• Tidak ada hasil yang ditemukan

Munasabah dalam tafsir Mafatih al-Ghaib

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Munasabah dalam tafsir Mafatih al-Ghaib"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

MUNASABAH

DALAM TAFSIR

MAFATIH ALGHAIB

TESIS

Diajukan Kepada Program PascasaIjana

Univ"'l"sitas Islam Negeri "Syarif HidayatulIah" Jakarta

Untuk Memenuhi Persyaratan MemperoIeh GeIar Magister

Calam Ilmu Agama IsIarr.

OLEH:

Endad Musaddad

NIM:.Ol.200.1.05.01.0121

PEMBIMBING:

Prof.DR. H. Hanldani Anwar, M.A.

DR. Hj. Faizah Ali SyibromaIisi, M.A

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

BsセZarif

HIDAYATULLAH" JAKARTA

(2)

MUNASABAH DALAM TAFSIR

MAFATIH AL-GHAIB

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana

Universitas Islam Negeri "Syarif Hidayatullah" Jakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Oalam Ridang Ilmu Agama Islam

Oleh:

Endad Musaddad

NIM.01.:WO.1.05.01.0121

Oi bawah Bimbingan

S ibromalisi M.A

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

II

SYARIF HIDAYATULLAH"

JAf<ARTA

(3)

Tesis yang berjud1jl:

Munasabah

dalam Tafsir

Mafatih al-Ghaib

yang ditulis oleh:

Nama NIM

Program studi

: Endad Musaddad

: 01.200.1.05.01.0121

: Tafsir Hadis

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah pada tanggal

30 Mei

RPPセ dan tesis ini telah diteri,na sebagai salah satu 5/arat untuk memperoleh gelar Magister dalam birlang i1mu Auama Islam Pada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) " Syarif Hidayatuliah" Jakarta.

Jakarta,31) Mei

2005

Tim penguii Sidang Tesis Universitas Islam Negeri (UIN)

" Syarif Hidayatullah" Jakarta.

セセMMMMMG

Prof.DR.H.: mrlani Anwar, M.,t,.

Penguji II セN

A

ᄋP|aH[MNセ

'---

/

DR. Hj. fai ah Ali Syibromalisi, M.A.

Penguji IV

\I

{-'-DR. H. A. Wahib Mu'thi

(4)

KATAPENGANTAR

Puji dan syukur pel1ulis panjatkan kehadirdt Allah swt. yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam kiranya tetap tercurahkan alas junjungan kila l'!alJi Muhammad s.a.w., keluarganya, para sahabatnya serta para pengikulnya yang ';eli!: ';arnpai akhir zaman.

Dengan bekal l'l\vakal dan perjuangan yang berat akhirnya penulis bisa menyelesaikan tesis ini, yang di ajukan guna memperoleh gelar Magister dalam ilmu agama Islam pada Program studi Tafsir Hadis Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) "Syarif Hidayatullah" Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini jauh dari sempuma, karena itu penulis harapkan kepada sidang pembaca berkenan memberikan masukan-masukan guna kesempumaan tulisan ini.

Sel,;ma penulisan tesis ini, ー・ョオャゥセ banyak menerima bantuan dan par,isipasi dari berbagai pihak, baik lembaga maupun perorangan. Karena itu penulis ingin menyampaikhn terima kasih dan peng!1argaan kepada mereka semua, terutama kepada:

1. Bapak Prof.DR. H. H,lmdani Am"ar, M.A. dan Ibu DR.Hj. Faizah Ali Syibroma:i3i, M.A. ma;ing-masing sebaf,ai pembimbing I dan II yang telah membimbinr dan mengarahkan secara aktif proses penulisan tesis ini.

(5)

3. Bapak dゥイセォエオイ Program Pascasarjana UIN "Syarif HiJayati.lllah" Jakmta beserta seluruh dosen yang sangat banyak memberikan tarnbahan ilmu pengetahuan sehingga membuka dan memperluas cakrawala berpikir penulis.

4. Bapak Prof.DR.H. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku ketua Program studi Tafsir Hadis serta Bhpak kepala perpustakaan Pascasarjan:1 UIN " Syahid" Jakarta yang telah memberikan berbagai lasilitas selama penulisan tesis inL

5. Bapak ketua STAIN" SMHB' Serang beserta ketua jurusan Ushuluddin yang telah mengizin:,an penulis untul, mengikuti kuliah pada program Strata dua (S2) di Universilas Islam Negeri " Syahid" Jakarta.

6. Kedua orang tua pc nulis yang telah mengasuh dan membesarkan penulis serta lak bosan-bosannya \I,emberikan dorongan dan do'anya untuk menimba ilmu pt;ngetahuan hingga :'ejenjang yang lebih linggL

7. Islri penulis yang tercinla, lis Aisyaturohimah, S.Ag. dan kedua anak penulis: Muhammad Syauqi Arinal Haq, dan Muhammad Zamzam Ziyaul Haq yang deng1n penuL ket1bahan dan kesabarannya ikul serta bersama penulis dalam suka dan duka. Alas pengorbanan mereka ini penulis dapat menyelesaikan tesis inL

Akhimya kehadirat Allah jualah, penulis memanjatktin do'a, semoga segala bantuan dan partisipasi dari berbagai pira:, dibalasi-Nya dengan pahala yang bedipat ganda. Amin 'fa Rabbal 'alamin.

Jakarta, Mei 2005 Penulis

(6)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB -LATIN

L Konsonan

=

a ) r

<oJ

=

f

..., b

..J

=

z

J

- q

0 J' s

J

k

...::... ts J"

.,

sy

J

".. J

c.r

sil

i

III

"..

b

c.r

dl

0

n

,-".. kh

1,

til

)

=

w

'

-セ d

.b

zh Jll h

セ dz y

=

'

-y !-,h y

' -

.,s

2. Yokal

I) Yokallllnggal

2)

Yoka! rangkap

;;. a 1.5 1 HI

<

".. 3 1 au

'-

1I
(7)

3. Maddah (Vokal Pan.iang)

Vokalー。ョェ。ョセ dilambangkan oengan hUl1lf dan tanda yaitu;

Huntf Arab Huruflatin

dan tanda

<.S

I "-

a

セ T

j

(,

contoh

/ /

jセ = qaIa

/

1'_

j::"= qiia

J J

jセ

=yaqillu

4. Ta Marblltah ., I

4 )

yang hidllp (berhark<1t, jiltltat, /iasrat dan damat)

menjadi t. Sedangk:: n ta marbutah yang mati atau mendapat harokat sukun translitasinya adalah j,.

5. Syaddah (セ )

Tanda syaddah diJa'nbangkan dengm huruf yang sama dengan yang diberi tanda

syaddEh

Contoh; rabbana

6. Kata Slwtlang

I) Kata sandarg yang diikuti oleh lam,f syamsiah, diganti dengan huruf yang sama

dengan hun,f langsung yang mengikuti kala sandang

Cont.... <n.ll '.

セ GLセL

II -

asy..syams

; '"ッセ

\; '"\\

J-"".r

= ar-rajul

2) Kala sandaq, yang diikuli oleh humf Qama:iah sesuai dengan aturan di alas dan

menjadl sc.:suai dengan blUlyinya.

, "'.-' Ill""

Contoh'

セi

= al-qalam
(8)

Secara UlrUIH, transliterasi dalam tlllisan ini ュセイオェャャォ pada Pedoman

Transliterasi Arab Latin berdasarkan Keplltllsan Bersama Menten Agama dan Menteri Pendidikan dan Keblldayaan RI. No: 158 tahlln 1977 dan No: 0543

b/UI1967.

(9)

DAFTARISI

Halaman

Halaman JUdlll. .

Lembar Pers .otujuan... Ii

Keterangan Tim Anggota Penguji... Iii

Kata Pengar.ta iv

Pedoman Transl:terasi... vi

Daftar lsi... ix

BAS. I PENDAHULUAN . A. l.dt3r BelakanMasalah . 1 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 14

C. Kajlan Pustaka... 15

D. Tt,juan Penelitian... 16

E. Signifikansi Penelitan... 16

F. Metode Penelitian... 17

G Sistematika Pembahasan... 18

(10)

BAB.II

TEORI

MUNASABAH

DALAM PENAFSIRJ\N...

19

!-•. Pengertian

Mu'1asabah...

19

B. Pandangan Ulama tentang

Munasabah...

24

C.

jenis-jenis

Munasabah...

31

BAB. III

BIOGRt.!":,

DAN

INTELEKTUAUTAS

FAKHRUDIN

AL-RAZI...

56

A. Eiografi Fakhruddin al-Rilz1 56 B. Kondisl Sosial dan Intelektual Masa Fakhruddin al-Rilz1

61

C.

Kcsarjanaan Fakhruddin al-Rilz1 71 D. Karya-karya Fakhruddin al-Rilz1... 77

BAB. IV

MUNASABAH

DAN

PENGGUNAANNYA

DALAM

TAFSIR

MAFA71H AL-GHAIB.

c...

fJ2 J. .. Metode Fakhruddin al-Rilz: dalam menafsirkan al-Qur'an... 87

13. Karakteristik Kitab Tafsir

!vfatatih a/-Ghaib...

102

C.

イセオョゥャウ。「。ィ dan jenis-jenisnya dalam Tafsir

Mafatih

a/-Ghaib...

...

116

BAB. V

PENUTUP...

167

A.

I\esimpulan...

167

B. Saran... 173

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalall

AI-Qur'an adalah kitab Allah diclalamnya termuat dasar-dasar ajaran Islam. AI-Qur'an menerangkan segala perintah dan larangan, yang halal dan yang haram, baik dan buruk bah:Zan jlga memuat berbagai kisah umat masa lampau.

Seluruh yang ten.'aktub dalam al-Qur'an pada hakekatnya merupakan ajaran yang harus dipegangi oleh umat Islam. la memberikan petunjuk dan pedoman hidup untuk mencapai kcbahagiaan hid up di dunia dan akhirat kelak, dalam bentuk ajaran : akidah, Ill'kum, r.kldak. falsafah dan sebagainya.

Untuk l1lengungkap semua ilu, menjelaskannya tidaklah memadai bila seseorr.ng hanya mampu membaca dan melagukannya dengan baik, yar;g diperlukan bukan hany<. ilu, lapi lebih pada kemampuan memahami dan mengungkap isi serta mengetahui pl' nsip-pri.1sip yang dikandL:ngnya. Kemampuan seperti inilah yang

diberikan tafsil.'

IYunan YJsuf, Karakleris,ik Taftir al-Qur'an "bad XX, Jurnal Ulumul Qur'an, No.4.vol.lII.

(12)

DenganGャセュゥォゥ。ョ tafsir adalah "kunci untuk nembuka gudang simpanan ya'lg

tertimbun di dalam al-Qur'an", demikian di ungkapkan al-Shabuni.2 Semen'am

al-Zarkasyi memberikan definisi " tafsir adahh I1mu untuk mengetahui perr,ahaman

kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, berupa penjelasan

maknanya, mengeluarkan hukum-hukumnya serta hikmah-hikmahnya.3

Kebutuhan akan pentingnya tafsir terasa setelah wafatnya Rasulullah saw.,

karena munculnya perbedaan pemahaman para sahabat telhadap al-Qur'an. Perbedaan

mereka sangat beragam meskipun mereka memahami al-Qur'an secara global.

Munculnya perbedaan tersebllt kembali kepada pe.'bedaan mereka, penguasaan

mereka terhadap bahasfl, tingkat pergnulan mereka dengan Rasul dan apakah mereka

memanfaatkan beliall, セ・イエ。 pengetahuan l:1ereka tentang sebab-sebab tunmya ayat4•

Dari sini kemudian timl'ul perguruan-perburuan tafsir yang dipelopori oleh para

sahabat antara lain : J,1n 'Abbas, Ibn Mas'ud, Ubay ibn Ka'ab dan lain-lain.

Selanjutnya peran para sahubat tersebut dilanjutkan oleh para muridnya dari kalangan

tabi'in di kota-kota tempat mereka tinggal.

Para sahabat da'am menafsirka1 al-Qur'an berpatokan kepada: Penjelasaan

Rasul (had.s), kemudian ijtihad mereka sendiri, ada pula dikalangan mereka yang

menanyakan masalah-masalah tertentu kepada ahli kitab berkaitan dengan nwaya;

•aャMsィ。セオョゥL Ikhtisar 'U/um a/-Qur'an Pralais, terjemah, Qodirur. NUT, (Jakarta: Pustaku

Amani, 1988), h. 85.

, Al-Zark..·"i,A/-Burhdn Fi-'U/Um a/-Qur'an,(Beirut: Dar al-Fikr, 1972), Zuz1,h.53.

4Tentang hll ini lihal Ali al-Usy, Metodo!ogi Penafsiran a/-Qur'l1ll sehuah linjauan Awal,

Jumal al-Hikrnah, "oA.(Ban'lung : Yayasan Muthehari, 1991), lihat Pula Depag, aI-Qur'an dan

terjemahnya(Jakarta: Yayasan Penyelenggara dan PenerLit Mushaf al.our'an, 1993), h.28-29.

(13)

Nabi-nabi terrlahulu yang kemudian riwuyat mereka ini s'olanjutnya dikenal denga.l

istilah Israiliyal Gabungan dari ketiga sumber tadi: penafsiran Nabi, sahabat, dan

riwayat ahlu/ kila? ditambah dengan penjelasan tabi'in dikelompokan menjadi tafsir

bi a/-ma'isur.5

Sejalar , deLgan kt:butut,an umat Islam untuk mengetahui seluruh segi

kandungan al-Qur'an serta intensilas perhatian pa,lI ulama terhadap tafsir aI-Qur'an,

maka berrnurwulanlah berbagai kitab atau penafsiran yang beraneka ragam coraknya,

baik pada masa ulama salaf maupun u/ama khalaj, sampai seperti sekarang ini.

Keragaman itu ditunjang oleh al-Qur'an yang keadaannya seperti dikatakan Abdullah

Daraz dalam ai-Naba'u al-'Adzim:

"Apabila ::nda membaca al-Qur'an maknanya akan jelas dihadapan anda. tetapi bila anda "nembacanya s'lkali lagi anda akan menemukan pula makna-makna lain yang berhc;da dengan makna sebelumnya. Demikian seterusnya sampai-sampai anda dapat menemukan kata atau kalimat yang mempunyai arti berrnacam-macam, yang semuanya benar atau mungkin benar .Ayat-ayat Al-Qur'an bagaikan intan setiap sudutnya lTIemancarkrn cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut ;ainnya. Dan tklak mustahil, bila anda mempersilahkan orang lain

memandangnya, iaセォ。ョ melihat lebh banyak ketimbang yang anda lihat".6

Sejalan deng: n pendapat DalT"dZ di alas Muhammad Arkoun, pemikir al-Jazair

kontemporer, menulis sebagai berikut: "Al-Qur'an memberikan kemungkinan arti

yang tidak terbatas... ,(esan yang diberikannya mengenai pemikiran dan penjelasan

5Lihat QlIra'sh Shihab, Membumikan al-Qur'an, (Bandllng: Mizan,1992), h.71.

6Ibid, h. 16.

(14)

berada pada tingkat wujud mutlak...Dengan demikian, ayat-ayatnya selalu terbuka

(untuk interpretasi barn). Tidak pemah pastidantertutup dalam interpretasi tunggal".' Dari Fcnom-:na di atas sepanjang sejarahnya dibandingkan dengan teks lain

(kitab sud agarra lain), al-Quran merupakan satu-satunY3 kitab sud yang banyak di

kaji dan ウ・ォ。ャゥセlGセ dibaca bahkan di hafal baik oleh mereka yang meng'll1ut agama

Islam maupun Mereka yang menjadikan al-Quran hanya sekedar bahan studi. Dari

hasil pengkajian itulah telah lahir berjilid-jilid kitab tafsir dengan berbagai macam

karakteIistiklljU," LJ.al ini mempaKan fenomena mellarik sekaligus unik. Sebab,

kil.ab-kitab tafsir sebag31 teks kedua seperti dapat kita lihat dalam khazanah literatur Islam

tidak hanya sek,;dar jumlahnya yang banyak, tetapi juga corak dan model metodenya

yang di pakai beragam dan berbeda-beda. Keragaman tmtang metode dan berbagai

macam pendekatan guna memahami isi kandungan al-Qur'an oleh para ulama

kemudian dikun tpulkan dalam sebuah disiplin ilmu "Uli1m al-Qur'an".'

Di antara sekian banyak bahasan ilmu-ilmu a1-Qur'an, salah satunya adalah

tentang mundsabah. Pembahasan tentang mundsabah ini pertama kali diperkenaIkan

oleh seorang alim ai-Imam Abu Bllkar al-Naisaburi, yang nama lengkapnya Abu Bakr

1Mohammad Nur Ikhwan, Taftir Ilmi: Memahami al-Qw'an meluJui pendekalan 80ins

Modern.(Jogiakarta: \1''''ara Kudus. 2004\. h. WセN

B Yang dimaksuc< dengan karakteristik disini adalah cirri-ciri khusus bal,asan yang paling

dominan dalam karya sebLilh tafsir. Misal ada kilab tafsir yang lebih menonjolkan aspek bahasanya

(NahlYU, Sharaf, bイャ。セゥBjN|L ada juga kitab tafsir yang lebib menekankan pada kecendenmgan Hmn

pengetabuan.

9Di antara mater bahasan Hmu-Hmn al-Qur'an ('UlUm al-{lur'an) antara lain adalah tentang:

Asbal al-NuziJl, Muhkam Mutasyabih, Makky dan Madany, pengetabuan tentang Nasikh dan

lvfansukh,Jam'u/ Qur'an,Qira1at,dan sebagainya.

(15)

'Abd Allah Ib.JU Muhammad Ziyad al- Naisaburi ( W. 324 H). Apabila al-Qur'an

dibacakan kupadaaya, ia bertmya mengapa ayat ini ditempatkan disamping ayat

sebelahnya. B&hkan ia mencela para ularr.a Baghdad karena mereka tidak

memperhatikan ilmumundsabah.10

Argurnentasi mengenai keberadaan mundsabah dalam al-Qur'an oleh pam

ulama di dasarkan pada pendapat bahwa tetib ayat-ayat al-Qur'an adalah tauqifi

(tergantung paoa petunjuk Allah dan Rasul-Nya), begitu juga dengan tertib susunan

surat-suratnya menurut pendapat jumhur ulama adalah tauqifijuga. Pendapat ini di

dasarkan atas keadaan Nabi saw., yang setiap tahun melakukan mu'aradhah

(memperdengarkセョ bacaannya) kepada Jibril as. Termasuk yang diperdeugarkan

Rasut adalah mer l!f.:nai tertib susunan suratnya.' ,

Dalam 'Jembahasan tentang mundsabah ini terdapat dua aliran12• Pertama,

pihak yang inenyatakan oahwa pasti ada pertalian erat antara surat dengan surat dan

antara ayat dengan ayat dalam al-Qur' an. Keiompok ini diwakiii anlaI'll iain oietu

10AI-Zorkrsyi,AI-Burhan Fi 'V/urn al-Qur'an,(Beirol:Dar al-Fikr, 1957), h.36

\I Muhanunad Abd al-Adzim a1-Zorqani, Mammil al-Iljan

fi

'V/lirn al'Qur'an, (Beirut: Dar

al-Fikr, 1988), JiliJ.1. L. 348. Sebagian ulama menurul al-Zorqoni memandang bahwa tertib susunan ayat dan sural dalarr aI-Qur'an adalah ijtihadi. Pendapal ini di dasarkan pacta beberapa alasan. Pertama,

mushaf pada catatan sahabal lidaklah sama. Kedua sahahal pemah mendengar Nabi membaca

aI-QUr'an berbeda dengan lertib sural yang tyerdapal dalam al-Qur'an. Ketiga adanya perbedaan pendapal

menegenai lertib sur"l ini menunjukkan lidak adanya pelunjuk yang jelas alastertib di rnaksud. Selain

ito juga adanya pendapal bahwa sebagian lauqifidan sebagian ijlihddi.Menanggapi persoalan di alas

a1-Zarqoni berkomentar: Meski pendapal di alas memiliki alasan, letapi alasan-alasan yang dikemukakan ito lidak memiliki tingka'l keabsahan yang sarna. Alasan pendapat yang mengemukakn

tertib sural sebagai ijlihdditampak ti.jak kuat. Riwayal lentang sebagian sahahat pemag mendengar

Nabi membaca al-Qur'an berbeda dengan lertib rnushafyang sekarang dan adanya lentang catalan

rnushaf sahabat yang berbeda bukanlah riwayal rnulawalir.Terti;, mushaf sekarang berdasarkan

riwayal rnulawiilir. Kfo1lUdian lidak ada jaminan bahwa semua sahabal yang memiliki catalan mushaf

ito hadir berSlUl'a Nabi liap saal turon ayat al-Qur'an. Karena ito kemugkinan tidak utuhnya lertib

rnushafal-Qur'an sahabal sangal besm , Demikian ai-'lar.Jani menjelaskan.

