IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK OLEH PENGAWAS
SMA PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh: AFRI AMELIA NIM: 8136132058
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Afri Amelia. Implementasi Supervisi Akademik oleh Pengawas SMA pada Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kota Medan. Tesis: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2015.
ii ABSTRACT
Afri Amelia. Implementation Supervision by the Supervisory Academic High School in Subject Teacher Indonesian in Medan. Thesis: Post Graduate Program, State University of Medan, 2015.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-NYA sehingga penulisan proposal tesis dengan judul “Implementasi Supervisi Akademik Pengawas SMA dalam Rumpun Mata Pelajaran Bahasa di SMA Kota Medan” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan salam dan shalawat keharibaan junjungan Rasulullah SAW beserta para sahabat, keluarga dan kaum muslimin.
Proposal tesis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan berupa Beasiswa S2 Kepengawasan bagi penulis sehingga dapat menimba ilmu di Universitas Negeri Medan (UNIMED).
2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 3. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd. Selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
4. Dr. Ir. Darwin, M. Pd. Selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan (UNIMED).
5. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M. Pd. Selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan (UNIMED). 6. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M. Pd. sebagai pembimbing I dan Dr. Irsan
Rangkuti, M.Pd. sebagai pembimbing II penulis yang telah banyak memberikan masukan untuk dapat menyempurnakan proposal tesis ini. 7. Prof. Dr. Yusnadi, M.S sebagai dosen penguji yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan tesis nantinya. 8. Dr. Darwin, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan
iv
9. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan tesis nantinya. 10.Para Dosen yang telah memberikan ilmu dan nasehat selama penulis
mengikuti perkuliahan di Program Studi AP. Kepengawasan PPs UNIMED.
11.Suami tercinta Herianto yang telah banyak memberikan dukungan do’a, dukungan moril dan spiritual serta material dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, serta anakku tercinta Sabrina Zafirah.
12.Ibunda Siti Nurliana dan Ayahanda Sudarman serta seluruh keluarga besarku, khususnya Pipit, Gatra, Ratih, Noni dan Imam yang tak bosan-bosannya memberikan dukungan dan do’a dengan segala sikap penuh pengertian dan kasih sayang.
13.Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan Angkatan 2013.
14.Pengawas dan guru-guru Bahasa Indonesia di kota Medan yang banyak memberikan informasi dalam penelitian ini.
15.Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam mnyusun proposal tesis ini. akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat menambah sumbangan bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Medan, Juni 2015 Penulis
v
1. Pengertian Supervisi Akademik ... 18
2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik ... 23
3. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik ... 27
4. Model Supervisi Akademik ... 29
5. Pendekatan Supervisi Akademik... 32
6. Teknik Supervisi Akademik ... 34
7. Pengawas SMA dalam Rumpun Mata Pelajaran Bahasa... 37
8. Implementasi/ Pelaksanaan Supervisi Akademik... 42
B. Penelitian yang Relevan... 50
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Paparan Data ... 72
B. Hasil Penelitian ... 80
C.Pembahasan ... 100
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.Simpulan ... 109
B. Implikasi ... 110
C.Saran ... 112
DAFTAR RUJUKAN ... 113
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Nilai UKG Guru Rumpun Mata Pelajaran Bahasa SMA Negeri/swasta
Kota Medan tahun 2012-2014... 2
Tabel 2.1. Teknik Supervisi Individual... 34
Tabel 2.2. Teknik Supervisi Kelompok ... 35
Tabel 3.1. Kegiatan Supervisi Akademik... 49
Tabel 3.2. Instrumen Supervisi Akademik... 48
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Hal
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 115
Lampiran 2. Tabel Sistem Pengkodean Analisis Data... 118
Lampiran 3. Lembar Studi Dokumen ... 123
Lampiran 4. Catatan Lapangan/Observasi... 125
Lampiran 5. Kategori Fokus Masalah... 133
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Guru merupakan kunci penting dalam keberhasilan memperbaiki mutu
pendidikan. Masalah mutu pendidikan pada dasarnya menyangkut soal mutu
mengajar yang dilakukan oleh guru.Seorang guru dikatakan mutu mengajarnya
bagus berarti ia telah bekerja secara profesional. Dikatakan profesional apabila ia
memiliki kompetensi yang memadai. Artinya kompetensi yang dimiliki harus
secara utuh. Seseorang tidak bisa bekerja secara profesional apabila ia memenuhi
salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan.
