• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Cara Kerja Alat Ukur Level Untuk Aluminia (Al2O3) Dengan Menggunakan Microimpulse Levelflex FMP 232 E / 332 E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Tentang Cara Kerja Alat Ukur Level Untuk Aluminia (Al2O3) Dengan Menggunakan Microimpulse Levelflex FMP 232 E / 332 E"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG CARA KERJA ALAT UKUR LEVEL

(2)

STUDI TENTANG CARA KERJA ALAT UKUR LEVEL

UNTUK ALUMINA (Al2O3

DENGAN MENGGUNAKAN MICROIMPULSE LEVELFLEX

FMP 232 E / 332 E

)

O

L

E

H

NAMA

: ZULFAN ALDY RITONGA

NIM

: 005203022

PROGRAM DIPLOMA IV

(3)

ABSTRAK

Levelflex 232 E / 332 E merupakan sebuah alat yang ditempatkan di

tempat yang paling atas, transmitter level pada padatan ini untuk proses kontrol

atau mengaplikasikan pada tempat penyimpanan yang dioperasikan dengan

microwave impulse menurut petunjuk dari prinsip time-of-flight. Alat ini

mengukur berbagai variasi dari bulk solid.

Seperti contoh : alumina, semen, pasir, produk-produk pertanian, debu-debu yang

berterbangan dan bahan bakar padat.

Tidak bergantung pada sifat-sifat fisik dari bahan tersebut seperti kelembaban,

ukuran partikel dan temperatur. Levelflex mengukur seluruh bulk solid dengan

menggunakan konstanta dielectric yang lebih baik.

Dalam sebuah pabrik banyak dipakai tangki, vessel dan penyimpanan

lainnya, dimana fungsinya adalah untuk menyimpan material-material yang akan

diproses. Keakuratan pengukuran dari tempat-tempat itu vital. Material yang

berada di dalam tangki biasanya cairan tapi tidak menutup kemungkinan berupa

padatan.

Pertama kali pengukuran level digunakan untuk memecahkan masalah

yang sederhana. Ternyata setelah ditelusuri lagi banyak

permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Material yang sangat korosif, material

yang cenderung menguap, material yang mengandung padatan atau

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat

kuasa dan kehendak-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Karya

Akhir ini dengan baik.

Karya Akhir ini dibuat sebagai syarat kelulusan program Diploma IV

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyusun Karya Akhir ini dengan judul “Studi Tentang Cara Kerja

Alat Ukur Level Untuk Alumina (Al2O3

1. Bapak Dr. Ir. Armansyah Ginting, M. Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

) Dengan Menggunakan Microimpulse Levelflex FMP 232 E / 332 E ”.

Dalam melakukan penulisan Karya Akhir ini, penulis banyak sekali

menemui kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dan

kerja keras yang dilakukan akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Ba’afai, selaku Ketua Program Diploma IV

Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Ir. T. Ahri Bachriun, Msc, selaku Koordinator Program Diploma IV

Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Mansyur, Msi, selaku Dosen Pembimbing penulis dalam

menyusun Karya Akhir.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Universitas Sumatera Utara dan

Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI).

7. Direksi dan Karyawan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) di

Kuala Tanjung.

8. Yang teristimewa kedua orang tuaku, Abdul Hakim Ritonga (ayah) dan

Nurjannah Panjaitan (mamak) yang senantiasa memberikan dukungan

semangat dan materi serta mendo’a kan penulis.

9. Adik-adikku tersayang (Toho, Dina, Reni dan juga keponakanku tersayang

Adzkia/Ebol) serta sepupuku Eka, Dadek, Topan dan Noey yang telah

membantu penulis selama ini.

10.Yang spesial untuk Siti Arbaiyah Simamora (t’ndut) yang memberikan

semangat dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Akhir.

11.Seluruh keluarga dan kerabat yang telah memberikan masukan dan saran

pada penulis selama ini.

12.Teman-temanku Mahasiswa / i khususnya angkatan “00” TIP D-IV

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun buku Karya Akhir ini penulis menyadari bahwa buku ini

(6)

dan tata bahasa. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

demi lebih baiknya buku Karya Akhir ini.

Akhir kata, segala bantuan dan budi baik yang penulis dapatkan, penulis

menghaturkan terima kasih dan hanya ALLAH SWT yang dapat memberikan

ridho dan rahmat-NYA, sehingga penulis dapat menyusun buku Karya Akhir ini.

Semoga buku Karya Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis

sendiri tentunya.

Medan, Agustus 2007

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... ix

Bab I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Tujuan Penulisan Karya Akhir ... 2

I.3. Batasan Masalah ... 3

I.4. Tinjauan Pustaka ... 3

I.5. Metode Penulisan ... 3

Bab II DASAR TEORI II.1. Pengertian Alat Ukur Level ... 5

II.2. Metode-Metode Pengukuran Level ... 7

II.3. Pengukuran Ketinggian Dengan Kapasitansi Listrik ... 13

II.4. Sistem Ketinggian Zat Padat yang Berupa Serbuk ... 14

Bab III PEMBAHASAN III.1. Cara Kerja Alat Ukur Level ... 16

III.1.1. Input Alat Ukur Level ... 17

(8)

III.2. Sistem Alat Ukur Level ... 18

III.2.1. Sistem Integrasi Alat Ukur Level ... 19

III.2.2. Petunjuk Pemasangan Alat Ukur Level ... 20

III.2.2.1. Posisi Pemasangan Alat Sensor Level ... 20

III.2.2.2. Nozzle ... 20

III.2.2.3. Faktor Lingkungan ... 22

III.3. Penggunaan Penghubung Alat Ukur pada Material ... 22

III.3.1. Standar Aplikasi Penghubung Alat Ukur pada Stainless Steel ... 22

III.3.2. Pengisian Secara Elektrostatik ... 22

III.4. Pengamanan ... 23

III.4.1. Gaya Down Pull ... 23

III.4.2. Gaya Down Pull dan Keseimbangan pada Penghubung Alat Ukur ... 23

III.4.3. Kekuatan Patah pada Penghubung Alat Ukur ... 23

III.4.4. Gaya Pada Penghubung Dengan Batang Penarik Bawah ... 24

III.5. Elemen Sensor ... 26

Bab IV PENGOPERASIAN DARI ALAT UKUR LEVEL IV.1. Hasil Pengamatan ... 28

IV.2. Proses Pengoperasian ... 29

(9)

