• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Produksi Dan Profil Metabolik Darah Domba Garut Dan Domba Jonggol Jantan Dengan Pemberian Limbah Tauge Dan Omega-3.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Produksi Dan Profil Metabolik Darah Domba Garut Dan Domba Jonggol Jantan Dengan Pemberian Limbah Tauge Dan Omega-3."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA PRODUKSI DAN PROFIL METABOLIK DARAH DOMBA

GARUT DAN DOMBA JONGGOL JANTAN DENGAN

PEMBERIAN LIMBAH TAUGE DAN OMEGA-3

GAGAH HENDRA WIJAYA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Performa Produksi dan Profil Metabolik Darah Domba Garut dan Domba Jonggol Jantan dengan Pemberian Limbah Tauge dan Omega-3 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Gagah Hendra Wijaya

(4)

RINGKASAN

GAGAH HENDRA WIJAYA. Performa Produksi dan Profil Metabolik Darah Domba Garut dan Domba Jonggol Jantan dengan Pemberian Limbah Tauge dan Omega-3. Dibimbing oleh MOHAMAD YAMIN, HENNY NURAINI, dan ANITA ESFANDIARI.

Usaha budidaya domba memerlukan manajemen pengelolaan budidaya yang baik, meliputi pemberian pakan berkualitas, manajemen kandang yang baik, dan lingkungan yang kondusif. Komponen pendukung agribisnis yang sering menjadi kendala dalam peternakan domba adalah kontinuitas ketersediaan hijauan sebagai pakan utama. Dibutuhkan suatu upaya pakan alternatif yang murah dan mudah diperoleh, salah satunya dengan memanfaatkan limbah hijauan pasar seperti limbah tauge. Limbah tauge memiliki kadar protein kasar mencapai 13.63% dan serat kasar 49.44%. Hal tersebut menunjukkan limbah tauge berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan domba.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan performa produksi dan profil metabolik darah domba garut dan jonggol jantan dewasa dengan pemberian pakan yang mengandung limbah tauge dan omega-3. Penelitian ini menggunakan 24 ekor domba jantan dewasa yang terdiri atas 12 ekor domba garut dengan rataan bobot badan 36.43±1.45 kg (koefisien keragaman = 13.87%) dan 12 ekor domba jonggol dengan rataan bobot badan 23.09±0.57 kg (koefisien keragaman = 8.64%).

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (2x3) dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama perlakuan adalah bangsa domba (domba garut dan jonggol). Faktor kedua adalah perbedaan jenis ransum yang terdiri atas : R0 (rumput lapang 40% + konsentrat I 60%), R1 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60% ), dan R2 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60% + omega-3). Data yang diperoleh dianilisis dengan uji ANOVA dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pakan dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba dengan perlakuan pemberian limbah tauge (R1) memiliki kecenderungan hasil terbaik. Performa produksi domba garut lebih baik dibandingkan dengan domba jonggol. Profil metabolik darah yang terdiri atas kadar total protein, kolesterol, dan glukosa darah masih dalam kisaran normal pada semua bangsa domba dan semua perlakuan ransum. Pemberian limbah tauge sebagai alternatif pakan substitusi rumput berpengaruh positif terhadap performa produksi dan profil metabolik darah domba.

(5)

SUMMARY

GAGAH HENDRA WIJAYA. Production Performance and Blood Metabolic Profiles of Garut and Jonggol Rams that was Fed Mung Bean Sprout Waste and Omega-3. Supervised by MOHAMAD YAMIN, HENNY NURAINI, dan ANITA ESFANDIARI.

Rams farming requires good farm management includes providing high quality feed, good cages management, and conducive environment. Agribusiness supporting components that become obstacles in ram husbandry is continuity of forage availability as the main feed. It needs cheap and easily obtainable alternative feed, one of them by utilizing green waste such as mung bean sprout waste. Mung bean sprout waste had higher levels of 13.63% crude protein and 49.44% crude fiber. This indicate the potential of mung bean sprout waste as feed for ram.

The objectives of this study evaluated and compared production performance and blood metabolic profiles of garut and jonggol rams that was fed mung bean sprout waste and omega-3. This research used 24 rams aged 1-2 years, consist of 12 garut rams weighed 36.43±1.45 kg (CV = 13.87%) and 12 jonggol rams weighed 23.09±0.57 kg (CV = 8.64%).

Research method used Completely Randomized Design (RAL) with 2 x 3 factorial and 4 replications. The first factor were different breeds of garut and jonggol. The second factor were different feed percentage, consist of R0 (40% grass + 60% concentrate I), R1 (40% mung bean sprouts waste + 60% concentrate II), and R2 (40% mung bean sprouts waste + 60% concentrate II + omega-3). Data analyzed by analysis of variance (ANOVA) and Duncan analysis.

The results showed that R1 had the highest performance on feed efficiency and average daily gain (ADG) parameters. Based on the result of blood metabolic test, rams blood total protein, cholesterol, and glucose were normal. It was concluded that giving mung bean sprout waste as grass substitution have a positive effect on the performance of the rams production performance.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

1

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PERFORMA PRODUKSI DAN PROFIL METABOLIK DARAH DOMBA

GARUT DAN DOMBA JONGGOL JANTAN DENGAN

PEMBERIAN LIMBAH TAUGE DAN OMEGA-3

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

Shallallahu 'alaihi wasalam yang telah memberikan syafaatnya bagi seluruh umat manusia. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah kajian pemberian pakan substitusi pada domba lokal jantan dewasa dengan judul Performa Produksi dan Profil Metabolik Darah Domba Garut dan Domba Jonggol Jantan dengan Pemberian Limbah Tauge dan Omega-3.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Mohamad Yamin, MAgrSc, Dr Ir Henny Nuraini, MSi, dan Dr drh Anita Esfandiari, MSi selaku komisi pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para penguji sidang Dr Ir Didid Diapari, MSi dan Dr Ir Salundik, MSi yang telah banyak memberi saran hasil penelitian. Penghargaan penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membantu penulis selama studi dan penelitian melalui Beasiswa Program Pendidikan Dalam Negeri (BPPDN) dan Dr Ir Mohamad Yamin, MAgrSc atas bantuan dana penelitian melalui skema hibah bersaing penelitian unggulan strategis nasional.

Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh dosen ITP atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan, Ir Sri Rahayu, MSi atas pendampingan selama penelitian, teman satu penelitian Nurcholis, Atik, dan Luthfi atas kerjasamanya, Aslimah, Khaerudin, Ahmad Furqon, serta Ayu Lestari untuk proses analisis data, rekan-rekan Pascasarjana ITP khususnya angkatan 2013, staf administrasi Pascasarjana ITP atas dukungan dan kerja samanya selama penulis menyelesaikan studi serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis Drs Nur Hendaya dan Dra Wijayanti, kakak-kakak Anton Nurarif Yanto, Andy Hendrayanto, Lilis Sariah, Cica Riyani, keponakan Revano dan Aliqa serta seluruh keluarga besar penulis atas segala doa dan perhatian yang diberikan kepada penulis. Semoga kelak ilmu yang telah diperoleh berguna untuk generasi berikutnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 3

2 METODE 4

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Konsumsi Bahan Kering (BK) 8

Konsumsi Protein Kasar (PK) 9

Konsumsi Total Digestible Nutrient (TDN) 10

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) 11

Efisiensi Pakan 13

Uji Profil Metabolik Darah 13

4 SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kadar nutrien penyusun ransum (100% bahan kering) 5

2 Komposisi omega-3 1000 mg-1 kapsul-1 5

3 Rataan konsumsi bahan kering (gekor-1 hari-1) 8 4 Rataan konsumsi protein kasar (g ekor-1 hari-1) 9

5 Rataan konsumsi TDN (g ekor-1 hari-1) 10

6 Rataan pertambahan bobot badan harian domba (g ekor-1 hari-1) 12

7 Rataan efisiensi pakan (%) 13

8 Hasil analisis kadar total protein, glukosa, dan kolesterol darah 14

DAFTAR GAMBAR

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Domba banyak diternakkan karena memiliki beberapa keunggulan seperti bersifat prolifik (beranak lebih dari 1 ekor), cepat berkembang biak, sumber protein hewani, mudah beradaptasi, hasil ikutannya berupa feses dapat dijadikan pupuk, dan kulitnya dapat dijadikan hiasan. Perkembangan usaha budidaya domba semakin pesat karena peningkatan permintaan dan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya daging domba berkualitas. Domba yang berkualitas dapat dihasilkan dengan memperhatikan teknologi dalam manajemen pengelolaan budidaya, meliputi pemberian pakan berkualitas, manajemen kandang yang baik, dan lingkungan yang kondusif. Kombinasi usaha penggemukan dan pembibitan domba harus dikembangkan secara proporsional agar usaha domba tersebut berjalan secara berkelanjutan (Yamin et al. 2012).

Domba yang diternakkan di Indonesia berasal dari berbagai daerah. Setiap daerah mempunyai potensi genetik spesifik yang telah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Domba lokal yang banyak diternakkan di daerah Jawa Barat yaitu domba garut dan jonggol. Kedua bangsa domba tersebut merupakan domba lokal yang mempunyai tingkat adaptasi yang baik terhadap lingkungan di daerah tropis (Sumantri et al. 2007). Domba di Indonesia pada umumnya memiliki produktivitas yang rendah, hal ini disebabkan pakan yang diberikan kurang berkualitas dan jumlahnya terbatas. Pemberian pakan yang berkualitas tinggi banyak dilakukan melalui berbagai alternatif bahan pakan dan manajemen pemberian pakan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Komponen pendukung agribisnis yang sering menjadi kendala adalah kontinuitas ketersediaan pakan hijauan (Herman 2005). Pakan merupakan komponen biaya terbesar yang diperlukan dalam budidaya domba. Domba mengkonsumsi pakan utama berserat berupa hijauan. Kondisi saat ini yang terjadi adalah ketersediaan lahan hijauan yang semakin lama semakin sedikit karena banyak digunakan untuk industri dan pembangunan gedung. Dibutuhkan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mencari bahan pakan alternatif yang dapat menggantikan hijauan, diantaranya adalah memanfaatkan limbah hijauan pasar seperti limbah tauge.

Limbah tauge merupakan hasil buangan pembuatan tauge kacang hijau berupa kulit dan potongan-potongan akar serta kepala tauge yang lolos saat pemisahan tauge. Hasil survei di kota Bogor menunjukkan bahwa potensi limbah tauge mencapai 1 500 kg hari-1 (Rahayu et al. 2010). Limbah tauge mempunyai kadar nutrien yang baik karena berasal dari kacang hijau yang tinggi kadar nutriennya. Hasil penelitian Rahayu et al. (2010) menunjukkan dalam 100% bahan kering limbah tauge mengandung protein kasar sebesar 13.63%, serat kasar 49.44%, dan TDN 64.65%. Limbah tauge yang diberikan hingga taraf 30% dalam ransum domba, dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebesar 127.00 g ekor-1 hari-1 pada domba ekor tipis dan pada domba garut sebesar

(14)

2

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Yamin et al. (2013b) dengan menggunakan limbah tauge berbagai taraf pada domba jantan dewasa muda, menunjukkan pemberian limbah tauge dengan taraf 40% ditambahkan 60% konsentrat memberikan hasil yang terbaik terhadap performa produksi domba dan tidak menimbulkan stres. Indikator domba mengalami stres menurut Gougoulis et al. (2010) yaitu terjadi peningkatan lokomosi, vokalisasi (mengembik), dan penyerangan (agonistik) saat domba diberi pakan pagi hari. Hasil penelitian juga menunjukkan pemberian pakan pada sore hari cenderung lebih baik terhadap pertumbuhan dan tingkah laku domba.

Salah satu usaha untuk meningkatan performa produksi domba dapat dilakukan dengan penambahan suplemen, contohnya suplemen omega-3 yang berasal dari minyak ikan. Omega-3 termasuk dalam asam lemak poli tak jenuh atau poly unsaturated fatty acid (PUFA) yang merupakan asam lemak yang sangat penting karena termasuk asam lemak esensial yang berasal dari makanan dan tidak dapat disintesis di dalam tubuh. Asam-asam lemak yang masuk ke dalam rumen akan mengalami biohidrogenasi oleh mikroba rumen. Asam lemak yang tidak mengalami proses biohidrogenasi merupakan lemak by pass yang mengandung sumber energi dan tidak mempunyai efek terhadap fermentasi rumen. Asam lemak ganda tidak jenuh seperti omega-3 mempunyai peranan penting untuk kesehatan karena membantu mencegah pengerasan pada pembuluh arteri dan penyakit jantung (Parakkasi 1999). Penambahan omega-3 pada penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki performa produksi domba.

Domba yang telah diberi perlakuan penelitian, perlu dianalisis profil metabolik darahnya untuk mengetahui status fisiologis domba. Proses metabolisme dalam tubuh domba berperan mengubah zat makanan seperti asam amino, asam lemak, dan glukosa menjadi senyawa yang diperlukan untuk proses kehidupan domba. Profil metabolik darah dapat digunakan untuk mengetahui status fisiologis dalam tubuh. Pengkajian dan penelitian tentang profil metabolik darah diperlukan untuk melihat seberapa besar nutrien diserap ke dalam darah dan selanjutnya dimetabolisme dalam tubuh domba.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan performa produksi dan kadar metabolik darah domba garut dan jonggol jantan dewasa dengan pemberian ransum yang mengandung limbah tauge dan omega-3.

Manfaat Penelitian

(15)

3 Kerangka Pemikiran

Usaha budidaya domba memerlukan manajemen pengelolaan budidaya yang baik meliputi pemberian pakan berkualitas, manajemen kandang yang baik, dan lingkungan yang kondusif. Komponen pendukung agribisnis yang sering menjadi kendala dalam peternakan domba adalah kontinuitas ketersediaan hijauan sebagai pakan utama. Dibutuhkan suatu upaya pakan alternatif yang murah dan mudah diperoleh, salah satunya dengan memanfaatkan limbah hijauan pasar seperti limbah tauge. Limbah tauge memiliki kadar protein kasar mencapai 13.63% dan serat kasar 49.44%. Hal tersebut menunjukkan limbah tauge berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan domba.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian limbah tauge pada sore hari dengan taraf 40% ditambahkan 60% konsentrat memberikan hasil yang terbaik terhadap performa produksi domba. Penambahan omega-3, diharapkan mampu memperbaiki performa produksi domba. Domba yang telah diberi perlakuan penelitian, perlu dianalisis profil metabolik darahnya untuk mengetahui status fisiologis domba. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian

Limbah tauge Omega-3

Peningkatan performa produksi domba lokal jantan dewasa

Domba garut

Faktor lingkungan

Domba jonggol

Performa pertumbuhan produksi  Konsumsi BK

 Konsumsi PK  Konsumsi TDN  PBBH

 Efisiensi pakan Uji metabolik darah

 Total protein  Glukosa  Kolesterol

(16)

4

2

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2014. Penelitian ini dilakukan di laboratorium lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan IPB untuk pemeliharaan ternak, uji profil metabolik darah di laboratorium Patologi Klinik, Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IPB, serta analisis proksimat ransum di laboratorium Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Sukabumi dan domba jonggol berasal dari Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu berukuran 1.5 x 0.75 m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Peralatan yang digunakan yaitu timbangan domba, timbangan pakan, kamera digital, gunting, label, buku catatan, alat tulis, spoit 10 mL, tabung ependorf, cool box, dan photometer 5100.

Perlakuan Penelitian

Rumput yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Limbah tauge yang digunakan diperoleh dari para pedagang tauge di sekitar pasar bogor. Konsentrat komersial yang digunakan berbentuk mash dan berasal dari PT Indonesia Formula Feed Bogor. Ransum domba yang diberikan terdiri atas R0 mengandung 40% rumput lapang dan 60% konsentrat I, R1 mengandung 40% limbah tauge dan 60% konsentrat II, serta R2 yang mengandung 40% limbah tauge, 60% konsentrat II, dan omega-3. Konsentrat I merupakan konsentrat yang ditambahkan pada ransum domba dengan pemberian rumput lapang (R0) sedangkan konsentrat II ditambahkan pada ransum domba dengan pemberian limbah tauge (R1 dan R2). Pemberian dilakukan berdasarkan iso kalori.

Rumput lapang, limbah tauge, dan konsentrat diberikan secara bersamaan dalam bentuk segar, sebanyak 4% bahan kering dari bobot badan domba. Suplemen omega-3 diberikan pada perlakuan R2 sebanyak satu kapsul ekor-1

(17)

5 Tabel 1 Kadar nutrien penyusun ransum (100% bahan kering)*

Bahan Abu PK SK LK Beta-N TDN** * Nature pristine (Wild Salmon oil) diproduksi oleh : Natural Factors Nutritiona Products

Prosedur

Sebelum penelitian dimulai, dilakukan persiapan penelitian yang meliputi : persiapan tempat dan peralatan, pengadaan pakan, dan obat-obatan. Domba yang digunakan terlebih dahulu dicukur, dimandikan, diberi obat cacing, dan vitamin b-kompleks. Pengacakan dilakukan dengan setiap domba yang akan diberikan perlakuan diundi secara acak.

Pemeliharaan

Domba yang dipelihara dibagi secara acak ke dalam 24 sekat kandang yang masing-masing sekat terdiri atas satu ekor domba. Pengacakan berdasarkan pengelompokan bobot badan dari yang terendah sampai yang tertinggi dalam setiap perlakuan. Pemeliharaan dilakukan selama 53 hari, dengan masa adaptasi ransum dan lingkungan sebelum domba diberikan perlakuan adalah selama 14 hari agar domba terbiasa dengan kondisi baru. Setelah masa adaptasi selesai, domba mulai diberikan ransum sesuai dengan perlakuan dan diberi air minum ad libitum. Pemberian ransum dilakukan sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB. Sisa ransum dan air minum ditimbang keesokan harinya sebelum diberikan ransum kembali dan dicatat. Bobot badan domba ditimbang setiap 14 hari sekali selama pemeliharaan, hal ini dilakukan untuk menghindari stres.

Pengambilan Sampel Darah dan Uji Profil Metabolik Darah

(18)

6

Sampel darah lalu disentrifus pada 4 000 g selama 3 menit agar serum terpisah secara sempurna. Serum kemudian dipindahkan ke dalam tabung eppendorf untuk dianalisis kadar profil metabolik, yang meliputi kadar total protein, kolesterol, dan glukosa. Analisis profil metabolik dilakukan di laboratorium Patologi Klinik Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor menggunakan Photometer 5010.

Rancangan dan Analisis Data

Model

Percobaan ini dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial (2x3) dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama perlakuan adalah bangsa domba (domba garut dan jonggol) dan faktor kedua adalah jenis ransum (R0, R1, dan R2). Model rancangan yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2013) adalah:

Yijk = µ + αi+ βj+ (αβ)ij + εijk

Keterangan:

Yijk : nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ke-j µ : nilai tengah

αi : pengaruh perlakuan bangsa domba (garut dan jonggol) ke-i

βi : pengaruh perlakuan jenis ransum (R0, R1, dan R2) ke-j

(αβ)ij : pengaruh interaksi antara bangsa dan jenis ransum

εijk : pengaruh galat percobaan ke-i pada satuan percobaan ke-j

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan tersebut.

Peubah yang Diamati

1. Konsumsi bahan kering (BK)

Jumlah konsumsi bahan kering dihitung dari konsumsi pakan segar dikalikan kadar bahan kering pakan.

Konsumsi BK (gekor-1 hari-1) = konsumsi pakan segar x kadar BK pakan (%) 2. Konsumsi protein kasar (PK)

Konsumsi protein kasar dihitung dari konsumsi bahan kering pakan dikalikan kadar protein kasar pakan.

Konsumsi PK (gekor-1 hari-1) = konsumsi BK pakan x kadar PK pakan (%) 3. Konsumsi total digestible nutrient (TDN)

Konsumsi TDN dihitung dari konsumsi BK pakan dikalikan kadar TDN pakan.

(19)

7 4. Pertambahan bobot badan harian (PBBH)

Domba ditimbang setiap dua minggu sekali dengan menggunakan timbangan kapasitas 100 kg dan skala 50 g. Perhitungan pertambahan bobot badan harian (PBBH) adalah sebagai berikut :

PBBH (g ekor-1 hari-1)=

n adalah penimbangan yang dilakukan setiap hari ke-, dalam penelitian ini dilakukan setiap hari ke-14 ; i adalah frekuensi penimbangan, jumlah penimbangan yang dilakukan adalah 4 kali selama penelitian berlangsung 5. Efisiensi pakan

Efisiensi pakan dihitung dengan membandingkan pertambahan bobot badan selama penggemukan dan konsumsi pakan dikali 100%.

Efisiensi pakan (%) = x 100%

6. Profil metabolik darah

Parameter profil metabolik darah yang diamati meliputi kadar total protein, kolesterol, dan glukosa. Parameter profil metabolik darah dianalisis menggunakan photometer 5010.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pencernaan domba dibagi menjadi pencernaan mekanik di mulut, pencernaan fermentatif di rumen, dan pencernaan enzimatis pasca rumen (hidrolitik). Pencernaan mekanik mengubah pakan menjadi bagian yang lebih kecil atau sederhana. Pencernaan mekanik dilakukan di mulut dengan bantuan gigi melalui beberapa tahapan yaitu (1) prehension yaitu proses pengambilan pakan dengan bantuan lidah; (2) mastikasi yaitu proses mengunyah pakan untuk memperkecil volume pakan; (3) salivasi yaitu proses membasahi pakan dengan saliva; dan (4) deglutisi yaitu proses penelanan pakan. Pencernaan fermentatif merupakan pencernaan yang menghasilkan produk yang jauh berbeda dengan senyawa asal dengan bantuan mikroba rumen, contohnya adalah protein setelah mengalami fermentasi berubah menjadi amonia. Pencernaan hidrolitik berfungsi untuk menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pencernaan ini umumnya dibantu oleh peran enzim, contohnya adalah lemak dirubah menjadi gliserol dan asam lemak (Parakkasi 1999).

Proses pencernaan akan berpengaruh terhadap performa produksi domba. Bila domba dalam keadaan sehat maka proses pencernaannya akan berjalan normal dan menghasilkan performa produksi yang baik. Menurut Sutardi (1980), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan yaitu palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia, dan kualitas bahan pakan. Performa produksi dapat dilihat melalui beberapa indikator seperti: konsumsi bahan kering, protein kasar, TDN, pertambahan bobot badan harian, efisiensi pakan, dan profil metabolik darah.

1/n {(BB2 - BB1) + .... + (BBi – BB (i-1)}

i

(20)

8

Konsumsi Bahan Kering (BK)

Bahan kering (BK) merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Penentuan bahan kering berkaitan dengan pengeringan sampel pakan hingga tercapai berat konstan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari berubahnya kandungan nutrisi dalam pakan karena berkurang atau bertambahnya kadar air dari lingkungan. Konsumsi bahan kering berpengaruh terhadap performa produksi domba dan dapat menjadi indikator kualitas ransum. Rataan konsumsi bahan kering ransum penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan konsumsi bahan kering (gekor-1 hari-1)

Bangsa Jenis Ransum Rataan

R0 R1 R2

Garut 1 322.07±108.06 1 402.96±84.55 1 236.98±56.29 1 320.67±35.63A Jonggol 1 117.41± 9.91 986.25± 7.56 976.28±26.37 1 026.65±35.63B Rataan 1 219.74± 43.63 1 194.60±43.63 1 106.63±43.63

Huruf berbeda (A,B) pada baris atau kolom rataan menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). R0 (rumput lapang 40% + konsentrat I 60%), R1 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60%), R2 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60% + omega-3).

Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara perbedaan bangsa domba dan jenis ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering. Konsumsi bahan kering domba pada penelitian ini berkisar antara 976.28-1 402.96 g ekor-1 hari-1. Sementara itu, hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan bangsa domba berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap rataan konsumsi bahan kering (BK). Domba garut mengkonsumsi BK sebesar 1 320.67 g ekor-1 hari-1 lebih besar dari konsumsi

domba jonggol yang hanya sebesar 1 026.65 g ekor-1 hari-1. Hal tersebut diduga disebabkan rataan bobot badan domba garut yang digunakan pada penelitian ini (36.43 kg) lebih besar daripada bobot badan domba jonggol (23.09 kg) sehingga mengkonsumsi pakan yang lebih banyak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1999) yang menyatakan konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bobot badan dimana semakin besar bobot badan domba maka konsumsinya akan semakin banyak, jenis kelamin jantan lebih banyak mengkonsumsi bahan kering dibandingkan domba betina, domba yang berumur lebih tua akan mengkonsumsi pakan yang lebih banyak daripada domba yang muda untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan bereproduksi, faktor genetik, pakan yang memiliki komposisi nutrisi yang baik dan palabilitas yang baik akan meningkatkan konsumsi bahan kering pakan, serta lingkungan yang kondusif akan meningkatkan konsumsi pakan. Konsumsi bahan kering pada penelitian ini lebih tinggi daripada penelitian yang dilakukan Aslimah et al. (2014) pada domba garut dewasa muda dengan mengkonsumsi bahan kering berkisar antara 700.74- 1 020.85 g ekor-1 hari-1. Penelitian yang dilakukan Rahayu et al. (2011) memperoleh konsumsi bahan kering pada domba garut dewasa muda yang diberi limbah tauge sebesar 914.03 g ekor -1 hari-1.

(21)

9 hidupnya dibandingkan domba garut yang konsumsinya lebih sedikit. Konsumsi bahan kering kedua bangsa domba telah memenuhi standar yang direkomendasikan Haryanto (2000) yang menyatakan kebutuhan BK ransum domba dengan bobot badan 20–25 kg dan PBBH 100 g adalah 3.30-3.60% dari bobot badan, sedangkan untuk kenaikan 50 g yaitu 3.10-3.30% dari bobot badan. Persentase ini pun sesuai dengan penelitian Aslimah et al.(2014) yang menggunakan domba garut dan memperoleh persentase bahan kering 3.37-3.79% dari bobot badan. Hal tersebut menunjukkan pakan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan nutrien yang baik (Tabel 1) sehingga mampu meningkatkan konsumsi pakan domba.

Konsumsi Protein Kasar (PK)

Protein merupakan senyawa organik yang ada dalam tubuh organisme hidup dan merupakan nutrien yang paling tinggi konsentrasinya di dalam jaringan daging. Protein bermanfaat untuk mempercepat regenerasi sel-sel tubuh yang rusak. Ternak ruminansia akan memperoleh protein (asam amino) dari protein mikroba dan protein pakan. Protein pakan yang masuk ke dalam rumen akan didegradasi oleh mikroba (bakteri, protozoa, dan fungi). Mikroba ini memiliki enzim protease yang berfungsi mengubah protein pakan menjadi peptida. Peptida dikatabolisasi menjadi asam-asam amino yang diedarkan melalui usus halus dan berfungsi sebagai komponen pembentuk jaringan tubuh ternak (Anggorodi 1999). Protein kasar (crude protein) adalah semua ikatan yang mengandung nitrogen, termasuk protein sejati (true protein) dan zat-zat makanan yang mengandung nitrogen tetapi bukan protein (NPN) seperti amida-amida, alkaloid, garam-garam ammonium, dan urea. Konsumsi protein kasar pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Rataan konsumsi protein kasar (g ekor-1 hari-1)

Bangsa Jenis Ransum Rataan

R0 R1 R2

Garut 155.93±13.35 182.51±10.83 161.24±7.21 166.56 ± 4.49A

Jonggol 134.23± 1.28 127.86± 0.95 126.47±3.49 129.52 ± 4.49B

Rataan 145.08± 5.49 155.19± 5.49 143.85±5.49

Huruf berbeda (A,B) pada baris atau kolom rataan menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). R0 (rumput lapang 40% + konsentrat I 60%), R1 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60%), R2 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60% + omega-3).

(22)

10

memiliki kadar tripsin yang tinggi akibat adanya penurunan trypsin inhibitor activity (TIA). Meningkatnya kadar tripsin diakibatkan adanya proses perkecambahan kacang hijau, sehingga mampu meningkatkan kecernaan protein.

Perbedaan bangsa domba berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap rataan konsumsi PK. Rataan konsumsi PK domba garut sebesar 166.56 g ekor-1 hari-1

lebih tinggi dibandingkan domba jonggol yaitu 129.52 g ekor-1 hari-1 . Konsumsi protein kasar domba garut yang lebih tinggi diduga disebabkan jumlah bahan kering ransum yang dikonsumsi domba garut (1 320.67 g ekor-1 hari-1) lebih

banyak dibandingkan konsumsi domba jonggol (1 026.65 g ekor-1 hari-1). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mathius et al. (1996) yang menyatakan kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi berpengaruh terhadap tingkat konsumsi nutrien pakan, semakin tinggi kuantitas dan kualitas pakan maka kadar nutrien pakan semakin baik. Proses pemanfaatan protein salah satunya dipengaruhi oleh jumlah protein yang dikonsumsi. Ternak mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi kemudian dimanfaatkan untuk penggemukkan. Kebutuhan nutrien ternak dipengaruhi oleh umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh, lingkungan tempat hidup (temperatur, kelembaban), dan bobot badan (Parakkasi 1999).

Menurut Haryanto (2000), kebutuhan protein harian untuk domba dengan bobot badan 20 kg dan pertambahan bobot badan harian sebesar 0 g, 50 g, dan 100 g secara berturut-turut sebesar 77.8 g, 106.8 g, dan 135.8 g. Defisiensi protein dan energi pakan dapat menurunkan nafsu makan yang berakibat pada rendahnya konsumsi bahan kering pakan (Tarmidi 2004). Konsumsi PK pada domba penelitian ini sesuai dengan standar NRC sebesar 76–137 g ekor-1 hari-1 (NRC 2007). dan penelitian Duldjaman (2004) yang memperoleh PK sebesar 77–140 g ekor-1 hari-1. Hal tersebut menunjukkan konsumsi protein kasar pada domba penelitian sudah memenuhi standar untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Hasil penelitian ini, lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan Aslimah et al. (2014) pada domba garut dewasa muda yang memperoleh PK sebesar 91.34–142.16 g ekor-1 hari-1. Hal tersebut dapat disebabkan kadar PK ransum penelitian lebih tinggi.

Konsumsi Total Digestible Nutrient (TDN)

(23)

11 Tabel 5 Rataan konsumsi TDN (g ekor-1 hari-1)

Bangsa Jenis Ransum Rataan

R0 R1 R2

Garut 803.97±67.07 870.41±53.36 765.63±35.16 813.33±22.27A

Jonggol 685.49± 6.28 614.26± 4.86 608.63±16.02 636.13±22.27B

Rataan 744.73±27.27 742.34±27.27 687.13±27.27

Huruf berbeda (A,B) pada baris atau kolom rataan menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). R0 (rumput lapang 40% + konsentrat I 60%), R1 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60%), R2 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60% + omega-3).

Berdasarkan hasil analisis ragam, interaksi antara jenis ransum dan bangsa domba tidak berpengaruh terhadap konsumsi TDN domba. Konsumsi TDN domba pada penelitian ini yaitu 608.63-870.41 g ekor-1 hari-1. Sementara itu, secara statistika perbedaan bangsa domba berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap konsumsi TDN. Rataan konsumsi TDN domba garut yaitu 813.33 g ekor-1 hari-1 lebih tinggi daripada rataan konsumsi TDN domba jonggol yang hanya sebesar 636.13g ekor-1 hari-1. Konsumsi TDN yang berbeda diduga disebabkan oleh perbedaan total konsumsi bahan kering (BK) ransum. Konsumsi bahan kering ransum domba garut mencapai 1 320.67 g ekor-1 hari-1 lebih tinggi dari konsumsi BK domba jonggol yang hanya 1 026.65 g ekor-1 hari-1. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rianto et al. (2004) yang menyatakan semakin tinggi tingkat konsumsi ransum, maka akan semakin tinggi pula tingkat konsumsi nutrien ransum. Faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat konsumsi TDN adalah persentase kandungan TDN pakan, semakin tinggi persentase kandungan pakan maka akan mengakibatkan konsumsi TDN meningkat (Purbowati et al. 2009).

Konsumsi TDN ransum pada penelitian ini sesuai dengan standar NRC (2007) yang menyatakan bahwa domba dengan PBBH sebesar 100–200 g ekor-1

hari-1 membutuhkan konsumsi TDN sebesar 300–560 g ekor-1 hari-1. Hasil penelitian ini pun lebih tinggi dari penelitian Duldjaman (2004) yang memperoleh konsumsi TDN pada domba lokal sebesar 415.00-635.00 g ekor-1 hari-1. Lebih tingginya konsumsi TDN diduga disebabkan bobot awal domba pada penelitian ini lebih besar dibandingkan penelitian Duldjaman (2004).

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Program seleksi pada domba perlu dilakukan untuk mendapatkan bakalan domba yang berkualitas. Domba yang berkualitas baik akan memiliki pertambahan bobot badan harian yang tinggi. Semakin tinggi pertambahan bobot badan domba maka akan menghasilkan keuntungan yang besar bagi para peternak. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) digunakan untuk mengetahui performa produksi ternak. Pertambahan bobot badan ternak dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti kualitas pakan, bobot badan awal sebelum penggemukan, bangsa domba, dan kondisi lingkungan domba. Rataan pertambahan bobot badan harian domba pada penelitian ini disajikan pada Tabel 6.

(24)

12

Tabel 6 Rataan pertambahan bobot badan harian domba (g ekor-1 hari-1)

Bangsa Jenis Ransum Rataan

R0 R1 R2

Garut 98.72±29.32 204.49±54.85 115.38±39.01 139.53±17.87

Jonggol 105.77±15.36 125.00±10.26 127.57± 4.23 119.45±17.87

Rataan 102.25±21.89 164.74±21.89 121.47±21.89

R0 (rumput lapang 40% + konsentrat I 60%), R1 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60%), R2 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60% + omega-3).

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba pada penelitian ini tidak dipengaruhi jenis ransum dan bangsa domba. PBBH domba pada penelitian ini berkisar antara 98.72-204.49 g ekor-1 hari-1. Rataan pertambahan bobot badan

harian domba dengan pemberian limbah tauge dan konsentrat (R1) memiliki kecenderungan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain mencapai 164.74 g ekor-1 hari-1. Hal tersebut menunjukkan pemberian limbah tauge sebagai pakan substitusi rumput memiliki pengaruh yang baik untuk pertumbuhan domba. Limbah tauge berdasarkan Tabel 1 memiliki kadar protein sebesar 13.76% lebih tinggi dibandingkan rumput lapang yaitu 9.56%. Kadar protein yang lebih tinggi diduga menyebabkan PBBH domba lebih besar. Hal tersebut karena protein merupakan zat makanan yang berfungsi untuk efisiensi penggunaan energi dan pertumbuhan otot (Hidajati et al. 2001). Menurut NRC (2007), menyatakan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, lingkungan, kondisi setiap individu, dan tata laksana pemeliharaan. Selain itu, berdasarkan Tabel 1 kadar serat kasar limbah tauge yang tinggi mencapai 30.13% dalam 100% bahan kering, diduga menyebabkan PBBH perlakuan ransum limbah tauge dan konsentrat (R1) lebih tinggi dibandingkan serat kasar rumput lapang yang hanya 23.60%. Pakan berupa serat kasar yang masuk ke dalam rumen akan difermentasikan oleh mikroba rumen. Hasil fermentasi tersebut adalah asam asetat, propionat, dan butirat. Ketiga asam ini disebut volatile fatty acids (VFA) yang digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh berupa glikogen (Pond et al. 2005). Hal tersebut yang diduga menyebabkan kebutuhan sumber energi domba tercukupi yang berdampak pada peningkatan bobot badan harian lebih baik.

Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian Haryanto (2000) yang menggunakan domba dewasa muda dengan memperoleh PBBH 89.00-93.90 g ekor-1 hari-1 pada kelompok domba yang mendapatkan penambahan probiotik

(25)

13 Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan perbandingan pertambahan bobot badan dengan dengan jumlah konsumsi bahan kering. Efisiensi pakan dapat dijadikan sebagai indikator untuk memanipulasi komposisi bahan pakan yang diberikan. Efisiensi pakan akan menjadi indikator proses metabolisme dalam tubuh ternak apakah berjalan dengan normal atau tidak. Rataan nilai efisiensi pakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Rataan efisiensi pakan (%)

Bangsa Jenis Ransum Rataan

R0 R1 R2

Garut 7.62±2.41 14.16±3.58 9.34±2.98 11.74±1.30

Jonggol 9.46±1.34 12.65±0.95 13.09±0.57 10.37±1.30

Rataan 8.54±1.59 13.41±1.59 11.22±1.59

R0 (rumput lapang 40% + konsentrat I 60%), R1 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60%), R2 (limbah tauge 40% + konsentrat II 60% + omega-3).

Interaksi antara perbedaan jenis ransum dan bangsa domba secara statistik tidak berpengaruh terhadap efisiensi pakan. Rataan efisiensi pakan pada penelitian ini yaitu 7.62-14.16%. Perbedaan jenis ransum berdsarkan analisis ragam tidak berpengaruh terhadap efisiensi pakan. Rataan efisiensi pakan ransum dengan pemberian limbah tauge dan konsentrat (R1) memiliki kecenderungan nilai efisiensi tertinggi yaitu 13.4%. Hal tersebut diduga disebabkan pertambahan bobot badan R1 tertinggi yang mencapai 164.74 g-1 ekor-1 hari-1. Menurut Maurya

et al. (2004), peningkatan konsumsi bahan kering berpengaruh terhadap efisiensi pakan. Konsumsi ransum yang rendah dan pertambahan bobot badan yang tinggi akan meningkatkan nilai efisiensi pakan. Domba dengan perlakuan pemberian limbah tauge dan konsentrat lebih efisien dalam mengonversi ransum sehingga meningkatkan pertambahan bobot badan.

Menurut Parakkasi (1999) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi pakan yaitu suhu lingkungan, potensi genetik, kadar nutrisi dan energi pakan, banyaknya pakan yang dikonsumsi, keberadaan penyakit, pergerakan, dan aktivitas tubuh ternak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ransum yang dikonsumsi oleh domba dengan berbagai perlakuan efisien diserap oleh tubuh. Nilai efisiensi pakan penelitian ini sesuai dengan penelitian Mathius et al. (1996) yang memperoleh efisiensi pakan pada domba antara 6.78-13.72% dan penelitian Ekawati et al. (2014) yang memperoleh 13.23-14.09%. Peningkatan konsumsi ransum yang diiringi pertambahan bobot badan yang tinggi akan meningkatkan nilai efisiensi pakan.

Uji Profil Metabolik Darah

(26)

14

potensial sel, dan sintesis substansi sel. Zat yang berasal dari protein berguna untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh. Hasil metabolisme dapat terlihat dari kadar metabolik darah yang kemudian dimanfaatkan oleh tubuh ternak untuk sumber energi, mengganti jaringan yang rusak, dan pertumbuhan (Mc Donald et al. 2002). Daya guna zat makanan dapat diuji dengan nilai kecernaan zat makanan tersebut, namun potensi yang dapat diserap dan digunakan oleh tubuh perlu uji lebih lanjut dengan melihat nilai metabolik darah. Berikut ini disajikan hasil analisis kadar metabolik darah domba pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil analisis kadar total protein, glukosa, dan kolesterol darah

Parameter Jenis (limbah tauge 40% + konsentrat LT 60% + omega-3).

* The Merck Veterinary Manual (2005)

(27)

15 berkisar antara 5.90-7.80 g dL-1 dan menurut Mitruka (1981) berkisar antara 4.50

7.20 g dL-1.

Kadar glukosa darah domba pada penelitian ini berkisar antara 31.67-51.33 mg dL-1. Berdasarkan hasil analisis ragam, interaksi antara jenis ransum dan bangsa domba tidak berpengaruh terhadap kadar glukosa darah. Secara statistika perbedaan bangsa domba berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar glukosa darah. Rataan kadar glukosa darah domba garut sebesar 36.44 mg dL-1, lebih rendah dibandingkan domba jonggol yang sebesar 50.22 mg dL-1. Lebih

rendahnya kadar glukosa domba garut diduga disebabkan faktor genetik domba yang berbeda. Hal tersebut sesuai penelitian Gunawan dan Sumantri (2008) yang meneliti jarak genetik domba garut dengan domba lain, menunjukkan domba garut memiliki jarak genetik terjauh dengan domba jonggol yang mencapai 14.46%. Hal tersebut menunjukkan secara genetik domba garut dan domba jonggol memiliki gen yang berbeda jauh. Menurut The Merck Veterinary Manual (2005), nilai normal kadar glukosa darah pada domba adalah 44-81 mg dL-1. Kadar glukosa

domba garut pada penelitian ini masih dalam kisaran normal menurut Astuti dan Suprayogi (2005), yang berkisar antara 37-59 mg dL-1 dan menurut Astuti et al.

(2011) sebesar 37.50 mg dL-1. Kondisi glukosa darah domba jonggol dan garut

pada penelitian ini tergolong normal yang menunjukkan pemberian limbah tauge aman untuk dikonsumsi domba dan tidak mengakibatkan gangguan metabolisme tubuh domba.

Glukosa darah berasal dari berbagai sumber diantaranya karbohidrat, senyawa glikogenik yang mengalami glukoneogenesis, dan glikogen hati. Kadar glukosa darah ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam darah dan jumlah yang meninggalkan darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi glukosa darah adalah konsumsi pakan, kecepatan masuknya glukosa ke dalam sel-sel otot, jaringan lemak, dan organ lain. Glukosa darah akan terus dikeluarkan untuk menutrisi berbagai jaringan lain. Glikogen dalam hati, urat daging serta jaringan tertentu lainnya secara bertahap akan dirubah menjadi glukosa (Mc Donald et al. 2002).

Pembentukan glukosa darah dari asam propionat diawali dari pengaktifan asam propionat oleh ATP dan KoA oleh enzim asetil-KoA sintetase yang akan menghasilkan propionil KoA. Propionil KoA akan bereaksi fiksasi CO2 untuk

(28)

16

besar glukosa sebagai bahan bakar utama proses metabolisme jaringan (Mc Donald et al. 2002).

Berdasarkan hasil analisis ragam, interaksi antara jenis ransum dan bangsa domba tidak berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. Kadar kolesterol darah pada penelitian ini berkisar antara 50.00-81.33 mg dL-1.Kadar kolesterol darah

cenderung tinggi pada domba dengan pemberian limbah tauge dan omega-3 (R2), yaitu sebesar 81.33±9.53 mg dL-1. Hal tersebut diduga disebabkan karena penambahan omega-3 yang merupakan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh atau poly unsaturated fatty acid (PUFA) adalah asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap. Omega-3 berperan penting dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun, mempertahankan fungsi dan integritas membran sel. Asam lemak omega-3 dapat membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron dan kemungkinan juga dari VLDL (Very Low Density Lipoprotein), serta menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein b (beta) di dalam hati. Omega-3 merupakan prekursor sekelompok senyawa eikosanoid yang mirip hormon, yaitu prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan leukotrien. Senyawa-senyawa ini mengatur tekanan darah, denyut jantung, fungsi kekebalan, rangsangan sistem saraf, kontraksi otot serta penyembuhan luka. Lemak dalam bahan pakan akan dirubah menjadi asam lemak yang sebagian akan digunakan menjadi lemak karkas. Hasil perombakan berupa gliserol akan diedarkan ke hati dan digunakan sebagai glukosa. Kelebihan lemak dalam tubuh akan disimpan sebagai cadangan energi bagi ternak (Pond et al. 2005).

Perbedaan bangsa domba berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar kolesterol darah. Rataan kadar kolesterol darah domba garut pada penelitian ini yaitu 70.00 mg dL-1, lebih tinggi dari kadar kolesterol domba jonggol yang

sebesar 54.56 mg dL-1. Perbedaan tersebut diduga karena domba garut mengkonsumsi bahan kering (BK) sebanyak 1 320.67 g ekor-1 hari-1, lebih tinggi dibandingkan domba jonggol yang mengkonsumsi BK sebesar 1 026.65 g ekor-1

hari-1. Saat pakan yang dikonsumsi lebih banyak maka akan terjadi deposit lemak di dalam tubuh. Selain itu, diduga terjadi proses biohidrogenasi pada perlakuan pemberian limbah tauge dan omega-3 (R2). Proses biohidrogenasi mikroba rumen menyebabkan asam lemak tak jenuh pada pakan yang mengandung omega-3 menjadi asam lemak jenuh. Proses biohidrogenasi merupakan mekanisme detoksifikasi mikroba yang bertujuan untuk menghindari efek bakteriostatik dari asam lemak tak jenuh yang dapat mengganggu integritas sel dan menghambat pertumbuhan mikroba (Maia et al. 2010). Penambahan omega-3 perlu diberikan dalam bentuk terproteksi dengan tujuan untuk menghindari proses biohidrogenasi mikroba rumen, menghindari penurunan pertumbuhan, dan aktivitas mikroba serta penurunan kecernaan pakan (Jenkins dan Palmquist 1984). Kadar kolesterol pada domba garut dan jonggol pada semua kelompok pakan pada penelitian ini masih dalam kisaran normal menurut The Merck Veterinary (2005) yang berkisar antara 44–90 mg dL-1 dan menurut

Astuti et al. (2011) sebesar 60.86 mg dL-1.

(29)

17 yang dibentuk oleh hati dengan bantuan insulin. Trigliserida tersebut di dalam jaringan di luar hati (pembuluh darah, otot, jaringan lemak) akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian oleh hati dimetabolisme menjadi LDL. Kolesterol yang terdapat pada LDL kemudian ditangkap oleh suatu reseptor khusus di jaringan perifer. Kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL ke hati untuk kemudian dikeluarkan melalui saluran empedu sebagai asam empedu (Cheng dan Hardy 2004).

Asam lemak yang masuk ke dalam rumen akan mengalami biohidrogenasi oleh mikroba rumen. Asam lemak yang tidak mengalami proses biodrogenasi merupakan lemak by pass yang mengandung sumber energi dan tidak mempunyai efek terhadap fermentasi rumen serta siap diasimilasi ternak dalam sistem pencernannya dan lolos dari proses degradasi mikroba dari retikulo rumen atau lemak terlindungi. Adanya proses biohidrogenasi menyebabkan daging pada ternak ruminansia mempunyai kadar asam lemak jenuh yang tinggi dan dapat meningkatkan kolesterol darah (Parakkasi 1999).

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian limbah tauge sebagai pakan substitusi rumput selama delapan minggu, berpengaruh positif terhadap performa produksi dan profil metabolik darah domba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pakan dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba dengan perlakuan pemberian limbah tauge (R1) memiliki kecenderungan hasil terbaik. Performa produksi domba garut lebih baik dibandingkan dengan domba jonggol dan profil metabolik darah meliputi kadar total protein, kolesterol, dan glukosa darah masih dalam kisaran normal pada semua bangsa domba dan semua perlakuan ransum.

Saran

(30)

18

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1999. Ilmu Makanan Ternak Umum. Ed ke-5. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Umum.

Aslimah S, Yamin M, Astuti DA. 2014. Produktivitas karkas domba garut jantan pada pemberian jenis pakan dan waktu yang berbeda. J IPTP. 2(1) : 251-256. Astuti DA dan Suprayogi A. 2005. Produktivitas domba lokal yang dipelihara di

lingkungan hutan tropis gunung walat, Sukabumi, Jawa Barat. Mini workshop DAAD,SEAG April 2005. Bogor (ID) : Cisarua.

Astuti DA, Baba AS, Wibawan ITW. 2011. Rumen fermentation, blood metabolites, and performance sheep fed tropical browse plants. Media Petern.

Pp. 201-206

Cheng ZJ, Hardy RW. 2004. Protein and lipid sources affect cholesterol concentrations of juvenile Pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei (Boone). J Anim Sci. 82 : 1136–1145.

Duldjaman M. 2004. Penggunaan ampas tahu untuk meningkatkan gizi pakan domba lokal. Media Petern. 27(3) : 107-110.

Ekawati E, Muktiani A, Sunarso. 2014. Efisiensi dan kecernaan ransum domba yang diberi silase ransum komplit eceng gondok ditambahkan starter

Lactobacillus plantarum. Agripet. 14 : 2.

Gougoulis DA, Kyriazakis I, Fthenakis. 2010. Diagnostic significant of behaviour changes of sheep: A selected review. Small Ruminant Research. 92 : 52-56. Gunawan A, Sumantri C. 2008. Estimation of phenotypic variation value and

genetic distance in garut sheep and crossbred of garut. J Indon Trop Anim Agric. 33 : 3.

Handiwirawan E, Hasinah H, Mahendri IGAP, Priyanti A, Inounu I. 2004. Produktivitas anak domba garut di dua agroekosistem yang berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004. Pp. 335-340. Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk

Indonesia. Yogyakarta (ID) : UGM Press.

Haryanto B. 2000. The use of probiotic in the diet to improve carcass characteristics and meat quality of sheep. JITV. 5 (4): 224-228.

Herianti I, Prawirodigdo S. 2010. Introduksi formula untuk perbaikan kualitas pakan dalam usaha penggemukan domba di desa Pringsurat kabupaten Temanggung. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010. Pp. 593-598.

Herman R. 2005. Produksi karkas dan nonkarkas domba priangan dan ekor gemuk pada bobot potong 17.5 dan 25.0 kg. Media Petern. 8(1) : 8-12.

Hidajati N, Martawidjaja M, Inounu I. 2001. Peningkatan protein pakan untuk pembesaran domba hasil persilangan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID): [diunduh 2015 April 18]. Tersedia pada: http:/ /peternakan.litbang.deptan.go.id/ fullteks/ semnas/ pronas-38.pdf Jenkins TC, Palmquist DL. 1984. Effect of fatty acid or calsium soap on rumen and

total nutrient digestibility of dairy ration. J Dairy Sci. 67 : 978

(31)

19 Mathius IW, Martawidjaja M, Wilson A, Manurung T. 1996. Studi strategi kebutuhan energi dan protein untuk domba local fase pertumbuhan. JITV. 2(2) : 84–91.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID) : IPB Press.

Maurya VP, Naqvi SMK, Mittal JP. 2004. Effect of dietary energy level on physiological responses and reproductive performance of malpura sheep in the hot semi-arid regions of India. Small Ruminant Research. 55 : 117–122. Mc Donald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD. 2002. Animal Nutrition. 6th ed.

New York (US) : John Willey Inc.

Mc Dowell RE, Wood WA. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climates. San Fransisco (US): WH Freeman.

Mitruka BM. 1981. Clinical Biochemical and Hematological Reference Valiues in Normal Experimental Animals and Normal Humans. 2nd ed. New York (US): Masson Publising Inc.

Pond WG, Church DC, Pond KR, Schoknecht PA. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. 5th ed. Washington (US) : John Wiley and Sons Inc.

Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W, Rianto E, Kholidin. 2009. Penampilan produksi domba lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID). [diunduh 2015 Maret 20]. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/3819/.

Rahayu S, Wadito DS, Ifafah WW. 2010. Survey potensi limbah tauge di kotamadya Bogor. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Rahayu S, Baihaqi M, Wandito DS. 2011. Pemanfaatan limbah tauge sebagai pakan pada peternakan penggemukan domba di wilayah urban. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Rahayu S, Astuti DA, Baihaqi M, Priyanto R, Satoto B, Khotidjah L, Suryati T. 2013. Growth performance of local sheep fed with mung bean sprouts waste. Proc. 4th International Conference of SAADC 2013. Lanzhou (CN) : Pp. 253-254. Rianto E, Budiharto M, Arifin M. 2004. Proporsi daging, tulang dan lemak karkas

domba ekor tipis jantan akibat pemberian ampas tahu dengan aras yang berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. [internet]. Bogor (ID) : [diunduh 2015 April 8]. Tersedia pada : http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&vie w=article&id=3849:semnas&catid=336:semnas2004.

Sumantri C,Einstiana A, Salamena JF, Inounu I. 2007. Keragaman dan hubungan phylogenik antar domba lokal di Indonesia melalui pendekatan analisis morfologi. JITV. 12 : 42-54.

(32)

20

Tarmidi AR. 2004. Pengaruh pemberian pakan yang mengandung ampas tebu hasil biokenversi oleh jarum tiram putih (Pleurotus ostreatus) terhadap performa domba priangan. JITV. 9 (3): 157–163.

The Merck Veterinary Manual. 2005. 9th Ed. New Jersey (US) : Kahn CM Merck dan Co. Inc.

Yamin M, Rahayu S, Komariah, Iswahyudi M, Rachman R. 2012. Identification of morphometry and carcass composition of local sheep at different growth rate. Media Petern. Pp. 49-53.

Yamin M, Rahayu S, Ma’ani A. 2013a. Kesejahteraan domba akibat pencukuran;

tingkah laku domba sebelum, saat dan setelah pencukuran wol. J IPTP. 1(1):15-18.

(33)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Oktober 1987 di Bandung, Jawa Barat dari pasangan Drs Nur Hendaya dan Dra Wijayanti. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan sarjana di Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB pada tahun 2007. Penulis melanjutkan studi pascasarjana di Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Sekolah Pascasarjana IPB pada tahun 2013. Selama melanjutkan studi S2, penulis mendapatkan Beasiswa Program Pendidikan Dalam Negeri (BPPDN) dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selama menjadi mahasiswa S1 hingga S2, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai wakil ketua BEM Fapet IPB periode 2008-2009, wakil ketua Paduan Suara Fapet IPB (Gradziono Simphonia) periode 2007-2009, staf PSDM rohis Fapet IPB (FAMM Al An’aam) tahun 2007, divisi Budaya, Olahraga, dan Seni BEM Fapet IPB periode 2007-2008, anggota Paduan Suara IPB (Agriaswara) tahun 2006, bendahara IPTP 43 Fapet IPB periode 2007-2010, dan komti Pasca ITP periode 2013-2015.

Penulis pernah bekerja sebagai manajer utama di usaha trading olahan peternakan Kahfi Group tahun 2009-2011, manajer keuangan di peternakan ayam broiler Abadi Farm tahun 2010-2011, dealer manager di perusahaan Rekan Usaha Mikro Anda (RUMA) pada tahun 2011, quality control di Bintang Pelajar pada tahun 2012-2013, dan marketing di peternakan domba Sejahtera Tani Farm tahun 2013-sekarang. Penulis menjadi kontingen atlit Pascasarjana Fakultas Peternakan yang berhasil menjadi juara umum Pascasarjana Cup 2015 di Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian
Tabel 8 Hasil analisis kadar total protein, glukosa, dan kolesterol darah

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada pelaksanaannya, hak recall oleh partai politik terhadap anggota DPR tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat di Indonesia berdasarkan Undang- Undang Dasar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada hipotesis pertama independensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pemerintah dengan nilai sebesar 0,006, hasil

Nur Asyita Trijayanti, A210110031. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015. Tujuan penelitian ini adalah

Apabila jumlah aset yang dimiliki perusahaan meningkat maka informasi yang diungkapkan perusahaan akan semakin banyak dan lengkap sehingga mampu meyakinkan investor

Jumlah populasi yang besar diperoleh dengan merapatkan jarak tanaman, sehingga tanaman tumbuh rapat, dalam hal itu sinar matahari terbatas dipermukaan dan hara

Adapun kesimpulan dari permasalahan di atas adalah menjelaskan bahwa peningkatan kualitas citra photography adalah dengan cara filter gaussian sangat baik, nilai

Dalam tugas akhir ini akan direncanakan struktur jembatan menggunakan busur rangka batang baja yang melewati sungai Grindulu, Kabupaten Pacitan dengan bentang total 354