanakan

program-programnya, dan apa upaya untuk mengatasinya?

4. Bagaimana hasil dari program yang dilakukan oleh IFI sebagai diplomasi

kebudayaan Perancis di Indonesia?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis di

(32)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui langkah apa saja yang ditempuh pemerintah Perancis

melalui IFI dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui implementasi program yang dilakukan IFI dalam

menjalankan diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia.

3. Untuk mengetahui kendala dari program tersebut dan apa upaya IFI untuk

mengatasinya.

4. Untuk mengetahui hasil dari program yang dilakukan oleh IFI sebagai

diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Français d'Indonésie (IFI) Tahun 2012-2013 diharapkan dapat berguna untuk

menguji konsep–konsep yang digunakan peneliti dalam studi Hubungan

Internasional, dan menjelaskan berbagai fenomena terkait diplomasi kebudayaan

Perancis melalui Institut Français d'Indonésie (IFI) di Indonesia dalam upaya meningkatkan jumlah pelajar Indonesia ke Perancis.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang

(33)

14 2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam jurnal yang berjudul Diplomasi Kebudayaan Menggunakan Kekuatan Kesenian, I Wayan Dibia (2013 : 6) menjelaskan bahwa Diplomasi kebudayaan

adalah suatu upaya untuk membangun dan mengelola hubungan antar bangsa

dengan media seni dan budaya. Sejauh ini, istilah diplomasi lazim digunakan

dalam konteks kebijakan luar negeri, yaitu terkait dengan hubungan antara negara

dengan negara. Dalam kaitan ini istilah diplomasi bermakna membangun

hubungan eksternal antarbangsa. Namun dalam skala yang lebih kecil, hubungan

harmonis yang bebas konflik juga diperlukan untuk mendekatkan serta

mempersatukan berbagai suku bangsa yang ada dalam satu negara kepulauan dan

multi-etnis. Atas dasar pemikiran seperti ini konsep diplomasi kiranya bisa

digunakan dalam konteks membangun hubungan internal antarbangsa. Diplomasi

kebudayaan dapat menggunakan berbagai unsur yang terintegrasi dalam

kebudayaan.

Di antara unsur-unsur kebudayaan yang ada, kesenian diyakini memiliki posisi

yang sangat penting dan sentral serta mampu menjadi media yang efektif bagi

sebuah diplomasi kebudayaan. Budayawan Bali I Wayan Geriya (1997 : 55)

menyebut empat alasan, yaitu kesenian memiliki variasi dan keanekaragaman

yang besar, kesenian memiliki wujud yang konkret dan cepat mengkhalayak,

(34)

menghormati dan saling menghargai, dan kesenian memiliki nilai-nilai estetik

yang asasi dan dapat merupakan bahasa universal yang mampu menembus

berbagai batas dan perbedaan. Karena komunikasi kesenian melibatkan interaksi

olah rasa dan kreativitas, dalam suasana yang pada umumnya menyenangkan,

sehingga diplomasi kebudayaan sering disebut sebagai soft power diplomacy.

Dalam Tesis yang berjudul Diplomasi Kebudayaan Perancis di China Melalui Alliances Francaise Periode 1989-2009 (2011) Zaenatien Oktaviati menjelaskan

mengenai diplomasi yang dilakukan oleh Perancis dalam hal kebudayaan di China

melalui Alliances Francaise (AF). Pembahasan mengenai diplomasi kebudayaan bukanlah satu hal yang baru. Penelitian-penelitian mengenai diplomasi

kebudayaan sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari beberapa penelitian

yang ada di beberapa negara, Perancis sering menjadi salah satu contoh negara

yang konsisten dalam melakukan diplomasi kebudayaan. Hal tersebut salah

satunya disebabkan oleh Perancis melihat adanya cara lain yang dapat dilakukan

untuk memperoleh tujuan negara tanpa menggunakan ancaman atau paksaan

melainkan melalui kerjasama.