Bab V PENUTUP

V.1. Kesimpulan ... 37

V.2. Saran ... 37

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Cara Kerja Alat Ukur Level ... 16

Gambar 3.2 Sistem Alat Ukur Level dari bentuk, tempat dan susunannya dengan arus keluaran 4-20 mA ... 18

Gambar 3.3 Sistem Alat Ukur Level yang menghasilkan sinyal digital dengan arus keluaran 4-20 mA + HART ... 18

Gambar 3.4 Sistem Integrasi dari HART Transmitter melalui jaringan ZA .... 19

Gambar 3.5 Nozzle ... 21

Gambar 3.6 Sensor pada tangki ... 21

Gambar 3.7 Panjang Probe untuk Penggunaan Bahan yang berbeda ... 25

Gambar 4.1 Tempat Melakukan Pengkalibrasian ... 31

Gambar 4.2 Pengaturan Awal Alat Ukur ... 32

Gambar 4.3 Pengkalibrasian Microimpulse Levelflex FMP 232 E/ 332 E .... 33

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kekuatan Patah Untuk Penghubung Standar FMP 232 E dan

Penghubung yang Bekerja maksimum FMP 332 E ... 24

(12)

ABSTRAK

Levelflex 232 E / 332 E merupakan sebuah alat yang ditempatkan di

tempat yang paling atas, transmitter level pada padatan ini untuk proses kontrol

atau mengaplikasikan pada tempat penyimpanan yang dioperasikan dengan

microwave impulse menurut petunjuk dari prinsip time-of-flight. Alat ini

mengukur berbagai variasi dari bulk solid.

Seperti contoh : alumina, semen, pasir, produk-produk pertanian, debu-debu yang

berterbangan dan bahan bakar padat.

Tidak bergantung pada sifat-sifat fisik dari bahan tersebut seperti kelembaban,

ukuran partikel dan temperatur. Levelflex mengukur seluruh bulk solid dengan

menggunakan konstanta dielectric yang lebih baik.

Dalam sebuah pabrik banyak dipakai tangki, vessel dan penyimpanan

lainnya, dimana fungsinya adalah untuk menyimpan material-material yang akan

diproses. Keakuratan pengukuran dari tempat-tempat itu vital. Material yang

berada di dalam tangki biasanya cairan tapi tidak menutup kemungkinan berupa

padatan.

Pertama kali pengukuran level digunakan untuk memecahkan masalah

yang sederhana. Ternyata setelah ditelusuri lagi banyak

permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Material yang sangat korosif, material

yang cenderung menguap, material yang mengandung padatan atau

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa ini, membuat

manusia selalu berusaha untuk menemukan atau menciptakan suatu peralatan

yang dapat mempermudah pekerjaan, baik di dalam industri kecil maupun industri

besar.

Di dalam perkembangan ilmu pengetahuan untuk menciptakan suatu

peralatan tidak terlepas dari besaran-besaran fisika seperti : tekanan, temperatur,

aliran (flow) dan ketinggian (level) yang kesemuanya di ukur dengan

menggunakan alat ukur instrument.

Salah satu perkembangan dari ilmu pengetahuan tersebut adalah dengan

pengukuran level. Pengukuran level memegang peranan penting dalam era

teknologi masa kini dan mungkin akan bertambah besar peranan dan

keterkaitannya hampir dalam setiap kegiatan manusia di masa yang akan datang.

Pengukuran level bukan saja memudahkan dan meningkatkan prestasi kerja, tetapi

juga membantu manusia atau menggantikan sebagian dari tugasnya, karena tidak

mungkin dilakukan sendiri. Hal tersebut terjadi justru karena kesadaran akan

kemampuan manusia yang sangat terbatas akan waktu dan kesempatan yang tidak

(14)

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa pengukuran level sangat penting

keberadaannya. Oleh karena itu, pada Karya Akhir ini akan dibahas tentang cara

kerja alat ukur level dengan menggunakan microimpulse levelflex FMP 232 E /

332 E. Levelflex tersebut dapat mengukur ketinggian pada seluruh titik-titik yang

terdapat di setiap SILO. Untuk mengetahui level alumina di dalam SILO

digunakan alat ukur levelflex. Pengukuran secara manual sangat berbahaya bagi

seorang operator yang bekerja di daerah yang tinggi (SILO berukuran 32 m),

maka digunakan alat ukur level dengan menggunakan microimpulse levelflex

FMP 232 E / 332 E.

1.2Tujuan Penulisan Karya Akhir

Adapun tujuan penulisan Karya Akhir adalah :

Merupakan kewajiban penulis sebagai mahasiswa menyusun suatu karya

akhir guna menyelesaikan studinya dan meraih Gelar Sarjana Sains Terapan

pada Fakultas Teknik Program Diploma IV UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA.

Dan juga memperdalam wawasan penulis dalam beberapa hal tentang alat

(15)

1.3Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan pembahasan tentang cara kerja alat ukur level ini,

maka penulis membahas mengenai :

1. Cara kerja alat ukur level

2. Proses pengoperasian alat ukur level

1.4Tinjauan Pustaka

Setelah memperoleh data yang berhubungan dengan fokus pembahasan

laporan, maka penulis dapat menulis laporan tersebut. Data yang penulis dapatkan

bersumber dari buku-buku dan referensi-referensi internet.

1.5Metode Penulisan

Dalam metode penulisan karya akhir ini penulis akan menjelaskan isi dari

tiap-tiap bab sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan karya akhir,

batasan masalah, tinjauan pustaka dan metode penulisan.

Bab II : Dasar Teori

Pada bab ini menjelaskan tentang teori dasar mengenai cara kerja alat

ukur level.

Bab III : Pembahasan

(16)

Bab IV : Pengoperasian Dari Alat Ukur Level

Pada bab ini akan menjelaskan tentang pengoperasian dari alat ukur

level.

Bab V : Penutup

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dari karya

(17)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Alat Ukur Level

Mengukur adalah suatu aktivitas atau tindakan membandingkan suatu

besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran yang standar. Pekerjaan

membandingkan tersebut tidak lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur level. Pengukuran

banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat

ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya

objek yang di ukur serta hasil yang diinginkan.

Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menentukan besaran

yang di ukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran

tersebut harus di ukur. Ketiga hal tersebut mutlak harus dimiliki oleh orang yang

akan melakukan pengukuran.