Kompetensi-kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional.Namun kompetensi yang sangat diperhitungkan sebagai seorang
guru dalam proses pembelajaran adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional.
Berbicara kompetensi guru, tidak terlepas dari peraturan yang
menaunginya.Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasioal
(Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.Di dalamnya ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara
nasional.Kualifikasi akademik guru minimal berpendidikan Sarjana (S-1) atau
Diploma empat (D-IV) Kependidikan.Sedangkan kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
2
Namun, pada kenyataannya kompetensi guru masih rendah. Kompetensi
guru masih jauh dari standar yang telah ditetapkan. Bagaimana mutu pendidikan
akan meningkat jika kompetensi gurunya masih kurang dari yang diharapkan.
Fenomena kompetensi guru di kota Medan sangat rendah. Berdasarkan sumber
data dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara diperoleh
nilai Ujian Kompetensi Guru (UKG) tahun 2013 pada guru SMA rata-rata sebesar
53,635 dengan rincian 55,48 untuk guru negeri dan 51,79 untuk guru swasta, dan
pada tahun 2014 diperoleh nilai UKG dengan rata-rata 56,355 dengan rincian
57,81 untuk guru SMA negeri dan 54,90 untuk guru SMA swasta. Secara khusus,
nilai UKG pada guru rumpun mata pelajaran bahasa juga rendah. Hal itu dapat
ditunjukkan pada tabel berikut ini.
3
pelajaran Bahasa Indonesia dapat dirata-ratakan menjadi 60.75. Namun
sebenarnya jika ditelusuri lebih dalam, peserta UKG pada tahun 2012 dan
2013/2014 adalah guru yang berbeda. Peserta yang ikut UKG pada tahun 2012
sebagian besar masih mengajar namun mungkin merupakan guru-guru yang masa
mengajarnya lebih lama dari guru-guru yang ikut UKG pada tahun 2013/2014.
Hal di atas merupakan gambaran kompetensi guru Bahasa Indonesia yang
masih rendah. Rendahnya kompetensi guru Bahasa Indonesia sebenarnya menjadi
momok bagi dunia pendidikan khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting karena bahasa
merupakan sarana berpikir manusia. Pentingnya Bahasa Indonesia juga dapat
diketahui dalam buku guru Bahasa Indonesia oleh Mahsun dalam Kemendikbud
(2013:v) yang mengatakan bahwa dipertahankannya Bahasa Indonesia berada
dalam daftar pelajaran di sekolah karena pentingnya keberadaan Bahasa Indonesia
sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan. Selain itu, Bahasa Indonesia
juga diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Hal tersebut
4
yang memadai agar tujuan tetap diadakannya mata pelajaran Bahasa Indonesia
dalam daftar mata pelajaran di sekolah dapat tercapai.
Masalah kompetensi guru Bahasa Indonesia selain tanggungjawab
pemerintah adalah tugas dan kewajiban pengawas sekolah khususnya pengawas
dalam rumpun mata pelajaran bahasa. Hal itu seperti diatur dalam Permendiknas
No.12 tahun 2007 mengenai kompetensi yang harus dimiliki pengawas sekolah,
yaitu supervisi akademik. Beberapa diantaranya adalah membimbing guru dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis dan
membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di
kelas, di laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
Oleh sebab itu pengawas sekolah harus menguasai kompetensi guru.
Kekurangan dan kelemahan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya harus
diatasi melalui pelatihan/pembimbingan/pembinaan oleh pengawas sekolah.
Kegiatan membina guru adalah bagian supervisi akademik. Ini berarti kompetensi
guru menjadi rujukan utama bagi pengawas sekolah dalam melaksanakan
supervisi akademik.
Dalam melaksanakan supervisi akademik, pengawas sekolah
sekurang-kurangnya harus menguasai dimensi substansi keilmuan pendidikan yang sangat
diperlukan bagi peningkatan kemampuan profesional guru terutama dalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif mencirikan
sebuah kualitas/mutu pembelajaran. Jika pembelajaran itu bermutu berarti pula
5
proses dan hasilnya. Yang dimaksud dimensi proses dalam hal ini adalah aktivitas
guru dalam mengelola komponen pembelajaran agar bisa mengubah perilaku
peserta didik/siswa dalam belajar menjadi lebih baik. Sedangkan dimensi hasil
dalam hal ini adalah karakteristik peserta didik/siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran yang dapat dilihat dari penguasaannya memahami bahan ajar dan
dapat mengaplikasikan bahan ajar dalam pemecahan masalah yang semuanya
tertuang dalam nilai kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan).
Namun dalam rangka menciptakan kualitas pembelajaran, sebelumnya
diperlukan juga perencanaan pembelajaran yang baik. Karena dengan
perencanaan pembelajaran yang baik, proses pembelajaran terfokus, terarah, dan
memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran dilakukan dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Setelah dibuat RPP, barulah guru melaksanakan pembelajaran dan
menilainya. Fenomena di lapangan, tidak semua guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia mampu menyusun RPP dengan baik. Untuk itu diperlukan peran
pengawas sekolah sebagai supervisor pembelajaran yang seharusnya mampu
membina kemampuan guru tersebut.
Namun dari semua harapan dalam menciptakan mutu atau keberhasilan
pembelajaran di atas tidak sesuai dengan kenyataan.Jika dilihat dari dimensi hasil,
belum semua peserta didik/siswa SMA berhasil menguasai dan memahami bahan
ajar atau belum semua siswa menguasai standar kelulusan. Hal itu dapat dilihat
dari info ujian nasional menggambarkan sekitar 514 peserta didik di Sumatera
6
Gambar 1.1 Ketidaklulusan SMA/MA Tahun 2013/2014 (Sumber:Akun fb Info Ujian Nasional,2014)
Sementara itu, secara khusus nilai Ujian Nasional (UN) mata pelajaran
Bahasa Indonesia pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) rata-rata rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, seperti Biologi, Matematika, atau
Fisika. Ironisnya, pelajar yang mendapat nilai rendah tersebut mayoritas dari
jurusan
Bahasa.(https://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2014/10/17/nilai-un-bahasaindonesia-rendah/diakses 28 Februari 2015).
Berhasil tidaknya peserta didik tidak dapat dilepaskan dari peran
guru.Keberhasilan guru dalam mengajar dan mendidik pun tidak terlepas dari
7
itulah diperlukan supervisi akademik yang merupakan kegiatan yang wajib
dilakukan oleh pengawas sekolah.
Kata kunci dalam supervisi akademik bukanlah pengawasan, namun
bantuan pada guru untuk meningkatkan pembelajaran.Dapat dikatakan juga yang
dimaksud dengan supervisi di sini bukanlah sebagai inspeksi dari orang yang
merasa serba tahu (superior) kepada orang yang dianggap belum tahu sama sekali
(inferior), tetapi supervisi akademik dalam bentuk pembinaan dan bantuan yang
diberikan kepada seluruh guru/staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar agar kinerja menjadi lebih baik. Sehingga guru-guru selalu mengadakan
perbaikan dalam hal cara mereka mengajarkan suatu mata pelajaran dan
meningkatkan efektivitas belajar mengajar. Sejalan dengan itu, Sahertian
(2008:19) menjelaskan “Supervisi adalah usaha memberi layanan kepada
guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki
pengajaran.Aedi (2014:16) menjelaskan, “…supervisi akademis sendiri
dititikberatkan kepada pengamatan supervisor tentang masalah yang berhubungan
dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang langsung berada dalam
kegiatan pembelajaran.”Pada dasarnya supervisi akademik bukanlah mengukur
kinerja guru melainkan sebagai upaya untuk membantu para guru dalam
mengembangkan kapabilitas profesionalnya. Namun dalam
pelaksanaannyaterlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru,
sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara
mengembangkannya.
Alasan pentingnya pelaksanaan supervisi akademik adalah untuk
8
pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik dari segi kualitas dan
kuantitas. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Glanz, dkk (2007:2) dalam
presentasi makalahnya pada the Annual Conference of the American Educational
Research Association (AERA) di Chicago. Ia dan beberapa peneliti
menyimpulkan bahwa supervisi akademik berdampak pada perubahan perilaku
mengajar guru dan peningkatan prestasi siswa. Oleh karena itu kegiatan supervisi
akademik ini hendaknya rutin dilaksanakan di sekolah sebagai salah satu kegiatan
yang dipandang positif dalam meningkatkan proses pembelajaran yang akhirnya
dapat meningkatkan prestasi siswa. Apabila konsep-konsep ideal tersebut
dilaksanakan, maka dapat diharapkan kualitas/mutu pendidikan akan meningkat
secara signifikan. Melalui supervisi akademik, kemampuan mengajar guru dalam
mengubah tingkah laku peserta didik baik dalam perencanaan, proses, maupun
penilaian pembelajaran harus senantiasa ditingkatkan mengingat perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengharuskan orang untuk belajar terus
(long life education).Lebih-lebih guru, yang mempunyai tugas mendidik dan
mengajar. Jika sedikit saja lengah dalam belajar akan ketinggalan dengan
perkembangan, termasuk peserta didik yang diajar.
Supervisi terhadap guru perlu dilakukan terus menerus dalam rangka
memutakhirkan kemampuan professional guru.Perlunya hal itu dilakukan tidak
saja secara konseptual dibenarkan, tetapi secara empirik telah banyak dibuktikan
oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional yang pernah membuat
pedoman supervisi pembelajaran sebagai salah satu perangkat dalam pedoman
9
kurikulum 2013 bagi kepala sekolah yang berjudul “Supervisi Akademik
Implementasi Kurikulum 2013” dan “Buku Kerja Pengawas Sekolah”.
Supervisi juga penting dalam peningkatatan mutu pembangunan
pendidikan.Pembangunan pendidikan di masa sekarang berpatokan pada
peningkatan mutu.Akibatnya perlu ditingkatkan keseluruhan komponen sistem
pendidikan, baik yang bersifat sumber daya manusia (SDM) maupun yang bersifat
sumber daya alam/materi (SDA).Telah disadari, bahwa peningkatan mutu
komponen-komponen pendidikan yang terbukti lebih berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan adalah komponen yang bersifat SDM.Hal ini dapat
dipahami bahwa komponen yang bersifat SDA tidak dapat bermanfaat tanpa
adanya komponen yang bersifat SDM.
Komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat SDM sebenarnya
dapat digolongkan menjadi tenaga kependidikan guru dan non
guru.Komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat SDM juga dapat digolongkan menjadi
tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan; penilik, pengawas, peneliti dan
pengembang di bidang pendidikan; pustakawan, laboran, dan teknisi sumber
belajar.Selama ini yang mendapat perhatian lebih diantara komponen-komponen
sistem pendidikan yang bersifat SDM adalah tenaga guru.Pemerintah, dalam hal
ini Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberi perhatian penuh
kepada guru karena di tangan gurulah mutu pendidikan kita bergantung.Dapat
dilihat dari kenyataan bahwa sekolah-sekolah tidak berdaya bila tidak ada
gurunya.
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas komponen-komponen
10
penting dilakukan oleh pengawas sekolah adalah peran supervisi akademik atau
disebut juga supervisi pembelajaran.
Tanggungjawab pembinaan guru atau supervisi berada di tangan pengawas
sekolah.Pengawas sekolah bertanggung jawab terhadap kelancaran pendidikan
dan pengajaran di sekolah. Idealnya, supervisi akademik oleh pengawas sekolah
dalam perannya sebagai supervisor diharapkan dapat membantu rekan-rekan guru
secara professional untuk mengatasi berbagai persoalan belajar mengajar.
Kemampuan pengawas sekolah membantu rekan guru mengatasi persoalan
mengajar yang dihadapi di kelas dengan supervisi akan dapat membantu
pengawassekolah menambah angka kredit guna penilaian kinerjanya yang dinilai
setiap tahun.
Pengawas sekolah yang efektif adalah pengawas sekolah yang memahami
permasalahan yang dihadapi guru, selanjutnya memberikan bantuan dan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi itu, baik
secara individu maupun kelompok.Kemudian memberi kesempatan kepada
guru-guru untuk mengembangkan kreativitas dan mendorong ke arah ide-ide yang baik
bagi perbaikan tugasnya.Hal inilah gambaran supervisi akademik. Supervisi
akademik yang ideal adalah layanan profesional yang diberikan kepada guruoleh
orang yang lebih ahli, baik itu kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli
lainnya.Dalam hal ini pengawas sekolah lebih bertanggungjawab karena salah
satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi supervisi akademik.
Namun, di balik adanya siswa-siswa berprestasi, guru-guru berprestai maupun
sekolah favorit, belum tentu adanya pengaruh dari pengawas sekolah sebagai
11
SMAN 2 Medan adalah salah satu sekolah terfavorit di Medan.Hal itu
terbukti dari jumlah siswa yang meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
pengakuan wakil kepala sekolah bagian kurikulum, jumlah siswa pada tahun 2013
adalah 1250 siswa, pada tahun 2014 menjadi 1360 siswa. Jika dilihat dari jumlah
rombongan belajar (kelas) mengalami peningkatan, mulai dari 27 rombongan
belajar menjadi 30 rombongan belajar.Dari sekian banyak siswa yang berminat,
sudah seharusnya sekolah itu memiliki kepala sekolah dan guru yang memang
profesional (berkompeten) di bidangnya demi mempertahankan mutu pendidikan
di sekolah itu.Untuk itu dibutuhkan pula peran seorang pengawas sekolah yang
berkompeten.Namun, dari hal itu timbul pertanyaan apakah sebagai sekolah
favorit ada peran pengawas sekolah di dalamnya?Apakah supervisi akademik oleh
pengawas sekolah benar-benar dijalankan di sekolah itu? Model, pendekatan atau
teknik supervisi apa yang digunakan oleh pengawas sehingga sekolah tersebut
menjadi sekolah favorit?
Dari hasil pengamatan awal pada tanggal 23 Oktober 2014, situasi belajar
mengajar di sekolaah itu cukup kondusif. Semua siswa melaksanakan proses
belajar mengajar sebagaimana mestinya. Guru-guru mengajar sesuai dengan jam
pelajaran yang diampunya. Guru piket pun bekerja sesuai dengan fungsinya.
Namun, di sela-sela jam istirahat peneliti mewawancarai beberapa orang guru
mengenai pelaksanaan kurikulum baru.Mereka mengakui sangat bingung dalam
menerapkan kurikulum baru (kurikulum 2013) khususnya dalam hal model
pembelajaran dan penilaian pembelajaran.Walaupun demikian, mereka berusaha
12
kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan maupun pembinaan mengenai
kurikulum baru itu.
Dari hasil observasi pada tanggal 30 Oktober 2014, terlihat adanya
pergantian kepala sekolah.Setelah acara selesai, peneliti bertanya kepada beberapa
orang guru mengenai supervisi akademik.Mereka mengakui bahwa pelaksanaan
supervisi akademik oleh pengawas sekolah jarang dilakukan.
Dari hasil pengamatanjuga dapat diketahui masih banyak guru yang tidak
memahami tentang supervisi akademik. Hal ini terlihat dari beberapa fenomena
yang terjadi, yaitu : (1) supervisi dilakukan atas dasar keinginan dari supervisor
sendiri tanpa melibatkan guru, sehingga tidak jelas jadwal kegiatan supervisi;(2)
Penilaian kinerja guru sering hanya diukur dari administrasipembelajaran yang
ditulis namun tidak diperiksa secara mendalam; (3) Pernyataan kepala sekolah
mengatakan bahwa ada 71guru dari 90 guru (sekitar 80%) yang mengumpul
perangkat pembelajaran, dan dari 80% itu belum diperiksa kebenaran isinya oleh
supervisor; (4) sekitar 40 % guru hanya menggunakan media pembelajaran
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); (5) adanya keluhan guru tentang
ketidakpahaman model/metode pembelajaran baru dan penilaian dalam penerapan
kurikulum baru.
Faktor kompetensi pengawas sekolah dalam supervisi menentukan
keadaan guru dan terlaksananya kegiatan pembelajaran dan supervisi di sekolah
binaannya masing-masing. Hal itu mutlak dimiliki oleh setiap pengawas sekolah
sebagai supervisor pendidikan.Timbul pertanyaan, apakah pengawas sekolah
13
Secara teknis, pengawas sekolah sebagai supervisor sangat terbatas
kemampuannya di bidang studi yang diajarkan guru di kelas.Namun hal itu sudah
menjadi tugas pokok dan tanggungjawabnya. Oleh karena itu, pengawas sekolah
semestinya menggunakan berbagai pendekatan, model, dan teknik supervisi yang
sedemikian rupa secara berkesinambungan sehingga dapat mendorong guru untuk
mengembangkan diri secara mandiri dalam menangani masalah mengajarnya.
Pelaksanaan supervisi akademik dalam meningkatkan mutu pendidikan
umumnya dan pembelajaran khususnya mengalami berbagai hambatan.Salah
satunya tampak di lapangan bahwa pengawas sekolah memiliki citra yang kurang
baik.Hal ini merupakan akibat dari belum optimalnya pelaksanaan supervisi
akademik pengawas sekolah dengan hanya menekankan pada administratif
daripada substantif pengajaran.Hal itu terlihat pada penelitian yang dilakukakan
oleh Ali Sudin (2008). Ia menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi dalam
seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini terbukti dari persentase
yang diperoleh sebesar 45,27 %. Secara pelaksanaan supervisi yang menyangkut
aspek pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 41 %,
pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai
guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang yaitu 35,97 %.
Berdasarkan fenomena di atas, diperlukan penelitian tentang implementasi
supervisi akademik oleh pengawas SMApada guru mata pelajaran
bahasaIndonesia dikota Medan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan
14
pengawas SMA dalam rumpun mata pelajaran yaitu: (1) kompetensi guru
rumpun mata pelajaran bahasadan khususnya Bahasa Indonesia masih rendah; (2)
masih adanya peserta didik yang belum mencapai standar kelulusan; (3)
implementasi/pelaksanaan supervisi akademik yang belum berjalan optimal; (4)
pelaksanaan supervisi akademik cenderung menggunakan model, pendekatan dan
teknik konvensional (tradional) yaitu menilai dan mengawasi apa yang
dikerjakan oleh guru.
C.Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, fokus penelitian ini secara
umum adalah“Implementasi Supervisi Akademik oleh Pengawas SMA pada
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kota Medan.”
D.Rumusan Masalah
Fokus penelitian itu diturunkan menjadi rumusan masalah penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah implementasi supervisi akademik oleh pengawas SMA pada
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam merencanakan pembelajaran di
Kota Medan?
2. Bagaimanakah implementasi supervisi akademik olehpengawas SMA pada
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam melaksanakan proses
pembelajaran di Kota Medan?
E. Tujuan Penelitian
15
1. Mendeskripsikan pelaksanaan supervisiakademikoleh pengawas SMA
pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam merencanakan
pembelajaran di kota Medan.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas SMA
pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesiadalam melaksanakanproses
pembelajaran di Kota Medan.
E.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
1) Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pengembangan
ilmu pengetahuan tentang supervisi akademik pengawas SMA
dalam mata pelajaran bahasaIndonesia dikotaMedan.
2) Memberi rangsangan untuk melakukan penelitian lebih
mendalam tentang supervisi akademik pengawas sekolah
dalammata pelajaran bahasa Indonesia di kota Medan.
2. Manfaat Praktis
1) Bahan masukan kepada Kepala Dinas Pendidikan untuk
memberikan rekomendasi dalam menentukan kebijakan,
melakukan pembinaan terhadap tugas pengawas dalam
melaksanakan supervisi akademik.
2) Bahan masukan kepada pengawas sekolah agar dapat
menentukan prinsip-prinsip supervisi akademik, pendekatan,
dan teknik yang cocok terhadap guru-guru di sekolah binaan.
3) Bahan masukan kepada pengawas agar menentukan metode
16
F. BATASAN ISTILAH
Untuk memudahkan pembaca memahami tesis dan menghindari kesalahan
penafsiran atau kesalahpahaman membaca, maka peneliti membuat batasan istilah
pada tesis ini yaitu:
1. Implementasi supervisi akademik adalah serangkaian pelaksanaan
kegiatan pengawas sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
baik dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran.
2. Pengawas SMA pada guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah
pengawas sekolah di tingkat SMA yang mempunyai tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan
tugas pengawasan/supervisi terhadap guru mata pelajaran bahasa
Indonesia binaannya dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran.
3. Perencanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus yang
dituangkan dalam RPP.
4. Pelaksanaan pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru dengan
menempuh tiga tahapan (pendahuluan, inti, penutup) dengan
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DANSARAN
A. Simpulan
Dengan mengacu pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Implementasi implementasi supervisi akademik dalam merencanakan pembelajaran dilakukan dengan teknik individu dan kelompok. Teknik individu dilakukan dengan cara pribadi guru bertemu dengan pengawas sekolah di kantor kepala sekolah ataupun ruang guru. Supervisi dalam merencanakan diawali dengan kunjungan ke sekolah melalui kepala sekolah. Pembinaan diberikan jika ada kekurangan atau masalah dalam perencanaan pembelajaran yang dibuat guru. Sedangkan teknik kelompok dilakukan dengan cara mengumpulkan guru-guru sub rayon untuk diberikan pembinaan. Namun, jika pengawas yang membina di sekolah itu adalah pengawas mata pelajaran bahasa Indonesia, pembinaan diberikan secara individu. 2. Implementasi supervisi akademik oleh pengawas SMA dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan model konvensional dengan pendekatan yang belum inovatif. Supervisi dilakukan dengan melakukan kunjungan ke kelas dengan menilai cara mengajar guru. Hal itu disebabkan karena pengawas sekolah dalam melakukan supervisi akademik belum sepenuhnya menggunakan prinsip-prinsip supervisi yang sebagaimana mestinya seperti prinsip ilmiah.
Pelaksanaan supervisi belum sistematis. Supervisi dilakukan terkadang dengan cara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang telah diurakan di atas, berikut ini diuraikan implikasi sebagai berikut.
Implementasi supervisi akademik oleh pengawas SMA pada guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam merencanakan pembelajaran implementasi supervisi supervisi akademik oleh pengawas SMA pada guru mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan teknik individu dan kelompok. Individu berupa kunjungan dan observasi kelas, dialog dan evaluasi diri. Sedangkan teknik kelompok berupa pelatihan. Walaupun pengawas sudah menggunakan teknik sesuai teori supervisi, namun pengawas perlu mencari teknik lain yang lebih inovatif agar guru-guru tidak takut jika berhadapan dengan pengawas.
Jika jumlah pengawas Bahasa Indonesia tidak memenuhi dalam kebutuhan supervisi terhadap guru Bahasa Indonesia maka dinas pendidikan kota Medan diharapkan menambah jumlah pengawas Bahasa Indonesia. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Mengadakan perekrutan pengawas Bahasa Indonesia dengn mengutamakan kompetensi bukan dengan pengalihan jabatan.
berkompeten karena pengawas harus berasal dari guru yang memiliki prestasi yang tinggi.
Implementasi supervisi akademik oleh pengawas SMA dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model konvensional dengan pendekatan yang belum inovatif. Supervisi dilakukan dengan melakukan kunjungan ke kelas dengan menilai cara mengajar guru. Hal itu disebabkan karena pengawas sekolah dalam melakukan supervisi akademik belum sepenuhnya menggunakan prinsip-prinsip supervisi yang sebagaimana mestinya seperti prinsip ilmiah. Pelaksanaan supervisi belum sistematis. Supervisi dilakukan terkadang dengan cara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Untuk itu diharapkan pengawas SMA menggunkan prinsip-prinsip supervisi akademik yang baik seperti berkesinambunangan, model yang artistik dan klinis, juga metode/teknik supervisi yang inovatif.
C. Saran
1) Kepada kepala dinas hendaknya membuat kebijkan membagi tugas pokok pengawas dengan tidak menggabungkan antara supervisi manajerial dengan supervisi akademik, mengadakan perekrutan pengawas Bahasa Indonesia dengan mengutamakan kompetensi bukan dengan pengalihan jabatan; memberikan beasiswa pada guru berprestasi untuk dapat meningkatkan pendidikan seperti kuliah ke jenjang lebih tinggi agar menjadi pengawas yang berkompeten karena pengawas harus berasal dari guru yang memiliki prestasi yang tinggi.
2) Pengawas hendaknya menggunakan prinsip-prinsip supervisi akademik, pendekatan artistik dan klinis, dan teknik yang cocok terhadap guru-guru di sekolah binaan.
DAFTAR RUJUKAN
Adewale, Orenaiya Solomon. 2014. Instructional Improvement of Secondary School Teachers throughEffective Academic Supervision by the Vice-Principals. Journal of Education and Human Development.June 2014, Vol. 3, No. 2, pp. 607-617
Asf, Jasmani dan Mustofa, Syaiful. 2013. Supervisi Pendidikan. Terobosan baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Jogjakarta:Penerbit Ar-Ruzz Media
Aedi, Nur. 2014. PengawasanPendidikan. TinjauanTeoridanPraktek.Jakarta :RajawaliPers
Barnawi dan Arifin, Mohammad. 2012. Kinerja Guru Profesional. Instrumen Pembinaan, Peningkatan dan Penilaian. Jogjakarta:Ar Ruzzmedia
Glanz, Jeffrey. et al. 2007. Impact of Instructional Supervision on Student
Achievement:Can We Make the Connection?Paper presented at the Annual Conference of the American Educational Research Association (AERA), Chicago, April 13, 2007
Glickman, Carl. D. et al. 2010. Supervision and Instructional Leadership.A Developmental Approach.(Eight Edition).USA : Pearson Education, Inc. Publishing
Hadi, Amirul dan Haryono, H. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara
Hoy, Wayne K. dan Forsyth, Patrick B. 1986. Effective Supervision. Theory into Practice. New York:Random House
(https://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2014/10/17/nilai-un-bahasaindonesia-rendah/ diakses 28 Februari 2015).
Imron, Ali. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :BumiAksara
Kaffah, Silmi. 2014. Peningkatan Supervisi Akademik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MTs NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal Jawa Tengah. Tesis. Yogyakarta:Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik:Buku Guru/Kemendikbud. Jakarta:Kemendikbud
Moleong, Lexy. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Miles, Matthew B. and Huberman, A. Michael. 1994. An Expanded Sourcebook. Qualitative Data Analisysis. Second Edition. California:SAGE Publication
Muslim, Sri Banun. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme guru. Bandung : Penerbit Alfabeta
Neagley, Ross L dan Evans, N. Dean. 1980. Hanbook for Effective Supervision of Instruction. Third Edition. USA:Prentice-Hall
Pidarta, Made.2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: PT RinekaCipta Sagala, Sayaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.
Bandung : Penerbit Al fabeta
Sahertian, Piet A. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sakran. 2013. Persepsi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Pengawas Sekolah Di SMA Negeri 2 Bantaeng Kabupaten Bantaeng. Jurnal PTK DIKMEN. Vol. 3, No.1-November 2013
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif. Dasar-dasar. Jakarta : PT Indeks Sudin, Ali. 2008. Implementasi Supervisi Akademik TerhadapProses
Pembelajaran di Sekolah DasarSe Kabupaten Sumedang. Jurnal Pendidikan Dasar Nomor-9-April 2008
Sudjana, Nana. 2011. SupervisiPendidikan. Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah.Bekasi: Binamitra Publishing
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta
Syuhada. 2010. Manajemen Kepengawasan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Kabupaten Labuhan Batu. Tesis. Medan:Program Pascasarjana Unimed
Usman, Husaini. 2013. Manajemen. Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.Edisi 4. Jakarta:Bumi Aksara