Sebagai organisasi kebudayaan Pemerintah Perancis, AF mempunyai misi

utama mempromosikan bahasa Perancis melalui kursus bahasa di dunia kepada

setiap orang, memperkenalkan kebudayaan Perancis dan kebudayaan setempat

melalui berbagai aspek budaya, dan mendukung keanekaragaman budaya dengan

mengutamakan nilai-nilai semua budaya yang ada. Saat ini jaringan AF sudah

terebar di lima benua dengan jumlah siswa kursus ratusan ribu orang. Pentingnya

(35)

dapat dilihat dari dana yang diberikan oleh pemerintah Perancis. Untuk

menjalankan misi yang ada, AF memiliki program pengajaran bahasa Perancis

dan kegiatan kebudayaan yang rutin dilakukan. Kebutuhan setiap orang yang

ingin belajar bahasa Perancis juga menjadi perhatian dari program kursus bahasa

yang diberikan AF. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diantara 15 AF

yang tersebar di Cina, dua AF yaitu berada di Hongkong dan Macau. Sebagian

besar peserta kursus tidak memiliki tujuan pendidikan tetapi sebagai salah satu

bentuk kesenangan untuk bisa berbicara bahasa Perancis dan mengenal budaya

Perancis. Oleh karena adanya perbedaan tujuan dari setiap orang di Cina dalam

mengenal Perancis selain pengajaran bahasa Perancis, kegiatan kebudayaan juga

menjadi promosi penting yang dilakukan oleh AF.

Diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis sebagai bentuk

pengembangan dari soft power dapat memberikan dampak positif bagi kepentingan politik dan ekonomi. Dalam penelitian ini juga tidak menutup

kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi jalinan

kerjasama dan dapat memberikan kontribusi ekonomi dan politik.

Tinjauan pustaka ketiga dari jurnal Book and Libraries as Instrumets of Cultural Diplomacy in Francophone Africa during Cold War (2001 : 60) yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Mary Niles Maack, menjelaskan

mengenai diplomasi kebudayaan melalui perpustakaan, penelitian tersebut

berfokus pada tiga negara yaitu Perancis, Inggris, dan Amerika dengan waktu

penelitian selama perang dingin. Strategi kebudayaan yang dilakukan di negara

(36)

kebudayaan yang memiliki perpustakaan. Negara Perancis sendiri mendirikan

Alliance Francaise (AF), Inggris mendirikan British Council dan Amerika mendirikan United Stated Information Agency.

Pemilihan pendirian pusat kebudayaan dengan fokus perpustakaan tersebut

dipengaruhi oleh tujuan masing-masing negara itu sendiri. Perbedaan tujuan yang

dimiliki oleh negara-negara tersebut salah satunya dapat dipengaruhi oleh faktor

sejarah didirikannya pusat kebudayaan tersebut. Amerika memiliki tujuan

membangun pemahaman dan dukungan posisi Amerika di dunia Internasional,

Perancis memiliki tujuan mendorong para penulis Afrika untuk menulis

buku-buku berbahasa Perancis sebagai bentuk pertukaran kebudayaan, sedangkan

Inggris memiliki tujuan mendukung program pengajaran bahasa Inggris. Melalui

program-program tersebut diketahui seberapa besar upaya yang dilakukan negara

untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan. Dan hasil dari penelitian dari ketiga

negara yang dilakukan oleh Mary Niles Maack disimpulkan bahwa Perancis

adalah negara yang konsisten dalam menggunakan buku sebagai alat dari

diplomasi kebudayaan.

Kemudian dalam jurnal International Vutural elation: A Multi Country Comparison: Cultural Diplomacy (2003 : 12-13) yang juga diterjemahkan

kedalam bahsa Indonesia. Margaret J Wyzormsky dan Christopher Burgess

(37)

menggunakan istilah International Cultural Relation, dan hanya Perancis yang menggunakan istilah Diplomatte culturelle "diplomasi kebudayaan". Istilah tersebut dipengaruhi oleh tujuan yang berbeda dari masing-masing negara. Jepang

memiliki tujuan untuk memperkenalkan budaya Jepang kepada dunia. Australia,

Austria, Kanada dan Inggris memperkenalkan citra nasional yang baru. Belanda

mencoba mengembangkan pandangan internasional akan cultural free port. Singapura memiliki tujuan membangun citra negara global untuk informasi,

komunikasi, dan seni. Swedia memiliki tujuan meningkatkan peranan di bidang

ekonomi, sosial, demokrasi, budaya, dan kemanusiaan dalam bentuk kerjasama.

