• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK OLEH PENGAWAS SMA PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK OLEH PENGAWAS SMA PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KOTA MEDAN."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK OLEH PENGAWAS

SMA PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh: AFRI AMELIA NIM: 8136132058

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Afri Amelia. Implementasi Supervisi Akademik oleh Pengawas SMA pada Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kota Medan. Tesis: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2015.

(6)

ii ABSTRACT

Afri Amelia. Implementation Supervision by the Supervisory Academic High School in Subject Teacher Indonesian in Medan. Thesis: Post Graduate Program, State University of Medan, 2015.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-NYA sehingga penulisan proposal tesis dengan judul “Implementasi Supervisi Akademik Pengawas SMA dalam Rumpun Mata Pelajaran Bahasa di SMA Kota Medan” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan salam dan shalawat keharibaan junjungan Rasulullah SAW beserta para sahabat, keluarga dan kaum muslimin.

Proposal tesis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan berupa Beasiswa S2 Kepengawasan bagi penulis sehingga dapat menimba ilmu di Universitas Negeri Medan (UNIMED).

2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 3. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd. Selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

4. Dr. Ir. Darwin, M. Pd. Selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan (UNIMED).

5. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M. Pd. Selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan (UNIMED). 6. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M. Pd. sebagai pembimbing I dan Dr. Irsan

Rangkuti, M.Pd. sebagai pembimbing II penulis yang telah banyak memberikan masukan untuk dapat menyempurnakan proposal tesis ini. 7. Prof. Dr. Yusnadi, M.S sebagai dosen penguji yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan tesis nantinya. 8. Dr. Darwin, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan

(8)

iv

9. Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan tesis nantinya. 10.Para Dosen yang telah memberikan ilmu dan nasehat selama penulis

mengikuti perkuliahan di Program Studi AP. Kepengawasan PPs UNIMED.

11.Suami tercinta Herianto yang telah banyak memberikan dukungan do’a, dukungan moril dan spiritual serta material dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, serta anakku tercinta Sabrina Zafirah.

12.Ibunda Siti Nurliana dan Ayahanda Sudarman serta seluruh keluarga besarku, khususnya Pipit, Gatra, Ratih, Noni dan Imam yang tak bosan-bosannya memberikan dukungan dan do’a dengan segala sikap penuh pengertian dan kasih sayang.

13.Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan Angkatan 2013.

14.Pengawas dan guru-guru Bahasa Indonesia di kota Medan yang banyak memberikan informasi dalam penelitian ini.

15.Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam mnyusun proposal tesis ini. akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat menambah sumbangan bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, Juni 2015 Penulis

(9)

v

1. Pengertian Supervisi Akademik ... 18

2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik ... 23

3. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik ... 27

4. Model Supervisi Akademik ... 29

5. Pendekatan Supervisi Akademik... 32

6. Teknik Supervisi Akademik ... 34

7. Pengawas SMA dalam Rumpun Mata Pelajaran Bahasa... 37

8. Implementasi/ Pelaksanaan Supervisi Akademik... 42

B. Penelitian yang Relevan... 50

(10)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Paparan Data ... 72

B. Hasil Penelitian ... 80

C.Pembahasan ... 100

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.Simpulan ... 109

B. Implikasi ... 110

C.Saran ... 112

DAFTAR RUJUKAN ... 113

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Nilai UKG Guru Rumpun Mata Pelajaran Bahasa SMA Negeri/swasta

Kota Medan tahun 2012-2014... 2

Tabel 2.1. Teknik Supervisi Individual... 34

Tabel 2.2. Teknik Supervisi Kelompok ... 35

Tabel 3.1. Kegiatan Supervisi Akademik... 49

Tabel 3.2. Instrumen Supervisi Akademik... 48

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 115

Lampiran 2. Tabel Sistem Pengkodean Analisis Data... 118

Lampiran 3. Lembar Studi Dokumen ... 123

Lampiran 4. Catatan Lapangan/Observasi... 125

Lampiran 5. Kategori Fokus Masalah... 133

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Guru merupakan kunci penting dalam keberhasilan memperbaiki mutu

pendidikan. Masalah mutu pendidikan pada dasarnya menyangkut soal mutu

mengajar yang dilakukan oleh guru.Seorang guru dikatakan mutu mengajarnya

bagus berarti ia telah bekerja secara profesional. Dikatakan profesional apabila ia

memiliki kompetensi yang memadai. Artinya kompetensi yang dimiliki harus

secara utuh. Seseorang tidak bisa bekerja secara profesional apabila ia memenuhi

salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan.

Kompetensi-kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,

dan profesional.Namun kompetensi yang sangat diperhitungkan sebagai seorang

guru dalam proses pembelajaran adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi

profesional.

Berbicara kompetensi guru, tidak terlepas dari peraturan yang

menaunginya.Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasioal

(Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru.Di dalamnya ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi

standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara

nasional.Kualifikasi akademik guru minimal berpendidikan Sarjana (S-1) atau

Diploma empat (D-IV) Kependidikan.Sedangkan kompetensi guru meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional.

(15)

2

Namun, pada kenyataannya kompetensi guru masih rendah. Kompetensi

guru masih jauh dari standar yang telah ditetapkan. Bagaimana mutu pendidikan

akan meningkat jika kompetensi gurunya masih kurang dari yang diharapkan.

Fenomena kompetensi guru di kota Medan sangat rendah. Berdasarkan sumber

data dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara diperoleh

nilai Ujian Kompetensi Guru (UKG) tahun 2013 pada guru SMA rata-rata sebesar

53,635 dengan rincian 55,48 untuk guru negeri dan 51,79 untuk guru swasta, dan

pada tahun 2014 diperoleh nilai UKG dengan rata-rata 56,355 dengan rincian

57,81 untuk guru SMA negeri dan 54,90 untuk guru SMA swasta. Secara khusus,

nilai UKG pada guru rumpun mata pelajaran bahasa juga rendah. Hal itu dapat

ditunjukkan pada tabel berikut ini.

(16)

3

pelajaran Bahasa Indonesia dapat dirata-ratakan menjadi 60.75. Namun

sebenarnya jika ditelusuri lebih dalam, peserta UKG pada tahun 2012 dan

2013/2014 adalah guru yang berbeda. Peserta yang ikut UKG pada tahun 2012

sebagian besar masih mengajar namun mungkin merupakan guru-guru yang masa

mengajarnya lebih lama dari guru-guru yang ikut UKG pada tahun 2013/2014.

Hal di atas merupakan gambaran kompetensi guru Bahasa Indonesia yang

masih rendah. Rendahnya kompetensi guru Bahasa Indonesia sebenarnya menjadi

momok bagi dunia pendidikan khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia di

sekolah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting karena bahasa

merupakan sarana berpikir manusia. Pentingnya Bahasa Indonesia juga dapat

diketahui dalam buku guru Bahasa Indonesia oleh Mahsun dalam Kemendikbud

(2013:v) yang mengatakan bahwa dipertahankannya Bahasa Indonesia berada

dalam daftar pelajaran di sekolah karena pentingnya keberadaan Bahasa Indonesia

sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan. Selain itu, Bahasa Indonesia

juga diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Hal tersebut

(17)

4

yang memadai agar tujuan tetap diadakannya mata pelajaran Bahasa Indonesia

dalam daftar mata pelajaran di sekolah dapat tercapai.

Masalah kompetensi guru Bahasa Indonesia selain tanggungjawab

pemerintah adalah tugas dan kewajiban pengawas sekolah khususnya pengawas

dalam rumpun mata pelajaran bahasa. Hal itu seperti diatur dalam Permendiknas

No.12 tahun 2007 mengenai kompetensi yang harus dimiliki pengawas sekolah,

yaitu supervisi akademik. Beberapa diantaranya adalah membimbing guru dalam

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran

dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis dan

membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di

kelas, di laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam

rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.

Oleh sebab itu pengawas sekolah harus menguasai kompetensi guru.

Kekurangan dan kelemahan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya harus

diatasi melalui pelatihan/pembimbingan/pembinaan oleh pengawas sekolah.

Kegiatan membina guru adalah bagian supervisi akademik. Ini berarti kompetensi

guru menjadi rujukan utama bagi pengawas sekolah dalam melaksanakan

supervisi akademik.

Dalam melaksanakan supervisi akademik, pengawas sekolah

sekurang-kurangnya harus menguasai dimensi substansi keilmuan pendidikan yang sangat

diperlukan bagi peningkatan kemampuan profesional guru terutama dalam

melaksanakan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif mencirikan

sebuah kualitas/mutu pembelajaran. Jika pembelajaran itu bermutu berarti pula

(18)

5

proses dan hasilnya. Yang dimaksud dimensi proses dalam hal ini adalah aktivitas

guru dalam mengelola komponen pembelajaran agar bisa mengubah perilaku

peserta didik/siswa dalam belajar menjadi lebih baik. Sedangkan dimensi hasil

dalam hal ini adalah karakteristik peserta didik/siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran yang dapat dilihat dari penguasaannya memahami bahan ajar dan

dapat mengaplikasikan bahan ajar dalam pemecahan masalah yang semuanya

tertuang dalam nilai kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik

(keterampilan).

Namun dalam rangka menciptakan kualitas pembelajaran, sebelumnya

diperlukan juga perencanaan pembelajaran yang baik. Karena dengan

perencanaan pembelajaran yang baik, proses pembelajaran terfokus, terarah, dan

memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran. Perencanaan

pembelajaran dilakukan dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP). Setelah dibuat RPP, barulah guru melaksanakan pembelajaran dan

menilainya. Fenomena di lapangan, tidak semua guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia mampu menyusun RPP dengan baik. Untuk itu diperlukan peran

pengawas sekolah sebagai supervisor pembelajaran yang seharusnya mampu

membina kemampuan guru tersebut.

Namun dari semua harapan dalam menciptakan mutu atau keberhasilan

pembelajaran di atas tidak sesuai dengan kenyataan.Jika dilihat dari dimensi hasil,

belum semua peserta didik/siswa SMA berhasil menguasai dan memahami bahan

ajar atau belum semua siswa menguasai standar kelulusan. Hal itu dapat dilihat

dari info ujian nasional menggambarkan sekitar 514 peserta didik di Sumatera

(19)

6

Gambar 1.1 Ketidaklulusan SMA/MA Tahun 2013/2014 (Sumber:Akun fb Info Ujian Nasional,2014)

Sementara itu, secara khusus nilai Ujian Nasional (UN) mata pelajaran

Bahasa Indonesia pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) rata-rata rendah

dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, seperti Biologi, Matematika, atau

Fisika. Ironisnya, pelajar yang mendapat nilai rendah tersebut mayoritas dari

jurusan

Bahasa.(https://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2014/10/17/nilai-un-bahasaindonesia-rendah/diakses 28 Februari 2015).

Berhasil tidaknya peserta didik tidak dapat dilepaskan dari peran

guru.Keberhasilan guru dalam mengajar dan mendidik pun tidak terlepas dari

(20)

7

itulah diperlukan supervisi akademik yang merupakan kegiatan yang wajib

dilakukan oleh pengawas sekolah.

Kata kunci dalam supervisi akademik bukanlah pengawasan, namun

bantuan pada guru untuk meningkatkan pembelajaran.Dapat dikatakan juga yang

dimaksud dengan supervisi di sini bukanlah sebagai inspeksi dari orang yang

merasa serba tahu (superior) kepada orang yang dianggap belum tahu sama sekali

(inferior), tetapi supervisi akademik dalam bentuk pembinaan dan bantuan yang

diberikan kepada seluruh guru/staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar

mengajar agar kinerja menjadi lebih baik. Sehingga guru-guru selalu mengadakan

perbaikan dalam hal cara mereka mengajarkan suatu mata pelajaran dan

meningkatkan efektivitas belajar mengajar. Sejalan dengan itu, Sahertian

(2008:19) menjelaskan “Supervisi adalah usaha memberi layanan kepada

guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki

pengajaran.Aedi (2014:16) menjelaskan, “…supervisi akademis sendiri

dititikberatkan kepada pengamatan supervisor tentang masalah yang berhubungan

dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang langsung berada dalam

kegiatan pembelajaran.”Pada dasarnya supervisi akademik bukanlah mengukur

kinerja guru melainkan sebagai upaya untuk membantu para guru dalam

mengembangkan kapabilitas profesionalnya. Namun dalam

pelaksanaannyaterlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru,

sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara

mengembangkannya.

Alasan pentingnya pelaksanaan supervisi akademik adalah untuk

(21)

8

pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik dari segi kualitas dan

kuantitas. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Glanz, dkk (2007:2) dalam

presentasi makalahnya pada the Annual Conference of the American Educational

Research Association (AERA) di Chicago. Ia dan beberapa peneliti

menyimpulkan bahwa supervisi akademik berdampak pada perubahan perilaku

mengajar guru dan peningkatan prestasi siswa. Oleh karena itu kegiatan supervisi

akademik ini hendaknya rutin dilaksanakan di sekolah sebagai salah satu kegiatan

yang dipandang positif dalam meningkatkan proses pembelajaran yang akhirnya

dapat meningkatkan prestasi siswa. Apabila konsep-konsep ideal tersebut

dilaksanakan, maka dapat diharapkan kualitas/mutu pendidikan akan meningkat

secara signifikan. Melalui supervisi akademik, kemampuan mengajar guru dalam

mengubah tingkah laku peserta didik baik dalam perencanaan, proses, maupun

penilaian pembelajaran harus senantiasa ditingkatkan mengingat perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengharuskan orang untuk belajar terus

(long life education).Lebih-lebih guru, yang mempunyai tugas mendidik dan

mengajar. Jika sedikit saja lengah dalam belajar akan ketinggalan dengan

perkembangan, termasuk peserta didik yang diajar.

Supervisi terhadap guru perlu dilakukan terus menerus dalam rangka

memutakhirkan kemampuan professional guru.Perlunya hal itu dilakukan tidak

saja secara konseptual dibenarkan, tetapi secara empirik telah banyak dibuktikan

oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional yang pernah membuat

pedoman supervisi pembelajaran sebagai salah satu perangkat dalam pedoman

(22)

9

kurikulum 2013 bagi kepala sekolah yang berjudul “Supervisi Akademik

Implementasi Kurikulum 2013” dan “Buku Kerja Pengawas Sekolah”.

Supervisi juga penting dalam peningkatatan mutu pembangunan

pendidikan.Pembangunan pendidikan di masa sekarang berpatokan pada

peningkatan mutu.Akibatnya perlu ditingkatkan keseluruhan komponen sistem

pendidikan, baik yang bersifat sumber daya manusia (SDM) maupun yang bersifat

sumber daya alam/materi (SDA).Telah disadari, bahwa peningkatan mutu

komponen-komponen pendidikan yang terbukti lebih berpengaruh terhadap

peningkatan mutu pendidikan adalah komponen yang bersifat SDM.Hal ini dapat

dipahami bahwa komponen yang bersifat SDA tidak dapat bermanfaat tanpa

adanya komponen yang bersifat SDM.

Komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat SDM sebenarnya

dapat digolongkan menjadi tenaga kependidikan guru dan non

guru.Komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat SDM juga dapat digolongkan menjadi

tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan; penilik, pengawas, peneliti dan

pengembang di bidang pendidikan; pustakawan, laboran, dan teknisi sumber

belajar.Selama ini yang mendapat perhatian lebih diantara komponen-komponen

sistem pendidikan yang bersifat SDM adalah tenaga guru.Pemerintah, dalam hal

ini Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberi perhatian penuh

kepada guru karena di tangan gurulah mutu pendidikan kita bergantung.Dapat

dilihat dari kenyataan bahwa sekolah-sekolah tidak berdaya bila tidak ada

gurunya.

Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas komponen-komponen

(23)

10

penting dilakukan oleh pengawas sekolah adalah peran supervisi akademik atau

disebut juga supervisi pembelajaran.

Tanggungjawab pembinaan guru atau supervisi berada di tangan pengawas

sekolah.Pengawas sekolah bertanggung jawab terhadap kelancaran pendidikan

dan pengajaran di sekolah. Idealnya, supervisi akademik oleh pengawas sekolah

dalam perannya sebagai supervisor diharapkan dapat membantu rekan-rekan guru

secara professional untuk mengatasi berbagai persoalan belajar mengajar.

Kemampuan pengawas sekolah membantu rekan guru mengatasi persoalan

mengajar yang dihadapi di kelas dengan supervisi akan dapat membantu

pengawassekolah menambah angka kredit guna penilaian kinerjanya yang dinilai

setiap tahun.

Pengawas sekolah yang efektif adalah pengawas sekolah yang memahami

permasalahan yang dihadapi guru, selanjutnya memberikan bantuan dan

pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi itu, baik

secara individu maupun kelompok.Kemudian memberi kesempatan kepada

guru-guru untuk mengembangkan kreativitas dan mendorong ke arah ide-ide yang baik

bagi perbaikan tugasnya.Hal inilah gambaran supervisi akademik. Supervisi

akademik yang ideal adalah layanan profesional yang diberikan kepada guruoleh

orang yang lebih ahli, baik itu kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli

lainnya.Dalam hal ini pengawas sekolah lebih bertanggungjawab karena salah

satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi supervisi akademik.

Namun, di balik adanya siswa-siswa berprestasi, guru-guru berprestai maupun

sekolah favorit, belum tentu adanya pengaruh dari pengawas sekolah sebagai

(24)

11

SMAN 2 Medan adalah salah satu sekolah terfavorit di Medan.Hal itu

terbukti dari jumlah siswa yang meningkat dari tahun ke tahun. Menurut

pengakuan wakil kepala sekolah bagian kurikulum, jumlah siswa pada tahun 2013

adalah 1250 siswa, pada tahun 2014 menjadi 1360 siswa. Jika dilihat dari jumlah

rombongan belajar (kelas) mengalami peningkatan, mulai dari 27 rombongan

belajar menjadi 30 rombongan belajar.Dari sekian banyak siswa yang berminat,

sudah seharusnya sekolah itu memiliki kepala sekolah dan guru yang memang

profesional (berkompeten) di bidangnya demi mempertahankan mutu pendidikan

di sekolah itu.Untuk itu dibutuhkan pula peran seorang pengawas sekolah yang

berkompeten.Namun, dari hal itu timbul pertanyaan apakah sebagai sekolah

favorit ada peran pengawas sekolah di dalamnya?Apakah supervisi akademik oleh

pengawas sekolah benar-benar dijalankan di sekolah itu? Model, pendekatan atau

teknik supervisi apa yang digunakan oleh pengawas sehingga sekolah tersebut

menjadi sekolah favorit?

Dari hasil pengamatan awal pada tanggal 23 Oktober 2014, situasi belajar

mengajar di sekolaah itu cukup kondusif. Semua siswa melaksanakan proses

belajar mengajar sebagaimana mestinya. Guru-guru mengajar sesuai dengan jam

pelajaran yang diampunya. Guru piket pun bekerja sesuai dengan fungsinya.

Namun, di sela-sela jam istirahat peneliti mewawancarai beberapa orang guru

mengenai pelaksanaan kurikulum baru.Mereka mengakui sangat bingung dalam

menerapkan kurikulum baru (kurikulum 2013) khususnya dalam hal model

pembelajaran dan penilaian pembelajaran.Walaupun demikian, mereka berusaha

(25)

12

kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan maupun pembinaan mengenai

kurikulum baru itu.

Dari hasil observasi pada tanggal 30 Oktober 2014, terlihat adanya

pergantian kepala sekolah.Setelah acara selesai, peneliti bertanya kepada beberapa

orang guru mengenai supervisi akademik.Mereka mengakui bahwa pelaksanaan

supervisi akademik oleh pengawas sekolah jarang dilakukan.

Dari hasil pengamatanjuga dapat diketahui masih banyak guru yang tidak

memahami tentang supervisi akademik. Hal ini terlihat dari beberapa fenomena

yang terjadi, yaitu : (1) supervisi dilakukan atas dasar keinginan dari supervisor

sendiri tanpa melibatkan guru, sehingga tidak jelas jadwal kegiatan supervisi;(2)

Penilaian kinerja guru sering hanya diukur dari administrasipembelajaran yang

ditulis namun tidak diperiksa secara mendalam; (3) Pernyataan kepala sekolah

mengatakan bahwa ada 71guru dari 90 guru (sekitar 80%) yang mengumpul

perangkat pembelajaran, dan dari 80% itu belum diperiksa kebenaran isinya oleh

supervisor; (4) sekitar 40 % guru hanya menggunakan media pembelajaran

berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); (5) adanya keluhan guru tentang

ketidakpahaman model/metode pembelajaran baru dan penilaian dalam penerapan

kurikulum baru.

Faktor kompetensi pengawas sekolah dalam supervisi menentukan

keadaan guru dan terlaksananya kegiatan pembelajaran dan supervisi di sekolah

binaannya masing-masing. Hal itu mutlak dimiliki oleh setiap pengawas sekolah

sebagai supervisor pendidikan.Timbul pertanyaan, apakah pengawas sekolah

(26)

13

Secara teknis, pengawas sekolah sebagai supervisor sangat terbatas

kemampuannya di bidang studi yang diajarkan guru di kelas.Namun hal itu sudah

menjadi tugas pokok dan tanggungjawabnya. Oleh karena itu, pengawas sekolah

semestinya menggunakan berbagai pendekatan, model, dan teknik supervisi yang

sedemikian rupa secara berkesinambungan sehingga dapat mendorong guru untuk

mengembangkan diri secara mandiri dalam menangani masalah mengajarnya.

Pelaksanaan supervisi akademik dalam meningkatkan mutu pendidikan

umumnya dan pembelajaran khususnya mengalami berbagai hambatan.Salah

satunya tampak di lapangan bahwa pengawas sekolah memiliki citra yang kurang

baik.Hal ini merupakan akibat dari belum optimalnya pelaksanaan supervisi

akademik pengawas sekolah dengan hanya menekankan pada administratif

daripada substantif pengajaran.Hal itu terlihat pada penelitian yang dilakukakan

oleh Ali Sudin (2008). Ia menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi dalam

seluruh mata pelajaran belum berjalan optimal, hal ini terbukti dari persentase

yang diperoleh sebesar 45,27 %. Secara pelaksanaan supervisi yang menyangkut

aspek pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori cukup yaitu 41 %,

pelaksanaan supervisi yang menyangkut aspek pengembangan profesi sebagai

guru mata pelajaran oleh supervisor berada dalam kategori kurang yaitu 35,97 %.

Berdasarkan fenomena di atas, diperlukan penelitian tentang implementasi

supervisi akademik oleh pengawas SMApada guru mata pelajaran

bahasaIndonesia dikota Medan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan

(27)

14

pengawas SMA dalam rumpun mata pelajaran yaitu: (1) kompetensi guru

rumpun mata pelajaran bahasadan khususnya Bahasa Indonesia masih rendah; (2)

masih adanya peserta didik yang belum mencapai standar kelulusan; (3)

implementasi/pelaksanaan supervisi akademik yang belum berjalan optimal; (4)

pelaksanaan supervisi akademik cenderung menggunakan model, pendekatan dan

teknik konvensional (tradional) yaitu menilai dan mengawasi apa yang

dikerjakan oleh guru.

C.Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, fokus penelitian ini secara

umum adalah“Implementasi Supervisi Akademik oleh Pengawas SMA pada

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kota Medan.”

D.Rumusan Masalah

Fokus penelitian itu diturunkan menjadi rumusan masalah penelitian

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah implementasi supervisi akademik oleh pengawas SMA pada

guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam merencanakan pembelajaran di

Kota Medan?

2. Bagaimanakah implementasi supervisi akademik olehpengawas SMA pada

guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam melaksanakan proses

pembelajaran di Kota Medan?

E. Tujuan Penelitian

(28)

15

1. Mendeskripsikan pelaksanaan supervisiakademikoleh pengawas SMA

pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam merencanakan

pembelajaran di kota Medan.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas SMA

pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesiadalam melaksanakanproses

pembelajaran di Kota Medan.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

1) Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pengembangan

ilmu pengetahuan tentang supervisi akademik pengawas SMA

dalam mata pelajaran bahasaIndonesia dikotaMedan.

2) Memberi rangsangan untuk melakukan penelitian lebih

mendalam tentang supervisi akademik pengawas sekolah

dalammata pelajaran bahasa Indonesia di kota Medan.

2. Manfaat Praktis

1) Bahan masukan kepada Kepala Dinas Pendidikan untuk

memberikan rekomendasi dalam menentukan kebijakan,

melakukan pembinaan terhadap tugas pengawas dalam

melaksanakan supervisi akademik.

2) Bahan masukan kepada pengawas sekolah agar dapat

menentukan prinsip-prinsip supervisi akademik, pendekatan,

dan teknik yang cocok terhadap guru-guru di sekolah binaan.

3) Bahan masukan kepada pengawas agar menentukan metode

(29)

16

F. BATASAN ISTILAH

Untuk memudahkan pembaca memahami tesis dan menghindari kesalahan

penafsiran atau kesalahpahaman membaca, maka peneliti membuat batasan istilah

pada tesis ini yaitu:

1. Implementasi supervisi akademik adalah serangkaian pelaksanaan

kegiatan pengawas sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

baik dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran.

2. Pengawas SMA pada guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia adalah

pengawas sekolah di tingkat SMA yang mempunyai tugas,

tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan

tugas pengawasan/supervisi terhadap guru mata pelajaran bahasa

Indonesia binaannya dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai

pembelajaran.

3. Perencanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur

dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar

yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus yang

dituangkan dalam RPP.

4. Pelaksanaan pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru dengan

menempuh tiga tahapan (pendahuluan, inti, penutup) dengan

(30)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DANSARAN

A. Simpulan

Dengan mengacu pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Implementasi implementasi supervisi akademik dalam merencanakan pembelajaran dilakukan dengan teknik individu dan kelompok. Teknik individu dilakukan dengan cara pribadi guru bertemu dengan pengawas sekolah di kantor kepala sekolah ataupun ruang guru. Supervisi dalam merencanakan diawali dengan kunjungan ke sekolah melalui kepala sekolah. Pembinaan diberikan jika ada kekurangan atau masalah dalam perencanaan pembelajaran yang dibuat guru. Sedangkan teknik kelompok dilakukan dengan cara mengumpulkan guru-guru sub rayon untuk diberikan pembinaan. Namun, jika pengawas yang membina di sekolah itu adalah pengawas mata pelajaran bahasa Indonesia, pembinaan diberikan secara individu. 2. Implementasi supervisi akademik oleh pengawas SMA dalam

melaksanakan pembelajaran menggunakan model konvensional dengan pendekatan yang belum inovatif. Supervisi dilakukan dengan melakukan kunjungan ke kelas dengan menilai cara mengajar guru. Hal itu disebabkan karena pengawas sekolah dalam melakukan supervisi akademik belum sepenuhnya menggunakan prinsip-prinsip supervisi yang sebagaimana mestinya seperti prinsip ilmiah.

(31)

Pelaksanaan supervisi belum sistematis. Supervisi dilakukan terkadang dengan cara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan yang telah diurakan di atas, berikut ini diuraikan implikasi sebagai berikut.

Implementasi supervisi akademik oleh pengawas SMA pada guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam merencanakan pembelajaran implementasi supervisi supervisi akademik oleh pengawas SMA pada guru mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan teknik individu dan kelompok. Individu berupa kunjungan dan observasi kelas, dialog dan evaluasi diri. Sedangkan teknik kelompok berupa pelatihan. Walaupun pengawas sudah menggunakan teknik sesuai teori supervisi, namun pengawas perlu mencari teknik lain yang lebih inovatif agar guru-guru tidak takut jika berhadapan dengan pengawas.

Jika jumlah pengawas Bahasa Indonesia tidak memenuhi dalam kebutuhan supervisi terhadap guru Bahasa Indonesia maka dinas pendidikan kota Medan diharapkan menambah jumlah pengawas Bahasa Indonesia. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Mengadakan perekrutan pengawas Bahasa Indonesia dengn mengutamakan kompetensi bukan dengan pengalihan jabatan.

(32)

berkompeten karena pengawas harus berasal dari guru yang memiliki prestasi yang tinggi.

Implementasi supervisi akademik oleh pengawas SMA dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model konvensional dengan pendekatan yang belum inovatif. Supervisi dilakukan dengan melakukan kunjungan ke kelas dengan menilai cara mengajar guru. Hal itu disebabkan karena pengawas sekolah dalam melakukan supervisi akademik belum sepenuhnya menggunakan prinsip-prinsip supervisi yang sebagaimana mestinya seperti prinsip ilmiah. Pelaksanaan supervisi belum sistematis. Supervisi dilakukan terkadang dengan cara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Untuk itu diharapkan pengawas SMA menggunkan prinsip-prinsip supervisi akademik yang baik seperti berkesinambunangan, model yang artistik dan klinis, juga metode/teknik supervisi yang inovatif.

(33)

C. Saran

1) Kepada kepala dinas hendaknya membuat kebijkan membagi tugas pokok pengawas dengan tidak menggabungkan antara supervisi manajerial dengan supervisi akademik, mengadakan perekrutan pengawas Bahasa Indonesia dengan mengutamakan kompetensi bukan dengan pengalihan jabatan; memberikan beasiswa pada guru berprestasi untuk dapat meningkatkan pendidikan seperti kuliah ke jenjang lebih tinggi agar menjadi pengawas yang berkompeten karena pengawas harus berasal dari guru yang memiliki prestasi yang tinggi.

2) Pengawas hendaknya menggunakan prinsip-prinsip supervisi akademik, pendekatan artistik dan klinis, dan teknik yang cocok terhadap guru-guru di sekolah binaan.

(34)

DAFTAR RUJUKAN

Adewale, Orenaiya Solomon. 2014. Instructional Improvement of Secondary School Teachers throughEffective Academic Supervision by the Vice-Principals. Journal of Education and Human Development.June 2014, Vol. 3, No. 2, pp. 607-617

Asf, Jasmani dan Mustofa, Syaiful. 2013. Supervisi Pendidikan. Terobosan baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Jogjakarta:Penerbit Ar-Ruzz Media

Aedi, Nur. 2014. PengawasanPendidikan. TinjauanTeoridanPraktek.Jakarta :RajawaliPers

Barnawi dan Arifin, Mohammad. 2012. Kinerja Guru Profesional. Instrumen Pembinaan, Peningkatan dan Penilaian. Jogjakarta:Ar Ruzzmedia

Glanz, Jeffrey. et al. 2007. Impact of Instructional Supervision on Student

Achievement:Can We Make the Connection?Paper presented at the Annual Conference of the American Educational Research Association (AERA), Chicago, April 13, 2007

Glickman, Carl. D. et al. 2010. Supervision and Instructional Leadership.A Developmental Approach.(Eight Edition).USA : Pearson Education, Inc. Publishing

Hadi, Amirul dan Haryono, H. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara

Hoy, Wayne K. dan Forsyth, Patrick B. 1986. Effective Supervision. Theory into Practice. New York:Random House

(https://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2014/10/17/nilai-un-bahasaindonesia-rendah/ diakses 28 Februari 2015).

Imron, Ali. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :BumiAksara

Kaffah, Silmi. 2014. Peningkatan Supervisi Akademik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MTs NU 06 Sunan Abinawa Pegandon Kendal Jawa Tengah. Tesis. Yogyakarta:Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

(35)

Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik:Buku Guru/Kemendikbud. Jakarta:Kemendikbud

Moleong, Lexy. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Miles, Matthew B. and Huberman, A. Michael. 1994. An Expanded Sourcebook. Qualitative Data Analisysis. Second Edition. California:SAGE Publication

Muslim, Sri Banun. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme guru. Bandung : Penerbit Alfabeta

Neagley, Ross L dan Evans, N. Dean. 1980. Hanbook for Effective Supervision of Instruction. Third Edition. USA:Prentice-Hall

Pidarta, Made.2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: PT RinekaCipta Sagala, Sayaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.

Bandung : Penerbit Al fabeta

Sahertian, Piet A. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Rineka Cipta

Sakran. 2013. Persepsi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh Pengawas Sekolah Di SMA Negeri 2 Bantaeng Kabupaten Bantaeng. Jurnal PTK DIKMEN. Vol. 3, No.1-November 2013

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif. Dasar-dasar. Jakarta : PT Indeks Sudin, Ali. 2008. Implementasi Supervisi Akademik TerhadapProses

Pembelajaran di Sekolah DasarSe Kabupaten Sumedang. Jurnal Pendidikan Dasar Nomor-9-April 2008

Sudjana, Nana. 2011. SupervisiPendidikan. Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas Sekolah.Bekasi: Binamitra Publishing

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Syuhada. 2010. Manajemen Kepengawasan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Kabupaten Labuhan Batu. Tesis. Medan:Program Pascasarjana Unimed

Usman, Husaini. 2013. Manajemen. Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.Edisi 4. Jakarta:Bumi Aksara

Gambar

Tabel 1.1. Nilai UKG Guru Rumpun Mata Pelajaran Bahasa SMA Negeri/swasta Kota Medan tahun 2012-2014....................................................
Gambar 1.1. Ketidaklulusan SMA/MA Tahun 2013/2014.....................        6 Gambar 2.1
Tabel 1.1 Nilai UKG Guru Rumpun Mata Pelajaran Bahasa SMA Negeri/Swasta Kota Medan Tahun 2012-2014
Gambar 1.1 Ketidaklulusan SMA/MA Tahun 2013/2014

Referensi

Dokumen terkait

Confirmation and classification of carbapenemases according to Ambler can be done with combination of phenotypic methods, i.e., Modified Hodge Test (MHT), Sodium

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui tingkat adversity quotient peserta didik MTs Darul Karomah (2) Mengetahui tingkat kecerdasan intelektual peserta didik MTs

Sum ber: Kem enterian Penerangan, Propinsi Sumatra.. Setiap rakyat terjajah pasti akan menentang penjajahan- nya. Hadirnya kekuasaan penjajah. sudah tentu tidak diingini

Hasil penelitian menunjukan infusa daun sambung nyawa memiliki efek diuretik terhadap tikus putih jantan galur wistar dengan volume urin terbanyak ditunjukan pada dosis

Ketiga, dari kedua variabel independen ( Return saham dan beta saham) pada penelitian ini, return saham adalah variabel independen yang lebih berpengaruh

IDA KURNIAWATI SMAN 22... NGESTI HANDAYANI,

pertama dan diperingkat terakhir adalah Propinsi DI Jogjakarta. Tidak terdapat perbedaan tingkat efisiensi yang signifikan pada kinerja keuangan pemerintah propinsi

b. Tiap peserta menerima dokumen kelengkapan Rakernas pada saat kedatangan dan mendaftarkan sebagai peserta Rakernas. Dokumen dibagikan kepada peserta Rakernas yang memiliki