PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMILIK BENGKEL AC MOBIL TENTANG PEMAKAIAN CFC SEBAGAI POLUTAN GAS RUMAH KACA PADA BENGKEL AC MOBIL DI KELURAHAN PETISAH TENGAH
KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
061000029
GABRIELLA SEPTIANI NASUTION
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMILIK BENGKEL AC MOBIL TENTANG PEMAKAIAN CFC SEBAGAI POLUTAN GAS RUMAH KACA PADA BENGKEL AC MOBIL DI KELURAHAN PETISAH TENGAH
KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM. 061000029
GABRIELLA SEPTIANI NASUTION
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul:
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMILIK BENGKEL AC MOBIL TENTANG PEMAKAIAN CFC SEBAGAI POLUTAN GAS RUMAH KACA PADA BENGKEL AC MOBIL DI KELURAHAN PETISAH TENGAH
KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 061000029
GABRIELLA SEPTIANI NST
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 25 Juni 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Ir. Evi Naria, M.Kes dr. Surya Dharma, MPH NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. NIP. 19580404 198703 2 002
Penguji II Penguji III
dr. Devi N. Santi, MKes Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19700219 199802 2 001 NIP. 19650109 199403 2 002
Medan, Juli 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
ABSTRAK
Suhu atmosfer ditentukan oleh kadar gas yang disebut gas rumah kaca (GRK) yang dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca sehingga terjadi pemanasan suhu bumi dan penipisan lapisan ozon. Chlorofluorocarbon (CFC) merupakan salah satu jenis gas rumah kaca yang yang salah satunya berasal dari kegiatan servicing AC mobil. Munculnya permasalahan CFC disebabkan banyaknya jumlah pendingin yang berisi Freon atau refrigerant palsu yang tidak aman bagi lingkungan dan dikarenakan terjadinya kebocoran pada proses servicing AC mobil.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik bengkel AC mobil tentang pemakaian CFC sebagai gas rumah kaca di Kelurahan Petisah Tengah. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 36 responden yang dipilih secara total sampling. Penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pemilik bengkel AC mobil memiliki pengetahuan baik 4 orang (11,1%), pengetahuan sedang 23 orang (63,9%) dan pengetahuan buruk 9 orang (25,0%) terhadap pemakaian CFC sebagai polutan gas rumah kaca. Sikap baik sebanyak 21 orang (58,3%), sikap sedang 15 orang (41,7%) dan tidak ada responden yang memiliki sikap kurang terhadap pemakaian CFC sebagai polutan gas rumah kaca. Tindakan baik 8 orang (22,2%), tindakan sedang 28 orang (77,8%) dan tidak ada responden yang memiliki tindakan kurang terhadap pemakaian CFC sebagai polutan gas rumah kaca.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa pengetahuan dan tindakan pemilik bengkel AC mobil di Kelurahan Petisah Tengah berada dalam kategori sedang dan sikap responden berada dalam kategori baik. Oleh sebab itu, pemilik bengkel AC mobil perlu diberikan informasi, penyuluhan dan pelatihan tentang pemakaian CFC agar pemilik bengkel lebih paham tentang jenis CFC yang aman dan pengendaliannya agar tidak merusak lingkungan. Informasi dapat diberikan melalui pembagian leaflet, pemasangan poster ataupun spanduk di sekitar lokasi bengkel agar informasi lebih mudah diterima responden sehingga tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik bengkel dapat lebih baik lagi.
ABSTRACT
Atmospheric temperature was determined by the levels of gases called green
house gases that could cause the greenhouse effect causing global warming and ozone depletion. Chlorofluorocarbon (CFCs) was one type of greenhouse gases, one of which comes from automobile air conditioner servicing activities. This problem occurred since the use of air conditioner contained freon or refrigerant fake which is unsafe for environment and the occurrence of leaks in car air conditioning servicing process.
The purpose of this study was to determine knowledge, attitudes and actions of the car air conditioner repair shop owners about CFCs as greenhouse gases usage in Kelurahan Petisah Tengah on 2010. The method used in this study is to interview using a questionnaire to 36 respondents who selected by total sampling. This study was descriptive survey and the results are presented in the form of frequency distribution tables.
Results showed that there were four (11,1 %) car air conditioner repair shop owners with good knowledge, 23 persons (63,9%) had medium knowledge and nine persons (25,0%) had bad knowledge about CFCs as greenhouse gases usage. There were 21 persons (58,3%) with good attitude, 15 persons (41,7%) had medium attitude and no respondent had bad attitude about CFCs as greenhouse gases usage. There were eight persons (22,2%) with good action, 28 persons (77,8%) had medium action and no respondent had bad action about CFCs as greenhouse gases usage.
The conclusion of this research was that knowledge and action car repair shop owner in Kelurahan Petisah Tengah was in the category medium and attitudes of respondents were in either category. Therefore, a car air conditioner repair shop owners need to be provided with information, counseling and training on the use of CFCs so that the owners can understand better about the types of CFCs and control the effect so as it not contaminate the environment. Information can be provided through the distribution of leaflets, posters or banners around the garage, so the information was easily accept by respondents that the level of knowledge, attitudes and actions of the owner can be even better.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : GABRIELLA SEPTIANI NASUTION
Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 12 September 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 5 dari 5 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jln. Karya Jaya/Karya Muda No. 4 Medan. Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1994-2000 : SD Tunas Kartika I Medan 2. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 7 Medan 3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 2 Medan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Pemilik Bengkel AC Mobil Tentang Pemakaian CFC Sebagai Polutan Gas Rumah Kaca Pada Bengkel AC Mobil di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Tahun 2010”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak nasehat, bantuan dan bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses penyelesaian pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Ibu Ir. Evi Naria, Mkes selaku dosen pembimbing I dan Bapak
dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing II yang telah begitu sabar
memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
2. Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
beserta seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.
3. dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen Pembimbing Akademik dan juga
sebagai Tim Penguji Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Dedi Jaminsyah Putra selaku Kepala Kelurahan Petisah Tengah beserta staf
khususnya kepada Pak Mis yang telah memberikan izin dan membantu penulis.
6. Indra Bangsawan Harahap, SP selaku staf Badan Lingkungan Hidup Kota
Medan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Teristimewa kepada orangtua tercinta Ayahanda Djauhar Azwani Nst dan Ibunda Hj. Erdawati, terima kasih untuk kasih sayang yang luar biasa, terima kasih juga untuk motivasi, semangat dan dukungan moril maupun materil dan doa selama ini.
8. Kepada Om dan Tanteku yang telah memberikan banyak dukungan, terkhusus kepada Ir. H. Chairansyah dan Hj. Lilayati untuk motivasinya selama ini. 9. Untuk kakak dan abang ku tersayang Ir. Lydia Octrina, Ir. Firdaus Fajar
Putra, Iwan Muda, Boy Erwan, Ari Rivelino dan juga Siska Sylvia, Evi , July dan sepupuku Novalliansyah, SE dan Poppy Yunita, Amd dan seluruh
keluarga besar Alm. Basyir Nasution dan keluarga Alm. H. Zainuddin terima kasih untuk kebersamaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 10.Sahabat-sahabat terbaikku yang membahana di Kepinkpink, Neni Rose, Asri
Budiningsih, Sylvia Azhari terima kasih untuk kebersamaan, dukungan dan
semangat yang kalian berikan selama ini. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang perfeksionis, Nurhayati Siregar, Fadlilah Widyaningsih dan Widya
Agnesia, SKM terima kasih untuk dukungan yang tak ternilai, tempat berbagi
suka dan duka dan khususnya perMDS an.
11.Untuk Berkat Putra AYS terima kasih untuk semangat, perhatian dan dukungan yang diberikan dan juga terima kasih sudah memberi warna bagi penulis. Untuk sahabat-sahabatku tersayang dan tak tergantikan Elfrida
J.Hutagaol, Iskandar Zulkarnaen, SKM ; Tri Hendra A. Dinata, Andriansyah Munthe, Efrata Sobirin, Olvariani Sitepu, Aysyahtun Srg, Mhd. Aulia, Rahmadini, SKM; dan Deslimah Lubis, SKM terima kasih
12.Terima kasih juga kepada Novita Sari, Aswin Budi, Leny Mairani,
Syuharni Nihe, Erwina Rafni Hrp, Dede Hariani, Roy Antonius, Mansursyah, Iqbal Octary, Azmi Rifaatul, Herlina A. Keliat dan Nata Permina untuk motivasi dan teman berbagi selama ini.
13.Teman-teman di FKM, khususnya Departemen Kesling dan juga teman-teman stambuk 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
14.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin
Medan, Juni 2010 Penulis
2.6.2. Pengganti CFC pada AC Mobil ... 36
2.7. Perilaku... 37
2.7.1.PengertianPerilaku ... 37
2.7.2.Bentuk –bentuk Perilaku ... 39
2.7.3. Domain Perilaku... 40
2.7.3.1. Pengetahuan (Knowledge) ... 40
2.7.3.2. Sikap (Attitude) ... 42
2.7.3.2. Tindakan atau Praktek (Practise) ... 43
2.8. Kerangka Konsep... 45
BAB V PEMBAHASAN ... 72
5.1. Karakteristik Pemilik Bengkel AC Mobil di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah ... 72
5.2. Pengetahuan ... 74
5.3. Sikap... 77
5.2. Tindakan ... 81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
6.1. Kesimpulan ... 86
6.2. Saran... 87
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pembagian Lapisan Atmosfer Menurut Perbedaan Suhu ... 10
Tabel 2.2. Beberapa Refrigeran dan Nilai ODP/Ozone Depleting Potential .... 24 Tabel 2.3 Pengelompokkan mesin refrigeran berdasarkan aplikasinya ... 25 Tabel 2.4 Jenis warna untuk tabung tiap jenis refrigeran ... 25
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Pemilik Bengkel AC Mobil
di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2010 ... 55 Tabel 4.2. Sumber Informasi Responden Pemilik Bengkel AC Mobil
di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2010 ... 56 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang
Pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) Sebagai Polutan
Gas Rumah Kaca di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2010 ... 57
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) Sebagai Polutan
Gas Rumah Kaca di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2010 ... 63
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) Sebagai Polutan Gas
Rumah Kaca di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2010 ... 66 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang
Pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) Sebagai Polutan Gas
Rumah Kaca di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2010 ... 68 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang
Pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) Sebagai Polutan Gas
Rumah Kaca di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2010 ... 69 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Tentang
Pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) Sebagai Polutan Gas
Rumah Kaca di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2010 ... 69
Tabel 4.9. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Responden dengan
Tabel 4.10.Tabulasi Silang Antara Tingkat Pengetahuan Responden dengan Sikap Tentang Pemakaian CFC Sebagai Gas Rumah Kaca ... 70
Tabel 4.11.Tabulasi Silang Antara Tingkat Pengetahuan Responden dengan Tindakan Pemakaian CFC Sebagai Gas Rumah Kaca ... 71
Tabel 4.12. Tabulasi Silang Antara Tingkat Sikap Responden dengan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pemilik Bengkel AC Mobil di Kelurahan Petisah Tengah
Lampiran 2. Master Data Hasil Penelitian
Lampiran 3. Keterangan Master Data Hasil Penelitian Lampiran 4. Hasil Analisis Data
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lampiran 6. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kantor Kecamatan Medan Petisah
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Suhu atmosfer ditentukan oleh kadar gas yang disebut gas rumah kaca (GRK) yang dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca sehingga terjadi pemanasan suhu bumi dan penipisan lapisan ozon. Chlorofluorocarbon (CFC) merupakan salah satu jenis gas rumah kaca yang yang salah satunya berasal dari kegiatan servicing AC mobil. Munculnya permasalahan CFC disebabkan banyaknya jumlah pendingin yang berisi Freon atau refrigerant palsu yang tidak aman bagi lingkungan dan dikarenakan terjadinya kebocoran pada proses servicing AC mobil.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik bengkel AC mobil tentang pemakaian CFC sebagai gas rumah kaca di Kelurahan Petisah Tengah. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap 36 responden yang dipilih secara total sampling. Penelitian ini adalah penelitian survey bersifat deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pemilik bengkel AC mobil memiliki pengetahuan baik 4 orang (11,1%), pengetahuan sedang 23 orang (63,9%) dan pengetahuan buruk 9 orang (25,0%) terhadap pemakaian CFC sebagai polutan gas rumah kaca. Sikap baik sebanyak 21 orang (58,3%), sikap sedang 15 orang (41,7%) dan tidak ada responden yang memiliki sikap kurang terhadap pemakaian CFC sebagai polutan gas rumah kaca. Tindakan baik 8 orang (22,2%), tindakan sedang 28 orang (77,8%) dan tidak ada responden yang memiliki tindakan kurang terhadap pemakaian CFC sebagai polutan gas rumah kaca.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa pengetahuan dan tindakan pemilik bengkel AC mobil di Kelurahan Petisah Tengah berada dalam kategori sedang dan sikap responden berada dalam kategori baik. Oleh sebab itu, pemilik bengkel AC mobil perlu diberikan informasi, penyuluhan dan pelatihan tentang pemakaian CFC agar pemilik bengkel lebih paham tentang jenis CFC yang aman dan pengendaliannya agar tidak merusak lingkungan. Informasi dapat diberikan melalui pembagian leaflet, pemasangan poster ataupun spanduk di sekitar lokasi bengkel agar informasi lebih mudah diterima responden sehingga tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik bengkel dapat lebih baik lagi.
ABSTRACT
Atmospheric temperature was determined by the levels of gases called green
house gases that could cause the greenhouse effect causing global warming and ozone depletion. Chlorofluorocarbon (CFCs) was one type of greenhouse gases, one of which comes from automobile air conditioner servicing activities. This problem occurred since the use of air conditioner contained freon or refrigerant fake which is unsafe for environment and the occurrence of leaks in car air conditioning servicing process.
The purpose of this study was to determine knowledge, attitudes and actions of the car air conditioner repair shop owners about CFCs as greenhouse gases usage in Kelurahan Petisah Tengah on 2010. The method used in this study is to interview using a questionnaire to 36 respondents who selected by total sampling. This study was descriptive survey and the results are presented in the form of frequency distribution tables.
Results showed that there were four (11,1 %) car air conditioner repair shop owners with good knowledge, 23 persons (63,9%) had medium knowledge and nine persons (25,0%) had bad knowledge about CFCs as greenhouse gases usage. There were 21 persons (58,3%) with good attitude, 15 persons (41,7%) had medium attitude and no respondent had bad attitude about CFCs as greenhouse gases usage. There were eight persons (22,2%) with good action, 28 persons (77,8%) had medium action and no respondent had bad action about CFCs as greenhouse gases usage.
The conclusion of this research was that knowledge and action car repair shop owner in Kelurahan Petisah Tengah was in the category medium and attitudes of respondents were in either category. Therefore, a car air conditioner repair shop owners need to be provided with information, counseling and training on the use of CFCs so that the owners can understand better about the types of CFCs and control the effect so as it not contaminate the environment. Information can be provided through the distribution of leaflets, posters or banners around the garage, so the information was easily accept by respondents that the level of knowledge, attitudes and actions of the owner can be even better.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat hubungannya dengan aktivitas manusia untuk mengejar kehidupan modern.
(Darmono, 2001). Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi akan mengubah iklim lokal, regional, dan global, sehingga menaikkan jumlah radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke permukaan bumi (Darmono, 2001).
Isu kerusakan lingkungan yang saat ini sudah menjadi masalah regional bahkan sudah menjadi kekhawatiran internasional yaitu terjadinya penipisan lapisan
ozon. Mulanya lapisan ozon (O3
Bahan kimia yang diidentifikasi dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon adalah senyawa kimia yang mengandung atom chlorine dan bromine. Salah satu
senyawa kimia yang mengandung atom chlorine tersebut adalah CFC (Chlorofluorocarbon) yang merupakan salah satu gas rumah kaca. Gas rumah kaca inilah yang nantinya menyebabkan radiasi matahari terperangkap di atmosfer bumi. ) ini berfungsi dengan baik menyerap energi tinggi sinar ultraviolet matahari. Namun terjadinya penipisan lapisan ozon di stratosfir 10 hingga 15 kilometer di atas permukaan bumi mengakibatkan sinar ultraviolet masuk
Hal ini berlangsung berulang kali, lalu terjadilah akumulasi radiasi matahari di
atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat.
Kegiatan servicing lemari es dan AC (Air Conditioner) pada mobil merupakan
sektor yang memanfaatkan chlorine pada CFC (chlorofluorocarbon) dan HCFC
(hydrochloro-fluorocarbon) yaitu digunakan sebagai bahan pendingin. Penyelidikan
membuktikan CFC juga menyumbang 15 persen terjadinya Efek Rumah Kaca di
samping gas karbon (CO2), metana (CH4), dan nitrogen (NOX
Bahan kimia yang saat sekarang ini dipakai untuk mengganti CFC adalah HCFC (hydro-chlorofluorocarbons) dan HFC (hydrofluorocarbons seperti R-134a). HFC merupakan jenis refrigerant yang lebih aman karena tidak mempunyai unsur
khlor. Oleh sebab itu tidak merusak lapisan ozon dan nilai ODP (Ozone Depleting
Potential, yakni potensi suatu bahan merusak lapisan ozon) sama dengan nol. (Unit
Ozon Nasional, 2005).
). (Kementrian Lingkungan Hidup, 2005)
Teknologi refrigerasi memiliki kontribusi langsung pada kerusakan lingkungan diantaranya penipisan lapisan ozon dan pemanasan global melalui
kebocoran dan buangan refrigeran ke lingkungan.Terkait dengan hal ini, Protokol Kyoto tahun 1997 tentang perubahan iklim bumi telah mengatur penggunaan
refrigerant yang termasuk dalam gas rumah kaca, yakni HFC (Hidro Fluoro Carbons).
Pemanfaatan teknologi refrigerasi salah satunya yaitu digunakan pada AC
bengkel airconditioner (AC) mobil. Dari jumlah itu, 60 persen bengkel terbukti
memakai hydrofluorocarbons (HFC) palsu. HFC adalah bahan isi ulang AC yang ramah lingkungan. Meski mengklaim HFC pada labelnya, isi tabung-tabung AC
tersebut bukan HFC, melainkan chlorofluorocarbon (CFC)-12 atau CFC-11. Ini adalah bahan kimia pembobol lapisan ozon yang dilarang secara internasional. ITB menduga praktik menipu yang dapat merusak ozon ini terjadi pula di kota-kota selain
Jakarta.
Survei tersebut didukung oleh adanya data yang diperoleh dari Pelabuhan
Belawan, Medan, pada Agustus 2006. Puluhan tabung HFC palsu dari Cina dan India berhasil diketahui penilik. Kendati mencantumkan label R-134 (nama sejenis HFC) di bagian luarnya, instrumen indentifier digital menangkap basah tabung-tabung itu
berbahan baku CFC-11 atau CFC-12 yang membahayakan (Anonimous, 2009). Banyaknya edaran tabung HFC palsu dikarenakan mahalnya harga satu tabung
orisinil freon 134a yang asli ukuran 13,6 kg yang harganya mencapai Rp 1,3 juta. Sedangkan untuk tabung palsu dengan ukuran yang sama, harganya hanya Rp 650 ribu. Oleh karena itu, konsumen cendrung untuk lebih memilih refrigerant yang lebih
murah daripada yang harganya jauh lebih mahal (Wibowo, 2009).
Munculnya permasalahan pada mesin refrigerasi terhadap lingkungan seperti
efek pemanasan global dan penipisan lapisan ozon hanya terjadi bila zat (refrigeran) tersebut terlepas ke atmosfer yang disebabkan kebocoran pada mesin refrigerasi ataupun penggantian dan recycling refrigerant pada saat servis. Mengingat
service refrigerasi untuk melakukan metode penanganan servis mesin refrigerasi yang
ramah lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Provinsi Sumatera Utara terhadap penggunaan CFC di 45 bengkel servis yang ada di Sumatera Utara dimana 15 bengkel diantaranya dilakukan di kota Medan diperoleh data dari 15 bengkel tersebut 9 bengkel positif masih menggunakan Refrigeran R-12
yang pemakaiannya sudah dilarang oleh pemerintah.
Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengetahui pengetahuan, sikap
dan tindakan pemilik service mobil Air Conditioner (AC) di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah terhadap penggunaan Chloro-Fluoro-Carbon (CFC) sebagai gas rumah kaca yang dapat menimbulkan terjadinya penipisan lapisan
ozon.
1.2. Perumusan Masalah
Refrigeran (CFC) digunakan sebagai zat pendingin pada AC mobil. Semakin
tinggi penggunaan AC mobil maka semakin tinggi pula pencemaran CFC ke lingkungan sebagai salah satu gas rumah kaca. Beberapa bengkel AC mobil bahkan
masih menggunakan CFC yang pemanfaatannya telah dilarang karena dapat merusak lapisan ozon.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik bengkel AC (Air Conditioner) tentang pemakaian CFC (chlorofluorocarbon) sebagai polutan gas
rumah kaca.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pemilik bengkel AC (Air Conditioner) yaitu :
umur, pendidikan terakhir, lama usaha dan lama jam kerja.
2. Untuk mengetahui jenis refrigeran yang digunakan oleh bengkel AC mobil di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan petisah.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pemilik bengkel AC (Air Conditioner)
tentang pemakaian CFC (chlorofluorocarbon) sebagai polutan gas rumah kaca. 4. Untuk mengetahui sikap pemilik bengkel AC (Air Conditioner) tentang pemakaian
CFC (cholofluorocarbon) sebagai polutan gas rumah kaca.
5. Untuk mengetahui tindakan pemilik bengkel AC (Air Conditioner) tentang
pemakaian CFC (chlorofluorocarbon) sebagai polutan gas rumah kaca.
6. Untuk mengetahui sumber informasi yang diperoleh pemilik bengkel AC mobil
tentang CFC (chlorofluorocarbon).
1.4. Manfaat Penelitian
2. Sebagai bahan masukan/informasi kepada instansi terkait tentang pemakaian CFC
di bengkel servis AC di kota Medan sebagai polutan gas rumah kaca
3. Sebagai data awal/informasi bagi peneliti selanjutnya terkait pemakaian CFC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atmosfer
Atmosfer adalah lingkungan udara, yakni udara yang meliputi planet bumi ini.
Atmosfir terdiri atas empat zona dengan perbedaan temperatur yang ekstrim sebagai akibat perbedaan penyerapan sinar matahari pada tiap lapisan tersebut (Mulia, 2005). Atmosfer sangat penting bagi kehidupan karena dapat berfungsi sebagai lapisan
pelindung bumi dari pengaruh lingkungan angkasa luar karena atmosfer dapat mengabsorbsi radiasi sehingga makhluk hidup dapat bertahan hidup dan terhindar
dari panas dan radiasi (Situmorang, 2007).
2.1.1. Komposisi Atmosfer
Komposisi atmosfer dapat digolongkan pada dua bagian, yaitu komponen
utama (mayor) dan komponen kecil (minor). Komponen utama atmosfer adalah bagian komposisi udara yang paling besar, yaitu misalnya pada udara kering pada
bagian bawah mengandung 78,08% nitrogen, dan 20,95% oksigen. Sedangkan komponen kecil atmosfer adalah komponen udara dalam jumlah sedikit, seperti 0,934% argon. Udara dapat mengandung sebanyak 0,1 - 5% uap air, dan kadar
normal adalah berada pada skala 1 – 3 %. Kadar gas mulia pada udara di lapisana atmosfer bagian bawah adalah berupa gas: neon 1,818 x 10-3 %, helium 5,24 x 10-4%,
2.1.2 Bagian-bagian Atmosfer
Atmosfer terdiri dari beberapa lapisan yaitu troposfer, statosfer, mesosfer dan
thermosfer.
a. Lapisan Troposfer
Lapisan yang paling dalam disebut juga troposfer yang tebalnya sekitar 17 km
di atas permukaan bumi. Sekitar 99 % dari gas yang non polusi dalam udara kering yang terdapat pada troposfer yang kita hirup, terdiri dari dua jenis gas, yaitu gas
nitrogen (78%) dan oksigen (21%). Sisanya adalah gas argon yang kurang dari 1 %, dan karbondioksida sekitar 0,035 %. Udara dalam troposfer juga mengandung uap air yang jumlahnya sekitar 0,01 % di daerah subtropis, dan sekitar 5 % di daerah
tropis yang lembab. Temperatur pada puncak troposfer dapat turun sampai dengan -600
Daerah troposfer ditandai oleh temperatur yang semakin rendah apabila ketinggian bertambah. Dikarenakan semakin jauh jarak dari permukaan bumi, maka panas yang diradiasikan bumi semakin berkurang, Temperatur troposfer diperkirakan
akan meningkat ± 1,5 C (Mulia, 2005).
0
b. Lapisan Stratosfer
C dalam seratus tahun mendatang dikarenakan meningkatnya gas-gas penyebab rumah kaca seperti CO2, CFC, CH3, NO, perfluoro carbon, dan
carbon tetra fluorida. Kenaikan temperatur ini akan disertai perubahan cuaca, banjir didaerah pesisir karena naiknya permukaan laut (Soemirat Slamet, 2004).
Temperatur antara -20C sampai dengan -60 0C. Dalam lapisan ini terdapat gas ozon
(O3) yang dapat menyaring 99% sinar berbahaya dari matahari yaitu radiasi sinar
ultraviolet. Fungsi dari filter gas O3 yang tipis dalam stratosfer ini ialah mencegah
intensitas sinar matahari merusak bumi dan isinya, yaitu mencegah kanker kulit, kanker mata dan katarak. Selain itu, lapisan ozon juga mencegah kerusakan tanaman dan hewan air. Dengan menyaring radiasi energi tinggi dari sinar ultraviolet, lapisan
ozon juga menyimpan cadangan oksigen (O2
Sejumlah kecil ozon yang yang terbentuk dalam lapisan troposfer merupakan hasil buangan gas dari aktivitas manusia. Gas ozon dalam troposfer merusak tanaman, sistem saluran pernapasan manusia dan hewan serta bahan-bahan yang terbuat dari
karet. Sehingga dalam kehidupan makhluk hidup sangat bergantung terhadap “ozon yang baik” yang berada di lapisan stratosfer dan sedikit “ozon yang buruk” dalam
lapisan troposfer. Sayang sekali aktivitas manusia dapat menurunkan kadar ozon dari stratosfer dan menaikkan kadar ozon dalam troposfer (Darmono, 2001).
) dalam lapisan troposfer sebelum berubah menjadi ozon.
c. Lapisan Mesosfer
Lapisan Mesosfer merupakan lapisan di atas stratosfer, memiliki ketinggian sekitar 80 km. Mesosfer memiliki temperatur minimum sampai -800
atmosfer
C. Mesosfer
adalah lapisan udara ketiga, di mana suhu akan berkurang dengan pertambahan ketinggian hingga ke lapisan keempat, termosfer. Udara yang terdapat di sini akan mengakibatkan pergeseran berlaku dengan objek yang datang dari
bumi biasanya terbakar di lapisan ini. Antara lapisan Mesosfer dengan lapisan
atermosfer terdapat lapisan perantara yaitu Mesopause. d. Lapisan Thermosfer
Lapisan thermosfer merupakan lapisan yang berada di atas lapisan mesosfer.
Wilayah thermosfer kaya akan ion dan ketinggiannya sampai 1600 km dari permukaan bumi. Pada wilayah ini temperatur sangat tinggi karena adanya energi matahari dan radiasi kosmik (Mulia, 2005).
Tabel 2.1 Pembagian Lapisan Atmosfer Menurut Perbedaan Suhu (Soemirat Slamet, 2004)
Wilayah Temperatur (0C) Ketinggian (km) Senyawa kimia yang utama Troposfer 15 sampai -56 0 sampai (10-16) N2, O2, CO2, H2O
Stratosfer -56 sampai -2 (10-16) sampai 50 O3
Mesosfer -2 sampai – 92 50 sampai 85 O2+, NO+
Termosfer -92 sampai 1200 85 sampai 500 O2+, O+, NO+
Sumber: Manahan, Stanley E., 1972, h. 285
2.1.3. Pengaruh Manusia Terhadap Komposisi Atmosfer
Perubahan komposisi atmosfer sering dihubungkan dengan aktivitas manusia. Satu hal yang disoroti adalah bahwa perubahan komposisi atmosfer telah berpengaruh terhadap perubahan iklim secara global. Aktivitas manusia seperti emisi partikel dan
gas berbahaya ke atmosfer, pembuangan karbondioksida melalui pembakaran bahan bakar fosil, dan kegiatan lainnya telah mengubah komposisi atmosfer yang cendrung
memberikan dampak yang negatif.
bahwa aktivitas manusia melalui pengembangan teknologi, industri dan jasa untuk
mencapai kesejahteraan umat manusia harus didukung, dan mungkin akan berkontribusi terhadap peningkatan polutan ke atmosfer (Situmorang, 2007).
2.2. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat
dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material. Selain itu pencemaran udara
dapat pula dikatakan sebagai adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Mukono, 2005).
Pencemaran udara menimbulkan masalah kesehatan di seluruh dunia serta paling sering dihubungkan dengan pabrik, industri, dan dengan udara luar. Bahaya
pencemaran udara di dalam rumah terhadap kesehatan ternyata sering kali lebih buruk dibandingkan dengan polusi udara luar, bahkan di sebuah kota industri sekalipun. Tidak dapat dipungkiri bahwa pencemaran udara dapat menyebabkan karat dari cat,
bangunan, patung, dan kerusakan tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Juga dapat menyebabkan gangguan pada manusia mulai dari iritasi mata, sakit kepala, asthma,
2.2.1. Pencemaran Udara Global
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan sinar infra merah matahari yang terperangkap gas penyerap sinar infra merah. Gas penyerap sinar infra merah yang
dinamakan gas rumah kaca (GRK), terutama terdiri dari gas karbon dioksida (CO2),
metan (CH4), nitrogen oksida (NO), ozon (O3
Para pakar internasional mengadakan banyak pertemuan antara lain
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dan World Climate Programme
(WCP) yang dibahas dalam sidang Second World Climate Conference (SWCC) pada
bulan Oktober tahun 1990 di Geneva dan dimuat dalam Ministrial Declaration. Pada pertemuan tersebut diinformasikan hasil kajian IPCC bahwa akan terjadi peningkatan
suhu udara bumi sebesar 2-5 Celcius dalam kurun waktu 100 tahun pada keadaan laju emisi gas rumah kaca seperti saat ini.
), dan gas buatan manusia seperti chloro-fluoro carbon (CFC). GRK berkumpul dan membentuk lapisan yang mengitari
bumi dengan menyerap sinar infra merah dan menahan panas bumi lepas ke ruang angkasa
Terjadinya pencemaran udara memberikan efek secara global, seperti
perubahan suhu udara. Perubahan suhu tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dunia dan permukaan air laut naik (Mukono, 1997).
Lebih jelas lagi, efek global pencemaran udara yang dikhawatirkan akan terjadi oleh para pakar adalah:
1. Perubahan karakterisitik fisik dan kimia dari atmosfer, yang berupa hilangnya
2. Timbulnya efek rumah kaca (ERK)
3. Kebocoran lapisan ozon di daerah troposfer
4. Hujan asam dengan segala akibatnya
2.3. Gas Rumah Kaca (GRK)
Gas rumah kaca atau greenhouse gases adalah gas-gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca (ERK). Di dalam atmosfer, disamping terdapat uap air
(H2O) dan karbondioksida (CO2),terdapat juga gas rumah kaca (GRK) lain yang
terpenting yang berkaitan dengan pencemaran dan pemanasan global yaitu metana
(CH4), ozon (O3) , (dinitrogen oksida) (N2
1. Uap air
O), dan chlorofluorocarbon (CFC) (Soemarwoto, 2001).
Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir air. Sumber terjadinya uap air ketika
terjadinya siklus air yaitu pada proses penguapan air laut, sungai, gletser dan sumber air lainnya. Sebenarnya uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi
terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek
rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global. 2. Karbon dioksida (CO2
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan
bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Misalnya pembakaran
metana akan menghasilkan karbondioksida dan air. Selain itu, penebangan, pembakaran dan konversi hutan juga meghasilkan emisi CO2
Karbondioksida tidak berbau, tidak toksis, dan larut di dalam air. Mengabsorbsi sinar inframerah dari matahari, kemudian memancarkan kembali, uap air akan menangkap bagian dari radiasi yang sedang berjalan. Meningkatnya
konsentrasi gas CO
.
2
Telah diduga bahwa kenaikan CO
tersebut di atmosfer dapat menyebabkan terjadinya kenaikan intensitas efek rumah kaca (ERK) dan pemanasan global.
2 atmosfer sebanyak dua kali yaitu dari
0,03% sampai 0,06 % mengakibatkan kenaikan suhu permukaan bumi di dunia sebanyak 4,25o
Penanggulangan emisi CO
F. Kenaikan suhu ini mengakibatkan bertambahnya pelelehan gunung
es dan salju, dan kemungkinan menyebabkan betambahnya kedalaman laut. Tetapi hal ini tidak akan terjadi jika diperhitungkan kebutuhan enersi untuk melelehkan es
(Fardiaz, 1992).
2 diantaranya dengan mengefisiensikan
penggunaan energi seperti dalam industri, transportasi, dan rumah tangga.
Penanggulangan lainnya yaitu mengembangkan sumber energy yang tidak menghasilkan CO2
3. Ozon
, mengendalikan pemanfaatan hutan, dan meningkatkan reboisasi
(Sunu, 2001).
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer
Molekul ozon juga dapat terbentuk dengan bantuan sinar ultraviolet. Ozon merupakan
gas yang tidak stabil, berwarna biru, mudah mengoksidasi, dan bersifat iritan yang kuat terhadap saluran pernafasan. Ozon didapat secara alamiah di stratosfer dan
sebagian kecil di dalam troposfer. Ozon didapat dari berbagai sumber seperti peralatan listrik bervoltase tinggi, peralatan sinar rontgen, dan spektograf. Karena ozon bersifat bakterisidal, maka Ozon sering dibuat untuk dipakai sebagai
desinfektan. (Soemirat Slamet, 2004).
Ozon yang berada di stratosfer adalah ozon yang berakibat baik bagi makhluk
hidup di bumi, karena akan berfungsi sebagai filter/ penghambat dari pancaran sinar ultraviolet yang berasal dari matahari. Sedangkan ozon yang yang berada di troposfer mempunyai akibat yang tidak baik bagi makhluk hidup di bumi, karena merupakan
gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global (Sunu, 2001). 4. Metan (CH4
Metana adalah gabungan kimia antara unsur formula molekul CH )
4. Metana
ini adalah alkae yang sederhana dan merupakan gas alam yang utama. Metana ini cukup melimpah dan pambakarannya cukup bersih, sehingga bias dijadikan bahan
bakar dan biasanya dikonversi menjadi methanol. Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme
tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida
Sebagai sumber metan adalah daerah pertanian, padi-padian dan daerah
peternakan. Terjadinya peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan pertanian, peternakan dan industri sehingga pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya peningkatan produksi gas metan pula. Saat ini kadar gas metan di atmosfer diperkirakan sekitar 1,7 ppm (Mukono, 1997).
5. Dinitrogen oksida (NO2
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami. Dulunya gas ini digunakan sebagai anastesi ringan, yang dapat membuat orang
tertawa sehingga juga dikenal sebagai gas gelak. Tidak banyak diketahui secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer. Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan kegiatan
mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh
pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi) (Rifa, 2010). )
6. Cholorofluorocarbon (CFC)
Chlorofluorocarbon (CFC) adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai
sifat-sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah
Perang Dunia II.
Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang
‘Freon’. Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan
peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk
membersihkan microchip (Mukono, 1997).
Tingkat gas rumah kaca utama (dengan kekecualian uap air) cenderung
meningkat sebagai akibat peningkatan kegiatan manusia. CO2 dihasilkan ketika
bahan bakar fosil yaitu batubara dan minyak bumi digunakan untuk menghasilkan
energi, serta hutan ditebang dan dibakar. Metana dan N2
Gas rumah kaca bekerja seperti kaca pada rumah kaca. Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah
mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun sayangnya, tidak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh
bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer disebut
O dihasilkan dari kegiatan pertanian dan perubahan penggunaan lahan serta sumber lainnya. Gas buangan kendaraan dan industri menghasilkan gas yang tahan lama seperti CFC, HFC, dan
PFC. GRK tersebut telah merubah cara atmosfer menyerap energi, yang hasilnya dikenal sebagai peningkatan efek rumah kaca (Prasetyowati, 2008).
Akibatnya radiasi matahari tersebut terperangkap di atmosfer bumi. Karena peristiwa
ini berlangsung berulang kali, maka kemudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat. Peristiwa
efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca, seperti yang selama ini sering
disalahartikan. Semakin tinggi kadar Gas Rumah Kaca (GRK), makin tinggi Efek Rumah Kaca (ERK) dan makin tinggi pula suhu atmosfer ( Soemarwoto, 2004).
Gas rumah kaca terbentuk dalam alam secara langsung maupun sebagai akibat pencemaran. Gas rumah kaca di dalam atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Waktu tinggal GRK di dalam atmosfer juga mempengaruhi
efektivitasnya dalam menaikkan suhu. Makin panjang waktu tinggal gas rumah kaca di dalam atmosfer, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikkan suhu. Waktu
terpendek adalah metana (sekitar 10 tahun), dan terpanjang adalah CO2
Keberadaan gas rumah kaca penting dalam mempertahankan suhu atmosfer
yang konstan. Akan tetapi, konsentrasi karbondioksida dan gas rumah kaca lain menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi daripada yang pernah terjadi dalam
160.000 tahun ini. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca ini dapat menyebabkan peningkatan suhu bumi, yang disebut sebagai “Peningkatan Efek Rumah Kaca”. Besarnya peningkatan ini tidak diketahui. Akan tetapi, jika emisi gas-gas rumah kaca
saat ini terus berlanjut maka diperkirakan pada tahun 2030 suhu permukaan bumi akan meningkat sampai 3
(50-200 tahun).
0
C (rentangnya 1,5-4,5 0
Gas rumah kaca dari emisi antropogenik berasal dari beberapa sumber dilihat dari beberapa sektor, yaitu
C).(Widyastuti, 2006).
Pemanfaatan bahan bakar fosil seperti minyak bumi,batu bara dan gas secara
berlebihan dalam berbagai kegiatan merupakan penyebab utama dilepaskannya emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Pembangkitan listrik, penggunaan alat-alat elektronik
seperti AC, TV, komputer, penggunaan kendaraan bermotor dan kegiatan industri merupakan contoh kegiatan manusia yang meningkatkan emisi GRK di atmosfer.
b. Sektor kehutanan
Kegiatan pengrusakan hutan, penebangan hutan, perubahan kawasan hutan menjadi bukan hutan, menyebabkan lepasnya sejumlah emisi GRK yang sebelumnya
disimpan di dalam pohon.
c. Sektor pertanian dan peternakan
Dari sektor pertanian, emisi GRK terutama metana dihasilkan dari sawah yang
tergenang, pemanfaatan pupuk, pembakaran padang sabana, dan pembusukan sisa-sisa pertanian. Dan dari sektor peternakan, emisi GRK berupa gas metana (CH4)
Gambar Lampiran 1. Penyebab Gas Rumah Kaca Sumber : putraprabu.wordpress.com
2.3.1. Efek Rumah Kaca (ERK)
Efek rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, sebagai ahli fisika dan matematika dari Perancis. Penemuan Fourier ini diteruskan oleh seorang fisikawan Swedia yang bernama Svante Arrhenius pada
tahun 1894. Efek rumah kaca merupakan sebuah proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet, seperti mars, Venus, Saturnus, Titan dan bumi. Efek
rumah kaca dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu, efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi dan efek rumah kaca yang meningkat akibat aktivitas manusia (Susanta, 2008).
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur
temperatur semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -180
Efek rumah kaca atau greenhouse effect merupakan pangalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam seperti sayur-sayuran, biji-bijian,
buah-buahan di dalam rumah kaca. Pada siang hari sinar matahari menembus kaca, dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai
gelombang panas yang berupa sinar inframerah. Oleh karena itu, udara di dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di
dalam ruangan rumah rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya dan hal tersebut dikatakan sebagai efek rumah kaca.
C sehingga
es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global
(Rusbiantoro, 2008).
Sebagian besar bahan polutan akan terkumpul di bagian bawah atmosfer (yang disebut sebagai troposfer) dan dapat menganggu keseimbangan radiasi, yang berakibat terganggunya absorbsi radiasi gelombamg panjang dari bumi oleh atmosfer.
Bahan polutan yang mengganggu keseimbangan tersebut adalah karbondioksida (CO2), Freon (CFC), ozon (O3), metan (CH4), dan nitrogen oksida (NO). Dari
polutan gas tersebut yang paling besar memberikan kontribusiuntuk terjadinya Efek Rumah Kaca (ERK) adalah gas CO2 (55%), dan CFC yaitu sebesar 25%. (Mukono, 1997).
sampai ke bumi setelah melalui penyerapan berbagai sinar di atmosfer sebagian
radiasi tersebut dipantulkan dan diserap oleh bumi. Radiasi yang diserap dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang bergelombang panjang. Sinar
inframerah tersebut di atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti uap air dan CO2, sehingga tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas
terperangkap di troposfer dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu di bumi dan
lapisan troposfer. Hal tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca di bumi (Sunu, 2001).
2.4. Refrigeran
2.4.1. Pengertian Refrigeran
Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau
mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke udara sekeliling di luar benda/ruangan yang didinginkan (Awaluddin, 2006).
Refrigeran yang umum digunakan adalah yang termasuk kedalam keluarga
chlorinated fluorocarbons (CFCs) disebut juga Freons): R-11, R-12, R-21, R-22 dan
R-502.
2.4.2. Jenis-Jenis Refrigeran
Refrigeran dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu A. Refrigeran Sintetik
Refrigeran sintetik tidak terdapat di alam dan dibuat oleh manusia dari
unsur-unsur kimia. Refrigeran sintetik dikenal dengan sebutan CFC (chlorofluorocarbon), HCFC (hydrochloro-fluorocarbon), dan HFC (hydrofluorocarbon).
a. Refrigeran CFC (chlor-fluor-carbon)
Refrigeran ini terdiri dari unsur chlor (Cl), Fluor (F) dan carbon (C).
Contoh dari refrigeran ini adalah R-11 (CFC-11), R-12 (CFC-12). Karena
tidak mengandung hidrogen CFC adalah senyawa yang sangat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan zat lain meskipun terlepas ke atmosfir. Dan karena mengandung chlor CFC merusak ozon di atmosfer (stratosfer) jauh di atas
b. Refrigeran HCFC (Hydro-Chlor-Fluor-Carbon)
Refrigeran ini terdiri dari unsur Hydrogen (H), chlor (Cl), fluor (F) dan
carbon (C). Meskipun mengandung khlor (Cl), yang merusak lapisan ozon,
zat ini juga mengandung hydrogen (H), yang membuat zat ini menjadi kurang stabil jika berada di atmosfer, sehingga sebagian besar akan terurai pada lapisan atmosfer bawah dan hanya sedikit yang mencapai lapisan ozon. Oleh
sebab itu HCFC memiliki ODP yang rendah. Contoh refrigeran ini adalah R-22 (HCFC-R-22).
c. Refrigeran HFC (Hydro-Fluoro-Carbon)
Refrigeran ini tidak memiliki unsur chlor. Oleh sebab itu refrigeran ini
tidak merusak lapisan ozon dan nilai ODP nya sama dengan nol. Contoh dari
refrigeran ini adalah R-134a (HFC -134a), R-152a (HFC-152a), R-123
(HFC123) (Kementian Lingkungan Hidup, 2006). B. Refrigeran Alami
Refrigeran alami adalah refrigeran yang dapat ditemui di alam, namun
demikian masih diperlukan pabrik untuk penambangan dan pemurniannya. Contoh
refrigeran alami yang sering digunakan adalah HC (hidrokarbon), CO2
(karbondioksida), air (H2O), udara dan ammonia (NH3
Tabel 2.2. Beberapa Refrigeran dan Nilai ODP/ Ozone Depleting Potential
). Jenis refrigeran ini tidak
mengandung chlor oleh sebab itu refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon (ODP/
Ozone Depleting Potential=0) (Kementrian Lingkungan Hidup, 2006).
Refrigeran Nilai ODP
R-11 1
R-22 0,056
R134-a 0
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006
Ozone Depleting Potential (ODP) adalah kemampuan zat-zat perusak ozon/
ODS (Ozone Depleting Substances) untuk merusak lapisan ozon secara umum. Nilai
ODP dari beberapa bahan ODS biasanya dibandingkan relatif terhadap dampak kerusakan yang ditimbulkan CFC. Semakin besar nilai ODP bahan-bahan tersebut
semakin berpotensi untuk merusak lapisan ozon.
Tabel 2.3. Pengelompokkan mesin refrigeran berdasarkan aplikasinya
Jenis Mesin Refrigeran Contoh
Refrigerasi Domestik (rumah tangga) Lemari es, dispenser air
Refrigerasi Komersial Pendingin minuman botol, box es krim, lemari pendingin supermarket ukuran kecil Refrigerasi Industri Pabrik es, cold storage, mesin pendingin
untuk industri proses
Refrigerasi Transport Refrigerated truck, train and containers Pengkondisian Udara Domestik dan
Komersial
AC window, split, dan package
Chiller Water cooled and air cooled chillers
Mobile Air Condition AC mobil
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006
Dalam memilih tabung refrigeran maka kita harus memeriksa warna tabung. Tabung jenis refrigeran menurut standard internasional harus diberi warna yang khas.
Tabel 2.4. Jenis warna untuk tabung tiap jenis refrigeran
Jenis Refrigeran Warna
R-11 Orange
R-12 Putih
R-134a Biru langit muda
R-22 Hijau muda
Dalam memilih CFC/Freon maka perlu diperiksa identitas refrigeran pada
tabung. Pada tabung atau kardus pembungkus seharusnya terdapat keterangan yang meliputi :
a. Merek
b. Jenis refrigerant, nomor CAS, nomor UN
c. Nama dan alamat pabrik pembuat d. Keterangan keamanan
Namun demikian karena adanya pembatasan impor merek dan jenis
refrigerant yang tertulis pada tabung biasanya tidak sama dengan refrigeran di dalam tabung.
R-12 dan R-134a yang beredar di Indonesia saat ini sebagian besar tidak
mempunyai merek dan pabrik pembuat yang jelas. Banyak ditemui tabung-tabung yang bertuliskan sebagai 134a, tetapi setelah diteliti ternyata berisi 95 – 100%
R-12.(Kementrian Lingkungan Hidup, 2006).
Refrigeran 134a yang asli mempunyai nomor seri produksi yang unik pada setiap kardus dan tabungnya. Tabung refrigeran palsu pada umumnya mempunyai
nomor seri yang sama untuk setiap tabung.
2.4.3. CFC (Chlorofluorocarbon)
2.4.4. Pengertian CFC (Chlorofluorocarbon)
Chlorofluorocarbon (CFC) merupakan salah satu jenis refrigeran sintetik. Chlorofluorocarbon (CFC) adalah segolongan zat kimia yang merusak lapisan ozon
CFC mulai diproduksi pada tahun 1920 dan digunakan di industri sejak tahun 1930.
Chlorofluorocarbon berupa gas yang tidak beracun, tidak mudah bereaksi dengan zat
lain, tidak korosif, tidak terbakar dan tidak meledak sehingga merupakan gas yang
sangat ideal untuk industri. Penggunaan dan produksinya meningkat dengan pesat. Tetapi kemudian diketahui, Chlorofluorocarbon merupakan zat perusak lapisan ozon stratosferik. (Soemarwoto, 2004).
CFC merupakan molekul yang mengandung klorin, fluorin dan karbon, mempunyai kontribusi sebesar 25%. Gas CFC merupakan gas buatan manusia. CFC
sering juga disebut sebagai klorofluorometan (CFM), dan pabrik Du Pont menamakannya Freon. Jika molekulnya hanya mengandung fluorin, klorin dan karbon disebut fully hydrogenated (CFC), sedangkan jika mengandung hidrogen,
klorin, fluorin dan karbon disebut sebagai hidroklorofluorocarbon (HCFC). (Mukono, 1997).
2.4.5. Jenis-Jenis CFC dan penggunaanya
Beberapa jenis CFC yang umum digunakan yaitu
1. CFC-11, yaitu digunakan pada bidang pendingin Chiller Sentrifugal, sebagai
pengembang busa dan pelarut.
2. CFC-12, digunakan untuk pendingin lemari es rumah tangga, dispenser air, pendingin minuman botol, display cabinet di supermarket, cold storage, AC mobil, chiller dan pengembang busa.
3. CFC-22, digunakan pada AC rumah tangga dan komersial, chiller, dan cold
Sejak tahun 1975, jumlah CFC yang memasuki atmosfer diperkirakan
sebanyak 650.000 – 750.000 ton per tahun. Unsur aktif yang mengurangi lapisan ozon adalah atom khlorin yang merupakan hasil penguraian CFC yang mengabsorbsi
UV berenersi tinggi (Mukono, 1997).
2.4.6. Reaksi Pelepasan CFC di atmosfer
Kejadian bocornya CFC ke udara sangat mungkin terjadi, misalnya kebocoran
pada Air Conditioner. CFC terbebas ke udara dan bergerak ke lapisan stratosfer. Dalam lapisan stratosfer di bawah pengaruh radiasi sinar ultraviolet berenergi tinggi, bahan tersebut terurai dan membebaskan atom klor. Klor akan mempercepat
pemecahan ozon menjadi gas oksigen (O2). Diperkirakan satu atom klor akan dapat
mengurai 100.000 molekul O3
CFC yang sangat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan zat apapun, menyebabkan zat ini mampu naik sampai ke lapisan stratosfer. Pada lapisan ini terdapat radiasi sinar ultra ungu dengan intensitas tinggi yang berasal dari matahari. Radiasi yang kuat ini mampu memutuskan ikatan atom-atom khlor pada CFC
(Darmono, 2001).
.
Atom khlor (Cl) yang terputus akan menjadi radikal bebas yang sangat reaktif,
Molekul khlorine monoksida (ClO) masih bersifat radikal dan bereaksi
dengan atom oksigen (O) yang seharusnya dapat ,membentuk ozon dengan molekul oksigen (O2). Reaksi ini mengakibatkan tercegahnya pembentukan ozon (O3). Hasil
reaksi adalah molekul oksigen (O2) dan atom khlor (Cl).
Reaksinya yaitu
CFC12 (CCl2F2) + UV Cl + CClF2
Cl + O
,
3
ClO + O Cl + O ClO + O2,
Atom khlor ini menjadi radikal lagi dan kembali akan merusak ozon yang
lain. Reaksi ini terjadi berulang-ulang sehinnga 1 atom klhor dapat merusak puluhan ribu molekul ozon. Di samping itu, puluhan ribu ozon juga gagal terbentuk sebagai
akibat berikatannya atom oksigen (O) oleh khlorin monoksida (ClO). Karena banyaknya molekul CFC yang terlepas ke atrmosfer, maka jumlah ozon semakin lama semakin berkurang dan timbul lubang ozon khusunya di daerah kutub dan
utamanya di kutub selatan (Kementrian Lingkungan Hidup, 2006).
2
Reaksi berantai ini dikenal sebagai ‘rantai ClOx’. Rantai ClOx ini dapat
diputuskan sementara apabila terjadi reaksi kompetitif dengan lain molekul seperti NO2 dan terbentuk chlorin nitrat. Senyawa ini terbentuk di malam hari, berfungsi
sebagai reservoir Cl untuk beberapa jam atau dua-tiga hari. Reservoir lain yang
Dengan demikian lapisan ozon akan terus menerus mengalami perusakan (Soemirat
Slamet, 2004).
Gambar Lampiran 3. Reaksi Perusakan Ozon Oleh Klorin pada CFC Sumber : www.acehpedia.org
2.4.7. Pemanfaatan Air Conditioner pada mobil
Air Conditioner adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur atau
mengkondisikan kualitas udara yang meliputi sirkulasi udara, mengatur kelembaban udara, mengatur kebersihan udara dan untuk memurnikan udara (purification).
Apabila di dalam ruangan temperatur tinggi, maka panas yang di ambil agar
temperatur turun disebut pendinginan. Sebaliknya ketika temperatur di dalam ruangan
rendah, maka panasyang di ambil agar temperatur naik disebut pemanasan (Awaluddin,
2006).
Sistem penyejuk udara atau AC sudah menjadi kebutuhan yang tergolong
penumpang pun akan lebih terjamin karena pintu dan jendela mobil harus ditutup
pada saat AC dihidupkan. Itulah sebabnya pemasangan AC pada mobil-mobil sekarang ini semakin banyak. Hal ini juga telah membuka lapangan kerja baru di
bidang servis dan reparasi AC mobil (Anonimous, 2008).
Fungsi AC (Air Conditioner) pada mobil adalah sebagai berikut: 1. Memberikan udara sejuk di dalam ruangan mobil.
2. Menghindari udara kotor masuk ke dalam ruangan mobil.
3. Menghilangkan kondensasi pada kaca mobil dengan cepat terutama saat hujan
dan udara lembab/pengembunan.
Ketika sistem Air Conditioner pada mobil tak lagi sejuk, umumnya pemilik mobil langsung ke bengkel AC untuk mengecek AC mobil-nya agar bisa kembali
sejuk kesedia kala. Perawatan AC mobil sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sampai 1 tahun sekali namun hal ini tergantung juga dari pemakaian dan interior mobil yang
digunakan. Walaupun AC mobil masih dingin, service AC mobil minimal tetap dilakukan setiap 1 tahun sekali. Service yang dilakukan yaitu pemeriksaan kebocoran AC, pembersihan evaporator, ganti oli compressor, penggantian Freon dan
pemeriksaan filter dryer.Untuk jenis CFC yang digunakan pada AC mobil yaitu pada mobil keluaran tahun 1996, sudah seharusnya menggunakan freon R134a. Freon R12
2.5. Dampak Penggunaan CFC 2.5.1. Dampak terhadap lingkungan
CFC berkontribusi memberikan dampak terhadap lingkungan yaitu menyebabkan pemanasan global dan terjadinya penipisan lapisan ozon.
2.5.1.1. Pemanasan Global
Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai
permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Namun sayangnya, tidak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar
karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer disebut
bumi. Karena peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka kemudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat. Peristiwa alam ini dikenal dengan
karena peristiwanya serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah kaca. Jadi peristiwa efek rumah kaca bukanlah efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca,
seperti yang selama ini sering disalahartikan.
Meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di
makin tinggi pula suhu atmosfer. Akibatnya, suhu rata-rata di seluruh permukaan
bumi meningkat. Peristiwa ini disebut pemanasan global.
Kenaikan suhu atmosfer juga menaikkan suhu permukaan laut. Karena
kenaikan suhu, memuailah air laut. Pemuaian air laut berakibat naiknya volume air laut yang mengakibatkan naiknya permukaan laut. Efek kenaikan volume air laut oleh pemuaian diperbesar oleh mencairnya es abadi di pegunungan serta di daerah arktik
dan antarktik. Kenaikan permukaan laut berakibat tergenangnya daerah pantai yang tidak berlereng. Kenaikan permukaan laut akan mempertinggi abrasi pantai, merusak
pemukiman, tambak, daerah pertanian, jalan dan bangunan lain di tepi pantai yang landai.
Pemanasan global juga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
organisme hidup meningkat termasuk organisme pembawa penyakit, misalnya nyamuk. Dampaknya ialah kenaikan kejadian ledakan penyakit, seperti demam
berdarah, dan meluasnya penyebaran penyakit malaria. Demikian pula pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit ternak dan tanaman dipacu sehingga kerugian yang disebabkan oleh organism itu akan meningkat. (Soemarwoto, 2004).
2.5.1.2.Penipisan Lapisan Ozon
Perusakan lapisan ozon salah satunya disebabkan oleh Chlorofluorocarbon
sehingga terjadilah apa yang disebut dengan lubang ozon. Kerusakan lapisan ozon disebabkan karena bereaksi dengan radikal chlor. Radikal chlor berasal dari senyawa CFC (Chlorofluorocarbon) yang banyak digunakan sebagai bahan pendingin AC.
berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar UV yang datang berlebihan dari sinar
matahari. Sinar UV yang tidak difilter oleh lapisan ozon akan berbahaya bagi manusia. Selain itu sinar UV yang tidak difilter oleh lapisan ozon, sesampainya di
atmosfer permukaan bumi akan menjadi panas yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi dan akan berakibat pada naiknya permukaan air laut yang menyebabkan beberapa kota di tepi pantai tenggelam karena mencairnya es di kutub. (Wardhana,
2004)
Dampaknya terhadap kesehatan ialah bertambahnya jumlah penderita kanker
kulit, penyakit mata katarak dan penurunan kekebalan tubuh. Penyakit mata katarak dapat menyebabkan kebutaan. Penurunan kekebalan tubuh akan mempertinggi penyakit infeksi. Karena di negara kita penyakit infeksi masih dominan, dampak
lubang ozon adalah penting. Dampak terhadap kesehatan ini menurunkan kinerja sumber daya manusia. Sinar UV bergelombang pendek juga menurunkan produksi
pertanian, peternakan dan perikanan (Soemarwoto, 2004).
Perjanjian Internasional untuk Perlindungan Lapisan Ozon
Atas prakarsa Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) masyarakat internasional
yang diwakili oleh pemerintah masing-masing Negara anggota, menyepakati beberapa hal untuk mengurangi atau mencegah meluasnya lubang ozon. Kesepakatan
tersebut dikenal dengan nama Protokol Montreal. Kesepakatan yang terus diperbaharui setiap dua tahun sekali ini secara garis besar antara lain yaitu
1. Negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Negara-negara di Eropa
2. Negara-negara berkembang diperbolehkan memproduksi CFC sampai
tahun 2010 dengan kapasitas produksi dikurangi.
3. Mengeliminasi CFC dengan bahan yang tidak merusak ozon. 4. Perlu dilakukan usaha mencegah terlepasnya CFC ke atmosfer
5. Perlu dilakukan sosialisasi tentang bahaya rusaknya lapisan ozon serta
cara-cara pencegahannya. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2006).
2.6. Pengendalian Pemakaian CFC 2.6.1. Pemakaian CFC yang aman
Tidak ada ketetapan jumlah pemakaian CFC yang aman. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemilik di bidang pengendalian pencemaran udara Badan Lingkungan Hidup, maka nilai yang diperoleh untuk pemakaian CFC yang
aman dalam 2 tahun berkisar 1,5 – 2 kg kendaraan yang memanfaatkan Air Conditioner (AC).
Karena penyebab utama rusaknya lapisan ozon adalah Chlorofluorocarbon (CFC), maka perlu dilakukan penanggulangan penggunaan CFC/Freon dalam kehidupan sehari-hari khusunya yang berhubungan dengan AC mobil yaitu :
a. Bengkel mobil untuk pengisian Freon harus dapat mendaur ulang Freon dari mobil yang ber-AC. Daur ulang dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
recovery, recycle, dan recharging.
b. Mobil yang menggunakan Freon untuk AC yang mudah bocor harus diganti atau
dihentikan.
d. Berusaha mencegah terlepasnya CFC ke udara pada setiap tindakan servis e. Mengetahui jenis-jenis refrigeran baru pengganti CFC dan penggunaannya.
f. Mengetahui cara-cara penanganan refrigeran CFC dan refrigeran baru pada saat
servis dan retrofit (penggantian refrigeran).
2.6.2. Pengganti CFC pada AC mobil
Pada tahun 1985-1988 setelah ditemukannya fenomena perusakan lapisan
ozon yang salah satunya disebabkan oleh penggunaan freon (refrigeran) R12 pada sistem AC mobil maka berkembang cara untuk mengatur penggunaan dan jadwal
produksinya sehingga semaksimal mungkin tidak lagi menggunakan freon R12 pada mobil-mobil yang diproduksi sejak 1989. Targetnya adalah tahun 2000 lalu semua produksi otomotif tidak lagi diperbolehkan menggunakan Freon R12 pada produksi
barunya.
Salah satu cara pengendalian dari pamakaian CFC yaitu dengan
mengeliminasi produk CFC dengan bahan-bahan yang mempunyai efek rumah kaca lebih kecil. Refrigeran yang biasa digunakan pada AC mobil adalah R12 (CFC-12) merusak lapisan ozon, maka perlu digunakan refrigeran pengganti CFC yang tidak
merusak ozon. Pemakaian refrigeran/CFC yang aman yaitu jenis Refrigeran HCFC
(Hydro-Chlor-Fluor-Carbon) dan Refrigeran HFC (Hydro-Fluoro-Carbon). HCFC
mempunyai nilai ODP ( nilai perusak ozon ) rendah karena satu atom khlorin diganti atom hidrogen, sehingga total berat relatif khlor berkurang. HCFC bersifat tidak stabil sehingga sebelum sampai ke lapisan ozon telah terurai lebih dahulu.
Freon pengganti R12 (CFC-12) yaitu R134a (HFC- 134a) dengan tetap
memiliki sifat yang sama dengan CFC-12 yaitu antara lain:
a. Merupakan senyawa kimia utama yang stabil untuk membawa panas dan tidak
mudah terbakar.
b. Memiliki karakteristik tidak berbau, tidak berwarna dan tidak bersifat korosif
juga tidak beracun. Pada Freon R134a dibuat agar semaksimal mungkin tidak
menipiskan lapisan ozon (Anonimuos, 2010).
HFC 134a tidak mempunyai sifat perusak ozone dan juga tidak mengandung
racun (karena tidak mengandung clor). HFC 134a jika dilepaskan ke udara maka secara cepat akan menguap dengan menyerap panas dari udara sekitarnya. Jika dilihat dari segi kualitas pendinginan yang dicapai, jenis HFC-134a (R-134a) ini minimal
memiliki sifat pendinginan yang sama bahkan lebih baik dari Freon CFC-12 karena sifat
fisika dan termodinamika refrigerant jenis Hydrofluorocarbon (HFC-134a) lebih baik
dari Chlorofluorocarbon (CFC-12). Selain itu, sifat derajat kelarutan air HFC-134a ini
cukup tinggi bila dibandingkan R-12 (Anonimuos, 2010).
2.7. Perilaku
2.7.1. Pengertian Perilaku
Pengertian perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh karena itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
lain bekerja, berjalan, berbicara, tertawa, menangis, membaca, menulis, kuliah dan
sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni aspek
fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku
manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar/dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif dan aktif. Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai hasil bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan (Sarwono, 2004)
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bantangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas