• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di Persawahan Sekitar Bogor dan Struktur Histologi Paederus fuscipes Curt.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di Persawahan Sekitar Bogor dan Struktur Histologi Paederus fuscipes Curt."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

ANNISA SENDIKIA ASRI LUBIS

KOMUNITAS STAPHYLINIDAE (COLEOPTERA)

DI PERSAWAHAN SEKITAR BOGOR DAN STRUKTUR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di Persawahan Sekitar Bogor dan Struktur Histologi Paederus fuscipes Curt. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(4)

ABSTRAK

ANNISA SENDIKIA ASRI LUBIS. Komunitas Staphylinidae(Coleoptera) di Persawahan Sekitar Bogor dan Struktur Histologi Paederus fuscipes Curt. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI.

Serangga merupakan komponen penting dalam ekosistem persawahan. Salah satu kelompok serangga dalam ekosistem persawahan adalah famili Staphylinidae (ordo Coleoptera). Kelompok serangga ini dicirikan dengan bentuk elitra yang pendek, sehingga tidak menutupi seluruh ruas abdomen. Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas famili Staphylinidae di beberapa persawahan di Bogor. Struktur histologi tubuh dari Paederus fuscipes juga diamati. Pengambilan sampel serangga dilakukan dengan metode road sampling. Unsur cuaca, yaitu suhu dan kelembapan udara serta intensitas cahaya diukur selama pengambilan sampel berlangsung. Pengamatan struktur histologi dilakukan dengan pembuatan preparat tubuh P. fuscipes dengan metode parafin. Kumbang staphylinid yang dikoleksi dari ketiga lokasi persawahan adalah Paederus fuscipes, Cryptobium abdominale, dan Stenus sp. Spesies yang dominan ditemukan di areal persawahan adalah P. fuscipes. Struktur histologi dari P. fuscipes yang berhasil diidentifikasi adalah lambung, tubulus Malpighi, rektum, dan anus.

Kata kunci: Staphylinid, diversitas, Paederus fuscipes, struktur histologi.

ABSTRACT

ANNISA SENDIKIA ASRI LUBIS. Community of staphylinid (Coleoptera: Staphylinidae) at Rice Fields in Bogor and Histological Structure of Paederus fuscipes Curt. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI.

The insect is an important component in the rice field ecosystem. One of the groups of insects in rice field ecosystems is family Staphylinidae. Staphylinids are charactarized by short elytra, so it does not cover the all abdominal segments. This research aimed to study community of staphylinids in some rice field in Bogor. Histological structures of Paederus fuscipes were studied. Collections of the beetles were done by road sampling method. The weathers, i.e temperature, humidity, and light intensity were measured during collections of staphylinids. Histological structure of P. fuscipes were observed based on paraffin method. Staphylinids collected in the three locations of rice field were Paederus fuscipes, Cryptobium abdominale, and Stenus sp. Staphylinids dominant in rice fields was P. fuscipes. An histological structure of P. fuscipes identified were the stomach, Malpighian tubule, rectum and anus.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

ANNISA SENDIKIA ASRI LUBIS

KOMUNITAS STAPHYLINIDAE (COLEOPTERA)

DI PERSAWAHAN SEKITAR BOGOR DAN STRUKTUR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di Persawahan Sekitar Bogor dan Struktur Histologi Paederus fuscipes Curt.

Nama : Annisa Sendikia Asri Lubis NIM : G34090085

Disetujui oleh

Dr Tri Atmowidi, M.Si Pembimbing I

Dra Taruni Sri Prawasti, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, M.Si Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di Persawahan Sekitar Bogor dan Struktur Histologi Paederus fuscipes Curt. yang dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2013.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Tri Atmowidi M.Si dan Dra Taruni Sri Prawasti M.Si selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ir Hadisunarso M.Si selaku penguji juga kepada Prof Dr Woro Anggraitoningsih, Bapak Sarino, Mas Anto, Ibu Tini dan Mbak Ani atas bantuan dan sarannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, dan seluruh keluarga, serta sahabat terbaik (Amalia, Lala, Ayu, Yuli, Arvina, Andi, Dimas, Faisal, Mario dan Rizky) atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Metode 2

HASIL 3

Data Unsur Cuaca 3

Jumlah Individu staphylinid yang Berhasil Dikoleksi 3

Morfologi dan Struktur Histologi P. fuscipes 5

PEMBAHASAN 6

Komunitas Staphylinidae di Persawahan 6

Struktur Histologi dan Hemolimfa P. fuscipes 7

SIMPULAN DAN SARAN 8

Simpulan 8

Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 8

(10)

DAFTAR TABEL

1 Data unsur cuaca di tiga lokasi pengambilan sampel kumbang

staphylinid 3

2 Jumlah individu staphylinid di tiga lokasi pengambilan sampel 4

DAFTAR GAMBAR

1 Kumbang staphylinid yang ditemukan di persawahan: P. fuscipes

(a), C. abdominale (b), dan Stenus sp. (c) 4 2 Bagian tubuh kumbang P. fuscipes: kepala (a), toraks (b),

abdomen (c), antena (d) dan tungkai (e). 5

3 Struktur histologi kumbang P. fuscipes yang berhasil diidentifikasi: lambung (a), tubulus Malpighi (b), rektum (c)

dan anus (d) 5

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Areal persawahan merupakan habitat bagi banyak spesies serangga, salah satunya adalah serangga yang termasuk ke dalam ordo Coleoptera, yang merupakan ordo terbesar dalam kelas serangga. Kurang lebih 40% serangga termasuk ke dalam ordo ini. Coleoptera dicirikan dengan dua pasang sayap; pasangan sayap depan menebal dan mengeras (elitra) yang menutupi sayap belakang; sayap belakang dengan struktur tipis dan lebih panjang daripada sayap depan, yang berfungsi untuk terbang. Salah satu famili yang tergolong ke dalam ordo ini dan banyak dijumpai di areal persawahan adalah Staphylinidae (kumbang pengembara). Ciri khas dari kumbang ini adalah elitra berukuran sangat pendek dan bentuk tubuh langsing memanjang. Staphylinidae merupakan famili kedua terbesar dalam ordo Coleoptera (Borror et al. 1992). Kumbang ini dapat hidup hampir di semua habitat. Di areal persawahan, beberapa spesies staphylinid merupakan pemangsa bagi serangga lain.

Khodijah et al. (2008) melaporkan Staphylinidae merupakan famili yang paling banyak ditemukan sebagai serangga predator pada ekosistem persawahan dengan mangsa utama wereng. Selain di areal persawahan, staphylinid banyak ditemukan pada habitat lain, karena kumbang ini mampu hidup menyebar di berbagai habitat. Taulu (2011) melaporkan bahwa spesies staphylinid hidup di perkebunan beriklim tropis. Balog & Viktor (2006) juga melaporkan staphylinid merupakan kumbang yang banyak ditemukan di areal perkebunan apel, pear, dan anggur. Penelitian mengenai distribusi staphylinid masih perlu dilakukan untuk pemanfaatan kumbang tersebut sebagai predator bagi serangga lainnya, terutama hama.

Staphylinid yang banyak ditemukan di persawahan adalah Paederus fuscipes yang dikenal dengan nama tomcat. Kumbang P. fuscipes merupakan salah satu komponen dalam proses Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di areal persawahan, karena berperan sebagai predator hama wereng batang cokelat (Rizali 2000). Herlinda et al. (2008) melaporkan kumbang P. fuscipes merupakan key stones species yang mengatur dinamika populasi wereng.

Kumbang P. fuscipes mempunyai panjang tubuh sekitar 7 mm, kepala berwarna hitam, abdomen berwarna merah, elitra pendek yang tidak menutup seluruh ruas abdomen, sayap belakang terlipat dan tersembunyi di bawah elitra. Kumbang ini akan mengangkat bagian ujung abdomen ketika terganggu (Clausen 1940). Siklus hidup P. fuscipes berkisar antara 90-110 hari dan fase imago berkisar antara 30-60 hari. Kumbang jantan memiliki sersi dengan seta pada ujung ruas abdomen terakhir (Cameron 1931).

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas staphylinid (Coleoptera) di beberapa persawahan di Bogor. Penelitian ini juga mempelajari struktur histologi dan hemolimfa P. fuscipes.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian didapatkan data dasar tentang biologi kumbang Staphylinidae dari areal persawahan di sekitar Bogor. Data dasar biologi kumbang Staphylinidae tersebut dapat digunakan dalam proses Pengendalian Hama Terpadu (PHT) karena sifatnya sebagai predator.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Juni 2013. Pengambilan sampel Staphylinid dilakukan di Persawahan Leuwikopo, Situ Gede, dan Sindang Barang, Bogor. Identifikasi kumbang dan pengamatan struktur histologi dan hemolimfa dilakukan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor. Verifikasi spesimen kumbang dilakukan di Laboratorium Entomologi, dan museum serangga, bidang Zoologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong.

Metode

Pengambilan Sampel

Kumbang dikoleksi di tiga lokasi persawahan, yaitu Leuwikopo, Situ Gede, dan Sindang Barang, pada pagi hari pukul 06.00-09.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode road sampling yaitu berjalan di sepanjang pematang sawah tanpa kembali ke jalur yang sudah dilewati sebelumnya. Kumbang ditangkap dan digiring masuk ke dalam botol koleksi kemudian ditambahkan alkohol 70% untuk identifikasi lebih lanjut.

Pengukuran Unsur Cuaca

Unsur cuaca yang diukur adalah suhu udara, kelembapan udara dan intensitas cahaya. Suhu dan kelembapan udara diukur menggunakan termohigrometer dan intensitas cahaya diukur menggunakan luxmeter. Unsur cuaca diukur selama pengambilan sampel staphylinid dilakukan.

Identifikasi Staphylinid

Spesimen Staphylinid yang dikoleksi diidentifikasi sampai famili berdasarkan Borror et al. (1992), dan tingkat spesies berdasarkan Cameron (1931).

Pengamatan Struktur Histologi P. fuscipes

(13)

3

kemudian difiksasi dengan larutan fiksatif FAAAC selama tiga hari, diblok dengan parafin dengan titik lebur 53-54oC. Preparat disayat dengan ketebalan 6 µm dan diwarnai dengan pewarna ganda Haematoxylin-Eosin (HE). Pengamatan struktur anatomi tubuh P. fuscipes dilakukan dengan identifikasi organ-organ tubuh berdasar Chapman (1998) dan Snodgrass (1993).

Pengamatan Struktur Hemolimfa P. fuscipes

Pengamatan komponen hemolimfa P. fuscipes dilakukan pada sampel yang masih hidup dengan menggunakan metode smear (sediaan apus). Kumbang ditekan di bagian kepala, bagian toraks dan abdomen dipencet agar seluruh hemolimfa keluar. Hemolimfa diratakan pada gelas objek, dikering anginkan dan difiksasi dengan metanol, selanjutnya diwarnai dengan pewarna Giemsa (Suntoro1983). Hemosit dalam hemolimfa diamati dan diidentifikasi berdasarkan Riberio & Michel(2006).

Analisis Data

Jumlah individu staphylinid yang telah dikoleksi ditampilkan dalam tabel dan dideskripsikan. Struktur histologi tubuh P. fuscipes dan komponen hemosit dalam hemolimfa yang telah berhasil diidentifikasi dideskripsikan.

HASIL

Data Unsur Cuaca

Hasil pengukuran unsur cuaca selama proses pengambilan sampel di tiga lokasi persawahan, adalah rata-rata suhu udara 29,79oC, suhu tertinggi 32oC dan suhu terendah adalah 24oC. Rata-rata kelembapan udara adalah 63,95%, dengan kelembapan tertinggi adalah 83% dan terendah adalah 58%. Rata-rata intensitas cahaya adalah 10571,3 lux, dengan intensitas tertinggi adalah 14670 lux dan terendah adalah 5250 lux (Tabel 1).

Tabel 1 Data unsur cuaca di tiga lokasi pengambilan sampel kumbang staphylinid

Unsur Cuaca Leuwikopo Situ Gede Sindang Barang

Suhu udara (°C) 29,15 Intensitas cahaya (Lux) 10392,5 10571,3 9911,9

(8250-14670) (7780-13090) (5250-14110)

*Nilai di dalam tabel merupakan hasil rata-rata setiap unsur cuaca dan angka di dalam kurung merupakan kisaran suhu yang terukur

Jumlah Individu staphylinid yang Berhasil Dikoleksi

(14)

4

Stenus sp. Kumbang P. fuscipes paling banyak ditemukan (110 individu) di ketiga lokasi pengambilan sampel, sedangkan Stenus sp. merupakan spesies yang paling sedikit ditemukan (Tabel 2).

Tabel 2 Jumlah individu staphylinid di tiga lokasi pengambilan sampel

Spesies

Jumlah individu (N) 43 38 40 121

Jumlah spesies (S) 1 3 2 3

Kumbang P. fuscipes mempunyai tubuh dengan dua warna, yaitu hitam dan merah. Kepala, elitra, dan dua ruas abdomen terakhir berwarna hitam, sementara toraks, tungkai, dan abdomen berwarna merah bata (testaceous). Ukuran P. fuscipes relatif kecil, panjang tubuhnya sekitar 6,5 mm. Oleh karena itu, P. fuscipes memiliki struktur tubuh yang kurang tegap dibandingkan dengan spesies Paederus yang lainnya (Gambar 1a).

Kumbang C. abdominale dengan tubuh berwarna hitam, bagian toraks dan abdomen berwarna cokelat kehitaman, sebagian dari elitra dan segmen ke lima abdomen berwarna merah. Tungkai berwarna kuning, memiliki panjang tubuh sekitar 6 mm (Gambar 1b).

Kumbang Stenus sp. dengan tubuh berwarna hitam pekat, bagian tungkai berwarna kekuningan. Tubuh Stenus sp. relatif lebih kecil dibandingkan dengan spesies staphylinid lainnya, dengan panjang tubuh sekitar 4 sampai 5 mm (Gambar 1c).

Gambar 1 Kumbang staphylinid yang ditemukan di persawahan: P. fuscipes (a), C. abdominale (b), dan Stenus sp. (c)

(a)

(c)

(15)

5

Morfologi dan Struktur Histologi P. fuscipes

Tubuh P. fuscipes, terdiri dari tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Bagian kepala terdapat antena, bagian toraks merupakan tempat pelekatan tungkai dan elitra.

Gambar 2 Bagian tubuh kumbang P. fuscipes: kepala (a), toraks (b), abdomen (c), antena (d) dan tungkai (e).

Berdasar sayatan membujur tubuh P. fuscipes, organ dalam yang berhasil diidentifikasi, yaitu lambung, tubulus Malpighi, rektum, dan anus (Gambar 3). Beberapa organ belum teridentifikasi.

Gambar 3 Struktur histologi kumbang P. fuscipes yang berhasil diidentifikasi: lambung (a), tubulus Malpighi (b), rektum (c) dan anus (d)

Pada hemolimfa P. fuscipes diamati dua tipe hemosit, yaitu plasmatosit dan oenosit (Gambar 4).

Gambar 4 Hemosit pada P. fuscipes: plasmatosit (a) dan oenosit (b) a

b

c

d

a

b

c b a

(16)

6

PEMBAHASAN

Komunitas Staphylinidae di Persawahan

Berdasar hasil pengamatan di persawahan sekitar Bogor, ditemukan tiga spesies staphylinid, yaitu: P. fuscipes, C. abdominale, dan Stenus sp. Ketiga lokasi persawahan tempat pengamatan menunjukkan komunitas staphylinid yang berbeda. Di areal persawahan Leuwikopo hanya ditemukan satu spesies, yaitu P. fuscipes. Di areal persawahan Situ Gede ditemukan dua spesies, yaitu P. fuscipes dan C. abdominale. Di lokasi ketiga, yaitu Sindang Barang ditemukan tiga spesies, yaitu P. fuscipes, C. abdominale, dan Stenus sp. Dari tiga spesies Staphylinidae yang ditemukan, spesies yang dominan adalah P. fuscipes, karena ditemukan di seluruh lokasi pengamatan dengan jumlah yang cukup banyak. Spesies yang paling sedikit ditemukan adalah Stenus sp. yang hanya ditemukan di pertanaman padi Sindang Barang.

Kumbang P. fuscipes merupakan kumbang yang paling banyak ditemukan di areal persawahan. Spesies ini memiliki tubuh yang mengkilap dengan kepala dan dua segmen abdomen terakhir berwarna hitam. Toraks dan empat segmen abdomen pertama kumbang ini berwarna merah, elitra berwarna kebiruan, rahang dan antena berwarna merah bata, tiga ruas pada bagian ujung antena berwarna sedikit kecoklatan, ruas pangkal antena berwarna gelap, dan tiga atau empat ruas pertama berwarna merah bata. Tungkai berwarna merah bata, ujung femur, tibia dan tarsus berwarna kecoklatan. Panjang tubuh berkisar 6,5-7 mm (Cameron 1931).

Kumbang P. fuscipes adalah kumbang predator yang sering dijumpai apabila hama wereng batang coklat cukup tinggi pada pertanaman padi di Indonesia (Kasholven 1981). Selain predator bagi hama wereng batang coklat, P. fuscipes juga merupakan predator bagi Helicoperva armigera, yaitu hama yang menyerang tanaman kedelai. Kumbang P. fuscipes merupakan predator efektif dalam menekan populasi hama, oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan kelimpahan populasi P. fuscipes (Winasa et al. 2007). Selain predator bagi hama tanaman padi dan tanaman kedelai, P. fuscipes merupakan predator bagi Bemisia tabaci, yaitu hama pada beberapa tanaman sayur (Sudrajat et al. 2009). Namun dibalik peranan utamanya sebagai predator, P. fuscipes dapat berbahaya bagi manusia apabila tubuhnya tertekan sehingga keluar cairan tubuhnya (hemolimfa) dan mengenai kulit manusia. Hal ini disebabkan oleh paederin, yaitu senyawa toksin yang dimiliki oleh P. fuscipes sebagai hasil simbiosis bersama bakteri Pseudomonas sp (Armstrong & Winfield 1969).

(17)

7

Kumbang P. fuscipes memasuki pemukiman warga akibat habitatnya yang semakin berkurang karena perusakan, selain itu P. fuscipes merupakan kumbang yang tertarik akan keberadaan cahaya di pemukiman warga. Di Malaysia, 89,43% dari sekitar 700 responden dalam sebuah penelitian, memiliki riwayat pernah menderita dermatitis. Di Pakistan P. fuscipes merupakan salah satu spesies staphylinid yang ditemukan dalam jumlah yang cukup besar (Nasir et al. 2011).

Kumbang C. abdominale memiliki panjang tubuh sekitar 6 mm. Kumbang ini memiliki cirri-ciri kepala hitam lonjong, antena kuning kecokelatan beruas 11, toraks berbentuk silinder, tubuh berwarna hitam kecokelatan, elitra dua warna dengan warna hitam dan berwarna kemerahan pada ruas ketiga, ruas kelima abdomen berwarna merah kecokelatan, tungkai kuning sampai kecokelatan (Cameron 1931). Habitat Cryptobium antara lain aliran sungai, tepi sungai, dan rawa. Genus Cryptobium memiliki daerah persebaran luas di Amerika Utara (Horn 1885), India, dan Kepulauan Hindia (Cameron 1931), Oman dan Yaman (Assing 2008).

Kumbang Stenus sp. memiliki tubuh berwarna hitam mengkilap dengan kepala yang mengerut ke arah belakang, leher tebal, mata besar dan menonjol. Antena terdiri dari sebelas ruas, yang biasanya masuk ke dalam bagian tepi dari mata, rahang panjang, ramping, melengkung dan runcing (Cameron 1931). Beberapa spesies Stenus banyak ditemukan di beberapa daerah Amerika Latin diantaranya, Mexico dan Costa Rica (Putzh 2006).

Struktur Histologi dan Hemolimfa P. fuscipes

Pengamatan histologi P. fuscipes dilakukan dengan membuat sayatan histologi menggunakan metode parafin. Sayatan yang dibuat merupakan sayatan membujur. Beberapa organ dalam dari P. fuscipes dapat diamati dengan jelas, walaupun belum semuanya dapat diidentifikasi dengan baik. Beberapa organ dalam P. fuscipes yang berhasil diidentifikasi adalah lambung, tubulus Malpighi, rektum, dan anus. Tidak ditemukan adanya saluran keluar untuk mensekresi hemolimfa (paederin). Beberapa organ lainnya masih belum bisa diidentifikasi. Penelitian lanjutan mengenai struktur histologi dari P. fuscipes masih perlu dilakukan.

(18)

8

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Komunitas staphylinid yang ditemukan di persawahan di sekitar Bogor, yaitu Paederus fuscipes, Cryptobium abdominale¸ dan Stenus sp. Kumbang yang dominan ditemukan di areal persawahan adalah P. fuscipes. Struktur histologi dari P. fuscipes yang berhasil diidentifikasi adalah lambung, tubulus Malpighi, rektum dan anus. Tidak ditemukan adanya pada tubuh kumbang saluran untuk mensekresi paedrin. Sel-sel darah dalam hemolimfa P. fuscipes yang berhasil diidentifikasi adalah plasmatosit dan oenosit.

Saran

Penelitian lanjutan mengenai struktur histologi P. fuscipes penting untuk dilakukan, karena dalam penelitian ini beberapa organ yang masih belum teridentifikasi. Diharapkan, dengan adanya penelitian lanjutan struktur histologi P. fuscipes bisa diketahui dengan lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi ke-6. Soetiono, Porto, Soejono, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insect (Sixth Edition).

Cameron. 1931. The Fauna of British india. In Coleoptera: Staphylinidae Vol. II. London (GB): The Authority of secretary of state for India in Council.

Chapman RF. 1998. The Insect Structure and Function. New York (US): Cambridge Univ Pr

Clausen CP. 1940. Entomophagus Insect. New York (US): Mc Graw Hill. Herlinda S, Waluyo, Estuningsih SP, Irsan C. 2008. Perbandingan

(19)

9

Horn GH. 1885. A Study of the Species of Cryptobium of North America. Transactions of the American Entomological Society and Proceedings of the Entomological Section of the Academy of Natural Sciences 12: 85-106.

Kasholven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Khodijah, Herlinda S, Chndra I, Yulia P, Rosdah T. 2008. Arthropoda predator penghuni ekosistem persawahan lebak dan surut Sumatera Selatan. J Lahan Suboptimal.1:57-63.

Nasir S, Waseem A, Farooq A, Shahbaz TS. 2011. Biodiversity of Staphylinidae in cropped area of the Punjab (Pakistan). Pak J Agri Sci. 48:125-128

Putzh V. 2006. On some Stenus species from latin America (Coleoptera : Staphylinidae). Dugesiana 13:1-21.

Ratcliffe NA, Rowley AF (1979). Role of hemocytes in defense against biological agents. In Insect Hemocyres. Development, Forms, Functions and Techniques. New York (US): Cambridge Univ Pr. Riberio C, Michel B. 2006. Insect haemocytes: what type of cell is that?. J

Insect Physiol.52:417-429.

Rizali A. 2000. Keragaman Serangga dan Peranannya pada Daerah Persawahan di Taman Nasional Gunung Halimun, Desa Malasari Kabupaten Bogor, Jawa barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Snodgrass RE. 1993. Principle of Insect Morphology with a New Foreword by George C Elkwort. London (UK) : Cornell Univ Pr.

Sudrajat, Agro U, Danar D. 2009. Biologi dan kemampuan memangsa Paederus fuscipes Curtis (Coleoptera : Staphylinidae) terhadap Bemisia tabaci Gennadius (Homoptera : Aleyrodidae). Jurnal Argrikultura.20:204-209.

Suntoro SH. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Kimia). Jakarta (ID): Bhratara Karya Aksara.

Taulu LA. 2011. Kompleks artropoda predator penghuni tajuk kedelai dan peranannya dengan perhatian utama pada Paederus fuscipes Curt. (Coleoptera: Staphylinidae) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(20)

10

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 22 Agustus 1991 dari pasangan Didin W Lubis dan Nani Fitriani. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Cicalengka pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Fisiologi Tumbuhan pada tahun 2011, Fisiologi Prokariot pada tahun 2012 dan Avertebrata pada tahun 2013. Penulis juga bergabung dalam Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia wilayah Jawa I sebagai Badan Pengawas pada tahun 2012.

Gambar

Tabel 1 Data unsur cuaca di tiga lokasi pengambilan sampel kumbang staphylinid
Gambar 1  Kumbang staphylinid yang ditemukan di persawahan: P. fuscipes
Gambar 2  Bagian tubuh kumbang P. fuscipes: kepala (a), toraks (b),

Referensi

Dokumen terkait

Terampil menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, mengisayaratkan bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya berkutat pada keterampilan berbahasa

(b) other organizations which have a stake in financial reporting standards (i.e. the current members of the Advisory Committee). The powers and duties of the observers to the

Pola usaha peternakan kambing di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas diklasifikasikan menjadi tiga tipologi (model) berdasarkan tujuan pemeliharaan: (i) Tipologi usaha

KEPUTUSAN KAJIAN 84 4.1 Pendahuluan 84 4.1.1 Taburan Kekerapan Sampel Mengikut 85 Ciri Sosio-Demografi 4.1.2 Taburan Kekerapan Mengikut Jantina 85 4.1.3 Taburan Kekerapan

bahwa dalam rangka efektifitas pengelolaan keuangan daerah terkait standar biaya pelaksanaan kegiatan di Satuan Kerja Perangkat Daerah, perlu menetapkan Peraturan

Hasil uji regresi linier berganda pada tabel koefisien didapatkan nilai X1, dan X3 adalah positif dengan nilai X1 sebesar 231, dan nilai X3 sebesar 639, yang dimana

Penelitian ini membahas tentang Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah, Sistem Pengawasan Melekat dan Prinsip Transparansi terhadap