• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENYULUHAN LSM BIOTA FOUNDATION TENTANG KONSERVASI MANGROVE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WARGA DESA MOROREJO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENYULUHAN LSM BIOTA FOUNDATION TENTANG KONSERVASI MANGROVE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WARGA DESA MOROREJO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS PENYULUHAN LSM BIOTA FOUNDATION

TENTANG KONSERVASI MANGROVE TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN WARGA DESA MOROREJO

KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Oleh:

Yuvita Dela Carolina NIM 3201411134

JURUSAN GEOGRFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Hidup adalah karunia, sehingga patut diperjuangkan dan harus dijalani. (Yuvita Dela Carolina)

 Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan. (Amsal 19:30)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Bapak Beko Warsito, Ibu Mamik Sumarmi beserta kakak saya Rangga Warsito dan Yudha Bima Warsito yang telah memberiku doa, semangat, dan dorongan demi keberhasilanku terimakasih banyak.

2. Keluarga besar Geografi, teman-teman Geo‟11, serta sahabat-sahabat terdekatku.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Efektivitas Penyuluhan LSM Biota Foundation Tentang Konservasi Mangrove Terhadap Tingkat Pengetahuan Warga Desa Mororejo Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Kendal.”

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (FIS UNNES). Walaupun penyusunan skripsi ini telah diusahakan dengan maksimal namun masih ada kekurangan, karena itu dengan rendah hati penulis bersedia menerima kritik serta saran yang membangun demi kebaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula kami ucapkan banyak terima kasih dan penghormatan setinggi tingginya kepada beliau yang terhormat :

1. Prof. Dr. Fathur Rakhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi.

4. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S, Dosen Pembimbing atas segala bimbingan dan arahannya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Eva Banowati, M.Si., Dosen Wali yang telah membimbing dan mengarahkan selama menempuh studi di Jurusan Geografi.

6. Staf Tata Usaha, Perpustakaan Jurusan Geografi, Laboratorium, Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial, serta seluruh karyawan di lingkungan Jurusan Geografi,

7. Kepala Desa Mororejo Bapak H. Afrudin dan seluruh warga Desa Mororejo terkait yang telah membantu ijin dalam penelitian di wilayah penelitian skripsi ini.

8. Teman-teman Prodi Pendidikan Geografi 2011, Nurul, Syahidun, Imam, Rifka, Lailis, yang membantu penyelesaian skripsi ini.

(7)

vii

Semoga Tuhan YME yang maha pemurah memberikan balasan atas jasa-jasa yang telah diberikan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi yang mengkaji ilmu di Jurusan Geografi.

Semarang, 29 Mei 2015

(8)

viii

SARI

Carolina, Yuvita Dela. 2015. Efektivitas Penyuluhan LSM Biota Foundation Tentang Konservasi Mangrove Terhadap Tingkat Pengetahuan Warga Desa

Mororejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Skripsi. Jurusan Geografi,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Ananto Aji, M.S. 115 halaman.

Kata Kunci: Penyuluhan, Pengetahuan, Konservasi Mangrove

Aktivitas masyarakat pesisir dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang konservasi mangrove memperburuk permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir seperti abrasi, sedimentasi, rob dan intrusi air laut. Sehingga untuk mewujudkan kesadaran lingkungan masyarakat pesisir tentang konservasi mangrove maka perlunya terlebih dahulu pendidikan berbasis masyarakat salah satunya yakni melalui penyuluhan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengetahuan dasar warga Desa Mororejo mengenai konservasi mangrove; 2) mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan konservasi mangrove pada warga Desa Mororejo sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. 3) mengetahui efektivitas penyuluhan LSM Biota Foundation mengenai konservasi mangrove terhadap peningkatan pengetahuan warga Desa Mororejo.

Populasi penelitian adalah warga Desa Mororejo yang berusia dewasa (20-40 tahun) yang berjumlah 2750 orang, sampel yang digunakan sebanyak 97 responden yang dipilih menggunakan teknik Area Random Sampling. Variabel penelitian ini adalah pengetahuan warga Desa Mororejo tentang konservasi mangrove awal dan akhir penyuluhan serta efektivitas penyuluhan yang dilaksanakan LSM Biota Foundation. Metode penelitian yang digunakan adalah metode tes, metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dasar warga Desa Mororejo mengenai konservasi mangrove masih kurang karena nilai rata-rata

pretest hanya sebesar 55,42 dan setelah penyuluhan berlangsung pengetahuan warga meningkat diketahui dari nilai rata-rata posttest sebesar 61,24. Perhitungan uji-t diperoleh nilai signifikansi pretest sebesar 0,202 dan posttest sebesar 0,281 (p>0,05) yang menunjukkan aada perbedaan bermakna antara skor sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan. Maka dapat diketahui bahwa penyuluhan yang diadakan LSM Biota Foundation tersebut efektif.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa 1) pengetahuan warga Desa Mororejo mengenai konservasi mangrove masih minim. 2) Ada perbedaan pengetahuan warga mengenai konservasi mangrove yang bermakna diketahui dari perhitungan statistika dengan rumus t-test. 3) Penyuluhan LSM Biota Foundation efektif dalam menigkatkan pengetahuan warga mengenai konservasi mangrove. Saran yang dapat diberikan adalah LSM Biota Foundation

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis .. ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

1.5 Batasan Istilah ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Tinjauan Pustaka ... 10

2.1.1 Penyuluhan ... 10

2.1.2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Biota Foundation... 10

2.1.3 Pengertian Konservasi Mangrove ... 12

2.1.4 Materi Konservasi Mangrove ... 13

2.1.5 Pengetahuan Konservasi Mangrove ... 17

2.1.6 Tahun Sukses Pendidikan ... 21

2.2 Kerangka Berpikir ... 21

(10)

x

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Populasi Penelitian ... 25

3.4 Sampel dan Teknik Sampling ... 25

3.5 Variabel Penelitian ... 26

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.7 Analisis Uji Coba Instrumen ... 30

3.8 Teknik Analisis Data ... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 38

4.2 Hasil Observasi Daerah Penelitian ... 46

4.4 Hasil Penelitan ... 49

4.5 Pembahasan ... 73

BAB 5 PENUTUP ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Validitas Soal Uji Coba ... 32

Tabel 3.2 Makna Grade Aspek Kognitif ... 36

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Desa Mororejo ... 41

Tabel 4.2 Data Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 43

Tabel 4.3 Data Penduduk.Berdasarkan Pendidikan Akhir ... 44

Tabel 4.4 Latar Belakang Pendidikan Responden ... 50

Tabel 4.5 Data Umur Responden ... 51

Tabel 4.6 Data Mata Pencahariaan Responden ... 52

Tabel 4.7 Data Jarak Rumah Responden Dari Pesisir ... 52

Tabel 4.8 Data Pendapatan Responden ... 53

Tabel 4.9 Gambaran Umum Hasil Pretest ... 59

Tabel 4.10 Hasil Pretest Peserta Penyuluhan ... 60

Tabel 4.11 Hasil Posttest Peserta Penyuluhan ... 62

Tabel 4.12 Gambaran Umum Hasil Posttest ... 62

Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Nilai Kognitif Konservasi Mangrove ... 66

Tabel 4.14 Nilai Kognitif Berdasarkan Kelompok Umur Responden ... 68

Tabel 4.15 Nilai Kognitif Berdasarkan Tahun Sukses Responden ... 70

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Skema Kerangka Berfikir ... 22

Gambar 4.1Peta Lokasi Penelitian ... 39

Gambar 4.2Peta Penggunaan Lahan Desa Mororejo ... 42

Gambar 4.3 Kondisi Mangrove di Desa Mororejo... 47

Gambar 4.4 Kondisi Desa Mororejo Akibat Abrasi... 48

Gambar 4.5 Suasana Saat Mengerjakan Pretest ... 56

Gambar 4.6 Suasana Saat Pelaksanaan Penyuluhan ... 57

Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Pengetahuan Warga... 64

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal ... 85

Lampiran 2.Instrumen Tes Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas ... 89

Lampiran 3.Kisi-Kisi Soal ... 96

Lampiran 4.Instrumen Tes Pretest dan Posttest ... 98

Lampiran 5.Instrumen Wawancara Kepala Desa Mororejo ... 105

Lampiran 6.Instrumen Wawancara LSM Biota Foundation ... 107

Lampiran 7.Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 109

Lampiran 8.Hasil Wawancara Kepala Desa Mororejo ... 110

Lampiran 9.Hasil Wawancara LSM Biota Foundation ... 113

Lampiran 10.Kegiatan Yang Sudah Dilakukan LSM Biota Foundation ... 116

Lampiran 11.Surat Keterangan Legalitas LSM Biota Foundation ... 122

Lampiran 12.Materi Penyuluhan ... 123

Lampiran 13.Daftar Hadir Penyuluhan ... 132

Lampiran 14.Data Identitas Responden ... 136

Lampiran 15.Uraian Hasil Pretest... 140

Lampiran 16.Uraian Hasil Posttest ... 144

Lampiran 17.Hasil Uji T Menggunakan Aplikasi Program SPSS 16.0 ... 148

Lampiran 18.Dokumentasi Penelitian ... 150

Lampiran 19.Surat Observasi Penelitian ... 151

Lampiran 20.Surat Keterangan Observasi ... 154

Lampiran 21.Surat Ijin Penelitian ... 155

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai suatu negara kepulauan dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km, memiliki sumber daya pesisir yang sangat potensial. Salah satu ekosistem wilayah pesisir yang sangat potensial dan produktif ialah ekosistem mangrove. Sebagai negara yang terletak di daerah tropis, wilayah Indonesia sangat potensial untuk tumbuh dan berkembangnya ekosistem mangrove, yang merupakan hutan khas daerah tropis dan subtropis. Luas ekosistem mangrove di Indonesia 3,3 juta ha atau sekitar 27% dari luas ekosistem mangrove yang ada di dunia. Sebaran ekosistem mangrove di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua (Saputro et al., 2009).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, bahwa mangrove mempunyai fungsi sebagai hutan lindung dan hutan konservasi, hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah, sedangkan hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

(15)

hutan mangrove dapat tumbuh terus secara alami, sedangkan labil karena mudah sekali mengalami kerusakan dan sulit untuk pulih seperti sedia. Pada sisi lain, sifat biologis mangrove yang tumbuh di kawasan peralihan antara daratan dan lautan tersebut menyebabkannya sangat rentan terhadap gangguan atau kerusakan. Gangguan dapat bersifat alami maupun bersifat buatan oleh aktivitas manusia. Sering terjadi eksploitasi secara berlebihan hingga merusak fungsi ekosistem mangrove ini. Penebangan mangrove, pembangunan pertambakan, pendirian perusahaan komersil, reklamasi lahan, pengurukan laut, dan usaha destruktif lainnya. Kerusakan atau hilangnya ekosistem hutan mangrove selanjutnya dapat menghilangkan semua manfaat ekologis maupun ekonomisnya. Oleh karenanya, keberadaan dan keutuhan hutan mangrove akan sangat mempengaruhi kelestarian kawasan pantai beserta sistem kehidupan manusia di kawasan tersebut.

(16)

Jawa Tengah tahun 2011-2020 menunjukkan kecenderungan kenaikan luasan abrasi sebesar 1847,92 hektar.Wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang kerusakan cukup parah meliputi Jepara, Rembang, Demak, Semarang, Kendal, dan Brebes.

Desa Mororejo merupakan salah satu desa pesisir di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal dengan jenis tanah berupa alluvial hidromorf yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman mangrove. Desa Mororejo memiliki jumlah penduduk 7.945 jiwa (Data Monografi Desa, 2015). Berdasarkan letak geografis, wilayah Desa Mororejo berada di timur laut ibukota Kabupaten Kendal. Kondisi wilayah dengan ketinggian kurang lebih 1 meter diatas permukaan air laut, suhu rata-rata berkisar antara 25-30 derajat celcius dan curah hujan berkisar antara 1500- 2000 mm per 1 tahun.

(17)

Indonesia. Perubahan ini mengakibatkan abrasi atau erosi pantai di sepanjang wilayah pesisir. Disamping hal tersebut, kurangnya pemahaman masyarakat tentang konservasi mangrove turut menjadi pemicu atas terjadinya kerusakan pesisir, sebagaimana tercermin dari adanya penebangan pohon mangrove yang disengaja dan pendirian bangunan baik di daerah pesisir pantai dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan pesisir.

Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan suatu konsep pendidikan konservasi mangrove yang memberikan pengetahuan tentang manfaat mangrove bagi kelangsungan pesisir yang berkelanjutan. Pengetahuan tersebut didapatkan melalui berbagai sarana, salah satunya adalah penyuluhan. Aspek kelembagaan dalam pengelolaan konservasi mangrove tidak dapat dipisahkan dari pemerhati lingkungan salah satunya yakni lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang telah banyak berperan terhadap kelestarian lingkungan hidup. Biota Foundation

merupakan LSM lingkungan yang telah melakukan kegiatan konservasi, pendidikan, pelatihan, pendampingan dan pemberdayaan masyarakat secara langsung mengenai pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan pesisir. Namun ternyata seluruh kegiatan tersebut, salah satunya penyuluhan yang sering dilakukan oleh Biota Foundation selama ini tidak terukur keefektivitasnya.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul “Efektivitas Penyuluhan LSM Biota Foundation tentang Konservasi Mangrove Terhadap Tingkat Pengetahuan Warga Desa Mororejo, Kecamatan

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah dalam beberapa pertanyaan yaitu:

1.2.1 Bagaimanakah pengetahuan dasar tentang konservasi mangrove warga Desa Mororejo sebelum diberikan penyuluhan ?

1.2.2 Apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan konservasi mangrove pada warga Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah ?

1.2.3 Apakah penyuluhan LSM Biota Foundation efektif meningkatkan pengetahuan konservasi mangrove pada warga Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui pengetahuan dasar warga Desa Mororejo tentang konservasi mangrove sebelum diberikan penyuluhan.

1.3.2 Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan konservasi mangrove pada warga Desa Mororejo sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

1.4.1.1 Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu geografi khususnya dalam pendidikan lingkungan hidup tentang konservasi mangrove melalui penyuluhan.

1.4.1.2 Bagi peneliti selanjutnya, memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang efektivitas penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan konservasi mangrove di masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi peneliti, agar lebih memacu untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya pelestarian mangrove.

1.4.2.2 Bagi masyarakat sekitar, memberikan masukan dan dorongan untuk dapat lebih aktif dalam kegiatan konservasi mangrove.

1.4.2.3 Bagi instansi terkait, sebagai dasar untuk pengembangan kebijakan mengenai penyuluhan konservasi mangrove pada masyarakat.

1.5 Batasan Istilah

(20)

1. Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Dalam penelitian ini yang dimaksud efektivitas adalah keberhasilan penyuluhan LSM Biota Fondation dalam meningkatkan pengetahuan warga Desa Mororejo tentang konservasi mangrove.

2. Penyuluhan

Pengertian penyuluhan menurut Undang-undang Penyuluhan Nomor 16 Tahun 2006 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

(21)

3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga swadaya masyarakat adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, di tengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup (Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009). Dalam penelitian ini lembaga swadaya masyarakat yang mendukung penyuluhan yakni LSM Biota Foundation.

4. Konservasi Mangrove

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990, Konservasi adalah upaya dan tindakan pelindungan termasuk pengelolaan sumber daya dan pemanfaatannya secara bijaksana dalam rangka memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa mendatang. Dari pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa konservasi mangrove adalah segala bentuk upaya dan tindakan perlindungan terhadap mangrove yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa mendatang.

5. Tingkat Pengetahuan

(22)

6. Pengertian Warga

Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya. Warga dalam penelitian ini yakni orang yang menempati wilayah Desa Mororejo dalam jangka waktu yang lama.

7. Desa Mororejo

(23)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu contoh cara pendidikan kelingkungan. Penyuluhan termasuk dalam bentuk pendidikan kelingkungan yang bertujuan menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), tertulis bahwa Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi-informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan konservasi mangrove diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove

2.1.2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Biota Foundation

(24)

2.1.2.1 Latar Belakang Pembentukan Biota Foundation

Biota Foundation adalah organisasi lingkungan hidup independen yang

bersifat nonprofit yang merupakan lembaga yang peduli terhadap lingkungan pesisir dan pengembangan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemajuan dalam memanfaatkan sumber daya pesisir. Biota Foundation didirikan tanggal 5 Pebruari 2007 sebagai reaksi atas permasalahan rusaknya lingkungan pesisir akibat dari dampak abrasi pantai yang terjadi sejak tahun 1986 di wilayah Kecamatan Tugu bagian barat Kota Semarang serta punahnya ekosistem mangrove, yang mengancam perekonomian masyarakat khusus petani tambak dan para nelayan. Lembaga Swadaya masyarakat ini telah terdaftar di Kepanitiaan Pengadilan Negeri Semarang pada tanggal 16 Juni 2011 dan juga telah terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang pada tanggal 25 Agustus 2014. Biota Foundation berlokasi di Kota Semarang tepatnya di jalan Laut Mangunharjo RT 03/ RW 1 Kecamatan Tugu Kota Semarang.

2.1.2.2 Kegiatan Biota Foundation

Kegiatan Biota Foundation tidak hanya pada wilayah Semarang saja namun juga mencangkup seluruh wilayah pesisir di Jawa Tengah. Telah banyak pelatihan, penyuluhan, sosialisasi, pemberdayaan masyarakat baik dewasa maupun remaja yang telah dilakukan. Dimulai pada tahun 2005 hingga 2011 Biota

Foundation fokus mengkonservasi pantai melalui penanaman mangrove dan

(25)

mengembangkan dan memberdayakan masyarakat di daerah lain seperti di Pantai Surodadi (Demak), di Pantai Kartika Jaya (Kendal), Pantai Sigandu (Batang), dan Purwodadi. Biota Foundation juga sering mengadakan pelatihan dan penyuluhan kepada siswa-siswi maupun mahasiswa se-Jawa Tengah dengan acara bertema Kemah Bakti Lingkungan.

2.1.3 Pengertian Konservasi Mangrove

Pengertian konservasi dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 Tahun 2006 tentang Lembaga Konservasi, Konservasi adalah langkah-langkah pengelolaan tumbuhan dan atau satwa liar yang diambil secara bijaksana dalam rangka memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi masa mendatang.

Kegiatan konservasi melalui pemeliharaan, pemanfaatan dan perlindungan ekosistem mangrove, antara lain dapat dilakukan dengan menghindari proses erosi dan pengendapan yang berlebihan yang dapat mengganggu pertumbuhan, memelihara dan menjaga kadar garam air permukaan dan air tanah, menjaga keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah, erosi dan sedimentasi dari kegiatan-kegiatan konstruksi di wilayah pesisir, melindungi kawasan mangrove dari tumpahan minyak dan bahan beracun lainnya, memanfaatkan hasil hutan mangrove seperti kayu bakau dengan menetapkan batas maksimum produksinya untuk menjamin kelangsungan ekosistem. Kegiatan yang mengakibatkan pengurangan areal hutan mangrove harus dihindari (Dahuri, 1996) .

(26)

pelestarian hutan mangrove. Oleh karena itu, persepsi atau sudut pandang masyarakat mengenai keberadaan hutan mangrove perlu untuk diarahkan kepada cara pandang betapa pentingnya sumberdaya hutan mangrove tersebut. Konservasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta dapat mengelola dan memanfaatkan potensi mangrove secara terpadu dan berkelanjutan. Pengembangan sumber daya manusia sangat penting karena untuk mengelola sumber daya alam harus dimulai dengan mengelola sumber daya manusia yang ada.

2.1.4 Materi Konservasi Mangrove

Pengetahuan yang komprehensif diperlukan untuk mampu mencapai kesadaran melestarian lingkungan hidup khususnya ekosistem mangrove secara optimal. Konservasi mangrove mencakup pemahaman tentang potensi mangrove yang termasuk karakteristik serta manfaat dan fungsi mangrove, kerusakan dan upaya konservasi mangrove dan perundangan dan peraturan mengenai konservasi mangrove. Berikut ini akan dibahas beberapa materi yang berkaitan dengan pengetahuan mangrove untuk masyarakat.

2.1.4.1 Potensi dan Manfaat Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan

(renewable resources atau flow recources) yang mempunyai manfaat ganda yaitu

(27)

sosio-ekonomis berkaitan dengan aktivitas masyarakat dalam pemanfaatannya (Harahab, 2010).

Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan khas, serta memiliki daya dukung cukup besar terhadap lingkungan di sekitarnya. Oleh karenanya ekosistem mangrove dikatakan produktif dan memberikan manfaat tinggi terutama dari fungsi yang dikandungnya. Secara garis besar, manfaat ekonomis dan ekologis mangrove adalah :

a. Manfaat ekonomis, terdiri atas :

 Hasil berupa kayu (kayu konstruksi, tiang/pacang, kayu bakar, arang, serpihan kayu (chips) untuk bubur kayu).

 Hasil bahan kayu

Hasil hutan ikutan (tanin, madu, alkohol, makanan, obat-obatan).  Jasa lingkungan (ekowisata).

b. Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindung lingkungan, baik lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya :

 Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang.  Pengendali intrusi air laut.

 Habitat berbagai jenis fauna.

 Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.

 Pembangunan lahan melalui proses sedimentasi.

(28)

 Penyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi dibandingkan tipe hutan

lain.

Ekosistem mangrove sangat peka terhadap gangguan dari luar terutama melalui kegiatan reklamasi dan polusi. Waryono (1973); Saenger et al. (1983) dan Kusmana (1993) melaporkan bahwa ada tiga sumber utama penyebab kerusakan ekosistem mangrove yaitu: pencemaran, penebangan yang berlebihan/tidak terkontrol, dan konversi ekosistem mangrove yang kurang mempertimbangkan factor lingkungan menjadi bentuk lahan yang berfungsi non-ekosistem seperti pemukiman, pertanian, pertambangan, dan pertambakan (Harahab, 2010).

2.1.4.2 Upaya Penanganan Konservasi Mangrove

Hilangnya ekosistem mangrove karena dikonversikan untuk penggunaan lain sudah pasti akan berpengaruh negatif terhadap keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Untuk menghindari hal tersebut yang perlu dilakukan adalah: 1) Mengupayakan luasan kawasan konservasi mangrove 20 % dengan dasar

pertimbangan terhadap rasionalisasi penggunaan terbesar dari pemanfaatan lahan mangrove diperuntukan pertanian, pertambakan, dan permukiman. 2) Keberadaan dan kondisi mangrove yang sebenarnya perlu diketahui, sebagai

dasar untuk perencanaan dan penetapan kebijakan selanjutnya. 3) Perlu ditingkatkan pengetahuan tentang peraturan-peraturan.

(29)

a) Kesesuaian lahan untuk tambak (masalah tanah sulfat masam, gambut, pasir) atau penggunaan lain.

b) Pasang surut dan sumber air tawar. c) Pensyaratan jalur hijau.

d) Sistem perlindungan kawasan dan kawasan ekosistem lindung. e) Dampak terhadap lingkungan.

f) Infra struktur seperti pasar, ketersedian bibit dan lain-lain.

g) Pengenaan pajak untuk areal tambak, agar keinginan membuat tambak berkurang.

h) Penetapan beberapa areal mangrove sebagai kawasan lindung.

2.1.4.3 Peraturan tentang Perlindungan Mangrove

Kelestarian mangrove yang merupakan bagian penting dalam menjaga keberlangsungan wilayah pesisir, terus terancam. Beberapa undang-undang yang terkait mangrove antara lain Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataaan Ruang, Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(30)

dan diatur masalah pidananya pada pasal 78 dengan ancaman 10 tahun penjara dan denda Rp 5 miliar. Dijabarkan juga dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang telah menempatkan hutan mangrove sebagai Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (pasal 1 angka 4) dan terdapat ancaman pidana penjara dua hingga sepuluh tahun terhadap penebangan dan perusakan hutan mangrove di pesisir.

2.1.5 Pengetahuan Konservasi Mangrove

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf, 2010:22).

Pengetahuan merupakan hasil dan tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manuisa diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007:139).

(31)

Peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan proses mengerti atau memahami tentang suatu objek melalui indra yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Sukmadinata (2007:41) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:

1) Faktor internal

Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Faktor jasmani adalah tubuh orang itu sendiri, sedangkan faktor rohani adalah psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitifnya.

2) Faktor eksternal a. Tingkat pendidikan

Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan memberi respon lebih rasional terhadap informasi yang datang.

b. Papan Media Masa

(32)

c. Ekonomi (pendapatan)

Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah mencukupi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dibandingkan dengan keluarga status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

d. Lingkungan sosial ekonomi

Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi.

e. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya. Orang yang berpengalaman mudah menerima informasi dari lingkungan sekitar sehingga lebih baik dalam mengambil keputusan.

(33)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu hal. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya ada 6 tingkatan pengetahuan yakni:

a. Tahu (know), adalah pengingatan materi yang telah dipelajari dalam bentuk mengulangi definisi, atau mengingat kembali (recalling). Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Contoh: dapat menyebutkan fungsi dan manfaat mangrove.

b. Memahami (comprehension), merupakan kemampuan untuk menjelaskan sebuah objek dengan baik dan benar, dengan bentuk interpretasi maupun kesimpulan. Misalnya, dapat menjelaskan mengapa mangrove perlu di konservasi.

c. Aplikasi (application), adalah kemampuan untuk menerapkan hal yang telah dipelajari ke dalam situasi nyata atau kasus tertentu.

d. Analisis (analysis), diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan suatu objek ke dalam komponen tertentu yang saling berkaitan.

e. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk menghubungkan materi-materi yang telah dipelajari ke dalam bentuk atau formulasi yang baru.

f. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan menilai dan memeriksa objek yang telah didapatkan dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. (Notoatmodjo, 2007:146).

(34)

lingkungan laut dan pesisir, maupun dari informasi yang diperoleh akibat komunikasinya dengan orang lain.

2.1.6 Tahun Sukses Pendidikan

Tahun sukses pendidikan merupakan ukuran lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan formal, terakhirnya dalam ilmu demografi dinyatakan dengan istilah tahun sukses. Tahun sukses dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan terakhir. Di Indonesia program wajib belajar yang berlaku saat ini adalah 12 tahun, yakni Sekolah Dasar (SD/sederajat) selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat) selama 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) selama 3 tahun. Maka jika seseorang telah menempuh pendidikan sampai SMA/sederajat maka tahun suksesnya adalah 12 tahun, jika hanya sampai tingkat SMP/sederajat maka tahun suksesnya adalah 9 tahun dan jika hanya sampai tingkat SD/sederajat maka tahun suksesnya adalah 6 tahun.

2.2 Kerangka Berfikir

(35)

keseimbangan antara manusia dengan lingkungan adalah perubahan perilaku menjadi peduli dan memelihara terhadap lingkungan.

Pengetahuan adalah dasar munculnya perilaku sadar, untuk memunculkan perilaku memelihara lingkungan diawali dengan pembinaan melalui pengetahuan lingkungan. Agar penanganan kerusakan pantai, khususnya abrasi, sedimentasi dan intrusi air laut dengan baik, perlu dipahami terlebih dahulu manfaat maupun fungsi serta peranan mangrove itu sendiri terhadap keseimbangan kehidupan pesisir, serta gambaran kerusakan mangrove yang terjadi selama ini dan seperti apa sebab-akibatnya. Selain itu, pentingnya pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan mangrove serta pelestariannya agar masyarakat paham betul bahwa mangrove dilindungi oleh negara.

(36)

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara

yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2002).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Ada perbedaan tingkat pengetahuan warga Desa

Mororejo tentang konservasi mangrove sebelum dan sesudah penyuluhan”.

UPAYA KONSERVASI MANGROVE

PENGETAHUAN AWAL MASYARAKAT

Pre-test

Warga Desa Mororejo sebelum penyuluhan

Penyuluhan Materi III

“Upaya Konservasi Mangrove”

Penyuluhan Materi II

“Peraturan tentang Perlindungan Mangrove”

Penyuluhan Materi I

“Pengenalan Mangrove

dan Gambaran Kerusakan

Mangrove”

Post-test

Warga Desa Mororejo setelah penyuluhan

(37)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah. Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi guna memecahkan permasalahan.

3.1 Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif (disebut disain diskriptif karena desain ini memberi gambaran fenomena yang terjadi sebagaimana adanya, tanpa ada manipulasi perlakuan atau subyek peneliti). Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen menggunakan desain quasi-experimental one group pretest-posttest design.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

(38)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015. Penyuluhan berlangsung satu hari, namun peneliti mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk mendukung penulisan skripsi ini selama satu bulan.

3.3 Populasi Penelitian

Dalam pengumpulan dan menganalisis data, langkah yang penting adalah menentukan populasi penelitian, karena populasi merupakan sumber data penelitian yang dijadikan sebagai objek penelitian. Yunus (2010:260) mengatakan pada hakikatnya, populasi adalah kumpulan dari satuan-satuan elementer yang mempunyai karakteristik dasar yang sama atau dianggap sama. Karakteristik dasar mana dicerminkan dalam bentuk ukuran-ukuran tertentu.

Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, yakni masyarakat usia dewasa (20-40) berdasarkan tahun sukses pendidikan dengan jumlah total 2.750 jiwa (Data Statistik Desa Mororejo, 2015).

3.4 Sampel dan Teknik Sampling

Yunus (2010:267) mengemukakan bahwa “Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dimanfaatkan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik populasi”. Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Prasetyo, 2013), sebagai berikut:

(39)

Keterangan : n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : Taraf kesalahan (error) sebesar 0,10 (10%)

Dari rumus diatas maka besarnya jumlah sampel (n) adalah sebagai berikut:

Bedasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh besarnya sampel sebanyak 97 orang. Dalam penggambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

area random sampling yakni dalam pengambilan sampel hanya pada dua dusun terdekat dengan pesisir pantai yaitu Dusun Ngebum Barat, dan Dusun Ngebum Timur dan juga warga Desa Mororejo yang memiliki aktivitas di sekitar pesisir.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Tingkat Pengetahuan Awal (Pretest)

b. Tingkat Pengetahuan Akhir (Posttest)

(40)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data di dalam penelitian merupakan salah satu langkah yang paling penting untuk mencapai suatu hasil penelitian yang diharapkan. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini meliputi tiga macam metode, yaitu metode tes, metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi.

a. Metode Tes

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah tes. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:127), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Metode tes dilakukan di awal penyuluhan (pretest) dan di akhir penyuluhan (posttest). Pretest dilakukan untuk melihat pengetahuan awal.

Pretest adalah suatu tes yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap warga yang

mengikuti penyuluhan sebelum seluruh rangkaian penyuluhan dimulai.

Pretest juga bisa diartikan sebagai kegiatan menguji tingkat pengetahuan warga terhadap materi yang akan disampaikan, kegiatan pretest dilakukan sebelum penyuluhan diberikan.

(41)

posttest. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penyerapan informasi dari warga selama proses penyuluhan. Diadakannya pretest dan postest ini bertujuan untuk mengetahui adakah peningkatan pengetahuan masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu sehingga dapat mengukur keefektifan penyuluhan yang telah diadakan.

b. Metode Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik dan sosial masyarakat desa, serta mengamati fenomena-fenomena yang ada di Desa Mororejo yang berkaitan dengan kondisi mangrove dan kerusakan pantai yang terjadi di desa tersebut dengan datang langsung ke Desa Mororejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, sebagai bukti telah diakukannya observasi, peneliti sertakan beberapa data berupa gambar atau foto pada waktu peneliti melakukan observasi.

c. Metode Wawancara

Metode pengumpulan data dengan wawancara merupakan diskusi atau tanya jawab yang dilakukan lebih dari satu orang. Biasanya wawancara dilakukan oleh dua orang atau lebih, yaitu pewawancara dan narasumber. Peneliti menggunakan model wawancara terstruktur atau terarah (directed)

(42)

dahulu peneliti membuat Interview Guide (Pedoman wawancara) yang berisi daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber. Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara langsung dengan Kepala Desa Mororejo, Kepala Dusun Ngebum Barat dan Ngebum Timur, Ketua LSM Biota Foundation untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini.

d. Metode Dokumentasi

(43)

3.7 Analisis Uji Coba Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat. Uji validitas dan uji reabilitas dilakukan hari Sabtu, 7 Februari 2015, pukul 15.00 sampai 17.30 dengan jumlah pertanyaan 40 butir soal, bertempat di Pantai Ngebum, Desa Mororejo. Sasarannya yaitu warga yang memiliki aktivitas di sekitar pesisir yang berada di Pantai Ngebum berjumlah 20 orang.

3.7.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002). Sebuah istrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada soal yang harus dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Dalam penelitian ini pengukuran validitas menggunakan bentuk metode statistik. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah sebagai berikut:

(44)

∑ Y = Jumlah skor total

∑ XY = Perkalian skor perbutir

∑ = Kuadrat skor butir soal

∑ = Kuadrat skor total

Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga r

product moment. Apabila rxy hitung > rxy tabel maka instrumen dikatakan valid,

sebaliknya jika rxy hitung < rxy tabel maka dikatakan butir soal tersebut tidak valid.

Berdasarkan hasil uji coba soal di luar sampel dengan jumlah 20 orang diperoleh nilai rxy hitung yang dikonsultasikan dengan taraf signifikansi 5% yaitu

(45)

Tabel 3.1 Validitas Soal Uji Coba

Catatan : r tabel 0,444

Sumber : Analisis Data Penelitian, 2015 (Lampiran 1 halaman 85)

Nomor Soal r hitung Keterangan

(46)



Reliabilitas adalah ketetapan atau keagjegan suatu diukur dalam mengukur apa yang diukur. Artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama dan dapat dipercaya (Arikunto, 2002). Uji reabilitas untuk menetapkan apakah instrumen yang ada dalam hal ini koesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Untuk menentukan reabilitas suatu soal, rumus K-20 yang digunakan sebagai berikut:

(Arikunto, 2002:101)

Hargar11selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel product moment, menggunakan taraf signfikansi 5%. Apabila r11> rtabel maka instrumen tersebut

reliabel dan tidak reabel jika sebaliknya.

Hasil pengolahan data menunjukkan nilai r11 sebesar 0,913 dengan r tabel

0,444. Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut

(47)

3.8 Teknik Analisis Data

Sugiyono (2009: 333) menyatakan bahwa dalam penelitian kuantitatif teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis. Hipotesis kerja atau alternatif (Ha) terdapat perbedaan tingkat pengetahuan warga Desa Mororejo tentang konservasi mangrove sebelum dan sesudah penyuluhan. Hipotesis nol atau nihil (Ho) tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan warga Desa Mororejo tentang konservasi mangrove sebelum dan sesudah penyuluhan.

1. Analisis Data Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendesi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase. (Sugiyono, 2009: 207-208). Pada penelitian ini penyajian data menggunakan tabel dan analisis datanya menggunakan mean.

(48)

yakni tingkat pengetahuan kognitif warga Desa Mororejo tentang konservasi mangrove, selanjutnya diinterpretasikan yaitu dengan menjelaskan gejala-gejala yang ada dan terus mencari keterkaitan antar gejala yag telah ditemukan di lapangan. Analisis data dilakukan secara deskriptif hanya menjelaskan atau menggambarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

2. Rumus Analisis Data Rumus mean:

Keterangan:

M : Mean

X : Nilai

N : Jumlah subyek (Responden)

(Hadi, 2004: 40) Analisis pengetahuan kognitif berdasarkan hasil nilai kognitif dari 35 soal yang diujikan yang berkaitan dengan materi penyuluhan. Cara menghitung nilai kognitif tersebut yakni sebagai berikut :

Keterangan:

NA : Nilai Akhir

B : Jumlah jawaban benar n : Jumlah soal

(49)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diklasifikasikan kriteria hasil nilai kognitif sebagai berikut.

Tabel 3.2. Makna Grade Aspek Kognitif

Peringkat Huruf Nilai Keterangan

A B C D E

85-100 75-84 60-74 50-59 0-49

Sangat Baik Baik Sedang Kurang Gagal Sumber: Sukardi, 2008.

Efektifitas Penyuluhan

Penentuan efektifitasan penyuluhan didasarkan pada perbandingan hasil

pretest dan posttest untuk pengetahuan kognitif: Jika nilai pretest < nilai posttest --- Efektif

Jika nilai pretest = nilai posttest --- Batas minimal

Jika nilai pretest > nilai posttest --- Tidak Efektif

Data yang diperoleh yaitu nilai pretest dan nilai posttest, setelah data diperoleh kemudian di uji statistik terhadap nilai pretest dan nilai posttest dengan analisis data pretest dan posttest yang dilakukan menggunakan uji t-test satu sampel, dengan rumus sebagai berikut:

̅ √

(50)

<g> = ( Rata-rata Posttest - Rata-rata Pretest ) 100- Rata-rata Pretest

Keterangan:

t = Nilai t yang di hitung, selanjutnya disebut t hitung s = Simpangan Baku

̅ = Rata-rata xi

= Nilai yang dihipotesiskan n = Jumlah anggota sampel

Dengan menggunakan aplikasi SPSS 16, dengan kriteria apabila diperoleh nilai significancy (sig) lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Jika probabilitas > 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor sebelum penyuluhan dengan skor setelah penyuluhan.

Sedangkan analisis data untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pengetahuan konservasi mangrove warga menggunakan Uji gain menurut Meltzer (2002) dalam Cahya (2013) dengan rumus sebagai berikut:

Tingkat perolehan N-gain dikategorikan dalam 3 kategori, yaitu  g-tinggi : dengan (<g>) > 0,7

(51)

79

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian, analisis data dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut:

a. Tingkat pengetahuan dasar warga Desa Mororejo tentang konservasi mangrove sebelum penyuluhan tergolong masih kurang dengan nilai rata-rata pretest

hanya 52,11. Hal ini menerangkan bahwa masih minimnya pengetahuan lingkungan di masyarakat yang belum didukung oleh pemahaman tentang lingkungannya.

b. Pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan mengalami perbedaan yang bermakna yakni diketahui dari hasil rata-rata pretest sebesar 52,11 sedangkan hasil rata-rata posttest sebesar 61,24 diuji dengan uji-tmenggunakan SPSS 16.0

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara skor sebelum penyuluhan dengan skor setelah penyuluhan, walaupun besarnya peningkatan berdasarkan perhitungan n-gain didapatkan sebesar 0,13 yang termasuk dalam kategori rendah. Sehingga diketahui meskipun peningkatan pengetahuan tidak tinggi tapi memiliki kebermaknaan. Namun untuk setiap responden tidak semua mengalami perubahan dengan nilai yang meningkat, dari total responden 97 orang, 33 orang diantaranya mengalami penurunan nilai, 4 orang dengan nilai yang sama atau tetap dan 60 orang terdapat peningkatan hasil

(52)

c. Hasil penelitian menunjukkan efektifnya penyuluhan yang dilakukan LSM

Biota Foundation di Desa Mororejo diketahui dari analisis uji-t dengan nilai signifikansi pretest sebesar 0,202 dan posttest sebesar 0,281 (p>0,05) yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang bermakna, meskipun besarnya peningkatan pengetahuan warga masih tergolong rendah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal setiap responden serta faktor teknis maupun non teknis yang terjadi misalnya sebagian besar tingkat pendidikan responden yang rendah, pelaksanaan penyuluhan yang terlalu malam dan lain sebagainya yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. Sehingga perlunya penyuluhan yang berkesinambungan agar peningkatan pengetahuan warga dapat semakin baik dan dapat juga menumbuhkan kesadaran lingkungan dengan bekal pengetahuan yang telah diberikan.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang sudah disebutkan di atas, peneliti merekomendasikan saran sebagai berikut:

1. LSM Biota Foundation disarankan perlu untuk melakukan penyuluhan yang

(53)

2. Warga Desa Mororejo agar lebih aktif dalam kegiatan perduli lingkungan dengan menanam mangrove, melestarikan dan menjaga mangrove agar tidak rusak serta ikut berpartisipasi dalam setiap penyuluhan maupun sosialisasi mengenai konservasi mangrove yang dilaksanakan oleh instansi terkait. 3. Dinas Kelautan dan Perikanan serta instansi terkait agar terus berkerjasama

dengan lembaga swadaya masyarakat yang ada dalam memberikan penyuluhan tentang konservasi mangrove yang baik dan benar pada masyarakat.

(54)

82

DAFTAR PUSTAKA

Anni, C.T, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Cahya, B.I. 2013 „Penggunaan Aplikasi Multimedia Pembelajaran Topologi Jaringan Komputer Berbasis Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran TIK Siswa Kelas XI SMA N 1 Godean‟. Dalam LingTera. No. 10. Hal.7.

Dahuri, R., dkk. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan

Secara Terpadu. Jakarta: Pradny Paramita.

Hadi, S. 2004. Metodologi Research 3. Yogyakarta: ANDI.

Harahab, N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove & Aplikasinya

dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kementerian Kelautan Perikanan. 2011. Identifikasi Kerusakan dan Perencanaan

Rehabilitasi Pantura Jawa Tengah. Semarang: Satuan Kerja Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.

Keraf, S.A. 2010. Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Yogyakarta: Kanisius.

(55)

Prasetya, Bambang. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saputro, B.G. 2009. Ekologi Mangrove Indonesia. Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut dan Pemetaan Nasional. Bogor: Cibinong.

Saridewi, R.T dan A.N. Siregar. 2010. „Hubungan Antara Peran Penyuluh dan Adopsi Teknologi Oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Tasikmalaya‟. Dalam Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 5, No.1 (dipublikasikan melalui www.google.com)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Oprasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Posdakarya.

Yunus, H.S. 2010. Metodologi Penelitian: Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Pustaka Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah:

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

(56)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

(57)

Lampiran 1. Validitas dan Reliabilitas Butir Soal

Hasil Uji Validitas

Butir Soal Test (SPSS 16.0)

Total

VAR00001 Pearson

Correlation .589(**)

Sig. (2-tailed) .006

N 20

VAR00002 Pearson

Correlation .458(*)

Sig. (2-tailed) .042

N 20

VAR00003 Pearson

Correlation .533(*)

Sig. (2-tailed) .016

N 20

VAR00004 Pearson

Correlation .720(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 20

VAR00005 Pearson

Correlation -.384

Sig. (2-tailed) .095

N 20

VAR00006 Pearson

Correlation .482(*)

Sig. (2-tailed) .031

N 20

VAR00007 Pearson

Correlation .474(*)

Sig. (2-tailed) .035

N 20

VAR00008 Pearson

Correlation .494(*)

Sig. (2-tailed) .027

N 20

VAR00009 Pearson

Correlation .584(**)

Sig. (2-tailed) .007

N 20

VAR00010 Pearson

Correlation .499(*)

Sig. (2-tailed) .025

N 20

VAR00011 Pearson

Correlation .507(*)

Sig. (2-tailed) .023

N 20

VAR00012 Pearson

Correlation .575(**)

Sig. (2-tailed) .008

N 20

VAR00013 Pearson

Correlation .496(*)

Sig. (2-tailed) .026

N 20

VAR00014 Pearson

Correlation .512(*)

Sig. (2-tailed) .021

N 20

VAR00015 Pearson

Correlation .552(*)

Sig. (2-tailed) .012

N 20

VAR00016 Pearson

Correlation -.111

Sig. (2-tailed) .640

N 20

VAR00017 Pearson

Correlation .534(*)

Sig. (2-tailed) .015

N 20

VAR00018 Pearson

Correlation .499(*)

Sig. (2-tailed) .025

N 20

VAR00019 Pearson

Correlation .562(**)

Sig. (2-tailed) .010

N 20

VAR00020 Pearson

Correlation .480(*)

Sig. (2-tailed) .032

N 20

VAR00021 Pearson

Correlation .462(*)

Sig. (2-tailed) .040

N 20

VAR00022 Pearson

Correlation -.190

Sig. (2-tailed) .422

N 20

VAR00023 Pearson

Correlation .668(**)

Sig. (2-tailed) .001

N 20

(58)

Correlation

Sig. (2-tailed) .019

N 20

VAR00025 Pearson

Correlation .604(**)

Sig. (2-tailed) .005

N 20

VAR00026 Pearson

Correlation .500(*)

Sig. (2-tailed) .025

N 20

VAR00027 Pearson

Correlation .588(**)

Sig. (2-tailed) .006

N 20

VAR00028 Pearson

Correlation .536(*)

Sig. (2-tailed) .015

N 20

VAR00029 Pearson

Correlation .616(**)

Sig. (2-tailed) .004

N 20

VAR00030 Pearson

Correlation .652(**)

Sig. (2-tailed) .002

N 20

VAR00031 Pearson

Correlation .554(*)

Sig. (2-tailed) .011

N 20

VAR00032 Pearson

Correlation .484(*)

Sig. (2-tailed) .030

N 20

VAR00033 Pearson

Correlation -.053

Sig. (2-tailed) .826

N 20

VAR00034 Pearson

Correlation .606(**)

Sig. (2-tailed) .005

N 20

VAR00035 Pearson

Correlation .482(*)

Sig. (2-tailed) .031

N 20

VAR00036 Pearson

Correlation .607(**)

Sig. (2-tailed) .005

N 20

VAR00037 Pearson

Correlation .570(**)

Sig. (2-tailed) .009

N 20

VAR00038 Pearson

Correlation .548(*)

Sig. (2-tailed) .012

N 20

VAR00039 Pearson

Correlation -.239

Sig. (2-tailed) .310

N 20

VAR00040 Pearson

Correlation .625(**)

Sig. (2-tailed) .003

N 20

Total Pearson

Correlation 1

N 20

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Keterangan:

Jika nomor soal dengan total yang ada bertanda bintang (*) diartikan Valid, dan sebaliknya jika nomor soal dengan total tidak ada tanda bintang diartikan tidak valid.

Hasil Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

Lis twis e deletion bas ed on all variables in the procedure. a.

(59)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

rxy 0.589 0.458 0.533 0.720 -0.384 0.482 0.474 0.494 0.584 0.499 0.507 0.575 0.496 0.512 0.552 -0.111 0.534 0.499 0.562 0.480 0.462 -0.190

rtabel 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444

Ket Valid Valid Valid Valid

T idak

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid T idak

Valid Valid Valid Valid Valid Valid T idak

Nomor Butir S oal

R

(60)

Y Y2

387 206 275 161 331 289 276 386 230 265 220 255 203 314 311 142 246 236

0.668 0.519 0.604 0.500 0.588 0.536 0.616 0.652 0.554 0.484 -0.053 0.606 0.482 0.607 0.570 0.548 -0.239 0.625 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak

Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Tidak Valid Valid

0.47 0.22 0.31 0.17 0.39 0.33 0.31 0.47 0.25 0.31 0.31 0.28 0.22 0.36 0.36 0.14 0.36 0.25

0.53 0.78 0.69 0.83 0.61 0.67 0.69 0.53 0.75 0.69 0.69 0.72 0.78 0.64 0.64 0.86 0.64 0.75

0.25 0.17 0.21 0.14 0.24 0.22 0.21 0.25 0.19 0.21 0.21 0.20 0.17 0.23 0.23 0.12 0.23 0.19

Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dibua ng Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dipa ka i Dibua ng Dipa ka i

(61)

Lampiran 2. Instrumen Tes Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas

INSTRUMEN TES

1. Suatu upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam disebut sebagai...

a. Cinta alam b. Rehabilitasi

c. Kesadaran manusia d. Konservasi

2. Tumbuhan yang tumbuh di sekitar pesisir pantai yang memiliki fungsi sebagai pelindung pantai adalah...

a. Kelapa b. Ketapang c. Bakau d. Pandan

3. Berikut ini beberapa contoh bencana alam yang disebabkan oleh hilangnya mangrove yaitu...

a. Abrasi pantai, wabah penyakit, teror b. Rob, intrusi air laut, abrasi

c. Gagal teknologi, banjir, konflik sosial d. Banjir, erosi, gempa bumi

4. Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, menyatakan bahwa mangrove memiliki fungsi sebagai hutan...

a. Hutan pantai b. Hutan payau c. Hutan bakau d. Hutan konservasi

5. Apa yang menyebabkan perubahan garis pantai ?

a. Penambangan pasir di perairan pantai

b. Penebangan tumbuhan pelindung pantai (mangrove) c. Pembuatan pembangunan yang menjorok ke arah laut d. Pembukaan tambak yang terlalu dekat dengan pantai

6. Tujuan utama konservasi adalah....

(62)

c. Memanfaatkan alam dengan sesuka hati d. Menjadikan lingkungan tidak sehat

7. Berikut ini alasan mengapa mangrove perlu dikonservasi, KECUALI karena mangrove...

a. Sebagai jalur hijau di pinggiran pantai b. Sistem adaptasi yang tidak dapat tergantikan c. Memiliki akar yang lemah

d. Memiliki peranan penting bagi ekosistem pantai

8. Jenis mangrove yang buahnya dapat diolah menjadi kripik adalah mangrove jenis...

a. Lindur b. Api-api c. Pedada

d. Kerakas

9. Salah satu cara mencegah abrasi pantai yaitu dengan... a. Menanam mangrove

b. Budidaya bandeng c. Membuat jaring-jaring d. Menancapkan bambu

10.Manfaat penting mangrove bagi pantai, salah satunya yaitu .... a. Melindungi pantai dari gelombang, angin dan badai b. Mencegah terjadinya wabah penyakit

c. Menjaga manusia dari panas sinar matahari d. Melindungi dari hujan

11. Penyebab kerusakan mangrove adalah KECUALI ... a. Penebangan mangrove

b. Pembangunan pertambakan c. Penanaman mangrove d. Pencemaran

12. Mangrove berfungsi sebagai ...

a. Tempat pemijahan (spawning ground)

(63)

13. Salah satu upaya melestarikan mangrove adalah.... a. Mengupayakan kawasan konservasi mangrove b. Membangun infrastruktur

c. Menebangi pohon mangrove d. Menanam pohon kelapa

14. Mangrove tumbuh subur di daerah dengan kondisi tanah .... a. Berlumpur atau berpasir

b. Gambut c. Gembur d. Becek

15. Kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupn untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah disebut ...

a. Hutan lindung b. Hutan konservasi c. Hutan budidaya d. Hutan mangrove

16. Penyebab abrasi di Pantai Ngebum adalah…

a. Pembangunan Industri Kayu Lapis Indonesia b. Pembangunan Pelabuhan di Desa Wonorejo c. Penebangan mangrove sembarangan

d. Pembangunan Industri Rimba Partikel

17. Mangrove bisa hidup dengan adaptasi yang dilakukan KECUALI

dengan...

a. Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah b. Adaptasi terhadap kadar garam tinggi c. Adaptasi terhadap pasang surut d. Adaptasi terhadap banjir rob

18. Kayu pohon mangrove dapat digunakan sebagai... a. Kayu bakar, bahan bangunan, obat tradisional b. Minyak zaitun, arang, kertas

(64)

19. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 mengatur tentang... a. Hukum pidana hak asasi manusia

b. Hukum pidana penebangan pohon mangrove c. Hukum pidana perlindungan anak

d. Hukum pidana rehabilitasi hutan

20. Hal yang harus dilakukan jika suatu daerah mengalami kerusakan mangrove adalah...

a. Melihat tayangannya melalui televisi b. Membicarakan dengan saudara c. Melakukan penanaman kembali d. Tidak perduli apa-apa

21. Beberapa kegiatan seperti bersih-bersih pantai adalah bagian dari usaha.... a. Pencitraan

b. Pelestarian pesisir c. Menghilangkan nyamuk d. Mecegah abrasi

22. Penanaman mangrove sebagai pelindung alami pantai sebaiknya dilakukan sejak…..

a. Pantai rusak b. Abrasi parah c. Mangrove mati d. Rob parah

23. Berikut ini adalah hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan program konservasi mangrove, KECUALI...

a. Dana/anggaran b. Sarana prasarana c. Sampah

d. Tenaga

24. Jenis tanah yang baik untuk syarat pertumbuhan mangrove adalah... a. Tanah alluvial hidromorf

(65)

25. Berikut ini BUKAN peran penting mangrove melindungi pantai dari ... a. Angin

b. Ombak c. Badai d. Panas

26. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam upaya pelestarian mangrove adalah...

a. Pembangunan pantai b. Pembangunan jalan c. Pembangunan pemukiman d. Penanaman bibit mangrove

27. Dalam penggurangan kerusakan pantai, berikut ini usaha yang dapat dilakukan, KECUALI....

a. Pembangunan sabuk pantai b. Pelestarian mangrove c. Menanam cemara laut d. Pengerukan pasir pantai

28. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir perlu diberikan .... yang benar tentang konservasi mangrove.

a. Dana

b. Perkiraan cuaca c. Informasi d. Curah hujan

29. Kegiatan konservasi mangrove merupakan tanggung jawab siapa ? a. Pemerintah

b. Masyarakat c. LSM

d. Jawaban a,b,c semua benar

30. Tindakan yang dapat dilakukan pada daerah yang abrasinya parah adalah.... a. Perbaikan sabuk pantai

Gambar

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Validitas Soal Uji Coba
Tabel 3.2. Makna Grade Aspek Kognitif
Gambar Obyek Wisata Bahari di Kab. Kendal
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan ini disimpulkan akan ada beberapa persamaan tentang analisis peran tokoh, hanya saja bedanya penelitian sebelumnya membahas peran tokoh dalam tangga

Fakta berdasarkan hasil estimasi DSGE Model terkait guncangan struktural seperti krisis politik Timur Tengah secara tidak langsung mempengaruhi evolusi inflasi dan output riil

Dengan demikian dalam karya seni pada umumnya dan khususnya seni lukis bentuk adalah wujud lahiriah yang merupakan organisasi medium berikut unsur-unsur seni, sehingga

Setelah udang memijah dan telur yang telah ditetaskan pada hari pertama penetasan maka pengamatan larva di mulai dengan menghitung jumlah larva yang dihasilkan pada saat

Untuk itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang kelangsungan hidup benih ikan bawal air tawar dengan kepadatan berbeda dalam sistem pengangkutan tertutup

Pelaksanaan Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Oleh Para Pihak belum terlaksana maksimal sesuai amar putusan PHI pada Pengadilan Negeri Padang Kelas IA, karena

Nilai karakter memiliki kesamaan dengan penjabaran hakikat IPA sebagai sikap.Artinya nilai karakter yang dikembangkan terintegrasi dalam sikap ilmiah siswa.Adanya

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul Pengaruh