12Ibid

(16)

Syekh 'Izz a:-Din Ibn 'Abd ai-Salam, atRu yang lebih dikenal dengan nama 'Abd

al-Aziz Abd ai-Salam ( 577-660 H). Mem:rut kelompok ini mundsabah adalah i1mu yang menjehskan persyaratan baiknya kait:m pembiearaan ( irtibath al-Kalam )

apabila ada hubungan keterkaitan antara permulaan pembiearaan dengan akhir

pembiearaan ymg tersusun ml;njadi satu. Dila hubungan itu terjadi karena sebab yang

berbeda-blda, maka tidak disyarlltkar. admlya hubungan antara satu dengan yang

lainnya,I3

'Izz 。ャMNセゥョ memberikan penjelasan bahwa al-Qur'an itu diturunkan dalam

masa dua puluh tallUn lebih. AI-Qur'an berisikan berbagai hukum dengan sebab yanp;

hubeda-beda. セ 1aka dengan demikian apa tidak perlu ada pertalian antara satu dengan lainnya.

Selanjl'Llya ia memberikan alasan dengan mengajukan beberapa pertJnyaan:

apakah artinya Tuhan meneiptakan hukum dan makhluknya? perbedaan illat dan

sebab, upaya ュセャQォウゥ。 tentang hal-hal yang disepakat:, diperselisihkan, dan bahkan

dipertentangkan, sudah bar-ang tentu エゥセ。ォ akan ada orang yang meneari-cari

hubungan tersebut bila tidak ada artinya.14

Pembab,an lentang munLisabah (hubunga'l ayat dengan ayat dan Sl!lat

dengan surat) mcrupakan salah satu bagian dari asvek-aspek iJaz (kemuJizatan )

al-Qur'an. Hal ini sebagaimana dikatakan Nashr Hamid Abu Zaid dengan mengutip

pendapat al-Zarkasyi dalamal-Burhansebagai berikut:

J)Al-SuyuIhi,Asrdr lartfb al-Qur'an,It.h. 108.

I.Ibid.

(17)

., iviushaf sepetti ウオィオエセウオィオヲ mulia, sarna dengan yang terdapat dalam kitab yang tertutup rap£-t ( Lauh al-Mahfudz), semua surat dan ayatnya disusun seearn

tauqifi. Penghafal al-Qur'an bila memintl Hltwa mengenai berbagai macam hukum, atau ia memperdebatkannya, atau mendiktekannya maka ia akan menyebutkan ayllt sesuai dengar yang ditanyakannya. Dan jika ia kembali kepOOa bacaan ,naka ia tidak mengatakan seperti yanb ia fatwakan, dan tidak pula seperti yang d:turunkan secarn terpisah-pisah 'llelainkan seperti yang diturunkan secara keseluruhan diBait al-Izzah.

Diantara yang jelas-jelas mukjizat ialah i1s1ub dan susunannya yang mengagumkan, sebab ia mem?ng sebuah kitab yang ayat-'iyatnya di kokohkan, kemudian diturunkar•. seeara terpisa'l-pisah dari sisi yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Ia mengatakan: Yang pertama kali pantas untuk diteliti dalam setiap ayat adalah apakah ayat berkr ,tan dengan ayat sebelumnya atau ia berdiri sendiri. Jika berdiri sendiri, pada sisi apa ォ・セ・ウオ。ゥ。ョョケ。 dengan yang sebelumnya. Dalam hal ini terdapat banyak ilmu. Demikian pula dalam sural, sisi keterkaitannya dengan surat sebelumnya dan konteksnyaー・イセオ di carin.15

Se;.lagai bagian dari persollian i:iaz masalah ilmu ini pOOa dasarnya mengaeu

pada mekanisJ'1e khusus teks yang membedakannya dari teks-teks lain dalam

kebudayaan. ,1ila dihubungkan dengan Ilmt· Asbdb d-Nuzul misalnya, i1mu

mundsabah menr;kaji hubungan teks dalarn bentuknya yang akhir dan final.

<;<:mentara 、。セ。BBGQ Asbdb al-Nuzul mer,gkaji hubungan bagian-bagian leks dengan

kondisi ekstemll, atau konteks ekstemal pembentuk teks.lo

Keduo. pihal< yang menyatakan bahwa tidak perlu acanya mun.imbah ayal,

karena peristiwlLlya saling berlainan. Sesungguhnya al-Qur'an diturunkan dan diberi

hikmah seeara IGl.qifi, hal ini atas petunjuk dan kehendak Allah swt.17Alasan lain

adalah bahwa satu kalimat akan memiliki mundsabah bila diucapkan dalam konteks

yang sama. Karcna al-Qur'an diturunkan dalam berbagai konteks, maka al-Qur'an

I'Nashr Hamid Abu laid, MqfhUm ai-Nash, leljell,ah Khoiron Nahdliyyin, ( YogyHkarta:

LKis, 2002),eet. II, h. 108.

16I;id

17AI-Zmkrsyi,Ibid; h. 37. Liha! pula a1-Suyuthi,Op.Cit, h. 108.

(18)

tidak memiliki mUliasar all. Pendapat ini juga di ajukan oleh Izzuddin ibn 'Abd

al-Salam twafat. 660 H). Di" ini seolah-olOO Izzuddin ingin mengatakan bOOwa susunan

ayat mt'sti berdasarkan IT'asa turunnya. Sementara yang di ajukan oleh mereka yang

pro terhadap mundsabah mengataklll1 bahwa ketidak teraturan susunan ayat

mengandu.lg rahusia.

Nampaknya pendapat kedua yang dikemukakam Izzuddin adalOO agar

keterkaitan ayat-dengan ayat dan surat dengan surat, terhadap sebab y<mg

berbrda-beda, Y1ng d'lak menjadi peryaratan ba;1mya susunan kalimat (irtibath al-kalam)

jangan sampai dipaksakan. Akan tetapi jlka keterkaitan ujaran terjadi karena satu

sebab yang ウセNュ。L maka menghubungkannya adalOO suatu hal yang baik, dan

disinilah let.1k bagusnya ilmu mundsabah.J&

Lepas dari dua pendapat di alas, mundsabah tela!; menjadi bagian yang tak

terpisOOkan dari kajian 'Ulfim'.1/-(!'Jr'an. Pertanyaan tentang apakOO adanya

Mundsabah itu tauqifi atau ijtihddi? pertl:.nyaan ini barang kali menjadi bOOan

diskusi yang pa.;ng menarik, dibanding dengan m'O'mpermasa'.OOkan ada tidak adanya

mundsabahdaLm a;-Qur'an seperti tersebut di atas.

Mundsahah secara bahasa ada. ah mustaq dari kata

ndsaba-Yundsibu-Mundsabatan yll1g artinya adalah dekat (qarib) dan menyerupai (milsal).

AI-J8Nashr Hamid,Op.cit,h. 199.

(19)

Munasabah artinya sarna 、・ョNセョョ al-Muqariibatu, yang berarti mendekatkan

dan

menyesuaikan.19

Menurut al-SuY'lthi apabila kata itu dikembalikan pengertiannya dalam

konteks ayat, kalm;at atau surat dalam al-Qur'an, maka bisa berarti adanya

keserupaan, kedekatan (i antara berbagai ayat, surat, atau kalimat yang diakibatan

oleh adanya hubul1gan makna yang muncul, misalnya karena yang satu 'am dan yang

lainnyakhds. Hubungan itu bisa juga muncul melalui penalaran ('aqli), penginderaan

( hiss,) atau melalui kemestian dalam pikiran ( al-Talazum al-dhihni) seperti

hubungan sebab ddl1 akibat, 'illat dan ma'iuldua hal yang serupa atau dua hal yang

berlainan.20

Para ulama sepal.at bahwa hubungan ayat dengan ayat dapac menjadi tunNs

manakala dijelaskdl1 dengan ayat-ayat berikutnya yang berfungsi baik sebagai

penguat ( ta'k'd), lanjutan dan penjelasan ( 11th/an wa al-bayan), pengecualian dan

pembatasa.l (istisna wa al-hasr), atau menengahi dan mengakhiri ('itiradan WtJ

tadzyflan).

Abd l1l-Qadir Ahmad 'Atha dalam pel'gantar buku Asror Tartib Al-Qur'an

karya al-Suyuthi f>lengutip ke:.erangan tentang berbagai cara atau tahapan yang perlu

diketahui untul<. menemukan munasabah antara ayat-ayat dalam al-Qur'an. Pertama,

melihat tema sentral dari surat tcrtentu. Kedua, melihat premis-premis yang

d;perlukan l'ntuk mendukung tema sentral itu. Ketiga, mengadakan lea/egorism:;

19 Lois lv'aluf, Kamus al-MunzidFial-Lughah wa al-'Alam, (Beirut: Dar al-syarqy, 1976),

h.803.

.vAI-SuY"thi,Op.CiI,h.

(20)

terhadap premis-premis itu bel'dasarkan jauh dan dekatnya kepada tujuan.

Keempat,

me'ihat kalimat-ka'imat (pemyataan-pemyataan yang saling mendukung dalam premis itU)?1

Disamping munasabah ayat dengan ayattak kalah pentingnya memperhatikan keserasian (h...bungan) surat t1engan surat. Namun sebagaimana di akui oleh para

ulama bahwa literatnr yang membahas hubungan antar surat ini sedikit sekali. Kesulitan ini menuurL,t Hasbi Ash Shiddieqy dikarenakan sedikitnya para mufasir yang menjelaskan。ウーセQH

'l1undsabah

dari jUfUsan ini.

Melihat betapa pentingnya memperhatikan

mundsabah

dalam al-Qur'an, Imam al-Syatib: menjelaskan; bahwa satu surat walaupun banyak mengandung masalah namun masalah-masalah tersebut ber1{a'tan antara satu dengan lainnya. Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya mengarahkan pandangannya pada awaI sural,tetapi henJaknya memperhatikan pula akhir wral, atau sebaliknya, karena bila hal tersebut tidak diperhatikan, maka maksud ayat yang di turunkan akan terabaikan?2

Dari ptlgertian dan cara-cara yan g diperlukan untuk mengetahui

mundsabah,

dapatlah dip'luami bahwa sasaran

munas(lbah

adalah susunan dan urutan-urutan kalimal, 。セG。エL dan surat-surat dalam ai-QuI" an. Menemukan arti yang tersirat dan menjadikan l>a;?ian-bagian aI-QuI" an saling berhubungan sehingga tampak menjadi I"angkaian yang utuh dan integral.

21Abu aJ-Qadir AhmadAtha,Asrdr Tartih al· Qur'an..(Kairo, Dar al-'ltisham, 1978),hA.

(21)

Pentingnya memahami

mundsabalt

di akui para ulama bahwa ai-QUl'an

merupakan kitat, ) ang ayatnya telah disusun secara rapi aan sistematis. Kelompok

ayat yang satu titlak dapat dipisahkan dengan kelompok ayat berikutnya, antara satu

ayat ,dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya mempunyai hubungan organik dan

mata rantai yanf, bersambung, Kondisi ayat al-Qur'an yang demikian itu tidak

mungkil1 dapat dipahami tanpa meneermati hubungau dengan ayat seblelumnya

maupun sesudahnya.

Melihat bf'tapa pentingnya memperhatikan

mundsabah

dalam al-Qur'an, hal

ini sekaligus menolak anggapan surnbang dari para orientalis yang mengatakan

bahwa susunan ayat dan surat dalam al-Qur'an sangat kaeau. Ia berpindah dari satu

uraian ke uraian yang lain, walaupun uraian yang pertama belum tuntas sedang

uraian berikutnya s<:rinr <ali tidak mempunyai hubungan dengan uraian sebelumnya.

Oleh sebab itll pembahasan tentang

mundsabah

ini pada mulanya tidak

menda?at perhatian yanr, eukup dari para mufasir. Barn setelah Syekh Abu Bakar

al-Naisabury seorang pakar bahasa dan hukum memperkenalkan ilmu ini, ulama-ulama

berikutny.l bem,ulleuhm membahas persoalan ini, seperti Abu Bakar Ibn al-Zubair,

Fakhruddin al-Razl, al-Suyuthi, Ibrahim al-Biqa'i dan belakangan Muhammad

Abdull, Rasyid Ridha, Mahmud Syaltut dan sebagainya m<:mbahas persoalan ini

dalam'afsim:/a..23

2J (uraish Shihab.Ibrahim Bin Umar al-Biqai': Ahli Iqftir yang Konlrojersial,Dalam lurru,!

UJuffiUJ Qur'JIl.LSAf. Vol. I. 1989,h,5.

(22)

Dengan de:n'kian

mundsabah

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

pembabasan taf.;i,. Karenanya

mundsabah

merupakan alat untuk memabami isi

kandungan al-(:Ul'al'. Sehingga tidaklab aneh bila ada mufasir yang lebih

menekankan fok! tS lJembahasanya pada persoalan hli, seperti yang dilakukan

al-Biqa'iy dalam tafsirnja

Nazm al-Durar

Pi1

'anasub al-AyC:t Wa al-Suwar.

Salah satt' usaha penafsiran yang di dalamnya mengetengabkan aspek-aspek

munasabah

ialal. apa yang dilakukan oleh Fakhruddin al_Razi24dalam kitab tafsirnya

"Taftir al-Kabir"

atau dikenal juga dengan nama"

Mafdtih al-Ghaib".

Fakhruddin

al-Razi sebagaimana disinggung di atas termasuk

ulama salqf

(generasi awal) yang

menggunakan ーセョ、・ォ。エ。ョ

mur.asabah

dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an

sekalipun tafsimya tidak dikhususkan membabas persoalan ini sebagaimana

dilakukan al-Biqa't.

Hal tersebut セ・「。ァ。ゥュ。ョ。 dikatakan Mana' al-Qathan, babwa al-Razi dalam

tafsimya mencurdh:;.all perhatian untuk raenerdngkan

Mundsabah

(korelasi) anlard

aya! dan SUrd! dalam ai ·Qur'an. Tidak kurang dad tiga jenis

mundsabah

termuat

dalam tafsimya. DiantaJ 1nya

mundsabah

antar nama SUrd!,

mundsabah

anlard bagian

awal surat dengan bagian SUrd! berikutnya,

mundsabah

antard ayat yang

24AI-Razi nama lengkapnya Abu AbdHlab Muhammad Ibn Umar bin ai-Hasan Ali

at-Tamim} aI-Bakry Ath-Tbibristany al-Razi. Labir di Ray pada tanggal :5 Ramadban 544 H.Libat

(23)

berdampingan,

muntisabah

antara kelompok ayat dengan kelompok ayat yang lain,

munasab<lh antarajawtitih al-SuwCr

dengan kandungan iSl al-Qur'an.25

Berikut ini adalah salah sam eontoh penafsiran al-Razi dengan

mengetengahkan a:;pek

muntisubah.

26

" Ketahuilah bahwa dalam surar ini meneakup berbagai macam rakiii'

(tuntutan), karena itu Allah SWT, pada awal sumt ;ni memerintahkan untuk berlaku lemah lembut terhadap: anak-anak, kaum wanita, anak yatim, memberikan kasih saying kepada mereka, menunaikan hak-haknya dan memelihara harta benda mereka".

Sehubungan teori tentang

muntisabah

adalah persoalail

ijtihtidi,

karenanya

setiap r,lUfasir tidak akan sarna dengan mufasir lainnya ketika rnenjelaskm persoalan

ini. Begitu puh eara-cara yang ditempuhnyu

Ulama-L lama tarsir menurut qオイ。ゥウセ Shihab pada umumnya menempuh satu

dari tiga eara bcrikut dalam menjelaskan hubungan antara ayat:

1. Mengelompokkar. sekian banyak ayat dalam satu kelompok tema-tema,

kemudian menjelaskannya dengan kelompok ayat-ayat berikutnya.

2S Said Atl Husain al-Munawar, AI-Qur an m"mbangun Trodisi Kesalehan Hakiki, Ciputat

Pres, 2002, h. 112.

UiIbid, h. ]11, LihatTaftir al-Kabir,JI1Z.27., h. 123.

(24)

2. Menemubn tema sentral dari satu surah kemudlan mengembalikan uraian

kelompok ..yat kepada tema sentral itu.

3. Menghubungkan ayat dengan ayat sebelumnya dengan menjelaskan

keserasiannya.27

Dari uraian latar belakang ini, jelaslah bahwa munasabah sebagai bagian dari

alat bantu memahami kitab Allah yang digunakan oleh Fakhruddin al-Razi dalam

tafsinya Mafdtih al-Ghaib, menarik untuk dilakukan ー・ョセャゥエゥ。ョ sekaligus menjawab

anggapan bahwa sistematika renyusunan ayat dan surat dalam al-Qur'an terkesan

tidak sistematis dan kohem.

B.

Per'masalahafl

d:m

Batasan Masalah

Dalam menguraik:n tentang permasalahan ini setidaknya perlu dijelaskan

hal-hal sebagai berikut:

I.

Identifikasi

Masalah

A<:a 「・「セヲG、ー。 hal yang perlu diidentifikasi, sehubungan dengan masalah

mundsabahdalam TafsirMafdtih al-Ghail>ini antara lain menyangkut:

a. Hubungan(mundsabah)kalimat dengan kalimat dalarr. ayat.

h. Huo'mgan(mundsabah)ayat denean ayat dalam satu surah.

c. Hubu.lgan(mundsabah) awal uralan dengan akhir uraian surah.

(25)

C. Kajian Pustalrn

Penelitian-penelitian menyangkut berbagai bidang atau aspek yang berkenaan

dengan Fakhruddi'1 al-Riiz! sepanjang pengetahuan penulis memang ada. Seperti

terlihat pada エオャゥウセョ Basuni Faudah " Tafsir al-Qur'an: Berkenalan dengan Metode

Tafsir". Muham:naJ Husain al-Dzahabi dalam " Taftir al-Mufasirim"juga berbicara

tentang Fakhrud< 'in al-Razl dan tafsimya.

Dari kedllU tulisan tersebut jelaslah bahw,a yang dikaji adalah sekitar

pandangan mereka tentang penulis dan larya tafsirnya secara umum. Penelitian

khusus tentang munasabah dalam tafsir MaJf1tih al-Ghaib nampaknya belum ada.

Oleh karenanya penclitian kJ,usus tentang munasabahdalam tafsirMafatih al-Ghaib

penting dilakukan.

D. Tujuan Penelitian

Setelah memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

I. Untuk mengetahui penafsiran Fakhruddin al-Riiz! menyangkut munasabah

dalam taftimya" Mafatih al-Ghaib ".

2. Untuk mengetp!>lll jenis-jenis munasabah yang terdapat dalam taftir Mafatih

a/-Ghaib.

E.

Signifikansi Penelitian

Setidaknya ada cua manfaat yang diperoleil O'lri penelitain ini:

(26)

1. Memperkaya khazanah Ilmu Pengetahuan di bidang tafr.ir.

2. Sebagai セャjュ「。ョァ。ョ nyata bagi llamat Islam tentang pentinganya mempelajari al-Qur',m secara mendalam, baik untuk kepentingan ibadah, maupun

kepentingan umat Islam secara keseluruhan.

3. Menjawal:> anggapan bahwa ayat-ayat al-Qur'an satu sarna lain tidak berhubungan, bahkan dikatakan kacau dan rancu.

F.

Metode

Penefitian

1. SumberlJata

Penelitian ini セ、。ャ。ィ studi literature (Library Reseach) tentang karya seoranp, ulama tafs.:r " Taftir Mafatih al-Ghaib". Karenanya buku tersebut merupa!':an sumber rrimer. Sedang sumber sekundemya adaiah buku-buku atau kitab-kitab tafslr dan 'Ulilm al-Qur'an yang ada relevansinya dengan objek bahasan

2. Metode Analisis

Metode Yang ditempuh dalam tulisan ini adalah deskriptif analisis, yaitu deng,ln cara mengun,pulkan, menganalisis dan mempelajari data-data yang ada kaitannya dengan objek bahasan.

3. Metode Fenulisan

(27)

a. Buku pedoman penulisan karya ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi

UI':versitas Negeri(UIN) "SyarifHidayatullah" Jakarta talmn2003.

b. Tehnik penulisan ayat al-Qur'an berpedoman kepada penulisan al-Qur'an

dl'L jセャェ・ュ。ィョケ。 yang diterbitkan oleh Dセー。イエ・ュ・ョ Agama P..I. tabun

2003.

c. Buku randuan Program Pascasarjana, tabun akademik 2001/2002.

G.

Sistematika Pembahasan

Karena yang dibahas adalah Munasabah dalam tafslr Mafatih a/-Ghaib, maka

data-data yang ciknmpulkan, dibahas dan di analisis secara rinei meliputi: Babi.

Pendahuluan, Bab II. berisikan mengenai:" Landasan teoritis menyangkut mundsabah

meliputi: Pengert;anmundsabah, Pandanagan ulama dan jenis-jenismunasabah. Bab

Ill. Biografi dan Intelektualitas Faktruddin al-Razi meliputL Biografi Fakhruddin al-Riizi,

Kondisi Intelektual masa Fakhruddin al-Riizi, Kesarjanaan Fakhruddin al-Riizi, dan

Karya-kal)'a tulis'lya,. Bab IV. Mundsabah Dan Penggunaannya da/am Taftir Maftitih

A/-Ghaib meliputi: Metode Fakhnld<iiri al- Razi dalam menafsirkan al-Qur'an,

Karakteristik Kitab Tafsir Mafiitih ,{/-Ghaib, Jenis-jenis Mundsabah Dalam Tafsir

Mafdtih A/-Ghaib.Bab VPenutup terdiri dari: Kesimpulan dan saran.

(28)

BABII

TE0RI

MUNASABAH

DALAM PENAFSIRAN

A. Pengertian

Muniisabah

Secara bahasa munasabah berasal dari kata ndsaba-yundsibu-mundsabalan yang artinya deht (qarib)l. AI-Muniisabatu artinya sama dengan al-Muqiirabatu

yang berarti mendekatkan dan juga al-Musyakalah (menyesuaikan). Sementara kata al-nasibu menurut al-Zarkasyi (w. 794 1-1) sama artinya dengan al-qaribu al-mutasil (dekat dan bersambungan). Stbagai contoh dua orang bersaudara dan anak paman, kedua-duanya saling b'lrdekatan dalam artian ada ikatan atau hubungan. Karenanya al-nasibuberarti jugaal-rabith, yang berarti ikatan pertalian dan hubungan2.

Dari pengertian di atas di katakan bahwa setiap sesuatu yang berdekatan dan mepunyai hubungan bis'l dikatakan munasabah. Pengertian semacam ini misalnya kita katakan bahwa si Fulan munasabah dengan si fulan, yang artinya dia mendekati dan menyerupai si fulan dalam arti dia punya hubungan family dengannya atau lainnya.

Ibrahim Mustafa dkk,Kamu.\· MuJam al-Wasilh,(Madinah: AI-Maktab al-lImia"), h. 924.

'Badr-ildin Muhammad bin Abdillah AI-Zarkasyi (selanjutnya disebut al-Zarkasyi),

(29)

Dalam pengertian sehari-haripl'O sering kita dengar kata-kata nasab yang artinya adalah (urunan (punya ikallin / hubungan family). Pengertian semacam ini misalnya bim kita temukan dalam al-Qur'an Sural al-Mukminun ayat 101:

Art'lIya: Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ar"a lagi pertalian nasab di antara mereka pnda hari itu, dan tidak ada pula mereka saHng bertanya.

p・ョァ・イエゥィセ mundsabah ini juga sama artinya dengan 'illat hukulll dalam bab

qiyas yakni sih,t-sifat yang berdekatan dengan hukum. Maksud pengertian 'i1lat

hukum disini ad'llah kesamaan antara hukum asal dengan cabang(jar'un)3.

Sejalal' dengan hal tersecut kaitannya dengan niunasabah yang akan di bahas disini adalah munisabah ayat dengan ayat dan m'lI1dsabah surat dengan surat ':!alam al-Qur'an. mセョオイオエ al-Suyuthi mundsahah (kedekatan) itu hams di kembalikan kepada makn<:. korelatif, baik secara: khusus, umum, konkrit, maupun seperti hubungan sebab dengan Inusabab, 'ilat dan ma'lul, perbandingan dan perlawanan4•

Menurutnya Mundsabah adalah ilmll yang mulia tapi sedikit sekali perhatian mllfasir t,,:rhadapnya lantaran kehalusan ilmu illi5•

3Mana Khalil al-Qalhan (.elanjulnya disebut al-Qathan),Mabahitsfi'Ulfimal-Qur'an,

(AI-'Ash al-Hadis, 1973),97

'lalaluddin Abd ai-Rahman AI-Suyuthi (selanjutnya disebut al-Suyuthi), Asrar Tartib

al-Qur'an,(Kairo: Dar-al-'Itisham, ttl, h. 108

5Nurahmall, "'- Mundsabah h dalalll al-Qur'an. dalam Millibar Studi, (Ban dung: lAIN

"SOD" Bandung, 1994). h3.

(30)

Se;ara terminologis muniisabah selJagaimana di katakan Mana al-Qathan adalah: segi-segi hubungan 8ntara satu kalimat dalam a:'at, antara satu ayat dengan ayat lain rialam banyak ayat atau antara satu surat dengan surat lain6, Dari pengertian secara terminologis tersebut selanjutnya oleh para ulama dirinci menjadi tujuh macam, yaitu:

I. Hubu:Jgan antara satu surat d.,ngan suratセ・「・ャオュョケ。[

2. Hubungan antara nama surat den-san isi atau tujuan surat;

3. Hubun"",n antara fawatih al-suwar ayat pertama yang terdiri dari beberapa huru/) <.:eng&n isi surat;

4.

Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surat;

5. Hubunga:l 'lntara satu ayat dengan ayat lain dalam satu surat; 6. Hubunga, antara kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat; 7. Hubungc,n antara fasilah dengan isi ayat;

8. Hubunl:ar, artara penutup セオイ。エ dengan awal surat berikutnya7,

Dari pengertian dan perincian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa

muniisabah adalah pengetahuan yang IT'enggali hubungan ayat dengan ayat dan

hubungan sural dengan sural dalam al-Qur'an. Hal ini berbeda dengan Dmu Asbiib

al-Nuzul yang nlengaitkan :.ejumlah ayat dengan konteks sejarahnya, maka focus

perhatian ilml, muniisabah bukan terletak pada kronologis-historis dari

bagian-, AI-Qatillnbagian-,Op.Cit, h.83.

)Azyumardi Azra (ed), Sejarah dan "U!um ul-Qur'an. (Jakarta: Puslaka Firdaus, 2000), h.

(31)

bagian teks, tetapi aspek pepautan antara ayat dan surat menurut urutan teks, yaitu yang disebut dengan " urutan bacaan", feb.lgai bentuk lain dari "urutan turunnya ayat".8

Adanya pengetahuan tenlangmundsabah di dalam al-Qur'an, ini di dasarkan pada 3uatu pendaprt h"hwa susunan ayal, urulan kalimat dan sursural dalam al-Qur'afl disusun secara lauq!{l9 bukan ijlihddl. Karenanya penempatan ayal, kalimal dan sural lerseblll berdasarkan lauqiji,lO ilulah yang hendak kila cari, sebab dibalik penempatan ayal dan "ural seperti ilu lenlu ada ィゥセャョ。ィ yang lerkandung di dalamnya. Sebaliknya pendaoal yang mengatakan bahwa susunan ayal, urutan kalimal dan sural-sural dalam al-Qur'an di susun secara ijtihddi jelas akar merunluhkan leoti munasabah dalam al-Qur'an.

Sejillan dengan pendapal di atas Nashr Hamid Abu Zaid dalam bllkunya

"Majh11m al-lIdsl," rhengalakan bahwa Jasar mundsabah antar ayat dan sural-sutal

adalah bahwp leb·11 merupakan kesaluan "lruktural yang bagian-bagiannya salihg berkailan. Tugas mufasir adalah berusaha menemukan hubungan-hubungan tersebul

atau mundsabah-mundsabah yang mengailkan antara ayal-dengan ayat pada satu

'Nashr Hamid Abu Zaid, Majhum ai-Nash Dirasah.ft 'Uuum al-Qur'an, te,jemah Khoiron

Nahdliyin, ( (ogyakarta: LKiS, 1993), h. 197.

9Yaitu berctasarkan petunjuk syara (dalam hal ini Rasul).

10Ulama konternporer menurut Abu Zaid cer.derung menjadikan urutan surat dalam mushaf

sebagaitauqifi blena pemahaman seperti itu sejalan dellgan konsep tontang eksistensi teks azali yang

ada di Lauh ai-Iv; "hfudz. Perbedaan antara urutan tUfUn dan uruta" 「。セ。。ョ terletak pacta susunan dan penataan. Melalui J..erbedaan susunan dan pfmataan ini, "persesuaian" antara ayat dan antara berbagai

surat, sisi lain dui。ウーセォM。ウー・ォ 'ijaz dapat diungkapkan. Lihet Abu Zaid,Majhum al-Nas, Ibid

IIYa"g dimaksud dengan teks di sini adalah al-Qur'an. Nashr Hamid menggunakan kala iui

ul1tuk menunjukkan baik pada al-Qur'an secau keseluruhan ataupun unit paling kecil dari al-Qur"ln yang masih dapat ,1isebut dengan teks. Penggullaan istilah teks untuk ., 。ャセqオイャ。ョB pernah mendap&i sorotan tajam dari para ulama khususnya Mesir ketika itu.

(32)

pihak, dan anlara su,al dengan sural di pihak lain. Oleh karena itu untuk mengungkapkan hubungan-hubungan lersebut dibutuhkan kemampuan dan ketajaman pandangan mufasir dalam menangkap caklawala teks.12

Sebagdmana al-Suyulhi, Nashr Hamid Abu Zaid mengungkapkan ballwa

mundsabah a(> yang bersifal umum dan ada yang bersifat khusus, ada yang rasional,

perseptif, atau imajinatif. Ini menurt Abu Zaid menunjukkan bahwa "hubungan-hubungan" 。セ。オ mundsabah - n,undsabah merupakan kemungkinan-kemungkinan. Kemungkinan-keT'1ungkinan ini harus di ul'gkap dah ditentukan pada setiap bagian leks oleh muf3S:r. MengungkajJkan hubungan-hubungan antara ayat dengan ayat dan antara sural dengan sural bukan berarti menjelaskan hubungan-hubungan yang 'nel11ang ada ser;ara inhernl dalam leks, tetapi membuat hubungan-hubungan anlara akal mufasir dLngan teks. Melalui hubungan inilah hubungan antara bagian leks dapal diungkapkan.'J

SekalipJr. demikian pengetahuan mengenai korelasi (mundsabah) antara ayal-ayal dan sural·,ural bukanlah berdasarkan lauqifz melainkan berdasarkan ijlihdd

seorang ュオエ。セゥH dan lingkal pengelahuannya terhadap bmukjizatan al-Qur'an. Apabila korelasl itu halus maknanya dan sesuai dengan asas-asas kebahasaan dalam bahasa Arab, rr:ak" korelasi lersebut dapat dilerima, sebaliknya bila ko-elasi itu bertenlangan dengan kaidah-kaidah ォ・「。ィ。ウセ。ョ maka ia lertolak.

(33)

Dari keterangan di 。エセウ dapatlah dipahami bahwa diterima tidaknya korelasi (hubungan) ayat- dengan ayat maupun Imbungan surat dengan surat harus sejalan dengan asas-asas kebahasaan. Karena dalam persoalan mundsabah kekuatan . pemikiranlah yang berusaha mencari dan menemukan hubungan pertalian atau persamaan 。イャャセイ。 rangkaian suatu pembicaraan. Karena mundsabah merupakan persoalan yang menyangkut tafsir, maka bila sesuatu muncul dan disampaikln berdasarkan ra,:onalisasi akal, tentu ia akan di terima, tetapi jika sebaliknya tentu ,3 akan di tolak. Hal ini sejalan dengan kaidah yang dikernukakan para mufasir:

" MUniisabah ialah soal akal, jika ia masuk akal ia akan di terima"

B.

Pandan? an tJlama tentang

Munlisabah

Dalam memandang tentang mundsabah d'llam al-Qur'an, para ulama エゥ、セォ semuanyn seragam. Pendapat mereka sebagaimana dikatakan di atas terbagl pada dua bagian. Perta,na, pihak yang menyatakan pasti ada pertalian antara ayat dengan ayat dan antm'a sllrat dengan surat dalam al-Qur'an. Pendapat ini antara lain diwakili Izzuddin bin Abd ai-Salam (w. 660 H). Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa

lI1undsabah adolah ilmu yang menjelaskan persyaratan baiknya pembicaraan (irtibath

(34)

al-Ka!am) 'tuapabila ada hubungan keterkaitan antara permulaan pembicaraan dengan akhir pembicaraan yang tersusun menjadi satu14.

'IzzuJdin memberikan alasan bahwa al-Qur'an di turunkan dalam masa dl'a . puluh tahlln lebih. AI·Qur'an berisi berbagai hukum dengan sebab yang berbeda pula. Maka dengan demikian apa tidak perlu ada pertalian sat'l sarna lainnya? Selanjutnya ia memberikan alasan dengan ュ・ョセ。ェオォ。ョ pertanyaan pula, apakah artinya Tuhan menciptakan hukum dan makhlukNya?, pe·.·bedaan 'il/at dansebab, upaya para mufti dan penguaS;l. upaya manusia tentang hal-hal yang di seoakati, diperselisihkan dan bahkan dipc,tentangkan, sudah tentu tidak akan ada orang yang mau mencari-cari nubungan tersebut bila tidak ada artiny1 (hikmah).ls

Sebaglimana ulama kuno, Izzuddin pun juga berkhayal bukan hanya karena al-Qur'an "di ·,usur. berdasarkan hikmah" semata, tetapi karena ia menc8mpuradukkan antara イ・ァオャ。セLゥ umum dan regulasi kebahasaan. Bahasa m0miliki mekanisme sendiri. Melalui mekar.isme tersebut, menurut Abu Zaid, bahasa merepresentasikan reltlitas. la tidak merejJr,;sentasikan realitas secara literal, tetapi mmebentuknya secara simbolik sesua, dengan mekanisme dan hukum-hukum tertentu. Dari sini, hubungan-hubungan anura " realitas " eksternal bisa jadi tida ada, tetapi bahasa membentuk "realitas-realitps" ini di dalam realisasi kebapsaaan. Teks al-Qur'an, ュ・セォゥーャャョ

bagaian-bagianny" merupakan ekspresi dari realitas·realitas yang terpisah-pisah, adalah teks bahasa yang memiliki kemampuan menumbuhkan dan menciptakan

14 AI-Suyuthi,Op.CiI, ,1.108.

(35)

hubungan-hubungan khusus anatara bagian, yaitu hubungan-hubungan atau mundsabah-mun1sabah yang menjadi fokus kajian i1mu inL Realiatas-realitas eksternal inenurut Abu Zaid dalam teks al-Qur'an mungkin minp dengan " tujuan" atau " :ema" eksternal yang bermacam-macam dalam qashidak puisi "jahiliah". Jika tujuan dan t.;ma tersebut (yang berbeda-b,"da) tidak menuutp kemungkinan qashiduh tersebut merur lkan ke:;atuan hubungan, yang harus disingkapkan oleh kritikus dan pembaca, maka "kesatauan" teks al-Qur'an sebagai "struktur yang bagian-bagiannya salingエ・イォセLゥエ secara integral" adalah fokus kqji?n i1mu ini (mundsabah).J6

Ulama yang di anggap pertama kali memperkenalkan konsep mundsabah, adalah Abu Bakar Abdullah Ibn Muhamad al-Naisaburi (JV. tahun 324 H.), seorang '-Ilama yang mempunyai spesilikasi di bidang ilmu syari'ah dan bahasa. la mengakui eksistensi Ilmu mundsabah ini sehingga melakukan kritik kepada ulama Baghdad yang tidak ma' menyokong peran dan kehadiran mundsabahdalam al-Qur'rn. Salah sa,u kepekaallnya adalah, bila dibacak.·n kepadanya ayat-ayat al-Qur'aL, ia selalu menganalisis hl'bungan ayat itu, "mengapa ayat ini di tempatkan atau di buat dekat dengan ayat itu" ? dan "apa hikmahnya meletakkan surat ini dengan surat itu,,?I7.

Pendapat lainnya juga dikemukakan Izah Darwaja;l. Menurutnya, semula orang mengira bahwa tidak ada hubungan antara ayat dengan ayat dan antara surat

"Abu Za'd,DQ.cith. 700.

" AI-Zarka;yi, Dp.cit. h.36.

(36)

dengan surat dalam a:-Qur'an. Temyata setelah mereka melakukan penelitian, sebagian besar ayat den! an ayat dan surat dengan surat itu ada hubungannya18•

Usaha yang di lakukan al-Naisaburl kemudian di lanjutkan oleh para ulama sesudannya antara lain bisa kita sebutkan misa'nya, al-Biqa'i dengan karyanya "Nadzm al-Durar ji Tandsub al-Ayyi wa al-Suwar", al-Suyuthi (w. 911 1-1.) juga menyusun kitab " A.•rar aI-Tanzi! " yang kemuJian diringkas dan diberi nama "Tandsuq al-Durar fi Tandsub al-Suwar" atau kitab lainnya " Asrar Tartib al-Suwar,,19. ML,fasir-mufasir lainnya juga hampir tak ketinggalan mengetengahkJI1

aspek mundsa,';lh dalam setiap pembahm an tafsimya sekalipun mereka tidak seeara khusus menuyusun kitabnya melalui penaekatan ini, sebut saja misalnya tafsir

a(-Mandr, karY,l Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Mardghi, karya Muhammad Mllsthafa al-Mar8ghi. Juga tak ketinggalan mufasir yang banyak mengetengahk8fl aspek mwuisabah dalam tdfsirnya adalah Fakhruddin al-Razi dengan tafs'mya "Mafatih al-GhaiY.

Kedua, Pendapat yang mengatav.an bahwa tidak perlu adanya mundsabah karena peristiwa..peristiwa yang terjadi saling berlainan, karena al-Qur'an di turunkar. dan diberi hikmah ウセ・。イ。 tauq[fi(atas petunjuk dan kehendak Allah SWT).

TerhadaJJ ;lersoalan ini 'Izzuddin (w. 660 1-1) memberikan pendapat bahwa tidak semua urulln ayat dan surat dalam al-Qur'an mengandungmundsahah. Kriteria yang ia ajukan セ,1engenai urutan ayat atau surat itu mengandunf, mundsabah, apabila

18Masyfuk Zuhdi, Pengantar'UlulIJ al-Qur'an,(Surabaya: PT. Bina IImu,(993),h. If8.

" Kitab ir'G"Iahkiq olch Abd ai-Qadir Ahmad Atha".

(37)

ada persesuaian rubungan kalima: dalam kesatuan antara bagian awal dan bagian akhimya saling terkait, ウ・、。ョウ[H。ョォ。セ yang tidak menunjukkan hal itu, merupakan sebuah pemaksaan (takalluj)dan tidal< disebut dengan munasabah20•

Terhadap pewHlian ini 'Izzuddin bin Abd ai-Salam tampaknya ingin menyatakan bahwa w"tan ayat dan surat dalam al-Qur'an baleh jadi mengandung mund"abah dan upaya ,l1endapatkannya tergantung pada kemampuan nalar sesearang (mufasir) dalam mencarinya dan sebab nuzul ayat merupakan salah satu faktar penting yang perlu diperhatikan.

Pendapat lainnya juga dikemukakan Subhi Shalih, menurutnya mencari hubungan 。ョエ。ョセ ;atu surat dengan surat lainnya adalah sesuatu yang sulit dan di cari-cari tanpa ada pedoman dan petunjuk dari tertib surat dan ayat ·aya!lauqifi. Karena ilu menurut Su':>hi tidak semua yang lauqifidapat di cati munasabahhnYa jika ayat-ayat itu mengandung asbab al-Nuzul yang berbeda-beda, terkecuali hal itu mempunyai maudhu' yanl; menonjol yang bersifat umum, yang ada hubungan antara semua bagiannya..1

Pendapa! Subhi Shal'h di atas I,ampaknya di dasarkan pada pendapat sebagaian ulama, bahwa urutan aya! dan sural dalam al-Qur'an bersifat ijlihddi. Hal ini berbeda dengan pendapal mereka terhadap susunan ayat yang hampir secara I<eseluruhan rnengatakan lauqifi. Sehingga menurutnya sekalipun ada kesatuan

20Fauz"1 Iman. Mundsabah at-Qur'an, (Majalah Panji Masyarakat, No. 843, edisi 15-3U

1-'o'ember, 1995), h. '7.

2JMasfuk Z"hdi,op.cit,h. 169.

(38)

maudhu' pada tiap-tiap surat itu, tidaklah berarti ada kesatuan atau ada persamaan pada semua suro.l dalam al-Qur'an. Ulama tafsir tidak sampai membuat kesimpulan sejauh itu, mereka hanya menunjukkan antara ayat terakhir dengan ayat pertama surat

b 'ken utnya- ."2

Selanjutn:;a neraca yang halUs di pegang dalam menerangkan macam-macam

mundsabah antara a:'at dan surat, rnenurut Hasbi ash-Shiddiql3 kembali ke derajat

tamastu! dan tw,ydhuh antara mauahu-maudhunya (topik-topiknya). Maksud dari

tamastu!dantw,)'dbuh Jisini adalah tingbt kimiripan subjek.

Sejalan dengan pendapat di alas Subhi Shalih mengatakan: jika persesuaian itu mengenai hal yang sa,na, dan ayat-ayat terakhir suatu sural terdapat kaitan dengan ayat-ayat permutaan surat berikutnya, maka persesuaian itu adalah masuk akaI dan dapat diterima, tetapi sebaliknya mcnurut Subhi jika mundsabah itu dilakukan terhadap ayat-ayat y,.ng berbeda sebab nuzu!nya dan urusannya yang tidak ada keserasian antara satu dengan lainnya, maka tidaklah yang demikian itu dikatakan

Deng..m demikian ukuran keteliwn sekurang-kurangnya harus meperhatikan segi-segi pers\;suaian セョエ。イ。 ayat yang sl'lu dengan ayat yang lain, tau antara sIJral yang satu dl:ngan surat yang lainnya. Sehab sebagaimana dikatakan al-Suyulh;

22 Sub"; Shal;h, Mabdhi.i Pi 'Ufam al-Qur'cn, ャ・セ・ュ。ィ Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1993), h.187.

23 Hasbi ash· Shiddiqy,IImu· ibnu al-Qur'an,(Jakarta: Bulan Bintang, 1972), h.40.

(39)

lI1unGsabah itu terkadang ada yang jelas dan terkadang juga ada yang samar5• Inilah

yang menjadi keriteria atau ukuran untuk menetapkan ada dan tidak adanya lI1unGsabahantara ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur'an.

Dengan demikian, dapatlah dibayangkan bahwa letak titik persesuaian (lI1unGsabah) antara ayat-ayat itu sedikit sekali kemungkinannya. Sebaliknya terlihat dengan jelas letak lI1unGsabah antara surat-surat itu jarang sekali kemungkinannya. Hal ini disebabkan karena penbicaraan mengenai satu hal, jarang bisa sempuma hanya dengan melilnt satu ayat saja26•

Alangkah baiknya apa yqng dikemukakan Abd aI-Qadir Ahmad 'Atha dalam pengantar buku al-Suyuthi "AsrGr Tortib al-Qur'an", mengutip berbagai keterangan, tentang berbagai langkah atau tahapan yang perlu diketahui untuk menemukan lI1unG:'abah antan, ?)at dan surat dalam al-Qur'an. Langkah-Iangkah tersebut yaitu:

I. Melihat tema sel'tral dari surat tertentu;

2. Melihat premis-premis yang diperlukan untuk menduktlng tema sentral itu; 3. Mengadakan l:ategorisasi terhadap pre.l;is-premis itu berdasarkan jauh

dekatnya kepada tujuan;

4. Melihat kalimat-kalimat (pemyataan-pernyataan) yang raling mendukung di dalam premis itu.27

25nオイ。ャセュ。ョ^ op.cil. h. 2.

2uMa,yfuk Zuhdi,op.cil, h. 170.

21.f,bdai-Qadir Ahmad 'Atha,Pengantar Kitab Asror Tartih al-Qur'an, Op.Cit, h.45.

(40)

C.

Jenis-.jenis

Munlisabah

Bertitik t01dk dari pengertian I/onu mundsabah al-Qur'an di atas yang mengandung dua komponen inti yaitu berkisar pada hubungan antara ayat dengan ayat dan antrl'j sUlat dengan surat dalam al-Qur"lO, maka uraian tentang maca:n-macam munasat,ah ini akan bertolak dari dua komponen tersebut. Dua komponerl inti itu kemudian cirinci oleh para ulama mel,jadi delapan macam hubungan baik yang berkaitan deng3l' ayat maupun sural.

Rincia:l penjelasan rnengenai hubungan ayat dan surat tersebut adalah sebagai berikut

1.

Hubungan ar"tara ayat dengan ayat meliputi:

a. Hubungan antara kalimat dengan kalimat dalam ayat

Pada umumnya penulis yar.g menjelaskan mur.asabah antara ayat dengan ayat ini tidak ada perbedaan yang r,lendasar. SNiap buku yang mengomentari hal ini telah mengulasnya deng1il redaksi dan '<andungan makna yang tidak jauh berbeda. Kalaupun ada perbedaal, terse but hanya merupakan sedikit fariasi redaksi saja yang di tonjoll:annya.

Menurut al-Su)''ithi, lI1undsabah satu kalimat dengan kalimat berikutnya dalam ayat, adakalanya melalui huruf 'a/hq( dan adakalanya tanpa melalui huruf 'alhq(( lakilnu ma'/u/ah wa fa lakilnu ma'/u/ah)"'. Mundsabah antara satu kalimat

(41)

dcngan kalintat lain dalam satu ayat yal'g dihubungkan dengan huruf 'athafbiasanYd mengandung beberapa unsur (bentuk), antara lain:

I) Unsur Tad;']d (nl-Mudlddhah), yakni berlawanan atau bertolak beiakang antara suatu kata dengan kata lainnya. sebagai contoh penycbutan kata rahmat setelah kata adzab. ゥHセエ。 al-raghbah setelah kata al-rahbah, menyebut janji dan ancaman setelah meny"blltkan tekanan hukumnya.

Contoht<r"ebut di atas misalnya kita lihat pada surat al-'Araf ayat, 156:

Artinya: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada sial'a yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu".

Contoh lain misalnya kila lcmukan pada sural Alu Imran ayat, 26:

Arrinya: Kmakaniah: "Wahai ':'uhm Yang mcmpunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepad'\ orang yang EngLcau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engknu kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakm, orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu29.

29Depag, AI-Qur'a,' dan Tefjemahnya, Yayasan Penyelenggara Pentcrjemah al-Qur'an

(Jakarta; Depag R.I. 1983).

(42)

Pada ayat tersebut disebutkan pa,;angan masing-masing kata yang saling

berlawanan yaitu penyebutan kata "

:::j.W"

setelah kata "

セyB

dan kata

"JiJ"

disebut setelt-h kata "

j....:i "

drlam ayat tersebut dinilai sebagai 'alaqatnya

Contoh-contoh seperti itu banyak sebli ditemukan dalam ayat-ayat yang lainnya. 2) Unsur Istidhnd, yaitu pembahasannya pindah ke kata lain yang ada hubungannya

atau penjelrsan selanjutnya. Contoh seperti ini bisa kita lihat pada surat al-Baqarah ayat, 189:

Artinya: Mereka bertanya kepadamu ten tang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu ad.lliJh tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kCbajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari rintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung" (QS. al-BaGarah: 189).

Dalam ayat tersebut disebutkan kaitan antara kata " al-ahillah" dengan kata "ityan al-Buyut" (mendatangi rumah), apa hukum yang terkandung di dalamnya dan dimana IetaklI1unasabahnya.

(43)

kata ai-Birr yang berarti taqwa kepada Allah dengan sekaligus menjalankan apa yang dlperintah AlJah dalam berhaji Jan larangan mereka memasuki rumah dari pintu belakang.

Den gar. dijelaskannya melalui kata ai-Birr menurut al-Zarkasyi ( w.794 H) perhatian mereka beralih kepada persoalan memasuki pintu dari belakang. Disini

kata ai-aMah menurutnya sangat berkaitan dengan kata al-Birr.30Setelah kita

ketahui SU"unan (larkib) dua kata rersebut yang saling beriringan dalam セ。エオ ayat, dengan demikian tidak tampak antara akhir ayat terpisah dari awalnya.

3) Unsur Takhc:lus, yaitu melepaskan penggunaan kata yang satu dan berganti dengan kata yang lain, tetapi masih berhubungan.

Mengenai unsurtakhalus ini al-Zar:,asyi memberikan contoh kata ai-NOr pada surat ai-NOr (yang berarti cahaya) ayat,35:

3D AI-Zarkasyi,Op.cil.h.41.

(44)

Artinya: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan millyak dari pohon yang banyak herkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timnr (sesuatuj dan tidak pula di sebelah ba.at (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir me, erangi, walaupun tidak 、ゥセG・ョエオィ api. Cahaya di atas callaya (berlapis-lapis), Allr1 membimbing kepada callaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-peruPlpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetah\. i segala sesuatu.

Pada kata tersei:lut terdapat lima macam takhalus yang menJpunyai sifat dan fungsinya. Bentuktakhalw, ini terdapat pada:

• Mel,yebut al-Nt1r dengan perumpamaannya, kemudian di takhaluskan

kepada kata al-Zujajah dengan menyebut sifatnya dari kata tersebut yang bera.'ti kaca yang bisa memantulkan cahaya.

• Meryeb'ltal- Nt1rdengan al-zaitunah yang di takhaluskandengan kata al-syajarah

Selanjutnya dari kata al-;yajarah di takhaluskan dengan menyebutkan si fat,ai!uY'.

Kemlldian dari katazaitundi takiwluskanke sifatd-Nt1r.

Dari al- Nt1r di takhaluskan kepada nikmat Allah berupa hidilyah bagi

orang yang Allah kehendaki.31

Pada perp、セ dahan kata-kata tersebut peran dan fungsi masing-masing kata sama, yaitu berl.is"lr pada kata al- Nt1r juga, cuma sifat dan bentuknya saja yang berbeda.

JI Ibid, h. 43,

(45)

Menurut Mana' "LQathan takhalus juga bisa teljadi antara ayat dengan ayat lain. Dalam al-Qur'an terdapat mundsabah antm'a ayat dengan ayat yang harus di perhatikan konteks logis yang dibicarakannyaJ2.

Sebagai cO:1toh misalnya ayat 17-20 pada surat。ャMgィ。セケゥケ。ィZ

'" "" . . - ' " .... ... 0 "".... J / / /

Jl)

H|aIセセ

セcj|

Jl)

H|vIセ

jNセ|

Jl

PIセ

L.lil

,.. '" ... .... .... / " , ; , " "

(\

NIセ

jGセu|

Jl) (\

qLIセ

,JW\

'" ... ,.. .... ,.. "..

Artin;'a: Maka apakah mereka tid:lk memperhatikan unla bagaimana dia diciptakan (17), Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?(l8) Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?(19) Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?(20).

Pada ayat itu kita Iihat bahwa meninggikan langit, dipisahkan dengan menciptakan unta, menegakkan gunun3 uipisahkan dari meninggikan langit, menghamparkan bumi dipisahkan dari f:1enegakkan (menancapkan) gunung dan seakan tidak nampak wajah yang mengu'11pulkan anlara ayat-ayat itu.

Oleh kmena itu menurut Hasoi Ash Shiddieqi balas minimum dari perpautan antara ayat-?yat itu adalah mencari persesuaian dengan susunan ayat-ayatnya dengan ,;ara mengumpul,;an sekumpulan cakrawala yang dapat dilihat oleh manusia33•

Penyelesa,an terhadap ayat-ayat itu berkaitan dengan mundsabat yang ada di dalamnya, r.enurut al-Zarkasyi (w. 794 H) harus dikembalikll-n kepada adat kebiasaan bangsp Arab. Dimana kebiasaan hidup bangsa Arab bbsanya エ・イNセ。ョエオョァ

" AI-Qalhal!.Op.cit, h. 140.

)JHasbi A,11 Shiddieqi,Op.cit,h. 44.

(46)

pada unta sehingga 'nereka sangat me'llperhatikannya. Namun keadaan mereka tidak mungkin berlangsung kセ」オ。ャゥ ada yang dapat menumbuhkan rerumputan tempat gembalaan dan mir.u'TIf," unta. Selanjutnya keadaan inipun terjadi bila ada hujan, dan inilah yang menjadi sebab kenapa wajah mereka menengadah ke atas (Iangit).Kemudian mereka juga memerlukan tempat berlindung dan tempat berlindung itu tidak lain adalah gunung-gunung. Kemudian kebiasaan merekapun selalu :)erindah-pindah tempat dari tempat gembala yang tandus ke tempat gembala yang subur.

Dengan melihat gambaran di aths sehingga seorang Badui (Arab primitiv) membayang-bayan;skan sesliatu yang ada dalam khayalanllya, ウセュオ。 itu akan nampak gambaranr.ya menurut ayat-ayat tersebut34•

DengaJ1 demikian akan terlihat mUllGsabah antata ayat-ayat itu, yaitu saling ketergantur gan dimhna kebiasaan orang Arab selalu menggantungkan kehidupan mereka pada uma (dalam mencari rizqi). Selanjutnya unta tidak bermanfaat apa-apa kecuali mengghl1tungkan hidupnya dari air, dan air itu dari hujan dan hujan itu dari langit.

Selanjutnya mundsabahyang tidak diper'wkoh dengan huruf 'athaf (la taki'lnu

ma'tufah), sandalan yang ュ・ョァィオ「オヲGァセ。ョョケ。 ac1alah qarinah maknawiyah.

(47)

aspek ini juga bisa mengambil be'ltuk: al-tandzir, al-mu.Jhadhat, al-istithrad, atau al-takhalus35

Dari ketenngan di ata, dalam hal ketiadaan f,uruj 'a/hajsesungguhnya dapat dicari hubungannyu セG・」。イ。 maknawi, hakikatnya seperti hubungan kausalitas dari susunan kalimat tersebuL Disini disebutkan empat bentuk hubungan yang menandai adanya hubungan ayat dengan ayat dan antara kalimat dengan kalimat Untuk jelasnya bentuk huoungm itu kita uraikan satu persatu;

L AI-Tandzir, yaitu melnbandingkan dua hal yang sebanding menurut kebiasaan omng berakaL Cont0h seperti ini misalnya terlihat pada surat al-Anfal ayat 4 dan 5:

Artin):': Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan mernfleroleh beberapa derajat f<etinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezk:. (ni'mac) yang mulia.(4) Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari ruma:lmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang ya,lg beriman itu tidak .nenyukainyb,(5).

MemTl't al-Zarkasyi huruj kajpaJa ayat 5 berfungsi sebagai pemberi ingat dan merll;>akan sifat bagi kata kerja Iji'il) yang tersembunyi Iji'il mudhmar) yang

)jNun::lman,Op.cit, h.6.

(48)

maksudnya iRlah suruhan untuk memydesaikan harta rampasan perang (al-Anfal) seperti yang telah dilakukan mereka ketika perang Badar36•

Pada "yal ini ada dua keadaan yang sebanding yaitu perintah Rasul-Nya untuk mebagikan harta rampasan perang, sementara disisi lain ada bebrapa sahabat yang tidak senang, C:emikian menurut satu riwayat. Kondisi sahabat yang tidak senang tersebut saJlla halnya dengan keadaan mereka saat 5 di ajak keluar untuk perang

Badar. Dengan ':!emikian kata al-Zarkasyi makna

rケ。エBセ

PjMZZェNZェQZGMMM[GセZ

i)"

bersatu dengan R)at "

;;.it,

.

セセZZLN

.

.

、セ セ[j

W- ".

Sehingga maknannya

orang-orang beriman dengan sebenar-benarnya sebanding dengan keta'atan mereka melaksanakan pe.:ir.lah Tuhan yaitu keluar dari rumah dengan kebenaran.

Ayat-ayat yang disebut tadi memberi petunjuk agar mereka dapat mengambil pelajaran, yaitu ta'at menjalankan segala yang diperintahkan kepada mereka dengan menegndal;kan hawa nafsu.

2. Unsur al-Mudhddhat, yang artinya berlawanan. Misalnya suM al-Baqarah ayat

6:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir, sarna saja bagi mereka, kamu beri peringatar atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.

(49)

Dari ayal di alas dapat dipahami bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mere:,"" yang kafir. Ayat di atas berlawanan dengan ayat-ayat sebelumnya yang meny,butkRn ten tang kitab , orang-orang beriman (mukmin) dan petunjuk. Menurut larkasyi (w. 794 H) hal ini berkaitan dengan ayat 23 sural al-Baqaran:

Adapun hikmahnya adalah orang mukmin merindukan mantapnya lman berdasarkan pelunjllk Allah (al-tasyyifwa al- tSlIbut 'ala al fila).37

Jelasnya ayat 6 surat al-Baqarah di atas menerangkan watak orang kafir. Sedangkan di awal surat Allah menerangkan watak orang-orang mukmin serta sifat-sifat ,nereka yang sflialu membawa keberuntungan. Gunanya adalah untuk memperjelas perbedaan antara dua kelompok sosial dalam menerima petunjuk Tuhan.

3. Unsur al-lstithracl , yaitu peralihan kepada penjelasan lain di luar pembicaraan pokok yang menja(:i inti kalimat atau ayat. Contoh seperti ini antlra lain terlihat paJa ayat 26 QS. al-'/, raf:

(50)

Artinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untak menutupi 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian LIKwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka s::lalu ingat.

Awal aym hi berbieara tentang nikmat Tuhan kepada manusia khususnya pakaian yang 'nenyangkut penutup tubuh man usia. Dipertengahan ayat muncul kalimat " merutup aurat" yang mengalihkan pembicaraan dari kalimat Tuhan kepada penj,,'lasali lain tentang taqwa. Seakan-akan peralihan ini menunjukkan adanya hubungr,n menutupi tubuh dengan ta'lwa, setelah adanya peralihan kepada pen.:elasan lain, pembiearaan c1alam ayat kcmbali kepada nikmat dan kekuasaan TL:han38•

Menurut al-suyuthi ( w. 910 1-1) dengan mengutip pendapat Zamaksyari ayat ini diletakkan setelah ayat yang menjelaskan tentang terbukanya aurat dan penutupannya dengan daun. Peletakkan ini dimaksudkan untuk memaparkan penciptaan j.,akaian berupa daun merupakan karunia Allah, sedang telanjang adalah perbuatan hina dan menlltup aurat adalah pintu :Jesar menllju taqwa39•

Ayat ini berhubullgan dCllgan kisah Nabi Adam kctika mereka berdua dikeluarkall dari surga, dimalla syetan mellanggalkan pakaian mereka untuk meperlihatkan aurat masing-masing (al-'Araf : 27). Dengan demikian pengertian ayat yang ー・イエ。itGセ merupakan kelanjutan yangkedlla, yaitu setelah menyebut

J8 Lihat Nurahman. Op.cit, h. 6

(51)

terbukanya au rat mereka berdua karena tertanggalnya daun-daun yang

menutupin'·a.

3. Un sur ketiga, mundsabah yang tid'lk di dahului huruf 'a/hafadala\'> Takhalus. Model mundmbah ini adalah hubungan ayat-ayat ayang melukiskan kisah runtut yang berpinrlah-pindah dari awal topik kisah ke kisah lanjutan yang di rekam secara hal us. Hubungan kisah ini エ・イ、セー。エ dalam surat al-'Araf yang mengawali untaian kisah tentang para Nabi dan umatnya di masa lampau, dilanjutkan dengan ksah Nabi Musa dan tujuh orang pengikutnya serta do'a ayang diperuntukkannya sampai denga.1 kisah Nabi Muhamad dan umatnya40•

Contoh ai,l misalnya terlihat pada ayat "セ

::lGl "

dalam surat al-Fatihan.

Sebab mu lal' kalimat " '. ,セ " ZZャlN⦅セイ .,erJa

"

t . d'I peralihan yang membedakan

pembicaraan sebelum dan pembicaraan sesudahnya. Pembicataan sebelumnya berupa rangknian mukaddimah yang dijadikan perantara41•

b. Hubungan Ayat dengan ayatdalamsatu surat

Mundsabah model ini kelihatan dengan jelas pada surat-surat pendek yang mengandung satu tema pokok. Surat al-Ikhlas bisa dijadikan contoh adanya mundsabah antara ayat-ayat yan;s ada pada satu surat itu. Masing-masing ayat menguatkan tema pokoknya y,'itu tentang ォ・セウ。。ョ Tuhan. Selanjutnya pada surat

al-40Fauzullman,Op.,it,h. 38.

" AI-Suyulhi.Op.ei,. h.11 O.

(52)

Baqarah dari a)'a: I sampai 20 juga ョ。ュー。ャセ adanya hubungan di antara ayat-ayat itu.

T

Gambar

gambaran manusia yang mulia bukan gambaran mar.usia yang hina (rendah).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini kepuasan pada pimpinan tidak berpengaruh pada kinerja tenaga penjual, sehingga dapat disimpulkan meskipun kinerja tenaga penjual meningkat

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)

Berbeda dengan waktu reaksi menggunakan limbah alumunium foil , waktu reaksi yang diperlukan untuk bereaksi menggunakan limbah alumunium kaleng minuman ini semakin besar. Tekanan

Variabel FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Non Devisa periode triwulan I tahun 2011

Pcr1rulian Univ~rSitas Snwijaya d:m mel.akub n pcmbaca:m dari scgitiga tdcs:tur... Terscd

Perpustakaan SD Bakulan terletak di lantai dasar SD Bakulan Unit I. Ruangan perpustakaan cukup luas. Ruangan perpustakaan dilengkapi dengan karpet dan beberapa buah

Berdasarkan hasil penelitian analisis vegetasi HHK dan HHBK di Hutan Lindung Sungai Merah KPHP Unit IV Meranti maka di peroleh jumlah jenis HHK yang terdapat

Dengan memberikan bimbingan karir untuk para siswa akan membantu para siswa memiliki kreativitas pada diri mereka, semakin banyaknya informasi yang diberikan kepada para siswa maka