• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Literasi Informasi Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Literasi Informasi Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI LITERASI INFORMASI DALAM RANGKA

PENGEMBANGAN KURIKULUM DI

SEKOLAH DASAR

RONALD MARSENO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Identifikasi Literasi Informasi Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Ronald Marseno

(4)

RINGKASAN

RONALD MARSENO. Identifikasi Literasi Informasi Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar. Dibimbing oleh WISNU ANANTA KUSUMA dan ABDUL RAHMAN SALEH.

Di tingkat internasional kualitas pendidikan di Indonesia masih belum beranjak naik. Indeks pembangunan pendidikan untuk semua (Education for All) di Indonesia masih belum beranjak dari kategori medium atau sedang. Sementara itu, era globalisasi serta perkembangan teknologi informasi telah menimbulkan perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Konsep ideal yang akan dikembangkan dalam kurikulum 2013 di antaranya proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning). Student-Centered Learning, yang menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Melalui sistem Student-Centered Learningyang menghargai keunikan individu dari setiap peserta didik, baik dalam minat, bakat, pendapat serta cara dalam gaya belajarnya, tiap peserta didik disiapkan untuk dapat menghargai diri sendiri, orang lain serta perbedaan, menjadi bagian dari masyarakat yang demokratis dan berwawasan global. Sistem pendidikan seperti inilah yang perlu dikembangkan agar materi literasi informasi dapat diterapkan. Keterampilan literasi informasi juga harus didukung oleh keterampilan literasi yang lain, seperti: literasi visual, literasi media, literasi komputer dan literasi digital. Pada penelitian ini keterampilan pendukung literasi informasi dibatasi pada keterampilan literasi digital yang terdiri dari lima standar dasar keterampilan literasi digital : penggunaan komputer dasar (basic computer use), internet, email, pengolah kata (wordprocessing).

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi literasi informasi berbasiskan teknologi informasi serta kompetensi literasi digital sebagai pendukungnya dengan mengacu pada kondisi standar dan objektif yang sudah diterapkan dalam kegiatan pembejaran. Pendekatan deskriptif yang mengacu pada TRAILS (Tool for Real-time Assesment of Literacy Skills) dan SPCLC digital literacy standards

digunakan sebagai metode dalam penelitian ini.

Hasil keterampilan literasi informasi dan literasi digital berbeda pada sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri. Hasil keterampilan literasi informasi di sekolah dasar negeri lebih tinggi dari hasil keterampilan literasi informasi di sekolah dasar swasta, sedangkan hasil keterampilan literasi digital di sekolah dasar swasta lebih tinggi dari hasil keterampilan literasi digital di sekolah dasar negeri. Pada penelitian ini, hasil keterampilan literasi digital belum mendukung hasil keterampilan literasi informasi. Oleh karena itu rekomendasi pengembangan kurikulum diperlukan dengan mengintegrasikan materi literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan komputer dan internet,

(5)

informasi. Sedangkan rekomendasi pengembangan kurikulum yang akan diimplentasikan berupa silabus literasi informasi, program semester literasi informasi, dan rencana pelaksanaan pelajaran yang dapat memberi manfaat sehingga terjadi kolaborasi antara pendidik dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan kualitas peserta didik dengan dukungan kepala sekolah sebagai penyedia lingkungan kolaboratif.

(6)

SUMMARY

RONALD MARSENO. Identification of Information Literacy in order to Conduct Elementary School Curriculum Development. Supervised by WISNU ANANTA KUSUMA and ABDUL RAHMAN SALEH.

At the international level the quality of education in Indonesia still has not moved up. Education for all development index in Indonesia still has not moved from the category of medium. Meanwhile, the era of globalization and the development of information technology has changed very fast in all areas. The concept of the ideal curriculum that will be developed in 2013 includes the student centered learning. Student-Centered Learning, which emphasizes on interests, needs and abilities of individu, promises model that explore the intrinsic motivation to build a learning society. Through Student-Centered Learning system that respects the uniqueness of each individual learner, both in their interests, talents, opinions and ways of learning styles, each student is prepared to be able to respect themselves, others and the difference, to be part of a democratic society and global perspective. This education need to be developed so that the material can be applied to information literacy. Information literacy skills must also be supported by other literacy skills, such as visual literacy, media literacy, computer literacy and digital literacy. In this study, the information literacy skills are limited to the digital literacy skills of five basic standards of digital literacy skills, such as basic computer use, internet, email, word processing.

This study aims to identify information literacy skills using information technology and digital literacy skills referring to standard conditions and objectives that have been implemented in learning activities. Descriptive approach which refers to the TRAILS (Tool for Real-time Assessment of Literacy Skills) and SPCLC digital literacy standards used as a method in this study We investigate the digital literacy skills and the information literacy skills of students from two elementary school in Jakarta.

The results of information literacy skills and digital literacy in private elementary school and state elementary schools are different. The results of information literacy skills in state elementary school is higher those of being resulted in private elementary school, while the digital literacy skills result in private elementary schools the results of digital literacy skills in state elementary school. The results show that the digital literacy skills of the students do not affect to their information literacy skills. Therefore, we recommend to conduct curriculum development which integrate information literacy subject in activities of learning by using computer and internet.

(7)

quality of students with support from school principals as a provider of collaborative enviroment.

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

IDENTIFIKASI LITERASI INFORMASI DALAM RANGKA

PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(11)
(12)

Judul Penelitian : Identifikasi Literasi Informasi Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar

Nama : Ronald Marseno

NRP : G652100075

Program Studi : Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Wisnu Ananta Kusuma ,ST, MT Ketua

Ir. Abdul Rahman Saleh, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

Aziz Kustiyo,S.Si, M.Kom

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah Identifikasi Literasi Informasi Dalam Rangka Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Janti G. Sujana, M.A selaku penguji luar komisi, Bapak Dr. Eng. Wisnu Ananta Kusuma, S.T, M.T, dan Bapak Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc selaku pembimbing, serta Bapak Aziz Kustiyo S.Si, M.Kom selaku ketua Program Studi Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan yang telah banyak memberi bimbingan, saran, dan motivasi. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala SDN 01 Gunung Sahari Utara, Jakarta Pusat atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyebarkan kuesioner dalam mendukung penelitian ini.

Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala SD Santa Ursula, Jakarta beserta rekan-rekan yang selalu mendoakan dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan. Ungkapan terima kasih teristimewa penulis sampaikan kepada orangtua, istri, dan anak yang terkasih dan tersayang atas dukungan doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa. Terakhir, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat dan tenaga administrasi di MTP Ilkom FMIPA IPB atas segala dukungannya sehingga setiap proses dalam menyelesaikan studi ini dapat dilalui oleh penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(14)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan Literasi Informasi 5

2.2 Penerapan Literasi Informasi di Sekolah 5

2.3 Perilaku Pencari Informasi 5

2.4 Model dan Unsur-Unsur Literasi Informasi 6

2.6 Literasi Informasi di Sekolah Madania 8

2.7 Pentingnya Literasi Informasi 8

2.8 Pengembangan Kurikulum 10

2.9 Identifikasi 10

3 METODE PENELITIAN 11

3.1 Kerangka Pemikiran 11

3.2 Metode Penelitian 12

3.3 Tahapan Penelitian 12

3.4 Desain Penelitian 14

3.5 Analisis Data 15

3.6 Tempat Penelitian 15

4 ANALISISDAN PEMBAHASAN 16

4.1 Penentuan Model Literasi Informasi dan Standar Literasi Digital 16

4.2 Karakteristik Responden 16

4.3 Analisis Deskriptif 17

4.4 Topik 1: Library values, task definition ; TRAILS 01: Develope topic 18 4.5 Topik 2: Resource literacy ; TRAILS 02: Identify potential sources 18 4.6Topik 3: Research literacy and organization of information

