• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan eksperimen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan eksperimen"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1. Populasi

Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Populasi sampling, contoh apabila kita mengambil rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti adalah anggota rumah tangga yang bekerja sebagai PNS, maka seluruh rumah tangga adalah populasi sampling

2. Populasi sasaran, sesuai dengan contoh di atas, maka seluruh PNS adalah populasi sasaran

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam

penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka samplingyaitu daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:

1. Harus meliputi seluruh unsur sampel

2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali

3. Harus up to date

4. Batas-batasnya harus jelas

5. Harus dapat dilacak dilapangan

Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi) Ciri-ciri sampleyang ideal adalah:

 dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti  Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan menentukan

penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh  Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan

 Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang rendah....

Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan besar kecilnya sampel, antara lain:

1. Degree of homogenity dari populasi, makin homogin populasi makin sedikit jumlah sampel yang diambil

2. Pressisi yang dikehendaki, makin tinggi tingkat pressisi yang dikehendaki makin banyak jumlah sampel yang diambil

3. Rencana analisa

4. Tenaga biaya dan waktu

3. Beberapa Teknik dalam Pengambilan Sampel

(2)

a. Probability Sampling atau Random Sampling

1. Simple random sampling, pengambilan sample secara acak sederhana, ialah

sebuah sample yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sample. Metode yang digunakan dengan cara (1) undian (digoncang seperti arisan), (2) ordinal (angka kelipatan), (3)tabel bilanganrandom

2. Proportionate stratified random sampling, misal dengan siswa sebagai sampelnya,… maka perlu ada kalsifikasi siswa berdasar strata (misal kelas I, II dan III)

3. Disproportional stratified random sampling,..

4. Area Sampling, teknik pengambilan sample berdasar wilayah

5. Kluster sampling, teknik pengambilan sample berdasar gugus atau clusters, misal: sebuah penelitian ingin mengetahui pendapatan keluarga dalam suatu desa, dengan berbagai klaster, missal dari segi pekerjaan: Tani, Buruh, PNS, Nelayan

b. Non-Probability Sampling. Non probability sampling terdiri dari:

1. Sampling sistematis, yaitu memilih sampel dari suatu urutan daftar menurut urutan tertentu, missal tiap individu urutan no ke-n (10, 15, 20 dst)

2. Sampling kuota, (quota sampling), teknik sampling yang didasarkan pada terpenuhinya jumlah sample yang diinginkan (ditentukan)

3. Sampling aksidental, sample yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada, misalnya dengan menanyai siapa saja yang ditemui dijalan…untuk meminta pendapat tentang kenaikan harga sembako

4. Purposive sampling, teknik pengambilan sample didasrkan atas tujuan tertentu. (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel)

5. Sampling jenuh (sensus),

6. Snowball sampling, dimulai dari kelompok kecil yang diminta untuk menunjukkan kawan masing-masing. Kemudian kawan tersebut diminta untuk menunjukkan kawannya lagi dan seterusnya sampai secukupnya.

4. Teknik Penentuan Jumlah Sampel

Salah satu cara untuk menentukan jumlah sample adalah dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane:

n= Jumlah sample,

(3)

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus (Sabar, 2007).

Sedangkan menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011:80).

Jadi populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Penelitian sample baru boleh di laksanakan apabila keadaan subyek di dalam populasi benar-benar homogen

Kita melakukan penelitian sampel dari pada melakukan penelitian populasi karna penelitian sampel memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Karna menghemat dari segi waktu, tenaga dan biaya karna subyek penelitian sample relative lebih sedikit di banding dengan study populasi

2. Di banding dengan penelitian populasi penelitian sample lebih baik karna apabila penelitian populasi terlalu besar maka di khawatirkan ada yang terlewati dan lebih merepotkan 3. Pada penelitian populasi akn terjadi kelelahan dalam pencatatan dan analisisnya 4. Dalam penelitian populasi sering bersifat destruktif

5. Adakalanya penelitian populasi tidak lebih baik di laksanakan karna terlalu luas populasinya.

Pengertian dari sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya (Sabar,2007).

Menurut Sugiyono sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono,2011).

Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan representativeness sampel (sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya), yaitu:

1. Variabilitas populasi

Variabilitas populasi merupakan hal yang sudah “given”, artinya peneiti harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasinya.

2. Besar sampel

Makin besar sampel yang diambil akan semakin besar atau tinggi taraf representativeness sampel tersebut. Jika populasinya homogen secara sempurna, besarnya sampel tidak mempengaruhi tarag representativeness sampel.

3. Teknik penentuan sampel

Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makin tinggi pula tingkat representativeness sampel.

4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metedologi Penelitian. FKIP: Universitas Muria Kudus Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: AFABETA, cv.

A. Definisi

Populasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti.

Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.

Penarikan sampel diperlukan jika populasi yang diambil sangat besar, dan peneliti memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi maka peneliti perlu mendefinisikan populasi target dan populasi terjangkau baru kemudian menentukan jumlah sampel dan teknik sampling yang digunakan.

B. Ukuran Sampel

Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.

Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel :

1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan

penelitian

2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan

sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat

3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel

sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian

4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat,

penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20

Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat

(5)

jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.

Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :

1. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)

n = N/N(d)2 + 1

n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.

Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :

N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95

2. Formula Jacob Cohen (dalam Suharsimi Arikunto, 2010:179)

N = L / F^2 + u + 1 Keterangan :

N = Ukuran sampel F^2 = Effect Size

u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel

Power (p) = 0.95 dan Effect size (f^2) = 0.1

Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76 maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel

N = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203

3. Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael

Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.

C. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling.

Dalam pengambilan sampel cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen populasi untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam

(6)

masalah generalisasi tidak diperlukan, maka cara nonprobability biasanya yang digunakan.

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini

meliputi simpel random sampling, sistematis sampling, proportioate stratified

random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling

Simple random sampling

Teknik adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.

Misalnya :

Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.

Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan jenis kelamin.

Sampling Sistematis

Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.

Contohnya :

Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dst)

Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.

Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah :

(7)

Produksi : 75 Penjualan : 35

Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan

Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 dibulatkan 11 Produksi : 75 / 125 x 95 = 57

Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27

Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.

Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk

memperoleh

Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika

anggota populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.

Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata

berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :

SMP : 100 orang SMA : 700 orang DIII : 180 orang S1 : 10 orang S2 : 10 orang

Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel

Cluster Sampling

(8)

Contoh :

Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :

Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.

Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang

selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.

2. Non Probabilty Sampel

Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara lain : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling Purposive, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.

Sampling Kuota,

Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.

Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah.

Sampling Insidential,

Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.

Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.

(9)

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti

permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.

Sampling Jenuh,

Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih senang

menyebutnya total sampling.

Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.

Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus membesar ibarat bola salju (seperti Multi Level Marketing….). Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden teruuus berkembang sampai

ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti.

Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.

C. Yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Ukuran Sampel

Ada dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample. Pertama ketelitian (presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).

Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi. Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi

pengambilan sampel dari rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan dengan S-x

Semakin dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi, maka semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian, maka semakin besar ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam populasi tersebut besar.

Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku bagi populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%.

(10)

Makna dari keyakinan 95% (alpha 0.05) ini adalah “setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan populasi yang sebenarnya”.

D. KESIMPULAN :

Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa teknik penentuan jumlah sampel maupun penentuan sampel sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari penelitian. Dengan kata lain, sampel yang diambil secara sembarangan tanpa memperhatikan aturan-aturan dan tujuan dari penelitian itu sendiri tidak akan berhasil memberikan gambaran menyeluruh dari populasi.

REVISI TULISAN

Saya merevisi teknik sampling, dan memasukkan teknik sistematis ke dalam probability sampling berdasarkan rujukan buku Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Beberapa Teknik Penentuan Ukuran Sampel Lainnya

 Tabel jumlah sampel Isaac n Michael

 TABEL SAMPEL KREJCIE DAN MORGAN

 Sample Size bartlett kotrlik higgins dengan pendekatan Cohran’s Formula Baca juga

 Ukuran sampel penelitian kualitatif

 Penentuan ukuran sampel menurut para ahli di teorionline.net

 Jurnal rujukan untuk menentukan ukuran sampel Dirangkum dari :

Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta

Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung : Alfabeta.

Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administasi. Bandung : Alvabeta.

BAB I

PENDAHULUAN

(11)

Dalam melakukan penelitian, populasi dan sampel merupakan satu komponen yang sangat

perlu diperlukan. Populasi dan sampel sebagai keseluruhan atau sebagian contoh dari

objek-objek yang diteliti. Mendengar istilah sampel, orang akan akan cenderung

menghubungkannya dengan contoh. Misalnya ketika jalan-jalan dipusat perbelanjaan dan

diberikan hadiah sabun dalam bentuk yang lebih kecil, maka disebut sampel (contoh) sabun

(asli). Lalu, apa hubungannya sampel barang tersebut dengan statistik?

Dalam menentukan populasi dan sampel penelitian, sudah barang tentu haruslah sesuai

dengan langkah-langkah yang ditentukan serta haruslah tepat dan efisien. Kendala-kendala

yang timbul selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti. Oleh karenanya, dalam menentukan

populasi dan sampel peneliti hendaklah memperhatikan hal-hal yang memang berkaitan

dengan populasi dan sampel, sehingga didapatkan sampel yang tepat.

B.

RUMUSAN MASALAH

1.

Apakah pengertian populasi dan sampel?

2.

Apa-apa saja teknik atau cara dalam menentukan sampel?

3.

Bagaimanakah teknik dalam menentukan sampel?

C. TUJUAN PENULISAN

1.

Untuk melengkapi tugas mata kuliah Metode Penelitian.

2.

Dapat menjadi karya tulis yang berguna dalam menetapkan populasi dan sampel.

3.

Dapat menjadi bahan diskusi yang terkait dengan polulasi dan sampel.

D. METODE YANG DIGUNAKAN

Metode deskriftif dengan teknik study kepustakaan atau literature, yaitu pengetahuan yang

bersumber dari beberapa media tulis baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu

ada kaitannya masalah-masalah yang di bahas di dalam makalah ini.

(12)

BAB II

PEMBAHASAN

POPULASI DAN SAMPEL

A. POPULASI

Populasi berasal dari kata bahasa inggris

population,

yang berarti jumlah

penduduk

.

Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakan

menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga,

karena itulah makna kata populasi sesungguhnya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya,

kata populasi menjadi amat populer, dan digunakan di berbagai disiplin ilmu.

Dalam metode penelitiankata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan

serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi

penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa

manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya,

sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Karena pengertian populasi yang demikian diatas, maka populasi menjadi amat

beragam. Kalau populasi dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat dibedakan

menjadi:

populasi terbatas dan populasi tidak terbatas.

[1]

1.

Populasi terbatas,

yaitu populasi yang memiliki sumber yang jelas batas-batasnya secara

kuantitatif.

2.

Populasi tak terhingga,

yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat

ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif.

Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka populasi dapat dibedakan:

Populasi

homogen

dan

Populasi heterogen

.

1.

Populasi homogen

, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat

yang relatif sama satu sama lainnya.

2.

Populasi heterogen

, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat

individual, dimana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan

yang lainnya.

Selain pembedaan-pembedaaan diatas, populasi juga dapat dibedakan antara populasi

sampling dan populasi sasaran.

[2]

B.

SAMPEL

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi

dalam penelitian. Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar

dari semua unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:

1.

Harus meliputi seluruh unsur sampel.

2.

Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.

3.

Harus up to date.

4.

Batas-batasnya harus jelas.

(13)

Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi) Ciri-ciri sample yang

ideal adalah:

1.

Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.

2.

Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan menentukan

penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh.

3.

Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.

4.

Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang rendah.

Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan besar kecilnya sampel,

antara lain:

1.

Degree of homogenity dari populasi, makin homogin populasi makin sedikit jumlah sampel

yang diambil.

2.

Pressisi yang dikehendaki, makin tinggi tingkat pressisi yang dikehendaki makin banyak

jumlah sampel yang diambil.

3.

Rencana analisa

4.

Tenaga biaya dan waktu

C. UKURAN SAMPEL

Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel

yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel

minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian

eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian

survey jumlah sampel minimum adalah 100.

Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk

menentukan ukuran sampel :

1.

Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan

penelitian.

2.

Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya),

ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat

3.

Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel

sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian

4.

Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat,

penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan

20

(14)

Besaran atau jumlah sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat

ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada

penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat

kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin

besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan

generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka

semakin besar peluang kesalahan generalisasi.

Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :

[3]

1.

Rumus Slovin

n = N/N(d)

2

+ 1

n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.

Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%,

maka jumlah sampel yang digunakan adalah :

N = 125 / 125 (0,05)

2

+ 1 = 95,23, dibulatkan 95

2. Tabel Isaac dan Michael

Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan

penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini,

peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan

tingkat kesalahan yang dikehendaki.

D. TEKNIK-TEKNIK SAMPEL

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi

dua yaitu probability sampling dan non probability sampling.

Dalam pengambilan sampel cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas

elemen populasi untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan

sampel dengan cara nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan sebagai

sampel tidak diketahui. Menurut Sekaran (2006), desain pengambilan sampel dengan cara

probabilitas jika representasi sampel adalah penting dalam rangka generalisasi lebih luas. Bila

waktu atau faktor lainnya, dan masalah generalisasi tidak diperlukan, maka cara

nonprobability biasanya yang digunakan.

1.

Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel

random sampling, sistematis sampling, proportioate stratified random sampling,

disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling.

Simple random sampling

Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak,

tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.

[4]

(15)

Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel

ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5%

sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.

Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan

jenis kelamin.

Sampling Sistematis

Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang

berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu,

ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.

Contohnya :

Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan

dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan

nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor

kelipatan (2, 4, 8, 16, dst)

Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya

memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.

Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat

contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri

terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing

berjumlah :

Marketing : 15

Produksi : 75

Penjualan : 35

Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan

kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang

ditentukan

Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 dibulatkan 11

Produksi : 75 / 125 x 95 = 57

Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27

Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.

Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis)

yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidang kerja sehingga besaran sampel pada

masing-masing strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh

Disproportionate Stratified Random Sampling

(16)

Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan

tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang

yaitu :

SMP : 100 orang

SMA : 700 orang

DIII : 180 orang

S1 : 10 orang

S2 : 10 orang

Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil

dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan

sebagai sampel

Cluster Sampling

Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat

luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar

di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah

populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang

digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional

stratified random sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.

Contoh :

Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU.

Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak

dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan

sebagai berikut :

Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10

Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.

Tahap kedua, mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya

disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara

acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten

Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel.

Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan

menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.

2.

Non Probabilty Sampel

Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau

peluang yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability

ini antara lain : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling

Purposive, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.

Sampling Kuota

(17)

Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan

mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan

masing-masing 10 siswa per sekolah.

Sampling Insidential

Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang

kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik

sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.

Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel

ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut,

maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di

atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.

Sampling Purposive

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus

sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya

tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang

mengetahui dengan jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga

renang. Maka sampel yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki

kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.

Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan

jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.

Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta.

Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.

Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil

kemudian terus membesar ibarat bola salju. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang pola

peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian terus

berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden terus berkembang sampai

ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga

lebih cocok untuk penelitian kualitatif.

E.

PENENTUAN UKURAN SAMPEL

Ada dua hal yang menjadi pertimbanngan dalam menentukan ukuran sample. Pertama

ketelitian (presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).

[5]

Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik

populasi. Keyakinan adalah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan

sampel dari rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan

dengan S-x

(18)

Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar

berlaku bagi populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%. Keyakinan 95%

adalah tingkat lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari keyakinan

95% (alpha 0.05) ini adalah “setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan

populasi yang sebenarnya”.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa teknik penentuan jumlah

sampel maupun penentuan sampel sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari

penelitian. Dengan kata lain, sampel yang diambil secara sembarangan tanpa memperhatikan

aturan-aturan dan tujuan dari penelitian itu sendiri tidak akan berhasil memberikan gambaran

menyeluruh dari populasi.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dalam penelitian, peneliti harus dapat

menentukan teknik yang tepat dan efektif sehingga didapatkan sampel yang baik.

B.

SARAN

(19)

[1]

H.Hadari Nawawi,

Metode Penelitian Bidang Sosial,

Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1983. Hal. 141

[2]

Lihat: Ida Bagoes Mantra dan Kasto, Penentuan Sampel, dalam Masri Singarimbun

dan Sofian Effendi, Op.Cit., hal.108.

[3]

Rumus dan contoh penghitungannya dikutip dari, Radiany, Rahmady,

HM.,

Disertasi,

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kualitas Pelayanan dan

Dampaknya Terhadap Keputusan untuk Memilih Jurusan Manajemen pada Perguruan

Tinggi Swasta di Kalimantan Selatan, Disertasi Pascasarjana Univ.17 Agustus 1945

Surabaya, 2004. Hal.109.

[4]

Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah,

Metode Penelitian Kuantitatif,

Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. Hal. 123

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan kokoh. Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya, informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian juga dapat dipandang sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah yang dapat merangsang pikiran atau kesadaran seseorang.

Sebagian dari kualitas hasil suatu penelitian bergantung pada teknik pengumpulan data yang

digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan reliable. Untuk memperoleh data seperti itu, peneliti dapat menggunakan metode, teknik, prosedur, dan alat-alat yang dapat diandalkan. Ketidaktepatan dalam penggunaan intrumen penelitian tersebut dapat menyebabkan rendahnya kualitas penelitian.

Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf kemungkinan yang paling relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya bias. Sebab, penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha

memperkecil interval dugaan peneliti melalui pengumpulan dan penganalisaan data atau informasi yang diperolehnya.

Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian adalah menentukan populasi dan sampel penelitian. Seorang peneliti dapat menganalisa data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atau komunitas tertentu. Seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya dengan mengamati dan mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian, peneliti akan mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh keakuratan penelitian dan penganalisaan data terhadap objek.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebagaimana dikemukakan di atas, maka makalah ini bermaksud mengkaji masalah diantaranya sebagai berikut :

(20)

2. Bagaimana pengertian sampel penelitian?

3. Bagaimana tekhnik sampel dalam suatu penelitian? C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian populasi dalam suatu penelitian. 2. Untuk mengetahui pengertian sampel dalam suatu penelitian 3. Mengetahui teknik sampel dalam penelitian.

BAB II

PEMBAHASAN A. Pengertian 1. Populasi

Menurut kamus riset karangan Drs. Komaruddin, yang dimaksud dengan populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel, yang terdiri atas obyek/ subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lainnya ). Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X ini memiliki subyek dan obyek di dalamnya, hal tersebut berarti populasi dalam arti jumlah/ kuantitas. Sedangkan populasi dalam arti karakteristik dapat ditunjukkan dari motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Dr. Siswojo definisi dari populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti ). Disini peneliti dapat menentukan kriterianya sendiri di dalam populasi yang akan diteliti.

Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi yang menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini :

1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000 orang dai pada awal tahun 1999, dengan karakteristik; masa belajar di pesantren 10 tahun, lulusan pendidikan Timur Tengah, dan lain-lain.

2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya dai di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak dai pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang.

(21)

berikut ini:

1. Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari dai berumur 25 tahun sampai dengan 40 tahun, lulusan Mesir, dan lain-lain. 2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, dai sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari dai yang memiliki karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis. Margono pun menyatakan bahwa persoalan populasi penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini:

a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan sama saja.

b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.

Meskipun banyak populasi yang anggotanya terbatas jumlahnya seperti jumlah muballigh di Jakarta, jumlah mahasiswa Islam di Yogyakarta, di mana keduanya sebenarnya dapat dapat dihitung namun karena hal itu sulit dilakukan maka dianggap tidak terbatas.

2. Sampel

Menurut Wardi Bachtiar menyatakan bahwa sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya atau sebagai percontohan yang diambil dari populasi. Percontohan mempunyai karakteristik yang mencerminkan karakteristik populasi. Karena itu sampel merupakan perwakilan dari populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif.Suatu sampel dikatakan representative apabila ciri-ciri sampel yang berkaitan dengan tujuan penelitian sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasinya. Dengan sampel yang representatif ini, maka informasi yang dikumpulkan dari sampel hampir sama dengan informasi yang dapat dikumpulkan dari populasinya.

Sampel atau sampling berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. ) Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semuanya, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Dalam menentukan sampel hendaknya dipenuhi syarat-syarat utama dalam menentukannya, maksudnya bahwa sampel yang diambil harus betul-betul mewakili (representative) populasi yang telah dikemukakan. Apabila sampel tidak mewakili, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Orang pertama yang memegang telinga gajah akan menyimpulkan bahwa gajah itu seperti kipas. Orang kedua yang memegang badan gajah, maka kesimpulannya gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia menyimpulkan bahwa gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah jika sampel yang dipilih tidak representative, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.

B. Tekhnik Sampling

Secara garis besar ada dua macam tekhnik sampling, yaitu: Probability sampling yaitu sampling yang memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih dan Non-Probability sampling yaitu sampling yang tidak memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih.

a. Probability sampling

Dalam probability sampling ada empat macam sampling yang termasuk di dalamnya, yaitu: 1) Sampling Acakan Sederhana (Simple Random Samping)

(22)

yang sama untuk dipilih dalam keseluruhan populasi. Selain itu kesempatan harus independent, artinya kesempatan bagi suatu subyek untuk dipilih tidak mempengaruhi kesempatan subyek-subyek lain untuk dipilih.

Kelemahan sampling acakan ialah karena sukar, ada kalanya tidak mungkin memperoleh data lengkap tentang keseluruhan populasi itu. Sampling acakan juga kurang sesuai bila peneliti memerlukan sample yang mempunyai cirri-ciri tertentu, misalnya tingkat pendidikan, kedudukan sosial, dsb.

2) Sampling Acakan Proporsional dengan Stratifikasi (Proportionate Stratified Random Sampling) Pada prosedur pengambilan sampel berstrata dengan pendekatan proporsional, banyaknya subyek dalam setiap subkelompok atau strata harus diketahui perbandingannya lebih dahulu. Kemudian ditentukan persentase besarnya sampel dari keseluruhan populasi. Persentase atau proporsi ini diterapkan dalam pengambilan sampel bagi setiap subkelompok atau stratanya.

Strata/Sub-kelompok Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Kelas SES Tinggi 268 342 610

SES Sedang 243 444 687 SES Rendah 122 101 223 Jumlah SES 633 887 N=1520

Tabel 1. Data Fiktif Distribusi Subjek dalam Strata Populasi

Sebagai ilustrasi, dari populasi yang berjumlah 1520 orang subyek ditetapkan untuk diambil 20% sebagai sampel. Distribusi populasi subyek menurut strata atau subkelompok diumpamakan sebagai dalam Tabel 1. dengan mengambil secara random 20% subyek dari setiap subkelompok sebagai sampel maka distribusi subyek sampel adalah seperti dalam Tabel 2.

Strata/Sub-kelompok Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Kelas SES Tinggi 54 68 122

SES Sedang 49 89 138 SES Rendah 24 20 44 Jumlah SES 127 177 n=304

Tabel 2. Distribusi Sampel Berstrata Proporsional dari Populasi dalam Tabel 1.

Perhatikan bahwa meskipun proporsi subyek diambil 20% dari masing-masing strata namun jumlah sampel keseluruhan (n=30) juga merupakan 20% dari seluruh populasi (N=1520).

Keuntungan sampling ini adalah sampel yang diperoleh lebih representatif daripada sampel yang diperoleh dengan sampling acakan yang sederhana, dengan jumlah yang sama bagi setiap strata. Sampling ini lebih menggambarkan keadaan populasi yang sesungguhnya karena telah

memperhatikan ciri-ciri tertentu.

Sedangkan kelemahannya ialah cara ini lebih banyak memerlukan usaha dan pengenalan lebih dulu tentang populasi. Peneliti harus sanggup memperoleh keterangan yang lebih terperinci tenyang distribusi ciri-ciri itu di kalangan populasi.

3) Sampling Acakan Tak Proporsional dengan Stratifikasi (Disproportionate Stratified Random Sampling)

(23)

subkelompok populasi.

Strata/Sub-kelompok Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Kelas SES Tinggi 75 = 28% × 268 75 = 22% × 342 150 SES Sedang 75 = 31% × 143 75 = 17% × 444 150 SES Rendah 75 = 61% × 122 75 = 74% × 101 150 Jumlah SES 225 225 n=450

Tabel 2. Distribusi Sampel Berstrata Disproporsional dari Populasi dalam Tabel 1.

Sampling ini tidak begitu banyak memakan waktu dibandingkan dengan sampling secara

proporsional. Namunkelemahannya ialah justru dengan cara ini proporsi tiap strata yang sebenarnya menurut populasi menjadi terganggu.

Dibandingkan dengan cara random sederhana, maka cara pengambilan sampel stratifikasi ini akan menghasilkan eror standar yang lebih kecil dan karenanya akan menghasilkan estimasi yang lebih cermat mengenai karakteristik populasinya.

4) Sampling Daerah / Wilayah (Cluster)

Sampling daerah mempergunakan wilayah geografik sebagai titik tolak. Terutama dalam studi yang tidak memungkinkan peyelidik untuk lebih dahulu mengetahui besarnya populasi, yang dijadikan pegangan ialah pola geografik tempat populasi itu. Misalnya satui wilayah dibagi lebuh dahulu atas sekian banyak kabupaten. Setiap wilayah diwakili oleh sampel-sampel kabupaten-kabupaten yang secara random ditarik menjadi menjadi wilayah. Dari kabupaten-kabupaten itu, ditetapkan lagi jumlah kecamatan dan dari kabupaten=kabupaten itu ditarik sampel-sampel kecamatan yang menjadi sampel wilayah. Begitu seterusnya sampai misalnya kita sampai pada RT atau pada kesatuan-kesatuan lain yang menjadi pusat peyelidikan.

Keuntungan sampling ini adalah sesuai bagi peneliti yang melibatkan populasi yang besar yang tersebar di daerah yang luas. Pelaksanaannya lebih mudah daripada metode sampling lainnya dan biayanya lebih murah karena sampel terpusat pada daerah yang terbatas.

Sedangkan kelemahannya adalah bahwa jumlah individu dalam tiap daerah pilihan tidak sama, ada pula kemungkinan orang pindah atau berjalan dari daerah pilihan yang satu ke daerah pilihan satu lagi sehingga ia dapat dua kali masuk sampel bila penelitian tidak dilakukan serempak.

b. Non-Probability sampling

Non-Probability sampling dilakukan misalnya untuk sekedar mentes reliabilitas alat pengukur tertentu. Dilakukan juga untuk memperoleh suatu kesan umum tentang ciri-ciri manusia yang tinggal di suatu daerah. Berdasarkan studi ini peneliti mendapat keterangan yang lebih banyak tentang populasi, dan karena itu dapat dilakukan studi yang lebih sistematis kemudian dengan menggunakan sampling acakan.

Yang termasuk non-probability sampling antara lain: 1) Sampling Sistematis

Dengan sampling sistematis ini dimaksudkan peneliti memilih sampel dari suatu daftar menurut urutan tertentu, misalnya tiap individu ke-10 atau ke-15, atau ke-n. Metode sampling ini dikatakan sistematis karena mengikuti sistematika tertentu.

Keuntungan metode ini ialah, bahwa cara ini mudah dalam pelaksanannya dan juga dapat cepat diselesaikan. Kesalahan tentang memilih individu yang kesekian mudah diketahui, dan kalaupun salah tidak begitu mempengaruhi hasilnya.

Sedangkan kelemahannya ialah bahwa individu yang berada di antara yang kesekian dan kesekian dikesampingkan, sehingga cara ini tidak sebaik sampling acakan.

2) Sampling kuota

(24)

peningkatan mutu pengajaran. Peneliti dapat menentukan bidang studinya serta jumlah guru atau kuota tiap bidang studi yang diinginkannya untuk misalnya diwawancarai.

Keuntungan metode ini ialah bahwa melaksanakannya mudah, murah, dan cepat. Hasilnya berupa kesan-kesan umum yang masih kasar yang tidak dapat dipandang sebagai generalisasi umum. Dalam sampel dapat dengan sengaja dimasukkan orang-orang yang mempunyai ciri-ciri yang diinginkan oleh peneliti.

Kelemahannya ialah kecenderungan memilih orang yang mudah didekati bahkan yang dekat dengan peneliti yang mungkin ada biasnya dan memiliki ciri-ciri yang tidak dimiliki populasi dalam

keseluruhannya. Ciri-ciri yang dipilih dalam penggolongan sampel tidak berdasarkan ciri-ciri yang esensial dari populasi. Oleh sebab sampel itu tidak representatif, maka kesimpulan peneliti ini hanya dapat memberi kesan-kesan yang sangat umum.

3) Sampel Aksidental (kebetulan)

Sampel aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada, misalnya

bertanya pada siapa saja yang dijumpai oleh peneliti di tengah jalan untuk meminta pendapat mereka tentang sesuatu yang akan diteliti.

Keuntungan dari metode ini adalah sangat mudah, murah, dan cepat dilakukan. Sedangkan kelemahannya sampel ini sama sekali tidak representatif sehingga tidak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi.

4) Purposive Sampling (menurut pertimbangan)

Sampling purposive dilakukan dengan mengambil orang-orang yang benar-benar terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel tersebut. Misalnya orang yang mempunyai tingkat pendidikan tertentu, jabatan tertentu, mempunyai usia tertentu yang pernah aktif dalam kegiatan masyarakat tertentu.

Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain peneliti. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi. Dengan demikian diusahakan agar sampel itu memiliki cirri-ciri yang esensial dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Ciri-ciri apa yang esensial, strata apa yang harus diwakili bergantung pada penilaian dan pertimbangan atau judgment peneliti. Oleh karena itu purposive sampling disebut juga judgment sampling.

Keuntungan sampel ini ialah bahwa sampel ini dipilih sedemikian rupa sehingga relevan dengan desain peneliti. Selain itu cara ini relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan. Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan peneliti dapat didekati.

Kelemahannya ialah bahwa tidak ada jamonan sepenuhnya bahwa sampel itu representatif seperti halnya sampel acakan atau random. Pertimbangan yang dilakukan oleh peniliti juga tidak terlepas dari subyektifitas peneliti.

5) Snowball Sampling

Dalam sampling ini peneliti mulai dengan kelompok kecil yang diminta untuk menunjuk kawan masing-masing. Kemudian kawan-kawan itu diminta pula menunjuk kawan masing-masing, dan begitu seterusnya sehingga kelompok itu semakin bertambah besar bagaikan bola salju yang menggelinding dari puncak bukit ke bawah. Sampling ini dipilih bila bila peneliti ingin menyelidiki hubungan antar manusia dalam kelompok yang akrab, atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar di kalangan tertentu.

Kelemahan metode ini adalah dalam penentuan kelompok kecil ada unsur subyektif, jadi tidak dipilih secara random atau acakan. Bila jumlah sampel melebihi 100 orang penanganannya sudah sulit dikendalikan.

6) Sampling Jenuh dan Padat (Saturation Sampling)

(25)

Populasi dikatakan kecil bila jumlahnya jauh di bawah 1000 orang. Sampling jenuh dapat dilakukan bagi kelompok yang kecil. Akan tetapi bila jumlahnya besar misalnya lebih dari 1000 orang, maka sampling jenuh tidak lagi praktis karena biaya dan waktu terlampau banyak untuk misalnya melakukan wawancara dan pengolahannya.

BAB III KESIMPULAN

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Asep Saeful Muhtadi, dkk. 2003. Metode Penelitian Dakwah, Cet.1, Bandung : Pustaka Setia

A. Furchan. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mardalis. 1995. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi aksara.

Nasution. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Nazir. 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soehartono, Irawan. 2000. Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Cet.4, Bandung: Remaja Rosdakarya.

S. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik, Jakarta: Rineka Cipta S.Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet.7, Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2005.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait