PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY
MATEMATIS SISWA DI SMP LHOKSEUMAWE
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
YESSI JURNALA Nim : 8146171089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
i
ABSTRAK
YESSI JURNALA. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Self-Efficacy Siswa SMP Lhokseumawe. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis pendekatan realistik; 2) mendeskripsikan peningkatan self-efficacy matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis pendekatan realistik; 3) mengembangkan model pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa yang efektif; 4) menemukan pendekatan realistik yang efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa; 5) mendeskripsikan respon siswa terhadap pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian model pengembangan Plomp, yang dikemukakan oleh Plomp. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar validasi, tes kemampuan komunikasi matematis dan angket self-efficacy. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik telah memenuhi kualitas valid, praktis dan efektif. Adapun tahap-tahap dalam pengembangan model ini adalah tahap investigasi awal, tahap desain, tahap realisasi, dan tahap tes, evaluasi dan revisi. Adapun sintaks model pembelajaran berbasis pendekatan realistik adalah (1) memahami masalah kontekstual, (2) menjelaskan masalah kontekstual, (3) menyelesaikan masalah kontekstual dengan menggunakan media/alat peraga goeboard, (4) membandingkan/mendiskusikan jawaban dengan menggunakan media/alat peraga goeboard, (5) menyimpulkan.
ii
ABSTRACT
YESSI JURNALA.Developing a Realistic Approach Based Learning Model to Improve Communication Skills and Self-Efficacy Mathematical Junior High School Students Lhokseumawe. Thesis. Mathematics Education Graduate University of Medan. 2016.
This study aimed to: 1) describe the mathematical communication skills of students through realistic approach based learning model; 2) describe an increase in self-efficacy mathematical models based learning students through realistic approach; 3) develop a model of realistic approach to improve communication skills and self-efficacy students' mathematical effective; 4) finding realistic approaches that are effective in improving communication skills and self-efficacy students' mathematical; 5) The students' response to the development of realistic approach based learning model that was developed to improve communication skills and self-efficacy mathematical students. This type of research is research Plomp development model, proposed by Plomp. Data collection techniques using sheet validation, test mathematical communication skills and self-efficacy questionnaire. The results showed a realistic approach based learning model has met the quality valid, practical and effective. The stages in the development of this model is the initial investigation phase, the design phase, the realization phase, and the phase of the test, evaluation and revision. The syntax-based learning model realistic approach is : (1) understand the contextual problem, (2) explain the contextual problem, (3) complete the contextual problems with using the media/props goeboard, (4) compare/discuss the answer by using media/props goeboard, (5) concludes.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Matematis Siswa SMP Lhokseumawe”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak
langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan
yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya
peneliti sampaikan kepada:
1. Teristimewa kepada kepada kedua orang tua saya Ayahanda dan Ibunda serta
adik-adikku tersayang yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang,
nasihat, motivasi, do’a dan dukungan baik moril maupun materi yang tak
terhingga.
2. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr.
Hasratuddin, M.Pd selaku dosen pemimbing II yang telah meluangkan waktu
disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan
iv
3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Dr. Zul Amry, M.Si, Ph.D serta
Bapak Dr. KMS. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku narasumber yang
telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku
ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED serta serta Bapak Hendrik selaku Staf Program Studi Pendidikan
Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan, nasihat serta
semangat yang sangat berharga bagi penulis.
5. Direktur, Asisten Direktur I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bantuan dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan tesis ini.
6. Kepala SMP Negeri 5 Lhokseumawe yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.
7. Rekan-rekan tercinta dari keluarga besar Dikmat A-3 stambuk 2014 serta
semua pihak dari rekan-rekan satu angkatan Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan
semangat, bantuan, motivasi serta dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
8. Teman-teman seperjuangan Kak Mega Multina, Kak Dwi Putria Nst, Fitri
Ayunita, Mutia Sari, Mutia, Aisyah, Apriadani Harahap, Nova Juniati, Anim,
Nur Asiyah Nst Mahrani Aufa,Yusi Sabrida, Arif Aulia Rahman, Martunisa
dan Muhammad Ahyar.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga
v
dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat
memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.
DAFTAR ISI
1.1 Latar Belakang Masalah ... 11.2 Identifikasi Masalah ... 16
2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 20
2.1.2 Self-Efficacy ... 24
2.1.3 Pendekatan Realistik ... 29
2.1.4 Karakteristik Pendekatan Realistik ... 32
2.1.5 Sintaks Pendekatan Realistik ... 34
2.1.6 Prinsip Pendekatan Realistik ... 36
2.1.7 Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Realistik ... 39
2.2 Respon Siswa ... 44
2.3 Kualitas Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 45
2.4 Model Pengembangan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik .... 50
2.5 Deskripsi Rancangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 53
2.7 Kerangka Konseptual ... 61
2.8 Pertanyaan Penelitian ... 69
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 71
3.2 Lokasi dan Waktu ... 71
3.3 Populasi dan Sampel ... 71
3.4 Definisi Operasional ... 71
3.5 Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik.. ... 73
3.6 Instrumen Penelitian ... 83
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 92
3.8 Teknik Analisis Data ... 94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 106
4.1.1 Deskripsi Tahap Model Pengembangan Pembelajaran Pendekatan Realistik ... 107
4.1.1.1 Tahap I Investigasi Awal ... 107
4.1.1.2 Tahap II Perancangan Produk... 108
4.1.1.3 Tahap III Realisasi/Kontruksi ... 114
4.1.1.4 Tahap IV Tes, Evaluasi dan Revisi ... 114
4.1.2 Deskripsi Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik yang dikembangkan ... 126
4.1.2.1 Analisis Efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik Uji Coba I ... 126
4.1.2.2 Analisis Efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik Uji Coba II... 132
4.1.3 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik yang Dikembangkan ... 139
4.2 Analisis Kesalahan Jawaban Siswa ... 144
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 150
4.3.1 Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Pengembangan
model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik Pada Siswa .... 150
4.3.2 Peningkatan Self-efficacy dalam Pengembangan Model
Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik Pada Siswa ... 152
4.3.3 Keefektifan Pendekatan Realistik yang Dikembangkan
dalam Menningkatan Kemampuan Komunikasi dan
Self-Efficacy Matematis Siswa ... 154
4.3.4 Model Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistik
yang Efektif Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan
Self-Efficacy Matematis Siswa ... 157
4.3.5 Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berbasis
Pendekatan Realistik ... 160
4.4Keterbatasan Penelitian ... 162
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 163
5.2 Saran ... 164
DAFTAR TABEL
Isi Hal
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Realistik ... 34
Tabel 2.2 Criteria for High Quality Interventions ... 49
Tabel 3.1 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 86
Tabel 3.2 Kriteria Proses Penskoran Self-Efficacy Matematis ... 87
Tabel 3.3 Data Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 92
Tabel 3.4 Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 93
Tabel 3.5 Data Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 93
Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kevalidan ... 96
Tabel 3.7 Interprestasi Validitas Tes ... 97
Tabel 3.8 Interprestasi Reliabilitas instrumen Tes ... 99
Tabel 4.1 Model Pembelajaran Yang Divalidasi ... 115
Tabel 4.2 Revisi Model Pembelajaran Uji Coba 1 ... 115
Tabel 4.3 Revisi Model Pembelajaran Uji Coba 2 ... 116
Tabel 4.4 Hasil Validasi Rencana Pealksanaan Pembelajaran... 116
Tabel 4.5 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 118
Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen ... 120
Tabel 4.7 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 121
Tabel 4.8 Validitas Butir Soal Tes Self-Efficacy ... 122
Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Uji Coba I ... 127
Tabel 4.10 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 127
Tabel 4.11 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 128
Tabel 4.12 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhdap Kemampuan Komunikasi Pada Uji Coba I ... 130
Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 133
Hasil Posttest Uji Coba II ... 133
Tabel 4.15 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Pada Uji Coba II ... 134
Tabel 4.16 Ketercapiana Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi
Pada Uji Coba II ... 136
Tabel 4.17 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 140
Tabel 4.18 Rata-rata Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Untuk Setiap Indikator ... 141
DAFTAR GAMBAR
Isi Hal
Gambar 1.1 Proses Jawaban TKKM ... 5
Gambar 1.1 Proses Jawaban Self-efficacy ... 9
Gambar 2.1 Model Perancangan Pendidikan Adaptasi Dari Plomp ... 52
Gambar 3.1 Tahapan dan Alur Kegiatan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik ... 82
Gambar 4.1 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 113
Gambar 4.2 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ... 128
Gambar 4.3 Persentase Ketuntasan Klasikal Komunikasi Matematis Hasil Posttest Pada Uji Coba I ... 129
Gambar 4.4 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Pada Uji Coba I ... 130
Gambar 4.5 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Hasil Posttest Pada Uji Coba II ... 134
Gambar 4.6 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 135
Gambar 4.7 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Pada Uji Coba II ... 137
Gambar 4.8 Rata-rata Hasil Posttest Uji Coba I dan Uji Coba II ... 140
Gambar 4.9 Rata-rata Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Untuk Setiap Indikator ... 140
Gambar 4.9 Rata-rata Self-Efficacy Siswa Untuk Setiap Indikator... 141
Gambar 4.10 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 1 Uji Coba I ... 145
Gambar 4.11 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 1 Uji Coba II ... 145
Gambar 4.12 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 2 Uji Coba I ... 146
Gambar 4.13 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 2 Uji Coba II ... 146
Gambar 4.14 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 3 Uji Coba I ... 147
Gambar 4.18 Analisis Kesalahan Letak Butir Soal Nomor 1 Uji Coba I ... 149
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling besar peranannya
dalam kelangsungan hidup manusia dan perkembangan suatu bangsa, karena
pendidikan menentukan maju mundurnya pelaksanaan pembangunan dalam
segala bidang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari seseorang, baik
pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Hal ini dikarenakan
pendidikan dapat membentuk kepribadian manusia sehingga memungkinkan
manusia itu tumbuh berkembang. Menyadari akan pentingnya pendidikan,
pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan pendidikan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pendidikan adalah sekolah. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan dimana terjadi interaksi dalam mentransfer
sejumlah pengetahuan kepada siswa yang mengandung nilai, sikap serta
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan
usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan
diluar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran
dimana ada pendidik yang melayani para perserta didiknya melakukan kegiatan
belajar dan pendidik menilai atau mengukur tingkat keberhasilan belajar peserta
2
Pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari peran semua pihak,
khususnya guru. Guru merupakan komponen yang sangat penting. Sebab
keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru. Oleh
karena itu, upaya pendidikan yang berkualitas seharusnya dimulai dari
pembenahan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah
bagaimana merancang suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai. Seorang guru akan memilih metode pembelajaran agar tujuan
belajar dapat tercapai secara efektif. Penggunaan metode pembelajaran dalam
menyajikan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Untuk tercapainya pelaksanaan pembelajaran disekolah harus didukung oleh
sarana yang memadai, disamping itu juga sangat dibutuhkan kecakapan guru
dalam menjelaskan pelajaran agar mudah dimengerti oleh siswa, sehingga
kesulitan siswa dalam proses pembelajaran dapat teratasi dan siswa menjadi lebih
aktif.
Pengembangan metode pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar lebih
aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi
yang optimal. Namun kenyataannya tidak semua guru mampu mewujudkan tujuan
yang diharapkan dalam pembelajaran matematika. Pengajaran matematika yang
selama ini diajarkan hanya ditekankan pada keterampilan siswa dalam
menyelesaikan dan mengerjakan soal-soal matematika. Matematika sebagai suatu
ilmu pengetahuan atau sains membutuhkan penalaran, pengertian, pemahaman
dan aplikasi yang tinggi sehingga matematika itu perlu disajikan dengan cara yang
3
Matematika penting dipelajari, karena dengan belajar matematika kita
akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. National Council of Teachers
of Mathematics / NCTM (2000) merumuskan lima tujuan umum pembelajaran
matematika yang dikenal dengan kemampuan matematis (mathematical power)
yaitu : 1) kemampuan pemecahan masalah (problem solving), 2) kemampuan
penalaran (reasoning), 3) kemampuan komunikasi (communication), 4)
kemampuan koneksi (connection), 5) kemampuan representasi (representation).
Berdasarkan NCTM diatas, jelas bahwa kemampuan komunikasi matematis
merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang perlu mendapat
perhatian dari setiap guru dan peneliti dalam meningkatkannya. Untuk
mendapatkan daya matematika itu sendiri sebagai alat penyelesaian permasalahan
dalam kehidupan nyata, kita belajar matematika sebagai suatu wahana yang
memfasilitasi kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan peningkatan kepercayaan
diri dalam bermatematika.
Tujuan mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa jenjang sekolah
dasar dan menengah mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan
keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif
dan efisien. Dalam belajar matematika pada dasarnya seseorang tidak terlepas dari
masalah, sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang
mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan atau
dimanfaatkan. Kesulitan memahami konsep akademik dan kesulitan dalam
menghubungkan antar konsep matematika disebabkan karena minimnya
4
Pada umumnya di sekolah menengah tingkat pertama pembelajaran dikelas
masih menggunakan pembelajaran secara konvensional. Pembelajaran yang
menekankan pada kemampuan untuk menghafal konsep yang disampaikan oleh
guru, siswa hanya menerima informasi dan pengetahuan tersebut dari guru. Hal
tersebut menyebabkan siswa bersikap pasif dalam pembelajaran sehingga
kemampuan komunikasi matematika menjadi tidak berkembang. Menurut Asikin
(Muhammad Darkasyi, 2014) komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu
peristiwa saling hubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas,
dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi
matematika yang dipelajari di kelas, komunikasi di lingkungan kelas adalah guru
dan siswa. Sedangkan cara pengalihan pesan dapat secara tertulis maupun lisan
yang disampaikan guru kepada peserta didik untuk saling komunikasi, sehingga
komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan sebaliknya jika komunikasi antara
siswa dengan guru tidak berjalan dengan baik maka akan rendahnya kemampuan
komunikasi matematik.
Dalam penelitian Sinurat (2015) menyimpulkan bahwa permasalahan yang
terjadi saat ini adalah siswa tidak mampu mengkomunikasikan maksud dari
masalah. Hal ini dikarenakan siswa terpaku dengan angka-angka, sehingga bila
suatu permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah yang terbentuk
simbol atau analisis yang mendalam maka siswa tidak mampu menyelesaikannya.
Dalam hal ini kemampuan komunikasi matematik siswa masih sangat perlu
ditingkatkan. Oleh karena itu dalam penyajian materi geometri (transformasi)
tersebut membutuhkan media visual bahkan audio-visual agar lebih menarik dan
5
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis dialami siswa di SMP
Negeri 5 Lhokseumawe, dari soal yang diberikan yaitu terdapat 5 titik yaitu
(1, 4), (3 ,2), (−3,6), (−7 ,−3) dan �(6 −5). Tentukan koordinat atau
absis pada masing titik., Tentukan koordinat atau ordinat pada
masing-masing titik, dan Gambarlah kelima titik tersebut pada bidang kartesius sesuai
dengan absis dan ordinatnya ?
Melalui situasi yang ada dalam masalah diatas, diharapkan siwa dapat
menginterpretasikan serta mengevalusi ide-ide dan informasi matematika,
kemudian menyatakan situasi yang ada dalam permasalahan ke dalam model
matematika, dan selanjutnya menggambarkan penyelesaian tersebut.
Dari penelitian survey awal penelitian, peneliti mendapatkan jawaban soal
tersebut dari siswa seperti pada gambar 1.1.
Berdasarkan hasil jawaban siswa tersebut, hasil jawaban siswa salah karena
siswa tidak mampu membuat gambar dari soal yang dipaparkan. Siswa sulit
Siswa belum dapat menyatakan situasi ke dalam bentuk gambar.
Jawaban siswa salah. Dalam hal ini siswa
belum mampu
membuat ke dalam bentuk gambar
6
memahami soal tersebut dan membuat soal ke dalam bentuk gambar,
ditemukannya kesalahan siswa dalam menafsirkan soal, akibatnya kemampuan
komunikasi matematika siswa rendah. Dari 25 siswa hanya 5 (20%) orang yang
menjawab benar dan lengkap, 8 (32%) orang menjawab benar tapi tidak lengkap,
10 (40%) orang yang menjawab salah dan 2 (8%) orang yang tidak menjawab.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa terhadap
soal yang diberikan masih rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shimada (Muhammad Darkasyi,
2014) memperlihatkan bahwa dalam proses belajar dan mengajar, guru berperan
dominan dan informasi hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa, sehingga
siswa sangat pasif. Sedangkan peserta didik masih cenderung terlalu pasif
menerima materi dari guru, sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah dalam
proses komunikasi matematis dan disebabkan guru masih cenderung aktif, dengan
metode ceramah menyampaikan materi kepada para peserta didik sehingga siswa
dalam mengkomunikasi matematis masih sangat kurang. Kemampuan komunikasi
dapat terbentuk ketika pengetahuan dibangun dengan dasar dan adanya keterkaitan
dengan kehidupan nyata atau konteks kehidupan nyata. Konteks kehidupan nyata
dapat memberikan stimulus untuk menghubungkan apa yang dipikirkan dengan
kenyataan yang ada sehingga dapat digunakan untuk memahami suatu
permasalahan. Dengan demikian, kemampuan komunikasi harus dikembangkan
dalam kegiatan belajar mengajar matematika.
Kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika
sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan melalui komunikasi
7
lisan maupun tulisan, disamping itu respon atau komunikasi antar siswa dapat
terjadi dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya dapat membawa siswa pada
pemahaman yang mendalam tentang konsep matematika yang telah dipelajari. Hal
yang sama juga tertuang dalam tujuan yang dirumuskan National Council of
Teacher of Mathematics (2000). Standar komunikasi menitikberatkan pada
pentingnya berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep
matematika. Belajar berkomunikasi dapat membantu perkembangan interaksi dan
mengungkapkan ide-ide di dalam kelas karena siswa belajar dalam suasana aktif.
Komunikasi dapat membantu siswa mengenai konsep matematika baru
ketika memerankan situasi, menggambarkan, menggunakan objek, memberikan
laporan dan penjelasan verbal serta menggunakan diagram, menulis dan
menggunakan simbol matematika. Sedangkan menurut Baroody (Ansari 2009)
menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam
matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa yaitu : (1) mathematics
as language dan (2) mathematics learning as social activity. Matematika tidak
hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan
pola, atau menyelesaikan masalah namun matematika juga an invaluable tool for
communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly dan sebagai
aktivitas sosial seperti halnya interaksi antar siswa, komunikasi guru dengan siswa
merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika untuk nuturing
children’s mathematics potential.
Menyadari akan pentingnya kemampuan komunikasi matematik maka
perlu mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
8
Kemampuan komunikasi matematis akan berperan efektif manakala guru
mengkondisikan siswa agar mendengarkan secara aktif (listen actively)
sebagaimana mereka berbicara. Oleh karena itu perubahan pandangan belajar dari
guru mengajar ke siswa, belajar sudah harus menjadi fokus utama dalam setiap
kegiatan pembelajaran matematika.
Selain pentingnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran, diperlukan juga mengembangkan self-efficacy siswa. self-efficacy
adalah sebuah keyakinan tentang probabilitas bahwa seseorang dapat
melaksanakan dengan sukses beberapa tindakan atau masa depan dan mencapai
beberapa hasil. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy merupakan suatu
faktor penentuan pilihan utama untuk pengembangan individu, ketekunan dalam
menggunakan berbagai kesulitan dan reaksi-reaksi emosional yang dialami.
self-efficacy dapat dikembangkan dari diri siswa dalam pelajaran matematika melalui
empat sumber, yaitu (1) pengalaman kinerja; (2) pengalaman orang lain; (3) aspek
dukungan langsung/sosial; dan (4) aspek psikoligi dan afektif.
Dalam (Liu, 2009; Pajares & Miller, (1994), Self-efficacy matematika
adalah keyakinan akan kemampuan untuk belajar di sekolah. Ini merupakan
keyakinan siswa yang mengadopsi pada perilaku tertentu yang akan menghasilkan
siswa berprestasi di kelas pada pelajaran matematika. Keyakinan ini adalah
ditunjukkan untuk memprediksi kinerja matematika yang lebih baik dari pada
kepercayaan yang lain terkait membangun keyakinan matematika. Beberapa
peneliti (Bouffard-Boachard, 1989, Larson, Piersal,Imao, dan Allen, 1990, dan
Schunk, 1981, 1987) menemukan bahwa self-efficacy memberi peranan yang
9
Untuk mengembangkan kemampuan self-efficacy matematis siswa, guru
sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran dapat mengembangkan
tidak hanya pada ranah kognitif dan ranah psikomotor semata yang ditandai
dengan penguasaan materi pelajaran dan keterampilan, melainkan juga ranah
ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini siswa harus ditumbuhkan rasa percaya
dirinya (self-efficacy) sehingga menjadi mengenal dirinya sendiri yakni
kepribadian yang mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan
intelektual, mengendalikan dirinya dengan konsisten, dan memiliki rasa empati
serta memiliki kepekaan terhadap permasalahan yang dihadapi baik dalam dirinya
maupun dengan orang lain.
Dalam penelitian Syafrida Hanum Pulungan (2015) mengatakan
berdasarkan survei yang dilakukan di MTSN Kualuh Hulu dan informasi dari
guru-guru bahwa mereka enggan dan malu bertanya tentang materi yang belum di
pahami, apalagi memberi tanggapan atau jawaban. Mereka takut salah dan jadi
bahan tertawaan teman-temannya. Mereka kurang memiliki percaya diri untuk
mengungkapkan ide atau pertanyaan kepada orang lain. Keadaan demikian sangat
mempengaruhi rendahnya prestasi belajar peserta didik. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa guru-guru matematika di sekolah jarang memberikan
perhatian yang proposional dalam meningkatkan self-efficacy matematis siswa.
10
Berdasarkan hasil tes tersebut rendahnya self-efficacy matematis juga
dialami pada siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe dari kusioner angket
self-efficacy yang diberikan kepada siswa. Hasil tes tersebut rendahnya self-efficacy
matemati dapat dilihat dari 22 butir soal pada angket yang memuat 4 indikator
self-efficacy matematis diberikan kepada 20 orang siswa SMP Negeri 5
Lhokseumawe. Secara rinci pencapaian hasil angket self-efficacy pada indikator
pengalaman yang telah dilalui 11(50%), indikator pengalaman orang lain
12(55%), indikator persuasi sosial 6(30%), indikator keadaan fisiologis dan
emosi 9(45%). Berdasarkan hasil tersebut, jika acuan batas pencapaian 65% maka
self-efficacy siswa masih berada di bawah batas pencapaian minimal dengan kata
lain self-efficacy matematis siswa masih rendah.
Melalui situasi yang ada dalam masalah di atas, faktor permasalahan yang
terjadi pada model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik partisipasi
siswa dalam pembelajaran serta lingkungan belajar yang tidak konduksif. Oleh
karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran matematika yang dipandang
tepat sehingga dapat meningkatkan self-efficacy matematis siswa tersebut.
Self-efficacy diperlukan oleh individu ketika menghadapi tugas-tugas, dihadapkan
pada sumber informasi yang banyak, mungkin relevan atau tidak relevan dengan
kebutuhan dan tujuan individu yang bersangkutan. Pada kondisi seperti itu
individu tersebut harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi intrinsik,
menganalisis kebutuhan dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan
strategi penyelesaian masalah, menyeleksi sumber yang relevan, serta
11
Pada umumnya siswa mengetahui bahwa kedudukan matematika dalam
dunia pendidikan sangat besar manfaatnya. Namun ironisnya siswa menganggap
bahwa pelajaran matematika itu tidak menarik, sulit serta membosankan. Hal ini
dikarenakan siswa merasa jenuh dengan metode atau pendekatan yang diterapkan
selama ini. Guru yang kurang tepat dalam menggunakan metode atau pendekatan
pembelajaran sehingga guru masih banyak menggunakan metode atau pendekatan
mengajar yang konvensional dalam mengajar sehingga sistem belajarnya hanya
berlangsung satu arah saja yaitu penyampaian informasi dari guru ke siswa,
sehingga banyak siswa yang jenuh dalam menerima materinya.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan secara konvensional tidak
hanya menimbulkan rendahnya kemampuan komunikasi matematis tetapi
rendahnya self-efficacy siswa. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran ini,
guru tidak menuntut siswa untuk berusaha memilih strategi dalam proses
pembelajaran dan berupaya untuk memeriksa kembali terhadap hasil/tugas yang
telah dikerjakan. Guru hanya memberikan tugas, kemudian memeriksa hasil tugas
siswa sesuai dengan aturan dan prosedur yang biasa diberikannya. Dapat kita
temukan bahwa konsekuensi dari pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran secara konvensional yaitu rendahnya kemampuan komunikasi
matematis dan self-efficacy siswa. Disinilah dibutuhkannya peran guru adalah
sebagai motivator yang memiliki tanggung jawab membangun motivasi siswa
untuk belajar, menstimulus dan memberikan dorongan untuk mengembangkan
potensi siswa, menumbuhkan aktifitas, kreatifitas dan komunikasi, sehingga
12
Respon berasal dari kata respone, yang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan. Respon siswa menurut Hamalik (Misliani, Ruqiah Ganda Putri
Panjaitan, 2015), “respon merupakan gerakan-gerakan yang terkoordinasi oleh
persepsi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa luar dalam lingkungan sekitar”.
Sedangkan menurut Marsiyah (Misliani, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, 2015),
untuk mengetahui respon seseorang terhadap sesuatu dapat melalui angket, karena
angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh
responden dan juga mengenai pendapat atau sikapnya. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, respon didefinisikan sebagai tanggapan, reaksi, dan jawaban. Menurut
Ismail (Misliani, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, 2015) seseorang dikatakan
memberikan respon yang positif bagi seseorang tersebut sesuatu itu menarik.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa respon
siswa adalah tanggapan, jawaban dan reaksi yang diberikan siswa terhadap suatu
keadaan tertentu baik keadaan biasa yang diterimanya maupun keadaan yang baru
diperolehnya. Jadi respon siswa adalah tanggapan, jawaban dan reaksi yang
diberikan siswa terhadap suatu keadaan tertentu baik keadaan yang biasa
diterimanya maupun keadaan yang baru diperolehnya.
Untuk dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi dan
self-efficacy matematis, maka perlu dengan menerapkan suatu model atau pendekatan
pembelajaran menerapkan metode atau pendekatan yang sesuai dengan materi
pembelajaran, tujuan pendidikan, tingkat kematangan siswa, situasi, fasilitas dan
kemampuan profesionalnya guru. Salah satu metode atau pendekatan
pembelajaran yang dapat memberikan keleluasan siswa untuk pemecahan masalah
13
pendekatan pembelajaran matematika yang mengacu pada realistic mathematics
education (RME) yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak
pembelajaran. Melalui efektivitas matematisasi horizontal dan vertikal diharapkan
siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika. Kata
“realistik” merupakan salah satu pendekatan dari klasifikasi Suherman (2001)
yang dikemukakan oleh Traffers (1987), yang membedakan empat pendekatan
dalam pendidikan matematika, yaitu : a) Pendekatan mekanistik, b) Pendekatan
emperistik, c) Pendekatan strukturalistik, dan d) Pendekatan realistic.
Namun perlu diingat bahwa masalah konstekstual yang diungkapkan tidak
selalu berasal dari kehidupan sehari-hari, bisa juga dari konteks yang dapat
diimajinasikan dalam pikiran siswa. Dengan melaksanakan pembelajaran
menggunakan pendekatan realistik materi pelajaran disajikan melalui konteks
kehidupan dan dapat diimajinasikan para siswa, sehingga pembelajaran lebih
bermakna serta menyenangkan. Sehubungan dengan hal-hal diatas, sudah
semestinya diupayakan berbagai alternatif dan inovasi dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa. Guru dituntut untuk
lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran dengan mengembangkan model
pembelajaran yang efektif dan menarik sehingga siswa merasa perlu untuk
mempelajari pelajaran matematika dengan kata lain siswa akan mempunyai
respon positif terhadap pembelajaran yang disampaikan. Seperti yang
dikemukakan oleh Mulyasa (2013) kreativitas dalam mengembangkan sumber
belajar sangat penting, bukan karena keterbatasan fasilitas dapat juga diperlukan
adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan metode dan
14
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Rusman (2013) mengatakan
bahwa proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi
agar terlaksana secara efektif dan efisien. Oleh karena itu guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran hendaknya membuat perencanaan yang baik,
guru dan siswa memerlukan pedoman berupa model pembelajaran dan perangkat
pembelajaran yang akan digunakan seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan media/alat peraga
geoboard yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Disamping itu
penggunaan model dan perangkat pembelajaran yang tidak sesuai dengan kondisi
sekolah, karakteristik siswa serta desain perangkat pembelajaran yang tidak sesuai
dengan model pembelajaran yang digunakan. Hal ini akan menghambat
pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk menghasilkan model
pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan pembelajaran matematika serta
sesuai dengan kondisi lingkungan siswa, dapat kita temukan melalui penelitian
dan pengembangan.
Kebijakan pengembangan kurikulum dengan tujuan kompetensi lulusan
merupakan salah satu solusi dalam memecahkan persoalan kualitas pendidikan
(pendidikan matematika) yang masih rendah. Kompetensi yang harus dimiliki
siswa melalui pembelajaran matematika adalah pengetahuan dan keterampilan
bermatematika ditinjau dari kemampuan logika berpikir, kemampuan
berkolaborasi, kemampuan berkomunikasi secara matematis, dan kemampuan
transfer ilmu matematika oleh siswa dalam memecahkan masalah kehidupan. Pola
15
dan efisien dengan menggunakan pendekatan realistik. Disamping sesuai dengan
karakteristik matematika, diperlukan pola pembelajaran matematika berdasarkan
masalah kontekstual ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan dan penerapan model berbasis pendekatan realistik merupakan
suatu upaya perbaikan efektifitas dan efisiensi pendidikan dan diharapkan dapat
menumbuhkembangkan self-efficacy dan untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa, dimana kemampuan komunikasi menyelesaikan
masalah secara nyata dengan simbol-simbol, diagram, tabel dan lain-lain,
sedangkan pendekatan realistik mengaitkan dengan kehidupan nyata.
Peneliti lebih memilih pengembangan model pembelajaran berbasis
pendekatan realistik, karena dalam pendekatan realistik siswa langsung diarahkan
ke dalam kehidupan nyata atau masalah kontekstual sehingga siswa akan menjadi
lebih mudah dalam memahami masalah nyata dan siswa mempunyai kesempatan
untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika untuk memecahkan
masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Oleh karena itu,
Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik sangat cocok
diterapkan di sekolah. Karena dengan menerapkan Pendekatan Realistik, siswa
akan menjadi lebih aktif, kreatif, dan tidak jenuh pada saat proses pembelajaran.
Sehingga peneliti tertarik dan ingin membuat sebuah penelitian dengan judul,
“Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Realistik untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Matematis Siswa SMP
16
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat diidentifikasi
berbagai permasalahan diantaranya sebagai berikut :
a. Kemampuan komunikasi siswa rendah.
b. Kemampuan self-efficacy matematis siwa rendah.
c. Pembelajaran yang masih didominasi pendekatan biasa yang bersifat
teacher centered
d. Belum menggunakan pendekatan realistik.
e. Pembelajaran masih bersifat satu arah.
f. Respon siswa dalam pembelajaran matematika masih sangat rendah.
g. Model/pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru dikelas tidak
melibatkan siswa aktif.
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian ini dapat dilakukan lebih terfokus maka penulis
membatasi masalah pada:
1. Model/pendekatan pembelajaran yang digunakan saat ini belum memenuhi
kriteria model/pendekatan pembelajaran yang baik. Maka dalam penelitian
ini akan dikembangkan tahapan model/pendekatan pembelajaran berbasis
pendekatan realistik meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar aktivitas siswa (LAS) serta tes kemampuan komunikasi matematis.
2. Kemampuan komunikasi siswa rendah.
3. Kemampuan self-efficacy matematis siwa rendah.
17
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
batasan masalah, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan pada penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi dalam pengembangan
model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa ?
2. Bagaimana peningkatan self-efficacy dalam pengembangan model
pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa ?
3. Bagaimana keefektifan pendekatan realistik yang dikembangkan dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa ?
4. Bagaimana model pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik
yang efektif meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy
matematis siswa ?
5. Bagaimana respon siswa terhadap pengembangan model pembelajaran
berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa ?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum untuk menghasilkan langkah-langkah
pembelajaran melalui pendekatan realistik di SMP Lhokseumawe. Sedangkan
secara khusus, penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
melalui model pembelajaran berbasis pendekatan realistik pada siswa.
2. Mendeskripsikan peningkatan self-efficacy matematis siswa melalui model
18
3. Mendeskripsikan keefektifan pendekatan realistik dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis pada siswa.
4. Menemukan pendekatan realistik yang efektif dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa.
5. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pengembangan model
pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan
masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan suasana baru dalam memperbaiki cara guru mengajar di kelas,
khususnya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi. Manfaat yang mungkin
diperoleh antara lain:
1. Penelitian ini memberikan konstribusi terhadap pengembangan teori
pembelajaran berupa sebuah model pembelajaran yang relevan.
2. Produk pengembangan model pembelajaran berbasis pendekatan realistik
diharapkan dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran di berbagai
jenjang pendidikan di sekolah.
3. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan
model pembelajaran berbasis pendekatan realistik untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi dan self-efficacy matematis.
4. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian
19
matematis siswa yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang
khususnya di bidang pendidikan matematika.
5. Sebagai masukan kepada guru-guru tentang alternatif pembelajaran yang
163
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan model
pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan adalah
rata-rata pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa pada uji coba I
sebesar 77,17 meningkat menjadi 80 pada uji coba II. Rata-rata peningkatan
setiap indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dari uji coba I ke
uji coba II.
2. Peningkatan self-efficacy siswa menggunakan model pembelajaran berbasis
pendekatan realistik yang dikembangkan adalah rata-rata pencapaian
self-efficacy siswa pada uji coba I sebesar 47,17 meningkat menjadi 70,29 pada
uji coba II. Rata-rata peningkatan setiap indikator self-efficacy siswa dari uji
coba I ke uji coba II.
3. Pembelajaran berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan pada uji
cioba I belum efektif karena masih terdapat beberapa indikator keefektifan
yang belum tercapai seperti hasil posttest kemampuan komunikasi pada uji
coba I belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal dan ketercapaian
tujuan pembelajaran belum mencapai kriteria yang ditentukan, sedangkan
indikator keefektifan yang tercapai adalah respon siswa positif terhadap
164
kriteria efektif ditunjukkan oleh ketuntasan klasikal siswa terpenuhi,
ketercapaian tujuan pembelajaran dan respon siswa terhadap tahapan model
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif.
4. Tahapan pendekatan realistik yang efektif adalah tahap memahami masalah
kontekstual, tahap menjelasakan masalah kontekstual, tahap menyelesaiakan
masalah kontekstual dengan menggunakan media/alat peraga geoboard, tahap
membandingkan/mendiskusikan jawaban dengan menggunakan media/ alat
peraga geoboard dan tahap menyimpulkan.
5. Berdasarkan hasil wawancara pada uji coba I dan II respon siswa terhadap
model pembelajaran, komponen-komponen perangkat pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran adalah positif.
6. Berdasarkan pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan
model Plomp yang telah dimodifikasi, dihasilkan model pembelajaran
berbasis pendekatan realistik yang valid. Perangkat pembelajaran dalam
model tersebut terdiri dari: (1) Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2)
Lembar Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
(TKKM) yang dapat dilihat pada lampiran.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang dihasilkan masih perlu diujicobakan di sekolah lain
dengan berbagai kondisi agar diperoleh model pembelajaran yang
165
2. Para guru agar dapat menggunakan instrumen dan model pembelajaran
berbasis pendekatan realistik yang dikembangkan dalam penelitian ini
sebagai alternatif pembelajaran khususnya pada materi transformasi.
3. Bagi guru atau pihak lain yang ingin mengembangkan model pembelajaran
berbasis pendekatan realistik pada materi pokok matematika yang lain atau
pada mata pelajaran yang lain dapat merancang/mengembangkan model
pembelajaran dengan memperhatikan tahapan model pembelajaran dan
karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan serta
meminimalisir kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam penelitian.
4. Bagi guru hendaknya sering melatih siswa dalam mengkomunikasi dan
mempresentasikan hasil jawaban.
5. Siswa disarankan untuk mengikuti dengan baik setiap proses pembelajaran
dan sebagian besar siswa masih kurang dalam menyampaikan
pendapat/idenya kepada teman/guru. Hal ini perlu ditindaklanjuti baik oleh
peneliti selanjutnya maupun oleh guru yang akan melaksanakan pendekatan
realistik untuk mempelajari bagaimana memotivasi siswa untuk berani