• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari Di Kulon Progo Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari Di Kulon Progo Yogyakarta"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK

PEMBIBITAN KAMBING PADA KELOMPOK TANI TERNAK

NGUDI LESTARI DI KULON PROGO YOGYAKARTA

DEWI SARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ”Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Dewi Sari

(3)
(4)

RINGKASAN

DEWI SARI. Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta. Dibimbing oleh HARTRISARI HARDJOMIDJOJO dan EKO RUDDY CAHYADI.

Salah satu upaya Pemerintah untuk mendorong berkembangnya kelompok usaha petani adalah dengan memfasilitasi bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). PMUK merupakan stimulasi dana bagi pelaku pertanian yang mengalami keterbatasan modal sehingga selanjutnya petani dan kelompoknya dapat meningkatkan produktifitas, produksi dan pendapatannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani/peternak. Melalui PMUK peternakan disalurkan bantuan penguatan modal usaha pembibitan kambing yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

Dalam pelaksanaannya di lapangan masih terdapat berbagai permasalahan yang ditemukan, antara lain penyaluran dan pemanfaatan dana PMUK tidak tepat sasaran kepada anggota kelompok/kelompok tani ternak yang membutuhkan dan penggunaan dana bantuan tidak sesuai dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK). Selain itu juga petugas pendamping belum melaksanakan tugas secara optimal, kelembagaan keuangan mikro tidak terbentuk dan tidak terjadi peningkatan modal kelompok. Dengan latar belakang dan beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas, dilakukan analisis mengenai efektifitas penguatan modal usaha pembibitan kambing pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas bantuan PMUK Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Variabel yang digunakan dalam pengukuran kinerja adalah karakteristik individu; kesesuaian kelompok penerima; kesesuaian lokasi penerima; dan pelaksanaan kegiatan. Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner serta wawancara langsung kepada 36 anggota Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Kelompok Tani Ternak ini adalah penerima bantuan program PMUK.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode statistik analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik individu; kesesuaian kelompok penerima; kesesuaian lokasi penerima; dan pelaksanaan kegiatan secara simultan dan parsial berpengaruh secara nyata terhadap output PMUK pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah adanya bantuan program PMUK kinerja Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta menjadi lebih efektif hal tersebut ditandai dengan penyaluran dan pemanfaatan bantuan yang telah sesuai dengan perencanaan, meningkatnya jumlah ternak setelah mendapatkan PMUK, serta terdapat peran serta dari petugas teknis dalam melakukan pembinaan terhadap kelompok tani ternak.

(5)

SUMMARY

DEWI SARI. Effectivity of PMUK Goat Breeding on KTT Ngudi Lestari in Kulon Progo Yogyakarta. Supervised by HARTRISARI HARDJOMIDJOJO dan EKO RUDDY CAHYADI.

On of the government effort to growth and develop group farmer ativity is facilitated by PMUK grant. PMUK is funded stimulation for agricultural stakeholders whose have limited capital in order they can growth and develop productivity, production and revenve to increase farmer prosperity. By PMUK, agriculture grant for breeding local goat was held by Directorate General of Livestock and Animal Health Services, Ministry of Agriculture.

On practices in the field, PMUK faced some problems such as: transferring and utilizing PMUK grant ineffective to the member of KTT, and the grant utilization was not suitable with RUK plan. Another problem werefield operator

haven‟t yet doing the task optimally, micro financial organization was not created, and the capital didn‟t increased. With background and some problems which have

mentioned above, a research was conducted to analyze th effectivity of PMUK goat breeding on KTT Ngudi Lestari in Kulon Progo Yogyakarta.

The objective of this research is to analyze the effectivity of grant program of PMUK on KTT Ngudi Lestari in Kulon Progo Yogyakarta. Variables was measured consist of: individual characteritics, the suitability of receiver group, location fitness and program implementation. Survei method was used on this research by collecting data with quisionaire distributions and direct interviewing to the 36 members of KTT Ngudi Lestari in Kulon Progo Yogyakarta. This KTT is group farmen whose accepted grant program of PMUK.

Data analyzed by double linies analyze regretion. The result showed that individual characteritics, the suitability group receiver, the fitness location and program implementationsimultanously and partially significantly influence the output PMUK on KTT Ngudi Lestari In Kulon Progo Yogyakarta. Analyzed showed after grant program PMUK, performance of KTT Ngudi Lestari more effective which indicated by the suitability of grant transferring and utilizing with the planning, the increasing of goat member after receiving PMUK, and the proactivity of technical operator on their strengthen activity to the KTT.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 201

6

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

EFEKTIFITAS PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK

PEMBIBITAN KAMBING PADA KELOMPOK TANI TERNAK

NGUDI LESTARI DI KULON PROGO YOGYAKARTA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta

Nama : Dewi Sari NIM : P054124115

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo DEA Ketua

Dr Eko Ruddy Cahyadi S Hut MM Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(10)

PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

tesis yang berjudul “Efektifitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Pembibitan Kambing Pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta” berhasil diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas bantuan program Penguatan Modal Usaha Kelompok pembibitan kambing.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr Ir Hartrisari Hardjomidjojo DEA dan Dr Ir Eko Ruddy Cahyadi S Hut MM selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan dorongan semangat dalam penyelesaian tesis ini.

2. Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA selaku penguji luar komisi yang telah menelaah tesis ini.

3. Pimpinan dan staf lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian atas dukungannya kepada penulis.

4. Mahasiswa Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah Angkatan 17 atas bantuan, saran dan kritiknya.

5. Keluarga yang memberikan dukungan dan doanya.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih mempunyai keterbatasan. Kritik dan saran penulis harapkan dari semua pihak untuk perbaikan, dan semoga tesis ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Maret 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Kelompok Tani 5

Penguatan Modal Usaha Kelompok 5

Konsep Efektifitas 6

Penelitian Terdahulu Tentang Program Bantuan Penguatan Modal

Usaha 7

3 METODE PENELITIAN 9

Kerangka Pikir Penelitian 9

Waktu dan Tempat 12

Pengumpulan Data 12

Pengolahan dan Analisis Data 15

Hipotesis Penelitian 19

Analisis Eektifitas Pengatan Modal Usaha Kelompok Tani Ternak 20

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Gambaran Umum Kelompok 23

Pengujian Data 30

Hasil Analisis Data 32

Pengujian Hipotesis 35

Pembahasan 37

Evaluasi Efektfitas Penguatan Modal Usaha Dilihat dari Input,

Process, Output, Outcome dan Impact 39

5 SIMPULAN DAN SARAN 44

Simpulan 44

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 47

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah ternak menurut jenisnya di DI.Yogyakarta tahun 2012 2 2 Penelitian terdahulu tentang program bantuan penguatan modal usaha 7 3 Tujuan, peubah dan indikator eEfektifitas PMUK KTT Ngudi Lestari 11

4 Kriteria penelitian korelasi 18

5 Sebaran karakteristik individu 28

6 Kepemilikan ternak tahun 2012 28

7 Perkembangan ternak kambing KTT Ngudi Lestari tahun 2012-2015 28 8 Data kemilikan ternak sesudah dan sebelum mendapatkan PMUK 29

9 Hasil uji validitas peubah X1 30

10 Hasil uji validitas peubah X2 31

11 Hasil uji validitas peubah X3 31

12 Hasil uji validitas peubah Y 31

13 Nilai hasil uji validitas instrumen penelitian 32

14 Nilai hasil uji reliabilitas 32

15 Hasil perhitungan koofisien regresi 33

16 Hasil uji f 35

17 Hasil uji t 36

18 Korelasi parsial variabel X terhadap Y 37

19 Pendapatan peternak sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan PMUK 42

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 10

2 Diagram Alir Efektifitas PMUK 20

3 Struktur Organisasi KTT Ngudi Lestari 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran

karakteristik individu 47

2 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran

kesesuaian lokasi penerima 48

3 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran

kesesuaian kelompok penerima 49

4 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran proses

(13)

5 Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori pengukuran output

kegiatan 53

6 Output SPSS Uji Normalitas 54

(14)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah pertanian yang dimaksud yaitu pertama, sebagian besar petani Indonesia sulit untuk mengadopsi teknologi sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Kedua, petani mengalami keterbatasan pada akses informasi pertanian. Ketiga, petani memiliki kendala atas sumberdaya manusia yang dimiliki. Keempat, masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani (Zanzes at all. 2015).

Salah satu ciri pertanian rakyat di Indonesia adalah manajemen dan permodalan yang terbatas, akibatnya usaha sulit terlaksana secara optimal. Petani terpaksa menggunakan pinjaman uang yang secara ekonomis kurang/tidak menguntungkan. Rendahnya aksesibilitas petani terhadap layanan modal juga disebabkan lembaga permodalan yang ditunjuk untuk menyalurkannya tidak sepenuhnya berpihak kepada petani, bunga terlalu tinggi, jaminan persyaratan yang tidak bisa dipenuhi petani, proses pencairan yang memakan waktu sangat lama, birokrasi yang bertele-tele sepertinya membuat petani lebih memilih untuk meminjam modal dari rentenir yang tidak perlu persyaratan rumit dan cepat dalam proses pencairannya.

Salah satu upaya Pemerintah untuk mendorong berkembangnya kelompok usaha petani adalah dengan memfasilitasi bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Kebijakan ini dilaksanakan guna meningkatkan kemampuan permodalan kelompok tani dalam rangka mengembangkan prinsip-prinsip ekonomis dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan pendapatan petani.

Pada sub sektor peternakan, PMUK disalurkan untuk beberapa komoditas antara lain sapi potong, sapi perah, kambing, domba, babi, ayam dan itik. Komoditas kambing merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai prospek yang baik karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Untuk mendukung pengembangan kambing nasional di masa yang akan datang, jumlah dan mutu bibit merupakan faktor produksi yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan program pembangunan peternakan (Ditjen PKH. 2012 .

Di banyak negara berkembang, ternak kambing telah dijadikan sebagai komuditas strategis sebagai instrumen pengentasan kemiskinan (poverty alleviation) oleh kelembagaan internasional. Peran ternak tersebut sangat strategis bagi kehidupan masyarakat pedesaan dan berkembang di hampir seluruh wilayah Indonesia (Sodiq.2010).

(15)

2

kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditas lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan dan pengawasannya.

Ternak kambing mempunyai prospek untuk dikembangkan karena hanya memerlukan sarana dan sistem pemeliharaan yang relatif sederhana serta dapat beradaptasi dengan lingkungan dan jenis pakan. Kambing jenis ternak yang cukup digemari masyarakat, namun skala usahanya masih bersifat usaha kecil dan sistem pemeliharaan serta perkembangbiakannya masih secara tradisional. Pemeliharaan kambing pada umumnya sebagai usaha sambilan bagi masyarakat peternak, meskipun ada juga yang menjadikan sebagai mata pencaharian pokok (Badriyah et al. 2010 .

Menurut Kusumastuti (2012), salah satu komoditas ternak unggulan di Yogyakarta selain sapi potong adalah kambing. Beternak kambing merupakan usaha menguntungkan karena memiliki kidding interval yang pendek sehingga cepat berproduksi dan dipasarkan, selain itu dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan tunai dan dapat beradaptasi dengan agro ekologi. Kebanyakan peternak menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan tunai dan merupakan pendapatan yang turun temurun, sedangkan alasan lain adalah untuk konsumsi. Yogyakarta secara topografis mempunyai sumberdaya alam yang kompleks karena tiap kabupaten memiliki bentuk bentang lahan yang berbeda sehingga berpengaruh pada perbedaan tingkat kesuburan tanah, hal itu juga menyebabkan perbedaan dalam sistem pengusahaan ternak dan bangsa ternak yang dipelihara. Terdapat 3 zona ekologi di Provinsi DIY yaitu dataran rendah, sedang, dan tinggi. Masing-masing dataran mempunyai perbedaan topografi, tipe tanah, kesuburan tanah, dan kondisi iklim tanah. Perbedaan ini juga mempengaruhi hasil ternak, manajemen penggunaan tanah, potensi produksi, dan ketersediaan pakan (Kusumastuti, 2012).

Menurut data Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta (2012), populasi ternak di D.I. Yogyakarta didominasi oleh ternak sapi potong dan kambing sebagaimana terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah ternak menurut jenisnya di kabupaten/kota D.I. Yogyakarta tahun

2012

Jenis Ternak

Kabupaten/Kota

DIY Kulon

Progo Bantul

Gunung

kidul Sleman

Yogya karta

1. Kuda 19 1.234 3 345 25 1.626

2. Sapi 56.491 84.423 162.240 54.921 312 358.387

3. Sapi Perah 128 230 6 3.556 14 3.934

4. Kerbau 124 236 19 757 7 1.143

5. Kambing 87.441 66.081 162.414 35.895 392 352.223 6. Domba 22.295 43.563 14.415 71.021 478 151.772

7. Babi 1.476 4.237 280 6.657 132 12.782

(16)

3

Dengan melihat besarnya potensi peternakan kambing sebagai salah satu penyumbang pendapatan masyarakat Kulon Progo, maka salah satu sasaran lokasi penyaluran penguatan modal usaha pemerintah melalui Kementerian Pertanian tahun 2012 dialokasikan untuk Kabupaten Kulon Progo. Total populasi ternak kambing terbanyak berada di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 87.441 ekor, sementara populasi kambing PE sebanyak 28.899 ekor, tersebar di wilayah yang potensi pengembangan kambing PE yaitu di Kecamatan Samigaluh, Girimulya, Kokap, Pengasih dan Kalibawang.

Melalui PMUK peternakan disalurkan bantuan penguatan modal usaha pembibitan kambing yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Dalam pelaksanaannya di lapangan masih terdapat berbagai permasalahan yang ditemukan, antara lain penyaluran dan pemanfaatan dana PMUK tidak tepat sasaran kepada anggota kelompok/kelompok tani ternak yang membutuhkan dan penggunaan dana bantuan tidak sesuai dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK). Selain itu juga petugas pendamping belum melaksanakan tugas secara optimal, kelembagaan keuangan mikro tidak terbentuk serta tidak terjadi peningkatan modal kelompok. Dengan latar belakang dan beberapa permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan analisis mengenai efektifitas penguatan modal usaha pembibitan kambing pada Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta.

Perumusan Masalah

Dalam mewujudkan pengembangan usaha agribisnis dan mendorong berkembangnya kelompok usaha tani, Kementerian Pertanian memfasilitasi dengan bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Bantuan PMUK ini berupa penyaluran modal usaha kelompok dan anggota. Bantuan modal yang selama ini diberikan Pemerintah kepada para petani umumnya dalam bentuk uang. Pada beberapa kasus didaerah, banyak bantuan dana dari pemerintah yang diselewengkan untuk kegiatan lain diluar pertanian. Bahkan di daerah tertentu, kelompok tani sengaja dibentuk untuk memperoleh bantuan dana tersebut. Setelah kelompok tani terbentuk, dana tersebut hilang begitu saja berikut dengan kelompok tani yang hanya tinggal nama.

Salah satu penerima alokasi program PMUK peternakan komoditas kambing pada tahun 2012 adalah Kelompok Tani Ternak (KTT) Ngudi Lestari di Pedukuhan VIII Balong Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. KTT Ngudi Lestari dibentuk pada tanggal 1 Januari 1995 dan memiliki jenis usaha yaitu pembibitan kambing dan produksi pupuk organik/kompos.

(17)

4

1. Apa faktor-faktor yang memengaruhi capaian bantuan PMUK pada KTT Ngudi Lestari di Yogyakarta?

2. Bagaimanakah dampak bantuan PMUK berkontribusi terhadap pengembangan usaha KTT Ngudi Lestari?

3. Bagaimanakah efektifitas bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) pada KTT Ngudi Lestari di Kulon Progo, Yogyakarta?

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi capaian PMUK pada KTT Ngudi Lestari di Kulon Progo, Yogyakarta.

2. Menganalisis kontribusi bantuan PMUK terhadap pengembangan usaha KTT Ngudi Lestari.

3. Mengkaji efektifitas bantuan PMUK pada KTT Ngudi Lestari di Kulon Progo, Yogyakarta.

Manfaat Penelitian

Penelitian hanya difokuskan pada KTT Ngudi Lestari di Pedukuhan VIII Balong Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta dikarenakan keterbatasan waktu, dana penelitian dan kesediaan kelompok untuk diteliti. Penelitian ini juga hanya fokus pada salah satu penerima dana PMUK pembibitan kambing yang menerima alokasi dana pembibitan kambing untuk tahun 2012.

Hasil penelitian ini diharapkan berguna:

1. Bagi kelompok tani, sebagai bahan masukan perbaikan terhadap perkembangan KTT Ngudi Lestari di Kulon Progo DIY.

2. Bagi dinas kabupaten terkait diharapkan bisa memperoleh masukan dan evaluasi serta penilaian kinerja dari kelompok tani ternak hasil binaannya. 3. Bagi Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian diharapkan dapat

memperoleh masukan dan evaluasi serta penilaian bagi efektivitas penyaluran bantuan modal bagi petani sehingga kedepannya program pemerintah lebih efisien dalam pelaksanaannya.

4. Berguna bagi mahasiswa sebagai bahan referensi penelitian berikutnya. Bagi peneliti untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kelompok Tani

(18)

5

kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota (Kementerian Pertanian 2013). Kelompok tani diharapkan dapat berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian dan termasuk untuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani. Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dilakukan melalui pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir petani agar mau meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya. Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi antar petani dan antar kelompok tani dalam rangka mencapai efisiensi usaha.

Penguatan Modal Usaha Kelompok

Basyid (2006) mengatakan pola pemberdayaan petani dilakukan guna mengatasi masalah utama di tingkat usaha tani yaitu keterbatasan modal petani, di samping masalah belum berkembangnya usaha di hulu, hilir dan jasa penunjang dalam pembangunan pertanian, rendahnya penguasaan teknologi serta lemahnya SDM dan kelembagaan petani. Kementerian Pertanian sudah sejak lama merintis penerapan pola pemberdayaan petani melalui berbagai kegiatan pembangunan di daerah. Salah satu perwujudan pemberdayaan dilaksanakan melalui fasilitasi PMUK yang langsung ditransfer ke rekening kelompok. Pemanfaatan dana PMUK ini dilakukan dalam format bergulir dalam rangka pemantapan kelembagaan kelompok menjadi lembaga usaha yang dapat meningkatkan kewirausahaan dan pengembangan usaha ekonomi produktif. Pola pemberdayaan seperti ini diharapkan dapat merangsang tumbuhnya kelompok usaha dan mempercepat terbentuknya jaringan kelembagaan pertanian yang akan menjadi embrio tumbuhnya inti kawasan pembangunan wilayah. Menurut Basyid (2006) tujuan pemberdayaan masyarakat pertanian melalui penguatan modal usaha kelompok adalah:

1. Memperkuat modal pelaku usaha dalam mengembangkan usaha agribisnis dan ketahanan pangan.

2. Meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan pelaku usaha pertanian. 3. Mengembangkan usaha pertanian dan agroindustri di kawasan pengembangan. 4. Meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok.

5. Mendorong berkembangnya lembaga keuangan mikro agribisnis dan kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya.

Indikator keberhasilan (outcome) kegiatan pemberdayaan masyarakat pertanian melalui penguatan modal usaha kelompok, yaitu:

a. Tumbuhnya usaha kelompok yang mampu mengelola permodalan sesuai kaidah-kaidah bisnis melalui pemanfaatan dana PMUK sesuai sasaran;

b. Terjadinya peningkatan produktivitas usahatani kelompok penerima PMUK; c. Terjadinya pemupukan modal dan pengembalian/perguliran dari komponen

(19)

6

Indikator dampak dan manfaat (impact dan benefit) dari pemberdayaan masyarakat pertanian melalui penguatan modal usaha kelompok antara lain: a. Peningkatan modal usaha agribisnis dan ketahanan pangan;

b. Peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan pelaku agribisnis; c. Perkembangan usaha agribisnis dan agroindustri di kawasan pengembangan d. Peningkatan kemandirian dan kerjasama kelompok;

e. Pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan mikro agribisnis dan lembaga ekonomi perdesaan lainnya.

Untuk mengatasi keterbatasan akses petani terhadap permodalan, lemahnya kapasitas kelembagaan petani, dan terbatasnya infrastruktur pertanian, maka sebagian anggaran Kementerian Pertanian dialokasikan dalam bentuk bantuan sosial untuk pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, penanggulangan kemiskinan dan penanganan bencana di bidang pertanian. Terkait dengan penanggulangan kemiskinan dan penanganan bencana, Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan sosial dalam bentuk barang kepada kelompok tani, sedangkan untuk pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial disalurkan bantuan sosial melalui transfer uang kepada kelompok tani, agar mampu secara mandiri dan bersama-sama meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.

Konsep Efektifitas

Suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik. Bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya dapat disebut efektif. Efektivitas organisasi usaha dalam kelompok dapat dilihat dari pencapaian tujuan yang dikehendaki bersama. Orientasi pencapaian tujuan sebagai ukuran bagi keberhasilan organisasi, karena pada dasarnya organisasi dibentuk untuk melaksanakan sesuatu dan organisasi bergerak melaksanakan fungsinya kearah sesuatu tujuan (Nasila. 2014 .

Pengertian efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input (Saksono 1984 . Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (yang sudah ditentukan terlebih dahulu, telah dicapai oleh manajemen (Danfar.2009). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang sudah ditentukan terlebih dahulu, telah dicapai oleh manajemen (Danfar.2009). Berdasarkan hal tersebut maka tingkat efektivitas dapat dianalisis dengan:

Efektivitas = Output Aktual/Output Target ≥ 1

- Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas.

- Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektivitas tidak tercapai.

(20)

7

mandiri mampu mengembangkan diri dalam melakukan usaha secara berkelanjutan. Upaya yang dilakukan merupakan pemberian bantuan dana kepada kelompok tani ternak untuk pengembangan usaha.

Penelitian Terdahulu Tentang Program Bantuan Penguatan Modal Usaha

Dalam melakukan penelitian ini banyak menggunakan hasil-hasil dari penelitian terdahulu baik itu berkaitan dengan topik dan metode penelitian Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk menganalisis bantuan program, seperti dijabarkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu Tentang Program Bantuan Penguatan Modal Usaha

No Penulis Judul Penelitian Tahun Hasil Penelitian

1 Caesarion Efektivitas Program

Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan

(PUAP) Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Kabupaten Lampung Selatan

2011 Hasil analisis menunjukkan

bahwa setelah adanya bantuan program PUAP kinerja usaha kecil pertanian menjadi lebih efektif.

2 Sume Analisis Efektivitas

Bantuan Dana Penguatan Modal

Lembaga Usaha Ekonomi

Pedesaan (DPM-LUEP) masih merupakan kelompok usaha kecil menengah dengan akses permodalan masih sangat

lemah, administrasi dan

manajerial kelompok yang

lemah, serta sistem pemasaran yang masih terbatas wilayah

pemasarannya, sehingga

diperlukan penguatan

kelembagaan dan ekonomi

kelompok.

3 Kasmadi Dampak Program

Pengembangan Usaha

2005 Manfaat program Bantuan

Langsung Masyarakat (BLM) bagi petani penerima program sangat besar terutama dalam meningkatkan usaha beternak, dari yang tidak memiliki ternak

kemudian mampu untuk

memiliki ternak, sehingga

menimbulkan motivasi petani untuk mengembangkan ternak BLM tersebut.

(21)
(22)

9

3 METODE PENELITIAN

Kerangka Pikir Penelitian

Basyid (2006) menyatakan bahwa peran sektor pertanian yang strategis dan telah memiliki kaitan kuat di hulu dan hilir, ternyata belum mampu mendorong partisipasi masyarakat dan swasta karena adanya berbagai kendala terutama yang terkait dengan pemanfaatan peluang ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat tidak hanya diperlukan pendekatan teknis tetapi juga pendekatan sosial budaya (socio-cultural) yang dapat merangsang perubahan sikap, perilaku dan pola kerja. Salah satu pola kegiatan pemberdayaan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian adalah melalui fasilitasi Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).

PMUK merupakan stimulasi dana bagi pelaku pertanian yang mengalami keterbatasan modal sehingga selanjutnya petani dan kelompoknya dapat meningkatkan produktifitas, produksi dan pendapatannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani/peternak.

Alokasi dana PMUK diatur melalui mekanisme penyaluran langsung (LS) untuk kegiatan yang dikelola oleh kelompok untuk memperkuat modal, termasuk kegiatan simpan pinjam, pendampingan, pengembangan sumberdaya manusia dan kegiatan produksi serta operasionalisasi usaha kelompok dan selanjutnya digulirkan guna memperluas sasaran penerima manfaat. Fokus pemberdayaan kelompok diarahkan dalam rangka pengembangan kelembagaan, manajemen dan usaha-usaha bidang pertanian. Pendampingan dapat dilakukan oleh penyuluh pertanian dan penyuluh swakarsa, BPTP, swasta, LSM, perguruan tinggi, KTNA dan lainnya. Sementara itu, pengendalian dilakukan oleh tim teknis kabupaten/kota, serta tim pembina provinsi dan pusat, sedangkan pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah, dan lainnya).

Gambar 1 menjelaskan tentang bantuan PMUK di KTT Ngudi Lestari yang diberikan pada tahun 2012, sehingga dipandang perlu dilakukan evaluasi tentang pelaksanaan program PMUK yang diterima oleh KTT Ngudi Lestari apakah dana bantuan tersebut terdapat kesesuaian target penerima bantuan, kesesuaian proses pelaksanaan yang meliputi anggaran dan pemanfaatan alokasi anggaran serta output yang diharapkan dari kegiatan tersebut. Salah satu komponen penilaian yang dijadikan ukuran keberhasilan program yaitu adanya kesesuaian target penerima/syarat kelompok peternak bantuan PMUK, meliputi keaktifan kelompok, jumlah anggota, dan mengajukan proposal kepada kepala dinas kabupaten/kota.

(23)

10

perbaikan kandang, pengadaan peralatan kandang, pengadaan pakan, obat-obatan, sarana dan prasarana rekording serta administrasi kelompok.

Dari penjelasan tentang kesesuaian target penerima dan kesesuaian proses pelaksanaan, diharapkan output kegiatan antara lain adanya produksi bibit kambing, pendapatan dari penjualan ternak dan pupuk serta perguliran ternak ke kelompok lainnya, sehingga pendapatan kelompok/anggota meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan diharapkan terwujud peningkatan kesejahteraan peternak peserta program.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 1, dapat dijelaskan peubah dan indikator yang digunakan dalam penelitian pada Tabel 3.

Kesesuaian Target Penerima Penguatan Modal Usaha

kelompok (PMUK)

Pelaksanaan PMUK di Kelompok KTT Ngudi Lestari

Kesesuaian Lokasi Penerima

Proses Pelaksanaan - Anggaran

- Pemanfaatan

Output: - Produksi ternak - Pendapatan - Perguliran

(24)

11

Tabel 3. Tujuan, Peubah dan Indikator Penelitian Efektifitas PMUK KTT Ngudi Lestari

No. Tujuan dan Peubah Indikator

1 Tujuan Penelitian: (1)Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian

PMUK (2) Analisis kontribusi bantuan PMUK terhadap pengembangan usaha, (3) Efektifitas bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK)

a. Karakteristik Individu a. Usia

b. Pendidikan

c. Lama beternak

d. Kepemilikan ternak

e. Keanggotaan

f. Saing kenal antar anggota

g. Tingkat kehadiran dalam rapat

b. Kesesuaian Lokasi

Penerima

a. Potensi lokasi menjadi wilayah sumber bibit

b. Dukungan sumber daya alam

c. Lokasi bukan daerah endemis penyakit menular

d. Kemilikan kandang ternak

b. Jumlah anggota pada saat menerima PMUK

c. Keaktifan kelompok dua tahun terakhir sebelum

mendapatkan PMUK

d. Keaktifan kelompok setelah menerima PMUK

e. Bantuan lain pada saat bersamaan

f. Pengajuan proposal

g. Kesediaan kelompok untuk dibina

d. Proses Pelaksanaan

Kegiatan

a. Pengetahuan tujuan PMUK

b. Pengetahuan tentang RUK

c. Keikutsertaan menyusun RUK

d. RUK mengakomodir hal yang telah direncanakan

e. Penyesuaian potensi dan sumber daya alam alam

menyusun RUK

f. Kesesuaian realisasi dengan RUK

g. Dokumentasi pemanfaatan dana PMUK

(25)

12

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan terhadap 36 responden Kelompok Tani Ternak (KTT) Ngudi Lestari yang terdiri dari pengurus dan anggota. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo, pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan salah satu sentra pengembangan kambing. Pemilihan kelompok menjadi obyek penelitian disebabkan:

1. Kelompok tani ternak merupakan salah satu lokasi penerima program PMUK kambing tahun 2012.

2. Kelompok meraih juara I Lomba Peternakan Kambing Tingkat Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011.

3. Kelompok merupakan juara I Lomba Peternakan Kambing Tingkat DI. Yogyakarta Tahun 2012.

4. Pada tahun 2013 KTT Ngudi Lestari meraih peringkat III Lomba Kelompok Peternak dan Petugas Teknis Berprestasi untuk kategori ternak kambing yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Lomba ini digelar untuk mengetahui sejauh mana penerapan sistem dan usaha peternakan yang dilaksanakan oleh para peternak yang terbentuk dalam kelompok peternak di seluruh Indonesia.

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015-Februari 2016, pengambilan data dan informasi dari responden dilaksanakan pada bulan November 2015.

Pengumpulan Data

Populasi target pada penelitian ini adalah sebanyak 36 responden penerima dana bantuan PMUK KTT Ngudi Lestari di Pedukuhan VIII Balong Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Kelengkapan data mempengaruhi kualitas analisis, oleh karenanya akan berdampak kepada keputusan yang diambil.

Dalam penelitian ini, karena jumlah populasi relatif kecil dan relatif mudah dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling. Dengan metode pengambilan contoh ini diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai sesungguhnya dan diharapkan dapat memperkecil terjadinya kesalahan/ penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman et all, 2008 .

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan kepada responden dan responden memilih alternatif jawaban yang sudah tersedia dan kemudian data dari hasil penyebaran kuisioner diukur dengan menggunakan Skala Guttman. Skala Guttman sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal (Usman et all. 2008 . Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa lembar kuesioner berskala Guttman, data yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikotomi (dua

alternatif yaitu “Ya” dan “Tidak” sehingga dengan demikian peneliti berharap

(26)

13

diamati dalam penelitian bisa diklasifikasikan sebagai objek atau karakteristik. Dalam hal ini peneliti harus menggunakan indikator dan kriteria yang cocok. Peneliti akan mengukur indikator atau kriteria karakteristik atau peubah penelitian. Pengukuran peubah menggunakan skala.

Skala pengukuran adalah peraturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran. Menurut skala pengukurannya, data dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu data nominal, data ordinal, data interval dan data ratio (Supardi. 2013). Skala ordinal adalah jika kita ingin membeda-bedakan suatu objek berdasarkan sangat disukai, disukai, tidak disukai dan sangat tidak disukai. Skala interval adalah jika suatu skala memiliki sifat dari skala ordinal dan jika jarak antara dua angka (skor) pada skala itu mempunyai unsur jarak. Skala interval merupakan angka kuantitatif yang tidak memiliki nilai nol mutlak, sedangkan skala rasio adalah suatu skala yang memiliki ciri suatu skala interval dan di samping itu memiliki titik nol sejati, maka skala tersebut disebut skala rasio. Skala rasio mencerminkan jumlah sebenarnya dari suatu peubah (Marimin dan Maghrifah

2010 .

Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait dengan peubah yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Peubah dalam penelitian ini secara umum dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu peubah bebas (yang mempengaruhi) atau X dan peubah terikat (yang dipengaruhi) atau Y. Masing-masing peubah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik individu (X1) 2. Kesesuaian Lokasi Penerima (X2) 3. Kesesuaian Kelompok Penerima (X3) 4. Proses Pelaksanaan (X4)

5. Output Kegiatan PMUK (Y)

Karakteristik individu (X1)

Karakteristik individu yang perlu diperhatikan dan tidak lepas dari keberdayaan adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman dan motivasi (Faizal. 2014 . Berdasarkan pendapat dan hasil penelitian indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menentukan karakteristik individual pada penerima bantuan dana PMUK KTT Ngudi Lestari adalah usia, pendidikan, pengalaman, lama beternak, lama menjadi anggota. Motivasi, manfaat dan tingkat kepedulian terhadap kelompok yaitu dilihat dari kehadiran anggota pada setiap pertemuan kelompok. Menurut Thoha 2008) berkaitan dengan karakteristik individu, bahwa individu membawa kedalam tatanan kelompok, kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Semua ini adalah karakteristik yang dimiliki individu. Untuk definisi operasional, parameter ukuran dan skala pengukuran peubah karakteristik anggota KTT Ngudi Lestari diuraikan pada lampiran 1.

Kesesuaian Lokasi Penerima (X2)

(27)

14

mengakomodasi kebutuhan peternak pada umumnya, dalam penelitian ini kesesuaian lokasi penerima dinilai dari lokasi kelompok penerima bantuan PMUK berpotensi atau tidaknya untuk menjadi wilayah sumber bibit kambing, didukung atau tidaknya sumber daya alam, endemis atau tidaknya penyakit, kepemilikan kandang, kandang berkoloni atau tidak, ada atau tidaknya petugas lapangan atau petugas pendamping, sarana pendukung serta lokasi yang mudah atau tidaknya dijangkau bagi pembinaan dan pemasaran hasil peternakan.

Untuk definisi operasional, parameter ukuran dan skala pengukuran peubah kesesuaian lokasi penerima diuraikan pada lampiran 2.

Kesesuaian Kelompok Penerima (X3)

Salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat peternakan, termasuk pengembangan modal terletak pada ketepatan dan kebenaran dalam menentukan kelompok sasaran (Ditjen PKH. 2012 . Ketepatan pemilihan kelompok peternak sangat menentukan keberhasilan kegiatan. Untuk itu, perlu pemilihan dan penetapan kelompok peternak harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Setelah lokasi penerima kegiatan ditetapkan, maka dilakukan seleksi kelompok sasaran atau penerima bantuan PMUK.

Pemberian bantuan PMUK diberikan Pemerintah kepada para kelompok petani umumnya dalam bentuk uang serta terdapat kasus dimana pada beberapa daerah banyak bantuan dana dari pemerintah yang diselewengkan untuk kegiatan lain di luar pertanian maka penilaian kesesuai kelompok penerima pada penelitian ini diketahui dari penilaian jawaban responden yang meliputi jumlah anggota saat ini, jumlah anggota pada saat penerimaan bantuan PMUK pada tahun 2012, keaktifan kelompok dalam 2 tahun terakhir sebelum dan setelah adanya bantuan PMUK, informasi mengenai ada tidaknya penerimaan dana lain yang bersamaan dengan dana PMUK, ada atau tidaknya pengajuan proposal kepada dinas kabupaten untuk mendapatkan bantuan PMUK pada tahun 2012 serta kebersediaan atau tidaknya kelompok jika dibina dan diarahkan oleh tim teknis untuk pengembangan lebih lanjut.

Untuk menjalankan sebuah kelompok tani ternak dengan baik sangatlah sulit tanpa ditopang oleh keaktifan di dalam kelompoknya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa di manfaatkan dalam usahanya. Keaktifan petani pada kelompok tani akan berpengaruh pada penambahan informasi-informasi yang bermanfaat bagi peningkatan kemampuan bertani serta aktif tidaknya anggota kelompok akan berimbas pada hasil terakhir tujuan yang ingin dicapai. Keaktifan dalam kelompok tani dapat dilihat dari peubah tingkat kehadiran dalam pertemuan kelompok tani, keterlibatan dalam kegiatan kelompok tani dan keterlibatan dalam diskusi kelompok tani (Kustiari et all.2006). Untuk definisi operasional, parameter ukuran dan skala pengukuran peubah kesesuaian kelompok penerima diuraikan pada lampiran 3.

Proses Pelaksanaan (X4)

(28)

15

(RUK) dan keikutsertaan menyusun RUK, selain itu juga apakah pemanfaatan dana PMUK dialokasikan untuk pengadaan bibit kambing, bantuan perbaikan kandang, pengadaan peralatan kandang, pengadaan pakan, obat-obatan, sarana rekording, administrasi kelompok. Pemanfaatan anggaran menyesuaikan dengan potensi dan sumberdaya yang dimiliki, realisasi penggunaan bantuan telah sesuai atau tidaknya dengan RUK yang telah ditetapkan oleh kelompok juga catatan dan dokumentasi tentang pemanfaatan dana bantuan serta ada atau tidaknya kelompok tani membuat dan melaporkan perkembangan dana bantuan PMUK. Untuk definisi operasional, parameter ukuran dan skala pengukuran peubah proses pelaksanaan diuraikan pada lampiran 4.

Output Kegiatan PMUK (Y)

Output kegiatan atau dengan pengertian lain merupakan hasil dari kegiatan PMUK adalah mencari tahu mengenai manfaat, ada atau tidaknya peningkatan penghasilan, pemupukan modal, setuju atau tidaknya penguliran ternak, pemanfaatan modal usaha yang minimal namun memberikan hasil yang cukup tinggi serta berpengaruh atau tidaknya dana PMUK terhadap pengembangan usaha bagi penerima dana bantuan PMUK. Untuk definisi operasional, parameter ukuran dan skala pengukuran peubah output kegiatan diuraikan pada lampiran 5.

Pengolahan dan Analisis Data

Sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution bahwa “suatu alat ukur dikatakan valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu”

(Nasution, 2009). Pengujian validitas dilakukan dengan penelaahan terhadap kisi-kisi instrumen apakah telah sesuai dengan tujuan penelitian, setelah itu dilakukan penelaahan terhadap kesesuaian alat ukur penelitian serta penelaahan terhadap item-item pertanyaan yang diajukan terhadap responden. Setelah didapatkan data uji instrumen, peneliti melakukan tabulasi pada tabel Guttman dengan menyusun

item menurut ukuran skor jawaban “Ya” tertinggi sampai dengan yang paling

rendah, karena instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala Guttman.

Uji Kesahihan (Test of Validity)

Uji Kesahihan berhubungan dengan kesuaian dan kecermatan fungsi ukur dari alat yang digunakan, dengan menggunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas tinggi, maka hasil penelitian akan mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Metoda yang digunakan untuk menguji validitas konstruk masing-masing pernyataan terhadap peubah efektifitas pemberian bantuan, menurut Singarimbun dan Effendi (1995) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur

(29)

16

- Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi „person product moment‟.

Keterangan:

rxy : Koofisien korelasi (derajat hubungan antara rhitung dan Xtabel = 0,3

N : Jumlah responden

X : Skor untuk setiap pertanyaan Y : Skor total setiap peubah Sumber: Sugiyono. 2000

Jika dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai koofisien korelasi lebih dari atau sama dengan 0,3 (rhitung ≥ 0,3 maka data tersebut adalah valid berarti layak

untuk digunakan dalam pengujian hipotesis, sedangkan jika nilai koofisien korelasinya kurang dari 0,3 (rhitung < 0,3) menunjukkan bahwa data tersebut tidak

valid dan berarti tidak layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis dan disisihkan dari analisis selanjutnya. Setelah yang digunakan dalam penelitian ini valid, maka dilanjutkan dengan uji kehandalan.

Uji Kehandalan (Test of Reliability)

Kehandalan atau reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama. Untuk mengukur

reliabilitas alat pengukur yang digunakan adalah tekhnik Alpha Cronbach‟s

(Husein, 2002) dengan rumus sebagai berikut:

k Σởb2 r11 = 1 - k-1 ởt2

Keterangan:

r11 : nilai reliabilitas

k : banyak butir pertanyaan

ởt2 : varian total

Σởb2 : jumlah varian butir Sumber : Umar. 2008

Nilai r hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel

product moment. Jika dihitung nilai rhitung lebih besar dari rtabel maka kuesioner

dinyatakan reliable. Uji reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur apakah kuesioner benar-benar merupakan indikator yang mengukur suatu peubah. Reliabilitas dalam penelitian ini diuji dengan metode Alpha

(30)

17

for Social Science (SPSS). Data dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach‟s diatas 0,6 (Sekaran. 1992 .

Analisis Regresi Berganda

Penggunaan analisis regresi berganda dalam menganalisis data didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat peubah bebas (X1, X2, X3 dan X4) terhadap peubah terikat (Y), atau dengan alasan bahwa analisis ini dapat digunakan sebagai model prediksi atau mencari pengaruh terhadap satu peubah dependen dengan beberapa peubah independen (Ridwan dan Kuncoro 2008) dengan model analisis sebagai berikut:

Y = β0+ β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X4 +έ Keterangan:

Y = Output Kegiatan PMUK X1 = Karakteristik Individu X2 = Kesesuaian Lokasi Penerima X3 = Kesesuaian Kelompok Penerima X4 = Proses Pelaksanaan Kegiatan

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien Regresi Peubah X1

β2 = Koefisien Regresi Peubah X2

β3 = Koefisien Regresi Peubah X3

β4 = Koefisien Regresi Peubah X4

έ = error term

Sumber: Ridwan dan Kuncoro 2008

Keabsahan suatu hasil penelitian sosial sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang digunakan tidak valid atau tidak dapat di percaya, hasil penelitian sosial yang diperoleh tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan sangat diharapkan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan dua macam pengujian yaitu test of validity (uji kesahihan) dan test of reliability (uji kehandalan) untuk menguji kesungguhan jawaban responden (pengujian kuesioner).

Pengujian secara simultan (Uji F)

Pengujian dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh peubah independen terhadap peubah dependen secara simultan atau keseluruhan (yaitu pada uji hipotesis pertama). Untuk menghitung nilai Fhitung rumus yang digunakan yaitu:

(n-k-1)R2 Fhitung =

(31)

18

Keterangan:

n = jumlah contoh

k = jumlah peubah independen (variabel bebas) R = koofisien determinasi

Menurut Ridwan dan Kuncoro (2008), hasil perhitungan Fhitung kemudian

dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan tingkat keyakinan 95% α = 0,05 dengan

kriteria keputusan sebagai berikut:

Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima (nyata)

Jika Fhitung≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak nyata)

Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Pengujian dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing peubah independen secara parsial terhadap peubah dependen (Ridwan dan Kuncoro, 2008), dan untuk menghitung nilai thitung digunakan rumus:

Βi

Thitung =

Sβi Keterangan:

Β1 = koofisien regresi peubah independen ke-i Sβi = standar error dari variabel independen ke-i

Hasil perhitungan tersebut dibandingkan antara nilai thitung dengan nilai ttabel

dengan tingkat kepercayaan 95% α = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut: - Jika ttabel ≤ thitung≤ ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

- Jika thitung < ttabel atau thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima

Analisa Korelasi

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara Kesesuaian Lokasi Penerima, Kesesuaian Kelompok Penerima dan Proses Pelaksanaan dengan Output Kegiatan PMUK adalah dengan menggunakan korelasi product moment. Kegunaan dari korelasi ini adalah untuk menguji dua signifikansi dua peubah, mengetahui kuat lemah hubungan, dan mengetahui besar retribusi. Dalam penelitian ini analisis korelasi pearson digunakan untuk menjelaskan derajat hubungan antara peubah bebas (independent) dengan peubah terikat (dependent). Kriteria penilaian korelasi menurut Sugiyono (2003) seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria penilaian korelasi

Interval Koefisian Tingkat Hubungan

0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat

(32)

19

Pengujian Koofisien Determinasi (R2)

Koofisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar peubah X berkontribusi atau ikut menentukan peubah Y yang biasanya dinyatakan dalam presentase (Ridwan dan Kuncoro, 2008). Rumus analisis koofisien determinasi sebagai berikut:

KD = R2 x 100% Keterangan:

KD = nilai koofisien determinasi R2 = nilai koofisien korelasi

Nilai R2 berada antara 0 dan 1, semakin mendekati nilai 1 atau 100%, maka semakin besar pengaruh peubah independen terhadap pengaruh peubah dependen.

Hipotesis Penelitian

Indriantoro dan Supomo (2002) mengatakan bahwa pengujian hipotesis dimaksudkan untuk melihat tingkat signifikansi, yaitu hipotesis penelitian yang telah diuji dengan data contoh dapat diberlakukan atau tidak untuk populasi dan untuk menentukan apakah jawaban teoritis yang terkandung dalam pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan dianalisis dalam proses pengujian data.

Hipotesis

Pengujian hipotesis untuk korelasi ini dirumuskan dengaan nol (H0) dan

hipotesis pengganti (Ha), rumusan hipotesis sebagai berikut:

Y = Output kegiatan PMUK X1 = Karakteristik Individu

X2 = Kesesuaian kelompok penerima

X3 = Kesesuaian lokasi kelompok penerima X4 = Proses pelaksanaan Kegiatan

a. Karakteristik Individu, kesesuaian kelompok penerima, kesesuaian lokasi kelompok penerima, proses pelaksanaan kegiatan secara simultan berpengaruh nyata terhadap output kegiatan PMUK.

Ho1: β1, β2, β3, β4 ≤ 0, menunjukkan bahwa Karakteristik Individu (X1), Kesesuaian Kelompok Penerima (X2), Kesesuaian Lokasi Kelompok Penerima (X3) dan Proses Pelaksanaan (X4) secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap output kegiatan PMUK.

(33)

20

b. Karakteristik Individu, kesesuaian kelompok penerima, kesesuaian lokasi kelompok penerima, proses pelaksanaan kegiatan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap output kegiatan PMUK.

Ho1 : β1, β2, β3, β4≤ 0, menunjukkan bahwa Karakteristik Individu (X1), Kesesuaian Kelompok Penerima (X2), Kesesuaian Lokasi Kelompok Penerima (X3) dan Proses Pelaksanaan (X4) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap output kegiatan PMUK.

Ha1 : β1, β2, β3, β4 > 0, menunjukkan bahwa Karakteristik Individu (X1), Kesesuaian Kelompok Penerima (X2), Kesesuaian Lokasi Kelompok Penerima (X3) dan Proses Pelaksanaan (X4) secara parsial berpengaruh nyata terhadap

output kegiatan PMUK.

Analisis Efektivitas Penguatan Modal Usaha Kelompok Tani Ternak

Untuk mengevaluasi efektivitas dana bantuan PMUK dilihat dari input, process, output, outcome, dan impact seperti pada Gambar 2. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif kualitatif. Keberhasilan penyaluran dana PMUK dinilai dari data dan informasi yang diperoleh dari pengurus dan anggota kelompok melalui kuesioner dan daftar pertanyaan. Data dan informasi tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk menunjukkan sejauh mana efektivitas dari penyaluran dana PMUK tercapai berdasarkan indikator-indikator yang ada. Keberhasilan penyaluran dana PMUK akan memberikan dampak berupa manfaat yang optimal bagi anggota kelompok tani.

(34)

21

Indikator-indikator efektivitas penyaluran dana PMUK adalah sebagai berikut: 1. Input; adalah sumberdaya seperti anggaran (dana), SDM, peralatan, material,

dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan. Adapun input dalam penyaluran dana PMUK adalah sebagai berikut: a. Bantuan dana PMUK; dikategorikan efektif apabila ternak dan dari dana PMUK diberikan kepada petani/peternak miskin yang termasuk anggota kelompok tani ternak Ngudi Lestari di Kulon Progo Yogyakarta.

b. Sumber Daya Manusia (Pengurus kelompok tani ternak, anggota kelompok tani ternak, dan petugas pendamping); dikategorikan efektif apabila potensi sumber daya manusia yang tersedia mendukung dalam pelaksanaan program PMUK.

c. Pelatihan; dikategorikan efektif jika ada pelatihan yang diikuti kelompok untuk menambah pengetahuan dan keterampilan masing-masing anggota. 2. Process; adalah kegiatan yang dilakukan supaya input dapat menghasilkan

output sesuai dengan yang diharapkan, meliputi:

a. Sosialisasi; dikategorikan efektif apabila ada pemberian sosialisasi kepada pengurus dan anggota kelompok tani ternak sebelum diberikan bantuan dana PMUK.

b. Penyusunan Rencana Usaha Kelompok (RUK); dikategorikan efektif jika pengurus dan anggota bersama-sama menyusun RUK, sehingga diharapkan pemanfaatn dana sesuai dengan yang telah direncanakan. c. Cara atau prosedur pencairan dana PMUK; dikategorikan efektif apabila

pencairan dana PMUK sesuai dengan syarat dan prosedur yang telah ditentukan.

d. Pembinaan dan Pemantauan oleh petugas pendamping dikategorikan efektif jika pembinaan dan pemantauan dilakukan secara berkala agar pemanfaatan bantuan PMUK sesuai dengan tujuan kegiatan.

3. Output; adalah efek langsung, artinya bentuk produk yang dihasilkan secara langsung, baik bersifat fisik maupun non fisik yang dapat dihasilkan dari pelaksanaan program dan kegiatan yang direncanakan, output meliputi: a. Tersalurkannya dana PMUK; dikategorikan efektif apabila semua anggota

kelompok tani ternak bisa mendapatkan bantuan dari PMUK.

b. Terlaksananya fasilitasi penguatan modal bagi kelompok tani ternak; dikategorikan efektif apabila pengurus kelompok tani ternak mampu memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha bagi petani.

c. Kelengkapan administrasi; dikategorikan efektif apabila Kelompok Tani Ternak Ngudi Lestari memiliki pencatatan laporan keuangan dan operasional perusahaan yang lengkap.

4. Outcome; adalah efek tidak langsung atau jangka panjang dari sebuah program atau kegiatan, yang menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak, outcome meliputi: a. Pendapatan peternak setelah menerima bantuan PMUK; dikategorikan

efektif jika terjadi peningkatan pendapatan peternak yang nyata setelah menerima bantuan ternak

(35)

22

5. Impact; adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum lainnya yang dinilai oleh pencapaian kinerja setiap indikator dalam suatu program atau kegiatan. Secara sederhana, dampak adalah hasil dalam jangka panjang dan lebih luas efeknya, meliputi:

a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga peternak anggota; dikategorikan efektif jika terjadi peningkatan usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga peternak anggota setelah menerima dan memanfaatkan bantuan PMUK untuk penambahan modal di dalam menjalankan usahanya.

Dari kelima indikator tersebut, yaitu: input, process, output, outcome, dan impact

yang terdiri atas 13 poin, maka secara keseluruhan ia dikategorikan efektif jika

(36)

23

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kelompok

KTT Ngudi Lestari dibentuk pada tanggal 1 Januari 1995 dengan jumlah anggota sebanyak 36 orang. Status kelompok adalah Kelompok Tani Ternak Kelas Madya, nomor regristrasi 18/BJR-KT/X/2011 di Kantor Ketahanan Pangan dan

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. KTT Ngudi Lestari terletak di pedukuhan Balong VIII, Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. KTT Ngudi Lestari dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama agar ada pembagian tugas dan tanggung jawab serta terjadi pertukaran atau penyebaran informasi dan pengetahuan mengenai cara budidaya kambing PE yang baik sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat di dukuh Balong VIII. Dengan peningkatan pengetahuan diharapkan anggota dapat menerapkan cara budidaya yang baik sehingga dapat meningkatkan penghasilan dari ternak kambing PE.

Struktur kepengurusan organisasi KTT Ngudi Lestari terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara, serta adanya seksi-seksi seperti diperlihatkan dalam Gambar 3. Unit-unit usaha tersebut terdiri atas seksi perawatan dan kesehatan, seksi pembibitan, seksi produksi, seksi pemasaran, seksi pakan serta anggota.

Gambar 3. Struktur Organisasi KTT Ngudi Lestari

Sumber: KTT Ngudi Lestari

Ketua

Sie Pembibitan

Wakil

KETUA

Sekretaris Bendahara

Sie Perlengkapan Sie Humas

Sie Pakan Sie

Produksi Sie Perawatan

dan Kesehatan

Anggota

(37)

24

Fungsi-fungsi organisasi tertera dalam bagan struktur di atas tertuang dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang dibuat kelompok Ngudi Lestari. Pengambilan keputusan dilakukan melalui rapat anggota dan rapat pengurus yang dilakukan secara demokratis melalui musyawarah mufakat. Setiap tanggal 20, kelompok melakukan pertemuan yang dimulai pukul 13.00 s.d. selesai untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan kelompok setiap bulannya. Kegiatan dilakukan berdasarkan kesepakatan kelompok dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh sebagian besar anggotanya.

Pada tahun 2012, setelah diseleksi KTT Ngudi Lestari terpilih menjadi penerima alokasi PMUK pembibitan kambing yang dialokasikan melalui dana APBN satuan kerja Dinas Pertanian Provinsi DI. Yogyakarta, dan ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi DI. Yogyakarta. KTT Ngudi Lestari bergerak di bidang pemasaran bibit kambing PE sehingga dalam pasca panen tidak dilakukan kegiatan pengolahan apapun dari bibit kambing PE yang dihasilkan. Ternak dijual langsung kepada kelompok yang bermitra dengan Ngudi Lestari dan kepada orang yang membutuhkan kambing PE. Kelompok Ngudi Lestari melakukan kerjasama dengan beberapa pihak, yang meliputi kegiatan penyediaan bibit kambing PE dan pemasaran.

Penyediaan bibit dilakukan dengan cara induk atau pejantan yang tidak baik akan dijual sedangkan yang baik akan tetap dipertahankan. Peremajaan induk atau pejantan yang utama dilakukan dengan mempertahankan bibit yang baik kemudian dibesarkan menjadi calon induk atau calon pejantan hingga dewasa. Calon induk dan calon pejantan yang baik tidak boleh dijual agar kelompok pada masa depan tetap menghasilkan induk dan pejantan dewasa yang bagus.

Menurut anggota KTT Ngudi Lestari, sumber pakan hijauan diperoleh dari lingkungan sekitar dengan mengambil langsung dari kebun kelompok maupun dari kebun perorangan. Letak kandang rata-rata 10 m dari rumah anggota. KTT Ngudi Lestari bergerak di bidang pemasaran bibit kambing PE sehingga dalam pascapanen tidak dilakukan kegiatan pengolahan apapun dari bibit kambing PE yang dihasilkan. Bibit dijual langsung kepada kelompok yang bermitra dengan kelompok Ngudi Lestari dan kepada orang yang membutuhkan kambing PE.

Data Pengisian Kuesioner

Dalam penelitian ini dikarenakan jumlah populasi relatif kecil dan relatif mudah dijangkau, maka peneliti menggunakan metode total sampling, penelitian ini dilakukan terhadap 36 responden dalam suatu populasi yang merupakan salah satu penerima alokasi program PMUK peternakan komoditas kambing pada tahun 2012 yaitu Kelompok Tani Ternak (KTT) Ngudi Lestari di Pedukuhan VIII Balong Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan salah satu sentra pengembangan kambing.

Karakteristik Individu (X1)

(38)

25

Tabel 5. Sebaran karakteristik individu

Karakteristik individu Pengukuran Kategori Persentase (%)

Kehadiran dalam pertemuan kelompok % 50

51-75

>76

10 13 13

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian anggota KTT Ngudi Lestari berusia antara 41-60 tahun (83%), 21-40 tahun (11%) dan di atas 60 (5%). Anggota yang berusia di atas 60 tahun tidak banyak dan mereka umumnya beternak karena sudah turun temurun.

Dari aspek pendidikan formal 52% sekolah setingkat Sekolah Dasar (SD/Sederajat), 8% berpendidikan SLTP/Sederajat, 27% berpendidikan SMA/Sederajat dan sebesar 11% berpendidikan setingkat DI/D2/D3/SI Sederajat. Tingkat pendidikan masyarakat yang masih relatif rendah mengakibatkan cara mengelola atau memanajemen dalam usaha beternak kambing yang dilakukan masih sederhana.

Sebagian besar peternak (41%) menyatakan bahwa mereka telah lama beternak walaupun ini merupakan usaha sambilan disamping bertani. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan salah satu ternak unggulan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sudah sejak lama kambing PE dikembangkan di wilayah Yogyakarta termasuk di wilayah kabupaten Kulon Progo, ditambah kondisi agroklimat wilayah dataran tinggi di Kulon Progo dinilai cocok untuk pengembangan budi daya kambing peranakan etawa (PE).

Sebelum mendapat bantuan Pemerintah melalui PMUK, anggota kelompok yang memiliki ternak kambing relatif masih rendah, hanya berkisar 0-12 ekor, namun setelah mendapat PMUK kepemilikan ternak kambing menjadi lebih berkembang, bahkan ada yang memiliki lebih dari 20 ekor.

(39)

26

lingkungan usaha. Oleh karena itu, pengadaan dan pengembangan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian, potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan (Saputra.2014 . Bagi masyarakat di pedesaan, berkelompok sudah menjadi suatu hal yang lumrah. Kelompoktani yang selanjutnya disebut poktan adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota (Kementerian Pertanian.

2013 . Dari 36 anggota KTT Ngudi Lestari, bahkan 61% sudah menjadi anggota kelompok selama 8-10 tahun.

Mayoritas anggota kelompok (75%) sudah saling kenal antar anggota, dan menyatakan dapat memahami tujuan berkelompok pada saat menjadi anggota KTT Ngudi Lestari. Tujuan dimaksud berkaitan dengan persepsi anggota untuk saling mengenal sesama anggota dan berbagi informasi, namun pemahaman anggota terhadap tujuan berkelompok tersebut, ternyata tidak sejajar dengan motivasi dan partisipasi mereka dalam mengikuti pertemuan mingguan. Tingkat kehadiran anggota 50% dalam pertemuan rutin mingguan (27%), sedangkan kehadiran diatas 75% hanya mencapai 36% (13 orang). Hal ini dimungkinkan karena kesibukan para anggota mengerjakan pekerjaan utamanya yaitu bertani.

Kesesuaian Lokasi Penerima (X2)

Lokasi penerima kelompok mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan ternak, karena penetapan lokasi dan kesesuaian lokasi penerima bantuan sangat menentukan keberhasilan kegiatan. Seperti telah dijelaskan diatas, kepemilikan ternak kambing menjadi lebih berkembang setelah mendapatkan PMUK, bahkan sebagian responden 61%) menyatakan bahwa Pedukuhan VIII Balong Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo berpotensi untuk dikembangkan menjadi wilayah sumber bibit kambing. Sebagian besar (75 ) responden menyatakan kandang kelompok berbentuk koloni, walaupun anggota memiliki kandang kambing sendiri.

Selain itu sebagian besar responden menyatakan bahwa kondisi agroekosistem sesuai untuk pengembangan usaha pembibitan kambing, antara lain didukung oleh ketersediaan sumber pakan lokal dan air, serta bukan merupakan daerah endemis penyakit hewan menular. Keberadaan petugas teknis peternakan yang berasal dari Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kulon Progo dipandang memberi dukungan positif dalam membina kelompok.

Kesesuaian Kelompok Penerima (X3)

Gambar

Tabel 1. Jumlah ternak menurut jenisnya di kabupaten/kota D.I. Yogyakarta tahun  2012  Jenis Ternak       Kabupaten/Kota    DIY  Kulon   Progo   Bantul   Gunung  kidul   Sleman   Yogya  karta   1
Tabel 2.  Penelitian  Terdahulu  Tentang  Program  Bantuan  Penguatan  Modal  Usaha
Tabel 3.  Tujuan,  Peubah  dan  Indikator  Penelitian  Efektifitas  PMUK  KTT  Ngudi  Lestari
Gambar  3. Struktur Organisasi KTT Ngudi Lestari Sumber: KTT Ngudi Lestari
+2

Referensi

Dokumen terkait

dibandingkan dengan rangkaian sederhana, dan penghematan energi 22 % dengan pemasangan kapasitor bank, maka wahana bawah laut akan lebih cepat dalam proses pengisian

Dalam penelitian ini, kadar glukosa tertinggi dihasilkan oleh penambahan volume enzim alfa-amilase dan gluko-amilase sebanyak 4 ml, sedangkan kadar etanol hasil distilasi

Dari penjelasan UU Pendidikan Tinggi di atas dapat diketahui bahwa wilayah kajian Islam di PTAI tidak lebih dari sekadar mengkaji keyakinan tentang ketuhanan atau

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi konsep partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata buatan di kelurahan meruyung (2) mengidentifikasi konsep pengembangan

Karena esterifikasi antara alkohol dan dan asam organik merupakan reaksi kesetimbangan dapat balik, maka untuk mencapai konversi yang tinggi perlu perlu pemisahan

obat modern karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern, salah satu tumbuhan obat yang di yakini masyarakat

45 Tahun 1990 menjelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan peceraian wajib memperoleh izin atau surat keterangan dari pejabat (atasan) dan hal

Penelitian ini berjudul Kajian Kelayakan Operasi Pecah Beban Penyulang Beta SJ-2 untuk Kehandalan Sistem Kelistrikan Kota Bitung, kajian ini dilakukan untuk