Sedangkan Perancis memiliki tujuan untuk mempromosikan budaya Perancis dan

bahasa Perancis dengan menekankan pluralisme kebudayaan dan keanekaragaman

sebagai bentuk komitmen kerjasama kebudayaan secara internasional.

Perbedaan yang ada menyebabkan prioritas setiap negara menjadi

berbeda-beda sehingga kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan diplomasi kebudayaan

pun menjadi berbeda. Perbedaan tujuan yang ditunjukan pada penelitian

Wyzormski dan Burgess ini mempengaruhi cara negara tersebut melaksanakan

diplomasi kebudayaan. Namun di sisi lain ada kesamaan yang dapat dilihat dari

perbedaan tujuan yang ada. Kesamaan tersebut yaitu masing-masing negara ingin

memperlihatkan citra yang baik dalam memperkenalkan dan mempromosikan

kebudayaan yang mereka miliki. Citra positif yang diperoleh di negara tersebut

diharapkan dapat memberikan dampak positif di bidang yang lainnya, seperti yang

dikatakan Wyzormski pada penelitiannya yaitu diplomasi kebudayaan memberi

(38)

mengembangkan pasar dan membuka peluang perdagangan secara umum. Dengan

demikian kontribusi yang diberikan oleh diplomasi kebudayaan kepada suatu

negara dapat berhubungan dengan konsep ekonomi. Citra positif yang diperoleh

suatu negara dengan melaksanakan diplomasi kebudayan mengindikasikan cara

yang dilakukan negara tersebut tidak dengan cara kekerasan atau ancaman yang

dikenal dengan hard power. Dengan demikian diplomasi kebudayaan lebih menggunakan cara kerjasama untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. Hal

tersebut juga diungkapkan oleh Wyzormsky dalam laporan penelitiannya, bahwa

adanya pandangan para ahli mengenai argumentasi mengenai soft power dalam diplomasi kebudayaan.

Dari ke empat jurnal penelitian yang dijelaskan di atas, jika dihubungkan dan

dibandingkan dengan penelitian Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI) Tahun 2012-2013 dapat dilihat melalui

(39)

3. Jurnal Book and

Hubungan internasional yang pada dasarnya merupakan studi mengenai

interaksi lintas batas negara oleh state actor maupun non-state actor, memiliki berbagai macam pengertian. Dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani.

menyatakan bahwa :

"Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya Hubungan Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar“ (Perwita & Yani, 2005:3-4).

Hal ini berarti hubungan internasional mencakup interaksi yang dilakukan

oleh aktor suatu negara dalam kehidupan antarnegara. Adanya saling

ketergantungan dari kedua negara Perancis dan Indonesia mendorong adanya

(40)

hendaknya kerjasama tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak. Perancis

memiliki prioritas solideritas dan pengaruh terhadap Indonesia melalui IFI untuk

membangun pertukaran pelajar dan mempengaruhi budaya serta bahasa Perancis

di Indonesia, dan bagi Indonesia dengan kesempatan study ke Perancis dapat meningkatkan intelektual mereka sehingga dapat membangun Indonesia ke arah

yang lebih baik.

Kemudian Mochtar Mas‟oed lebih jauh menjelaskan dalam buku nya Ilmu

Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi bahwa :

"tujuan utama studi hubungan internasional adalah untuk mempelajari perilaku internasional, yakni perilaku para aktor negara maupun non negara dalam area transaksi internasional. Perilaku itu dapat berwujud perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dan sebagainya "(Mas‟oed, 2002:29).

Ilmu hubungan internasional merupakan ilmu dengan kajian interdisipliner,

maksudnya, ilmu ini dapat menggunakan berbagai teori, konsep, dan pendekatan

dari bidang ilmu-ilmu lain dalam mengembangkan kajiannya. Sepanjang

menyangkut aspek internasional (hubungan/interaksi yang melintasi batas negara)

adalah bidang hubungan internasional dengan kemungkinan berkaitan dengan

ekonomi, hukum, komunikasi, politik, sosial dan budaya. Demikian juga untuk

menelaah hubungan internasional dapat meminjam dan menyerap konsep-konsep

sosiologi, psikologi, bahkan matematika (konsep probabilitas), untuk diterapkan

dalam kajian hubungan internasional (Rudy, 2011:3).

Dengan seiring perkembangan zaman yang semakin maju dengan berbagai

macam teknologi yang diciptakan menyebabkan studi hubungan internasional

(41)

dengan pendapat Jack. C Plano yang mengatakan bahwa hubungan internasional

mencakup hubungan antar negara atau sebagai interaksi para aktor yang tindakan

serta kondisinya dapat menimbulkan konsekuensi terhadap aktor lainnya untuk

memberikan tanggapan (Plano, 1999:115).

Bidang sosial dan kebudayaan dapat masuk kedalam kajian ilmu hubungan

internasional karna dalam penelitian ini hal yang dikaji adalah prioritas Perancis

dalam meningkatkan pertukaran pendidikan dari Indonesia ke Perancis dan

pengaruh penyebaran kebudayaan serta bahasa Perancis terhadap aspek sosial di

Indonesia. Dan IFI berperan sebagai aktor yang menjembatani hubungan

internasional di antara kedua negara tersebut.

2.2.2 Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional (National Interest) merupakan dasar dalam

pembentukan kebijakan luar negeri. Pemerintah memproyeksikan kepentingan

nasionalnya melalui kebijakan luar negeri. Kebijakan luar

negeri berisi cara tertentu untuk membantu negara-negara mencapai kepentingan

nasionalnya. Dalam penelitian ini kepentingan nasional yang ingin dicapai

Perancis melalui IFI Perancis ingin mempromosikan kebudayaan serta bahasa

Perancis di Indonesia, melalui pertukaran pendidikan yang nantinya akan

memberikan dampak positif dalam berbagai bidang di Perancis. Teuku May Rudy

dalam buku Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global

menjelaskan bahwa:

(42)

sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai Kepentingan Nasional” (Rudy, 2011 : 116).

Diplomasi dilakukan demi mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pada dasarnya,

seorang diplomat India Kuno, dalam karyanya yang tersohor, Arthasastra,

mengemukakan bahwa : "pencapaian kebijakan secara tepat akan memberi hasil

yang menguntungkan" (Roy, 1991 : 5). Dijelaskan juga mengenai tujuan

diplomasi, antara lain acquisition (perolehan), preservation (pemeliharaan),

augmentation (penambahan), dan proper distribution (distribusi yang adil).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan utama diplomasi adalah demi

mengamankan kepentingan negara sendiri. Kepentingan nasional yang biasanya

dimiliki suatu negara antara lain memajukan perekonomian, melindungi warga

negaranya di negara lain, mengembangkan budaya, meningkatkan gengsi,

menjalin persahabatan dengan negara lain, dan sebagainya. Untuk mencapai

tujuan seperti di atas, negara membutuhkan instrumen atau sarana dalam

berdiplomasi, baik dalam segi politik, ekonomi, budaya, maupun militer. Dari segi

politik, negara pasti berdiplomasi demi mengamankan kebebasan politik dan

integritas wilayahnya. Instrumen yang bisa digunakan dalam aspek ini antara lain

dengan cara memperkuat hubungan dengan negara sahabat, memelihara hubungan

yang harmonis dengan negara yang memiliki kesamaan kepentingan, dan

mengajukan jalan perdamaian dengan negara-negara yang memusuhinya.

Dewasa ini, negara-negara sering bertukar kebudayaan, diantaranya dengan

(43)

delegasi kebudayaan adalah untuk menunjukkan keagungan kebudayaan suatu

negara, dan apabila mungkin, dapat digunakan untuk mempengaruhi pendapat

umum negara yang didatangi" (Roy, 1991:12).

Jika negara A sudah terkesan dengan kebudayaan negara B, maka akan lebih

mudah bagi negara B untuk menggalang dukungan negara A, jika sewaktu-waktu

negara B ditimpa masalah. Selain mengirim delegasi kebudayaan ke luar negeri,

penggunaan instrumen kebudayaan yang lain misalnya adalah mengadakan acara

budaya atau seni di negara lain, mengadakan forum internasional terkait dengan

pertukaran budaya, memberi beasiswa bagi warga negara lain yang berprestasi di

bidang seni atau kebudayaan, membangun pusat kebudayaan di negara lain, dan

sebagainya.

2.2.3 Politik Luar Negeri

Politik luar negeri adalah keseluruhan perjalanan pemerintah untuk

mengatur semua hubungan dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan pola

perilaku yang diwujudkan oleh suatu negara sewaktu memperjuangkan

kepentingan nasionalnya dalam hubungannya dengan negara lain.

