• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Mikrokontroler At 89s51 Sebagai Basis Pada Sistem Pengamanan Ruangan Terhadap Barang Berharga Dengan Menggunakan Bahasa BASCOM-8051

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi Mikrokontroler At 89s51 Sebagai Basis Pada Sistem Pengamanan Ruangan Terhadap Barang Berharga Dengan Menggunakan Bahasa BASCOM-8051"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SISTEM PENGAMANAN RUANGAN TERHADAP

BARANG BERHARGA DENGAN

MENGGUNAKAN BAHASA

BASCOM-8051

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

ZULKIFLI TARIGAN 072408015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGHARGAAN ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penulis ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ... 6

2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 ... 6

2.1.1.1 Spesifikasi Penting AT89S51 ... 9

2.1.1.2 Pena – Pena Mikrokontroler AT89S51 ... 10

2.1.1.3 Struktur Pengoperasian Port ... 13

2.1.1.4 Proses Pembacaan ... 1

2.1.1.5 Sistem Interupsi ... 19

2.1.1.6 Reset ... 19

2.1.1.7 Serial Interface ... 20

2.1.2 CCTV (Closed Circuit Television) ... 21

2.1.2.1 Dampak Positif dan Negatif CCTV ... 22

2.1.2.2 Bagian-Bagian dari CCTV ... 23

(3)

2.1.4 Motor Stepper ... 27

2.1.5 Photodioda ... 31

2.1.6 Infra Merah ... 33

2.1.7 IC Timer 555 dan 567 ... 34

2.1.8 Buzzer ... 38

BAB 3 PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat ... 40

BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian Rangkaian ... 62

4.1.6 Pengujian Rangkaian Alarm ... 66

4.2 Analisa ... 67

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(4)

ABSTRAK

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari banyak pekerjaan yang dilakukan itu sangat rumit, dan pada zaman serba canggih ini merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang untuk dapat berkembang maju yang merupakan tuntutan dibidang elektronika dalam hal pengembangannya. Sebagai mahasiswa Fisika Instrumentasi (D3) Universitas Sumatera Utara, diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang didapat selama duduk dibangku perkuliahan kedalam kehidupan sehari-hari maupun didalam dunia industry. Untuk itu penulis merencanakan sebuah proyek yang berjudul“APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 SEBAGAI BASIS PADA SISTEM PENGAMANAN RUANGAN TERHADAP BARANG BERHARGA DENGAN MENGGUNAKANBAHASA BASCOM-8051. Tujuan dari perancangan dan pembuatan proyek ini adalah untuk mengaplikasikan teori yang didapat punulis dari perkuliahan dengan membuat suatu alat. Dan tujuan dari pembuatan tugas akhir adalah sebagai salah satu syarat untuk menamatkan program diploma III. Dimana alat ini bisa digunakan di perindustrian yang sangat maju pada zaman sekatang ini.

(5)

ABSTRAK

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari banyak pekerjaan yang dilakukan itu sangat rumit, dan pada zaman serba canggih ini merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang untuk dapat berkembang maju yang merupakan tuntutan dibidang elektronika dalam hal pengembangannya. Sebagai mahasiswa Fisika Instrumentasi (D3) Universitas Sumatera Utara, diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang didapat selama duduk dibangku perkuliahan kedalam kehidupan sehari-hari maupun didalam dunia industry. Untuk itu penulis merencanakan sebuah proyek yang berjudul“APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 SEBAGAI BASIS PADA SISTEM PENGAMANAN RUANGAN TERHADAP BARANG BERHARGA DENGAN MENGGUNAKANBAHASA BASCOM-8051. Tujuan dari perancangan dan pembuatan proyek ini adalah untuk mengaplikasikan teori yang didapat punulis dari perkuliahan dengan membuat suatu alat. Dan tujuan dari pembuatan tugas akhir adalah sebagai salah satu syarat untuk menamatkan program diploma III. Dimana alat ini bisa digunakan di perindustrian yang sangat maju pada zaman sekatang ini.

(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tindak kejahatan yang terjadi pada lingkungan gedung perkantoran bahkan di

lingkungan rumah akhir-akhir ini semakin sering terjadi, angka kriminalitas pun

semakin meningkat. Di dalam sebuah gedung perkantoran tentunya banyak benda

penting yang tersimpan di beberapa ruangan. Semakin banyak ruangan yang

menyimpan benda penting maka semakin tinggi kebutuhan sistem keamanan gedung

tersebut. Sepertinya kurang efisien jika tugas itu dikerjakan oleh tenaga manusia.

Berangkat dari masalah di atas penulis membuat tugas akhir dengan judul

“APLIKASI MIKROKONTROLLER AT89S51 SEBAGAI BASIS PADA SISTEM PENGAMANAN RUANGAN TERHADAP BARANG BERHARGA DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA BASCOM-8051”

Misalnya dalam suatu gedung terdapat puluhan ruangan, untuk memaksimalkan

keamanan tentunya diperlukan puluhan tenaga manusia untuk berpatroli di setiap

ruangan. Pengawasan keamanan dapat dipermudah dengan menggunakan suatu alat

pada setiap ruangan. Dengan sistematis digambarkan sebagai berikut, dalam setiap

ruangan terdapat alat pendeteksi gerakan dibantu dengan adanya kamera (CCTV).

Gedung tersebut hanya membutuhkan satu ruang pusat keamanan yang bisa

memonitor setiap ruang tersebut. Ketika sensor dari alat ini mendeteksi adanya suatu

gerakan maka alat ini akan mengisyaratkan/menginformasikan ke ruang pusat

keamanan, isyaratnya bisa berbentuk suara dan cahaya (lampu), isyarat hanya terjadi

di ruang pusat keamanan bukan di tempat di mana alat tersebut disimpan. Dengan

adanya isyarat, pihak keamanan di ruang pusat keamanan bisa memonitor dan segera

mengambil

Tujuan dan manfaat dari sistem adalah untuk mengurangi bahkan mencegah tindak

kejahatan pada lingkungan gedung perkantoran atau rumah tinggal.Sehingga barang

(7)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dibahas dalam

tugas akhir ini , yaitu:

1. CCTV berfungsi untuk memonitori semua kegiatan yang terjadi dalam

ruangan.

2. Sensor yang digunakan adalah fotodioda yang akan diletakan disekeliling

etalase tempat penyimpanan barang berharga.

3. Mikroprosesor berfungsi untuk mengelola data dari sensor fotodioda

4. Motor stepper bipolar berfungsi untur menurunkan dan menaikan etalase.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah:

1. Membuat suatu Sistem yang dapat merekam sekaligus mengamankan

barang-barang berharga secara wireless.

2. Mengaplikasikan sebuah fotodioda pada sistem pengamanan ruangan.

3. Menggunakan pemrograman bahasa BASCOM-8051 untuk diisikan pada

mikronkontroler.

4. Mengurangi tindak kriminalitas dilingkungan kerja dan masyarakat

5. Pengaplikasian dari intrumentasi elektronika

1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditentukan beberapa batasan masalah dalam tugas

akhir ini , yaitu:

.

1. CCTV digunakan sebagai perekam semua kegiatan yg terjadi dalam suatu

ruangan

2. Motor stepper yang digunakan berjenis bipolar

3. Bahasa assembly sebagai program yang digunakan pada mikrokontroler

(8)

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman serta pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip

kerja sistem pengamanan ruangan terhadap barang barharga dengan menggunakan

mikrokontroler, maka sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan

untuk pembahasan dan cara kerja rangkaian. Teori pendukung yang di

bahas antara lain: CCTV mencakup keutungan CCTV,motor

stepper,bahasa pemograman yang digunakan,serta karakteristik dari

komponen-komponen pendukung.

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan di bahas sistem perancangan alat yaitu: diagram

blok rangkaian, flowchart (diagram alir) dari rangkaian, skematik dari masing-masing sub rangkaian, serta program yang akan diisikan ke

mikrokontroller AT89S51.

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA

Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil pengujian dan analisa dari

alat untuk membuktikan kebenaran dari alat yang dibuat.

BAB 5 PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran dari alat ataupun data yang dihasilkan

(9)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Perangkat Keras

2.1.1Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroller sebagai teknologi baru yaitu teknologi semi konduktor

kehadirannya sangat membantu dnia elektronika.Dengan arsitektur yang praktis

tetapi memuat banyak kandungan transistor yang terintegrasi,sehingga mendukung

dibuatnya rangkaian elektronika.Mikrokontroler adalah mikrokomputer chip tunggal

yang dirancang secara spesifik untuk aplikasi – aplikasi control bukan untuk

aplikas-aplikasi sserbaguna.Perangkat ini sering digunakan untuk kebutuhan control tertentu

seperti pada sebuah penggerak motor.Pengguna mikrokontroler sangat luas,tidak

hanyak untuk akuisi dan melainkan juga untuk pengendalian di

pabrik-pabrik,kebutuhan peralatan kantor,peralatan rumah tangga,aoutomobile dan

sebagainya.Hal ini disebabkan mikrokontroler merupakan system mikroprosesor

(yang didalamnya terdapat CPU,ROM,RAM dan I/O) yang telah terpadu dalam suatu

chip,selain itu komponennya (AT89S51) mudah dan murah didapatkan di pasaran.

Mikrokontroler,sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosesor dan

mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru.

Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor

yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta dapat

diproduksi secara masal (dalam jumlah banyak) membuat harganya menjadi lebih

murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir

untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan

alat-alat bantu bahkan mainan yang lebih baik dan canggih.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menanganiberbagai macam program

aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angkadan lain sebagainya),

mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk suatu aplikasi tertentu saja (hanya satu

program saja yang bisa disimpan). Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan

(10)

artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar,

sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang

kecil. Sedangkan pada Mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang

besar, artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada

mikrokontroler yang bersangkutan.

Adapun kelebihan dari mikrokontroller adalah sebagai berikut :

1. Penggerak pada mikrokontoler menggunakan bahasa pemograman assembly

dengan berpatokan pada kaidah digital dasar sehingga pengoperasian sistem

menjadi sangat mudah dikerjakan sesuai dengan logika sistem (bahasa assembly ini mudah dimengerti karena menggunakan bahasa assembly

aplikasi dimana parameter input dan output langsung bisa diakses tanpa

menggunakan banyak perintah). Desain bahasa assembly ini tidak menggunakan begitu banyak syarat penulisan bahasa pemrograman seperti

huruf besar dan huruf kecil untuk bahasa assembly tetap diwajarkan.

2. Mikrokontroler tersusun dalam satu chip dimana prosesor, memori, dan I/O

terintegrasi menjadi satu kesatuan kontrol sistem sehingga mikrokontroler

dapat dikatakan sebagai komputer mini yang dapat bekerja secara inovatif

sesuai dengan kebutuhan sistem.

3. Sistem running bersifat berdiri sendiri tanpa tergantung dengan komputer sedangkan parameter komputer hanya digunakan untuk download perintah instruksi atau program. Langkah-langkah untuk download komputer dengan mikrokontroler sangat mudah digunakan karena tidak menggunakan banyak

perintah.

4. Pada mikrokontroler tersedia fasilitas tambahan untuk pengembangan memori

(11)

5. Harga untuk memperoleh alat ini lebih murah dan mudah didapat.

Arsitektur perangkat keras 89S51 mempunyai 40 kaki, 31 kaki digunakan untuk

keperluan 4 buah port pararel. 1 port terdiri dari 8 kaki yang dapat di hubungkan

untuk interfacing ke pararel device, seperti ADC, sensor dan sebagainya, atau dapat

juga digunakan secara sendiri setiap bitnya untuk interfacing single bit septerti

switch, LED, dll.

2.1.1.1 Spesifikasi penting AT89S51 :

a. Kompatibel dengan keluarga mikrokontroler MCS51 sebelumnya

b. 8 KBytes In system Programmable (ISP) flash memori dengan

kemampuan 1000 kali baca/tulis

c. tegangan kerja 4-5.0V

d. Bekerja dengan rentang 0 – 33MHz

e. 256x8 bit RAM internal

f. 32 jalur I/0 dapat diprogram

g. 3 buah 16 bit Timer/Counter

h. 8 sumber interrupt

i. saluran full dupleks serial UART

j. watchdog timer

k. dua data pointer

(12)

2.1.1.2Pena – Pena Mikrokontrolerr AT89S51

Gambar 2.1.1.2 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89C51

Susunan pena – pena mikrokontroler AT89S51 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pin 1 sampai 8 (Port 1) merupakan port pararel 8 bit dua arah (bidirectional) yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan (general purpose).

2. Pin 9 merupakan pin reset, reset aktif jika mendapat catuan tinggi.

3. Pin 10 sampai 17 (Port 3) adalah port pararel 8 bit dua arah yang memiliki fungsi

(13)

Tabel 2.1.1.2 Fungsi masing-masing pin pada port 3

4. Pin 18 sebagai XTAL 2, keluaran osilator yang terhubung pada kristal.

5. Pin 19 sebagai XTAL 1, masukan ke osilator berpenguatan tinggi, terhubung pada

kristal.

6. Pin 20 sebagai Vss, terhubung ke 0 atau ground pada rangkaian.

7. Pin 21 sampai 28 (Port 2) adalah port pararel 8 bit dua arah. Port ini mengirim

byte alamat bila pengaksesan dilakukan pada memori eksternal.

8. Pin 29 sebagai PSEN (Program Store Enable) adalah sinyal yang digunakan untuk membaca, memindahkan program memori eksternal (ROM / EPROM) ke

mikrokontroler (aktif low).

(14)

yang diaktifkan saat memprogram internal flash memori pada mikrokontroler (on chip).

10.Pin 31 sebagai EA (External Accesss) untuk memilih memori yang akan digunakan, memori program internal (EA = Vcc) atau memori program eksternal

(EA = Vss), juga berfungsi sebagai Vpp (programming supply voltage) pada saat memprogram internal flash memori pada mikrokontroler.

11.Pin 32 sampai 39 (Port 0) merupakan port pararel 8 bit dua arah. Berfungsi

sebagai alamat bawah yang dimultipleks dengan data untuk mengakses program

dan data memori eksternal.

12. Pin 40 sebagai Vcc, terhubung ke +5 V sebagai catuan untuk mikrokontroler.

2.1.1.3Struktur Pengoperasian Port

Struktur pengoperasian port terdiri atas :

1. Port Input/Output

One chip mikrokontroller ini memiliki 32 jalur port yang dibagi menjadi 4

buah port 8 bit. Masing-masing port ini bersifat bidirectional sehingga dapat

digunakan sebagai input port atau output port. Pada bok diagram AT89C51 dapat

dilihat latch tiap bit pada keempat port : port 0, port 1, port 2, port 3. Masing-masing

jalur port terdiri dari latch, output driver dan input buffer. Port 0 dan port 2 dapat

digunakan sebagai saluran data dan alamat. Port 0 sebagai saluran data, sedangkan

port 2 sebagai saluran data dan alamat sekaligus yang dimultipleks. Untuk

mengakses memory eksternal, port 0 akan mengeluarkan alamat bawah memori

eksternal yang dimultipleks dengan data yang dibaca dan ditulis. Sedangkan port 2

mengeluarkan bagian atas memory eksternal sehingga total alamat semuanya 16 bit.

Khusus untuk port 3 mempunyai fungsi yang lain diluar sebagai port.

Fungsi ini akan berbeda untuk tiap-tiap kaki dengan urutan sebagi berikut :

- Port 3.0 : port input serial, RXD.

- Port 3.1 : port output serial, TXD.

- Port 3.2 : input interupsi eksternal, INT0.

(15)

- Port 3.4 : input eksternal untuk timer /counter 0, T0.

- Port 3.5 : input eksternal untuk timer /counter 1, T1.

- Port 3.6 : sinyal tulis memori eksternal, WR.

- Port 3.7 : sinyal baca memori eksternal, RD.

Latch yang digunakan dapat dipresentasikan dengan D-FlipFlop. Data dari

bus internal di-latch saat CPU memberi sinyal tulis ke latch dan output latch

diberikan ke bus internal sebagai respon dari sinyal baca pin dari CPU. Beberapa

instruksi yang berfungsi membaca port mengaktifkan sinyal baca latch dan yang lain

mengaktifkan sinyal baca pin. Port 1, port 2, dan port 3 mempunyai pull-up internal,

sedangkan port 0 dengan open drain. Masing-masing jalur I/O dapat digunakan

sebagai input atau output. Bila digunakan sebagai input, port latch harus 1. Untuk

port 1, 2 dan 3, pin-pin akan di pull-up tinggi oleh pull-up internal, dan bisa juga di

pull-up rendah dengan sumber eksternal.

Port 0 tidak mempunyai pull-up internal. Pull-up fet hanya akan digunakan

saat akses memori eksternal. Jika isi latch diatur pada keadaan 1 maka port ini akan

berfungsi sebagai impedansi tinggi dan jika sebagai output akan bersifat open drain.

Demikian halnya dengan port 2 yang digunakan untuk multipleks data dan alamat 16

bit sebesar 16 Kbyte mempunyai konfigurasi yang sama dengan yang dimiliki port 0.

Sedangkan pada port 3 yang bisa dimanfaatkan untuk kaki kontrol mempunyai

pengaturan fungsi output saja. Pada port ini dilengkapi dengan rangkaian pull-up

internal. Penggunaan port 3 dapat dialamati langsung sebagai kontrol langsung pada

suatu tugas yang dilakukan oleh fungsi yang dimiliki oleh port ini.

2. Timer/Counter

One chip mikrokontroller ini memilik dua timer yang dapat

dikonfigurasikan beroperasi sebagai timer atau counter. Saat berfungsi sebagai timer,

isi register timer ditambah 1 untuk tiap siklus mesin, sedangkan untuk fungsi counter

isi register akan bertambah 1 setiap ada transisi sinyal pada pin input eksternal. Pada

pemanfaatan sebagai counter, sinyal input yang dimaksudkan dapat berupa low level

atau falling edge trigger. Counter akan mencacah setiap masukan yang ada sesuai

(16)

Inisialisasi harga awal ini berupa nilai preset negatif counter yang diatur sebelum

counter dijalankan.

Demikian halnya dengan pemanfaatan timer yang memerlukan inisialisasi

awal berupa konstanta waktu yang menentukan sampai berapa lama akan terjadi roll

over. Penentuan harga preset ini berhubungan dengan penggunaan frekuensi clock

dari sistem penentu waktu sampling dari counter untuk mencacah suatu pulsa

masukan dari luar dengan memanfaatkan kontrol interupsi yang ada serta pengaturan

program. Sebagai tambahan pada pemilihan countr/timer, timer 0 dan timer 1

mempunyai 4 buah modul yang dapat dipilih dengan menentukan pasangan bit M0

dan M1 pada register TMOD. Untuk pemilihan timer/counter dikontrol dengan bit

C/T di TMOD.

 Mode 0

Pada mode ini timer register dikonfigurasikan sebagai register 13 bit. Ke-13

bit register tersebut terdiri dari 8 bit TH1 dan 5 bit TL1. Selama perhitungan roll over

dari semua 1 ke semua 0, TF1 (Timer Interrupt Flag) di set. Pada dasarnya operasi

mode 0 sama untuk timer 0 dan timer 1

 Mode 1

Mode 1 adalah timer register 16 bit dan dapat generator boudrate. Operasi

mode 1 sama dengan mode 0.

 Mode 2

Mode 2 adalah timer register dengan konfigurasi 8 bit counter (TL1) auto

reload. Overflow dari TL1 tidak hanya menset TF1 tapi juga mereload TL1

dengan isi TH1. Setelah reload isi TH1 tidak akan berubah. Operasi mode ini

juga sama dengan timer/counter 0.

 Mode 3

Pada mode ini timer 1 tidak akan bekerja. Sedangkan timer 0 menjadi 2

counter yang terpisah. TL0 digunakan sebagai bit kontrol untuk timer 0; C/T,

(17)

2.1.1.4Proses Pembacaan

Proses pembacaan dapat dianologikan sebagai proses membaca dari halaman tertentu

dari sebuah buku dimana pada proses tersebut dibutuhkan :

1. Halaman dari tulisan yang akan dibaca = Alamat Memori

2. Perintah untuk membaca = Sinyal Read untuk Data dan Sinyal PSEN

untuk kode.

Pembacaan Data dari Memori Eksternal

Instruksi

MOV DPTR,#[address] ; Penentu lokasi data yang akan dibaca

MOVX A,@DPTR ; Perintah pembacaan data sekaligus mengambil

data tersebut dan disimpan ke Akumulator A

Timing

Stuktur Port dan Cara Kerja

Pada dasarnya mikrokontroler Atmel keluarga 51 mempunyai dua kelompok

instruksi untuk mengeluarkan data ke port parallel.

 Kelompok instruksi pertama bekerja pada port seutuhnya artinya 8 jalur dari per port bersangkutan,misalnya MOV P3,#0FFh membuat kedelapan jalur port 0 semuanya dalam kondisi logika ‘1’.

 Kelompok instruksi kedua berpengaruh pada salah satu jalur atau bit dari port,misalnya instruksi SETB P3.4 artinya men-set bit 4 dari port atau (bit 4 dari port 3 = 1 a xxx1 xxx) atau instruksi CLR P3.3 digunakan untuk menolkan bit 3 dari port 3 (bit dari port 3 = 0 a xxxx 0xxx).

Selain itu port parallel bisa pula dipakai untuk menerima masukan sinyal

digital dari luar mikrokontroler.

 Instrksi MOV A,P3 digunakan untuk membaca data digital pada seluruh bit (bit 0 hingga bit 7 = 8 bit)port 3 kemudian menyimpannya di akumlator.

Pembacaan data bisa juga dilakukan hanya pada satu bit port saja,misalnya instruksi

(18)

akan kembali melaksanakan instrksi terssebut (lompat ke label $ artinya ke lokasi tersebut lagi),mikrokontroler akan meneruskan kembali instruksi berikutnya jika

P3.7= 1.

Instruksi MOVC A,@A+DPTR

Insturuksi MOVC A,@A+DPTR termassuk mode penglamatan kode tidak langsung (code indirect addressing mode),mempunyai cara penyebutan data dalam

memori program yang dilakukan secara tak langsung.Dalam instruksi ini MOV

diganti dengan MOVC,tambahan huruf C tersebut dimaksud untuk membedakan

bahwainstruksi ini digunakan untuk memori program..Tanda @ digunakan untuk

menandai A+DPTR yang berfungsi untuk menyatakan lokasi memori isinya disalin

ke akumolator A,dalam hal ini nilai yang tersimpan dalam DPTR (Data Pointer

Register 2 byte)ditambah dengan nilai yang tersimpan dalam akumulator A (1 byte)

sama dengan lokasi memori program yang ada.

Instruksi INC DPTR

Agak berbeda dengan instriksi INC A atau INC Rx (x = 0 s/d 7) instruksi ini

adalah satu – satunya instruksi penaikan (increment) yang bekerja pada data 16 bit

yaitu DPTR, yaitu menaikan penunjuk data sebesar 1.Suatu limpahan pada byte

rendah (low order) dari DPTR atau DPL (Data Pointer Low) akan menaikann byte

tinggi (high order) yaitu tersimpan di DPH (Dta Pointer High) sebesar 1.Flag tidak

terpengaruh.Misalnya DPH = 12 dan DPL = Feh,maka instruksi :

INC DPTR

INC DPTR

INC DPTR

Akan menghasilkan DPH = 13h dan DPL = 01H.

2.1.1.5Sistem Interupsi

Mikrokontroller AT89C51 mempunyai 5 sumber interupsi. Dua sumber

merupakan sumber eksternal INT0 dan INT1. Kedua interupsi eksternal dapat aktif

level atau aktif transisi tergantung isi IT0 dan IT1 pada regiter TCON. Interupsi

(19)

serial dibangkitkan dengan melakukan operasi OR dan R1 dan T1. Tiap-tiap sumber

interupsi dapat enable atau disable secara software.

Tingkat prioritas semua sumber interupsi dapat diprogram sendiri-sendiri dengan set

atau clear bit pada SFRs IP (Special Function Register’s Interrupt Priority). Interupsi

tingkat rendah dapat diinterupsi oleh interupsi yang mempunyai tingkat lebih tinggi,

tetapi tidak sebaliknya. Walaupun demikian interupsi yang mempunyai tingkat lebih

tinggi tidak bisa menginterupsi sumber interupsi yang lain.

2.1.1.6Reset

Input reset dilakukan melalui pin RST. Reset dilakukan selama 2 siklus

mesin dan pin RST tinggi. Dalam hal ini CPU akan mengaktifkan internal reset,

rangkaian reset dapat dilihat 2.1.1.6.

Karena sinyal reset eksternal tidak sinkron dengan clock internal maka pin RST

diambil pada state 5 (SS) dan fas setiap siklus mesin. Aktifis port tetap dipertahankan

selama 19 priode osilator sesudah logika 1 diambil pada kaki RST.

10uF

8.2kohm

VCC

RST

Gambar 2.1.1.6 Power On Reset

2.1.1.7Serial Interface

Selain komunikasi data paralel melalui port-port yang dimiliki oleh

(20)

shift register atau sebagai universal asynchronous receiver transmitter tergantung

pada pengaturan mode yang terdapat pada register SCON. Kedua register penerima

dan pengirim dari port serial diakses di register SBUF.

2.1.2CCTV (Closed Circuit Television)

CCTV (Closed Circuit Television) atau dalam bahasa Indonesianya yaitu Telivisi

dengan Sirkuit Tertutup adalah perangkat peralatan pengawas (surveillance) yang

memonitor keadaan sekitar melalui kamera pengintai yang terdiri dari kamera dan

system DVR (Digital Video Recording).

CCTV memiliki kamera yang akan mentransmisikan image video ke tempat yang

spesifik dan jumlah televisi yang terbatas. Perbedaannya dengan bentuk televisi

CCTV tidak dapat menerima monitor lain, bahkan jika di area yang sama sekalipun,

kecuali monitor tersebut telah masuk ke dalamarea CCTV.

Cara Menggunakan CCTV dan Mengenal Teknologi suatu Network Camera.

Suatu Network Camera umumnya memiliki alamat IP tersendiri serta fungsi-fungsi

tertentu yang sifatnya sudah built-in untuk mengatur system komunikasi jaringan.

Semua yang dibutuhkan untuk dapat melihat tampilan gambar melalui jaringan sudah

terbentuk dalam satu unit tertentu.

Komponen kamera akan menangkap obyek gambar yang akan ditransformasikan

menjadi sinyal-sinyal elektronik, dan selanjutnya sinyal-sinyal tersebut akan

dikonversikan dari format analog menjadi format digital dan ditransfer melalui

sebuah komputer dan dikompresi untuk selanjutnya dikirim melalui jaringan.

2.1.2.1 Dampak Positif dan Negatif CCTV

System CCTV biasanya digunakan untuk alasan keamanan atau komersial

ketika orang memerlukannya bila berada di lingkungan yang berbahaya namun

CCTV juga memiliki dampak negatif.

Dampak Positif dari CCTV :

(21)

2. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja karyawan

3. Dapat lengkapi dengan option rekaman suara

4. Pengawasan melalui tv monitor oleh petugas keamanan secara real

time.

5. Melihat rumah anda sewaktu anda ke luar kota atau keluar negeri

6. Anda dapat melihat lokasi pabrik dengan kamera dari rumah

7. Mendapatkan bukti otentik jika terjadi peristiwa yang tidak

dikehendaki

8. Meningkatkan produktivitas

Dampak Negatif dari CCTV :

1 .Dampak negatif dari CCTV yakni apabila alarm tidak berfungsi

secara lancar maka proteksi dan keamanan akan mudah dijebol oleh

para penjahat.

2. Membuat para pemontering menjadi pemalas, contohnya Melakukan

kegiatan pengawasan para pekerja/pegawai secara langsung akan

berkurang dan komunikasi antara atasan dan pegawai berkurang.

2.1.2.2 Bagian – Bagian Dari CCTV

Suatu CCTV SYSTEM terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan untuk membantu pemiliknya memantau kejadian secara real time ataupun melakukan play-back kejadian yang telah lampau. Untuk dapat mencapai fungsi secara optimum sebuah CCTV System umumnya terdiri dari beberapa komponen

seperti:

CCTV Camera (Kamera Pemantau): alat yang yang ditempatkan pada lokasi yang akan dimonitor untuk menangkap gambar video. Gambar video

(22)

Recorder (Alat Perekam): alat yang digunakan untuk merekam video yang dikirim oleh CCTV Camera. Perekaman dapat dilakukan secara analog

ataupun digital.

Monitor: alat yang dipakai melihat gambar video secara real time ataupun video hasil rekaman. Monitoring dapat dilakukan secara lokal (pada area

gedung) ataupun secara remote

CCTV Motorized Controller: alat ini digunakan untuk menggerakkan PTZ (Pan Tilt Zoom) motor yang terdapat pada CCTV Camera.

Dengan menggabungkan komponen – komponen di atas maka dapat dibuat sebuah

CCTV System. Terdapat 2 macam konfigurasi CCTV System yang banyak

digunakan pada saat ini:

Konfigurasi CCTV Camera Analog: pada konfigurasi ini gambar video yang dihasilkan oleh kamera berupa signal analog yang ditransmisikan

melalui Coaxial Cable, video analog ini kemudian ditangkap oleh recorder dan di transformasi menjadi bentuk data digital sebelum disimpan ke dalam

Hard Disk. Digital Video Recorder dapat mengirimkan video digital ini melalui jaring network

Gbr 2.1.2.2 (a) Analog CCTV System Diagram

Konfigurasi IP CCTV Camera (Network Camera): pada konfigurasi ini gambar video yang dihasilkan oleh network camera sudah berbentuk digital dan dikirim langsung ke jaringan network. Network Recorder yang terhubung

(23)

CCTV Camera dan menyimpannya ke dalam Hard Disk. Komputer yang

terhubung ke network dapat mengakses video langsung dari kamera ataupun

mengakses hasil rekaman pada Network Recorder

Gbr 2.1.2.2 (b) IP CCTV (Network) System Diagram

Kedua konfigurasi di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Konfigurasi

pertama yang menggunakan analog camera akan memerlukan infrastruktur kabel

yang lebih banyak dan lebih mahal, gambar video yang disimpan juga mungkin

sudah mengalami perubahan karena faktor jarak dan interferensi. Permasalahan ini

tidak dialami bila menggunakan IP Camera karena data output sudah berbentuk

digital dan hanya menggunakan satu kabel data (UTP Cat5). Akan tetapi biaya untuk

IP Camera saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan harga Analog Camera, disamping

itu IP

Camera juga memerlukan infrastruktur network yang lebih baik untuk

menunjang streaming data dari beberapa IP Camera secara bersamaan.

2.1.3 Perancangan Power Supply (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,

keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,

sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke relay.

(24)

Gbr 2.1.3 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan

dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan

dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh

kapasitor 3300 μF.

Dua buah dioda berikutnya berfungsi untuk menahan arus yang ada pada regulator

agar tidak balik jika terjadi penarikan arus sesaat dari tegangan 12 volt. Regulator

tegangan 5 volt (7805) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt

walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai

indikator apabila PSA dinyalakan. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

keluaran 2 buah dioda penyearah.

2.1.4 Motor Stepper

Motor stepper adalah motor listrik yang dikendalikan dengan pulsa-pulsa digital,

bukan dengan memberikan tegangan yang terus-menerus. Deretan pulsa

diterjemahkan menjadi putaran shaft, dimana setiap putaran membutuhkan jumlah

pulsa yang ditentukan. Satu pulsa menghasilkan satu kenaikan putaran atau step,

yang merupakan bagian dari satu putaran penuh. Oleh karena itu, perhitungan jumlah

pulsa dapat diterapkan untuk mendapatkan jumlah putaran yang diinginkan.

Perhitungan pulsa secara otomatis menujukkan besarnya putaran yang telah

(25)

Ketepatan kontrol gerak motor stepper terutama dipengaruhi oleh jumlah step tiap

putaran; semakin banyak jumlah step, semakin tepat gerak yang dihasilkan. Untuk

ketepatan yang lebih tinggi, beberapa driver motor stepper membagi step normal

menjadi setengah step(half step) atau mikro step.

Pada dasarnya motor stepper dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Permanent Magnet (PM)

Sesuai namanya, Motor stepper berjenis PM memiliki rotor berupa magnet

permanen. Biasanya memilki kecepatan rendah, alat dengan torsi rendah dan sudut

langkah besar, bisa 45 atau 90 derajat

Gbr 2.1.4 magnet Permanen

Gambar diatas merupakan magnet permanent sederhana 90 derajat motor magnet

permanent dengan empat phase (AD).

b. Variable Reluctance (VR)

Motor stepper jenis ini memiliki bentuk rotor yang unik yaitu berbentuk silinder dan

pada semua unitnya memiliki gerigi yang memiliki hubungan dengan kutub-kutub

stator.Perbedaan motor stepper berjenis PM dengan VR yaitu motor berjenis VR

(26)

c. Permanent Magnet – Hybrid (PM-H)

Permanent magnet hybrid merupakan penyempurnaan motor stepper di mana motor

stepper ini memiliki kecepatan 1000step/detik namun juga memiliki torsi yang cukup

besar sehingga dapat dikatakan bahwa PM-H merupakan motor stepper kombinasi

antara PM dan VR motor stepper.

Dilihat dari lilitannya motor stepper terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Motor Stepper Unipolar

Motor stepper unipolar terdiri dari dua lilitan yang memiliki center tap. Center tap

dari masing masing lilitan ada yang berupa kabel terpisah ada juga yang sudah

terhubung didalamnya sehingga center tap yang keluar hanya satu kabel. Untuk

motor stepper yang center tapnya ada pada masing – masing lilitan kabel inputnya

ada 6 kabel. Namun jika center tapnya sudah terhubung di dalam kabel inputannya

hanya 5 kabel. Center tap dari motor stepper dapat dihubungkan ke pentanahan atau

ada juga yang menghubungkannya ke +VCC hal ini sangat dipengaruhi oleh driver

yang digunakan. Sebagai gambaran dapat dilihat konstruksi motor stepper unipolar

pada gambar berikut:

Gbr 2.1.4 Konstruksi Motor Stepper Unipolar

b. Motor Stepper Bipolar

Motor stepper bipolar memiliki dua lilitan perbedaaan dari tipe unipolar adalah

bahwa pada tipe bipolar lilitannya tidak memiliki center tap. Keunggulan tipe bipolar

(27)

ukuran yang sama. Pada motor stepper tipe ini hanya memiliki empat kabel masukan.

Namun ntuk menggerakan motor stepper tipe ini lebih rumit jika dibandingkan

dengan menggerakan motor stepper tipe unipolar. Sebagai gambaran dapat dilihat

konstruksi motor stepper bipolar pada gambar berikut :

Gbr 2.1.4 konstruksi Motor Stepper Bipolar

Motor Stepper adalah motor DC yang gerakannya bertahap (step per step) dan memiliki akurasi yang tinggi tergantung pada spesifikasinya. Setiap motor stepper

mampu berputar untuk setiap stepnya dalam satuan sudut (0.75, 0.9, 1.8), makin keil

sudut per step-nya maka gerakan per step-nya motor stepper tersebut makin presisi.

Motor stepper banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang biasanya cukup

menggunakan torsi yang kecil, seperti untuk penggerak piringan disket atau piringan.

Dalam hal kecepatan, kecepatan motor stepper cukup cepat jika dibandingkan

dengan motor DC.

Kecepatan motor stepper pada dasarnya ditentukan oleh kecepatan pemberian

data pada komutatornya. Semakin cepat data yang diberikan maka motor stepper

akan semakin cepat pula berputarnya. Pada kebanyakan motor stepper kecepatannya

dapat diatur dalam daerah frekuensi audio dan akan menghasilkan putaran yang

cukup cepat.

2.1.5 PhotoDioda

Fotodioda adalah suatu jenis dioda yang resistansinya berubah-ubah kalau cahaya

yang jatuh pada dioda berubah-ubah intensitasnya. Dalam gelap nilai tahananya

sangat besar hingga praktis tidak ada arus yang mengalir. Semakin kuat cahaya yang

(28)

semakin besar. Fotodioda ini digunakan terutama sebagai saklar elektronik yang

bereaksi akibat perubahan intensitas cahaya.

Fotodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah

besaran cahaya menjadi besaran listrik. Fotodioda merupakan sebuah dioda dengan

sambungan pn yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya. Cahaya yang dapat

dideteksi oleh fotodioda ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya tampak, ultra

ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi fotodioda mulai dari penghitung kendaraan di

jalan umum secara otomatis, pengukur cahaya pada kamera serta beberapa peralatan

di bidang medis.

Gbr 2.1.5 simbol Photodioda

Prinsip kerja dari fotodioda jika sebuah sambungan-pn dibias maju dan

diberikan cahaya padanya maka pertambahan arus sangat kecil sedangkan jika

sambungan pn dibias mundur arus akan bertambah cukup besar. Cahaya yang

dikenakan pada fotodioda akan mengakibatkan terjadinya pergeseran foton yang

akan menghasilkan pasangan electron-hole dikedua sisi dari sambungan. Ketika

elektron-elektron yang dihasilkan itu masuk ke pita konduksi maka elektron-elektron

itu akan mengalir ke arah positif sumber tegangan sedangkan hole yang dihasilkan

mengalir ke arah negatif sumber tegangan sehingga arus akan mengalir di dalam

rangkaian. Besarnya pasangan elektron ataupun hole yang dihasilkan tergantung dari

besarnya intensitas cahaya yang dikenakan pada fotodioda.

2.1.6 Sensor Inframerah

Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk mengubah suatu besaran fisik

menjadi besran listrik sehingga dapat dianalisa demgnan rangkain tertentu,hamper

seluruh rangkaian elektronika mempunyai sensor didalamnya. Prinsip kerja dari alat

ini adalah mengubah energi dari foton menjadi electron. Idelnya satu foton dapat

(29)

panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari

radiasi gelombang radio. Radiasi inframerah jangkuan tiga “orde” dan memiliki

panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm.

Infra merah banyak digunakan pada komunikasi jarak dekat,contoh paling

umum pemakaian IR adalah pada remote control. Gelombang IR mudah

dibuat,harganya rrlatif murahdan lebih bersifat directional tak dapat menembus

tembok atau benda gelap serta memiliki fluktuasi daya tinggi dan dapat diinteferensi

oleh cahaya matahari. Pengirim dan penerima IR menggunakan Emiting Dioda

(LED) dan Photo Sensitive Diode (PSD). Infra merah cukup efektif digunakan jika

alat yang dikontrol terdapat pada lokasi yang sama dan tidak terlalu jauh (kuang

lebih 10 meter dan tidak ada penghalang). Berneda dengan LED biasa,LED Infra

merah pada penggunaanya dapat diaktifkan dengan :

1. Tegangan DC untuk transmisi/sensor jarak dekat

2. Tegangan AC (30 – 40 KHz) untuk transmisi/sensor jarak jauh.

Komponen ini akan mengubah nergi cahaya,dalam hal ini cahaya infra merah

menjadi pulsa – pulsa sinyal. Komponen ini harus mampu mengumpulkan sinyal

infra merah sebanyak mungkin, sehingga pulsa-pulsa sinyal listrik yang dihasilkan

kualitasnya cukup baik. Semakin besar intensitas infra merah yang diterima maka

sinyal pulsa listrik yang dihasilkan akan baik, jika sinyal infra merah yang diterima

intensitasnya lemah maka infra merah tersebut harus mempunyai pengumpul cahaya

(light collector) yang cukup baik dan sinyal pulsa yang dihasilkan oleh sensor infra

merah ini harus dikuatkan.

Prinsip utama dari rangkaian sensor ini seperti layaknya sebuah saklar yang

memberikan perubahan tegangan apabila terdapat penghalang diantara tranceiver dan

receiver. Sensor ini memiliki dua buah piranti yaitu rangkaian pembangkit/pengirim

(Led Infra Merah) dan rangkaian penerima (Fotodioda). Rangkaian

pembangkit/pengirim memancarkan sinar infra merah, kemudian pancarannya

diterima oleh penerima (fotodioda) sehingga bersifat menghantar akibatnya tegangan

(30)

mendapat pancaran sinar infra merah maka akan mnghasilkan tegangan.

2.1.7 IC TIMER 555 DAN 567

Timer 555 merupakan sebuah IC timer yang bekerja berdasar rangkaian RC dan

komparator yang dirangkai dengan komponen digital (R-Sflip-flop). 555 yang

pertama diproduksi oleh Signetics yaitu tipe SE-555 yang bekerja pada -55°C s.d.

125°C dan NE-555 yang bekerja pada 0°C-70°C. Kemudian 555 diproduksi dengan

desain yang berbeda meliputi LM555, 556(versi dual), dan LMC-555(versi CMOS).

Timer 555 beroperasi pada power supply dc +5v s.d. +18V dengan stabilitas

temperatur 50ppm/°C(0,005%/°C). Output 555 dapat berupa arus sink/source hingga

200mA. IC 555 kompatibel dengan komponen-komponen TTL, CMOS, op-amp,

transistor dan jenis IC linear lain.

Keluaran gelombang kotak yang dihasilkan dapat memiliki variasi duty cycle mulai

dari 50 – 99.9% dan frekuensi kurang dari 0,1Hz sampai dengan lebih dari 100KHz.

Rangkaian 555 terdiri atas dua buah komparator tegangan (COMP1 dan COMP2),

sebuah flip-flop kontrol R-S(reset/set) yang dapat direset dari luar melalui pin 4,

sebuah penguat pembalik output (A1), dan sebuah transistor discharge (Q1). Level bias kedua kompartor ditentukan oleh resistor-resistor pembagi tegangan (Ra, Rb,

dan Rc) yang terdapat antara Vcc dan ground. Input inverting komparator1 diberi

masukan 2/3Vcc dan input noninverting dari komparator2 diberi masukan 1/3Vcc.

Berikut adalah fungsi dari masing-masing pin :

Ground (pin1)

Pin ini merupakan titik referensi untuk seluruh sinyal dan tegangan pada rangkaian

(31)

Trigger (pin2)

Masukan trigger biasanya dijaga pada tegangan lebih dari 1/3Vcc agar output pin3

dari IC555 ’low’. Jika masukan trigger menjadi ’low’ (<1/3Vcc) mengakibatkan

output pin3 menjadi ’high’. Otput pin3 akan bertahan ‘high’ selama masukan

triggernya ‘low’, tetapi tidak serta merta menjadi ‘low’ ketika pin2 kembali ‘high’. Output (pin3)

Output pada 555 dapat mengalir arus baik sinking(masuk) maupun sourcing(keluar)

hingga 200mA.

Reset (pin4)

Pin reset ini terhubung dengan input preset dari R-S flip-flop kontrol. Jika pin4 diberi

masukan ’low’ output dari 555 akan serta merta menjadi ’low’. Biasanya, jika tidak

digunakan pin4 dihubungkan ke Vcc untuk menjaga agar tidak terjadi keadaan ’low’.

Control Voltage (pin5)

Biasanya diberi 2/3Vcc (hasil dari pembagi tegangan). Dengan memberi sumber

tegangan eksternal atau dengan menghubungkan sebuah resistor ke ground akan

mengubah duty cycle outputnya.

TreshHold (pin6)

Pin ini terhubung pada input noninverting komparator1 untuk memonitor tegangan

kapasitor pada rangkaian RC eksternal.

Discharge (pin7)

Pin ini terhubung ke kaki kolektor transistor NPN Q1 dan kaki emiter Q1 terhubung

ke groud, basis Q1 terhubung dengan Qnot R-S flip-flop.

Vcc(pin8)

(32)

Dengan menggunakan pasangan NE 555 dan LM 567 kita dapat membuat suatu

sistem pengendali jarak jauh melalui media cahaya infra merah. Sistem ini bekerja

berdasarkan pendeteksian frekuensi dari sinyal yang dipancarkan. Sehingga frekuensi

sinyal pada rangkaian pemancar (NE 555, dapat juga menggunakan LM 567 sebagai

pembangkit frekuensinya) haruslah sama dengan frekuensi dekodernya.

Gbr 2.1.7(a) Rangkaian Pemancar Infra Merah

Seperti telah disebutkan di atas, bagian penerima pun harus memiliki deteksi

frekuensi yang sama dengan frekuensi yang dipancarkan oleh rangkaian NE 555.

Untuk mempermudah proses tunning, maka R1 pada bagian penerima adalah

variabel resistor. Sedangkan pada bagian pemancar adalah bernilai tetap. Ketika

rangkaian telah siap, maka supaya sistem dapat bekerja dengan baik, langkah

pertama yang dilakukan adalah melakukan tunning, dengan cara bagian pemancar

dihidupkan terus menerus, sedangkan R1 pada bagian penerima diatur nilainya

sampai dapat mendeteksi sinyal pemancar (dapat diketahui dengan reaksi relay yang

(33)

Gbr 2.1.7 (b) Rangkaian Penerima Infra Merah

2.1.8Buzzer

Rangkain alarm adalah rangkaian yang berfungsi untuk memberikan sinyal

informasi ketika terjadi sebuah kaeadaan dimana saat photodiode yang terletak

disekitar etalase terganggu.Dalam proyek ini buzzer digunakan sebagai sebagai

(34)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT DAN PERANCANGAN PROGRAM

3.1 Perancangan Alat

3.1.1 Diagram Blok

Secara garis besar,diagram blok dari rangkaian proyek Tugas Akhir ini

ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1.1 Diagram Blok Rangkaian

Desain rangkaian diatas terdiri dari :

1. Rangkaian sensor gerak berfungsi untuk mendeteksi adanya gerakan yang

menganggu sensor.

2. Limit switch berfungsi untuk membatasi gerakan / putaran motor stepper.

(35)

3. Saklar manual berfungsi untuk memutar motor keatas atau kebawah dengan

cara menekan saklar.

4. Jembatan H berfungsi sebagai driver yang akan menggerakkan motor stepper

berdasarkan logika yang diterimanya dari mikrokontroler.

5. Mikrokontroler berfungsi sebagai otak rangkaian

Prinsip Kerja Diagram Blok

Pada kedaan awal system diaktifkan,dimana proyek Tugas Akhir ini penulis

menggunakan sensor gerak (photodioda) sebagai pendeteksi gerak.Rangkaian sensor

terdiri dari 12 sensor gerak.Ketika salah satu sensor terganggu maka sinyal yang

terdeteksi oleh sensor tersebut akan dikirim ke Mikrokontroler AT89S51 yang

berfungsi sebagai basis (otak) pada system ini.Dan berdasarkan perintah yang telah

terprogram pada Mikrokontroler AT89S51 maka mikrokokontroler tersebut akan

memberikan perintah pada jembatan H agar motor stepper berputar untuk

menurunkan etalase ,motor stepper berhenti turun jika telah mengenai limit swith

bawah.Untuk menaikan etalase kembali cukup dengan menekan saklar manual

naik.secara otomatis motor stepper akan berputar naik dan berhenti jika mengenai

limit switch atas.

3.1.2 Rancangan Rangkaian Sensor Inframerah

Untuk mendeteksi ada tidaknya benda yang melintas di atas atau di samping

alat, digunakanlah sensor inframerah. Sensor terdiri dari LED pemancar inframerah

dan sebuah photodioda.

Setiap pantulan inframerah yang diterima oleh photodioda akan diolah dan

dijadikan data digital, sehingga bila photodioda mendapatkan pantulan

dari pemancar inframerah, maka akan mengirimkan sinyal low ke mikrokontroler

AT89S51. Kondisi tersebut menandakan bahwa ada benda yang melintas di depan

sensor. Sebaliknya, ketika tidak ada benda yang melintas di depan sensor, maka

(36)

VCC

5V

Infra Merah

100 100

Infra Merah 100

Rangkaian pemancar inframerah tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.1.2 (a) Rangkaian Pemancar inframerah

Pada rangkaian di atas digunakan 3 buah LED inframerah yang diparalelkan,

dengan demikian maka intensitas yang dipancarkan oleh inframerah semakin kuat,

karena merupakan gabungan dari 3 buah LED inframerah. Resistor yang digunakan

adalah 100 ohm sehingga arus yang mengalir pada masing-masing LED inframerah

adalah sebesar:

5

0, 05 50

100

V

i A atau mA

R

  

Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED inframerah, maka intensitas pancaran

inframerah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pantulannya akan semakin

jauh.

Pantulan dari sinar inframerah akan diterima oleh potodioda, kemudian akan

diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika potodioda

menerima pantulan sinar inframerah maka output dari rangkaian penerima ini akan

mengeluarkan logika low (0), namun jika potodioda tidak menerima pantulan sinar

inframerah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high

(37)

Gambar 3.1.2 (b) Rangkaian Sensor Inframerah

Rangkaian ini menggunakan IC LM 358 sebagai penguat tegangan yang

dihasilkan photodioda. Satu buah IC ini memiliki dua penguat operasional (op-amp).

Pada rangkaian ini, kedua op-amp tersebut digunakan. Sehingga sinyal dari

photodioda mengalami dua kali penguatan.

Sesuai gambar, maka besar penguatan op-amp tergantung pada besarnya

tahanan variable yang digunakan. Pada prakteknya, tahanan variable tersebut ditrim

pada kisaran harga 20KOhm, sehingga besar penguatan op-amp adalah:

kali

A

KK

2

10 20

Dari hasil pengukuran, tegangan pada photodiode pada saat terkena pantulan

inframerah adalah sekitar 1,1 Volt dan menjadi sekitar 0,03 Volt ketika tidak terkena

pantulan inframerah.

Tegangan tersebut diumpankan pada op-amp dengan faktor penguatan 2 kali,

sehingga tegangan keluarannya pada saat terkena sinar inframerah sekitar 2,2 Volt,

sedangkan saat tidak terkena sinar inframerah sekitar 0,06Volt. Namun, tegangan ini

masih diumpankan lagi pada op-amp yang kedua. Dengan faktor penguatan yang

(38)

saat tidak terkena inframerah sekitar 0,12 Volt. Tegangan inilah yang selanjutnya

diumpankan ke basis transistor C945.

Transistor akan aktif ketika tegangan basisnya lebih besar dari 0,7 Volt.

Maka, ketika basisnya mendapat tegangan 4,4 Volt (saat photodioda terkena sinar

inframerah), transistor aktif. Aktifnya transistor ini akan menyebabkan

mikrokontroler mendapatkan logika low dan LED indikator akan mati. Hal

sebaliknya akan berlaku ketika photodioda tidak mendapatkan pantulan sinar

inframerah.

3.1.3 Perancangan Driver penggerak Motor Stepper (Jembatan H)

Rangkaian untuk mengendalikan perputaran motor stepper pada alat ini

adalah sebuah rangkaian yang dikenal dengan jembatan H. Jembatan H ini terdiri

dari 4 buah transistor, dimana 2 buah transistor bertipe NPN dan 2 buah transistor

lagi bertipe PNP. Ke-4 transistor ini dirangkai sedemikian rupa sehingga dengan

memberikan sinyal low atau high pada rangkaian maka perputaran motor dapat

diatur. Gambar rangkaiannya ditunjukkan pada gambar berikut ini:

(39)

Pada rangkaian di atas, jika P0.0 diset high yang berarti P0.0 mendapat

tegangan 5 volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 yang disebelah kiri akan

aktip. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan mendapat

tegangan 0 volt dari ground. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah

kiri atas diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari

transistor TIP 127 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini

aktip (transistor tipe PNP akan aktip jika tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34

volt). Aktifnya transistor PNP TIP 127 ini akan mengakibatkan kolektornya

terhubung ke emitor sehingga kolektor mendapatkan tegangan 5 volt dari Vcc.

Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah

diumpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor

TIP 122 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini tidak aktip

(transistor tipe NPN akan aktip jika tegangan pada

basis lebih besar dari 0,7 volt). Karena transistor TIP 122 ini tidak aktip, maka

kolektornya tidak terhubung ke emitor, sehingga kolektor tidak mendapatkan

tegangan 0 volt dari ground.

Karena kolektor TIP 122 dihubungkan dengan kolektor TIP 127 yang

mendapatkan tegangan 5 volt dari Vcc, maka kolektor dari TIP 122 juga

mendapatkan tegangan yang sama.

Pada rangkaian di atas, jika P0.1 diset low yang berarti P0.1 mendapat

tegangan 0 volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 yang disebelah kanan tidak

akan aktif. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan

mendapat tegangan 5 volt dari Vcc. Kolektor dari transistor C945 yang berada di

sebelah kanan atas diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga

basis dari transistor TIP 127 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan

transistor ini tidak aktif. Akibat transistor PNP TIP 127 tidak aktip maka

kolektornya tidak terhubung ke emitor sehingga kolektor tidak mendapatkan

tegangan 5 volt dari Vcc, tetapi mendapatkan tegangan yang berasal dari transistor

TIP 122 yang berada di bawahnya.

Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah

(40)

TIP 122 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini menjadi

aktif.

Karena transistor TIP 122 ini menjadi aktif, menyebabkan kolektornya terhubung ke

emitor, sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.

Karena kolektor TIP 122 yang mendapatkan teganagan 0 volt dari ground

dihubungkan dengan kolektor TIP 127, maka kolektor dari TIP 127 juga

mendapatkan tegangan yang sama. Hal ini menyebabkan kaki motor sebelah kanan

mendapatkan tegangan 0 volt (polaritas negatip).

Prinsip tersebut digunakan pada saat menghidupkan motor stepper. Prinsip

kerja dari motor stepper yaitu pembangkitan medan magnet untuk memperoleh gaya

tarik ataupun gaya lawan dengan menggunakan catu tegangan DC pada lilitan/

kumparannya. Bila kumparan mendapatkan logika ‘1’ – maka akan dibangkitkan

kutub magnet yang berlawanan dengan kutub magnet tetap pada rotor. Sehingga

posisi kutub magnet rotor akan ditarik mendekati lilitan yang menghasilkan kutub

magnet berlawanan tadi. Bila langkah berikutnya lilitan yang bersebelahan diberi

tegangan, sedangkan catu tegangan lilitan sebelumnya dilepas, maka kutub magnet

tetap pada rotor itu akan berpindah posisi menuju kutub magnet lilitan yang

dihasilkan. Berarti telah terjadi gerakan 1 step. Bila langkah ini diulang

terus-menerus, dengan memberikan tegangan secara bergantian kelilitan-lilitan yang

bersebelahan, maka rotor akan “berputar”.

Logika perputaran rotor tersebut dapat dianalogikan secara langsung dengan

data ‘0’ atau ‘1’ yang diberikan secara serentak terhadap semua lilitan stator Motor.

Untuk motor DC Stepper 4 fasa pada prinsipnya ada dua macam cara, yaitu full step

(41)

Seperti terlihat pada table berikut ini :

Step ke Full Step Half Step

1 1 0 0 0 1 0 0 0

2 0 1 0 0 1 1 0 0

3 0 0 1 0 0 1 1 0

4 0 0 0 1 0 1 1 0

5 Berulang ke step 1 0 0 1 0

6 0 0 0 1

7 0 0 0 1

8 1 0 0 1

Tabel 3.1.3 Full Step dan Half Step

Pada Full Step, suatu titik pada sebuah kutub magnet dirotor akan kembali

mendapat tarikan medan magnet stator pada lilitan yang sama setelah step ke 4.

Berikutnya dapat diberikan lagi mulai dari step 1. Untuk Half Step, setiap kutup

magnet pada rotor akan kembali mendapatkan tarikan dari medan magnet lilitan yang

sama setelah Step ke 8. Berikutnya kembali mulai step 1.

Dengan memberikan logika secara bergantian dan berurutan pada pin-pin input

rangkaian jembatan H, maka pergerakan motor stepper dapat diatur.

3.1.4 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.

Kompoen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC

inilah semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan

(42)

Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1.4 Rangkaian mikrokontroller AT89S51

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

mikrokontroller AT89S52 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19

dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 30 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroller AT89S52 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam

program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke

tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang

merupakan saluran/bus I/O 8 bit open kolektor dapat juga digunakan sebagai

multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

eksternal. Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10

sampai 17 adalah port 3.

Pin 17 yang merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah

LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakan rangkaian minimum

mikrokontroller AT89S52 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program

sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum

tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 17

sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum

(43)

Vreg

tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground

pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan

dengan + 5 volt dari power supplay

3.1.5 Rangkaian Catu Daya (PSA)

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,

keluaran 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian, sedangkan

keluaran 12 volt digunakan untuk menghidupkan motor stepper. Rangkaian tampak

seperti gambar di bawah ini :

Gambar 3.1.5 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

(44)

3.1.6 Rangkaian AND Gate

Rangkaian ini digunakan untuk menghemat penggunaan pin pada

mikrokontroler dan mempermudah pemrograman. Berikut ini adalah gambar

rangkaian yang digunakan pada alat ini:

Gambar 3.1.6 Rangkaian AND Gate

Ketika semua input dari gerbang AND tersebut bernilai 1 (sensor dalam

keadaan tidak terganggu), maka output dari rangkaian ini akan juga bernilai 1 (sesuai

dengan sifat gerbang AND). Output rangkaian ini nantinya dihubungkan dengan pin

mikrokontroler dan sebuah rangkaian indikator yang tersusun dari sebuah transistor,

resistor dan led. Ketika output dari rangkaian AND Gate ini bernilai 1, maka led

akan menyala.

Namun, ketika terdapat gangguan pada salah satu sensor, maka input salah satu

gerbang AND tersebut akan mendapatkan logika 0. Ini akan menyebabkan logika

yang dikirimkan pada mikrokontroler adalah 0. Keadaan ini akan menyebabkan led

(45)

Dengan demikian, mikrokontroler hanya perlu memeriksa 1 pin untuk

mengetahui ada tidaknya gangguan pada 12 sensor yang dihubungkan padanya.

3.1.7 Rangkaian Alarm

Gambar 3.1.7 Rangkaian Alarm

Pada alat ini, alarm yang digunakan adalah buzzer 12 volt. Buzzer ini akan

berbunyi jika positipnya dihubungkan ke sumber tegangan positip dan negatipnya

negatipnya dihubungkan ke ground.

Pada rangkaian di atas transistor berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat

menghidupkan dan mematikan buzzer. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip

buzzer dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN, ini berarti jika transistor dalam

keadaan aktip maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung

terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan

di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan buzzer berbunyi.

Sebaliknya jika transistor tidak aktip, maka kolektor tidak terhubung ke

emitor,sehingga tegangan pada kolektor menjadi 5 volt, keadaan ini menyebabkan

buzzer mati.

Transistor yang digunakan dalam rangkaian di atas adalah transistor jenis

NPN, transistor jenis ini akan aktip apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7

volt. Resistor 4,7 Kohm pada basis berguna untuk membatasi arus yang masuk pada

(46)
(47)

Program diawali dengan memeriksa keadaan pada tombol auto. Ketika

tombol auto bernilai 1, maka benda dapat dinaikkan atau diturunkan secara manual

dengan cara menekan tombol untuk naik atau pun turun. Namun, ketika tombol auto

bernilai 0, maka alat akan bekerja berdasarkan logika yang diperoleh dari sensor.

Dengan demikian, untuk menentukan fungsi automatis atau manual dari alat, tombol

auto perlu di set terlebih dahulu sebelum alat dinyalakan.

Ketika alat berjalan dalam mode auto, maka alat akan bekerja berdasarkan logika

yang diterimanya dari sensor. Ketika sensor bernilai 1 (tidak ada yang mengganggu

sensor), maka alat tidak akan melakukan respon apa-apa. Dengan kata lain, alat

menunggu adanya gangguan pada sensor. Ketika sensor bernilai 0 (sensor dalam

keadaan terganggu), mikrokontroler akan segera menyalakan alarm, kemudian

menurunkan alat. Setelah itu, alat akan menunggu adanya sinyal dari remote

inframerah. Ketika pin dari remote inframerah tersebut bernilai 0, selanjutnya alat

akan menunggu adanya penekanan pada tombol naik manual untuk mematikan alarm

dan menaikkan alat kembali.

3.2.2 Program Sistem Pengamanan Ruangan

$regfile = "reg51.dat"

Stepper1 Alias P0.0

Stepper2 Alias P0.1

Stepper3 Alias P0.2

Stepper4 Alias P0.3

Buzzer Alias P0.4

Limit_atas Alias P3.0

Limit_bawah Alias P3.1

Sensor_ir Alias P1.0

Dari_remote Alias P1.1

(48)

Tact_turun Alias P1.6

Auto Alias P1.7

Reset Buzzer

Do

If Auto = 0 Then

Gosub Auto

End If

Gosub Manual

Loop

Auto:

If Sensor_ir = 0 Then

Set Buzzer

Gosub Turun

Do

Loop Until Dari_remote = 0

Do

Loop Until Tact_angkat = 0

Reset Buzzer

Gosub Angkat

End If

Return

Manual:

If Tact_angkat = 0 Then

Gosub Angkat

End If

If Tact_turun = 0 Then

(49)

End If

Loop Until Limit_atas = 0

Return

(50)

If Limit_bawah = 0 Then

Loop Until Limit_atas = 0

(51)

BAB 4

PENGUJIAN RANGKAIAN DAN PEMBAHASAN SISTEM

4.1 Pengujian Rangkaian

4.1.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler

Untuk mengetahui rangkaian mikrokontroler ini sudah bekerja dengan baik,

maka dilakukan pengujian. Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan

program sederhana pada mikrokontroler AT89S52. Programnya adalah sebagai

berikut:

loop:

setb p2.7

acall tunda

clr p2.7

acall tunda

sjmp loop

tunda:

mov r7,#0ffh

tnd:

mov r6,#0ffh

djnz r6,$

djnz r7,tnd

ret

Program ini ditujukan untuk menghidupkan LED yang terhubung pada p2.7,

dan kemudian mematikannya kembali selama selang waktu tertentu secara terus

(52)

menyebabkan transistor akan aktif. Aktifnya transistor akan memicu hidupnya LED.

Perintah acall tunda akan menyebabkan LED tersebut akan menyala selama selang

waktu tertentu. Setelah itu, dengan perintah clr p2.7, p2.7 akan berlogika low. Hal ini

menyebabkan LED mati. LED akan mati selama beberapa saat karena adanya

pemanggilan waktu tunda kembali yang ditandai dengan perintah acall tunda.

Keadaan ini akan berulang – ulang, sehingga LED akan terlihat kelap – kelip.

Jika program tersebut diisikan, kemudian nyala LED terlihat kelap kelip

maka rangkaian tersebut telah bekerja dengan baik.

4.1.2 Pengujian Rangkaian Sensor Inframerah

Rangkaian sensor inframerah dikatakan bekerja dengan baik ketika

photodioda mendapat pantulan sinar inframerah, LED indikator pada rangkaian

inframerah akan menyala. Dan ketika tegangannya diukur akan menunjukkan 0V.

Sebaliknya, ketika photodioda tidak mendapat pantulan sinar inframerah, LED

indikator pada rangkaian inframerah tidak menyala. Dan ketika diukur, tegangan

keluarannya akan bernilai 5V. Trimpot digunakan untuk mengatur sensitivitas dari

sensor inframerah ini.

4.1.3 Pengujian Rangkaian Driver Motor Stepper

Rangkaian driver motor stepper dapat diuji dengan menggunakan perangkat

lunak (software) yaitu bahasa assembly. Pengujian dengan prosedur pada program

dilakukan untuk mengetahui apakah rangkaian driver motor stepper ini dapat

beroperasi sesuai dengan data/perintah yang ditentukan.

(53)

;---

;Rutin angkat benda

;---

Angkat:

Clr Stepper1

Clr Stepper2

Clr Stepper3

Setb Stepper4

acall tunda

Clr Stepper1

Clr Stepper2

Setb Stepper3

Clr Stepper4

acall tunda

Clr Stepper1

Setb Stepper2

Clr Stepper3

Clr Stepper4

acall tunda

Setb Stepper1

Clr Stepper2

Clr Stepper3

Clr Stepper4

acall tunda

(54)

Program diatas digunakan untuk menggerakkan motor stepper untuk

mengangkat benda ke atas.

4.1.4 Pengujian Rangkaian Catu Daya (PSA)

Rangkaian ini dikatakan baik apabila ketika rangkaian dinyalakan, LED

indikator akan menyala. Kemudian, ketika tegangan keluaran diukur akan

menunjukkan 5V dan 12V.

4.1.5 Pengujian Rangkaian AND Gate

Rangkaian ini diuji dengan cara memberikan logika 1 pada ke-12 inputnya, maka led

indikator akan menyala. Kemudian, salah satu inputnya diberikan logika 0, maka

hasil yang di dapatkan adalah led indikator tidak menyala. Ketika kedua hasil ini

sudah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa rangkaian yang dibuat sudah dalam

keadaan baik.

4.4.5 Pengujian Rangkain Alarm

Rangkaian ini diuji dengan cara memberikan logika 0 dan 1 secara bergantian

pada salurannya inputnya. Ketika diberi logika 1, buzzer akan berbunyi. Ketika

diberi logika 0, buzzer tidak berbunyi. Jika rangkaian memberi respon demikian,

(55)

4.2 Analisa

Setelah keseluruhan dibuat dan diuji,maka berikut ini adalah rangkaian kerja

dari simulasi pengaman ruangan terhadap barang berharga dengan menggunkan

CCTV yang menjadi proyek Tugas akhir penulis :

1. Pada saat Power Supply dihubungkan ke sumber tegangan maka sensor yang

diletakan di etalase sebagai tempat barang berharga akan bekerja.

2. Ketika sensor terganggu maka sensor akan mengirim data ke mikrokontroler

dan memerintahkan motor untuk berputar sehingga etalase akan turun dan

buzzer pun berbunyi.

3. Untuk menaikan kembali etalase digunakan remot control infra merah

4. CCTV pada system ini hanya sebagai pemantau seluruh kegiatan yang terjadi

Gambar

Gambar 2.1.1.2 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89C51
Tabel 2.1.1.2 Fungsi masing-masing pin pada port 3
Gambar 2.1.1.6 Power On Reset
gambar video yang dihasilkan oleh network camera sudah berbentuk digital
+7

Referensi

Dokumen terkait