Pengetahuan akan alat ukur level dan objek yang dihadapi adalah suatu

syarat agar pengukuran yang benar dapat dilakukan. Ini juga berarti bahwa cara

melakukan pengukuran yang benar akan diperoleh, jika objek yang dihadapi dapat

diketahui disamping pengetahuan tentang cara kerja alat ukur level juga harus

dikuasai. Bergantung dari alat ukurnya, pengukuran dapat dilakukan dengan cara

langsung dan tidak langsung. Pengukuran dikatakan langsung bila alat ukurnya

atau pembandingnya adalah standar, yaitu suatu pengukuran yang mempunyai

(18)

dikatakan tidak langsung bila pembandingnya adalah suatu yang telah

dikalibrasikan terhadap besaran standar, misalnya termometer elektronik. Karena

sulitnya untuk mendapatkan alat ukur standar, sedangkan besaran yang akan di

ukur banyak sekali jenisnya, maka teknologi telah menghasilkan banyak cara

untuk menghasilkan alat ukur tidak langsung.

Dalam pengukuran digunakan sejumlah istilah sebagai berikut :

1. Ketelitian (Accuracy), yaitu : Harga suatu pembacaan instrumen yang

mendekati harga sebenarnya dari veriabel

yang di ukur.

2. Ketepatan (Precision), yaitu : Kemampuan untuk mendapatkan hasil

pengukuran yang sama dengan memberikan

harga tertentu bagi sebuah variabel.

3. Kesalahan (Error), yaitu : Penyimpangan variabel yang di ukur dari

harga yang sebenarnya.

4. Sensitivitas (Sensitivity), yaitu : Perbandingan antara sinyal keluaran

terhadap perubahan masukan atau variabel

yang di ukur.

5. Resolusi (Resolution), yaitu : Perubahan nilai terkecil dalam nilai yang di

ukur, dimana instrumen akan memberi

respon.

(19)

2.2 Metode-Metode Pengukuran Level

Beberapa metode yang telah dikembangkan untuk pengukuran level yang

kontiniunya secara otomatis antara lain adalah :

1. Float dan Cable

Instrumen Float dan Cable yaitu mengukur ketinggian level dengan alat

yang menggunakan metode naik dan jatuh dari pelampung pada permukaan level.

Mekanisme ini digunakan untuk menghitung variasi level dengan range antara

beberapa inci sampai ukuran feet. Float dan Cable biasanya digunakan pada

tangki terbuka, karena perubahan ketinggian pelampung ini di desain untuk tangki

yang bertekanan. Pelampung ini mempunyai keuntungan yaitu : sebagai simple

dan sensitive terhadap perubahan densitas. Keuntungan terbesarnya yaitu

pembatasannya untuk level material yang terisi pada tangki atau SILO.

Turbulance juga dapat menimbulkan masalah pada pengukuran. Teknik float dan

cable tidak memberi kemungkinan pada konsep transmitter yang dapat dilakukan

oleh teknik lainnya.

Float diklasifikasikan dengan tipe dari posisi sensor (reed switch, cable,

pot, magnetostrictive and sonic atau radar). Keuntungan menggunakan float tidak

ada batasan ketinggian tangki, akurasi yang bagus (tergantung dari tipe float) dan

harganya relatif murah. Prinsip float dari pengukuran level ini adalah displacer.

Teknologi displacer didasarkan pada hukum archimedes. Displacer secara berkala

ditempatkan pada external cages, yang mana dapat mempengaruhi akurasi jika

level pada vessel/cage tidak lurus.

(20)

2. Displacement (perpindahan)

Perpindahan atau buoyancy tekniknya adalah sebuah transmitter gaya

yang seimbang. Ini biasanya digunakan untuk mengukur ketinggian material

antara permukaan atau densitas dengan menggunakan gaya buoyancy pada sebuah

displacer di bawah permukaan level. Gaya buoyancy terkonversi dengan adanya

gaya seimbang pneumatic atau mekanisme mekanik yang profesional 3 – 15 Psi,

20 – 100 Kpa, 4 – 20 mA/dc atau 10 – 50 mA/dc signal.

Transmitter Buoyancy ini biasanya tidak dianjurkan untuk kondisi proses

yang sangat turbulance, karena dapat menyebabkan displacernya berputar-putar

atau pengukuran yang tidak terduga yang dapat menyebabkan kerusakan pada

displacer, transmitter atau vessel. Dalam beberapa kasus bentuk displacer

containment biasanya jarang digunakan.

3. Head or Pressure (kepala atau tekanan)

Pengukuran dari kepala atau tekanan untuk menghitung ketinggian

merupakan salah satu cara yang banyak digunakan, dimana ketinggian dihitung

dengan mengukur tekanan yang banyak dan bervariasi yang merupakan satu dari

berbagai teknik yang dipakai saat ini.

4. Capasitance (kapasitas)

Jika sebuah alat penguji dimasukkan ke dalam sebuah tangki dan pengukur

kapasitansi diletakkan diantara alat dan tangki perubahan ukuran dalam tangki

akan terjadi kapasitansi dengan level material. Kejadian ini terlihat perbedaan

(21)

5. Conductancy (konduktansi)

Sensor level konduktivitas terdiri dari dua elektroda yang dimasukkan ke

dalam vessel atau tangki untuk di ukur. Ketika level meningkat cukup tinggi untuk

memberikan sebuah garis konduksi dari satu elektroda ke elektroda yang lain

secara berantai (padatan atau coil) yang berisi energi. Secara berantai dapat

digunakan untuk alarm ataupun control, kemudian konduktivitas ada diantara

poin kontrol atau alarm control. Material tersebut dapat menjadi konduktor dan

tidak akan berbahaya jika terjadi percikan. Level dengan konduktivitas sekali-kali

dapat ditemukan pada aplikasi proses di pabrik.

6. Nucleonic (radiasi)

Pengukuran level dengan menggunakan radiasi secara umum tertdiri dari

sebuah alat radioaktif pada salah satu sisi tangki dan sebuah detector pada bagian

yang lain. Apabila radiasi itu melewati tangki, intensitasnya berubah dengan

material yang ada di tangki yang berhubungan dengan levelnya. Salah satu

keuntungannya yaitu tidak ada kontak dengan material dan salah satu kerugiannya

yaitu harganya yang mahal dan sulit bersatu dengan material radioaktif. Cara

radioaktif ini dapat menyelesaikan masalah-masalah yang rumit dalam

pengukuran level.

7. Weight (berat)

Terkadang pengukuran volume dari sebuah SILO menjadi sangat sulit

karena tidak ada alat yang dapat bekerja. Ketika hal ini terjadi, maka akan sangat

menguntungkan jika memakai sistem weighting (pemberat). Berat cell satu

diantara hidrolik atau ukuran tegangan digunakan untuk pemberat vessel dan

(22)

pembacaan, dimana akan menghasilkan dalam sinyal yang akurat ke volume

SILO.

Salah satu keuntungan dari sistem pemberat ini yaitu tidak ada kontak

langsung dengan volume SILO dan sensor, tetapi sistem ini tidak ekonomis dan

variasi dari densitas dapat merusak hubungan antara sinyal dengan level yang

sebenarnya.

8. Ultrasonic

Censor Level Ultrasonic terdiri dari sebuah generator ultrasonic atau

operasi dengan menggunakan oscillator pada frekuensi ± 20.000 Hz. Waktu yang

dibutuhkan gelombang suara untuk masuk ke material balik kembali ke pesawat

penerima yang telah di ukur, karena waktu tersebut menunjukkan level. Cara ini

benar-benar sesuai dan akurasinya baik. Selanjutnya tidak ada kontak dengan

cairan di dalam tangki, dimana dapat meminimilisasi korosi dan kontaminasi yang

mana pada umumnya ekonomis.

Instrument sonic mendeteksi level dengan mengukur berapa lama waktu

yang dibutuhkan untuk gelombang suara dan kembali ke piezoelectric transducer

setelah mengenai material. Untuk akurasi yang maksimum transmitter harus

diletakkan pada bagian atas vessel dan diposisikan sedemikian rupa, agar struktur

dalam vessel tidak mengenai sinyal. Peralatan sonic ini tidak saling berhubungan.

Debu, uap-uap pelarut, busa, turbulance pada permukaan dan bunyi ambient

mempengaruhi tingkat akurasi. Perpanjangan temperatur proses dapat membatasi

(23)

9. Thermal (suhu)

Salah satu cara yang sedang berkembang yaitu sebuah sensor thermal,

dimana sensor thermal tersebut menghitung level berdasarkan pada perbedaan

temperatur antara material dengan udara di atasnya, ketika material kontak dengan

sensor maka perhitungan dari levelpun terjadi. Teknik thermal ini tidak terlalu

mahal, tapi digunakan untuk popularitas dalam aplikasi proses.

10.Diffrential Pressure Transmitter

Ada berbagai macam cara yang digunakan untuk mengukur ketinggian

suatu material di dalam tempat-tempat penyimpanan dan proses vessel di sebuah

industri. Salah satu cara yang biasa digunakan yaitu dengan menggunakan suatu

peralatan yang disebut diffrential pressure transmitter (dp). Peralatan ini secara

aktual mengukur ketinggian suatu material di dalam vessel beserta densitasnya.

Dua variabel ini digandakan dengan hasil dari jumlah tekanan yang digunakan di

dalam rongga, dimana alat ini dapat merubahnya ke dalam petunjuk level.

Diffrential Pressure Transmitter ini relatif murah dan mudah untuk di install.

Teknologi yang nyaman ini benar-benar akurat dan dapat diandalkan ketika

digunakan untuk mengukur level dari material, karena perubahan densitas

dibutuhkan untuk keakuratan pengukuran.

11.Radar Level Transmitter

Peralatan ini berbasiskan radar sinar microwaves pada proses dipermukaan

material. Bagian dari material yang direfleksikan balik dan di deteksi dengan

(24)

Teknologi yang digunakan termasuk :

1. Frequency Modulated Continous Wave (FMCW), mengabaikan uap-uap

dan bebas dari perubahan karakteristik fisik (kecuali dielektrik tetap) pada

proses material. Aplikasi tersebut termasuk tetap, tetapi tidak turbulance.

Harganya cukup mahal dibandingkan teknologi lainnya.

2. Pulsed Time Of Flight (PTOF), menggunakan material yang sedikit dan

harganya relatif murah. Terlepas dari materialnya yang rendah,

performancenya dapat dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut :

gangguan-gangguan vessel, agitasi, busa, tekanan tinggi dan rendahnya dielektrik

material.

3. Time Domain Reflectometry (TDR), tidak seperti FMCW dan PTOF. Time

Domain Reflectometry merupakan pengukuran yang menggunakan tangki

atau kabel fleksibel untuk menghubungkan bunyi microwave. Alat ini

dapat mengukur normal antara permukaan level di dalam material. Alat ini

murah dan dapat mengukur jangkauan yang panjang dan bagus juga untuk

material di dalam tangki yang dielektriknya rendah.

12.Radio Frequency (RF) Admitance Level Transmitter

Radio frekuensi berdasarkan kapasitansi dan admitansi dapat mengatasi

kondisi proses dengan range yang luas. Temperatur dan tekanan proses terbuka,

hanya sistem material dengan sensor elemen yang dapat diproses. Transmitter

level dari jenis ini dapat mengalami perubahan electrical yang terjadi dengan

(25)

13.Microimpulse Levelflex FMP 232 E / 332 E

Pengukuran yang aman walaupun selama pengisian secara pneumatic juga

dapat dipakai untuk beberapa produk yang sering berganti-ganti, seperti serbuk

dan butiran halus, tetapi tidak bergantung pada sifat produk seperti kelembaban,

densitas, konstanta dielektrik dan ain-lain.

Levelflex menggunakan frekuensi microimpulse yang tinggi, dimana

dikendalikan dengan sebuah penghubung dari baja. Permukaan produk

memantulkan sinyal kemudian dianalisis oleh sebuah alat instrumen. Prinsip

pengukuran baru ini tidak bisa dipungkiri, bahwa di dalam dunia pemasaran alat

ini mempunyai jangka waktu yang pendek setelah diluncurkan. Lebih dari 10.000

peralatan-peralatan pengukuran dilengkapi Endress + Hauser dengan range yang

luas pada pengalamannya di dalam aplikasi. Pengalaman tersebut memberikan

perlindungan level dalam material (bulk solid) dengan menggunakan levelflex

yang aman, mudah dan cara yang tepat.

14.Electromechanical

Sistem mekanik dengan tali pengukur yang tegak lurus dapat diaplikasikan

di dalam vessel yang tinggi (sampai 70 m) yang tidak berpengaruh dengan awan,

kabut dan debu.

Pengukuran Ketinggian Dengan Kapasitansi Listrik

Level (ketinggian) serbuk padat atau alumina bisa di ukur dengan memakai

pengaruh kapasitansi listrik. Kapasitansi dari elemen pengamatan kapasitansi

listrik yang sesuai berbeda dengan tingkat material dan pengukuran listrik

kapasitansi memberikan sebuah bacaan tingkat langsung. Sebagian besar

(26)

pengamatan. Sejenis peralatan pengukuran elektronis dapat dipakai. Sistem

osilator tunggal dapat dipakai untuk unit penelitian spot-check titik tunggal,

sedangkan untuk pengukuran yang terus-menerus sejenis instrumen disediakan

untuk mendapatkan output arus kontrol 4-20 mA.

Kelebihan dan Keterbatasan

Elemen pengamatan utama bisa sangat sederhana tanpa memiliki bagian

yang bergerak. Kemampuan tekanan, suhu dan resistansi korosi mudah saja

diperoleh. Elemen pengamatan mudah dibersihkan dan standar sanitari mudah

ditemukan. Secara umum keamanan dari elemen dengan instrumentasi probe bisa

diperoleh dengan mudah. Biaya sistem kapasitansi sedikit lebih tinggi dari sistem

mekanis sederhana ataupun unit pneumatik, tetapi bila kondisi operasi membuat

sistem terakhir tidak bisa diterima, sistem kapasitansi memberikan performan

yang paling baik pada biaya rendah.

Sistem kapasitansi memiliki keterbatasan-keterbatasan, yaitu :

1. Jika konstanta dielektrik medium yang di ukur berubah dengan suhu,

kesalahan suhu akan terjadi.

2. Kepadatan material atau liquid konduksi (pada zat cair) yang melapisi elemen

pengamatan mengakibatkan kesalahan ataupun sama sekali menyalahi bacaan.

3. Tingkat interface antara dua material konduksi tidak bisa di ukur.

Sistem Ketinggian Zat Padat yang Berupa Serbuk

(27)

tangki tersebut adalah untuk mengetahui ketinggian serbuk padat. Prinsip objektif

dari sistem ini untuk mencegah terjadinya kelebihan pengisian. Secara otomatis

serbuk padat mempunyai sistem yang signalnya berubah untuk tiap-tiap

ketinggian. Secara umum ada signal-signal listrik yang dapat di dengar dan dapat

dilihat. Memulainya dan berhentinya motor atau menjalankan katup solenoid.

Beberapa mekanik listrik, elektronik dan dapat digunakan beberapa kontrol

ketinggian nucleonic. Kemudian secara umum komponen mendekati harga

tertinggi dalam penerapannya (aplikasi). Selanjutnya harga terendah dan

menengah dari komponen akan segera seimbang. Yang paling sesuai untuk

kontrol ketinggian akan diatur dari faktor-faktor berikut ini :

1. Perubahan temperatur.

2. Perubahan tekanan gas dan udara.

3. Getaran.

4. Muatan air untuk kepadatan serbuk.

5. Penggabungan komponen kontrol dengan material serbuk.

6. Peralatan dari material serbuk, termasuk density, aliran, bentuk partikel dan

karakteristik dielektrik.

(28)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Cara Kerja Alat Ukur Level

Alat ukur Levelflex FMP 232 E/332 E ini digunakan untuk mengetahui

volume material di dalam tangki. Untuk menghubungkan amplifier ke sumber

listrik 220 V digunakan sebuah kabel. Sensor dimasukkan ke dalam tangki. Ketika

sensor menyentuh material, maka akan menghasilkan sinyal instrumen 4 – 20 mA

melalui kabel baja ke kontroller sehingga menimbulkan indikator yang

menandakan bahwa material yang ada di dalam tangki sudah penuh atau kosong.

Keberadaan material di dalam tangki dinyatakan dalam tiga keadaan yaitu Low

(L), Medium (M) dan High (H).

Cara kerja alat ukur level tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1

H

M

(29)

3.1.1 Input Alat Ukur Level

Setiap titik-titik yang terdapat di setiap SILO merupakan sampel untuk

sifat-sifat dari pantulan sinyal. Informasi yang terkumpul selama siklus sampling

diterima dan dilewatkan pada proses signal yang teridentifikasi sebagai sinyal

yang dihasilkan dari perubahan sensor di permukaan produk.

3.1.2 Output Alat Ukur Level

Levelflex mempunyai faktor pengkalibrasian, yaitu :

1. Zero (E) adalah 35 cm di atas dari pemberat penghubung alat ukur yang

dipasang dibagian dalam bawah SILO.

2. Jangkauan (F) adalah 90 % dari E.

3. Range perhitungan 30 cm dihitung dibagian atas alat ukur dan 35 cm dihitung

dibagian bawah dari pemberat penghubung alat ukur.

Untuk arus yang keluar, nilai-nilai yang dikoreksi antara 4 mA sampai 20

mA. Untuk keluaran digitalnya antara 0 % sampai 100 %. Range perhitungan

digunakan untuk memonitor ke layar atau pengontrolan melalui permukaan

sistem.

Penghubung pada alat ukur diperpanjang dan tergantung secara vertikal di

dalam SILO. Levelflex dapat mengukur seluruh titik-titik yang terdapat di setiap

SILO yang dipasang di atas permukaan SILO sampai 30 cm dari ketinggian

(30)

3.2 Sistem Alat Ukur Level

Alat ukur Level mempunyai dua (2) sistem, yaitu :

1. Untuk arus aktif yang keluar dari bentuk, tempat dan susunannya antara 4 – 20

mA. Tempat penyusunan atau pengontrolan dapat diketahui dengan sebuah

tangkai atau pegangan alat ukur material DXR 275. Sistem alat ukur level ini

dapat dilihat pada gambar 3.2

2. Untuk arus aktif yang keluar menghasilkan sinyal digital antara 4 – 20 mA.

Arus aktif yang keluar dikendalikan dengan sebuah komputer yaitu komputer

dengan tipe Commuwin II dan Commubox FXA 191. Sistem alat ukur level

ini dapat dilihat pada gambar 3.3

Gambar 3.2 Sistem Alat Ukur Level dari Gambar 3.2 Sistem Alat Ukur Level dari bentuk, tempat dan susunannya dengan arus keluaran 4 – 20 mA

(31)

3.2.1 Sistem Integrasi Alat Ukur Level

Beberapa transmitter levelflex dapat dihubungkan ke sistem bus

supervisory dengan jaringan ZA. Beberapa jaringan didapatkan dari MODBUS,

PROFIBUS, INTERBUS, CONTROLNET dan lain-lain. Kedua tempat jaringan

tersebut pengoperasiannya dapat dilakukan pada pengontrolan melalui komputer.

HART transmitter melalui satu FXN 672 beberapa permukaan juga menyediakan

tenaga. Sistem integrasi ini dapat dilihat pada gambar 3.4

(32)

3.2.2 Petunjuk Pemasangan Alat Ukur Level

3.2.2.1 Posisi Pemasangan Alat Sensor Level

Levelflex dipasang di bagian atas SILO. Alat sensor harus benar-benar

tergantung dan tegak lurus antara jarak permukaan produk atau material, dimana

terbacanya level yang diinginkan. Pemasangan sensor harus menurut range

pengukuran yang diinginkan. Sensor digantung sekitar 30 cm dari dinding SILO.

3.2.2.2 Nozzle

Nozzle sangat sering digunakan untuk penghubung yang relevan. Ini

mempunyai flensa dan tidak jarang dipasok, tetapi sudah terpasang pada tangki.

Gambar 3.5 menggambarkan situasi dengan sebuah tangki yang berisi produk,

dimana sedimen bisa terbentuk.

Sedimen mengendap pada nozzle yang sangat tinggi, dimana probe paling

sensitif. Terjadi peningkatan yang signifikan dalam kapasitansi awal, dimana di

titik ini terlepas dari endapan. Peningkatan kapasitansi disebabkan kontaminasi

nozzle yang bisa dihindari dengan menjadikan probe non aktif secara parsial, lihat

gambar 3.5b. Dengan demikian bagian yang aktif dari probe dipisahkan dari

bagian yang paling rentan terhadap kondensasi atau kontaminasi oleh bagian non

(33)

a b

Gambar 3.5 Nozzle

Keterangan gambar :

a. Nozzle dengan probe aktif.

b. Nozzle dengan probe non aktif

Pada umumnya, upstand tetap dijaga pendeknya dengan diameter besar,

terutama jika ada bahaya produk yang mengalami kondensasi di dalam atau

berpercikan pada pipa. Sensor pada tangki ini dapat dilihat pada gambar 3.6

Gambar 3.6 Sensor pada tangki

nozzle nozzle

probe aktif

(34)

3.2.2.3 Faktor Lingkungan

Range temperatur operasi normal antara -200C sampai +700C. Untuk

temperatur lingkungan yang lebih tinggi, pengatur dipasang pada posisi lokasi

pendingin di atas 3 m. Untuk lokasi yang terlihat dibutuhkan kap pelindung.

Levelflex dapat digunakan untuk mengukur padatan yang berbentuk butiran halus,

seperti semen, pasir putih, debu-debu yang berterbangan, pelet plastik dan

material yang berbentuk serbuk atau alumina.

Temperatur pada bagian tengah tidak boleh mencapai +1200

1. Penghubung alat ukur pada stainless steel untuk standar, corosif dan

higroskopik.

C. Efek dari

abrasi media dapat mempengaruhi pilihan dari pelindung penghubung alat ukur.

Ukuran maksimum pada serbuk butiran material tersebut 20 mm.

3.3 Penggunaan Penghubung Alat Ukur pada Material

Ada dua (2) tipe penghubung alat ukur pada material yang digunakan :

2. Penghubung alat ukur pada pelindung yang terbuat dari besi karbon yang

digunakan untuk media yang abrasif.

3.3.1 Standar Aplikasi Penghubung Alat Ukur pada Stainless Steel

Untuk standar aplikasi sebuah penghubung alat ukur pada stainless steel

yang tidak memakai pelindung dari pemberat penghubung alat ukur yang

(35)

elektrostatik yang tinggi secara drastis rantai-rantai yang dipasang di bagian

bawah tergantung pada aliran yang masuk.

3.4 Pengamanan

3.4.1 Gaya Down Pull

Penghubung alat ukur yang berada di atap SILO dapat menahan down pull

dari media, antara lain :

1. Atap SILO harus bisa bertahan dengan beban maksimum pada penghubung

alat ukur atau gaya tarik (breaking strength) dari penghubung.

2. Gaya Down Pull digantung sejak densitas material (bulk density) dan koefisien

fisik dari material, ukuran SILO, posisi SILO dan jenis alat ukur.

3.4.2 Gaya Down Pull dan Keseimbangan pada Penghubung Alat Ukur

Gaya down pull dan panjang probe untuk bebas bergantung harus adanya

keseimbangan dari penghubung alat ukur. Gaya down pull yang baik adalah

menjaga keseimbangan pada penghubung alat ukur, karena apabila gaya down

pull terlalu bebas bergantung akan mempengaruhi pengukuran pada recorder

(pencatat) level yang mengakibatkan pengukuran tidak akurat.

3.4.3 Kekuatan Patah pada Penghubung Alat Ukur

Kekuatan patah untuk penghubung standar FMP 232 E dan penghubung

(36)

Tabel 3.1 Kekuatan Patah Untuk Penghubung Standar FMP 232 E dan

Penghubung yang Bekerja Maksimum pada FMP 332 E

Type Coated rope Stainless steel rope

FMP 232 E 12,5 kN 10,5 kN

FMP 332 E 43,5 kN 40 kN

3.4.4 Gaya Pada Penghubung Dengan Batang Penarik Bawah

Gaya pada penghubung dengan batang penarik bawah posisinya

tergantung di atas dan di dalam SILO, gaya-gaya pada penghubung dengan batang

penarik bawah antara 2 – 10 kali lebih baik dari penghubung dengan

keseimbangan penghubung alat ukur. Gaya meningkat dengan panjang lekukan

dan diameter SILO. Kedua parameter tersebut merupakan suatu faktor yang

penting dan mengutamakan faktor keselamatan yang baik.

Panjang Probe yang Berbeda

Dengan bahan kondusif yang memiliki konstanta dielektrik yang rendah,

maka probe harus mendekati 5% lebih panjang dari jarak pada atap tangki ke titik

pengukuran (minimum 250 mm). Jika tidak mungkin memilih Lb (panjang yang

tertutup) yang benar untuk deteksi level minimum dengan probe yang panjang,

maka dengan versi khusus alat tambahan untuk memasang probe pada keadaan

tertentu dapat disediakan sebagai alat pendukungnya. Luas permukaan dari beban

(37)

Gambar 3.7 Panjang Probe untuk Penggunaan Bahan yang berbeda

Keterangan gambar 3.7 :

1. Bahan padatan dengan konduksi listrik, misalnya batu bara.

2. Bahan padatan dengan konstanta dielektrik yang tinggi, misalnya tepung.

3. Bahan padatan dengan konstanta dielektrik yang rendah, misalnya butiran

(38)

3.5Elemen Sensor

Kapasitor memiliki dari dua pelat konduksi yang dipisahkan oleh material

ataupun dielektrik non konduksi.

Kapasitansi sebuah kapasitor ditentukan oleh persamaan :

C =

d KA

dimana : C = kapasitansi total (farad)

K = konstanta dielektrik material antara pelat

A = luas permukaan ujung pelat (daerah pelat)

d = jarak antara pelat

Elemen pengamatan (elemen sensor) yang paling umum dipakai pada

sistem ketinggian kapasitansi probe. Ini menunjukkan kapasitansi probe beserta

sarungnya (penutupnya) yang terdiri dari kepala probe (konduktor luar ataupun

pelat), elektroda (konduktor dalam ataupun pelat) dan insulasi pada elektroda

yang berguna untuk mengisolasi elektroda secara listrik dari kepala (probe head).

Ini menunjukkan probe yang dimasukkan pada tangki logam, tangki itu sendiri

dihubungkan secara listrik dengan probe dan kemudian menjadi konduktor luar.

Bila ketinggian probe naik, maka kapasitansi akan meningkat karena peningkatan

konstanta dielektrik antara pelat-pelat.

Probe tanpa sekat bisa dipakai untuk zat yang berupa serbuk padat kering,

non konduktif. Untuk konstanta dielektrik yang sangat rendah, fluida non

(39)

penyimpanan material (zat yang berupa serbuk padat). Kepala probe,

elemen-elemen dan penyekat (insulasi) dikonstruksi dari material untuk menahan

pengaruh korosi. TFE (Tetra Fluor Eothylase) insulasi dan baja tahan karat adalah

yang paling umum dipakai dan memenuhi ketentuan korosi dan suhu. Tersedia

tabung untuk probe kapasitansi yang sama dengan yang dipakai pada pergantian

dan sistem ketinggian jenis apung (permukaan).

(40)

BAB IV

PENGOPERASIAN DARI ALAT UKUR LEVEL

IV.1 Hasil Pengamatan

Untuk mendapatkan data-data yang lengkap mengenai pengukuran level

dalam tangki dengan menggunakan alat ukur levelflex FMP 232 E / 332 E sebagai

alat ukurnya.

Spesifikasi Peralatan

1. Levelflex

Jenis : Microimpulse Levelflex

Type : FMP 232 E / 332 E

Supply : DC 220 Volt

Signal Input : DC 4 – 20 mA

2. Silo

Tinggi : 32 m

Diameter : 5,5 m

Material : Stainless Steel

3. Controller

Type : FEM 31, 41

Supply : 36 – 375 VAC / 24 – 253 V DC

(41)

4. Recorder/Pencatat Level

Type : FEM 32

Supply : 10 – 55 V DC / 24 – 253 V DC

Frekuensi : 50 – 60 Hz

IV.2 Proses Pengoperasian

Alat ini bekerja berdasarkan perubahan harga kapasitansi yang disebabkan

oleh perubahan dielektrik yang ada. Seperti diketahui bahwa dalam tangki

terdapat dua material yang pertama adalah udara yang mempunyai konstanta

dielektrik yang sama dengan satu dan material yang berupa alumina dengan

konstanta dielektrik yang lebih besar dari satu. Dengan demikian, keadaan yang

terdapat dalam tangki dapat kita anggap sebagai kapasitor yang mempunyai

lempengan dan dielektrik dari bahan, dimana lempengan pertama adalah luas

permukaan dari ujung sensor dan lempengan yang kedua adalah dasar tangki yang

dihubungkan dengan ground.

Jadi dalam hal ini yang paling berperan dalam menghasilkan variasi dari

beberapa kapasitansi dengan dielektrik udara adalah jarak antara permukaan

material dengan permukaan sensor.

IV.3 Perawatan dan Pemeriksaan

Tabel 3.2 Perawatan dan Pemeriksaan

Kondisi/Keadaan Penyebab Pemeriksaan Perbaikan Lampu pada

bagian osilasi tidak menyala

Power supply off Sumber tegangan tidak terhubung,

Unit osilasi rendah Hubung singkat pada unit osilasi

(42)

Kondisi/Keadaan Penyebab Pemeriksaan Perbaikan Kabel putus Elektroda probe

dan pentahanan mengalami

hubung singkat

Lampu mati, ganti unit osilasi

Unit osilasi rusak Kabel yang berhubungan

IV.4 Kalibrasi Alat Ukur Level

Pengaturan dan Kalibrasi pada Microimpulse Levelflex FMP 232 E/332 E

Untuk pengkalibrasian, alat ukur harus disesuaikan untuk nilai kapasitansi

dari kapasitor yang terbentuk oleh alat probe dan dinding SILO. Tombol putar

dan penyesuaian elemen untuk kalibrasi komponen-komponen dalam ada pada

rumah alat ukur. Secara langsung elemen kalibrasi ini dihubungkan dengan

tegangan hingga 250 V. Hanya dengan menggunakan obeng yang memiliki isolasi

(43)

Gambar 4.1 Tempat Melakukan Pengkalibrasian

Keterangan :

1. Tombol putar untuk pengaturan pengamanan kesalahan.

2. Pengaturan elemen untuk kapasitansi halus dan kasar.

3. Lampu LED untuk indikasi sakelar.

Kalibrasi Kapasitansi

Untuk kalibrasi kapasitansi, SILO harus dalam keadaan kosong atau

ketinggian bahan harus setidaknya di bawah 200 mm di bawah probe.

1. Hidupkan power supply.

2. Lakukan kalibrasi menurut urutannya dan lakukan secara hati-hati.

3. Pastikan bahwa tidak ada air yang masuk ke dalam rumah alat ukur

sewaktu pengkalibrasian.

Pengaturan awal

1. Hidupkan power supply.

2. Atur pengaturan pengamanan kesalahan pada posisi maksimum.

3. Atur panjang probe.

4. Putar pengaturan tingkat kekasaran searah jarum jam hingga berhenti

(44)

5. Putar pengaturan tingkat kehalusan berlawanan jarum jam hingga berhenti

dengan sendirinya.

6. Lampu LED mati.

(45)

Kalibrasi Kapasitansi

Gambar 4.3 Pengkalibrasian Microimpulse Levelflex FMP 232 E/332 E

Pengaturan kekasaran

Putar pengaturan tingkat kekasaran secara perlahan berlawanan dengan

arah jarum jam hingga lampu LED menyala.

Pengaturan kehalusan

Putar pengaturan tingkat kehalusan secara perlahan searah jarum jam

(46)

Penyesuaian untuk karakteristik bahan

Ketika probe ditutupi dengan padatan non konduksi yang memiliki

konstanta dielektrik yang rendah, kemudian alat ukur akan hidup ketika probe

sudah tertutup dengan bahan. Tingkat penutupannya tergantung pada kalibrasi.

Putar elemen kalibrasi tingkat kehalusan searah jarum jam menyebabkan alat ukur

menjadi kurang sensitif.

Gambar 4.4 Pengaturan Untuk Karakteristik Bahan

Keterangan :

1. Untuk konstanta dielektrik dan konduktivitas yang rendah

kira-kira 1 – 2 bagian putaran

2. Untuk konstanta dielektrik dan konduktivitas yang tinggi

(47)

Kontrol fungsi

Dengan probe yang tidak tertutup, pegang sekrup penguat

komponen-komponen dalam dengan obeng, tahan dengan pegangan berisolasi. Simulasi ini

merangsang padatan untuk menutup probe. Lampu LED menunjukkan status

perubahan. Ini hanya merupakan percobaan kontrol fungsi instrumen. Silahkan

lihat untuk operasi yang benar untuk pendeteksian dengan pengisian dan

pengosongan SILO pada titik instalasi.

IV.5 Lisensi dan Aspek Keselamatan

Digunakan radiasi elektromagnetik gamma murni pada jenis peralatan

seperti ini dan tidak bisa mengkontaminasi atau mempengaruhi produk. Karena

itu, metode pengukuran level ini dapat digunakan dalam industri pakan ternak dan

makanan manusia tanpa resiko.

Peraturan keselamatan bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya

dan peraturan lokal diperhatikan sewaktu mengaplikasikan peralatan radiometrik

di tempat anda. E + H bisa melengkapi peralatan sedemikian. Kecuali untuk

daerah di dalam sorotan radiasi itu sendiri, level radiasi di dekat sumber dan

detektor di dalam tangki atau reaktor sangat rendah. Sangat penting level radiasi

dipertahankan tetap di bawah 2,5 µ/jam dilokasi dimana staf dapat diposisikan

dalam periode waktu yang lama. Jika limitasi tidak bisa ditetapkan dengan

screening protektif, maka jarak minimum tetap terjaga antara peralatan dan

operator. Petunjuk-petunjuk Euratom menetapkan dosis maksimum 5mS tahun

sebagai level yang dapat diterima untuk setiap karyawan dengan batas 50 mS

(48)

Dalam keadaan normal, tubuh manusia terpapar kira-kira 2mS tahun dari

sumber alami seperti bawah tanah, batu permukaan dan gas, sumber kosmis,

tubuh manusia dan makanan. Tubuh manusia juga terpapar pada sejumlah kecil

radiasi alami dari bangunan beton, pada penerbangan pesawat udara dan

perjalanan ke daerah pegunungan. Bekerja atas dasar dosis 5mS tahun, lalu

dengan memperhitungkan jumlah jam kerja per tahun, keterpaparan maksimum

dapat dihitung sebagai 2,5 µS jam.

Dengan demikian, mengasumsikan tingkat radiasi tak lebih dari 2,5 µS

jam pada sistem pengukuran level, ini berarti bahwa staf bisa bekerja pada

pembangkit tersebut selama 40 jam per minggu selama 50 minggu per tahun tanpa

melampaui dosis yang dapat diterima. Istilah dapat diterima dan bukan dibolehkan

sengaja digunakan, karena yang dimaksudkan adalah dosis terendah yang

mungkin. Contoh ini menggambarkan bahwa bahaya yang bekerja dengan sistem

pengukuran level radiasi gamma industri sangat rendah bila di dekati dengan cara

yang bertanggungjawab, terutama dibandingkan dengan bahaya yang diterima

secara normal seperti berkerja dengan bahan kimia, mesin berbahaya dan

(49)

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan mengenai aplikasi dari

alat ukur Microimpulse Levelflex FMP 232 E/332 E, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Alat ukur Levelflex FMP 232 E/332 E adalah alat ukur yang digunakan

untuk mengetahui volume material di dalam tangki dengan

menghubungkan amplifier ke sumber listrik 220 V.

2. Dengan Instrumen alat ukur ini, efek terhadap lingkungan yang

ditimbulkan tidak ada, karena penggunaan alat ini tidak menimbulkan efek

yang buruk pada lingkungan dan alat ini merupakan alat yang ramah

lingkungan.

3. Alat ini mendeteksi level kosong hingga level penuh pada pembacaan

pengukuran level volume material di dalam tangki.

V.2 Saran

1. Setiap pengoperasian dari rangkaian alat ukur Microimpulse Levelflex

FMP 232 E/332 E agar diperhatikan keterpasangan dari rangkaian detektor

dan keterhubungan kabel dari rangkaian alat tersebut.

2. Melihat kondisi pemakaian Instrumen alat ukur ini di lapangan yang

digunakan secara maksimal, penulis menyarankan upaya pengkalibrasian

(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cataloguing Room SGE, Tentang “Level Measurement Limit Detection &

Continuous Measurement Of Liquids & Bulk Solids”, From Endress + Hauser.

2. Instrumentation For Process Measurement & Control, Tentang “Pengukuran

Level Dan Density”, Norman A. Anderson 3rd

3. Instrumentasi Alat Ukur “Microimpulse Levelflex FMP 232 E / 332 E” Pada

Cataloguing Room SGE PT Inalum Tahun 2001.

Edition, Jhon Willey & Son.

4. Sumitomo Corporation Maintenance For Kuala Tanjung PT Inalum Indonesia,

1981.

5. Douglass and Considine, 1974, “Process Instruments and Controls

Handbook”, 2nd

6. T. Ishii “Process Control Instrumentation System”, Jepang, 1973. Edition, Mcgraw – Hill Book Company, New York.

7. Ir. Mansyur, Msi “Instrumen Dan Proses Kontrol”, Medan, 2004.

Gambar

Gambar 3.1 Cara Kerja Alat Ukur Level
Gambar 3.2 Sistem Alat Ukur Level dari bentuk, tempat dan susunannya
Gambar 3.4 Sistem Integrasi dari HART Transmitter melalui jaringan ZA
Gambar 3.5 Nozzle
+7

Referensi

Dokumen terkait