Diplomasi tidak dapat dipisahkan dari politik luar negeri suatu negara, tetapi

keduanya bersama-sama merupakan kebijakan eksekutif, seperti kebijakan untuk

menetukan suatu strategi (Suryokusumo, 2004:7-8).

Maka dengan demikian hubungan internasional merupakan forum interaksi

dari berbagai kepentingan-kepentingan nasional. Dalam interaksi itu pula setiap

(44)

dalam forum interaksi masyarakat internasional yakni dengan melalui

kebijaksanaan politik luar negeri masing-masing.

Dalam menjalankan politik luar negeri, hubungan internasional menjelaskan

beberapa pendekatan, yang salah satunya adalah pendekatan pemikiran strategis

suatu negara atau pendekatan adaptif, salah satu tokoh pemikirnya adalah James

N. Rosenau. Berkaitan juga dengan politik luar negeri yang dirumuskan oleh

Perancis berdasarkan keadaan geopolitik Indonesia. Bahwa menurut teoritisi

pendekatan ini lingkungan akan menimbulkan akibat-akibat khusus, terlepas dari

tindakan apa yang dilakukan oleh negara tersebut, model ini akan memisahkan

perkiraan kapabilitas yang dimiliki oleh sebuah negara dengan posisi

geopolitiknya, keadaan geografis dan sebagainya. Menurut Rosenau politik luar

negeri merupakan suatu mekanisme interaksi negara-negara dengan beradaptasi

dengan lingkungannya. Kondisi sebuah negara akan mempengaruhi politik luar

negerinya. Negara yang memiliki lingkungan strategis pasti akan memiliki politik

luar negeri yang berbeda, begitu juga dengan keadaan negara tujuan dimana

politik luar negeri tersebut dilaksanakan, akan mempengaruhi perumusan politik

luar negeri negara lain (Perwita & Yani, 2005: 62-63).

Ada beberapa langkah atau tahapan yang dilakukan oleh sebuah negara

dalam proses politik luar negerinya. Langkah-langkah tersebut antara lain,

pertama sebuah negara akan menetapkan semua tujuan dan kemana arah politik

luar negerinya, serta mengumpulkan data-data penting seperti bagaimana

kemampuan negaranya, kondisi dunia luar saat ini dan lainnya, tahap kedua

(45)

tujuan nasionalnya, biasanya hal ini akan dipengaruhi oleh faktor dalam negeri.

Tahap selanjutnya yang dilalui oleh sebuah negara adalah keluarnya suatu

kebijakan yang nantinya akan diterapkan, dimana dalam kebijakan tersebut

terdapat serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sebuah

negara. Berikutnya negara akan melaksanakan politik luar negeri berdasarkan

pada rumusan yang telah dibuatnya, hal ini dilakukuan dengan cara berhubungan

dengan dunia luar, maka pasti akan muncul kemampuan baru sebuah negara dan

tujuan lain yang hendak dicapai kembali, yang kemudian akan kembali pada

proses awal yaitu information assessment (Perwita & Yani, 2005:60).

Politik luar negeri suatu negara ditunjukan untuk memajukan dan melindungi

kepentingan negara itu. Fungsi utama diplomasi juga, adalah untuk melindungi

dan memajukan kepentingan nasional. Dari situlah maka politik luar negeri dan

diplomasi memiliki fungsi yang sama. Namun ada beberapa perbedaan yang

mendasar diantara keduanya. Di dunia yang terdiri dari banyak bangsa ini, untuk

melindungi dan memajukan kepentingan nasional, setiap bangsa harus

menentukan sikapnya terhadap bangsa lain dan arah tindakan yang akan diambil

dan dicapai dalam urusan internasional. Pada saat dasar ini diletakan dan politik

luar negeri dirumuskan, maka munculah peranan diplomat untuk melaksanakan

keputusan itu dengan kegiatan-kegiatannya. Jadi apabila fungsi utama politik luar

negeri adalah mengambil keputusan mengenai hubungan luar negeri maka tugas

utama diplomasi adalah untuk melaksanakanya dengan baik dan efektif (Roy,

(46)

2.2.4 Soft Power

Soft Power yang dimiliki oleh suatu negara, pada dasarnya bergantung pada

tiga sumber utama, yakni: budaya, nilai-nilai politis, dan terakhir kebijakan luar

negeri (Nye, 2004:11).

Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dan kebiasaan yang mempunyai arti

bagi sebuah masyarakat. Budaya memiliki banyak manivestasi, dan dapat

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu high culture, seperti sastra, seni, dan edukasi yang biasa ditunjukan bagi kalangan elit dan popular culture yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum. Apabila budaya suatu negara

memiliki nilai universal serta mempromosikan nilai dan kepentingan yang dibagi

bersaman maka budaya tersebut dapat meningkatkan hasil yang diinginkan

dengan citra yang tercipta (Nye, 2004:12).

Menurut Joseph S. Nye, JR mengenai soft power dalam bukunya Soft Power: The Means to Success in World Politics bahwa "Soft power merupakan

kemampuan suatu negara untuk membentuk pola pikir negara lain supaya

cenderung mengikuti apa yang diinginkan oleh negara pelaku soft power tersebut (Nye, 2004:5).

Kemudian Nye juga menjelaskan bahwa power datang dari sebuah ketertarikan :

(47)

Dari kutipan di atas, Nye menjelaskan bahwa terdapat tiga sumber soft

power suatu negara, yakni kebudayaan, nilai-nilai politik dan kebijakan luar

negerinya. Joseph Nye berargumen bahwa disamping sisi nilai tradisi dan

bangunan politik serta kebijakan luar negeri sebuah negara, budaya merupakan

salah satu elemen soft power yang mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi

bangsa lain. Ketiga sumber power ini sebagai kemampuan menciptakan pilihan-pilihan bagi orang lain, yakni kemampuan memikat pihak lain agar dapat memilih

melakukan suatu hal yang kita kehendaki tanpa kita perlu untuk memintanya.

Ketika seseorang mengagumi bahkan tergila-gila dengan suatu budaya, ia

bukan hanya akan mencari tahu tentangnya, tapi bahkan akan

menyebarluaskannya, sehingga dikenal menjadi mode tersendiri bagi mereka.

Budaya yang masuk akan dengan mudah mempengaruhi orang yang terobsesi

tersebut.

Di Indonesia, IFI berkepentingan mensosialisasikan budaya, seni, citra,

nilai, dan kebijakan negerinya kepada masyarakat Indonesia dengan berbagai cara

lembaga tersebut melakukan diplomasi budaya untuk mecapai kepentingan

nasional negaranya melalui program-program yang memikat masyarakat

Indonesia tanpa harus memaksa, yakni dengan menggunakan pendekatan soft power seperti kursus bahasa, pemutaran film, pertunjukan seni, pemberian

beasiswa, dsb. Selain itu, media-media mereka mamainkan peran penting dalam

menggiring opini publik terhadap Perancis, negara yang mendirikan pusat

(48)

2.2.5 Diplomasi

Banyak defenisi yang dapat dikutip dari para ahli ilmu hubungan

internasional mengenai diplomasi. Ada para ahli yang menghubungkan diplomasi

dengan perang, atau perang merupakan kelanjutan dari diplomasi dengan melalui

sarana lain. Akan tetapi kebanyakan para ahli lebih menekankan keterkaitan

diplomasi dengan negosiasi. Harold Nicholson (1942) dalam S.L.Roy (1991)

mejelaskan :

“diplomasi merupakan cakupan dari lima hal yang berbeda yaitu; (1) politik luar negeri, (2) negosiasi, (3) mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut, (4) suatu cabang Dinas Luar Negeri, dan interpretasi yang kelima merupakan kualitas abstrak pemberian yang mencakup keahlian dalam pelaksanaan negosiasi internasional”(Roy, 1991:3).

Dalam prakteknya diplomasi harus dibedakan dengan politik luar negeri,

oleh karena itu diperlukan adanya batasan diantara kedua konsep tersebut.

Dimana, diplomasi bukanlah merupakan kebijakan, tetapi merupakan lembaga

untuk memberikan pengaruh terhadap kebijakan tersebut. Namun diplomasi dan

kebijakan keduanya saling melengkapi karena seseorang tidak akan dapat

bertindak tanpa kerjasama satu sama lain (Roy, 1991:6).

