• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Aktivitas Mikroba Rumen in Vitro dari Ekstrak Daun Saga dan Daun Kemuning dalam Ransum Kambing Perah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Aktivitas Mikroba Rumen in Vitro dari Ekstrak Daun Saga dan Daun Kemuning dalam Ransum Kambing Perah"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

EKA RACHMI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

EVALUASI AKTIVITAS MIKROBA RUMEN

IN VITRO

DARI

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Aktivitas Mikroba Rumen in Vitro dari Ekstrak Daun Saga dan Daun Kemuning dalam Ransum Kambing Perah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

EKA RACHMI. Evaluasi Aktivitas Mikroba Rumen in Vitro dari Ekstrak Daun Saga dan Daun Kemuning dalam Ransum Kambing Perah. Dibimbing oleh DWIERRA EVVYERNIE AMIRROENAS dan HERI AHMAD SUKRIA.

Daun saga dan kemuning adalah tanaman herbal yang dapat dijadikan sebagai imbuhan pakan untuk ternak. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh penambahan ekstrak daun saga dan kemuning pada ransum kambing perah secara in vitro. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 5 dengan tiga periode pengambilan cairan rumen yang berbeda sebagai kelompok. Terdapat dua faktor yaitu faktor A adalah tiga jenis ransum; P1 = P0 + Ekstrak daun saga, P2 = P0 + Ekstrak daun kemuning dan P3 = P0 + Campuran ekstrak daun saga dan kemuning. Faktor B adalah tarat pemberian ekstrak (0%, 4%, 8%, 12%, dan 16 %). Parameter yang diamati yaitu populasi mikroba rumen, fermentabilitas, dan kecernaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis ransum dengan taraf pemberian ekstrak. Penambahan ekstrak daun saga dan kemuning cenderung menurunkan populasi mikroba, fermentabilitas, dan kecernaan akibat menurunnya populasi mikroba dengan meningkatnya taraf pemberian. Dengan demikian, sebaiknya ekstrak daun saga dan kemuning serta campurannya ditambahkan ke dalam ransum kambing perah pada taraf terendah yaitu 4%.

Kata kunci : daun kemuning, daun saga, in vitro, mikroba, taraf

ABSTRACT

EKA RACHMI. Evaluation of in Vitro Rumen Microbes Activities of Saga and Kemuning Leaves Extract for Dairy Goats Diet. Supervised by DWIERRA EVVYERNIE AMIRROENAS and HERI AHMAD SUKRIA.

Saga and kemuning leaves are medical plants that can be used as feed additive for animal. This research aimed to study the effect of addition of saga and kemuning leave extracts in dairy goat diet through in vitro evaluation. Experimental design of this research was Randomized Block Design (RGD) with 3 x 5 factorial with three collection periods of rumen fluid as a group was used in this experiment. There were two factors i.e. factor A was four types of ration; P1 = P0 + Saga leaf extract, P2= P0 + Kemuning leaf extract, and P3 = P0 + Mixture extract of saga and kemuning leaf. Factor B was level of extract like: 0%, 4%, 8%, 12%, and 16 %. Evaluated in vitro parameter were rumen microbial population, fermentability, and digestibility. This research showed no interaction between the ration with levels of the extract. The addition of saga and kemuning leaves extract cause decreasing the microbes population, fermentability, and digestibility caused death of microbes by increasing level of the extract. As conclusion, saga and kemuning leaves extract and the mixture can be allowed into dairy goat ration at lowest level of 4%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

EKA RACHMI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

EVALUASI AKTIVITAS MIKROBA RUMEN

IN VITRO

DARI

(6)
(7)

Judul Skripsi : Evaluasi Aktivitas Mikroba Rumen in Vitro dari Ekstrak Daun Saga dan Daun Kemuning dalam Ransum Kambing Perah Nama : Eka Rachmi

NIM : D24100030

Disetujui oleh

Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS, MSc Dr Ir Heri A. Sukria, MAgrSc

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah feed additive dari tanaman herbal, dengan judul Evaluasi Aktivitas Mikroba Rumen in Vitro dari Ekstrak Daun Saga dan Daun Kemuning dalam Ransum Kambing Perah.

Daun saga dan daun kemuning merupakan tanaman herbal yang berpotensi menjadi feed additive. Penggunaan kedua herbal tersebut perlu dibatasi karena mengandung zat sebagai antimikroba. Penelitian mengenai ekstrak daun saga dan kemuning sebagai feed additive pada ransum kambing perah belum dilakukan, sehingga penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati pengaruh penggunaannya dalam ransum kambing perah terhadap aktivitas mikroba rumen, fermentabilitas, dan kecernaan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur Percobaan 2

Rancangan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Populasi Mikroorganisme Rumen 6

Fermentabilitas in Vitro 7

Kecernaan in Vitro 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 11

RIWAYAT HIDUP 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi dan kandungan nutrien ransum kontrol penelitian (% Bahan

kering 3

2 Pengaruh perlakuan terhadap populasi bakteri total (log CFU ml-1) 6 3 Pengaruh perlakuan terhadap populasi protozoa (log sel ml-1) 7 4 Pengaruh perlakuan terhadap rataan konsentrasi amonia N-NH3 (mM) 8 5 Pengaruh perlakuan terhadap rataan konsentrasi VFA total (mM) 9 6 Koefisien cerna bahan kering ransum perlakuan (%) 10 7 Koefisien cerna bahan organik ransum perlakuan (%) 10

DAFTAR LAMPIRAN

1

Analisis ragam populasi bakteri total 13

2 Analisis ragam populasi protozoa 13

3 Analisis ragam konsentrasi amonia (NH3) 13

4 Analisis ragam konsentrasi VFA total 14

5 Analisis ragam kecernaan bahan kering (KCBK) 14

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Salah satu ternak yang dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan mudah dalam pemeliharaannya adalah kambing perah. Budidaya kambing perah yang baik seharusnya didukung dengan pemenuhan kualitas pakan yang baik pula. Pakan harus mengandung nutrien yang dibutuhkan ternak dan memenuhi kebutuhan ternak untuk hidup pokok dan bereproduksi. Oleh karena itu, pada ransum ternak biasanya ditambahkan imbuhan pakan sebagai bahan pelengkap untuk memelihara kesehatan ternak sehingga produksi ternak menjadi lebih optimal. Hartadi et al. (1991) menyatakan bahwa feed additive adalah suatu bahan atau kombinasi bahan yang ditambahkan, biasanya dalam kuantitas yang kecil kedalam campuran makanan dasar untuk memenuhi kebutuhan khusus. Penambahan feed additive dalam ransum harus aman bagi mikroba rumen untuk fungsi pencernaan yang baik.

Salah satu feed additive yang lazim ditambahkan dalam ransum adalah antibiotik sintesis. Pemberian antibiotik ini dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas dan kesehatan sehingga meningkatkan produksi ternak. Selain itu, pemakaian antibiotik sintesis dalam kurun waktu yang lama dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Sejak Januari 2006, penggunaan antibiotik sebagai pakan imbuhan di Eropa telah dilarang karena antibiotik berpotensi ikut terserap pada produk hasil peternakan dan secara tidak langsung konsumen akan memperoleh antibiotik dalam konsentrasi rendah yang mampu meningkatkan resistensi bakteri serta residu kimia dan mampu menimbulkan efek alergi pada manusia (Greathead 2003). Penggunaan antibiotik pada pakan berasosiasi dengan munculnya beberapa strain patogen resisten, di antaranya Salmonella sp., Campylobacter sp., Escherichia coli, dan Enterococcus sp. (Hashemi dan Davoodi 2011). Dengan pengalihan penggunaan antibiotik, bahan herbal banyak dipergunakan sebagai alternatif imbuhan pakan.

(14)

2

baik dari jumlah populasi bakteri dan protozoa, fermentabilitas, maupun kecernaan secara in vitro.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan ekstrak daun saga dan daun kemuning dalam dosis yang aman di dalam ransum kambing perah yang diamati dari aktivitas mikroba rumen secara in vitro, sehingga dapat diketahui manfaat kedua ekstrak tanaman herbal tersebut dalam menstimulasi aktivitas mikroba, mendegradasi atau memfermentasi ransum di dalam rumen.

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun saga dan daun kemuning yang diperoleh dari Bogor dan Jogjakarta. Selain itu, bahan lain yang digunakan adalah cairan rumen kambing yang diperoleh dari tempat pemotongan kambing di Empang Bogor, rumput gajah, onggok, ampas tempe, dedak padi, bungkil kelapa, CPO, larutan McDougall, media agar Brain Heart Infussion (BHI) serta larutan TBFS (Trypan Blue Formalin Salin).

Alat

Peralatan yang digunakan terdiri dari tabung fermentor, shaker water bath, tabung Hungate, labu Erlenmeyer, otoklaf, tabung gas CO2, counting chamber, mikroskop, cawan Conway, alat-alat destilasi, alat-alat titrasi, cawan porselen, oven 1050C, tanur listrik 6000C, kertas saring Whatman No 41, dan sentrifus.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan Juni hingga September 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biofarmaka, Laboratorium PAU, Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, serta Laboratorium Biokimia dan Mikrobiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Percobaan

Persiapan Bahan dan Ransum

Proses ekstraksi bahan dilakukan pada daun saga dan daun kemuning yang telah dikeringkan dan digiling halus. Sebanyak 800 gram daun giling direbus menggunakan pelarut air. Proses perebusan tersebut dilakukan selama empat kali per 200 gram bahan dan 2 liter air selama 15 menit. Setelah itu bahan diekstrak menggunakan alat pengepresan hidrolik, kemudian air hasil ekstraksi tersebut dilakukan proses freeze drying.

(15)

3 bentuk tepung. Semua bahan tersebut kemudian dicampurkan sesuai dengan formulasi ransum dengan mengacu kepada standar kebutuhan nutrisi kambing perah laktasi menurut NRC (2007). Kandungan nutrien ransum kontrol penelitian disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrien ransum kontrol penelitian (% Bahan kering)

*) Hasil analisis proksimat Laboratorium PAU (2013)

Terdapat empat jenis ransum yaitu satu ransum basal sebagai kontrol dan tiga ransum yang mengandung ekstrak daun saga, ekstrak daun kemuning, dan campuran ekstrak daun saga dan daun kemuning. Ketiga perlakuan tersebut digunakan dengan taraf yang berbeda (0%, 4%, 8%, 12%, dan 16%). Susunan ransum penelitian tersebut sebagai berikut :

P1 = Ransum Kontrol + Ekstrak daun saga P2 = Ransum Kontrol + Ekstrak daun kemuning

P3 = Ransum Kontrol + Campuran ekstrak daun saga dan daun kemuning Pengambilan Cairan Rumen

Cairan rumen diambil dari tempat pemotongan kambing perah di Empang, Bogor. Termos diisi dengan air panas yang bersuhu 39 ºC; air di dalam termos tidak dibuang hingga cairan rumen didapatkan. Isi rumen diambil dan disaring dengan menggunakan kain penyaring, kemudian dimasukkan ke dalam termos yang sebelumnya sudah dibuang air panasnya. Cairan rumen dalam termos tersebut segera dibawa ke Laboratorium Nutrisi Ternak Perah.

Pencernaan Fermentatif

(16)

4

total dan protozoa, sedangkan inkubasi 48 jam diambil supernatannya untuk analisis kecernaan bahan kering dan bahan organik.

Perhitungan Populasi Bakteri Total

Perhitungan populasi bakteri total menggunakan metode Ogimoto dan Imai (1981). Populasi bakteri total dihitung dengan metode pencacah koloni bakteri hidup. Prinsip perhitungannya adalah cairan rumen diencerkan secara serial lalu dibiakkan dalam media agar BHI. Pengenceran yang dilakukan sebanyak tiga kali, diantaranya 10-2, 10-3, 10-4. Bakteri yang ditumbuhkan di dalam media agar BHI diinkubasi selama 24 jam untuk kemudian dihitung jumlah koloninya. Populasi bakteri dapat dihitung dengan rumus :

Populasi bakteri (CFUml-1) = Jumlah koloni 0.05 x 0.1 x 10x Keterangan :

x = tabung seri pengenceran ke-x

Perhitungan Populasi Protozoa Total

Perhitungan populasi protozoa menggunakan metode Ogimoto dan Imai (1981). Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan meneteskan sampel (2 tetes) yang telah dicampur dengan larutan garam formalin (TBFS) dengan rasio 1:1 pada counting chamber. Larutan TBFS dibuat dari campuran formalin 4% ditambah larutan garam NaCl fisiologis 0.9% dalam 100 ml larutan. Protozoa yang dihitung adalah total dari protozoa yang terdapat dalam counting chamber dengan ketebalan 0.1 mm, luas kotak terkecil 0.0025 mm2 yang terdapat 16 kotak dan jumlah kotak yang dibaca sebanyak 5 kotak. Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan mikroskop pada pembesaran 10 kali. Populasi protozoa dapat dihitung dengan rumus :

Protozoa ml cairan rumen-1 = 1000 x FP x C 0.1 x 0.0025 x 16 x 5 Keterangan :

C = Jumlah protozoa terhitung dalam counting chamber FP = Faktor Pengenceran

Analisis Konsentrasi Ammonia (N-NH3)

(17)

5 Analisis VFA Total

Konsentrasi VFA diukur dengan menggunakan Teknik Destilasi Uap (General Laboratory Procedure, Department of Dairy Science University of Wisconsin 1969). Supernatan diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam Analisis VFA total menggunakan seperangkat alat destilasi. Sebanyak 5 ml supernatan sampel dan 1 ml H2SO4 dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung destilasi. Destilasi ditampung dengan labu erlenmeyer 250 ml yang telah terisi 5 ml NaOH. Proses destilasi selesai pada jumlah destilasi yang tertampung ditambahkan indikator phenolphthalein (PP) sebanyak 2-3 tetes, lalu dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna dari merah jambu menjadi bening. Konsentrasi VFA dapat dihitung dengan rumus:

Konsentrasi VFA total (mM) = (a-b) x N HCl x 1000/5 ml

Analisis Kecernaan Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) Pengukuran kecernaan bahan kering dan bahan organik (KCBK dan KCBO) dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1963). Sampel diinkubasikan selama 48 jam, yaitu 24 jam pertama merupakan pencernaan fermentatif (anaerob) dan pencernaan yang kedua adalah enzimatis (anaerob). Pencernaan fermentatif menggunakan larutan McDougall dan cairan rumen, sedangkan pencernaan enzimatis digantikan dengan pepsin. Setelah inkubasi 24 jam berikutnya, sampel disaring dan dimasukkan ke dalam oven 105ºC selama 24 untuk mengukur KCBK dan setelah itu dimasukkan kembali ke dalam tanur 600°C selama 6 jam untuk

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 5 dengan tiga periode pengambilan cairan rumen sebagai kelompok. Faktor yang diamati dalam penelitian ini ada dua yaitu Faktor A (Tipe ransum) : 1). P1 (P0+Ekstrak daun saga) 2). P2 (P0+Ekstrak daun kemuning) 3). P3 (P0+Campuran ekstrak daun saga dan kemuning); Faktor B (Taraf penggunaan) : 0, 4, 8, 12, dan 16%. Model matematika yang digunakan adalah:

Yijk = µ + τi + αj+βk + αjβk +εijk

Keterangan :

(18)

6

µ = nilai rataan umum

τi = pengaruh kelompok (cairan rumen) ke-i αj = pengaruh ransum ke-j

βk = pengaruh taraf ke-k

αjβk = pengaruh interaksi ransum dan taraf

εijk = galat percobaan untuk kelompok ke-i, pengaruh ransum ke-j dan pengaruh perlakuan level ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance) menggunakan SPSS dan bila terdapat perbedaan nyata akan dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie 1993) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Mikroorganisme Rumen

Menurut Theodorou dan France (2005), konsentrasi bakteri dalam cairan rumen yaitu 109-1010 ml-1. Hasil menunjukkan bahwa jumlah populasi bakteri pada semua perlakuan menurun dari kontrol berkisar antara 106-109 CFU ml-1 dengan jumlah populasi pada perlakuan kontrol yaitu 1010 CFU ml-1. Sedangkan untuk populasi protozoa,kisaran normal rataan populasi protozoa pada berbagai ternak ruminansia adalah 104-106 CFU ml-1 cairan rumen (Kamra 2005). Jumlah populasi protozoa dalam penelitian ini sesuai dengan kisaran menurut Kamra (2005) yaitu 4 log sel ml-1 cairan rumen atau 104 sel ml-1 cairan rumen. Pengaruh penambahan ekstrak daun saga dan daun kemuning ke dalam ransum terhadap populasi bakteri total dan protozoa disajikan dalam Tabel 2 dan 3. Secara statistik, penambahan ekstrak saga dan kemuning menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap populasi bakteteri total dan protozoa.

Tabel 2 Pengaruh perlakuan terhadap populasi bakteri total (log CFU ml-1)

Taraf (%) Jenis ransum Rataan±SD

P1 P2 P3

Rataan±SD 8.13±1.62 7.40±0.77 7.95±1.33

P1 : Ransum kontrol + ekstrak daun saga; P2 : Ransum kontrol + ekstrak daun kemuning; P3 : Ransum kontrol + campuran ekstrak daun saga dan daun kemuning.

(19)

7 pada level 4% yang diduga merupakan fase adaptasi mikroba. Sesuai pernyataan Middelbeek et al. (1992), mikroba akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya apabila dipindahkan ke dalam suatu media. Dari hasil terlihat bahwa populasi bakteri total pada P2 paling sedikit diantara perlakuan lainnya yaitu 7.40 log CFU ml-1. Pada ekstrak kemuning terlihat bahwa populasi bakteri paling sedikit, hal ini menunjukkan bahwa khasiat ekstrak kemuning lebih kuat pengaruhnya dalam mematikan bakteri dibandingkan dengan ekstrak saga dan campuran ekstrak.

Tabel 3 Pengaruh perlakuan terhadap populasi protozoa (log sel ml-1)

Taraf (%) Jenis ransum Rataan±SD

P1 P2 P3

Rataan±SD 4.56±0.30 4.64±0.20 4.52±0.18

P1 : Ransum kontrol + ekstrak daun saga; P2 : Ransum kontrol + ekstrak daun kemuning; P3 : Ransum kontrol + campuran ekstrak daun saga dan daun kemuning.

Pada tabel 3 memperlihatkan bahwa P3 menghasilkan populasi protozoa yang paling sedikit, hal ini mengindikasikan bahwa pada campuran ekstrak mengandung 50% ekstrak saga dan 50% ekstrak kemuning yang masing - masing saling bersinergi dan memiliki kadar saponin yang tinggi sehingga menyebabkan defaunasi parsial. Hal ini sesuai dengan pendapat Patra et al. (2006) bahwa penurunan jumlah protozoa disebabkan saponin yang dapat mengganggu pertumbuhan protozoa dengan mempengaruhi permeabilitas membran sel. Makkar et al. (1998) dan Hristov et al. (1999) juga melaporkan bahwa suplementasi ekstrak tumbuhan yang mengandung saponin dapat menurunkan populasi protozoa pada percobaan in vitro. Kamra (2005) menyatakan bahwa ada beberapa dampak positif dengan pengurangan jumlah protozoa di dalam cairan rumen, diantaranya adanya penurunan aktivitas proteolisis, metanogenesis berkurang, peningkatan jumlah bakteri kemungkinan untuk mengambil alih fungsi protozoa, dan adanya peningkatan efisiensi konversi pakan terutama ransum yang mengandung serat tinggi.

Adapun dilihat secara trend linier pada populasi protozoa, pada perlakuan ekstrak kemuning memiliki trend linier yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Persamaan korelasi perlakuan ekstrak kemuning Y = -0.0151x + 4.8022 dan R² = 0.8403 secara tidak nyata mempengaruhi populasi protozoa. Sebesar 84% penambahan ekstrak kemuning mempengaruhi populasi protozoa dan sebanyak 16% dipengaruhi oleh faktor lain.

Fermentabilitas in Vitro

(20)

8

pakan oleh mikroorganisme rumen (NRC 2007). Secara statistik, penambahan ekstrak saga dan kemuning menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap fermentabilitas rumen.

Konsentrasi Amonia (N-NH3)

Konsentrasi N-NH3 untuk pembentukan protein mikroba menurut McDonald et al. (2002) yaitu 6-21 mM. Konsentrasi N-NH3 berbeda-beda di antara jenis ternak ruminansia bergantung kemampuan mikroba rumen dalam mendegradasi sumber nitrogen. Tabel 4 menunjukkan bahwa konsentrasi N-NH3 berdasarkan hasil penelitian berkisar antara 13.18-22.64 mM.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap rataan konsentrasi amonia N-NH3 (mM)

Taraf (%) Jenis ransum Rataan±SD

P1 P2 P3

0 17.10±1.28 17.10±1.28 17.10±1.28 17.10±1.28 4 15.33±1.11 13.18±5.53 15.44±3.31 14.65±3.32 8 17.15±3.79 18.49±3.61 18.61±3.41 18.08±3.61 12 16.27±3.64 16.41±1.69 22.63±3.74 18.44±3.02 16 14.68±6.26 18.72±9.81 17.72±5.50 17.04±7.19 Rataan±SD 16.11±3.22 16.78±4.38 18.30±3.45

P1 : Ransum kontrol + ekstrak daun saga; P2 : Ransum kontrol + ekstrak daun kemuning; P3 : Ransum kontrol + campuran ekstrak daun saga dan daun kemuning.

Tingginya konsentrasi N-NH3 ini menggambarkan tingginya aktivitas bakteri di dalam rumen dan protein pakan yang terkandung mempunyai kelarutan tinggi sehingga mudah didegradasi oleh mikroba rumen. Hal ini sejalan dengan penelitian Arum et al. (2013) yang menggunakan ekstrak daun waru yang memiliki kandungan saponin yang tinggi menghasilkan konsentrasi N-NH3 yang tinggi berkisar antara 16.60 – 17.68 mM. Selain itu, adanya saponin tinggi yang dapat menurunkan populasi protozoa sehingga meningkatkan populasi sejumlah bakteri. Dalam hal ini diduga peningkatan populasi bakteri yang menonjol adalah bakteri selulolitik dan proteolitik. Seperti dinyatakan oleh Sutardi (1979) bahwa kurang lebih 35% mikroba rumen adalah bakteri proteolitik yang mampu mendegradasi protein pakan menjadi N-NH3 yang selanjutnya dimanfaatkan oleh mikroba untuk pertumbuhannya dan sisanya didaur ulang menjadi urea darah ataupun saliva atau diekskresikan ke urin.

(21)

9 Konsentrasi Volatile Fatty Acids (VFA) Total

Protozoa dalam hidupnya memanfaatkan karbohidrat fermentabel untuk makanannya. Sehingga dengan penurunan protozoa, ketersediaan karbohidrat fermentabel di dalam rumen akan meningkat. Disaat yang bersamaan, diduga bahwa dengan penurunan protozoa, mengakibatkan bakteri rumen khususnya selulolitik menjadi meningkat sehingga produksi VFA menjadi meningkat (Arum et al. 2013).

Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap rataan konsentrasi VFA total (mM)

Taraf (%) Jenis ransum Rataan±SD

P1 P2 P3

0 84.19±36.46 84.19±36.46 84.19±36.46 84.19±36.46 4 82.07±50.79 63.67±20.95 121.09±44.95 88.94±38.90 8 85.35±42.59 106.30±63.55 134.25±12.62 108.64±39.59 12 134.71±32.55 78.00±44.21 92.44±49.39 101.72±42.05 16 42.80±21.51 99.05±32.54 86.65±61.88 76.17±38.64 Rataan±SD 85.83±36.78 86.24±39.54 103.72±41.06

P1 : Ransum kontrol + ekstrak daun saga; P2 : Ransum kontrol + ekstrak daun kemuning; P3 : Ransum kontrol + campuran ekstrak daun saga dan daun kemuning.

Pola fermentasi ditentukan oleh komposisi dan populasi mikroba, jenis pakan karbohidrat, dan tingkat depolimerisasi susbtrat (France dan Dijkstra 2005). Menurut McDonald et al. (2002), total konsentrasi VFA sangat bervariasi bergantung kepada pakan dan lama waktu setelah makan dengan konsentrasi VFA, normalnya yaitu 70-150 mM. Sementara data secara umum (Tabel 5) menunjukkan kandungan VFA di bawah batas minimum yaitu 42.81-134.2 mM. Hal ini membuktikan bahwa penambahan ekstrak saga dan kemuning tidak meningkatkan efisiensi energi tetapi lebih banyak manfaatnya sebagai sumber nitrogen untuk mikroba. Selain itu, produksi VFA cenderung menurun seiring dengan penambahan level.

Kecernaan in Vitro

(22)

10

Tabel 6 Koefisien cerna bahan kering ransum perlakuan (%)

Taraf (%) Jenis ransum Rataan±SD

P1 P2 P3

0 59.83±8.91 59.83±8.91 59.83±8.91 59.83±8.91 4 66.55±6.51 59.13±3.71 59.84±7.40 61.84±5.87 8 60.64±0.71 60.71±1.33 61.97±7.22 61.11±3.09 12 64.26±3.10 57.43±6.29 61.26±3.23 60.99±4.21 16 64.25±0.47 56.22±4.44 63.03±0.48 61.17±1.80 Rataan±SD 63.11±3.94a 58.66±4.94b 61.19±5.45ab

P1 : Ransum kontrol + ekstrak daun saga; P2 : Ransum kontrol + ekstrak daun kemuning; P3 : Ransum kontrol + campuran ekstrak daun saga dan daun kemuning. Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf P<0.05 (Uji Duncan).

Tabel 7 Koefisien cerna bahan organik ransum perlakuan (%)

Taraf (%) Jenis ransum Rataan±SD

P1 P2 P3

0 59.52±9.19 59.52±9.19 59.52±9.19 59.52±9.19 4 63.99±7.43 60.38±3.42 60.72±7.14 61.70±6.00 8 61.02±0.89 62.79±1.56 62.54±7.35 62.11±3.27 12 65.12±3.15 56.95±6.27 61.85±3.54 61.31±4.32 16 66.70±0.65 57.36±4.74 63.94±1.96 62.67±2.45 Rataan±SD 63.27±4.26 59.40±5.04 61.71±5.84

P1 : Ransum kontrol + ekstrak daun saga; P2 : Ransum kontrol + ekstrak daun kemuning; P3 : Ransum kontrol + campuran ekstrak daun saga dan daun kemuning.

Berdasarkan Tabel 6 dan 7 terlihat bahwa nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik pada taraf 0% lebih rendah dibandingkan taraf lainnya, hal ini disebabkan kandungan lignin pada ransum kontrol yang tinggi memperlambat aktivitas mikroba rumen sehingga pakan sukar laut dan kecernaan yang dihasilkan pun rendah. Hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan mempengaruhi nilai KCBK (P<0.05). Penambahan ekstrak saga dan kemuning tidak berpengaruh nyata terhadap KCBO. Secara umum penambahan taraf tidak mempengaruhi kecernaan, akan tetapi perlakuan ransum yang digunakan sangat mempengaruhi nilai kecernaan. Bahan ekstrak yang memiliki nilai kecernaan rendah adalah ekstrak kemuning.

(23)

11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan ekstrak daun saga dan kemuning cenderung menurunkan populasi mikroba, fermentabilitas, dan kecernaan akibat menurunnya populasi mikroba dengan meningkatnya taraf pemberian. Dengan demikian, sebaiknya ekstrak daun saga dan kemuning serta campurannya ditambahkan ke dalam ransum kambing perah pada taraf terendah yaitu 4%.

Saran

Penggunaan ekstrak daun saga dan kemuning serta campurannya di dalam ransum kambing perah pada taraf rendah di dalam 40% konsentrat perlu diteliti secara in vivo untuk melihat pengaruhnya terhadap produksi susu serta performa kambing perah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arum I, Rahayu S, Bata M. 2013. Pengaruh pemberian ekstrak daun waru (Hibiscus tiliaceus) pada pakan sapi potong lokal terhadap produksi VFA total dan NH₃ secara in vitro. J Ilmiah Peternakan 1(1):31-38.

Department of Dairy Science. 1969. General Laboratory Procedures. Madison (US): University of Wisconsin.

France J, Dijkstra J. 2005. Volatille fatty acid production. In: J Dijkstra, JM Forbes and J France (Eds). Quantitative Aspect for Ruminant Digestion and Metabolism. 2nd Ed. London (GB): CABI Publishing.

Greathead H. 2003. Plants and plant extracts for improving animal productivity. Proc Nutr Soc. 62:279-290.

Hartadi H, Reksodiprodjo S, Lebdosukojo S, Tillman AD. 1991. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Hashemi SR, Davoodi H. 2011. Herbal plants and their derivatives as growth and health promoters in animal nutrition. Vet Res Commun. 35:169-180.

(24)

12

Kamra DN. 2005. Rumen microbial ecosystem. J Indian Veterinary Research Institute. 89(1): 124–135.

Makkar HPS, Sen S, Becker K. 1998. Effects of fractions containing saponins from Yucca schidigera, Quillaja saponaria, and Acacia auriculoformis on rumen fermentation. J Agric Food Chem. 46:4324-4328.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. New York (US): Ashford Colour Press.

Middelbeek EJ, Jenkins RO, Drijver JS-de Haas. 1992. Growth in batch culture. In: Cartledge TG, editor. In Vitro Cultivation of Microorganisms. Oxford (GB): Butterworth-Heinemann.

[NRC] National Research Councill. 2007. Nutrient Requirement of Small Ruminants. Washington DC (US) : The National Academic Press.

Ogimito K, Imai S. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Tokyo (JP): Japan Scientific Societies Press.

Patra AK, Kamra DN, Agarwal N. 2006. Effect of plant extracts on in vitro methanogenesis, enzyme activities and fermentation of feed in rumen liquor of buffalo. Anim Feed Sci Technol. 128: 276-291.

Rahminiwati M, Sadiah S, Poeloengan M. 2010. Formulasi Anti Mastitis Berbasis Herbal: Skrining Aktivitas Anti Bakteri dan Anti Inflamasi secara In Vitro dan In Vivo untuk Menghasilkan Satu Kandidat Prebiotik dari Daun Kemuning, Saga, Binahong, Herba Seledri, Rimpang Kunyit, Minyak VCO dan Minyak Buah Merah. Laporan KKP3T. Indonesia (ID) : Departemen Pertanian.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4. Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi ketiga. M Syah, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia. Pustaka Utama.

Sutardi T. 1979. Ketahanan Protein Bahan Makanan Terhadap Degradasi oleh Mikroba Rumen dan Manfaatnya bagi Peningkatan Produktivitas Ternak. Pros Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan. Bogor (ID) : LPP Deptan 2: 91-103.

Theodorou MK, France J. 2005. Rumen microorganism and their interactions. In : J Dijkstra, JM. Forbes, J France (Eds). Quantitative Aspect for Ruminant Digestion and Metabolism. 2nd Ed. London (GB): CABI.

Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in-vitro digestion of forage crops. J British Grassland Soc. 18 : 104-111.

Wallace RJ, Arthaud L, Newbold CJ. 1994. Influence of Yucca shidigera extract on ruminal ammonia concentrations and ruminal microorganisms. Appl Environ Microbiol. 60:1762-1767.

(25)

13 Lampiran 1 Analisis ragam populasi bakteri total

Sumber

Lampiran 2 Analisis ragam populasi protozoa Sumber

(26)

14

Lampiran 4 Analisis ragam konsentrasi VFA total Sumber Model terkoreksi 3978.109a 16 2486.632 1.864 0.072 Intersep 38036.480 1 38036.480 285.068 0.000

Jenis ransum 3130.262 2 1565.131 1.173 0.324

Taraf 6228.945 4 1557.236 1.167 0.346

Kelompok 14337.141 2 7168.571 5.373 0.011

Jenis ransum*taraf 16089.760 8 2011.220 1.507 0.199

Error 37359.874 28 1334.281

Total 45750.463 45

Total koreksi 77145.983 44

Lampiran 5 Analisis ragam kecernaan bahan kering (KCBK) Sumber

Lampiran 6 Uji jarak duncan kecernaan bahan kering (KCBK)

(27)

15 Lampiran 7 Analisis ragam kecernaan bahan organik (KCBO)

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F hitung Sig. Model terkoreksi 716.122a 16 44.758 1.958 0.058 Intersep 17002.013 1 17002.013 7.439E3 0.000

Jenis ransum 113.903 2 56.951 2.492 0.101

Taraf 51.383 4 12.846 0.562 0.692

Kelompok 395.608 2 197.804 8.655 0.001

Jenis ransum*taraf 155.227 8 19.403 0.849 0.569

Error 639.912 28 22.854

Total 17137.046 45

(28)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Januari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Nurdin dan Ibu Anisah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 04 Sasak Jakarta Barat pada tahun 1998 sampai 2004. Pendidikan dilanjutkan di SMP Negeri 271 Jakarta Barat hingga tahun 2007 dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2010 di SMA Negeri 85 Jakarta Barat.

Penulis diterima di IPB pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah,

penulis menjadi Badan Pengurus Harian sebagai Sekretaris Umum di Himpunan Mahasiswa Nutrisi Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2011-2012 dan 2012-2013. Penulis juga pernah mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Oryza (Softball-baseball IPB) dan Unit Konservasi Fauna IPB. Prestasi yang dicapai penulis yaitu penerima program kreativitas mahasiswa (PKM-P) pada tahun 2011 dengan judul “Kajian Pemanfaatan Silase Limbah Kulit Pisang sebagai Upaya

Peningkatan Produksi Susu Kambing Perah”. Penerima beasiswa Karya Salemba

Empat periode 2011-2012.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 1 Komposisi dan kandungan nutrien ransum kontrol penelitian (% Bahan
Tabel 2 Pengaruh perlakuan terhadap populasi bakteri total (log CFU ml-1)
Tabel 3 Pengaruh perlakuan terhadap populasi protozoa (log sel ml-1)
Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap rataan konsentrasi VFA total (mM)

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan Perbedaan Kemandirian Emosi Antara Siswa yang Tinggal di Pondok Pesantren dan Tinggal di Rumah Bersama Keluarga Hasil hipotesis pada kemandirian emosi yang tinggal di

Tujuan penelitian adalah untuk menemukan bukti empiris tentang (a) pengaruh kinerja keuangan ROE terhadap nilai perusahaan, (b) pengaruh pengungkapan CSR terhadap

Penggunaan ransum mengandung 1319 mg/kg yang berasal dari suplementasi 1,5 g ZnO/kg (R2) dalam percobaan ini yang secara angka memberikan pencapaian BH sedikit

Dari penelitian yang dilakukan akan diperoleh data dan informasi kadar logam berat Merkuri (Hg) pada sediaan krim pemutih yang beredar di pasaran sekitar kota Makassar

Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Dalam

Sebanyak 10 individu kutu putih untuk setiap spesies inang dipaparkan pada satu individu imago betina parasitoid selama 30 menit.... Pada beberapa kesempatan teramati adanya

triangle fishing ground ), yaitu Laut Banda, Laut Arafura dan Laut Seram.Adapun sediaan potensi sumberdaya perikanan di laut Banda adalah sebanyak 240.948 ton, di

Laporan akhir ini berjudul Rancang Bangun Alat Bantu Pengeboran Titik Pusat Lubang Melingkar.Laporan akhir ini adalah laporan akhir mengenai alat bantu