• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Naskah Hard News Peraturan Gubernur Mengenai Pelarangan Kegiatan Ahmadiyah Di Jawa Barat Dalam Program Berita Seputar Bandung Raya Malam Bandung TV Ditinjau Dari Easy Listening Formula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Isi Naskah Hard News Peraturan Gubernur Mengenai Pelarangan Kegiatan Ahmadiyah Di Jawa Barat Dalam Program Berita Seputar Bandung Raya Malam Bandung TV Ditinjau Dari Easy Listening Formula"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

BARAT DALAM PROGRAM BERITA “SEPUTAR BANDUNG RAYA MALAM” BANDUNG TV DITINJAU DARI

EASY LISTENING FORMULA

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Jurnalistik

Oleh, Gita Aulia NIM. 41807046

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

iv

MENGENAI PELARANGAN KEGIATAN AHMADIYAH DI

JAWA BARAT DAL AM PROGRAM BERITA “SEPUTAR

BANDUNG RAYA MAL AM” BANDUNG TV DITINJAU

DARI EASY LISTENING FORMULA”

Oleh: Gita Aulia NIM. 41807046

Skripsi ini di bawah bimbingan Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom.

Sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana analisis isi naskah hard news Peraturan Gubernur mengenai pelarangan kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam program berita ”Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV ditinjau dari easy listening formula. Dalam penelitian ini diuraikan mengenai bagaimana teknik penulisan berita 5W+1H. Pendalaman analisis dilakukan melalui telaah formula penulisan berita..

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode analisis teks yaitu analisis isi. Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi konseptual atau analisis teks. Analisis isi naskah dalam penelitian ini ditinjau dari easy listening formula yang diaplikasikan dan diketengahkan oleh Soren H. Munroff dalam “Five Star Approach to News Writing” dengan akronim ABC-SS, yaitu accuracy, brevity, clarity, simplicity, sincerity. Sementara objek pada penelitian ini yaitu 8 naskah hard news Peraturan Gubernur mengenai pelarangan kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam program berita ”Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV, selama Maret 2011, sehingga analisis tertuju pada naskah berita terpilih yang tersaji dalam berita-berita hard news tersebut. Data lainnya diperoleh melalui dokumentasi, wawancara, studi kepustakaan, dengan ditunjang oleh penelusuran data on line (internet searching).

Hasil penelitian menunjukkan, dalam sajian naskah hard news Peraturan Gubernur mengenai pelarangan kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam program berita ”Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV, terdapat naskah yang mengandung easy listening formula, di mana isi naskah dapat dipertanggungjawabkan, menggunakan kata-kata yang ekonomis dan mudah dipahami, sesuai dengan format kalimat Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan, menggunakan kata-kata sederhana, serta memenuhi kaidah etika, undang-undang dan hukum.

Kesimpulan dari penelitian ini mengatakan bahwa terdapat naskah yang mengandung easy listening formula sebagaimana formula accuracy (tepat) sebagai formula tertinggi yang terkandung dalam naskah, brevity (singkat), clarity (jelas) sebagai formula terendah yang terkandung dalam naskah, simplicity (sederhana), sincerity (jujur).

(3)

iv

GOVERNOR RULE ABOUT THE PROHIBITION OF AHMADIYAH ACTIVITIES IN WEST JAVA ON BANDUNG TV NEWS PROGRAM

“SEPUTAR BANDUNG RAYA MALAM” IN TERMS OF

EASY LISTENING FORMULA By:

Gita Aulia NIM. 41807046 This thesis under supervised, Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom.

A study was conducted to find out how the analysis of the contents of hard news manuscript of the Governor Rule about the prohibition of Ahmadiyah activities in West Java on Bandung TV news program "Seputar Bandung Raya Malam" in terms of easy listening formula. In this study it was described about news writing techniques of 5W +1 H. Deepening analysis is conducted through a study of news writing formula.

The study approach used quantitative with analysis method of text namely content analysis. Content analysis used the conceptual content analysis or text analysis. Content analysis of the manuscript in this study reviewed with easy listening formula applied and presented by Soren H. Munroff in "Five Star Approach to News Writing" with the acronym ABC-SS, namely accuracy, brevity, clarity, simplicity, and sincerity. While the objects in this study were 8 hard news manuscript of the Governor Rule about the prohibition of Ahmadiyah activities in West Java on Bandung TV news program "Seputar Bandung Raya Malam" during March 2011, so the analysis focused on selected news manuscripts presented in those hard news. Other data obtained through documentation, interviews, library research, and supported by searching data on line (internet searching).

The result of this study showed that in the hard news manuscript of the Governor Rule about the prohibition of Ahmadiyah activities in West Java on Bandung TV news program "Seputar Bandung Raya Malam" there was a script that contains easy listening formula where the contents of the script could be accounted for, used economical words and easy to understand in accordance with the function of a sentence; Subject, Verb, Object, and Adverb, used simple words, and met the rules of ethics, legislation and law.

The conclusion of this study is that there is a script that contains easy listening formula as the formula of accuracy, brevity, clarity, simplicity, and sincerity.

(4)

vi

Assalamu ’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi ini berjudul “Analisis Isi Naskah Hard News Peraturan Gubernur Mengenai Pelarangan Kegiatan

Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya

Malam” Bandung TV ditinjau dari Easy Listening Formula”.

Dalam menyusun skripsi ini, peneliti cukup mengalami beberapa hambatan dan kesulitan. Terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan wawasan menjadi hambatan besar dalam penyusunan skripsi ini. Namun berkat kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, pada akhirnya peneliti dapat menyelesaikan dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun peneliti harapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan peneliti di masa yang akan datang.

(5)

vii

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik periode 2010-sekarang, yang telah memberikan pengesahan skripsi yang peneliti buat.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi periode 2010-sekarang, yang telah banyak membantu baik saat peneliti melakukan kegiatan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perizinan yang cukup membantu kelancaran melaksanakan penelitian skripsi. 3. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi yang telah banyak membantu saat peneliti melakukan kegiatan perkuliahan dan memberikan motivasi untuk terus maju.

4. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembina Kemahasiswaan yang merangkap sebagai Dosen Wali bagi Peneliti, atas motivasi yang ibu berikan kepada peneliti pada saat peneliti mengikuti perkuliahan dan bimbingan penelitian skripsi.

5. Ibu Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi kepada peneliti pada penelitian skripsi ini.

(6)

viii

berkaitan dengan perkuliahan, serta penelitian skripsi yang peneliti laksanakan.

8. Bapak H. Ustiarsa, selaku penanggung jawab siaran PT Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV) yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di program Seputar Bandung Raya Malam.

9. Ibu Budi Hartati, selaku redaktur Bandung TV yang telah memberikan bimbingan serta bantuan pada saat melaksanakan penelitian.

10.Jajaran Staf Karyawan PT Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV), yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti pada saat melaksanakan penelitian.

11.Keluarga Tercinta, keluarga besar Adhiwisastra dan keluarga besar Yusuf Thahar yang tak pernah berhenti memberikan dukungan materil, moril dan semangat spiritual yang begitu berarti.

12.Sahabat-sahabat setia, Asha Athifah, Helmi Riza, Kiqien Afyatien, Duane Masaji Raharja, Tommi Andryandy, Sendhy Irawati. I’m gonna miss you, mates.