Diplomasi merupakan cara-cara yang dilakukan dalam hubungan

internasional melalui perundingan, yang mana dilaksanakan oleh para duta besar,

yang merupakan pekerjaan atau seni dari diplomat. Praktek-praktek negara

semacam itu sudah melembaga sejak dahulu dan kemudian menjelma sebagai

aturan-aturan hukum internasional. Dengan demikian diplomasi juga merupakan

cara-cara yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara untuk mencapai tujuannya

(49)

Menurut Kardinal Richeliu seorang negarawan Perancis yang ulung pada

zamannya mengarahkan tujuan Perancis selama pemerintahan Louis XIV dan

Groyius dalam S.L.Roy (1991), mengatakan bahwa :

"seni negosiasi bukanlah suatu yang tergesa-gesa melaikan sesuatu yang permanen, perjanjian merupakan alat yang penting dari diplomasi, harus ditetapkan sesudah pertimbangan yang hati terhadap semua aspek, dan negosiasi tidak perlu berakhir dengan persetujuan, tetapi setiap pihak yang akan berunding harus mengetahui sejak awal bahwa pihak lain tersebut benar-benar mewakili hak kedaulatan di negerinya sendiri" (Roy, 1991:67).

Metode Perancis bertahan sebagai suatu model diplomasi dalam waktu yang

lama. Selama periode ini bangsa Perancis memberikan penekanan yang besar pada

instruksi tertulis yang diberikan kepada para duta besar. Instruksi ini memuat garis

besar kebijaksanaan yang harus dicapai oleh duta besar. Suatu perhitungan

menyeluruh tentang kondisi politik negara yang akan dituju juga diberikan.

Instruksi itu juga menyertakan surat kepercayaan. Selama abad 17 dan 18 metode

diplomasi Perancis menjadi demikian populer sehingga bahasa Perancis menjadi

lingua franca diplomasi (Roy, 1991:68).

Tujuan dari diplomasi yang baik atau efektif adalah untuk menjamin

keuntungan maksimum negara sendiri. Kepentingan terdepan tampaknya adalah

pemeliharaan keamanan. Tetapi selain pertimbangan yang vital tentang keamanan

nasional, terdapat tujuan vital yang lain antara lain memajukan ekonomi,

perdagangan dan kepentingan komersial, perlindungan warga negara sendiri di

negara lain, mengembangkan budaya dan ideologi, peningkatan prestise nasional,

memperoleh persahabatan dengan negara lain, dan sebagainya. Secara luas tujuan

ini bisa dibagi menjadi empat: politik, ekonomi, budaya dan ideologi (Roy,

(50)

Dalam penelitian ini jika ditinjau dari teori diplomasi, bahwa yang menjadi

dasar suatu diplomasi adalah politik luar negri Perancis yang membuat kebijakan

eksternal kebahasaan kemudian kebijakan tersebut di implementasikan terhadap

hubungan bilateral Perancis dan Indonesia kemudian terjadi negosiasi antara para

state actor untuk membicarakan mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut.

Sehingga lebih jauhnya IFI yang merupakan lembaga dijadikan sebagai sarana

diplomasi tersebut.

2.2.5.1 Diplomasi Publik

Diplomasi publik merupakan kunci dalam implementasi apa yang disebut

dengan Soft Diplomacy menjadi alat utama diplomasi sekarang ini. Perkembangan

diplomasi di era globalisasi menjadikan Diplomasi Publik itu sendiri semakin

beragam. Kecenderungan pelaksanaan Diplomasi Publik dengan menggunakan

aplikasi Soft Diplomacy dianggap efektif dan efisien karena mudah untuk dilakukan tanpa menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring

berubahnya paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan Diplomasi

Publik melibatkan berbagai kalangn aktor non-pemerintah. Oleh karena itu, Soft Diplomacy merupakan bentuk nyata dari penggunaan instrumen selain tekanan

politik, militer dan tekanan ekonomi, salah satunya yakni dengan mengedepankan

unsur budaya dalam kegiatan diplomasi (Yudhantara, 2011:183).

Diplomasi publik „second track diplomacy’, didefinisikan sebagai upaya

diplomasi yang dilakukan oleh elemen-elemen non-government secara tidak resmi

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian
Tabel  Hubungan Antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana
Gambar 3.1 Bagan Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Perancis di Indonesia
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait