STUDI TENTANG CARA KERJA ALAT UKUR LEVEL
STUDI TENTANG CARA KERJA ALAT UKUR LEVEL
UNTUK ALUMINA (Al2O3
DENGAN MENGGUNAKAN MICROIMPULSE LEVELFLEX
FMP 232 E / 332 E
)
O
L
E
H
NAMA
: ZULFAN ALDY RITONGA
NIM
: 005203022
PROGRAM DIPLOMA IV
ABSTRAK
Levelflex 232 E / 332 E merupakan sebuah alat yang ditempatkan di
tempat yang paling atas, transmitter level pada padatan ini untuk proses kontrol
atau mengaplikasikan pada tempat penyimpanan yang dioperasikan dengan
microwave impulse menurut petunjuk dari prinsip time-of-flight. Alat ini
mengukur berbagai variasi dari bulk solid.
Seperti contoh : alumina, semen, pasir, produk-produk pertanian, debu-debu yang
berterbangan dan bahan bakar padat.
Tidak bergantung pada sifat-sifat fisik dari bahan tersebut seperti kelembaban,
ukuran partikel dan temperatur. Levelflex mengukur seluruh bulk solid dengan
menggunakan konstanta dielectric yang lebih baik.
Dalam sebuah pabrik banyak dipakai tangki, vessel dan penyimpanan
lainnya, dimana fungsinya adalah untuk menyimpan material-material yang akan
diproses. Keakuratan pengukuran dari tempat-tempat itu vital. Material yang
berada di dalam tangki biasanya cairan tapi tidak menutup kemungkinan berupa
padatan.
Pertama kali pengukuran level digunakan untuk memecahkan masalah
yang sederhana. Ternyata setelah ditelusuri lagi banyak
permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Material yang sangat korosif, material
yang cenderung menguap, material yang mengandung padatan atau
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat
kuasa dan kehendak-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Karya
Akhir ini dengan baik.
Karya Akhir ini dibuat sebagai syarat kelulusan program Diploma IV
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyusun Karya Akhir ini dengan judul “Studi Tentang Cara Kerja
Alat Ukur Level Untuk Alumina (Al2O3
1. Bapak Dr. Ir. Armansyah Ginting, M. Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
) Dengan Menggunakan Microimpulse Levelflex FMP 232 E / 332 E ”.
Dalam melakukan penulisan Karya Akhir ini, penulis banyak sekali
menemui kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dan
kerja keras yang dilakukan akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Ba’afai, selaku Ketua Program Diploma IV
Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. T. Ahri Bachriun, Msc, selaku Koordinator Program Diploma IV
Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ir. Mansyur, Msi, selaku Dosen Pembimbing penulis dalam
menyusun Karya Akhir.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Universitas Sumatera Utara dan
Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI).
7. Direksi dan Karyawan PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) di
Kuala Tanjung.
8. Yang teristimewa kedua orang tuaku, Abdul Hakim Ritonga (ayah) dan
Nurjannah Panjaitan (mamak) yang senantiasa memberikan dukungan
semangat dan materi serta mendo’a kan penulis.
9. Adik-adikku tersayang (Toho, Dina, Reni dan juga keponakanku tersayang
Adzkia/Ebol) serta sepupuku Eka, Dadek, Topan dan Noey yang telah
membantu penulis selama ini.
10.Yang spesial untuk Siti Arbaiyah Simamora (t’ndut) yang memberikan
semangat dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Akhir.
11.Seluruh keluarga dan kerabat yang telah memberikan masukan dan saran
pada penulis selama ini.
12.Teman-temanku Mahasiswa / i khususnya angkatan “00” TIP D-IV
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun buku Karya Akhir ini penulis menyadari bahwa buku ini
dan tata bahasa. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
demi lebih baiknya buku Karya Akhir ini.
Akhir kata, segala bantuan dan budi baik yang penulis dapatkan, penulis
menghaturkan terima kasih dan hanya ALLAH SWT yang dapat memberikan
ridho dan rahmat-NYA, sehingga penulis dapat menyusun buku Karya Akhir ini.
Semoga buku Karya Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis
sendiri tentunya.
Medan, Agustus 2007
Penulis,
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... v
Daftar Gambar ... viii
Daftar Tabel ... ix
Bab I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1
I.2. Tujuan Penulisan Karya Akhir ... 2
I.3. Batasan Masalah ... 3
I.4. Tinjauan Pustaka ... 3
I.5. Metode Penulisan ... 3
Bab II DASAR TEORI II.1. Pengertian Alat Ukur Level ... 5
II.2. Metode-Metode Pengukuran Level ... 7
II.3. Pengukuran Ketinggian Dengan Kapasitansi Listrik ... 13
II.4. Sistem Ketinggian Zat Padat yang Berupa Serbuk ... 14
Bab III PEMBAHASAN III.1. Cara Kerja Alat Ukur Level ... 16
III.1.1. Input Alat Ukur Level ... 17
III.2. Sistem Alat Ukur Level ... 18
III.2.1. Sistem Integrasi Alat Ukur Level ... 19
III.2.2. Petunjuk Pemasangan Alat Ukur Level ... 20
III.2.2.1. Posisi Pemasangan Alat Sensor Level ... 20
III.2.2.2. Nozzle ... 20
III.2.2.3. Faktor Lingkungan ... 22
III.3. Penggunaan Penghubung Alat Ukur pada Material ... 22
III.3.1. Standar Aplikasi Penghubung Alat Ukur pada Stainless Steel ... 22
III.3.2. Pengisian Secara Elektrostatik ... 22
III.4. Pengamanan ... 23
III.4.1. Gaya Down Pull ... 23
III.4.2. Gaya Down Pull dan Keseimbangan pada Penghubung Alat Ukur ... 23
III.4.3. Kekuatan Patah pada Penghubung Alat Ukur ... 23
III.4.4. Gaya Pada Penghubung Dengan Batang Penarik Bawah ... 24
III.5. Elemen Sensor ... 26
Bab IV PENGOPERASIAN DARI ALAT UKUR LEVEL IV.1. Hasil Pengamatan ... 28
IV.2. Proses Pengoperasian ... 29
Bab V PENUTUP
V.1. Kesimpulan ... 37
V.2. Saran ... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Cara Kerja Alat Ukur Level ... 16
Gambar 3.2 Sistem Alat Ukur Level dari bentuk, tempat dan susunannya dengan arus keluaran 4-20 mA ... 18
Gambar 3.3 Sistem Alat Ukur Level yang menghasilkan sinyal digital dengan arus keluaran 4-20 mA + HART ... 18
Gambar 3.4 Sistem Integrasi dari HART Transmitter melalui jaringan ZA .... 19
Gambar 3.5 Nozzle ... 21
Gambar 3.6 Sensor pada tangki ... 21
Gambar 3.7 Panjang Probe untuk Penggunaan Bahan yang berbeda ... 25
Gambar 4.1 Tempat Melakukan Pengkalibrasian ... 31
Gambar 4.2 Pengaturan Awal Alat Ukur ... 32
Gambar 4.3 Pengkalibrasian Microimpulse Levelflex FMP 232 E/ 332 E .... 33
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kekuatan Patah Untuk Penghubung Standar FMP 232 E dan
Penghubung yang Bekerja maksimum FMP 332 E ... 24
ABSTRAK
Levelflex 232 E / 332 E merupakan sebuah alat yang ditempatkan di
tempat yang paling atas, transmitter level pada padatan ini untuk proses kontrol
atau mengaplikasikan pada tempat penyimpanan yang dioperasikan dengan
microwave impulse menurut petunjuk dari prinsip time-of-flight. Alat ini
mengukur berbagai variasi dari bulk solid.
Seperti contoh : alumina, semen, pasir, produk-produk pertanian, debu-debu yang
berterbangan dan bahan bakar padat.
Tidak bergantung pada sifat-sifat fisik dari bahan tersebut seperti kelembaban,
ukuran partikel dan temperatur. Levelflex mengukur seluruh bulk solid dengan
menggunakan konstanta dielectric yang lebih baik.
Dalam sebuah pabrik banyak dipakai tangki, vessel dan penyimpanan
lainnya, dimana fungsinya adalah untuk menyimpan material-material yang akan
diproses. Keakuratan pengukuran dari tempat-tempat itu vital. Material yang
berada di dalam tangki biasanya cairan tapi tidak menutup kemungkinan berupa
padatan.
Pertama kali pengukuran level digunakan untuk memecahkan masalah
yang sederhana. Ternyata setelah ditelusuri lagi banyak
permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Material yang sangat korosif, material
yang cenderung menguap, material yang mengandung padatan atau
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa ini, membuat
manusia selalu berusaha untuk menemukan atau menciptakan suatu peralatan
yang dapat mempermudah pekerjaan, baik di dalam industri kecil maupun industri
besar.
Di dalam perkembangan ilmu pengetahuan untuk menciptakan suatu
peralatan tidak terlepas dari besaran-besaran fisika seperti : tekanan, temperatur,
aliran (flow) dan ketinggian (level) yang kesemuanya di ukur dengan
menggunakan alat ukur instrument.
Salah satu perkembangan dari ilmu pengetahuan tersebut adalah dengan
pengukuran level. Pengukuran level memegang peranan penting dalam era
teknologi masa kini dan mungkin akan bertambah besar peranan dan
keterkaitannya hampir dalam setiap kegiatan manusia di masa yang akan datang.
Pengukuran level bukan saja memudahkan dan meningkatkan prestasi kerja, tetapi
juga membantu manusia atau menggantikan sebagian dari tugasnya, karena tidak
mungkin dilakukan sendiri. Hal tersebut terjadi justru karena kesadaran akan
kemampuan manusia yang sangat terbatas akan waktu dan kesempatan yang tidak
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa pengukuran level sangat penting
keberadaannya. Oleh karena itu, pada Karya Akhir ini akan dibahas tentang cara
kerja alat ukur level dengan menggunakan microimpulse levelflex FMP 232 E /
332 E. Levelflex tersebut dapat mengukur ketinggian pada seluruh titik-titik yang
terdapat di setiap SILO. Untuk mengetahui level alumina di dalam SILO
digunakan alat ukur levelflex. Pengukuran secara manual sangat berbahaya bagi
seorang operator yang bekerja di daerah yang tinggi (SILO berukuran 32 m),
maka digunakan alat ukur level dengan menggunakan microimpulse levelflex
FMP 232 E / 332 E.
1.2Tujuan Penulisan Karya Akhir
Adapun tujuan penulisan Karya Akhir adalah :
Merupakan kewajiban penulis sebagai mahasiswa menyusun suatu karya
akhir guna menyelesaikan studinya dan meraih Gelar Sarjana Sains Terapan
pada Fakultas Teknik Program Diploma IV UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA.
Dan juga memperdalam wawasan penulis dalam beberapa hal tentang alat
1.3Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan pembahasan tentang cara kerja alat ukur level ini,
maka penulis membahas mengenai :
1. Cara kerja alat ukur level
2. Proses pengoperasian alat ukur level
1.4Tinjauan Pustaka
Setelah memperoleh data yang berhubungan dengan fokus pembahasan
laporan, maka penulis dapat menulis laporan tersebut. Data yang penulis dapatkan
bersumber dari buku-buku dan referensi-referensi internet.
1.5Metode Penulisan
Dalam metode penulisan karya akhir ini penulis akan menjelaskan isi dari
tiap-tiap bab sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan karya akhir,
batasan masalah, tinjauan pustaka dan metode penulisan.
Bab II : Dasar Teori
Pada bab ini menjelaskan tentang teori dasar mengenai cara kerja alat
ukur level.
Bab III : Pembahasan
Bab IV : Pengoperasian Dari Alat Ukur Level
Pada bab ini akan menjelaskan tentang pengoperasian dari alat ukur
level.
Bab V : Penutup
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dari karya
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Alat Ukur Level
Mengukur adalah suatu aktivitas atau tindakan membandingkan suatu
besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang
sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran yang standar. Pekerjaan
membandingkan tersebut tidak lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.
Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur level. Pengukuran
banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat
ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya
objek yang di ukur serta hasil yang diinginkan.
Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menentukan besaran
yang di ukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran
tersebut harus di ukur. Ketiga hal tersebut mutlak harus dimiliki oleh orang yang
akan melakukan pengukuran.
Pengetahuan akan alat ukur level dan objek yang dihadapi adalah suatu
syarat agar pengukuran yang benar dapat dilakukan. Ini juga berarti bahwa cara
melakukan pengukuran yang benar akan diperoleh, jika objek yang dihadapi dapat
diketahui disamping pengetahuan tentang cara kerja alat ukur level juga harus
dikuasai. Bergantung dari alat ukurnya, pengukuran dapat dilakukan dengan cara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran dikatakan langsung bila alat ukurnya
atau pembandingnya adalah standar, yaitu suatu pengukuran yang mempunyai
dikatakan tidak langsung bila pembandingnya adalah suatu yang telah
dikalibrasikan terhadap besaran standar, misalnya termometer elektronik. Karena
sulitnya untuk mendapatkan alat ukur standar, sedangkan besaran yang akan di
ukur banyak sekali jenisnya, maka teknologi telah menghasilkan banyak cara
untuk menghasilkan alat ukur tidak langsung.
Dalam pengukuran digunakan sejumlah istilah sebagai berikut :
1. Ketelitian (Accuracy), yaitu : Harga suatu pembacaan instrumen yang
mendekati harga sebenarnya dari veriabel
yang di ukur.
2. Ketepatan (Precision), yaitu : Kemampuan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang sama dengan memberikan
harga tertentu bagi sebuah variabel.
3. Kesalahan (Error), yaitu : Penyimpangan variabel yang di ukur dari
harga yang sebenarnya.
4. Sensitivitas (Sensitivity), yaitu : Perbandingan antara sinyal keluaran
terhadap perubahan masukan atau variabel
yang di ukur.
5. Resolusi (Resolution), yaitu : Perubahan nilai terkecil dalam nilai yang di
ukur, dimana instrumen akan memberi
respon.
2.2 Metode-Metode Pengukuran Level
Beberapa metode yang telah dikembangkan untuk pengukuran level yang
kontiniunya secara otomatis antara lain adalah :
1. Float dan Cable
Instrumen Float dan Cable yaitu mengukur ketinggian level dengan alat
yang menggunakan metode naik dan jatuh dari pelampung pada permukaan level.
Mekanisme ini digunakan untuk menghitung variasi level dengan range antara
beberapa inci sampai ukuran feet. Float dan Cable biasanya digunakan pada
tangki terbuka, karena perubahan ketinggian pelampung ini di desain untuk tangki
yang bertekanan. Pelampung ini mempunyai keuntungan yaitu : sebagai simple
dan sensitive terhadap perubahan densitas. Keuntungan terbesarnya yaitu
pembatasannya untuk level material yang terisi pada tangki atau SILO.
Turbulance juga dapat menimbulkan masalah pada pengukuran. Teknik float dan
cable tidak memberi kemungkinan pada konsep transmitter yang dapat dilakukan
oleh teknik lainnya.
Float diklasifikasikan dengan tipe dari posisi sensor (reed switch, cable,
pot, magnetostrictive and sonic atau radar). Keuntungan menggunakan float tidak
ada batasan ketinggian tangki, akurasi yang bagus (tergantung dari tipe float) dan
harganya relatif murah. Prinsip float dari pengukuran level ini adalah displacer.
Teknologi displacer didasarkan pada hukum archimedes. Displacer secara berkala
ditempatkan pada external cages, yang mana dapat mempengaruhi akurasi jika
level pada vessel/cage tidak lurus.
2. Displacement (perpindahan)
Perpindahan atau buoyancy tekniknya adalah sebuah transmitter gaya
yang seimbang. Ini biasanya digunakan untuk mengukur ketinggian material
antara permukaan atau densitas dengan menggunakan gaya buoyancy pada sebuah
displacer di bawah permukaan level. Gaya buoyancy terkonversi dengan adanya
gaya seimbang pneumatic atau mekanisme mekanik yang profesional 3 – 15 Psi,
20 – 100 Kpa, 4 – 20 mA/dc atau 10 – 50 mA/dc signal.
Transmitter Buoyancy ini biasanya tidak dianjurkan untuk kondisi proses
yang sangat turbulance, karena dapat menyebabkan displacernya berputar-putar
atau pengukuran yang tidak terduga yang dapat menyebabkan kerusakan pada
displacer, transmitter atau vessel. Dalam beberapa kasus bentuk displacer
containment biasanya jarang digunakan.
3. Head or Pressure (kepala atau tekanan)
Pengukuran dari kepala atau tekanan untuk menghitung ketinggian
merupakan salah satu cara yang banyak digunakan, dimana ketinggian dihitung
dengan mengukur tekanan yang banyak dan bervariasi yang merupakan satu dari
berbagai teknik yang dipakai saat ini.
4. Capasitance (kapasitas)
Jika sebuah alat penguji dimasukkan ke dalam sebuah tangki dan pengukur
kapasitansi diletakkan diantara alat dan tangki perubahan ukuran dalam tangki
akan terjadi kapasitansi dengan level material. Kejadian ini terlihat perbedaan
5. Conductancy (konduktansi)
Sensor level konduktivitas terdiri dari dua elektroda yang dimasukkan ke
dalam vessel atau tangki untuk di ukur. Ketika level meningkat cukup tinggi untuk
memberikan sebuah garis konduksi dari satu elektroda ke elektroda yang lain
secara berantai (padatan atau coil) yang berisi energi. Secara berantai dapat
digunakan untuk alarm ataupun control, kemudian konduktivitas ada diantara
poin kontrol atau alarm control. Material tersebut dapat menjadi konduktor dan
tidak akan berbahaya jika terjadi percikan. Level dengan konduktivitas sekali-kali
dapat ditemukan pada aplikasi proses di pabrik.
6. Nucleonic (radiasi)
Pengukuran level dengan menggunakan radiasi secara umum tertdiri dari
sebuah alat radioaktif pada salah satu sisi tangki dan sebuah detector pada bagian
yang lain. Apabila radiasi itu melewati tangki, intensitasnya berubah dengan
material yang ada di tangki yang berhubungan dengan levelnya. Salah satu
keuntungannya yaitu tidak ada kontak dengan material dan salah satu kerugiannya
yaitu harganya yang mahal dan sulit bersatu dengan material radioaktif. Cara
radioaktif ini dapat menyelesaikan masalah-masalah yang rumit dalam
pengukuran level.
7. Weight (berat)
Terkadang pengukuran volume dari sebuah SILO menjadi sangat sulit
karena tidak ada alat yang dapat bekerja. Ketika hal ini terjadi, maka akan sangat
menguntungkan jika memakai sistem weighting (pemberat). Berat cell satu
diantara hidrolik atau ukuran tegangan digunakan untuk pemberat vessel dan
pembacaan, dimana akan menghasilkan dalam sinyal yang akurat ke volume
SILO.
Salah satu keuntungan dari sistem pemberat ini yaitu tidak ada kontak
langsung dengan volume SILO dan sensor, tetapi sistem ini tidak ekonomis dan
variasi dari densitas dapat merusak hubungan antara sinyal dengan level yang
sebenarnya.
8. Ultrasonic
Censor Level Ultrasonic terdiri dari sebuah generator ultrasonic atau
operasi dengan menggunakan oscillator pada frekuensi ± 20.000 Hz. Waktu yang
dibutuhkan gelombang suara untuk masuk ke material balik kembali ke pesawat
penerima yang telah di ukur, karena waktu tersebut menunjukkan level. Cara ini
benar-benar sesuai dan akurasinya baik. Selanjutnya tidak ada kontak dengan
cairan di dalam tangki, dimana dapat meminimilisasi korosi dan kontaminasi yang
mana pada umumnya ekonomis.
Instrument sonic mendeteksi level dengan mengukur berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk gelombang suara dan kembali ke piezoelectric transducer
setelah mengenai material. Untuk akurasi yang maksimum transmitter harus
diletakkan pada bagian atas vessel dan diposisikan sedemikian rupa, agar struktur
dalam vessel tidak mengenai sinyal. Peralatan sonic ini tidak saling berhubungan.
Debu, uap-uap pelarut, busa, turbulance pada permukaan dan bunyi ambient
mempengaruhi tingkat akurasi. Perpanjangan temperatur proses dapat membatasi
9. Thermal (suhu)
Salah satu cara yang sedang berkembang yaitu sebuah sensor thermal,
dimana sensor thermal tersebut menghitung level berdasarkan pada perbedaan
temperatur antara material dengan udara di atasnya, ketika material kontak dengan
sensor maka perhitungan dari levelpun terjadi. Teknik thermal ini tidak terlalu
mahal, tapi digunakan untuk popularitas dalam aplikasi proses.
10.Diffrential Pressure Transmitter
Ada berbagai macam cara yang digunakan untuk mengukur ketinggian
suatu material di dalam tempat-tempat penyimpanan dan proses vessel di sebuah
industri. Salah satu cara yang biasa digunakan yaitu dengan menggunakan suatu
peralatan yang disebut diffrential pressure transmitter (dp). Peralatan ini secara
aktual mengukur ketinggian suatu material di dalam vessel beserta densitasnya.
Dua variabel ini digandakan dengan hasil dari jumlah tekanan yang digunakan di
dalam rongga, dimana alat ini dapat merubahnya ke dalam petunjuk level.
Diffrential Pressure Transmitter ini relatif murah dan mudah untuk di install.
Teknologi yang nyaman ini benar-benar akurat dan dapat diandalkan ketika
digunakan untuk mengukur level dari material, karena perubahan densitas
dibutuhkan untuk keakuratan pengukuran.
11.Radar Level Transmitter
Peralatan ini berbasiskan radar sinar microwaves pada proses dipermukaan
material. Bagian dari material yang direfleksikan balik dan di deteksi dengan
Teknologi yang digunakan termasuk :
1. Frequency Modulated Continous Wave (FMCW), mengabaikan uap-uap
dan bebas dari perubahan karakteristik fisik (kecuali dielektrik tetap) pada
proses material. Aplikasi tersebut termasuk tetap, tetapi tidak turbulance.
Harganya cukup mahal dibandingkan teknologi lainnya.
2. Pulsed Time Of Flight (PTOF), menggunakan material yang sedikit dan
harganya relatif murah. Terlepas dari materialnya yang rendah,
performancenya dapat dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut :
gangguan-gangguan vessel, agitasi, busa, tekanan tinggi dan rendahnya dielektrik
material.
3. Time Domain Reflectometry (TDR), tidak seperti FMCW dan PTOF. Time
Domain Reflectometry merupakan pengukuran yang menggunakan tangki
atau kabel fleksibel untuk menghubungkan bunyi microwave. Alat ini
dapat mengukur normal antara permukaan level di dalam material. Alat ini
murah dan dapat mengukur jangkauan yang panjang dan bagus juga untuk
material di dalam tangki yang dielektriknya rendah.
12.Radio Frequency (RF) Admitance Level Transmitter
Radio frekuensi berdasarkan kapasitansi dan admitansi dapat mengatasi
kondisi proses dengan range yang luas. Temperatur dan tekanan proses terbuka,
hanya sistem material dengan sensor elemen yang dapat diproses. Transmitter
level dari jenis ini dapat mengalami perubahan electrical yang terjadi dengan
13.Microimpulse Levelflex FMP 232 E / 332 E
Pengukuran yang aman walaupun selama pengisian secara pneumatic juga
dapat dipakai untuk beberapa produk yang sering berganti-ganti, seperti serbuk
dan butiran halus, tetapi tidak bergantung pada sifat produk seperti kelembaban,
densitas, konstanta dielektrik dan ain-lain.
Levelflex menggunakan frekuensi microimpulse yang tinggi, dimana
dikendalikan dengan sebuah penghubung dari baja. Permukaan produk
memantulkan sinyal kemudian dianalisis oleh sebuah alat instrumen. Prinsip
pengukuran baru ini tidak bisa dipungkiri, bahwa di dalam dunia pemasaran alat
ini mempunyai jangka waktu yang pendek setelah diluncurkan. Lebih dari 10.000
peralatan-peralatan pengukuran dilengkapi Endress + Hauser dengan range yang
luas pada pengalamannya di dalam aplikasi. Pengalaman tersebut memberikan
perlindungan level dalam material (bulk solid) dengan menggunakan levelflex
yang aman, mudah dan cara yang tepat.
14.Electromechanical
Sistem mekanik dengan tali pengukur yang tegak lurus dapat diaplikasikan
di dalam vessel yang tinggi (sampai 70 m) yang tidak berpengaruh dengan awan,
kabut dan debu.
Pengukuran Ketinggian Dengan Kapasitansi Listrik
Level (ketinggian) serbuk padat atau alumina bisa di ukur dengan memakai
pengaruh kapasitansi listrik. Kapasitansi dari elemen pengamatan kapasitansi
listrik yang sesuai berbeda dengan tingkat material dan pengukuran listrik
kapasitansi memberikan sebuah bacaan tingkat langsung. Sebagian besar
pengamatan. Sejenis peralatan pengukuran elektronis dapat dipakai. Sistem
osilator tunggal dapat dipakai untuk unit penelitian spot-check titik tunggal,
sedangkan untuk pengukuran yang terus-menerus sejenis instrumen disediakan
untuk mendapatkan output arus kontrol 4-20 mA.
Kelebihan dan Keterbatasan
Elemen pengamatan utama bisa sangat sederhana tanpa memiliki bagian
yang bergerak. Kemampuan tekanan, suhu dan resistansi korosi mudah saja
diperoleh. Elemen pengamatan mudah dibersihkan dan standar sanitari mudah
ditemukan. Secara umum keamanan dari elemen dengan instrumentasi probe bisa
diperoleh dengan mudah. Biaya sistem kapasitansi sedikit lebih tinggi dari sistem
mekanis sederhana ataupun unit pneumatik, tetapi bila kondisi operasi membuat
sistem terakhir tidak bisa diterima, sistem kapasitansi memberikan performan
yang paling baik pada biaya rendah.
Sistem kapasitansi memiliki keterbatasan-keterbatasan, yaitu :
1. Jika konstanta dielektrik medium yang di ukur berubah dengan suhu,
kesalahan suhu akan terjadi.
2. Kepadatan material atau liquid konduksi (pada zat cair) yang melapisi elemen
pengamatan mengakibatkan kesalahan ataupun sama sekali menyalahi bacaan.
3. Tingkat interface antara dua material konduksi tidak bisa di ukur.
Sistem Ketinggian Zat Padat yang Berupa Serbuk
tangki tersebut adalah untuk mengetahui ketinggian serbuk padat. Prinsip objektif
dari sistem ini untuk mencegah terjadinya kelebihan pengisian. Secara otomatis
serbuk padat mempunyai sistem yang signalnya berubah untuk tiap-tiap
ketinggian. Secara umum ada signal-signal listrik yang dapat di dengar dan dapat
dilihat. Memulainya dan berhentinya motor atau menjalankan katup solenoid.
Beberapa mekanik listrik, elektronik dan dapat digunakan beberapa kontrol
ketinggian nucleonic. Kemudian secara umum komponen mendekati harga
tertinggi dalam penerapannya (aplikasi). Selanjutnya harga terendah dan
menengah dari komponen akan segera seimbang. Yang paling sesuai untuk
kontrol ketinggian akan diatur dari faktor-faktor berikut ini :
1. Perubahan temperatur.
2. Perubahan tekanan gas dan udara.
3. Getaran.
4. Muatan air untuk kepadatan serbuk.
5. Penggabungan komponen kontrol dengan material serbuk.
6. Peralatan dari material serbuk, termasuk density, aliran, bentuk partikel dan
karakteristik dielektrik.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cara Kerja Alat Ukur Level
Alat ukur Levelflex FMP 232 E/332 E ini digunakan untuk mengetahui
volume material di dalam tangki. Untuk menghubungkan amplifier ke sumber
listrik 220 V digunakan sebuah kabel. Sensor dimasukkan ke dalam tangki. Ketika
sensor menyentuh material, maka akan menghasilkan sinyal instrumen 4 – 20 mA
melalui kabel baja ke kontroller sehingga menimbulkan indikator yang
menandakan bahwa material yang ada di dalam tangki sudah penuh atau kosong.
Keberadaan material di dalam tangki dinyatakan dalam tiga keadaan yaitu Low
(L), Medium (M) dan High (H).
Cara kerja alat ukur level tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1
H
M
3.1.1 Input Alat Ukur Level
Setiap titik-titik yang terdapat di setiap SILO merupakan sampel untuk
sifat-sifat dari pantulan sinyal. Informasi yang terkumpul selama siklus sampling
diterima dan dilewatkan pada proses signal yang teridentifikasi sebagai sinyal
yang dihasilkan dari perubahan sensor di permukaan produk.
3.1.2 Output Alat Ukur Level
Levelflex mempunyai faktor pengkalibrasian, yaitu :
1. Zero (E) adalah 35 cm di atas dari pemberat penghubung alat ukur yang
dipasang dibagian dalam bawah SILO.
2. Jangkauan (F) adalah 90 % dari E.
3. Range perhitungan 30 cm dihitung dibagian atas alat ukur dan 35 cm dihitung
dibagian bawah dari pemberat penghubung alat ukur.
Untuk arus yang keluar, nilai-nilai yang dikoreksi antara 4 mA sampai 20
mA. Untuk keluaran digitalnya antara 0 % sampai 100 %. Range perhitungan
digunakan untuk memonitor ke layar atau pengontrolan melalui permukaan
sistem.
Penghubung pada alat ukur diperpanjang dan tergantung secara vertikal di
dalam SILO. Levelflex dapat mengukur seluruh titik-titik yang terdapat di setiap
SILO yang dipasang di atas permukaan SILO sampai 30 cm dari ketinggian
3.2 Sistem Alat Ukur Level
Alat ukur Level mempunyai dua (2) sistem, yaitu :
1. Untuk arus aktif yang keluar dari bentuk, tempat dan susunannya antara 4 – 20
mA. Tempat penyusunan atau pengontrolan dapat diketahui dengan sebuah
tangkai atau pegangan alat ukur material DXR 275. Sistem alat ukur level ini
dapat dilihat pada gambar 3.2
2. Untuk arus aktif yang keluar menghasilkan sinyal digital antara 4 – 20 mA.
Arus aktif yang keluar dikendalikan dengan sebuah komputer yaitu komputer
dengan tipe Commuwin II dan Commubox FXA 191. Sistem alat ukur level
ini dapat dilihat pada gambar 3.3
Gambar 3.2 Sistem Alat Ukur Level dari Gambar 3.2 Sistem Alat Ukur Level dari bentuk, tempat dan susunannya dengan arus keluaran 4 – 20 mA
3.2.1 Sistem Integrasi Alat Ukur Level
Beberapa transmitter levelflex dapat dihubungkan ke sistem bus
supervisory dengan jaringan ZA. Beberapa jaringan didapatkan dari MODBUS,
PROFIBUS, INTERBUS, CONTROLNET dan lain-lain. Kedua tempat jaringan
tersebut pengoperasiannya dapat dilakukan pada pengontrolan melalui komputer.
HART transmitter melalui satu FXN 672 beberapa permukaan juga menyediakan
tenaga. Sistem integrasi ini dapat dilihat pada gambar 3.4
3.2.2 Petunjuk Pemasangan Alat Ukur Level
3.2.2.1 Posisi Pemasangan Alat Sensor Level
Levelflex dipasang di bagian atas SILO. Alat sensor harus benar-benar
tergantung dan tegak lurus antara jarak permukaan produk atau material, dimana
terbacanya level yang diinginkan. Pemasangan sensor harus menurut range
pengukuran yang diinginkan. Sensor digantung sekitar 30 cm dari dinding SILO.
3.2.2.2 Nozzle
Nozzle sangat sering digunakan untuk penghubung yang relevan. Ini
mempunyai flensa dan tidak jarang dipasok, tetapi sudah terpasang pada tangki.
Gambar 3.5 menggambarkan situasi dengan sebuah tangki yang berisi produk,
dimana sedimen bisa terbentuk.
Sedimen mengendap pada nozzle yang sangat tinggi, dimana probe paling
sensitif. Terjadi peningkatan yang signifikan dalam kapasitansi awal, dimana di
titik ini terlepas dari endapan. Peningkatan kapasitansi disebabkan kontaminasi
nozzle yang bisa dihindari dengan menjadikan probe non aktif secara parsial, lihat
gambar 3.5b. Dengan demikian bagian yang aktif dari probe dipisahkan dari
bagian yang paling rentan terhadap kondensasi atau kontaminasi oleh bagian non
a b
Gambar 3.5 Nozzle
Keterangan gambar :
a. Nozzle dengan probe aktif.
b. Nozzle dengan probe non aktif
Pada umumnya, upstand tetap dijaga pendeknya dengan diameter besar,
terutama jika ada bahaya produk yang mengalami kondensasi di dalam atau
berpercikan pada pipa. Sensor pada tangki ini dapat dilihat pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Sensor pada tangki
nozzle nozzle
probe aktif
3.2.2.3 Faktor Lingkungan
Range temperatur operasi normal antara -200C sampai +700C. Untuk
temperatur lingkungan yang lebih tinggi, pengatur dipasang pada posisi lokasi
pendingin di atas 3 m. Untuk lokasi yang terlihat dibutuhkan kap pelindung.
Levelflex dapat digunakan untuk mengukur padatan yang berbentuk butiran halus,
seperti semen, pasir putih, debu-debu yang berterbangan, pelet plastik dan
material yang berbentuk serbuk atau alumina.
Temperatur pada bagian tengah tidak boleh mencapai +1200
1. Penghubung alat ukur pada stainless steel untuk standar, corosif dan
higroskopik.
C. Efek dari
abrasi media dapat mempengaruhi pilihan dari pelindung penghubung alat ukur.
Ukuran maksimum pada serbuk butiran material tersebut 20 mm.
3.3 Penggunaan Penghubung Alat Ukur pada Material
Ada dua (2) tipe penghubung alat ukur pada material yang digunakan :
2. Penghubung alat ukur pada pelindung yang terbuat dari besi karbon yang
digunakan untuk media yang abrasif.
3.3.1 Standar Aplikasi Penghubung Alat Ukur pada Stainless Steel
Untuk standar aplikasi sebuah penghubung alat ukur pada stainless steel
yang tidak memakai pelindung dari pemberat penghubung alat ukur yang
elektrostatik yang tinggi secara drastis rantai-rantai yang dipasang di bagian
bawah tergantung pada aliran yang masuk.
3.4 Pengamanan
3.4.1 Gaya Down Pull
Penghubung alat ukur yang berada di atap SILO dapat menahan down pull
dari media, antara lain :
1. Atap SILO harus bisa bertahan dengan beban maksimum pada penghubung
alat ukur atau gaya tarik (breaking strength) dari penghubung.
2. Gaya Down Pull digantung sejak densitas material (bulk density) dan koefisien
fisik dari material, ukuran SILO, posisi SILO dan jenis alat ukur.
3.4.2 Gaya Down Pull dan Keseimbangan pada Penghubung Alat Ukur
Gaya down pull dan panjang probe untuk bebas bergantung harus adanya
keseimbangan dari penghubung alat ukur. Gaya down pull yang baik adalah
menjaga keseimbangan pada penghubung alat ukur, karena apabila gaya down
pull terlalu bebas bergantung akan mempengaruhi pengukuran pada recorder
(pencatat) level yang mengakibatkan pengukuran tidak akurat.
3.4.3 Kekuatan Patah pada Penghubung Alat Ukur
Kekuatan patah untuk penghubung standar FMP 232 E dan penghubung
Tabel 3.1 Kekuatan Patah Untuk Penghubung Standar FMP 232 E dan
Penghubung yang Bekerja Maksimum pada FMP 332 E
Type Coated rope Stainless steel rope
FMP 232 E 12,5 kN 10,5 kN
FMP 332 E 43,5 kN 40 kN
3.4.4 Gaya Pada Penghubung Dengan Batang Penarik Bawah
Gaya pada penghubung dengan batang penarik bawah posisinya
tergantung di atas dan di dalam SILO, gaya-gaya pada penghubung dengan batang
penarik bawah antara 2 – 10 kali lebih baik dari penghubung dengan
keseimbangan penghubung alat ukur. Gaya meningkat dengan panjang lekukan
dan diameter SILO. Kedua parameter tersebut merupakan suatu faktor yang
penting dan mengutamakan faktor keselamatan yang baik.
Panjang Probe yang Berbeda
Dengan bahan kondusif yang memiliki konstanta dielektrik yang rendah,
maka probe harus mendekati 5% lebih panjang dari jarak pada atap tangki ke titik
pengukuran (minimum 250 mm). Jika tidak mungkin memilih Lb (panjang yang
tertutup) yang benar untuk deteksi level minimum dengan probe yang panjang,
maka dengan versi khusus alat tambahan untuk memasang probe pada keadaan
tertentu dapat disediakan sebagai alat pendukungnya. Luas permukaan dari beban
Gambar 3.7 Panjang Probe untuk Penggunaan Bahan yang berbeda
Keterangan gambar 3.7 :
1. Bahan padatan dengan konduksi listrik, misalnya batu bara.
2. Bahan padatan dengan konstanta dielektrik yang tinggi, misalnya tepung.
3. Bahan padatan dengan konstanta dielektrik yang rendah, misalnya butiran
3.5Elemen Sensor
Kapasitor memiliki dari dua pelat konduksi yang dipisahkan oleh material
ataupun dielektrik non konduksi.
Kapasitansi sebuah kapasitor ditentukan oleh persamaan :
C =
d KA
dimana : C = kapasitansi total (farad)
K = konstanta dielektrik material antara pelat
A = luas permukaan ujung pelat (daerah pelat)
d = jarak antara pelat
Elemen pengamatan (elemen sensor) yang paling umum dipakai pada
sistem ketinggian kapasitansi probe. Ini menunjukkan kapasitansi probe beserta
sarungnya (penutupnya) yang terdiri dari kepala probe (konduktor luar ataupun
pelat), elektroda (konduktor dalam ataupun pelat) dan insulasi pada elektroda
yang berguna untuk mengisolasi elektroda secara listrik dari kepala (probe head).
Ini menunjukkan probe yang dimasukkan pada tangki logam, tangki itu sendiri
dihubungkan secara listrik dengan probe dan kemudian menjadi konduktor luar.
Bila ketinggian probe naik, maka kapasitansi akan meningkat karena peningkatan
konstanta dielektrik antara pelat-pelat.
Probe tanpa sekat bisa dipakai untuk zat yang berupa serbuk padat kering,
non konduktif. Untuk konstanta dielektrik yang sangat rendah, fluida non
penyimpanan material (zat yang berupa serbuk padat). Kepala probe,
elemen-elemen dan penyekat (insulasi) dikonstruksi dari material untuk menahan
pengaruh korosi. TFE (Tetra Fluor Eothylase) insulasi dan baja tahan karat adalah
yang paling umum dipakai dan memenuhi ketentuan korosi dan suhu. Tersedia
tabung untuk probe kapasitansi yang sama dengan yang dipakai pada pergantian
dan sistem ketinggian jenis apung (permukaan).
BAB IV
PENGOPERASIAN DARI ALAT UKUR LEVEL
IV.1 Hasil Pengamatan
Untuk mendapatkan data-data yang lengkap mengenai pengukuran level
dalam tangki dengan menggunakan alat ukur levelflex FMP 232 E / 332 E sebagai
alat ukurnya.
Spesifikasi Peralatan
1. Levelflex
Jenis : Microimpulse Levelflex
Type : FMP 232 E / 332 E
Supply : DC 220 Volt
Signal Input : DC 4 – 20 mA
2. Silo
Tinggi : 32 m
Diameter : 5,5 m
Material : Stainless Steel
3. Controller
Type : FEM 31, 41
Supply : 36 – 375 VAC / 24 – 253 V DC
4. Recorder/Pencatat Level
Type : FEM 32
Supply : 10 – 55 V DC / 24 – 253 V DC
Frekuensi : 50 – 60 Hz
IV.2 Proses Pengoperasian
Alat ini bekerja berdasarkan perubahan harga kapasitansi yang disebabkan
oleh perubahan dielektrik yang ada. Seperti diketahui bahwa dalam tangki
terdapat dua material yang pertama adalah udara yang mempunyai konstanta
dielektrik yang sama dengan satu dan material yang berupa alumina dengan
konstanta dielektrik yang lebih besar dari satu. Dengan demikian, keadaan yang
terdapat dalam tangki dapat kita anggap sebagai kapasitor yang mempunyai
lempengan dan dielektrik dari bahan, dimana lempengan pertama adalah luas
permukaan dari ujung sensor dan lempengan yang kedua adalah dasar tangki yang
dihubungkan dengan ground.
Jadi dalam hal ini yang paling berperan dalam menghasilkan variasi dari
beberapa kapasitansi dengan dielektrik udara adalah jarak antara permukaan
material dengan permukaan sensor.
IV.3 Perawatan dan Pemeriksaan
Tabel 3.2 Perawatan dan Pemeriksaan
Kondisi/Keadaan Penyebab Pemeriksaan Perbaikan Lampu pada
bagian osilasi tidak menyala
Power supply off Sumber tegangan tidak terhubung,
Unit osilasi rendah Hubung singkat pada unit osilasi
Kondisi/Keadaan Penyebab Pemeriksaan Perbaikan Kabel putus Elektroda probe
dan pentahanan mengalami
hubung singkat
Lampu mati, ganti unit osilasi
Unit osilasi rusak Kabel yang berhubungan
IV.4 Kalibrasi Alat Ukur Level
Pengaturan dan Kalibrasi pada Microimpulse Levelflex FMP 232 E/332 E
Untuk pengkalibrasian, alat ukur harus disesuaikan untuk nilai kapasitansi
dari kapasitor yang terbentuk oleh alat probe dan dinding SILO. Tombol putar
dan penyesuaian elemen untuk kalibrasi komponen-komponen dalam ada pada
rumah alat ukur. Secara langsung elemen kalibrasi ini dihubungkan dengan
tegangan hingga 250 V. Hanya dengan menggunakan obeng yang memiliki isolasi
Gambar 4.1 Tempat Melakukan Pengkalibrasian
Keterangan :
1. Tombol putar untuk pengaturan pengamanan kesalahan.
2. Pengaturan elemen untuk kapasitansi halus dan kasar.
3. Lampu LED untuk indikasi sakelar.
Kalibrasi Kapasitansi
Untuk kalibrasi kapasitansi, SILO harus dalam keadaan kosong atau
ketinggian bahan harus setidaknya di bawah 200 mm di bawah probe.
1. Hidupkan power supply.
2. Lakukan kalibrasi menurut urutannya dan lakukan secara hati-hati.
3. Pastikan bahwa tidak ada air yang masuk ke dalam rumah alat ukur
sewaktu pengkalibrasian.
Pengaturan awal
1. Hidupkan power supply.
2. Atur pengaturan pengamanan kesalahan pada posisi maksimum.
3. Atur panjang probe.
4. Putar pengaturan tingkat kekasaran searah jarum jam hingga berhenti
5. Putar pengaturan tingkat kehalusan berlawanan jarum jam hingga berhenti
dengan sendirinya.
6. Lampu LED mati.
Kalibrasi Kapasitansi
Gambar 4.3 Pengkalibrasian Microimpulse Levelflex FMP 232 E/332 E
Pengaturan kekasaran
Putar pengaturan tingkat kekasaran secara perlahan berlawanan dengan
arah jarum jam hingga lampu LED menyala.
Pengaturan kehalusan
Putar pengaturan tingkat kehalusan secara perlahan searah jarum jam
Penyesuaian untuk karakteristik bahan
Ketika probe ditutupi dengan padatan non konduksi yang memiliki
konstanta dielektrik yang rendah, kemudian alat ukur akan hidup ketika probe
sudah tertutup dengan bahan. Tingkat penutupannya tergantung pada kalibrasi.
Putar elemen kalibrasi tingkat kehalusan searah jarum jam menyebabkan alat ukur
menjadi kurang sensitif.
Gambar 4.4 Pengaturan Untuk Karakteristik Bahan
Keterangan :
1. Untuk konstanta dielektrik dan konduktivitas yang rendah
kira-kira 1 – 2 bagian putaran
2. Untuk konstanta dielektrik dan konduktivitas yang tinggi
Kontrol fungsi
Dengan probe yang tidak tertutup, pegang sekrup penguat
komponen-komponen dalam dengan obeng, tahan dengan pegangan berisolasi. Simulasi ini
merangsang padatan untuk menutup probe. Lampu LED menunjukkan status
perubahan. Ini hanya merupakan percobaan kontrol fungsi instrumen. Silahkan
lihat untuk operasi yang benar untuk pendeteksian dengan pengisian dan
pengosongan SILO pada titik instalasi.
IV.5 Lisensi dan Aspek Keselamatan
Digunakan radiasi elektromagnetik gamma murni pada jenis peralatan
seperti ini dan tidak bisa mengkontaminasi atau mempengaruhi produk. Karena
itu, metode pengukuran level ini dapat digunakan dalam industri pakan ternak dan
makanan manusia tanpa resiko.
Peraturan keselamatan bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya
dan peraturan lokal diperhatikan sewaktu mengaplikasikan peralatan radiometrik
di tempat anda. E + H bisa melengkapi peralatan sedemikian. Kecuali untuk
daerah di dalam sorotan radiasi itu sendiri, level radiasi di dekat sumber dan
detektor di dalam tangki atau reaktor sangat rendah. Sangat penting level radiasi
dipertahankan tetap di bawah 2,5 µ/jam dilokasi dimana staf dapat diposisikan
dalam periode waktu yang lama. Jika limitasi tidak bisa ditetapkan dengan
screening protektif, maka jarak minimum tetap terjaga antara peralatan dan
operator. Petunjuk-petunjuk Euratom menetapkan dosis maksimum 5mS tahun
sebagai level yang dapat diterima untuk setiap karyawan dengan batas 50 mS
Dalam keadaan normal, tubuh manusia terpapar kira-kira 2mS tahun dari
sumber alami seperti bawah tanah, batu permukaan dan gas, sumber kosmis,
tubuh manusia dan makanan. Tubuh manusia juga terpapar pada sejumlah kecil
radiasi alami dari bangunan beton, pada penerbangan pesawat udara dan
perjalanan ke daerah pegunungan. Bekerja atas dasar dosis 5mS tahun, lalu
dengan memperhitungkan jumlah jam kerja per tahun, keterpaparan maksimum
dapat dihitung sebagai 2,5 µS jam.
Dengan demikian, mengasumsikan tingkat radiasi tak lebih dari 2,5 µS
jam pada sistem pengukuran level, ini berarti bahwa staf bisa bekerja pada
pembangkit tersebut selama 40 jam per minggu selama 50 minggu per tahun tanpa
melampaui dosis yang dapat diterima. Istilah dapat diterima dan bukan dibolehkan
sengaja digunakan, karena yang dimaksudkan adalah dosis terendah yang
mungkin. Contoh ini menggambarkan bahwa bahaya yang bekerja dengan sistem
pengukuran level radiasi gamma industri sangat rendah bila di dekati dengan cara
yang bertanggungjawab, terutama dibandingkan dengan bahaya yang diterima
secara normal seperti berkerja dengan bahan kimia, mesin berbahaya dan
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan mengenai aplikasi dari
alat ukur Microimpulse Levelflex FMP 232 E/332 E, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat ukur Levelflex FMP 232 E/332 E adalah alat ukur yang digunakan
untuk mengetahui volume material di dalam tangki dengan
menghubungkan amplifier ke sumber listrik 220 V.
2. Dengan Instrumen alat ukur ini, efek terhadap lingkungan yang
ditimbulkan tidak ada, karena penggunaan alat ini tidak menimbulkan efek
yang buruk pada lingkungan dan alat ini merupakan alat yang ramah
lingkungan.
3. Alat ini mendeteksi level kosong hingga level penuh pada pembacaan
pengukuran level volume material di dalam tangki.
V.2 Saran
1. Setiap pengoperasian dari rangkaian alat ukur Microimpulse Levelflex
FMP 232 E/332 E agar diperhatikan keterpasangan dari rangkaian detektor
dan keterhubungan kabel dari rangkaian alat tersebut.
2. Melihat kondisi pemakaian Instrumen alat ukur ini di lapangan yang
digunakan secara maksimal, penulis menyarankan upaya pengkalibrasian
DAFTAR PUSTAKA
1. Cataloguing Room SGE, Tentang “Level Measurement Limit Detection &
Continuous Measurement Of Liquids & Bulk Solids”, From Endress + Hauser.
2. Instrumentation For Process Measurement & Control, Tentang “Pengukuran
Level Dan Density”, Norman A. Anderson 3rd
3. Instrumentasi Alat Ukur “Microimpulse Levelflex FMP 232 E / 332 E” Pada
Cataloguing Room SGE PT Inalum Tahun 2001.
Edition, Jhon Willey & Son.
4. Sumitomo Corporation Maintenance For Kuala Tanjung PT Inalum Indonesia,
1981.
5. Douglass and Considine, 1974, “Process Instruments and Controls
Handbook”, 2nd
6. T. Ishii “Process Control Instrumentation System”, Jepang, 1973. Edition, Mcgraw – Hill Book Company, New York.
7. Ir. Mansyur, Msi “Instrumen Dan Proses Kontrol”, Medan, 2004.