(7)

ix

Fotografi Unikom, teman-teman IK-Jurnalistik 2007 dan Mochammad Fajar yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama ini kepada peneliti. 15.Dannu Prakoso. Terima kasih atas dukungan selama penyelesaian mahakarya

ini. Sukses ada untuk kita.

16.Para senior prodi Ilmu Komunikasi, Sofyan Permana Putra, Chitra Adria, Ridwan Aripin, Agung Sakti Eryana dan senior peneliti lainnya yang tidak bisa ditulis satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungan kepada peneliti.

17.Rekan-rekan Ilmu K omunikasi ’07, terima kasih atas segala kerja samanya, jangan pernah menyerah, kita semua adalah agen perubahan bangsa. Sampai berjumpa saat sukses nanti, kawan!

18.Selurus civitas akademika Unikom, yang telah membuat peneliti bangga selama menempuh pendidikan disini. Jagalah selalu alamamater kita. Kesuksesan Unikom saat ini karena kita, oleh kita, dan untuk kita.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini.

(8)

x Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011

(9)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Sejarah aktivitas manusia berko mu nikasi timb ul sejak manusia hidu p di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi deng a n ma nusia lain untuk melangsu ngkan kehidu p annya. Di dalam berinteraksi antara manusia yang satu deng an yang lainnya tidak dap at terlep as dari kegiatan ko mu nikasi. Manusia yang nor mal akan selalu terlibat ko mu nikasi d alam melakukan interaksi deng an sesaman ya sepanjang kehidu pannya. Melalui ko mu nikasi pula, segala asp ek kehidu p an manu sia di du nia tersentu h.

(10)

Sejalan d eng an p erkembang an teknolo gi ko mu nikasi, media ko mu nikasi massa pu n semakin cang gih d an ko mpleks, serta me miliki kekuatan yang lebih dari masa- masa sebelu mnya, teruta ma dalam hal menjangkau ko mu nikan. Sebag aimana dikemukakan Marshall McLuhan, kita sekarang hidu p d ala m d esa du nia (global village), karena media massa mo d er n me mu ngkinkan berjuta-juta orang di seluruh du nia untuk b erko mu nikasi ke ha mpir setiap p elosok du nia (Ardianto dkk, 2004:2).

Definisi yang paling sed erhana te ntang ko mu nikasi massa diru muskan ole h Bittner, Ko mu nikasi massa adalah pesan yan g diko mu nikasikan melalui media massa pad a seju mlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large

number of people). (Rakhmat, 2003:188)

Sedangkan d efinisi yang lebih lengkap dikemukakan oleh David W. Wright. Menurut Wright, ko mu nikasi massa ad alah:

(11)

Definisi yang dikemukakan oleh Wright sekaligus me mp erlihatkan ciri-ciri dari ko mu nikasi massa yang me mb e d akan ko nteks ko mu nikasi ini d eng an ko nteks ko mu nikasi yang lain. Media massa pad a dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektro nik. Yang ter masuk dalam me dia cetak adalah surat kabar dan majalah sedangka n yang ter masuk dalam kateg ori media elektro nik adalah televisi, siaran radio, dan film.

Persamaan antara media cetak deng an media eletro nik terletak p ad a tujuannya yaitu sebag ai su mb er infor masi, meng hibur, dan mendidik. Sedangkan per bed aannya terletak pad a bag aimana cara khalayak me maha mi isi berita. (Muda, 2003:27)

Pada media cetak, pembaca dituntut me miliki kema mp u a n me m baca sedangkan p ada media elektro nik peno nto n tidak ditu ntut u ntuk dap at me mbaca, asalkan dapat mend en g ar dan melihat serta men g erti bahasa yang disamp aikan, maka infor masi yang disamp aika n akan dimeng erti. Kepad a mereka yang me miliki kelainan fisik misalnya bisu d an tuli, maka sebagian mediu m televisi melengkapinya deng an bahasa isyarat. (Muda, 2003:28)

(12)

terdap at banyak pihak p ene mu mau p u n inovator yang terlibat baik p erorang an mau p u n perusahaan. Televisi ad alah karya massal yang teru s dikembangkan hing ga saat ini.

Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society. An Incuest

and Agenda.” (1965), dibandingkan media massa lainnya (radio, surat kabar,

majalah, buku, dan sebag ainya), televisi me mp u nyai sifat istimewa. Televisi merup akan ga bu ng an dari media d eng ar d an ga mbar. Sifat politisnya sang at besar karena bisa mena mpilkan informasi, hiburan dan p endidikan, atau ga bu ng an d ari ketiga unsur tersebut secara kasat mata. (Badjuri, 2010:6)

Dunia p ertelevisian tanah air meng alami perke mban g an yang cuku p p esat be berapa tahu n belakang an ini. Awalnya, Indo nesia hanya pu nya satu stasiu n televisi milik pe merintah yaitu Televisi Repu blik Indo nesia (TVRI). Pada tahu n 1989, lahirnya stasiu n televisi swasta Rajawali Citr a Televisi Indo nesia (RCTI). Hing g a saat ini, ada 11 stasiun televisi nasio nal d an 10 diantaranya ad alah stasiun televisi swasta.

(13)

Secara u mu m, stasiun televisi di Indo nesia terdiri atas televisi g eneralis dan televisi spesialis. Televisi generalis menyajikan pro gram at au acara yang berag a m, mulai dari sinetro n, mu sik, film, acara anak -anak, hing g a berita. Sedangkan televisi sp esialis menitikberatkan pad a pro gr a m tertentu sep erti TV khusus yang cend erung atau mensp esialisasikan diri p ad a pro gram berita. (Usman, 2009:2)

Selama ini televisi generalis mau p u n televisi spesialis, semu anya menyajikan pro gram berita. Televisi yang sebelu mnya cend eru n g dipand ang se bag ai media hiburan, kini jug a harus dipand ang se bag ai me dia infor masi. Berita televisi sekarang bisa disebut telah menjadi kebutuhan utama masyarakat.

Berita televisi bukan hanya sekedar melaporkan fakta tulisan at au narasi, tetapi juga g a mbar (visual), baik ga mb ar diam sep erti foto, gambar p eta, grafis, mau pu n film berita yakni rekama n p eristiwa yang menjadi to pik berita dan ma mp u me mikat p e mirsa.

(14)

Meski berita me miliki satu akar peng ertian d an satu definisi, akan tetapi berita sendiri me miliki beberap a jenis. Masing - masing ini tet a p men g and u ng u nsur yang p erlu ad a dalam setiap berita, namu n tiap jenis me miliki karakteristik yang ber bed a. Jenis berita menurut penyajiannya dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Straight news, adalah laporan kejadian-kejadian yang terbaru ya n g men g and u ng u nsur p enting dan menarik, tanpa men g and u n g p end ap at pribadi atau o pini penulis.

2. Feature atau karang an khas, bertujuan u ntuk meng hibur at au melengkapi peng etahuan p e mbaca tentang suatu hal secara men d alam.

Menurut Mithcell V. Charney, straight news tersebut adalah cara p enyajian dari sebu ah berita, bukan isi berita. Oleh karena itu, bent uk straight news dapat dibagi dua, yaitu hard news d an soft news.

Lebih lanjut dalam buku Reporting, Charney menjelaskan bahwa hard news ad alah berita yang p enting atau signifikan bagi seju mlah besar orang,

sep erti berita kriminal, politik, bencana alam, dan sebag ainya. Sedangk an soft news adalah berita- berita yang menyangkut kemanusiaan sert a

(15)

me me nangkan p ertanding an, penerimaan hadiah no bel, perkawinan tokol terkenal, dan sebag ainya. (Mariani dkk, 2001:46)

Hard news berisi fakta murni yang men g a b arkan suatu peristiwa p enting d eng an cepat, seg era, dan langsu ng meng acu pada 5W dan 1H (what, when, where, who, why dan how).1 Hard News dipaha mi sebag ai berit a yang dibuat u ntuk menyamp aikan peristiwa- p eristiwa yang secep atnya harus diketahui khalayak. Karena itu penu lisannya mengikuti struktur piramida terbalik, deng an bagian yang terpenting pad a p e mbukaa n b erita.2

Dalam teknik p enulisan berita pada media cetak, dikenal ru musa n 5W+1H (what, who, when, where, why, how). Rumusan tersebut jug a

digu nakan u ntuk penulisan media elektro nik, namu n p erlu ditambah lagi d eng an suatu for mula lain ag ar me mu d ahkan peng ertian bagi p e mirsa televisi. Pend ekatan tersebut disebut jug a d eng an easy listening formula.

Formula untuk menuju easy listening diaplikasikan d a n

diketengahkan oleh Soren H. Munroff dalam “Five Star Approach to News

Writing” dengan akronim ABC-SS, yaitu accuracy (tep at), brevity (singkat), clarity (jelas), simplicity (sed erhana), sincerity (jujur).

(16)

Media baik cetak mau p u n elektro nik, saat ini merup akan salah sat u me dia yang efektif dalam menye barkan informasi ter masuk sosialisasi kebijakan p e merintah meng enai suatu hal. Awal tahu n 2011, masyarakat dig eg erkan oleh pe mb eritaan tentang pelarang an segala aktivitas Jemaat Ahmadiyah di seju mlah daerah di Indo nesia. Pada awal Maret 2011, g u bernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, meng eluarkan Peratur an Gubernur (Pergu b) Jabar No 12 Tahu n 2011 tentang Larangan Kegiata n Jemaat Ahmadiyah di Jawa Barat.

Bukan hanya televisi nasio nal, t elevisi lokal pun me m b eritakan men g enai Pergu b Jabar tentang larang an keg iatan Ahmadiyah ini. Televisi lokal juga me miliki pro gram khusus berita yang menjadi su mber infor masi d aerahnya. Berita televisi lokal lebih banyak meng a barkan tenta n g kejadian di daerahnya saja dan menyajikan berita sesuai deng a n kebutuhan masyarakat daerahnya. Hal ini yang menjadi kelebihan dari televisi lokal dibanding televisi nasio nal yang lebih banyak me mberikan b erita dari kota-kota besar. Dalam hal ini, televisi lokal secara le bih eksklusif me mb eritakan Pergu b Jabar dan perke mbang annya kepa d a masyarakat Jawa Barat u mu mnya, dan Bandu n g khususnya.

(17)

masyarakat dalam seg ala asp ek kehidu pan d eng an fo nd asi seni bu d aya.3 Selain itu, Bandu ng TV juga me miliki pro gram berita ung g ulan yait u Seputar Bandu ng Raya. Seputar Bandu ng Raya meng antarkan berita yan g terjadi di daerah Band u ng dan sekitarnya. Sep utar Bandu ng Raya hadir du a kali setiap harinya pada pukul 06.30 dan 18.30 WIB. Pada penelitian ini, p eneliti me mfokuskan pada Sep utar Band u ng Raya Malam kare na pro gram ini merangku m kejadian dalam sehari penu h.

Dala m pro gram Seputar Bandu ng Raya Malam, berita yang disajikan terdiri dari hard news dan soft news. Dalam p enelitian ini, peneliti ingin men g etahui bag aimana berita- berita berat meng enai Peraturan Gubernur tentang Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dikemas menjadi sebuah berita berdasarkan for mula penulisan.

Penelitian ini dilakukan deng an meng g u nakan teknik analisis isi. Analisis isi yang digu nakan ad alah analisis isi ko nseptual atau analisis teks. Sebagai salah satu meto d e analisis tekstual yang paling langsu n g b ersentu han d eng an teks, analisis isi melibatkan perhitu ng an feno mena di d alam teks. Klaus Kripp endroff (1980) mema ha mi analisis isi sebagai sebuah met o d e simbolik karena digu nakan untuk meneliti materi (teks me dia) yang bersifat simbolik. (Stokes, 2006:59)

(18)

Berdasarkan latar belakang ini, peneliti menco ba melakukan p enelitian meng enai analisis isi naskah hard news pada pro gram Seputar Bandu ng Raya Malam ditinjau dari for mula accuracy (tepat), brevity (singkat), clarity (jelas), simplicity (sed erhana), sincerity (jujur).

Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang di atas, mak a

rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimana Isi Naskah Hard News

Peraturan Gubernur mengenai Pelarangan Kegiatan Ahmadiyah di Jawa

Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV

ditinjau dari Easy Listening Formula?”

1.2Identifikasi Masalah

Ditinjau dari latar belakang diatas, maka identifikasi masalah pa d a p enelitian adalah sebag ai berikut:

1. Bagaimana nilai ketep atan (accuracy) naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarangan Kegiatan Ahma diyah di Jawa Barat

dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV?

2. Bagaimana nilai singkat (brevity) naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarangan Kegiatan Ahma diyah di Jawa Barat

(19)

3. Bagaimana nilai kejelasan (clarity) naskah hard news Peratura n Gubernur meng enai Pelarangan Kegiatan Ahma diyah di Jawa Barat

dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV?

4. Bagaimana nilai kesed erhanaan (simplycity) naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV?

5. Bagaimana nilai kejujuran (sincerity) naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarangan Kegiatan Ahma diyah di Jawa Barat

dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini ber maksud u ntuk meng et ahui dan menelaa h tentang bag aimana analisis isi naskah hard news dalam pro gram berit a Seputar Band u ng Raya Malam di Bandu ng TV ditinjau dari easy listening formula.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapu n tujuan d ari penelitian ini adalah seba g ai berikut:

(20)

Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV.

2. Untuk meng etahui nilai singkat (brevity) naskah hard news Peratur an Gubernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahma diyah di Jawa Barat

dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung

TV.

3. Untuk meng etahui nilai kejelasan (clarity) naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarangan Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV.

4. Untuk meng etahui nilai kesed er hanaan (simplycity) naskah hard news Peraturan Gubernur meng e nai Pelarang an Kegiata n

Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung

Raya Malam” Bandung TV.

5. Untuk meng etahui nilai kejujuran (sincerity) naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarangan Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV.

(21)

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dap at me mb erikan masuka n sebag ai su mba ng an p e mikiran bagi p eng e m ban g an ilmu Ko mu nikasi u mu mnya dan Ilmu Jurnalistik khususnya, tentang analisis isi naskah hard news ditinjau dari easy listening formula dan diharapkan dapat

dijadikan referensi bagi penelitian selanjut nya, khususnya yan g b erkaitan d eng an p enelitian tentang analisis isi naskah berita.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Selain kegu naan teoritis diatas, penelitian ini juga diharapka n b erg u na u ntuk:

1. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat me mberi peng etahuan d a n p eng alaman bagi peneliti, dan sebag ai aplikasi ilmu tenta n g analisis isi naskah berita, khususnya hard news ditinjau dari easy listening formula.

2. Akademik

(22)

Komunikasi, khususnya bidang kajian Ilmu Jurnalistik untuk melakukan p enelitian selanjut nya.

3. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dap at menjadi salah satu referensi bagi PT Bandu ng Media Televisi Indo nesia (Bandu ng TV), untuk men g etahui bag aimana analisis isi naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahma diyah di Jawa Barat

dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV

ditinjau dari easy listening formula.

1.5Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini ber maksu d u ntuk meng etahui analisis isi naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarangan Kegiat a n

Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung

Raya Malam” Bandung TV ditinjau dari easy listening formula.

(23)

Jenis berita berd asarkan sifatnya terbagi menjadi dua, yaitu hard news dan soft news. Sebag aimana latar b elakang masalah, pa d a

p enelitian ini difokuskan p ad a hard news.

Hard news adalah berita penting yang harus disamp aikan langsu ng ke pu blik. Berita jenis ini tidak bisa ditund a p e mb eritaanya karena akan cep at basi. Kadang p enulisan berita macam ini ju g a disebut breaking news, spot news, atau straight news.4

Ciri-ciri khas dari hard news adalah se bag ai berikut.

1. Meme ntingkan aktualitas. Definisi dari aktual adalah sed a n g menjadi p e mbicaraan orang banyak atau peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Memakai sistem piramid a terbalik dalam p enulisan berita. Artikel b er bentuk berita ini me miliki struktur unik, yaitu inti infor masi

ditulis pada alinea awal (disebut sebagai "lead”) dan data- d at a

p enting menyusul pada alinea- alinea selanjutnya, lalu penjelasan tamba han, dan diakhiri d eng an infor masi lain yang bukan bersifat infor masi utama.

3. Keleng akap an dari isi berita. Lengkap nya sebu ah hard news, bisa dip enu hi apabila pe makaian 5W + 1H sudah diterapkan. 5W+1H

(24)

adalah u nsur berita dan harus ad a. Bayangkan, jika salah satu unsur d ari ena m unsur tersebut tidak ada. Pasti berita tersebut sarat aka n infor masinya sehing g a tidak ada kelengkap an.

4. Memb eri infor masi. Sebag ai jend ela, ag ar para p e mbaca yang tidak tahu menjadi tahu.

5. Panjang dari hard news 100-200 kata. Tidak perlu panjang - p anja n g karena fu ngsinya me mb eri info yang aktual d an me me nu hi unsur 5W+1H.

Dalam teknik p enulisan berita terdap at ru mus 5W+1H (what, who, when, where, why, how). Namu n, p enulisan berita televisi perlu

ditambah lagi deng an suatu for mula lain ag ar me mu d ahk an p eng ertian bagi pe mirsa televisi. Pend ekatan tersebut disebut jug a d eng an easy listening formula.

Formula untuk menuju easy listening diaplikasikan d a n

diketengahkan oleh Soren H. Munroff dalam “Five Star Approach to

(25)

Penulisan berita harus tepat. Data yang dituliskan harus sesuai d eng an ko nteks p er masalahan dan dap at dip ertang g u ng-jawabkan.

2. Brevity (singkat)

Penulisan yang singkat berkaitan deng an eko no mi kata. Kata-kat a yang digu nakan harus tepat dan mu d ah dipaha mi. Hind ari p eng g u naan kata-kata mu bazir. Kata mu bazir adalah kata yang bila dihilangkan dari sebu ah kalimat tidak akan meru bah maknanya. Bahasa berita televisi harus eko no mis karena su dah ada ga mbar (visual). Berita televisi paling panjan g berd urasi 2,5 menit. Untuk b erita yang meng g u nakan voice over, hanya berkisar 20 samp ai 30 d etik. Supaya batas durasi itu terp enu hi, gu nakan kalimat pend ek, aktif, positif dan jangan men g g u nakan kalimat maje muk b ertingkat.

3. Clarity (jelas)

(26)

4. Simplicity (sederhana)

Membu at kalimat yang sed erhana dan tidak mencamp uradukkan kata-kata asing atau kata-kata yang kurang dikenal peno nt o n secara u mu m, karena p eno nto n televisi sang at hetero g en. Tingkat p endidikan, usia, jenis kelamin, suku dan tingkat sosial.

5. Sincerity (jujur)

Berita yang disusu n haruslah berdasarkan fakta p eristiwa dan fakta p end ap at secara o bjektif. Berita juga harus d ap at dip ercaya da n me me nu hi kaidah etika, und ang - u nd ang d an huku m. Tugas seorang wartawan ad alah melayani masyarakat. Masalah akurasi d an o bjektivitas harus menjadi acuan p enting bagi wartawan.

Dalam p enelitian ini, peneliti meng g u nakan mo d el Agenda Setting yang meng asu msikan adanya hu bu ng an po sitif antara penilaia n

yang diberikan media pad a suatu p erso alan deng an p erhatian yan g diberikan khalayak pada p erso alan terseb ut. Apa yang diang g a p p enting oleh media, akan diang g ap p enting pula oleh masyarakat. (Rakhmat, 2000:68)

Maxwell McCo mbs dan Do nald L. Shaw ad alah orang yan g p ertama kali mu ncul me mp erkenalkan teori Agenda Setting sekitar

(27)

Function of the Mass MediaPublic Opinion Quarterly No. 37 (Nuru din,

2007:195)

Mo d el Agenda Setting dapat dilihat dalam g a mbar 1.1 berikut. Gambar 1.1

Model Agenda Setting

Sumber: Rakmat, 2000:69

Efek media massa diukur deng an me mb andingkan d u a p eng ukuran. Pertama, peneliti meng ukur ag end a media d eng a n analisis isi yang kuantitatif, meng -ko ding b er bag ai isi media, da n menyusu n (meranking) isi itu berd asarkan panjang (waktu dan ruang), p eno njolan (ukuran headline, lokasi, frekuensi, po sisi), dan ko nflik (cara p enyajian bahan). Selanjutnya peneliti meng ukur ag end a masyarakat d eng an men g analisis self-report khalayak.

(28)

Agend a masyarakat dap at diteliti dari segi ap a ya n g dipikirkan orang (intrap erso nal), apa yang dibicarakan orang it u d eng an orang lain (interp erso nal), dan ap a yang mereka ang g a p sedang me njadi p e mbicaraan orang ramai (community salience). Efek terdiri dari efek langsu ng dan efek lanjutan (subsequent effects). Efek langsu ng berkaitan deng an isu: Apakah isu itu ada atau tidak ad a d alam ag end a khalayak (peng enalan), dari semu a isu, mana yan g diang g ap paling p enting menurut khalayak (salience), bag aimana isu itu dirangking oleh resp o nd en dan ap akah rangking nya itu sesuai d eng an rangking media (prioritas). Efek lanjutan berupa p ersepsi (peng etahu an tentang p eristiwa tertentu) atau tind akan (sep erti me milih ko ntestan p e milu atau melakukan aksi protes).5

1.5.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Berdasarkan kerangka p e mikiran teoritis, peniliti ingin men g etahui analisis isi naskah hard news Peraturan Gubernur men g enai Pelarangan Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dala m

Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV ditinjau

d ari Easy Listening Formula. Naskah berita Seputar Band u ng Raya

(29)

Malam terdiri dari hard news dan soft news. Naskah berita tersebu t diklasifikan berdasarkan ciri-cirinya sebag aimana dijelaskan di kerangka pe mikiran teroritis.

Aplikasi kelima for mula tersebut ad alah sebag ai berikut: 1. Accuracy (tepat)

Penelitian ini akan meng ukur apakah p enulisan naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Pro gram Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV tepat dan sesuai deng an d ata yang ad a juga dap at dip ertang g u ngjawabkan atau justru meng ad a-ad a d a n mena mb ahkan o pini.

2. Brevity (singkat)

Dalam penelitian ini akan diukur apakah p enu lisan naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Pro gram Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV meng g u nakan kata-kata yang eko no mis dan mu d a h dipaha mi atau kata mu bazir.

3. Clarity (jelas)

(30)

Bandu ng TV sesuai deng an for mat kalimat Su bjek, Predikat, Objek, d an Keterang an dan apakah pokok kalimat d eng an sebuta n b erjau han letaknya yang akan meng acaukan p erhatian p eno nto n. 4. Simplicity (sederhana)

Penelitian ini akan meng ukur apakah penulisan naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Pro gram Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV meng g and u ng kalimat yang sed erhana dan tidak menca mp uradukkan kata-kata asing atau kata-kata yang kuran g dikenal p eno nto n secara u mu m.

5. Sincerity (jujur)

Dalam penelitian ini akan diukur apakah p enu lisan naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Pro gram Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV disusun berd asarkan fakta peristiwa dan fakta p end ap at secara o bjektif serta me menu hi kaidah etika, undang -u ndang d an h-uk-u m.

(31)

ko nseptual sesuai d eng an teori Agenda Setting (gambar 1.1). Dima na su mber berasal dari naskah hard news Peraturan Gu bernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Pro gram Berita

“Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV.

1. Variabel media massa

a. Panjang: berisi waktu atau durasi berita hard news Peratur an Gubernur meng e nai Pelarangan Kegiatan Ah madiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandu ng TV yang dibacakan.

b. Penonjolan: bentuk beritanya adalah naskah berita hard news. c. Konflik: cara Band u ng TV dalam menyajikan berita hard news

Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung Raya

Malam”.

2. Variabel Antara

a. Stimulus: karakteristik isu, ter masuk jarak isu, lama terpaan, ked ekatan g eo grafis, dan su mb er.

(32)

siste m sosial, kebutu han, sikap, diskusi interp erso nal, d an terpaan media.

3. Variabel Efek

Hasil akhilr dari ag end a ad alah efek. Dalam Agenda Setting terdap at efek langsu ng dan efek lanjutan.

a. Pengenalan: apakah berita hard news Peraturan Gu bernur men g enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dala m

Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV ad a

atau tidak dalam ad end a khalayak.

b. Salience: dari semu a berita hard news Peraturan Gu bernur men g enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dala m

Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV

diang g ap p enting atau tidak oleh khalayak.

c. Prioritas: bag aimana berita hard news Peraturan Gubernur men g enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dala m

Program Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV itu

diranking oleh respo nd e n d an ap akah ranking itu sesuai deng a n ranking media.

(33)

Berupa persepsi atau tindakan dari seorang meng enai berit a hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiat an

Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar Bandung

Raya Malam” Bandung TV yang sed ang dihad api, sep erti:

a. Persepsi: persepsi atau p eng etahuan tentan g p eristiwa teretent u d an ju ga tindakan tertentu.

b. Aksi: beru pa tindakan lanjutan yang dilakukan individu setela h men d ap at persepsi.

Uraian diatas dap at diga mbarkan sebag ai berikut.

Gambar 1.2

Aplikasi Model Agenda Setting

Sumber: Peneliti, 2011

1.6Konstruksi Kategori

Setiap p enelitian dibutuhkan adanya penjabaran meng enai kateg ori d an su b kategori yang akan diteliti, dalam hal ini penjabaran tersebu t disebut ko nstruksi kategori. Adapu n unit analisis dari easy listening formula adalah se bag ai berikut.

(34)

Konstruksi Kategori

Unit Analisis Kategori Sub Kategori

Analisis Isi Naskah

Hard News Peraturan Gubernur mengenai

Pelarangan Kegiatan

Ahmadiyah di Jawa

Barat dalam Program

Berita “Seputar

Bandung Raya

Malam” Bandung TV

Tepat (accuracy)  Sesuai deng an ko nteks

p er masalahan  Sesuai deng an fakta

Singkat (brevity)

 Meng and u ng unsur 5W+1H  Kata-kata mu dah dipaha mi

Jelas (clarity)  Tidak jelas maknanya

 Terdapat su bjek, predikat, o bjek,

d an keterang an

Kesed erhanaan (simplicity)

 Terdapat kalimat efektif

 Pemakaian kalimat yang tidak

sed erhana Kejujuran

(sincerity)

 Objektivitas  Akurat

Sumber: Harahap, 2006

1.7Populasi dan Sampel

1.7.1 Populasi

(35)

ditetapkan oleh p eneliti untuk dipelajari dan kemu dian ditarik kesimp ulannya. (Sugiyo no, 2009:80)

Dalam penelitian ini yang menjadi po pulasi ad alah naskah hard news Peraturan Gu bernur meng enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiya h

[image:35.595.131.516.308.726.2]

di Jawa Barat yang siar setiap hari pukul 18.30 WIB yang terhitung dari 1 Maret 2011 samp ai 31 Maret 2011 seju mlah 8 naskah.

Tabel 1.2 Populasi

Hari/Tanggal Judul Berita

Kamis, 3 Maret 2011 Pergu b Larang Aktivitas Ahmadiyah Di Jawa Barat

Jumat, 4 Maret 2011 API Jabar Dukung Pergu b Tentang Ahmadiyah

Senin, 7 Maret 2011 Gubernur Sosialisasikan Pergu b Larang an Ahmadiyah

Selasa, 8 Maret 2011 Sikapi Ahmadiyah, Pemkot Bentuk Tim Khusus

Jumat, 11 Maret 2011 Meski Dilarang, Jemaah Ahmadiyah Tetap Jalani Sholat Ju mat

Pemerintah Terjunkan Tim Pembinaan Ahmadiyah

Kamis, 24 Maret 2011 PUI Datangi Masjid Ahmadiyah Kota Cimahi

(36)

1.7.2 Sampel

Samp el adalah bagian d ari ju mlah dan karakteristik yan g dimiliki oleh po p ulasi tersebut. Bila po p ulasi b esar, dan p eneliti tidak mu ngkin me mp elajari se mua yang ada p ada p o pulasi, misalnya karen a keter batasan dana, tenag a dan waktu, maka peneliti dap at men g g u nakan samp el yang diambil dari p o pulasi itu. (Sugiyo no, 2009:81).

Dalam p enelitian ini, peneliti meng g u nakan teknik samplin g Total Sampling.

Dr. Suharsini Arikunto menjelaskan bila su bjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil dari semu a sehing g a meto d e p enelitian men g g u nakan meto d e total sampling. Peng a mbilan samp el ya n g dimaksu d deng an total sampling adalah meng a mbil semu a ju mlah b erita u ntuk dijadikan samp el. (Arikunto, 1996:122)

1.8Metode Penelitian

(37)

tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cer mat. (Rakhmat, 2002:22)

Meto d e d eskriptif yang p eneliti lakukan yaitu p enelitian yan g b ertujuan u ntuk melihat isi naskah hard news Peraturan Gu bernur men g enai Pelarang an Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Pro gr a m

Berita “Seputar Bandung Raya Malam” Bandung TV ditinjau dari easy

listening formula.

Adapu n teknik yang digu nakan dalam p enelitian ini adalah analisis isi, dimana analisis isi ini untuk meng analisa atau me mp eroleh keterang a n d ari isi naskah hard news Peraturan Gu bernur meng enai Pelarang a n Kegiatan Ahmadiyah di Jawa Barat dalam Program Berita “Seputar

Bandung Raya Malam” Bandung TV sesuai deng an alat ukur yan g

digu nakan.

Analisis isi digu nakan untuk me mp eroleh keterangan dari isi ko mu nikasi yang disamp aikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dap at digu nakan untuk meng analisis semu a bent uk ko mu nikasi sep erti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, peraturan, u ndang -u nd ang, musik, teat er, dan sebag ainya. (Rakhmat, 2002:89)

(38)

Untuk me mp eroleh data yang dip erlukan, peneliti melakukan p eng u mp ulan d ata sebag ai berikut:

1. Doku mentasi

Meto d e doku ment er ad alah salah satu meto d e p enng u mp ulan d ata yang digu nakan dalam meto d olo gi penelitian sosial. Pada intinya meto d e d oku ment er adalah meto d e yang digu nakan untuk e mnelusuri d ata historis. Dengan d e mikian, pada p enelitian sejarah, maka bah a n d oku ment er me meg ang p eranan yang amat p enting. (Bungin, 2001:152)

Secara d etail bahan doku ment er ter bagi be be rapa maca m yaitu, auto bio grafi, surat -surat pribadi, buku atau catata n harian, me morial, kliping, doku men p e merintah mau p u n swasta, cerita ro man atau cerita rakyat, film, mikrofilm, foto, dan se bag ainya.

Doku men yang dip erlukan dalam p enelitian ini adalah naskah-naskah hard news Peraturan Gubernur meng enai Pelarang an Kegiat a n Ahmadiyah di Jawa Barat dari pro gram berita Seputar Band u ng Raya Malam di Bandu ng TV pada Maret 2011.

(39)

Dalam buku Meto d olo gi Penelitian Kuantitatif; Komu nikasi, Ekono mi dan Kebijakan Pu blik serta Ilmu -ilmu sosial lainnya, wawancara atau interview adalah:

“sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

d eng an cara tanya jawab sambil bertatap muka antara p ewawancara d eng an resp o nd en atau orang yang diwawancarai, d eng an atau tanp a meng g u nakan ped o ma n (guide) wawancara.” (Bungin, 2005:126)

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan redaktur

Seputar Bandung Raya Malam untuk memperoleh informasi mengenai naskah hard

news.

3. Studi Pustaka

Teknik ini dilakukan untuk mend ap atkan info rmasi deng an car a me mp elajari buku- buku, me mbaca media- media cetak yang relevan d eng an p enelitian yang sed ang dilakukan.

4. Penelusuran Data Online

Meto d e p enelusuran online adalah:

“tata cara melakukan penelusuran data melalui media online

(40)

fasilitas online, sehing g a me mu ngkinkan peneliti dapat me manfaatkan data infor masi yan berup a data mau p u n infor masi teori, secepat atau semu d ah mu ngkin d a n

dipertangungjawabkan secara akademis.” (Bungin, 2005:148)

1.10 Teknik Analisa Data

Menurut Bog dan, analisis data adalah, “Proses mencari dan menyusu n secara sistematis data yang dip eroleh dari hasil wawancara, catatan lapang an, dan bahan- bahan lain, sehing g a dap at mu d ah difaha mi,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono,

2008:244).

Dalam analisis data dilakukan langkah-langkah se bag ai berikut:

1. Penyeleksian data

Langkah ini dilakukan untuk me meriksa kelengkapan d a n kesemp urnaan data serta kejelasan d ata yang sudah terku mp ul.

2. Klasifikasi data

Langkah ini dilakukan untuk meng elo mp okkan data sesuai d eng a n jenisnya.

3. Uji reliabilitas

(41)

4. Pengko d ean d ata

Langkah ini dite mp u h untuk menerje mahkan d ata d eng an me mb erikan ko d e-ko d e berupa angka agar lebih mu d ah, kemu dian dat a dimasukkan ke dalam coding book (buku ko ding) dan coding sheet (lembar ko ding).

5. Mentabulasikan data

Langkah ini diambil untuk menyajikan data dalam sebu ah tabel (tabel induk, kemu dian ke dalam tabel tung g al) sesuai eng an tujuan analisis d ata.

1.11 Reliabilitas Koding

Reliabilitas ko ding merupakan alat ukur yang digu nakan untuk men g ukur tingkat kesep akatan pelaku ko ding, yaitu deng an uji statistik

koefisien korelasi Pearson‟s ©.

Koefisien korelasi Pearso n © yang digu nakan u ntuk meng ukur tingkat kesep akatan ko ding atau reliabilitas ko ding, yaitu:

Pearson‟s C = �2

N +�

2

Keterang an:

(42)

C = Pearson‟s Chi Kuadrat

Untuk mencari X kuadrat:

�2= (0−E)2 E

Untuk meng et ahui persentase tingkat kesep akatan pengko din g dihitung d eng an ru mus yang dikemukakan oleh Kriffendorf (1980), yaitu:

(1-c) x 100%

C = Pearson‟s Chi Kuadrat

Sedangkan untuk meng etahui ting gi rend ahnya kesep akatan yan g terjadi antara p engko ding, maka penelitian ini meng g u nakan penafsiran ko efisien menurut Surakhmad, yaitu:

0 % - 20 % : Korelasi yang rend ah sekali 20 % - 40 % : Korelasi yang rend ah tapi ad a 40 % – 70 % : Korelasi yang sed ang

70 % – 90 % : Korelasi yang ting gi 90 % - 100 % : Korelasi yang ting gi sekali (1985:302)

(43)

teori mau p u n praktek. Pengko ding kedu a ad alah Aska Leo nardi, deng a n p ertimban g an Aska me miliki peng alaman me mad ai di bidang jurnalistik d an p ernah bekerja di bagian pro duksi sebu ah stasiun televisi swast a nasio nal.

Pengko ding ketiga ad alah p eneliti sendiri, Gita Aulia, deng a n p ertimban g an p eneliti lebih men g etahui tentang ap a yang akan diteliti. Pengko ding an dilakukan untuk me mp eroleh kesepakatan terhad ap alat ukur yang telah diterapkan dalam ko nstruksi kat egori.

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.12.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Bandu ng Media Televisi Indo nesia (Band u ng TV) yang bertemp at di Ko mplek Peru mah a n Arcamanik Indah Jl. Pacuan Kuda Band u ng, telep o n (022) 70785618, 70785619, fax. (022) 4205467.

1.12.2 Waktu Penelitian

(44)

1

No. Uraian

Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan

Studi pendahuluan ke Perusahaan

Pengajuan judul ke Program Studi

Acc judul

 Persetujuan pembimbing

Pembicaraan judul

2. Pelaksanaan

Penulisan draf Bab I

Penulisan draf Bab II

 Penulisan draf Bab III

Penulisan draf Bab IV

Penulisan draf Bab V

3. Penelitian Lapangan

Pegumpulan data penelitian

4. Pengolahan data

[image:44.842.50.741.148.476.2]
(45)

 Pembimbingan hasil penelitian

5. Seminar Usulan Penelitian 6. Penyusunan Skripsi 7. Evaluasi

(46)

1

Hasil dari penelitian ini, dituangkan dalam skripsi yang disusu n b erd asarkan sistematika p enulisan berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan meng enai latar b elakang masalah, identifikasi masalah, maksu d dan tujuan penelitian, keg u na a n p enelitian secara teoritis dan praktis, kerangka p e mikiran secar a teoritis dan ko nseptual, teknik peng u mp ulan dan analisis data, p o pulasi dan samp el, lokasi dan waktu penelitian, sert a siste matika p enulisannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan dan dijelaskan men g enai teori-teori b erd asarkan stu di kepustakaan yang b erkaitan d e ng a n p er masalahan atau kasus yang diteliti dalam p enelitian ini.

BAB III OBJEK PENELITIAN

(47)

d an dijelaskan tentang g a mbaran u mu m Bandu ng TV yan g meliputi: sejarah Bagian Redaksi Bandu ng TV, Profil Perusahaan, Keterang an Teknis, Struktur Redaksi Bandu ng TV, job description Redaksi Band u ng TV, serta sarana d an prasarana di bagian Redaksi Bandu ng TV.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisikan tentang uraian d ari hasil penelitian b erd asarkan analisis data yang dilakukan oleh p eneliti. Uraian d ari hasil penelitian berd asarkan data yang terku mp ul dari lapang an, mencakup tentang Analisis Isi Naskah Hard News d alam Pro gram Berita Seputar Bandu ng Raya Malam di Band u n g TV yang p eneliti p eroleh melalui meto d e doku mentasi, wawancara, studi kepustakaan, dan p enelusuran data online. Kemu dian dalam Bab ini akan dilakukan p ula p eng analisisan terhad ap data- data tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(48)
(49)

34 2.1 Tinjauan men g enai Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi. (Cangara, 2005:18)

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pebentukan pendapat dan sikap. (Effendy, 2002:10)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat diancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell dalam karyanya, the Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who says what in which channel to whom with what effect? (Effendy, 2002:10)

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun salah. Beberapa definisi member pengertian terlalu sempit,

misalnya “komunikasi adalah penyampai pesan melalui media elektronik”,

(50)

hidup atau lebih”, sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk

hewan, tanaman, bahkan jin. (Mulyana, 2003:42)

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi kelima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan: who says what in which channel to whom with what effect? (Effendy, 2022:10), yaitu:

1. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak karena itu komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source atau encoder. (Cangara, 2005:81)

2. Pesan

Pesan (message) dalam proses komunikasi tidak lepas dari simbol dan kode, karena pesan yang dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode baik secara verbal maupun non verbal. (Cangara, 2005:93)

3. Media

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. (Cangara, 2005:119)

4. Komunikan

(51)

Komuikan dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok dan masyarakat. (Cangara, 2005:135)

5. Efek

Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. (Stuart dalam Cangara, 2005:147)

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (Cangara, 2005:55)

Menurut Harold D. Laswell (dalam Nurudin, 2007), secara terperinci fungsi-fungsi komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Penjagaan atau pengawasan lingkungan (surveilance of the environtment), fungsi ini dijalankan oleh para diplomat, atase dan koresponden luar negeri sebagai usaha menjaga lingkungan.

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in rerspond in to the environment), fungsi ini lebih diperankan oleh editor, wartawan dan juru bicara sebagai penghubung respon internal. 3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya

(52)

pendidik di dalam pendidikan formal atau informal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi.

Charles R. Wright (1988) menambahkan satu fungsi, yaitu entertainment (hiburan) yang menunjukkan pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudakan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya. (Nurudin, 2007:16)

2.1.4 Tipe Komunikasi

Tipe atau bentuk komunikasi diklasifikasikan berbeda di kaang pakar sesuai dengan pengalaman dan sudut pandang pakar tesebut. Joseph A. DeVito dalam bukunya Communicology (1982) mengklasifikasi ada empat tipe komunikasi, sedangkan R. Wayne Pace dan teman-temannya dalam bukunya Techniques of Effective Communication (1979) membagi komunikasi atas tiga tipe. (Cangara, 2005)

Berdasarkan sudut pandang beberapa pakar komunikasi, dapat diklasifikasikan ada tujuh tipe atau bentuk komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri)

(53)

2. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antarpribadi)

Komunikasi antapribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. (Mulyana, 2003:73)

3. Komunikasi Kelompok Kecil

Komunikasi kelompok kecil diartikan sebagai proses pertukaran pesan verbal dan nonverbal anatara tiga orang atau lebih anggota kelompok yang bertujuan untuk saling mempengaruhi. (Tubbs dkk, 2008:17) 4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering disebut juga pidato, ceramah atau kuliah umum. (Mulyana, 2003:74)

5. Komunikasi Organisasi

(54)

6. Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya atau antarbudaya yaitu komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda secara ras, etnik atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). (Tubbs dkk, 2008:19)

7. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau eletronik (televisi, radio), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, ananonim dan heterogen. (Mulyana, 2003:75)

2.2 Tinjauan men g enai Komunikasi Massa

2.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan oleh Bittner, Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). (Rakhmat, 2003:188)

Sedangkan definisi yang lebih lengkap dikemukakan oleh David W. Wright. Menurut Wright, komunikasi massa adalah:

(55)

khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar (This bew form can be distinguished from older types by the following major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often-times ro reach most audience members simultaneouslu, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization thay may involve great expense)” (Rakhmat, 2003:189).

Definisi yang dikemukakan oleh Wright sekaligus memperlihatkan ciri-ciri dari komunikasi massa yang membedakan konteks komunikasi ini dengan konteks komunikasi yang lain.

2.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Menurut Nurudin dalan bukunya Pengantar Komunikasi Massa menjelaskan terdapat 7 ciri-ciri komunikasi massa, yaitu:

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga 2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen 3. Pesannya bersifat Umum

4. Komunikasinya berlangsung Satu Arah

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan 6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis 7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gate Keeper

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

(56)

1. Surveilance (pengawasan). Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, yaitu warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) dan instrumental surveilance (pengawasan instrumental).

2. Interpretation (penafsiran). Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana surat kabar.

3. Linkage (pertalian). Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai). Fungsi ini disebut juga sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.

5. Entertainment (hiburan). Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.

2.3 Tinjauan men g enai Jurnalistik

2.3.1 Sejarah Jurnalistik

(57)

penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.

Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.

Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.

Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.

(58)

Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.

Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan Pers dan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI.3

2.3.2 Definisi Jurnalistik

Menurut Adinegoro, jurnalistik adalah kepandaian mengarang untuk memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Sementara menurut ilmu komunikasi, jurnalistik adalah suatu bentuk komunikasi yang menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa sehari-hari yang umum dan aktual dengan secepat-cepatnya. (Baksin, 2009:47)

John M. Echols dan Hasan Shadaly dalam Kamus Inggris-Indonesia mengartikan journal dengan majalah, surat kabar dan diary atau buku catatan harian. Journalistic sendiri diartikan sebagai „mengenai

kewartawanan‟. (Baksin, 2009:50)

Dari asal usul kata atau arti etimologis tersebut, hal-hal yang membangun konsep jurnalistik anatara lain: catatan, kejadian, kewartawanan dan surat kabar. Dapat disimpulkan, jurnalistik adalah

3

(59)

proses penulisan dan penyebar luasan informasi berupa berita, feature, dan opini melalui media massa. (Baksin, 2009:50)

Kustadi Suhandang dalam buku Pengantar Jurnalistik menyimpulkan:

“Jurnalistik adalah seni dan atau keterampilan mencari,

mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, rangka memenuhi segala kebutuhan dalam hati nurani khalayaknya.” (Suhandang, 2010:23)

2.3.3 Bentuk-bentuk Jurnalistik

2.3.3.1 Jurnalistik Media Cetak

Jurnalistik media cetak adalah berita-berita yang disiarkan melalui benda cetakan. Dalam sejarahnya, jurnalistik media cetak adalah bentuk jurnalistik pertama sebelum munculnya radio, televisi dan internet. (Zaenuddin, 2011:3)

(60)

2.3.3.2 Jurnalistik Media Elektronik

Dalam beberapa hal, media eletronik telah mengungguli media cetak, terutama karena kekuatan audio-visual-nya. Radio dan televisi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Di Indonesia, jurnalistik media elektronik juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 1980-an, radio masih memiliki banyak penggemar. Semenjak lahirnya televisi, jumalah pendengar radio menciut dan terspesialisasi. (Zaenuddin, 2011:6)

2.3.3.3 Jurnalistik Media Online

Jurnalistik media online memiliki sejumlah keunggulan dibanding jurnalistik media cetak. Pertama, berita-berita yang disampaikan jauh lebih cepat. Kedua, akses berita yang mudah dan praktis. Ketiga, pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau komentar secara langsung terhadap berita yang disajikan pada kolom komentar. (Zaenuddin, 2011:8)

2.4 Tinjauan men g enai Televisi

2.4.1 Sejarah Televisi

(61)

sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1935 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1939, Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layar televisi, sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940. (Ardianto, et. al, 2007:135)

Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekarang. (Ardianto, et. al, 2007:136)

Pada 1989, muncul Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sebagai televisi nasional swasta pertama di Indonesia. Hingga saat ini, terdapat 11 stasiun televisi nasional yang beroperasi dan 10 diantaranya adalah stasiun televisi swasta.

2.4.2 Karakteristik Televisi

Menurut Adi Badjuri dalam bukunya Jurnalistik Televisi, ada 5 karakter televisi, yaitu:

1. Mengutamakan gambar. Kekuatan televisi terletak pada gambar yang didukung oleh narasi atau sebaliknya, yang mebuat tayangan televisi lebih menarik dibanding media cetak.

(62)

3. Bersifat sekilas. Durasi berita televisi terbatas. Berita yang ditayangkan di televisi cenderung bersifat sekilas.

4. Bersifat satu arah. Pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respon pada berita televisi yang ditayangkan, kecuali pada beberapa program interaktif.

5. Daya jangkau luas. Televisi menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial-ekonomi.

2.5 Tinjauan tentang Berita

2.5.1 Peng ertian Berita

Menurut Adi Badjuri dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Televisi, berita adalah:

“laporan tentang suatu peristiwa yang sudah terjadi, gagasan atau pendapat seseorang atau sekelompok orang (politisi, ekonom, budayawan, ilmuwan, agamawan, dsb.) atau temuan-temuan baru dalam segala bidang yang dipandang penting dan diliput wartawan atau reporter untuk dimuat dalam media massa cetak atau ditayangkan dalam media TV atau disiarkan melalui radio.” (Badjuri, 2010:85)

Sedangkan berita dalam teknis jurnalistik adalah:

“laporan tentang fakta atau ide yang terkini, yang dipilih oleh

staf redaksi suatu stasiun TV untuk disiarkan, serta menarik perhatian penonton, mungkin karena luar biasanya, mungkin karena pentingnya atau akibatnya, atau mungkin juga karena mencakup segi-segi human

interest seperti emosi, ketegangan, atau menggelikan (humor).”

(Badjuri, 2010:85)

(63)

Zaenuddin HM dalam bukunya the Journalist, menyebutkan ada 11 nilai berita, yaitu:

1. Aktual. Wartawan memilih sesuatu, baik peristiwa maupun pernyataan yang benar-benar baru terjadi sebagai berita.

2. Penting. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap penting terutama untuk diketahui khalayak pembaca dan pemirsa.

3. Berdampak. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap mempunyai dampak dan akibat yang ditimbulkannya bagi masyarakat, baik postif maupun negatif.

4. Kedekatan. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena sesuatu itu secara geografis dekat dengan khalayak pembaca atau pemirsa. Karena nilai kedekatannya (proximity), khalayak merasa tertarik untuk mengetahuinya.

5. Luar biasa. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap luarbiasa, contohnya ketika pertama kali manusia berhasil mendarat di angkasa luar, peristiwa dianggap sebagai berita. 6. Konflik. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita

karena didalamnya terdapat konflik, baik fisik maupun emosional. 7. Ketegangan atau drama. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa

(64)

8. Tragis. Tragisme mengandung nilai jurnalistik yang tinggi karena melibatkan emosional dan nurani kemanusiaan.

9. Ketokohan. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena terkait dengan tokoh atau orang terkenal.

10.Seks. Wartawan juga sangat tertarik memberitakan peristiwa yang mengandung seks karena nilai jurnalistiknya cukup tinggi.

11.Humor. Sesuatu atau peristiwa yang mengandung humor juga dianggap layak sebagai berita. Secara umum, orang suka tertawa. Orangjuga senang membaca atau mendengar berita yang lucu dan jenaka.

2.5.3 Jenis-jenis Berita Televisi

JB Wahyudi dalam Jurnalistik Televisi (Baksin, 2009:93) membagi jenis-jenis berita televisi menjadi dua, yaitu:

1. Berita terkini, adalah urutan peristiwa dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dan terjadi pada hari ini (news of the day), bersifat time concern, yaitu penyajiannya sangat terikat dengan waktu. Berita terkini dapat disajikan dalam dua bentuk, yakni:

(65)

b. Berita mendalam (indepth news), yaitu uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan menempatkan fakta dan atau pendapat itu pada mata rantai dan merefleksikannya dalam koneks permasalahan yang lebih luas. Ada beberapa bentuk berita mendalam, yaitu berita komprehensif, interpretatif dan investigatif.

2. Berita berkala, adalah uraian fakta dan pendapat yang nilai beritanya kurang kuat, sehingga penyajiannya kepada khlayak tidak terikat pada waktu. Uraiannya bersifat linier dan eksploratif. Termasuk dalam jajaran berita berkala adalah:

a. Laporan eksploratif, adalah uraian mengenai fakta dan atau pendapat yang diperoleh dengan cara menggali (eksplore). Topik bahasan yang dipilih masih bersifat umum, kemudian digali lebih mendalam untuk mencari permasalahan yang ada dan selanjutnya permasalahan ini dibandingkan dengan tujuan yang hendak dicapai.

b

Gambar

Tabel 1.2 Populasi
Tabel 1.3
Gambar 3.1 Logo Bandung TV
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Divisi Pemberitaan Bandung TV
+7

Referensi

Dokumen terkait