TRAILS 03: Develop, use, and revise search strategies 19 4.7 Topik 4: Critical literacy ; TRAILS 04: Evaluate sources 20 4.8 Topik 5: Publishing literacy ; TRAILS 05: Recognize how to use

information responsibly, ethically, and legally 20

4.9 Standar dasar penggunaan komputer 22

4.10 Standar dasar internet 23

(15)

4.12 Standar dasar e-mail 26

4.13 Standar dasar pengolah kata 27

4.14 Pembahasan Hasil Analisis 28

4.15 Rekomendasi Pengembangan Kurikulum 31

4.16 Kolaborasi Pendidik dan Pustakawan 33

4.17 Kepala Sekolah Penyedia Lingkungan Kolaboratif 34

5 SIMPULAN DAN SARAN 35

5.1 Simpulan 35

5.2 Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 13

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tingkat pemahaman literasi informasi SD Swasta dan SD Negeri 21 2 Tingkat pemahaman literasi digital SD Swasta dan SD Negeri 28

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Model literasi informasi 9

2 Alur tahapan penelitian 13

3 Prosentase tingkat pemahaman standar dasar penggunaan komputer

sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri 23

4 Prosentase tingkat pemahaman standar dasar internet sekolah dasar

swasta dan sekolah dasar negeri 24

5 Prosentase tingkat pemahaman standar dasar sistem operasi windows

sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri 25

6 Prosentase tingkat pemahaman standar dasar e-mail sekolah dasar

swasta dan sekolah dasar negeri 26

7 Prosentase tingkat pemahaman standar dasar pengolah kata sekolah

dasar swasta dan sekolah dasar negeri 27

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Silabus mata pelajaran komputer sekolah dasar 39

2 Hasil tabulasi keterampilan literasi informasi sekolah dasar swasta 45 3 Hasil tabulasi keterampilan literasi informasi sekolah dasar negeri 47 4 Hasil tabulasi keterampilan literasi digital sekolah dasar swasta 49 5 Hasil tabulasi keterampilan literasi digital sekolah dasar negeri 53

6 Kuesioner literasi informasi 56

7 Kuesioner literasi digital 63

8 Silabus literasi informasi 73

9 Program semester literasi informasi 81

(17)
(18)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia masih stagnan. Indeks pembangunan pendidikan untuk semua (Education for All) di Indonesia masih belum beranjak dari kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke 64 dari 120 negara. Tahun sebelumnya, Indonesia berada di peringkat ke 69 dari 127 negara. Pada tahun 2012, EFA Global Report Monitoring ke 10 memfokuskan perhatian pada pendidikan keterampilan pada jenjang pendidikan dasar, dalam hal ini erat kaitannya dengan keterampilan berliterasi informasi yang memanfaatkan teknologi informasi. Sistem pendidikan kita saat ini dibangun dengan mengacu pada tujuan dari para pendidik bukan peserta didik. Tujuan, materi serta metode pendidikan ditetapkan berdasarkan pada apa yang diinginkan dan dianggap perlu diketahui dan dipelajari oleh peserta didik secara seragam, tanpa memperdulikan keaneka-ragaman kebutuhan, minat, kemampuan serta gaya belajar tiap peserta didik. (Kompas, 2012).

Sementara itu, era globalisasi serta perkembangan teknologi informasi telah menimbulkan perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Batasan wilayah, bahasa dan budaya yang semakin tipis, serta akses informasi yang semakin mudah menyebabkan ilmu pengetahuan dan keahlian yang diperoleh seseorang menjadi cepat usang. Persaingan yang semakin tajam akibat globalisasi serta kondisi perekonomian yang mengalami banyak kesulitan, terutama di Indonesia, membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, memiliki jiwa

enterpreneur serta kepemimpinan. Pendidikan yang menekankan hanya pada proses transfer ilmu pengetahuan tidak lagi relevan, karena hanya akan menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan masa lampau, tanpa dapat mengadaptasinya dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Pendidikan yang seperti ini belum menekankan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning).

Konsep ideal yang akan dikembangkan dalam kurikulum 2013 diantaranya proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning).

(19)

2

Seiring dengan kemajuan teknologi dan media, ledakan informasi yang berlipat ganda di masyarakat tidak terhindarkan dan merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi kehidupan kita. Kebutuhan akan informasi dalam berbagai bidang kehidupan dirasakan semakin mendesak. Bukan hanya dalam bidang ekonomi, kebutuhan akan pengelolaan dan penemuan kembali informasi yang dibutuhkan dari rimba raya informasi yang tersedia telah merambah berbagai bidang, diantaranya bidang pendidikan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang tepat guna meningkatkan kualitas hidup diperlukan seperangkat keterampilan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi atau keputusan yang harus dibuat, menentukan sumber informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian masalah itu, kemudian mengakses informasi, dan menggunakannya menjadi semakin penting.

Seperangkat keterampilan inilah yang disebut literasi informasi. Keterampilan ini semakin berperan penting karena keterampilan inilah yang akan melengkapi peserta didik yang dapat berpikir dan berperilaku kritis sebagai pembelajar mandiri sepanjang hayat. Literasi informasi didefinisikan lebih dari sekedar menggunakan teknologi dalam memperoleh informasi seperti pemanfaatan internet dan e-book, atau pendidikan pemakai perpustakaan (pengguna perpustakaan) yang telah menjadi yang telah menjadi salah satu layanan umum dalam sebuah perpustakaan (APISI, 2007).

Penelitian tentang literasi informasi di Indonesia pernah dilakukan oleh Rindyasari (2008) yang bertujuan untuk mengetahui literasi informasi bagi pendidik kemudian menerapkannya pada proses pembelajaran di SMA Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu, Jakarta. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Indah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Perancangan Pembelajaran Literasi Informasi Berbasis Web di Perpustakaan Sekolah. Sebelumnya terdapat penelitian yang dilakukan Listika (2009) yang bertujuan untuk mengetahui literasi informasi mahasiswa semester VII Universitas Sumatera Utara program studi ilmu perpustakaan. Kemudian penelitian tersebut dilanjutkan dalam penelitian ini dengan mengidentifikasi keterampilan literasi informasi serta keterampilan literasi digital sebagai pendukungnya dalam rangka pengembangan kurikulum.

Penelitian literasi digital sebelumnya pernah dilakukan oleh sekelompok mahasiswa MBA untuk mensurvey kemudian merekomendasikan apa yang diperlukan untuk meningkatkan dasar-dasar keterampilan menggunakan teknologi informasi bagi peserta didik (Anzalone, 2009). Kemudian penelitian tersebut dilanjutkan oleh Nelson (2011) dari University of Tampa, USA yang menginvestigasi keterampilan literasi digital peserta didik dari berbagai program studi yang bertujuan untuk pengembangan kurikulum.

1.2 Perumusan Masalah

(20)

Keadaan seperti ini juga membuat sekolah dasar pada umumnya masih menerapkan pola pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher centered learning). Orientasi pendidik masih mengejar target dalam memenuhi tuntutan kurikulum, sehingga pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik masih belum terlaksana hampir di setiap mata pelajaran yang diajarkan. Dalam indikator kompetensi inti dan kompetensi dasar, keterampilan untuk mengakses dan menelusur informasi untuk mencari sumber belajar masih belum diajarkan. Sumber belajar pun masih mengandalkan buku teks, hal ini terlihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh pendidik.

Dalam penjabaran visi misi sekolah dimana penulis berkarya terdapat beberapa hal yang dapat menunjang pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning), diantaranya: mengembangkan semua potensi kecerdasan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini tentu erat kaitannya dalam pengembangan kurikulum dengan mengintegrasikan materi literasi informasi yang memanfaatkan teknologi informasi didalamnya.

Berdasarkan berbagai latar belakang tersebut, pada penelitian ini akan diteliti apakah literasi informasi perlu dimasukkan kedalam kurikulum atau menjadi bagian dari kurikulum. Hal ini sejalan dengan ditetapkannya kurikulum baru yang memiliki kecenderungan perubahan pola pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher centered learning) ke pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning).

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengidentifikasi literasi informasi berbasiskan teknologi informasi dengan kondisi standar dan objektif yang sudah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

b. Mengidentifikasi keterampilan literasi digital dengan melihat kondisi objektif hasil pengamatan dan jawaban dari angket kuesioner yang mengacu pada standar yang telah ditetapkan.

c. Pengembangan kurikulum dengan mengintegrasikan materi literasi dalam kegiatan pembelajaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memberikan dasar kebijakan bagi pemangku kepentingan dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning).

b. Memberikan landasan pokok dan kerangka kerja yang diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi perpustakaan sebagai pusat dokumentasi dan informasi dalam mengembangkan sumber belajar.

(21)

4

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Model literasi informasi yang akan diterapkan adalah perpaduan model Big 6 skills Shapiro dan Hughes yang secara obyektif sudah diterapkan di Sekolah Madania dimana sekolah tersebut dijadikan benchmark dalam penelitian ini.

b. Peserta yang akan dijadikan sampel dalam pengisian angket kuesioner, adalah : peserta didik kelas 5 SD.

(22)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan Literasi Informasi

Kegiatan belajar mengajar di sekolah selalu mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia, termasuk juga bila satuan pendidikan ingin menerapkan literasi informasi dimana ada keterkaitan antara Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia dengan literasi informasi. Tujuan pendidikan, prinsip penyelenggaraan, visi pendidikan, serta rencana pendidikan nasional di Indonesia akan nampak sekali bertautan dengan prinsip-prinsip literasi informasi dalam dunia pendidikan. Dari gambaran berikut, akan nampak bahwa literasi informasi memiliki peranan dan dibutuhkan dalam menunjang sistem pendidikan di Indonesia secara menyeluruh.

2.1.1 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

a. Salah satu tujuan Pendidikan Nasional yang juga merupakan prinsip literasi informasi adalah mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

b. Prinsip penyelenggaran pendidikan dan literasi informasi adalah mewujudkan manusia pembelajar seumur hidup.

c. Visi Pendidikan Nasional tahun 2025 adalah menghasilkan insan cerdas dan kompetitif (insan kamil / insan paripurna). Literasi informasi, jika diterapkan dengan konsisten dan didukung dengan sumber daya insani yang profesional, sarana dan prasarana pendidikan yang menunjang tentunya akan berjalan beriringan dengan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai visi tersebut. 2.2 Penerapan Literasi Informasi di Sekolah

Barbara Humes (2000) memaparkan hasil penelitian yang mengungkap faktor penting yang menghasilkan integrasi dari keterampilan literasi informasi dan kurikulum sekolah:

a. Sekolah memiliki kemauan kuat untuk menghasilkan peserta didik yang berkemampuan tinggi dalam berpikir kritis, penyelesaian masalah, dan kemampuan berliterasi informasi.

b. Manajemen perpustakaan memiliki komitmen jangka panjang untuk mengintegrasikan mata pelajaran perpustakaan dalam kurikulum sekolah. c. Tenaga pendidik dan pustakawan bekerja sama dalam pengembangan

kurikulum.

2.3 Literasi Informasi

(23)

6

Behrens (1999) menengarai munculnya berbagai definisi. Ragam definisi tersebut akan mempengaruhi konsep perpustakaan masa depan maupun profesi pustakawan sebagai bagian dari pengelola informasi profesional. Demikian juga berpengaruh pada pandangan, sikap, dan tuntutan terhadap kelengkapan informasi. Behrens juga menyatakan bahwa pengaruh teknologi informasi ikut menentukan perkembangan konsep literasi informasi dan teknologi informasi menjadi fitur penting dari literasi informasi.

Pada tahun 1987 American Library Association membentuk komisi tentang literasi informasi dengan tugas mengkaji peran informasi di dunia pendidikan, bisnis, pemerintahan, dan kehidupan sehari-hari. Komisi tersebut juga ditugaskan untuk merancang model agar literasi informasi dapat mendukung proses belajar pada seluruh tingkat pembelajaran baik formal maupun informal. Laporan akhir

American Library Association 1989, menyatakan bahwa: Seseorang yang memiliki keterampilan literasi informasi adalah yang telah belajar bagaimana belajar. Mereka mengetahui bagaimana harus belajar karena mereka mengetahui organisasi pengetahuan, memahami cara menemukan informasi, dan menggunakan / memanfaatkan informasi sedemikian rupa sehingga pihak lain dapat belajar darinya. Mereka adalah orang yang disiapkan untuk belajar sepanjang hayat karena mereka selalu dapat menemukan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau mengambil keputusan. (ALA, 1989).

Laporan ALA tersebut menekankan pentingnya literasi informasi dalam proses belajar, meniti karir, melakukan bisnis, dan menjalani hidup sebagai warga negara. Selain itu ditunjukkan juga bagaimana literasi informasi berjalan selaras dengan reformasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai pendidikan menengah atas. Beberapa saran yang diberikan (ALA, 1989) antara lain:

a. Asosiasi pustakawan hendaknya lebih erat bekerja sama dengan asosiasi profesi lain untuk mempromosikan literasi informasi.

b. Dinas pendidikan di setiap negara bagian di setiap negara bagian memasukkan literasi informasi dalam kurikulum pendidikan tinggi.

c. Tenaga pendidik harus mengenalkan konsep literasi informasi bagi semua calon tenaga pendidik.

2.4 Model dan Unsur-Unsur Literasi Informasi

Ada berbagai model literasi informasi yang dikembangkan untuk mengajarkan literasi informasi bagi peserta didik. Model-model literasi informasi merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan peserta didik untuk memiliki kemampuan mencari informasi dengan tepat. Ada beberapa model, diantaranya:

2.4.1 Big 6

(24)

pemecahan masalah sebab dengan menggunakan model ini peserta didik dapat menangani berbagai masalah, pekerjaan rumah, pengambilan keputusan, dan tugas sekolah. Sekolah Madania yang menjadi benchmark dalam penelitian ini memilih perpaduan model literasi informasi salah satu diantaranya model Big 6 yang akan dideskripsikan lebih lanjut dalam tulisan ini.

2.4.2 Association for College and Research Libraries (ACRL 2000)

ACRL adalah asosiasi bagi komunitas akademik dan penelitian. Melalui keanggotaan di ACRL, maka setiap anggota memiliki akses ke beragam manfaat yang meningkatkan pengetahuan dan keahlian pustakawan. Standar kompetensi literasi informasi yang ditetapkan oleh Association for College and Research

(ACRL 2000), adalah: menentukan batas informasi yang diperlukan, mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis, menggabungkan sejumlah informasi terpilih untuk menjadi dasar pengetahuan seseorang, menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu, mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal. Standar kompetensi literasi informasi pada Sekolah Madania yang menjadi benchmark dalam penelitian ini mengacu pada standar ACRL.

Berbagai model literasi informasi menggunakan terminologi yang beragam, namun pada dasarnya memiliki kesamaan dalam proses pelaksanaanya yang mencakup langkah berikut: mendefinisikan kebutuhan informasi, menemukan sumber-sumber informasi, memilih informasi yang relevan atau sesuai, mengatur dan memproses informasi yang ditentukan, menciptakan dan berbagi, mengevaluasi proses dan hasil.

2.5 Literasi Digital dan Standar Literasi Digital

Salah satu tantangan dalam kegiatan belajar mengajar di era teknologi pada abad 21 ini mencakup informasi, digital, dan keterampilan visual untuk mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Gilster (1997) pertama kali mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari berbagai sumber melalui perangkat komputer.

Menurut Eisenberg (2004), ditengah keberagaman bentuk dan jenis informasi, maka kita dituntut tidak hanya dapat membaca dan menulis bahan tertulis (dalam bentuk buku atau tercetak) saja, tetapi juga bentuk-bentuk (format) lain seiring dengan perkembangan teknologi. Masih menurut Eisenberg (2004), selain memiliki keterampilan literasi informasi, seseorang (dalam hal ini peserta didik) juga harus dibekali dengan keterampilan literasi yang lain, salah satunya keterampilan literasi digital. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan standar literasi digital untuk mengidentifikasi keterampilan peserta didik dalam mendukung penerapan literasi berbasis teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran.

(25)

8

profit, perpustakaan, distrik sekolah, lembaga negara, dan dari berbagai perwakilan konsorsium lainnya. SPCLC bertujuan untuk mengembangkan standar dasar literasi digital yang akan memfasilitasi pemberdayaan masyarakat yang ingin meningkatkan keterampilan teknologi dalam kegiatan sehari-hari, persiapan dalam mencari kerja, serta sebagai sarana dalam membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Berikut lima standar dasar literasi digital SPCLC, terdiri dari : penggunaan komputer dasar (basic computer use), internet, email, pengolah kata (wordprocessing). Sekolah yang pernah dijadikan proyek dalam mengidentifikasi literasi digital adalah Northstar Distric School di Amerika Serikat.

2.6 Literasi Informasi di Sekolah Madania

Sekolah yang sudah menerapkan literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran adalah Sekolah Madania, Parung dan menjadi best practice dalam penelitian ini. Sekolah Madania, Parung memilih perpaduan model Big 6 skills dengan model 7 keterampilan literasi informasi Shaphiro dan Hughes. Perpaduan antara model Big 6 skills dengan model 7 keterampilan literasi informasi Shaphiro dan Hughes menjadi dasar pengembangan perancangan pembelajaran literasi informasi berbasis web. Penggabungan model Big 6 skills dengan model 7 keterampilan literasi informasi Shaphiro dan Hughes dinilai paling mewakili kebutuhan literasi informasi bagi peserta didik di era informasi yang berkembang begitu pesat.

Model Big 6 skills telah dikembangkan di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura dan cocok untuk diterapkan bagi siswa dari segala usia yakni sejak TK hingga level kelas 12 (Berkowitz & Eisenberg, 1990). Sedangkan model 7 keterampilan literasi informasi Shaphiro dan Hughes mengakomodir keterampilan dalam menggunakan komputer dan mengakses informasi dengan terlebih dahulu mengkritisi informasi itu sendiri dalam konteks budaya, sosial dan filosofi. Deskripsi penerapan masing-masing unit dalam model pembelajaran literasi informasi di perpustakaan Sekolah Madania akan dipaparkan pada bagian pembahasan dalam tulisan ini.

2.7 Pentingnya Literasi Informasi

Dalam tataran pendidikan formal, tenaga pendidik tidak lagi menjadi satu-satunya narasumber informasi. Peserta didik pasti membutuhkan sumber-sumber informasi dari media lain seperti media cetak, audio, visual, audio visual, dan sebagainya. Pembelajaran juga sudah bukan zamannya lagi dilakukan secara satu arah yaitu metode teacher centered (berpusat pada tenaga pendidik). Perubahan pengajaran menjadi student centered (berpusat pada peserta didik) merupakan salah satu metode yang akan diterapkan dalam kurikulum 2013.

(26)

sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Berkaitan dengan esensi kebijakan produktif, kreatif, dan inovatif pengembangan kurikulum dengan mengintegrasikan materi literasi dalam pembelajaran dapat diterapkan.

Pembekalan keterampilan literasi informasi dalam konteks pembelajaran merupakan sebuah upaya dalam mewujudkan pembelajar yang mandiri sepanjang hayat sejalan dengan Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 1. Dengan demikian setelah peserta didik melampaui pendidikan formal tingkat dasar dan menengah yang telah memperlengkapi mereka dengan keterampilan literasi informasi maka mereka akan membawa keterampilan ini masuk dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Lebih dari itu, dalam menghadapi masalah di segala aspek kehidupan mereka, keterampilan ini akan sangat menolong mereka dalam membuat keputusan yang tepat. Akhirnya, pembelajaran seumur hidup diharapkan menjadi bagian dari gaya hidup.

(27)

10

2.8 Pengembangan Kurikulum

Sapriya dkk (2009) menjelaskan bahwa pada umumnya kurikulum terkait dengan pengalaman yang harus dikuasai dan rencana serta target yang perlu dicapai. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu.

Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 kemudian direvisi menjadi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), maka tidak ada lagi kurikulum yang bersifat terpusat pada kurikulum nasional sehingga dalam penyusunan dan operasionalnya menjadi kewenangan masing-masing satuan pendidikan. Satu hal yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan kurikulum adalah tantangan zaman dalam bidang pengembangan karakter bangsa menjawab kemajuan aneka teknologi yang berkembang cepat didukung dengan canggihnya informasi komunikasi di era digital (Educare, 2013). Dengan demikian pengembangan kurikulum dengan mengintegrasikan meteri literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran dapat diterapkan.

2.9 Identifikasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004) kata identifikasi, (meng) identifikasi berarti menentukan, kemudian menetapkan. Dalam penelitian ini, identifikasi merupakan suatu proses untuk menentukan secara objektif tentang literasi informasi berbasis teknologi informasi yang sudah diterapkan beserta kompetensi literasi digital sebagai pendukungnya, kemudian mempertimbangkan untuk menetapkan apa yang akan diimplementasikan disesuaikan dengan kondisi terkini.

Identifikasi untuk mengetahui kebutuhan pembelajaran literasi informasi berbasis teknologi informasi serta kompetensi literasi informasi yang dimiliki peserta didik menggunakan model literasi informasi yang telah diterapkan di sekolah Madania. Untuk kuesioner mengacu pada standar yang dibuat oleh

TRAILS (Tools for Real Time Assesment of Information Literacy Skill) dan untuk pertanyaannya disesuaikan dengan kurikulum pembelajaran yang berlaku di Indonesia. TRAILS merupakan proyek Kent State University Libraries Amerika Serikat sebagai alat yang akan memberikan gambaran tentang pemahaman terhadap konsep literasi informasi bagi peserta didik dari tingkat pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan menengah. TRAILS telah digunakan lebih dari 8.900 pustakawan di Amerika Serikat dan 30 negara serta diberikan lebih dari 288.000 peserta didik.

Dalam penelitian ini model dan unsur-unsur literasi informasi yang diterapkan di sekolah Madania, serta SPCLC digital literacy standards dijadikan

(28)

3

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berfokus di pendidikan dasar, dimana tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri mengikuti pendidikan menengah (BSNP, 2006). Sistem pendidikan kita dewasa ini sebagian besar dibangun dengan mengacu pada pendidik bukan peserta didik.

Pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student-Centered Learning), yang menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan. Melalui sistem Student-Centered Learning yang menghargai keunikan individu dari setiap peserta didik, baik dalam minat, bakat, pendapat serta cara dalam gaya belajarnya, tiap peserta didik disiapkan untuk dapat menghargai diri sendiri, orang lain serta perbedaan, menjadi bagian dari masyarakat yang demokratis dan berwawasan global. Sistem pendidikan seperti inilah yang perlu dikembangkan agar materi literasi informasi dapat diterapkan.

Di tengah keberagaman bentuk dan jenis informasi, maka kita (dalam hal ini peserta didik) dituntut tidak hanya dapat membaca dan menulis bahan tertulis (dalam bentuk buku atau tercetak saja), tetapi juga bentuk-bentuk lain seiring dengan perkembangan teknologi. Menurut Eisenberg (2004), keterampilan literasi informasi juga harus didukung oleh keterampilan literasi yang lain, seperti: literasi visual, literasi media, literasi komputer dan literasi digital. Pada penelitian ini keterampilan pendukung literasi informasi dibatasi pada keterampilan literasi digital yang terdiri dari lima standar dasar keterampilan literasi digital: penggunaan komputer dasar (basic computer use), internet, email, pengolah kata (wordprocessing).

(29)

12

3.2 Metode Penelitian

Untuk melakukan penelitian, peneliti membutuhkan metode yang tepat dan mungkin dapat dilakukan. Pendekatan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif, menurut Sugiyono (2006) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. Pada penelitian ini, penulis memaparkan data yang diperoleh dari responden (dalam hal ini peserta didik) melalui angket kuesioner untuk selanjutnya dirumuskan dan diinterprestasikan. Sebelum memaparkan, penulis menyebarkan angket kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan daftar cocok (checklist). Sedangkan angket kuesioner menurut Sulistiyo-Basuki (2010) adalah pertanyaan terstruktur yang diisi langsung oleh responden atau diisi oleh pewawancara.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengidentifikasi model dan unsur-unsur literasi informasi berbasis teknologi informasi, serta kompetensi literasi digital sebagai pendukungnya yang diperoleh melalui studi pustaka. Kemudian menganalisis model dan unsur-unsur literasi informasi dengan mengacu pada model dan unsur-unsur literasi informasi yang sudah diterapkan di Sekolah Madania, Parung. Analisis ini melalui angket kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang mengacu pada TRAILS (Tool for Real-time Assesment of Literacy Skills). Untuk mengidentifikasi kompetensi literasi digital sebagai pendukungnya melalui angket kuesioner yang berisi daftar cocok (checklist) yang mengacu pada standar dasar yang dikeluarkan oleh SPCLC digital literacy standards, terdiri dari : penggunaan komputer dasar (basic computer use), internet, sistem operasi windows,

email, pengolah kata (word processing).

Dengan cara ini dapat diketahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap literasi informasi berbasis teknologi informasi dan kompetensi literasi digital sebagai pendukungnya. Selanjutnya diolah, dianalisis, untuk diidentifikasi kemudian merekomendasikan untuk ditetapkan menjadi bagian dari pengembangan kurikulum. 3.3 Tahapan Penelitian

3.3.1 Studi Pustaka dan Studi Implementatif

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan pemahaman tentang model dan unsur-unsur literasi informasi, serta standar literasi digital sebagai pendukungnya.

Studi implementatif dilakukan untuk mendapatkan pemahaman secara objektif tentang model dan unsur-unsur literasi informasi, serta standar literasi digital sebagai pendukungnya untuk dijadikan benchmark kemudian menjadikannya acuan dalam penelitian ini.

3.3.2 Pengumplan Data

(30)

Untuk tahapan langkah-langkah penelitian selanjutnya, bisa dilihat pada gambar langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

Pengumpulan Data

- Sumber informasi berupa model dan unsur-unsur literasi informasi, serta standar literasi digital.

- Memaparkan model literasi informasi berbasis teknologi informasi dan kompetensi literasi digital pendukung dalam pelaksanaannya.

- Observasi dan wawancara tentang pembelajaran literasi informasi berbasis teknologi informasi.

Analisis Data

- Mengidentifikasi model literasi informasi dengan kondisi standar dan objektif yang sudah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan acuan yang telah dijadikan

benchmark.

- Mengidentifikasi literasi digital dengan kondisi objektif hasil jawaban dari angket kuesioner berdasarkan standar yang telah dijadikan benchmark.

- Merumuskan dan merekomendasikan pengembangan

kurikulum dengan mengintegrasikan materi literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran.

Desain Penelitian: Identifikasi - Membuat kuesioner tentang literasi informasi berbasis

teknologi informasi dan keterampulan literasi digital sebagai pendukungnya.

- Analisis data hasil jawaban dari kuesioner tentang model literasi informasi berbasis teknologi informasi beserta kompetensi literasi digital sebagai pendukungnya.

Studi Pustaka dan Studi Implementatif

Kesimpulan dan saran Mulai

Selesai

(31)

14

3.4 Desain Penelitian

Berdasarkan data awal dibuat desain penelitian, yaitu proses yang diperlukan dalam perencanaan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan mengidentifikasi, dimana identifikasi merupakan suatu proses untuk menentukan secara objektif tentang literasi informasi berbasis teknologi informasi yang sudah diterapkan beserta kompetensi literasi digital sebagai pendukungnya, kemudian mempertimbangkan untuk menetapkan apa yang akan diimplementasikan disesuaikan dengan kondisi terkini.

3.4.1 Pembuatan indikator kuesioner

Pembuatan indikator kuesioner, indikator dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan kuesioner. Pada penelitian ini indikator kuesioner yang dibuat adalah jenis indikator untuk daftar pertanyaan dan daftar cocok (checklist). Berikut 6 indikator yang dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan kuesioner dalam mengidentifikasi :

a. Indikator model dan unsur-unsur literasi informasi. b. Indikator standar dasar penggunaan komputer. c. Indikator standar dasar internet.

d. Indikator standar dasar sistem operasi windows. e. Indikator standar dasar e-mail.

f. Indikator standar dasar pengolah kata.

3.4.2 Kuesioner dan Analisis data hasil kuesioner

Daftar pertanyaan dan daftar cocok (checklist) dibuat berdasarkan indikator daftar pertanyaan dan daftar cocok (checklist). Kuesioner ditujukan kepada peserta didik kelas 5 SD yang dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini sampel sama dengan populasi, karena seluruh peserta didik kelas 5 SD diikutsertakan dalam pengisian angket kuesioner.

(32)

3.5 AnalisisData

a. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi obyektif model dan unsur-unsur literasi informasi, serta standar literasi digital untuk dijadikan benchmark, kemudian menjadikannya acuan dalam penelitian.

b. Menentukan secara obyektif tentang literasi informasi berbasis teknologi informasi yang sudah diterapkan, serta standar literasi digital sebagai pendukungnya.

c. Merumuskan dan merekomendasikan agar literasi informasi bisa menjadi bagian dalam pengembangan kurikulum di sekolah.

d. Analisis jawaban hasil kuesioner ditabulasi, diolah, diprosentase menggunakan MS Excell, kemudian hasilnya ditafsirkan dalam bentuk prosentase pemahaman Untuk menafsirkan besarnya prosentase yang didapat dari tabulasi data, penulis menggunakan skala :

1 % - 20 % sangat kurang paham 21 % - 40 % kurang paham

41 % - 60 % rata-rata paham 61 % - 80 % paham

81 % - 100 % sangat paham 3.6 Tempat Penelitian

(33)

16

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Model Literasi Informasi dan Standar Literasi Digital

Sesuai model pembelajaran literasi informasi yang akan dijadikan indikator dalam membuat angket kuesioner telah diuraikan pada Bab II, model literasi infornasi berbasis teknologi informasi mengacu pada model literasi informasi yang diterapkan di Sekolah Madania, Parung dimana model tersebut menjadi best practice dalam penelitian ini. Untuk angket kuesioner yang berisi daftar pertanyaan mengacu pada Tools for Real Time Assesment of Information Literacy Skill (TRAILS), dimana TRAILS merupakan proyek Kent State University Libraries di Amerika Serikat sebagai alat yang akan memberikan gambaran tentang pemahaman terhadap konsep literasi informasi bagi peserta didik dari tingkat pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan menengah.

Sebagai pendukung dalam meningkatkan keterampilan literasi informasi ditengah keberagaman bentuk dan jenis informasi, seseorang (dalam hal ini peserta didik) juga harus dibekali dengan keterampilan literasi yang lain, keterampilan tersebut adalah keterampilan literasi digital. Berkaitan dengan hal tersebut juga telah diuraikan pada Bab II diperlukan standar literasi digital untuk mengidentifikasi keterampilan peserta didik dalam mendukung penerapan literasi berbasis teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran. Standar tersebut adalah SPCLC Digital Literacy Standards yang akan dijadikan benchmark, kemudian menjadikannya acuan dalam penelitian ini.

4.2 Karakteristik Responden

Sebelum menetapkan responden, peneliti harus menentukan populasi dimana objek atau sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2000), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(34)

4.3 Analisis Deskriptif

Kegiatan pada penelitian ini adalah identifikasi keterampilan informasi berbasis teknologi informasi serta indentifikasi keterampilan literasi digital sebagai pendukungnya dalam rangka pengembangan kurikulum di Sekolah Dasar. Untuk mengetahui tingkat pemahaman literasi informasi, maka dibuatlah kuesioner dan rumusan yang bersifat umum yang dapat diterapkan pada setiap topik. Kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terdiri dari 5 topik materi dengan 25 pertanyaan. Setiap pertanyaan memiliki nilai 4 untuk setiap jawabannya, sehingga setiap topik materi memiliki skor berdasar atas jumlah pertanyaan dalam setiap topik materi tersebut. Jika diasumsikan P = jumlah skor, yaitu jumlah dari nilai jawaban benar, Q (jumlah skor maksimal) = nilai x jumlah pertanyaan, dan R = jumlah peserta didik , maka rumusan dari setiap topik:

Tingkat Pemahaman = P

Q*R * 100 %

Seterlah mendapat hasil prosentase pemahaman dari setiap topik, maka rumusan untuk mengetahui prosentase tingkat pemahaman secara keseluruhan :

Tingkat Pemahaman=

Tingkat Pemahaman 5

Kegiatan selanjutnya dalam penelitian ini adalah identifikasi keterampilan yang mendukung keterampilan literasi informasi. Keterampilan pendukung dalam penelitian ini adalah keterampilan literasi digital, dimana keterampilan tersebut merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari berbagai sumber melalui perangkat komputer. Untuk mengetahui tingkat pemahaman literasi digital, maka dibuatlah kuesioner yang berupa daftar cocok (checklist). Daftar cocok (checklist) tersebut terdapat 5 indikator yang terdiri dari : standar dasar penggunaan komputer, internet, sistem operasi windows, e-mail, word processing (pengolah kata). Untuk memahami tingkat pemahaman dalam literasi digital terdapat 3 kategori dalam setiap indikator, yang terdiri dari belum paham, perlu bimbingan, dan paham.

Jika diasumsikan A = belum paham; B = perlu bimbingan; dan C = paham, maka rumusan dalam menentukan prosentase pemahaman untuk A, B, dan C =

Tingkat Pemahaman = ∑ Jawaban

∑ Pernyataan * ∑ Peserta didik

* 100 %

(35)

18

4.4 Topik 1: Library values, task definition ; TRAILS 01: Develope topic

Langkah pertama dalam strategi literasi informasi adalah memperjelas dan memahami persyaratan permasalahan atau suatu tugas. Seseorang perlu mengetahui lebih dulu dengan pasti permasalahan apa yang harus dipecahkan. Pertanyaan mendasar apa yang perlu mereka cari jawabannya. Setelah mengetahui dengan permasalahannya, kemudian langkah selanjutnya adalah mencari tahu informasi apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut. Pada topik ini juga memberi kesempatan bagi pihak perpustakaan melalui Library Values

untuk mensosialisasikan aturan dan prosedur dalam bentuk tata tertib perpustakaan, serta program perpustakaan kepada peserta didik sehingga peserta didik memiliki wawasan yang baik tentang bagaimana menjadi pemustaka yang baik.

Pada topik 1 ini terdapat 5 pertanyaan. Berkaitan dengan daftar pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan dan sesuai dengan rumusan yang telah dipaparkan, maka prosentase tingkat pemahaman dari kedua sekolah tersebut: Topik 1: Library values, task definition ; TRAILS 01: Develope topic. {20} Tingkat Pemahaman= P

Q*R * 100 %

Tingkat pemahaman di sekolah dasar swasta = 348

(20*70) * 100 % = 24,86 %

Tingkat pemahaman di sekolah dasar negeri =

232

(20*32) * 100 % = 36,25 %

4.5 Topik 2: Resource literacy ; TRAILS 02: Identify potential sources

Daftar pertanyaan dalam angket kuesioner pada topik yamg kedua ini berisi panduan untuk memahami bentuk, format, lokasi, dan cara mendapatkan sumber daya informasi. Topik ini diharapkan peserta didik dapat mengetahui permasalahan yang dibahas dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kemudian peserta didik mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang diperlukan. Pada topik 2 ini terdapat 3 pertanyaan. Berkaitan dengan daftar pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan dan sesuai dengan rumusan yang telah dipaparkan, maka prosentase tingkat pemahaman dari kedua sekolah tersebut:

Tingkat Pemahaman= P

Q*R * 100 %

Tingkat pemahaman di sekolah dasar swasta =

680

(36)

Tingkat pemahaman di sekolah dasar negeri = 296

(12*32) * 100 % = 77,08 %

4.6 Topik 3: Research literacy and organization of information ; TRAILS 03: Develop, use, and revise search strategies

Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bila mengacu best practice yang telah diterapkan di Sekolah Madania, Parung dan daftar pertanyaan pada angket kuesioner yang mengacu pada Tools for Real Time Assesment of Information Literacy Skill (TRAILS), maka daftar pertanyaan pada angket kuesioner di topik ini merupakan gabungan dari topik research literacy and organization of information.

Setelah mengetahui masalah dan dapat mengidentifikasi sumber informasi, maka langkah selanjutnya pada topik ini adalah bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Daftar pertanyaan dalam angket kuesioner pada topik ini peserta didik menjawab pertanyaan, dimana saya dapat memperoleh informasi ini, dari sumber-sumber informasi apa yang digunakan untuk mendapat informasi yang diperlukan. Variasi sunber informasi sangat tergantung dari karakter tugas atau masalah. Sumber ini meliputi buku, ensiklopedia, peta, almanak, serta sumber-sumber lain termasuk strategi dalam menelusur informasi di internet.

Topik selanjutnya mulai dilakukan pengorganisasian atas informasi yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan dan solusi permasalahan yang dihadapi. Daftar pertanyaan dalam angket kuesioner pada topik ini diharapkan peserta didik dapat membedakan antara fakta dan opini, membandingkan karakter yang hampir sama, menyadari beragam interprestasi dari data, mencari informasi tambahan apabila masih diperlukan, menyusun ide dan informasi secara logis. Pada topik ketiga inilah keterampilan menggunakan perpustakaan menjadi sangat penting.

Pada topik 3 ini terdapat 4 pertanyaan. Berkaitan dengan daftar pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan dan sesuai dengan rumusan yang telah dipaparkan, maka prosentase tingkat pemahaman dari kedua sekolah tersebut:

Tingkat Pemahaman = P

Q*R * 100 %

Tingkat pemahaman di sekolah dasar swasta = 376

(16*70) * 100 % = 33,57 %

Tingkat pemahaman di sekolah dasar negeri = 196

(37)

20

4.7 Topik 4: Critical literacy ; TRAILS 04: Evaluate sources

Topik evaluasi adalah saat peserta didik menilai bagaimana produk akhir informasi yang dihasilkan itu menjawab pertanyaan pada langkah pertama atau tidak. Bagaimana peserta didik mengevaluasi secara kritis penyelesaian tugas atau pemahaman baru atas permasalahan. Apakah permasalahan itu berhasil dipecahkan?, Adakah cara pemecahan yang lain, dan sebaik apa tugas itu diselesaikan?, Selain itu proses pemecahannya juga perlu dievaluasi. Adakah hal-hal yang perlu diperbaiki untuk penyelesaian masalah lainnya di lain waktu ?, Evaluasi ini dapat dilakukan secara mandiri maupun masukan dari pihak lain, seperti dari pendidik (guru yang memberi tugas), dan tenaga kependidikan (pustakawan yang mendampingi dalam menemukan informasi tersebut).

Pada topik 4 ini terdapat 5 pertanyaan. Berkaitan dengan daftar pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan dan sesuai dengan rumusan yang telah dipaparkan, maka prosentase tingkat pemahaman dari kedua sekolah tersebut : Tingkat Pemahaman= P

Q*R * 100 %

Tingkat pemahaman di sekolah dasar swasta =

420

(20*70) * 100 % = 30 %

Tingkat pemahaman di sekolah dasar negeri = 252

(20*32) * 100 % = 39,38 %

4.8 Topik 5: Publishing literacy ; TRAILS 05: Recognize how to use information responsibly, ethically, and legally

Pada topik yang terakhir ini, peserta didik diharapkan sudah mampu menyusun informasi yang diperoleh dari langkah sebelumnya menjadi suatu tulisan yang terstruktur misalnya dalam bentuk karya tulis sederhana yang harus dibuat menjelang ujian akhir bagi peserta didik di sekolah dasar. Bentuk jawaban harus bisa menjawab permasalahan yang sudah ditetapkan pada topik pertama. Dengan kata lain, solusi atas permasalahan itu disampaikan kepada pihak terkait dalam format yang tepat dengan mengacu pada pedoman yang telah disepakati bersama. Keterampilan literasi informasi pada topik ini diharapkan peserta didik mampu menampilkan dan mengkomunikasikan hasil informasi yang dimiliki dalam format baru secara etis dan legal dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Pada topik 5 ini terdapat 8 pertanyaan. Berkaitan dengan daftar pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan dan sesuai dengan rumusan yang telah dipaparkan, maka prosentase tingkat pemahaman dari kedua sekolah tersebut: Tingkat Pemahaman = P

Q*R * 100 %

Tingkat pemahaman di sekolah dasar swasta = 1224

(38)

Tingkat pemahaman di sekolah dasar negeri = 524

(32*32) * 100 % = 51,17 %

Total tingkat pemahaman literasi informasi di sekolah dasar swasta: Tingkat Pemahaman=

Tingkat Pemahaman

5 24,86+80,95+33,57+30+54,64

5 =

44,80 %

Total tingkat pemahaman literasi informasi di sekolah dasar negeri: Tingkat Pemahaman=

Tingkat Pemahaman

5

36,25+77,08+38,28+39,38+51,17

5 =

48,43 %

Rekapitulasi tingkat pemahaman literasi informasi pada sekolah dasar swasta dan negeri ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Tingkat Pemahaman Literasi Informasi SD Swasta dan SD Negeri

No. Topik

Prosentase Pemahaman (%)

SDS SDN

1 Orientasi Perpustakaan 24.86 36.25

2 Identifikasi sumber Informasi 80.95 77.08

3 Penelusuran dan Organisasi

Informasi 33.57 38.28

4 Evaluasi Informasi 30 39.38

5 Penyajian Informasi 54.64 51.17

∑ 224.02 242.16

Tingkat

44.8 48.43

Pemahaman

(39)

22

keterampilan tersebut merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari berbagai sumber melalui perangkat komputer. Berkaitan dengan hal ini dapat dianalogikan bagaimana seseorang (dalam hal ini peserta didik) dapat mengakses informasi bila belum memiliki keterampilan dasar menggunakan komputer, seperti: menghidupkan dan mematikan komputer, mengenal, mengidentifikasi perangkat keras komputer tertentu: monitor, printer, keyboard, dan sebagainya yang merupakan indikator pertama dari literasi digital. Untuk mengetahui tingkat pemahaman keterampilan literasi digital yang terdiri dari 5 indikator akan dibahas selanjutnya.

4.9 Standar dasar penggunaan komputer

Indikator pertama adalah standar dasar penggunaan komputer terdapat 20 pernyataan yang terdiri dari :

a. Membedakan antara komputer desktop dan laptop.

b. Mengidentifikasi perangkat keras komputer tertentu: unit sistem, monitor, printer, keyboard, mouse atau touchpad, port USB.

c. Menghidupkan dan mematikan komputer beserta monitor. d. Logon ke komputer.

e. Mengidentifikasi Mendemonstrasikan tentang fungsi dan penempatan tombol pada keyboard: enter, shift, control, backspace, delete, arrow keys, tab, caps lock, number lock.

f. Mengidentifikasi Mengidentifikasi berbagai jenis : mouse dan touchpad. g. Mengidentifikasi mouse pointer dan mencocokkan bagaimana

penggunaannya yang benar: mengetik panah (text), panah (basicclicking), hand pointer (clickable links).

h. Menunjukkan kemampuan dan penggunaan yang tepat untuk klik kanan dan kiri-klik.

i. Double klik dan klik kanan.

j. Drag dan drop.Memperbesar ukuran teks yang ditampilkan.

k. Menggunakan mouse untuk memilih kotak centang (check boxes), mengggunakan menu drop-down dan scroll.

l. Mengatur volume dan mute audio.

m. Plug in headphone dengan benar dan menggunakan pada saat yang tepat. n. Mengidentifikasi ikon pada desktop (internet browser, control panel,

recycle bin, skype).

o. Menunjukkan kemampuan untuk menggunakan recycle bin benar untuk mencari dan menemukan kembali file-file yang hilang.

p. Memahami bahwa komputer perlu ditingkatkan spesifikasinya untuk peningkatan kinerja komputer tersebut.

q. Menunjukkan pemahaman bahwa mouse dapat disesuaikan untuk orang kidal dan kecepatan mengklik juga dapat disesuaikan.

r. Menunjukkan pemahaman bahwa resolusi layar dapat diubah.

s. Menunjukkan pemahaman bahwa program perangkat lunak yang ditingkatkan secara berkala dan versi yang berbeda dapat diinstal pada komputer yang berbeda.

t. Mengidentifikasi media penyimpanan: USB / Flash drive (eksternal) dan

(40)

Berkaitan denga

ngan checklist (daftar cocok) dalam kuesioner y n rumusan yang telah dipaparkan, maka pros

r dasar penggunaan komputer dari kedua sekola

r 3 Prosentase tingkat pemahaman standar dasar komputer sekolah dasar swasta dan sekolah dasar

ar internet

dua adalah standar dasar internet terdapat 20 p ntifikasi Internet Service Provider dan mengide

uk menghubungkan ke internet: Dial-up, High

, atau (wireless connection) koneksi nirkabel. i browser yang sering digunakan (Internet Ex Safari) dan mampu mengoperasikannya.

ntifikasi address bar dan masukkan alamat URL

ntifikasi website. ntifikasi homepage.

ntifikasi tombol toolbar browser dan menunjukka nggunakannya: home, refresh, stop, back, forwar

kan scroll bar untuk melihat bagian yang

eb.

ntifikasi hyperlink dan menunjukkan kem kan hyperlink untuk mengakses halaman web la

tab baru, membuka halaman web dalam tab, sar ukuran teks yang ditampilkan.

ormulir online.

(41)

24

dan sesuai dengan rumusa pemahaman standar dasar int

ungsi zoom untuk memperbesar gambar (CTR i mesin pencari (Google, Yahoo, Bing) dan n ke dalam mesin pencari.

pop-up windows dan menutupnya.

pop-up windows yang telah diblokir, dan mem kembali bila diperlukan.

i jenis domain umum: .com, .org, .gov, .edu.

tahuan dalam pemanfaatan internet yang aman. i penyedia perangkat lunak antivirus da k antivirus (Norton, McAfee, AVG).

untuk memberikan informasi pribadi atau keuanga ng aman (https://).

hecklist (daftar cocok) dalam kuesioner yang di usan yang telah dipaparkan, maka prosentas r internet dari kedua sekolah tersebut:

4 Prosentase tingkat pemahaman standar dasar int ekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri tem operasi windows

dalah standar dasar sistem operasi windows te dari :

i sistem operasi yang digunakan oleh komputer i dan mengoperasikan menu pada ikon shutdow

(42)

c. Mengidentifi

ntifikasi dan mengoperasikan menu pada ikon ntara 2 windows.

ukkan pengetahuan tentang sistem organisasi file kannya untuk mencari file / dokumen (desktop puter).

tkan menu "Search" untuk mencari file atau dokum pus dokumen atau file.

program.

ntifikasi program perangkat lunak basic office (M Excel, Microsoft Powerpoint), menunjukka

ungsi dari program perangkat lunak bas

ntifikasi ekstensi file yang berhubungan de

file dengan menggunakan program yang tepat. dengan checklist (daftar cocok) dalam n sesuai dengan rumusan yang telah dip gkat pemahaman standar dasar sistem operas h tersebut:

bar 5 Prosentase tingkat pemahaman standar dasa i windows sekolah dasar swasta dan sekolah das

(43)

26

Indikator keempat ad terdiri dari :

a. Menentukan e-mai

b. Mendaftar untuk akun e mengoperasikan m

dan sesuai dengan rumusa pemahaman standar dasar e

adalah standar dasar e-mail terdapat 20 pernya

ail.

uk akun e-mail baru di internet. Mengidentifikasi da n menu pada ikon open, close, dan beralih diant buat username dan password yang aman.

i Masuk (login) ke e-mail.

si Membuat pesan e-mail.

n Memberi alamat pada e-mail, termasuk untuk l embuka e-mail.

hanya kepada pengirim atau membalas ke sem

orward), menambahkan, dan membuka lampiran tau menghapus e-mail dan mengambil e-mail da

dasar etiket e-mail : tidak menggunakan huruf kapit jek, mengakhiri e-mail dan sepantasnya memberi sa saat membuka e-mail dari sumber yang tidak dike enghindari membuka lampiran yang mencurigakan. untuk memberikan informasi pribadi (informasi te

u alamat e-mail kepada orang asing.

i dan menghapus junk mail, termasuk spam. hati-hati meneruskan e-mail ke group besar oran

i file e-mail yang bervirus.

embedakan antara URL dan alamat e-mail.

hecklist (daftar cocok) dalam kuesioner yang di usan yang telah dipaparkan, maka prosentas

e-mail dari kedua sekolah tersebut :

21.09

rosentase tingkat pemahaman standar dasar e-m

kolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri

yataan yang

kasi dan ntara 2

(44)

4.13 Standar dasar p

empat adalah standar dasar pengolah kat rdiri dari :

dokumen baru.

n dan menutup dokumen. dokumen yang ada. ntifikasi pita dan toolbar.

ukkan tentang perbedaan fungsi "Save" dan "Save

kan "Save As" untuk menyimpan ke folder tert ma dokumen.

kan menu undo dan redo. kan menu cut, copy and paste

kan menu "spell check" dan "grammar check".

ukuran (size), warna (color) dan jenis font.

teks untuk: rata kiri, rata tengah, rata kanan, dan spasi tunggal atau ganda.

kan bullets dan automatic numbering. kan menu print dan print preview.

margin.

ampilan portrait atau landscape.

ntifikasi ekstensi file, jenis dokumen yang sesu g digunakan untuk membukanya: pdf, xls, doc ngan checklist (daftar cocok) dalam kuesioner y n rumusan yang telah dipaparkan, maka pros

r dasar pengolah kata dari kedua sekolah tersebut

9.74

rosentase tingkat pemahaman standar dasar pen sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri

(45)

28

Berikut rekapitulasi keterampilan literasi digital yang sudah mencapai tingkat paham pada sekolah dasar swasta dan sekolah dasar negeri ditunjukkan dalam Tabel 2:

Tabel 2 Tingkat Pemahaman Literasi Digital SD Swasta dan SD Negeri

No. Topik

Prosentase Pemahaman (%)

SDS SDN

1 Standar dasar penggunaan komputer 70.64 59.38

2 Standar dasar internet 58.07 51.56

3 Standar dasar sistem operasi windows 70.54 65.82

4 Standar dasar e-mail 72.14 57.34

5 Standar dasar pengolah kata 72.86 74.26

4.14 Pembahasan Hasil Analisis

Setelah menganalisis melalui proses identifikasi keterampilan literasi informasi dan keterampilan literasi digital sebagai pendukungnya, ternyata hasil yang didapat belum sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan literasi digital sebagai keterampilan pendukung belum sejalan atau berbanding lurus dengan keterampilan literasi informasi yang didapat oleh peserta didik. Hasil analisis menunjukkan keterampilan literasi digital meskipun secara umum prosentase sudah pada tingkat paham, hasil yang didapat pada sekolah dasar swasta lebih tinggi dari sekolah dasar negeri. Namun keadaan tersebut berbanding terbalik dengan hasil analisis keterampilan literasi informasi. Hasil tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Caroline Stern (2002) dalam papernya Information literacy unplugged: teaching information literacy without technology, menyatakan literasi informasi adalah kemampuan untuk menemukan informasi, mencatat atau merekam informasi, memanfaatkan untuk diri sendiri dan atau mengajarkannya bagi orang lain. Pada akhirnya adalah untuk menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dalam penelitian ini peserta didik yang telah memiliki akses ke komputer dan ke dunia maya tidak secara otomatis memiliki keterampilan literasi informasi karena komputer dan sarana pendukungnya hanyalah alat bantu. Selanjutnya Stern menyatakan bahwa seseorang yang telah berinformasi atau memiliki keterampilan literasi informsi di era teknologi informasi adalah orang yang memiliki keterampilan intelektual dan mampu memanfaatkan sumber informasi melalui perangkat komputer secara legal dan etis serta memiliki tanggung jawab sosial. Pembahasan hasil analisis diatas menjadi salah satu tema yang direkomendasikan oleh penulis dalam penelitian ini.

Gambar

Gambar 1 Model Literasi Informasi
Gambar 2 Alur Tahapan Penelitian
Tabel 1 Tingkat Pemahaman Literasi Informasi SD Swasta dan SD Negeri

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah untuk membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi secara menyeluruh. Tiga

Hasil penelitian ini, media baca E-Book Retells disarankan untuk digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan media baca berbentuk soft file pada program Gerakan

1) Diimplementasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler dengan penilaian akademik terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. 2)

Hasil penelitian menunjukkan: (1) terlaksananya literasi sains di kelas IV, (2) faktor pendukung dalam gerakan literasi sains yaitu SDM (guru kelas, orang tua peserta didik,

Hasil kajian menunjukkan bahwa kurikulum di era digital harus mampu membawa peserta didik untuk beradaptasi dengan literasi digital, memiliki keterampilan,

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa literasi digital merupakan kompetensi seorang dalam menggunakan media digital dalam menemukan, memanfaatkan, mengolah,

Penilaian autentik dalam pengenalan literasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menekankan pada empat keterampilan berbahasa dan bersastra

Penggunaan perangkat literasi digital di seluruh jenjang pendidikan prinsipnya sama, yakni penggunaan gawai (HP)/smartphone, laptop, personal computer (pc), dan komputer