• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wakaf Uang Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang No.41 Tahun 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wakaf Uang Menurut Hukum Islam Dan Undang-Undang No.41 Tahun 2004"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Huk:um Islam (SHI)

Oleh: Rusdi Ratoni

NIM. 203 044 101 792

KONSENTRASI PERADILAN AGANlA PROD I AL-AHW AL AS-SY AKHSHIYAH

F AKULTAS SY ARI' AH DAN HUKUM

UNUVERSIT AS ISLAM NEGRI SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

(Studi Perbandingan) Skripsi

Diajukan kepada Fakultas syari'ah dan Hukum

Untulc Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Serjana Hulmm Islam(SHI)

Oleb:

Rusdi Ratoni

NIM: 203044101792

Di Bawah Bimbingan

A

Drs Ahmad Y ani.MA

NIP: 150 289 678

KONSENTRASI PERADILAN AGAlVlA

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 27 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Se1jana Hukum Islam· (SHI) pada Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah

(Peradilan Agama)

P ANITIA UJJAN Ketua

Sekretaris

Pembimbing I

Jakarta 27 Marnt 2008

Mengesahkan,

Prof. R.H. Mu

: Drs. Djawal1ir Heiazziey, SI-I,MA

NIP. 130 789 745

: Drs.H. Ahmad Yani MA

NIP. 150 289 678

: Dra. Hi. Halima Ismail

NIP. 150 075 192

NIP. 150 210 422

Pembimbing II : Ors.Ahmad Yani MA NIP. 150 289 678

Penguji I

Penguji II

: Drs. Djawahir Hejazziey, SH.MA

NIP. 130 789 745

: Dra.Maskufa S.Ag

(4)

Segala puji dan Syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang Tuhan seru sekalian Alam. Alhamdulillah,dengan taufik, Hidayah dan inaya11-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan walaupun ditemukan beberapa kesulitan. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Mulianunad SAW , keluarga dan para sahabatnya.

Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan yang harus penulis laksanakan untuk meraih gelar serjana Hukum islam pada Fakultas Syari'ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Upaya penulisan naskah ini, penulis lakukan setelah menyelesaikan mata kuliyah yang telah ditetapkan oleh Fakullas.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis merasa berhutang budi kepada semua pihak yang tanpa bantuan dan uluran tangan mereka skripsi ini tidak akan terwujud seperti ini. Untuk itu sepantasnyalah penulis mengucapkan banyak terima kasih .Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada:

1. Bapak. Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH.MA Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

(5)

4. Bapak Drs. H. Ahmad Yani. MA. Selaku dosen Pembimbing di tengah kesibukanya rela menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta ilmunya kepada penulis.

5. Dosen dan Karyawan dilingkungan Fakultas syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan,pengalaman serta bantuanya kepada penulis

6. Ayahanda Masrizal bin alunad dan Ibunda Kujai yang tercinta,atas jerih payah dan kasih sayang merekalah penulis dapat menyelesaikan studi penulis untuk sementara wakatu.Walaupun Ibunda telah di panggil Oleh Alah SWT. Tetapi do'a dan Harapan mereka membuat motifasi penulis untuk menyelesaikan study ini. Semoga Allah Menerima Il1adah Kedua Orang Tua amba,dan di tempatkan di surga-Nya Amin.

7. Bapak Drs.H. Ambrizal dan Thu Hj. Hafuah yan telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil, sehingga skripsi ini selesai.

8. KH.Drs. Muhtady Alawi selaku Guru handa sebagi Pengasuh Pondok Pesantren Soebono Mantofani, yang telah mendidik dan memberikan tempat tinggal penulis sampai selesainya skripsi ini.

(6)

menyelesaikan skripsi ini.

12. Sabat Rusydi yang telab memberikan duknngan dan ide yang membangnn,

sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.

13. Sababat-sababat di Tempat Tinggal penulis Aguz Zaki, M.Riyadhoh,Joshe,

sebagi sababat suka dan duka telab memberikan dukungan do'a hingga

skripsi ini selesai.

14. Seluruh teman-teman seperjuang SAS- PA 2003,penulis merasa bangga telab

menjadi bagian dari komunitas tersebut.

Akhimya,semua bantuan ,dorongan ,do' a serta an1al bakti yang telal1 diberikan

itu,semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allal1 Yang Maha Pemurah. Amin

Y arobbal 'alamin. Dan penulis berharap semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi

ini diipat qermanfaaf bagi sセャャIャャAi@ pi)11jk teftltan1a penulis sendiri.

Penulis.

(7)

---DAFTARISI ... ii

BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... .

g:·

Pembatasan Dan Perumusan Masalah . . . .. . . .. . . .. .. . . .. .. . .. . .... 6

C. Metodologi Penulisan dan Tujuan penulisan... ... 7

D. Sistematika Penulisan 9

BAB. II. SEKJTAR WAKAF UANG DALAM PANDANGAN FIQH ISLAM

A. Pengertian Wakaf dan Dasar Hukum Wakaf... ... ... 11

B. Syarat-syarat Wakaf dan Rukun Wakaf.. ... 21

C. WakafUang Dalarn Pandangan Islam ... 28

D. Hikmah W akaf... .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . .. . . .. .. .. . . . .. . . . 3 3

BAB. III. PERWAKAFAN DI INDONESIA

A. Lintas Sejarah Wakafdi Indonesia ... 36

B. Peraturan dan Ketetapan Perwakafan yang Pernah Berlaku di Indonesia ... 3 9

C. Ketetapan Perwakafan pada UU RI No. 41 Tahun 2004 ... 49

(8)

VANG MENURUT FIQH ISLAM DAN UU RI NO. 41 TAHUN 2004

··· 57

A. Persamaan Konsep Wakaf Uang Menumt Fiqh Islam dan UU RI No. 41

Tahun 2004 ... 60

B. Perbedaan Konsep Wakaf Uang Menumt Fiqh Islam dan Undang-Undang RI

No. 41 Tahun 2004 Dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi ... 64

C. Analisa Penulis ... 65

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran-Saran ... 71

(9)

Umat Islam harus yakin bahwa Allah SWT tidak menciptakan manusia seperti

juga tidak menciptakan jin kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Beribadat dalam arti

mengabdi kepadanya secara keseluruhan, baik seluruh sikap hidup dan kehidupan

manusia secara pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat dan sebagai kesatuan

mahkluk pada umumnya.

Dalam pelaksanaan ibadah tersebut, Allah telah mengatur caranya, baik dalam

bentuk ibadat khusus yang telah ditentukan cara, waktu, dan tempatnya, seperti

shalat, puasa, haji, maupun dalam bentuk ibadat secara umum, Ibadat secara umum "

berupa pengabdian kita kepada-Nya melalui pengabdian untuk kepentingan

kemanusiaan dan kemasyarakatan, yaitu untuk kepentingan umum atau kepentingan

jama'ah. Mereka yang mempelajari secara keseluruhan dapat mengerti bahwa jika di

luar bidang peribadatan dikatakan sesuatu hale adalah hak Allah SWT, maka yang dimaksud ialah hale Jama 'ah atau hak umum.1

Salah satu amal sosial kemasyarakatan adalah wakaf yang dapat disebut

sebagai salah satu bentuk realisasi ibadat dalam Islam, yang dapat menjadi sumber

dana dakwah telah tumbuh subur dan selalu dilaksanakan oleh bangsa Indonesia.

Wujud perwakafan tersebut banyak macamnya, ada yang berwujud tanah, gedung,

1

(10)

pohon dan bentuk wakaflainnya2. Wakaf mernpakan satu bentuk ibadah dengan cara

memisahkan sebagian harta beiada yang kita miliki untuk dijadikan harta milik umum,

yang akan diambil manfaatnya bagi kepentingan orang lain atau umat islam pada

umumnya.

Secara historis, peran wakaf sangat besar, baik secara kualitas maupun

kuantitas, dari segi kwalitas, misalnya di Mesir sampai pada abad 19 jumlah lahan

pe1tanian, hasil wakaf masyarakat mencapai sekitar sepe1tiga dari total jumlah lahan

pertanian yang ada. Sedangkan dari segi pemanfaatan, tanah wakaf mempunyai andil

yang sangat besar dalarn memajukan sektor pendidikan, kesehatan dan kebutuhm1

sosial lainnya. 3.

Wakaf merupakan salah satu instrumen ekonomi umat dan negara yang unik,

dalan1 wakaf yang layak untuk di manfaatkan adalah hasil dari perputaran dan

pengelolaan wakaf bukan pokoknya, dengan demikian barang wakaf tidak akan habis.

Keunikan wakaf juga terlihat pada pengembagan hmta yang tidak didasarkan pada

tingkat pencapaian keuntungan bagi pemilik hmta wakaf, tetapi lebih didasarkan pada

target dan didasarkan pada unsur kebajikm1 (birr), kebaikan (ihsan) dan kerjasamanya. Bisajadi, sebuah harta wakaftidak mendatangkan keuntungan, namun

jika dialokasikan dengan 「・ョ。セML@ sehingga bisa merekrut tenaga pengangguran, maka

harta tadi sudah berguna, dengan begitu wakaf harus dikelola dengan penuh

2

Ibid, h. 6 3

Hasan,Zubairi Membebaskan Keterbe/akangan Umat dengan Wakaf, (Jakarta : Majalah

Peduli Umat, IV, 9 Agustus 2003), h. 6,

(11)

kebersamaan dan transparan, harta wakaf adalah milik umat wajar sekali bila

perputaran uang dibalik harta wakaf hams diketahui oleh Umat.

Prinsip pemilikan harta dalam ajaran Islam menyatakan bahwa haiia tidak

dibenarkan hanya dikuasai oleh sekelompok orang. Penguasaan harta oleh •

sekelompok orang alcan melahirkan eksploitasi si kaya terhadap si miskin akan

menimbulkan kegoncangan sosial akan menjadi penyakit masyarakat mempunyai

akibat-akibat negatif beraneka ragam. Harta tidaklah hanya unruk dinikmati sendiri,

melainkan hams dinilanati bersama. Ini tidak beraiii bahwa ajaran Islam iru

melarang orang untuk kaya raya, melainkan suatu peringatan kepada umat manusia

bahwa Islam mengajarkan fungsi sosial harta. Untuk itu diciptakan lembaga zakat,

shadakah, infag, kafarah, perwakafan, dan lembaga lainnya.

Kajian wakaf sebagai pi;anata sosial memjuk kepada tiga corcus;

Pertama, Wakaf sebagai lembaga keagamaai1

Kedua, W akaf sebagai lembaga yang diatur oleh negai·a

Ketiga, Wakaf sebagai lembaga kemasyarkatan atau suatu lembaga yang hidup dalam masyarakat. 4

Apabila wakaf ditinjau sebagai lembaga keagamaan dalam ajarai1 Agama Islam,

maka corcus sumber datanya meliputi :

4 Juhaya S Praja" Penvakafan di Indonesia; Sejarah, Pe111ikiran, Huk1-11n dan

(12)

1 Wahyu yakni Al-qur'an 2 Sunah

3 Ijtihad, yakni hasil ijtihad para mujahidin dalam upaya menginterpretasikan Al-Qur'an dan sunah karena ijtihad itu selalu mempertimbangkan situasi dan

kondisi, yang berupa ruang, waktu, manfaat dan tujuan hukum, malca

keragaman pendapat mengenai praktek pranata sosial wakaf ini tidak

terelakan lagi

Kajian wakaf sebagai lembaga yang diatur oleh negara merujuk kepada

peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara itu. Di Indonesia, pe1wakafan

telah diatur dalam perundang-undangan sejak tahun 1905, walaupun masih terbatas

pada perwalcafan tanah yang termasuk didalamnya masjid dan rumah-rumah suci.

Peraturan-peraturan tersebut adalah:

I. Bijblad op Het staatsblad (Lembaran Negara) nomor 1698, Bede Huizen

Moskieen, tgl 31 Januari 1905 tentang rumah-rumal1 suci dan masjid (yang

dimaksud di sini adalah· wakaf);

2. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 12573, tanggal 4 Juni 1931 tentang

Bedehizeen Wakaps. Peraturan ini denganjelas menyatakan Wakaf.;

3. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 13380 tanggal 24 Desember 1934 tentang

bedehizeen Bijblad op l-Iet Staatsblad Nomorrijdagdiensten Moskieen, en

wakap;

4. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 13480, tanggal 27 Mei 1935. tentang

(13)

7 UU RI No. 41Tahun2004 tentang wakaf.

Kajian wakaf dengan menganggapnya sebagai lembaga kemasyarakatan atau lembaga yang hidup dalam masyarakat berarti mengkaji wakaf dalam tinjauan sosial, kajian ini merujuk kepada 」セイ」オウ@ yang meliputi fakta dan data yang ada dalam masyarakat. Fakta tersebut ditunjang oleh dokumen-dokumen, daftar-daftar, atau list yang ada didalam kantor, akta-akta, sebelum dan sesudah peraturan perundang-undangan itu diberlakukan dan dilaksanakan sebagai hukum positif dan benar-benar hidup dalam masyarakat.

Wakaf merupakan salah satu lembaga yang dianjurkan oleh aJaran Islam untuk digunakan seseorang sebagi sarana penyaluran rezeki yang di berikan oleh Allah SWT kepadanya. kendatipun didalamnya Al-Qur'an tidak menyebutkan soal wakaf seperti halnya dengan zakat tetapi dari beberapa ayat Al-qur'an yang akan disebutkan, para ahli menyimpulkan bahwa Allah menghendak adanya wakaf.

Dalam kaitan ini penulis ingin memberikan sedikit gambaran dan informasi tentang wakaf uang serta pengaruhnya terhadap kemaslahatan wakaf di Indonesia.

Berkenaan dengan itu, maka penulis menetapkan judul skripsi ini adalah

"Waka/ Vang Menurut Hukum Islam dan VU RI. Nomor 4I Tahun 2004"

B. Pembatasan dan Rnmusan Masalah

.

(14)

pengertian tentang istilah yang sama akan membawa kepada perbedaan di dalam

pembahasan.

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

Adapun pembatasan masalah dalam skripsi ini tentang Wakaf Vang yaitu

merujuk pada Hukum Islam dan Hukum positif(Vndang-Vndang No.41.Tahun 2004)

serta membandingkan antara kedua Hukumnya mengenai hukum wakaf uang

terse but.

Adapun Pernmusan Masalalmya :

I. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan VV No. 41 Tahun 2004 terhadap

Hukum WalrnfVang?

2. Apa persamaan dan perbedaan pandangan Hukum Islan1 dan Vndang-undang

No 41 Tahun 2004 mengenai WakafVang?

3. Apa yang melatar belakangi perbedaan konsep wakafVang dalam pandangan

hukum Islam dan Vndll!1g-undang No 41 Tahnn2004?

C. Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan antara lain :

1. Memberikan gambaran yang jelas tentang walrnf Vang dalam pandangan fiqh

Islam dan Vndang-undang No 41 Tahun 2004

2. Mengetahui sejauhmana persamaan dan perbedaan kosep wakaf Vang

menurut Fiqh Islam dan Vndang-undang No 41Tahun2004

(15)

E. Sistematika Pembahasan.

Untuk memudahkan gambaran dari isi skripsi 1m, maka perlu · penulis

kemukakan sistematika ー・ョオャゥセ。ョョケ。@ sebai berikut :

BAB I: Merupakan Pendabuluan yang berisi : Latar belakang permasalahan,

pembatasan dan perumusan masalab, tujuan penelitian, metodologi

penulisan dan sistematika pembahasan.

BAB II Wakaf Uang dalam pandangan Fiqh Islam yang berisi : Tinjauan teroritis

tentang walrnf mengenai : Pengertian Wakaf, dasar hukum wakaf, rukun

dan syarat perwakafan dan hikmal1 wakaf.

BAB III Perwakafan dalam Undang-undang RI Nomor 41 Tahun 2004 Meliputi :

Lintas sejarab wakaf di Indonesia, Peraturan dan ketetapan perwakafan

Uang yang Pernab Berlaku di Indonesia, Ketetapan Perwalrnfan pada

Undang-undang RI Nomor 41 Talmn 2004

BAB IV Analisa Perbandingan antara konsep WakafUang menurut Fiqh Islam dan

Undang-undang Nomor 41 Talmn 2004 Meliputi: Pesamaan Konsep

Wakaf Uang menurut Fiqh Islam dan UU RJ No 4I Tabun 2004,

Perbedaan Konsep Wakaf Uang Menurut Fiqh Islam dan UU RI No 41

Tahun 2004, Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan

BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran penulis.

Selain dari ke lima bah tersebut, dalam penyusunan skripsi ini akan

(16)

WAKAF UANGDALAM PANDANGANFIQHISLAM

A. Pengertian Dan Dasar Wakaf a. Pengertian Wakaf

Kata wakaf berasal dari babasa Arab a/-waqf bentuk masdar dari waqafa-yaqifa-waqfan sama artinya dengan "Hasaba Yahbisu Tahsiban" yang berarti berdiri

atau berhenti atau diam di tempat 1 Pengertian "berhenti" jika di hubungkan dengan

ilmu baca Al-Quran atau ilmu tajwid mengandung malma menghentikan bacaan baik

setemsnya maupun untuk mengambil nafas sementara, dari makna hams dimulai dan

dimana hams berhenti. Pengertian wakaf dalan1 arti "berdiam di tempat" dikaitkan

dengan wukuf yaitu berdiam di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijab ketika menunaikan

ibadah haji. Kata al-waqf semalma dengan al-hasb bentuk masdar dari hasaba-yasibu-hasban artinya menaban2. Dalam kamus istilab agama Islam dijelaskan babwa

wakaf adalab menahan, yalmi menal1an sesuatu benda yang kekal zatnya dan dapat

dimanfaatkan di jalan kebaikan.

Para Ulama berbeda pendapat dalan1 memberikan pengertian tentang wakaf

diantaranya :

1 Muhammad al-Khatib, a/-Jqna'(Bairut: daiul fvfa'rifah),h,26 dan Wabah Zhuhaili,Al-Fiqhu al- !slan1i

wa 'Adillatuhu(Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu'ashir),h.7599

2

(17)

1. Menurut Abu Hanifah:3

Artinya : Menahan benda yang statusnya tetap milik si wakaf (orang yang mewakafkan) dan yang disedekahkan hanya manfaatnya saja dengan cara yang benar"

Imam Abu Hanifah memandang akad wakaf tidak mengikat, dalan1 artian

bahwa orang yang berwakaf boleh saJa mencabut wakafoya kembali dan boleh

diperjual-belikan oleh pemilik semula. Dengan demikian mewakafkan harta secara

mutlak menurutnya akad wakaf baru bersifat mengikat apabila:

I. Terjadi sengketa antara yang mewakafkan (waqif) dan pemelihara harta wakaf

(Nadzir) dan hakim memutuskan bahwa wakafitu mengikat. 2. Wakafitu di pergunakan untuk masjid

3. Putusan hakim terhadap harta wakaf itu dikaitkan dengan kematian orang yang

berwakaf.

Alasan Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa wakaf tidak mengikat

adalah sabda Rasulullah yang menjelaskan "Tidak boleh memakan harta yang merupakan ketentuan-ketentuan Allah" (HR Daruqutni)

Apabila wakaf bersifat melepaskan hak milik, maka akan bertentangan

dengan hadits ini karena pada hai1a itu tergantung hak ahli waris wakif yang termasuk

ketentuan-ketentuan Allah SWT akan tetapi Wahbah Az-Zuhaili (Guru besar fiqh

3

(18)

セZセ[ᄋMMMMMMN@

N SY1,1-110· N UT.'\MA

JAl<ARTA

J

---Islam di Universitas Damascus Suriah) menyatakan bahwa maksud sabda Rasulullah

SAW di atas adalah membatalkan sistem waris yang ada di zaman jahiliyah yang

membatasi hak waris hanya pada kaum pria dewasa saja di samping hadits itu sendiri

adalah daif (lemah)4

Dalam hatia yang sah di wakafkan meurut imam Hanifah:

Benda tidak bergerak. Benda yang tidak bergerak ini di pastikan 'ain-nya

memiliki sifat kekal dan memungkinkan dapat diambil manfaatnya

seterusnya.

Benda bergerak. Pada prinsipnya yang sah di wakafkan adalah benda tidak

bergerak,Ta'bid(tahan lama).Prinsif ini di dejelaskan kembali dengan

memenuhi beberapa hal:Pertama keadaan benda bergerak itu mengikuti benda tidak bergerak dan ini ada dua macam:(l) barang tersebut

mempunyai hubungan dengan sifat diam di tempat ,missal pohon.(2) benda

bergerak di pergunakan untuk membantu benda tidak bergerak,missal alat

pembajak.Kedua,berdasarkan atsar,miasl wakaf senjata,binatang. Sebagai

mana di riwayatkan Klmlid bin Walid pernah mewakafkan senjatanya di

jalan Allah.Ketiga wakaf bergerak mendatangkan pengetahuan,missal wakafBuku,kitab-kitab dan mushaf dan tennasuk Dhinar(uang)

4

l'vla!ik bin Anas, ln1ain, al-lviudavvanah a!-Kubra, (Beirut : Daar el-Kutub al-llmiyah, 1994) Juz

(19)

2. Menurut Malikiyah :5

Artinya : wakaf adalah seorang pemilik yang memperuntukkan manfaat harta benda miliknya baik berupa sewa maupun hasilnya untuk diserahkan kepada pihak yang berhak dengan bentuk penyerahan be1jangka waktu sesuai dengan apa yang

dikehendaki o/eh orang yang berwakaf

Menurut teori Imam Malik wakaf itu mengikat dalarn arti lazim, tidak mesti

dilembagakan secara abadi dalam mii mu 'abbad dan boleh saja diwakafkan untuk tenggang waktu tertentu yang disebut mu 'aqot nmnun demikian, wakaf itu tidak boleh ditarik ditengah pe1jalanan dengan kata lain, si wakif tidak boleh menarik ikrar

wakafnya sebelum habis tenggang waktu yang telah ditetapkannya, kiranya disini

letak adanya "Kepastian Hukum" (lazim) dalmn perwakafan menurnt Imam Malik,

yaitu kepastian lmkum yang mengikat berdasarkm1 suatu ilaar "hmia atau benda yang

diwakafkm1 adalah benda yang mempunyai nilai ekonomis dan tahan lama. Harta itu

berstatus milik si wakif, akan tetapi si wakif tidak mempunyai hak untuk

menggunakan harta tersebut (Tasharuj) selama masih masa wakafnya belum berakhir. Jika dalam shigat atau ikrar wakaf itu si wakif tidak menyatakan dengan tegas waktu perwakafan yang ia kehendaki, maka dapat diartikan bahwa ia

bermaksud mewakafkan harta itu untuk selama-lamanya (Mu 'abbad). Landasan

5

Praja, Juhaya S, Per111akafan di Indonesia; Sejarah, Pen1ikiran, J-Iukum dan Perke111bangannya,

(20)

hukum yang dijadikan rujukan Imam Malik dalam hal ini adalah Hadits Ibn Umar

yang berbunyi :

Artinya : ... Umar mempunyai tanah di Khaibar, kemudian Ia datang kepada Rasu/ullah a '/aihi sa/am. Meminta untuk mengolahnya seraya ia Berkata : Ya Rasulallah, aku memiliki sebidang tanah di Khaibar. tetapi aku be/um mengambil manjaatnya, bagaimana aku harus berbuat untuk ? Nabi bersabda : Jika kau menginginkannya, tahanlah itu dan shadaqahkan hasilnya. Tanah tersebut tidak boleh dijual atau diperjual belikan dihibahkan at.au diwariskan. Umar menshadaqahkan (Mewakafakan) tanah di Khaibar itu kepada fakir miskin, /rririb kerabat, budak (Riqab), dan Ibnu Sabi!

Alasan yang dikemukakan Imam Malik mengapa wakaf itu berstatus milik si

wakif berdasarkan kasus Ibn Umar sebagai pemilik benda yang diwakafkan yang

diperintahkan Rasul untuk mengeluarkan miliknya itu. Sementara alasan mengenai

keabsahan wakaf untuk sementara waktu ialah berdasarkan atas kenyataan tidak

adanya dalil yang mengharuskan wakaf itu mu 'ab bad, konsekwensinya apabila wakaf

yang diikrarkan dalam bentuk mu 'a bad sementara manfaat benda itu hanya berlaku

sementara waktu saja, maim wakaf itu boleh dijual dengan pertimbangan

(21)

yang tidak/kurang mempunyai nilai manfaat hasil penjualannya digunakan untuk

membeli benda lain yang mempunyai nilai atau manfaat yang sama sesuai dengan apa

yang dikehendaki si wakif. Pendapat ini akan nampak sebagai paham hukum yang di

anut dalam peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakapan tanah

"]"k6

ID! I

3. Menurut Syafi'iyah:7

Artinya : Menahan harta yang diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya barang, dan barang itu lepas dari penguasaan si wakif serta dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama yang telah disepakati.

Pokok utama Pendapat Imam Syafi'iyah terdapat dalam kitab klasik karya

al-Syafi'I, al-Umm juz III, pada garis besamya kitab ini membahas perbedaan

pandangan Imam al-Syafi'i dengan seseorang atau dua orang Iainnya datang

kepadanya untuk berdialog, mereka itu diperkirakan bennazhab Hanafi atau

sependapat dengan mazhab Hanafi, walaupun dalam kitab tersebut nama-nama orang

itu tidak disebutkan, Ketika kitab itu dibaca, maka akan terkesan secara tidak

langsung bahwa Imam al-Syafi'i itu telah membantah Imam Hanafi atau

muridnya-6

Praja, Juhaya S,, Penvakafan di Indonesia; Sejarah. Pemikiran, Hukum dan

Perkembangannya, (Bandung: Yayasan Piara, 1995) h. 18. 7

(22)

muridnya mengenai "Kepastian hukum" (Mulazamah) wakaf. 8

Imam Syafi'i menamakan wakaf dengan istilah-istilah : Shadilqat

al-muharramat al-mauqufat. Selanjutnya ia membagi jenis pembagian wakaf dalam dua

macam : pemberian yang diserahkan si pemberi ketika ia masih hidup dan pemberi

yang diserahkan ketika si pemberi telah wafat. 9

4. Menurut Hanabilah.

11

JI

セ⦅LGN[[[@

Ji

セ[L[セ@

0;,a_;

セ@

ェセG@

a;\\

_, ;; ,, ,, ,,.

Artinya : Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan semua hale penguasaan terhadap harta iJu, sedangkan manfaatnya di,oergunakan pada suatu kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 10

.

----Mumttut madzhab Syafi' i dan Hanbali, hak pemilikan atas harta wakaf itu

sudah lepas dari orang yang berwakaf dan telah menjadi milik Allah SWT. Dengan

demikian wakaf bersiafat kekal, selama harta tersebut tetap utuh. Suatu wakaf tidak

boleh bersifat sementra dan di tarik kembali.

Demikian beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan oleh imam-imam

mazhab. Pada dasarnya definisi-definisi tersebut mempunyi intisari yang serupa

bahwa wakaf adalah menahan harta yang dimanfaatkan untuk kebaikan. Perbedanya

8

. Juhaya S, Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pen1ikiran, fluk1on dan Perken1banga1111ya. h. 19 9

. Syafi'l, al-Imam, Al-Umm, (Beirut: Darul Fikr, Tt) Jilid 3 h, 512.

(23)

hanya terletak pada masalah status hruia wakaf, apakah tetap menjadi milik wakif

atau menjadi milik Allah yang tidak boleh lagi dimilild oleh siapapun. Mengenai ha!

ini akan dijelaskan pada bagian tersendiri

b. Dasar Hukum Wakaf 1. Alqur'an

Dasar hukum wakaf sebagai lembaga yang diatur dalarn ajru·an Islam tidak

dijumpai secara tersurat dalam Alqur'an. Nanmn demikian, terdapat ayat-ayat yang

memberi petunjuk, dan dapat dijadikan sebagai "Sandaran" Sumber hukum perwakafan. Ayat tersebut ialah Surat Al-an'am ayat 38 yang berbunyi :

Artinya:" Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan"

Ayat diatas memberikari indikasi bahwa dalarri al-Qur'ru1 itu mengandung

pokok-pokok ajaran tentang kehidupan manusia, termasuk didalanmya mengenai

masalah intitusi wakaf. Apalagi ayat ini dihubungkan dengan Surat An-nahl ayat 44 :

Artinya : Dan kepadamu (Muhammad) kami turunkan Alqur 'an, agar kamu terangkan kepada semua manusia (isi Alqu 'an) yang di turunkan kepada mereka.

(24)

jt.i

:'.

セO|[@

ci

セ@ PセZ@

t

t:, 1.f:j

セヲエセセ@

[LゥヲG[NNZMセセZM

a:;

セイ@

; ..

セ[⦅@

:-

:_;,

Pセ@

,, ,,,, J. ,, ,. ;:> ,, .. J. " ,. ,, ) " "" ,,

Jw

LNNZ⦅LセZ[@

'{J

セZ[@

'l):

GjセᄋM

II

01)

ケセセiI@

c.#'.;JI

\ZェセG^I@

セiー|セセ@

V,_0:'.i'a:; ( <:f }.,;.,)\ o I J_;

J _,...-:.-

pi; Li;, Lp セ@ J J J_,..l

i.i

セ@ jsGセ@ L!

i

4-JIJ 0"

Ji:.

C \.:,.,

'l

セij@

Artinya : "Dari Jbnu Umar r.a bahwasanya Umar bin Khattab mendapat bagian sebidang kebun di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW untuk meminta nasehat tentang harta itu. Ia berkata: ''ya Rosulallah, aku telah memperoleh sebidang tanah di Khaibar yang aku belum pernah peroleh tanah seperti itu, apakah nasehat engkau kepadaku tentang tanah itu? Rasulullah menjawab : "jika kamu menginginkan, tahanlah aslinya dan shsdskshkan hasilnya. Maka bershadakahlah umar, tanah tersebut tidak bisa di jual, dihibahkan dan diwariskan./ia menshadakahkan kepada orang-orang fakir, budak-budak, pejuang di jalan Allah, Ibnu sabil, dan tamu-tamu. Tidak ada dosa bagi orang ynag mengurusnya (nazir) memakan sebagian harta itu secara patut atau memberi makna asal tidak bermaksud mencari kekayan (HR Bukhari) "11

b. Hadits riwayat Abu Hurmrah yang berbunyi :

Artinya : "Dari Abu hurairah r.a Bahwasanya rasulullah SAW bersabda : apabila anak adam meninggal dunia, maka trputuslah amalnya kecuali tiga ha!, sedekah jariah, ilmu yang bermanfat, dan anak yang saleh yang selalu mendo 'akan orang

tuanya (HR Muslim) "12

Dari dua hadist tersebut dapat diambil kesimpulannya :

-a. Wakaf adalah perbuatan ibadah yang mulia dan ajaran Islam pun

menganjurkannya umat Islam untuk berbuat wakaf.

11

Bukhari, Shahih Bukhari,( CD Room Al-Kutub Asy-Syamilah, 2004),h. 186

12

(25)

b. Wakaf adalah permanen statusnya artinya tidak boleh dirubah, dijual, dihibahkan, apalagi diwariskan sesuai sabda dengan Nabi SAW.

c. Jenis wakaf harus kekal dan yang dishadakahkan hams hasilnya atau manfaatnya saja.

d. Wakaf harus untclc kepentingan umum bukan untuk pribadi yang dijadikan untuk dijadikan kekayaan.

ltulah kesimpulan dari dua hadist tersebut disyariatkan wakaf sebagai tindakan hukum, dengan cara melepaskan hak kepemilikan asal barang, dan menyedekahkan manfaatnya untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi guna mencari ridha Allah SWT

B. Rukun dan Syarat-Syarat Wakaf.

1. Rukun wakaf

a. Wakif.

Para Ulama menetapkan syarat-syarat wakif sebagai berikut.13 I. orang yang merdeka dan bukan budak

2. balig; tidak syah wakaf anak kecil walaupun ia telah tamyiz karena balig adalah ukuran bagi kesempmnan aka!.

3. berakal yaitu mempunyai kesempurnaan aka!, maka orang yang hilang ingatannya tidak syah untuk wakaf.

13

Abu Badran Ainaini, al-Ahkam al-Washaya wa al-Auqaf, (lskandariyah: Mu'asasah

(26)

b. Mauquf (benda yang di wakafkan) dalam penetapan syarat bagi mauquf terjadi perbedaan pendapat ulama diantaranya :

Golongan Hanafiah menetapkan syarat dari benda yang hendak diwakafkan antara lain: 14

I Hendaklah benda atau harta yang diwakafkan itu merupakan harta yang dibolehkan untuk dimanfaatkan oleh syara'. Oleh karena itu tidal( syah mewakafkan hmia ケ。ョセ@ tidak boleh dimanfaatkan okh syara' seperti hal-hal yang memabukkan.

2 Hendaklah hmia atau benda yang di wakafkan itu jelas keadaannya, jumlahnya, ukurannya, maka dengan demikian tidak syah mewakafkan harta

atau benda yang tidak jelas keberadaannya

3 Harta atau benda yang akan diwakafkan benar-benm· milik s1 wakif yang sempuma pada waktu diwakafkan.

4 Harta atau benda yang diwakafkan, harus merupakan benda yang terpisah dalam arti; bukan harta,benda milik bersama (hmia syarikat).

2. Golongan Malikiyah.

Golongan Malikiyah Menetapkan syarat atas benda yang akan diwakafkan sebagai berikut : Mauquf tersebut merupakan harta milik yang tidak terkait dengan hak lainnya, terpisah atau bukan milik syarikat, milik yang sempuma milik si wakif

(27)

dan dapat diambil manfaatnya serta tidak habis harta itu ketika harta itu

dimanfaatkan.15

3 . Golongan Syafi'iyah dan Hanabilah

Menetapkan syarat benda yang akan diwakafkan adalah sebagai berikut :

Hendaklah benda wakaf itu jelas adanya sempurna kepemilikannya, dan merupakan

harta atau benda yang dapat diganti baik dijual atau deng.an cara yang lain yang

mungkin dapat diambil manfaatnya, dan tidak syah mewakafkan harta benda yang

tidak ada paedahnya atau manfaat yang tidak tetap atau habis ketika . diambil

manfaatnya16

c. Mauquf 'Alaih (pihak Penerima atau orang yang diserahi wakaf)

Dalam hubungannya dengan syarat-syarat yang berkaitan dengan mauquf alaih. Sebagai mana diketahui bahwa sesungguhnya harta ym1g diwakafkan itu tidak lain untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT dalam rangka beribadah kepada-Nya

berkenaan dengan ha! tersebut, maka para ulama Imam Mazhab bersepakat

mensyaratkan bagi mauquf alaih-nya harus jelas apakah ditujukan bagi fakir miskin,

sabilillah, ibnu sabil atau kepentingan umum lainnya.

Wakaf disyaratkan untuk kepentingm1 ketaatan clan kebijakan sehingga

menurut kesepakatan ulama fiqh, wakaf adalah implementasi dari ketaqwaan

seseorang kepada Allah SWT dan menghm·apkan Keridhaan-Nya17

15

(28)

Wakaf sebagai Implementasi untulc mendekatkan diri kepada Allah, maka

dalam pandangan Islam dapat ditujukan untuk kepentingan fakir rniskin dan

orang-orang yang membutuhkannya. Namun bila ditujukan bukan untuk kepentingan takwa

terhadap Tuhan seperti wakaf tempat be1judi dan maksiat maka menurut Islam wakaf

tersebut tidak syah.

Jadi syarat utama pihak yang menerima wakaf adalah berdimensi keagamaan,

yaitu untuk kepentingan ketaatan dan kebajikan yang perwujudannya berupa bantuan

untuk kepentingan sosial masyarakat.

Wahbah al-Zuhaili lebih jauh lagi dalam mengkategorikan pihak penerima

wakaf Penerima wakaf dibagi kepada dua pihak yaitu pihak tertentu Gelas

jumlahnya) dan pihak tidak tertentu (bersifat umum).18

Pihak tertentu beberapa orang yang ditentukan sebaga:i penerima wakaf seperti

satu orang, dua orang, atau beberapa orang, sedangkan pihak yang tidak tertentu,

yaitu ditujukan kepada nama, golongan atau status sosial di masyarakat, seperti fakir

miskin, ulama, penghapal al-Qur'an, masjid, sekolah dan lain··lain.

Syarat bagi pihak tertentu adalah cakap untuk menerima hak wakaf, cakap

mene1ima hak wakaf adalah kriteria yang juga berlaku dalam cakap menerima hak

milik.

17

Abu Husain al-Faraj, Ahkam al-Washaya wa al-Auqaf Fi Syari'ah al-Islamiyah,

(29)

d. Shigat (Ikrar wakaf atau pemyataan wakaf dari wakif kepada mauquf alaih)

Dalam menentukan syarat yang berkaitan shigat, para ulama Imam Mazhab sepakat menetapkan syarat bahwa shigat wakaf harus jelas baik dengan ucapan lisan, tulisan, dengan menggunakan redaksi ( セM セM w..i;l- W'3 .J ) atau dengan lapadz yang menujukan bahwa perperbuatan itu perbuatan mewakatkan.19

Dengan pernyataan .tersebut maka gugurlah hak wakif atas yang diwakatkannya dan benda itu menjadi hak milik mutlak mauquf alaih sebagaimana yang disebut dalam ikrar wakaftersebut.

Berkenaan dengan syarat-syarat yang berkaitan dengan shigat, para ulama mensyaratkan atas sigat itu sebagai berikut :

I. Ta 'bid yaitu benda atau harta yang diwakatkan tidak dibatasi mewakatkan untuk jangka waktu tertentu, dengan demikian tidak sah mewakafkan harta yang dibatasi waktunya sebagai rnana yang dikemukakan oleh jumhur ulama selain Malikiyah. Menurut golongan Malikiyah bahwasanya boleh membatasi wakaf hanya untuk beberapa bulan atau beberapa talmn saja, maka apabila telah habis waktunya benda atau harta tersebut kernbali menjadi rniliksi wakif.20

2. llzam, yaitu tidak menggantungkan wakaf dengan syarat-syarat khiyar, seperti sesorang hendak mewakatkan sesuatu dan mensyaratkan kepada diri sendiri,

18

Wahbah Zhuhaili., Fiqh al-ls/am Wa 'Adilatuhu, (Beirut : Daar El-Fikr, Tt) Juz 2 h. I 89

19

Muhammad Mugniyah Jawad, Al- Fiqh 'ala Madahibul Arba 'ah, (Beirut : Daar al-Fikr, tt)

h. 640. 20

(30)

204-atau kepada orang lairinya agar mengembalikan harta wakaf itu kepadanya

ketika dia menghendaki 21

3. Hendaknya sigat tidak terkait dengan syarat-syarat yang bathil seperti waqif mensyaratkan agar benda atau harta yang diwakafkan tersebut tetap menjadi

miliknya demikian juga seperti wakif mensyaratkan agar menjual haiia wakaf.

Apakah wakaf memerlukan qobul atau cukup dengan ijab saja atau dengan

kata lain apakah wakaf itu bisa dinyatakan dengan kehendak sepihak atau hai11s ada

kehendak yang bersesuaian ?

Dalfil!1 ha! ini Mazhab empat sepakat, wakaf untuk pihak yang tidak terbatas

tidak membutuhkan qobul, sedaugkan kepada pihak-pihak tertentu, menurut Maliki,

dan Hanbali ha! ini sfil11a sepe1ii wakaf umum ia tidak memerlukan qobul. Sedangkan

Syafi'i menetapkan bahwa wakaf untuk orang-orang tertentu disyaratkan adanya

qobul.22

Dapat disimpulkan bahwa wakaf merupakan Tasharuf tabarru yang selesai dengan adanya ijab saja tanpa harus diikuti qobul. Jadi wakaf adalah sesuatu yang

datai1g dari wakif yang menyatakan terjadi wakaf.

2. Syarat-Syarat Wakaf

Wakaf dinyatakan sah apabila terpenuhi syarat-syarat pada pewakaf, benda

yang diwakafkan, pihak penerima wakaf dan perkataan yang diucapkan saat wakaf.

Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:

205.

(31)

(1) Perwakafan Benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi

untuk selan1a-lamanya. Wakafyang dibatasi waktunya untuk lima tahun saja

misalnya adalah tidak sah;

(2) TujuaMya -seperti disebutkan diatas- harus jelas. Tanpa menyebutkan

tujuannya secara jelas maka pe1wakafan tidak sah. Namun demikian,

Apabila seorang W akif menyerahkan tanahnya kepada Suatu Badan Hukum

tertentu yang sudah jelas tujuan dan usahanya, Wewenang untuk penentuan

tujuan Wakaf itu berada pada Badan Hukum yang bersangkutan sesuai

dengan tujuan Badan Hukum itu;

(3) Wakaf harus segera dilaksanakan setelah Ilaar Wakaf dinyatakan oleh

Wakif tanpa menggantungkan pelaksanaaMya pada suatu peristiwa yang

akan te1jadi di masa yang akan datang. Sebabnya adalah lkrar Wakaf itu

menyebabkan lepasnya hubungan pemilikan seketika itujuga, antara Wakif

dengan Wakaf yang bersangkutan. Bila digantungkan pada kematian

seseorang, seperti telah disebutkan di atas, yang berlaku adalah Hukum

Wasiat. Dalam ha! ini tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga) haiia

peninggalan. Bila Wasiat Wakaf itu melebihi sepertiga harta peninggalan,

selebihnya baru dapat dilaksanakan kalau disetujui oleh para ahli waris. Bila

semua Ahli Waris menyetujuinya, semua harta ya11g diwakafkan itu dapat

diolah atau dikerjakai1. Bila semua tidak menyetujuinya, hanya sepertiga

yang dapat dilaksanakan. Selebihnya menjadi batal karena hukum. Kalan

22

(32)

ada yang setuju ada pula yang tidak, yang dapat dilaksanakan hanyalah

bagian mereka yang setuju saja;

(4) Wakaf yang Sah Wajib dilaksanakan, karena Ikrar Wakaf yang dinyatakan

oleh Wakifberlaku seketika dan untuk selama-lamanya.

C. WakafUang Dalam Pandangan Hukum Islam

W akaf merupakan salah satu lembaga sosial islam yang erat hubungannya dengan

sosial ekonomi masyarakat. Walaupun wakaf merupakan lembaga Islam yang

hukumnya sunnah, namun dalam ajaran Islam juga ditegaskan bahwa tujuan

mendirikan suah1 negara antara lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan yang

tercantum dalam kata-kata " baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur "yakni masyarakat sejahterah dan baik dibawah lindungan keampunan Allah.

Menurut Imam Syafi'i hat1a benda wakaf dalam fiqih klasiknya Al-Umm bahkan

fiqih moderen Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq tidak memperbolehkan wakaf tunai/ uang,

karena di nilai bendanya tidak bisa kekal ketika di manfaatkan. Selain itu, alasan lain

adalah karena jika berdasarkan 'Urf (kebiasaan yang berlaku),maka wakaf uang

hanya berlaku di wilayah-wilayah tertentu dari bekas wilayah kekaisaran Binzantium

(Romawi) saja, ditempat lain tidak berlaku.23

Menurut parn ahli fiqih dahulu menganalisa hukumnya. Bahkan sumber-sumber

menyebutkan bahwa uang telah di terapkan di sebahagian masyarakat islam yang

(33)

berikut:

Az-Zhuhri (wafat Tahun 124 H) Imam Bukhori (wafat tahun 252) menyebutkan bahwa Imam Az-Zhuhri berpendapat boleh mewakafkan dinar dan dirham. Caranya ialah menjadikan dinar dan dirham tersebut sebagai modal usaha( dagang),kemudian menyalurkan keuntunganya sebagai wakaf.24

a. Dr. Az-Zuhaili juga menyebutkan bahwa mazhab Hanafi membolehkannya sebagai pengecualian karena sudah banyak dilakukan masyarakat, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin mas'ud yang berbunyi:

:;..;,_

Jii

セ@I セ@ , L:.;_

J

セ|@ 'o I ) )

c;

, , ,

"Apa yang dipandang kaummuslimin itu baik,di pandang baikjuga oleh Allah Menurut pendapat Hanafi hukum yang diterapkan berdasarkan 'uruf(adat kebiasaan)karena 'urf kekuatan hukumnya sama dengan hukum yang diterapkan berdasarkan nas (teks). Cara mewakafkan uang yaitu denga:n menjadikannya modal usaha dengan pembagian hasil mudharabah atau mubadha 'ah. Keuntuhgannya disedekahkan kepada pihak wakaf. Namun Pendapat lbnu 'Abidin wakaf dirham itu menjadi kebiasaan di wilayah romawi.sedangkan di negeri lain tidak menjadi adat kebiasaan, atas dasar itu, ia memandang tidak sah.

Sedangkan menurut Imam malik,Mengartikan "keabadian "lebih pada nature barang yang diwakafkan. Untuk asset tetap seperti tanah unsure keabadianya

42-43. 23

. Farid Wadgdy,Mursyid, Waka/ dan Kesejahteraan Umat,(Jakarta: Pustaka Pelajar,), h.88

24

(34)

terpenuhi ketika tidak terkena bencana alam yang hitang fisik tanah tersebut,demikian

juga hatnya dengan masjid masjid. Berbeda dengan pendapat Imam Syafi'.i ,Imam

Malik metebar tahan wakaf benda bergerak sepe11i wakaf susu sapi dan buah yang di

ambit manfaatnya. Dengan adanya kerangka pemikiran seperti ini Mazhab Matiki

telah membuka Juas kesempatan untuk memberikan wakaf dalam jenis apa pun.

Di samping itu Menurur Imam Hanafi memperbolehkan wakaf tunai dengan

syarat selama nitai pokok wakafuya dijamin kelestariannya,tidak di jual,tidak di hibakan dan di wariskan selama digunakan untuk hal-hal yang dihibalcan. Kebolehan

WakafUang golongan Hanabila di dukung oleh fatwa Muhammad bin Abdl)llah

AJ-anshari murid dari sufar (sahabat dari Abu Hanifa) bahkan fatwa Al-AJ-anshari bukan

Wakaf Uang saja bahkan berwakaf dengan barang-barang bentuk komoditi yang

ditimbang atau ditakar di botehkan karena harta itu di investasikan dan di ambit

Jabanya kemudian hasilnya di sedekahkan.

Bahkan majlis Ulama Indonesia ketika memfatwakan wakaf uang JUga

memperhatikan beberapa pendapat Utama Besar seperti :25

I. Imam Al-Zuln·i (wafat 124 H),membolehkan wakaf uang dengan cara

menjadikan Wakaf Uang terseblit sebagai modal usaha kemudian

keuntungannya di salurkan kepada mauquf 'alaih.

2. Mutaqaqddimin dari Ulama mazhab Hanafi,membotehkan wakaf uang

sebagi pengecualian atas dasar ikhtihsan bi al-'Urfi.

25

(35)

(kebun) saja dan di pelihara kekekalannya, sedangkan yang di manfaatkan adalah

hasilnya. Dari sini dapat kita ambil kesimpulan secarn emplisit bahwa tanpa

mengelola tanah tersebut tidak mungkin dapat di manfaatkan hasilnya.

Dari praktek pengamalan wakaf dewasa ini suatu persepsi tertentu mengenai

Wakaf Pertama: wakaf itu umumnya berwujud benda tidak bergerak, temtama

tanah.Kedua, dalam praktek,di atas tanah wakaf itu biasanya didirikan masjid atau

madrasah. Ketiga, Pengunaan wakaf di dasarkan kepada wasiat pemberi wakaf

(wakif). Selain itu juga te1:dapat penafsiran bahwa untuk menjaga kekekalanya,

tanah wakaf itu tidak boleh di perjual belikan. Akibatnya di Indonesia, bank-bank

di Indonesia tidak mau menerima tanah wakaf sebagai angunan pinjaman.

Padahaljika tanah wakafbisa di gunakan maka organisasi masa (ormas) semacam

NU, Muhammadiyah dan tmiversitas islam akan bisa mendapatkan dana pijaman

yang di putarkan dan mnghasilkan sesuatu. Demikian juga pengunaan tanah wakf

dari wakif yang berbeda tidak bisa di gabungkan, karna seola-olah asset wakaf

telah hilang identitas individual wakifnya. Padahal jika beberapa harta wakaf bisa

dikelola bersama, maka bisa di himpun berbagai macam produksi untuk

investasi , kalau perlu dengan menjual asset wakaf untuk di jadikan modal

financial. Penjualan harta wakaf semacam ini, konon telah di perbolehkan di

libya,dengan catatan dana basil penjualan itu di gabungkan dengan harta lain yang

statusnya masih harta tetap,karna dengan penjualan rnaka harta wakaf secara

bersama-sama dapat menjadi aset.

(36)

namun demikian Ketika kita melihat konsep dasar wakaf di mana hukum wakaf

lebih banyak bersifat berijtihadi, maka kita berkesimpulan bahwa wakaf tunai telah menjadi keniscayaan dalam era yang serba moderen ini. harta yang

diwakafkan tersebut baru sah sebagai hmia wakaf, kalau benda tersebut

memenuhi syarat. Adapun syaratnya-syaratnya itu m1tara lain:

a. Benda yang diwakafkan harus bemilai ekonomis, tetap zatnya dan boleh di

manfaatkan menurut ajaran islam dalam kondisi apapun.

b. Benda yang diwakafkm1 harus jelas wujudnya dan pasti batasnya. Syarat ini

di masukan agar tidak terjadi perselisihan dan permaslahan yang akan terjadi

di kemudian hari setelah hmia tersebut di wakafkan

c. Hmia yang di wakafkan hmus benar-benar kepunyaan wakif secara sempuma

artinya bebas dari segala beban.

d. Benda yang diwakafkan harus kekal. Pada unmmnya para ulama berpendapat

bahwa benda yang di wakafkan zatnya harus kekal.

D. Hikmah Wakaf

Hikrnah wakaf dapat berupa keuntungan-keuntungan seperti yang terdapat

dalam wakaf ahli yang sesuai ·sekali dengan jiwa hukun Islam, yakni walrnf yang di

tujukan untuk menjaga pihak yang diberi wakaf (keluarga) agar tidak jauh dari fakir

miskin . Wakaf jenis ini menghindari penggunaan harta oleh ahli waris secara boros,

(37)

terkendali yang berarti menghindarkan keluarga agar tidakjatuh miskin.27

Dengan pemberian manfaat atau hasil daii benda wakaf itu pihak mustahik

akan terpelihara dan harta itu tetap utuh sehingga melahirkan produktifitas yang

dinamis dan menjamin kesejahteraan keluarga yang .merupakan tiang penyangga

utama berdirinya suatu masyarakat dan negara yang bahagia.

Pada tingkat yang telah mapan, lembaga ini dapat menjadi equilibre sosial, ekonomi, bahkan politik sepe11i yang telah dibuktikan oleh lembaga perwakafan

Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir bebrapa waktu yang lalu.

Adapun Direktorat pengembangan zakat dan wakaf memberikari tujuan

tentang adanya lembaga zakat dan wakaf yang merupakan hikmah dari adanya

pensyari'atan zakat dan wakaf antai·a lain :28

Meningkatkan kesadaran kolektif umat Islam untuk mentasarufkan sebgian

dai·i hartanya bagi kepentingan sesama melalui mekanisme zakat dan wakaf

a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat dan wakaf

sesuai dengan ketentuan agama.

b. Meningkatkan fungsi dan peran lembaga pengelolaan zakat dan wakaf

didorong untuk menjadi lembaga yang propesional, amanah, transparan dan

27

Juhaya S,Perwakafan di Indonesia; Sejarah Pemikiran ,Hukum dan Perkembangan, h.31

28

Depag RI, Profit Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, (Depag RI, W03) h. 28-29.

MMMセMMMM

(38)

mandiri.

c. Meningkatkan hasil guna dan dayaguna zakat dan wakaf dengan mengoptimalkan pendayagunaannya secara produktif, agar lebih bermanfaat bagi kesejahteraan un1at.

d. Meningkatkan kepercayaan publik kepada orgamsas1 pengumpul dan pengelola zakat dan wakaf

(39)

Sejak datangnya Islam, sebagian besar masyarakat Indonesia melalrnanakan

wakaf berdasarkan paham keagamaan yang di anut sebelum adanya UU No.5 Talmn

1960 tentang: Peraturan dasar pokok Agraria dan peraturan pemerintah No.28 Tahun

1977 tentang: perwakafan tanah milik masyarkat Islam Indonesia masih mengunakan

kebiasaan-kebiasaan keagamaan, seperti melakukan perbuatan hukum wakaf secara

lisan atas dasar saling kepercayaan kepada seseorang atau lernbaga tertentu,kebiasaan

memandang wakaf sebagai amal shaleh yang mempunyai mulia disisi Allah, tanpa

harus melalui prosedur administrative,dan harta wakaf di anggap milik Allah semata

dan siapa saja tidak akan berani mengganggu gugat tanpa seizin Allah.

Menurut para ahli, lembaga sosial yang han1pir sama dengan wakaf telah

dikenal di Indonesia sebelum Islam masuk ke negeri ini, sebagaimana diungkapkan

oleh M. Daud Ali. Dia mengungkapkan bahwa sebelum Islam datang ke Indonesia ini

telah ada lembaga sosial yang kedudukannya hampir sama dengan wakaf, seperti

adanya Tanah Perdikan1, Tanah Pareman2, Huma Serang3, dan sebagainya. Maka

1

Tanah Perdikan adalah Sebidang tanah yang n1erupakan pemberian seorang raja kepada seseorang atau sekelompok orang di desa yang telah berjasa kepada raja atau kepada negara. Kegiatan ini terjadi didaerah Jawa Timur

2 Tanah adalah tanah negara yang dibebaskan dari pajak landrente yang diserahkan kepada

desa-desa, subak-subak dan juga kepada candi untuk kepantingan bersama. Ini terjadi di daerah Lombok.

3

· Huma Serang adalah Ladang-ladang yang setiap tahunnya dikerjakan bersama-sama dan

(40)

r

Pl!PUSTAKAAN UTAMA LHl\l SYAHlf) JAKARTA

dapat dimenge1ii bila pemahaman kaum muslimin di Indonesia tentang wakaf selain

didasarkan pada Al-Qur'an, Al-Hadits, Madzhab-madzhab Fiqh juga oleh hukum

adat. Adat orang Islam Indonesia banyak yang berasal atau dipengaruhi oleh aturan

Islam termasuk diantaranya adat mengenai wakaf.4

Adanya beberapa lembaga yang hampir sama dengan wakaf sebelum Islam

menimbulkan pandangan khusus bagi ahli hukum Indonesia terhadap lembaga wakaf.

Walaupun lembaga wakaf berasal dari Fiqh Islam, namun bagi sebagian ahli hukum

Indonesia memandang masalah wakaf ini sebagai masalah dalam hukum adat. Hal ini

disebabkan sudah meresapnya penerimaan lembaga wakaf ini di kalangan masyarakat

Indonesia dan dianggap sebagai suatu lembaga hukum yang timbul sebagai hukum

Oleh karena itu pula, pengertian wakaf menurut adat banyak persamaannya

dengan pengertian wakaf menurut hukum (fiqh) Islam. Ini dapat dilihat dari

perumusan wakaf dalam hukum adat yang dikemukakan oleh pada ahli hukum adat,

diantaranya menurut Hilman Hadikusmo, wakaf adalah memberikan, menyediakan

sesuatu benda yang dzatnya kekal seperti tanah untuk dinikmati dan dimanfaatkan

kegunaannya bagi kepentingan masyaralcat menurut ajaran Islam6. Tampaknya

pengertian yang dikemnkakan di atas walaupun tidak sama namun sejalan dengan

'' M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UJ Press, 1988) h, 94.

5 Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Waka/ di Negara

Kita, (Bandung: Penerbit Alumni, 1979) h, 14.

6 Hilman Hadikusumo, Ensiklopedi Hukum Adat dan Ada! Budaya Indonesia (Bandung :

(41)

pengertian wakaf menurut Fiqh Islam karena pemanfaatannya untulc orang Jain baik perorangan maupun kelompok dan pemilikannya terlepas dari pemilik semula.

Banyaknya persanman antara pengertian wakaf menurut adat dengan pengertian wakaf menurut Fiqh Islam menunjukan eratnya hubungan antara adat dengan Fiqh Islam di Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya lembaga-lembaga sosial yang hampir sama dengan wakaf sebelum Islam masuk ke Indonesia, hal ini menyebabkan lembaga wakafyang datang kemudian sejalan dengan masuknya Islam di Indonesia dapat berkembang dengan baik yang tampak dengan semakin berkembangnya jumlah perwakafan di Indonesia.

(42)

B. Peraturan dan ketetapan perwakafan yang pernah berlaku di Indonesia

Wakaf lebih banyak di lakukan oleh bangsa Indon<!sia sejak dahulu jauh

sebelum Indonesia merdeka. Hal ini wajar karena Indonesia banyak berdiri

kerajaan-kerajaan Islam sebagaimana kita maklumi bersama. Sekalipun lembaga perwakafan

ini merupakan lembaga yang berasa! dari ajaran agama Islam. Namun kalangan ahli

hukum di Indonesia memandang bahwa perwakafan terse but juga merupakan masalah

dalam hukum adat.

Sebagai suatu lembaga Islam yang erat kaitannya dalan1 masalah sosial

kemasyara!rntan dan adat Indonesia, wakaf sering kali menimbulkan permasalahan di

masyarakat. Kaena tidak mengherankan bila sejak dahulu persoa!an tentang wakaf ini

telah diatur dalam hukum adat dalam bentuk konvensi (tidak tertulis) dengan

mengambil sumber dari hukum. Di samping itu pemerintah kolonial dahulu tela!1

mengeluarkan berbagai peraturan yang mengatur persoalan wakaf, antara lain :

1. Surat Edaran Sekretaris Gubememen Pertama tanggal 31 januari 1905 No.

435, sebagaimana termuat dalam Bijblad 1905 Nomor 6196 tentang Toeziht

Opden bouw van Mohammedaansche bedehuizen. Dalam surat edaran ini

sekaipun tidak diatur secara khusus tentang wakaf, akan tetapi dinyatakan

bahwa pemerintah tidak berma!(Sud melarang atau menghalang-halangi orang

Islam memenuhi keperluan keagamaanya. Dalam ha! pembuatan tempat

Ibadah, baru boleh dilaksanakan apabila benar-benar di kehendaki oleh

kepentingan umum. Surat edaran ini di tujukan kepada para Kepala wilayah di

(43)

pendaftaran tanah-tanah atau tempat ibadah yang ada di kabupaten

masing-masing7•

2. Surat Edaran Sekretaris Gubernemen tanggal 4 Juni Tahun I 931 Nomor

136/ A yang termuat dalan1 Bijblad Nomor 125/3 Tahun 1931 tentang Teozhict

van de Regering op Mohammedaansche Bedehuizen Vrijdagdiensten en

wakafs. Surat edaran ini merupakan kelanjutan dan perubahan dari Bijblad

nomor 6196 yaitu tentang pengawasan pemerintah atas rumah-rumah

peribadatan orang Islam, sembahyang Jum'at, dan wakaf. Pada garis besamya

surat edaran ini memuat ketentuan agar Bijblad Tahun 1905 Nomor 6169

diperhatikan dengan baik dengan maksud supaya mendapatkan suatu register

yang berguna untuk memperoleh kepastian hukum dari harta wakaf. Namun

demikian, untuk mewakafl(an harta tetap diperlukan izin Bupati, yang menilai

permohonan itu hanya dari segi tempat harta tetap dan maksud pendirian.

Bupati memberi perintah supaya wakaf yang izinkannya dimasukan ke dalam

daftar yang dipelihara oleh ketua pengadilan agama. Dari setiap pendaftaran

diberitahukan kepada Asisten Wedana untuk bahan baginya dalam pembuatan

Iaporan kepada kantor Landrente. 8

3. Surat Edaran Gobememen tanggal 24 Desember 1934 Nomor 088/A yang

termuat dalam Bijblad Nomor 13390 Tahun 1934 tentang Teozicht de

7

Dirjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag RI, Pedoman Penge/olaan dan

Pengembangan Waka/, 2003, h. 21. 8

Di1jen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag Rl, Pedoman Pengelolaan dan

(44)

regering op Mohammedaansche Bedehuizen en Wakafs. Surat edaran ini

hanya mempertegas apa yang disebutkau dalam surat edaran sebelumuya,

yang isinya memberi wewenang kepada Bupati untnk menyelesaikan perkara

jika terjadi persengketaan.9

4. Regering op Mohammedaansche en wakafs. Surat edaran ini pun bersifat

penegasan terhadap surat-surat sebelumnya yaitu mengenai tata cara

pe1wakafan sebagai realisasi dari ketentuan Bijblad Nomor 6169/1905 yang

menginginkan regristrasi dari tanah wakaf tersebut.10

Peraturan-peraturan tentang perwakafan tanah yang dikelurkan pada masa

penjajahan Belanda tersebut pada masa kemerdekaan Republik Indonesia sejak

diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 masih terns cliberlakukan .. Hal ini

berdasarkan bunyi pasal II Aturan peralihan Undang-undang Dasar 1945: "Segala

badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlak:u, selama be/um

diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini "11• Pacla jaman kemerclekaan

masalah wakaf pacla mulanya pemah diurus oleh tiga Departemen ketika masih ada

Departemen/Kementrian Agraria, selain diurus oleh Departemen Agama clan

Departemen Dalarn Negeri, tapi akhimya di urus oleh clua Departemen yang di sebut terakhir. Sedangkan untuk wakaf benda bergerak (selain tanah) cliurus, diawasi,

didaftarkan oleh Departemen Agama.12

9

Ibid, h. 22. 10

Ibid, h. 22. 11

BP-7 Pusat, Undang-undang Dasar I 945, P4 dan GBHN, (Jakarta: tp, I 990) h. 9

12

(45)

yang ada di Indonesia, bahkan usaha penertiban juga diperlihatkan oleh pemerintah

RI, akan tetapi peraturan-peraturan yang ada kurang memadai dan masih banyak

kelemahan-kelemahannya yaitu belum memberikan kepastian hukum mengenai

benda wakaf khususnya tanah. Oleh karena itu dalarn rangka penertiban dan

pembaharuan sistem hukum Agraria kita, pemasalahan mengenai perwakafan tanah

mendapat perhatian khusus sebagaimana telihat dalam Undang-undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUP A) bab II, bagian XI, Pasal

49 yang berbnnyi:

(I) Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan

untuk usaha dalam bidang keagarnaan sosial, diakui dan dilindungi. Badan

tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan

dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial.

(2) Untuk keperluan peribadatan dan keperluan snci lainnya sebagai dimaksud

dalam Pasal 14 dapat diberi tanah yang dikuasai lang:mng oleh negara dengan

hakpakai.

(3) Perwakafan tan ah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.15

Dari bunyi ketentuan Pasal 49 ayat (3) tersebut jelas di sebutkan bahwa untuk

melindungi berlangsungnya tanah-tanah wakaf di Indonesia, sekaligus

mene11ibkannya, pemerintah akan memberikan peraturan Pemerintah tersebut baru

dikeluarkan setelah 17 Tahun berlakunya Undang-undang Pokok Agraria tersebut

15

Kanwil Depag DK! Jakarta, Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang

perwakqfan Tanah Milik, (Jakarta: Badan Pembinaan Perwakafan DK! Jakm1a, 1981) h. 18-17

(46)

2. Tanah wakaf sebelumnya tertibnya PP Nomor 28 Tahun 1977 kebanyakkan

belum mempunyai data otentik, sehingga dalam proses penyesuaian dengan

PP tersebut sering menirnbulkan masalah antara Nazhir dengan keluarga

wakif, antara Nazhir dan pemerintah, dan antara Nazhir dengan oknum yang

tidak bertanggungjawab.

3. Terdapat banyak tempat Ibadah, gedung lembaga keagamaan, dan kuburan

yang menempati tanah negara belum tertampung dalam PP Nomor 28 untuk

berubah statusnya menjadi tanah wakaf

4. Terbatasnya dana pernsertifikat tanah wakaf.

Karena alasan di atas maka dikeluarkan seperangkat peraturan

perundang-undangan yang langsung mengenai perwakafan tanah milik untuk mendukung

terlalrnananya PP Nomor 28 Tahun 1977 tersebut. Peraturan perundang-undangan

tersebut yaitu:

!. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tauhn 1977 Tentang Pendaftaran

Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik

2. Peraturan Menteri Agama Nomor I Tahun 1978 tentang Peraturan

Pelaksanaan PP Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik.

3. Instruksi Bersama antara Menteri Agama dan Menter!. Dalam Negeri Nomor:

1 Tahun 1978 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1 Tahun 1978

(47)

4. Peraturan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor

Kep/D/75/1978 tentang Formulir dan Pedoman Pelaksanaan

Peraturan-peraturan tentang Perwakafan Tanah Milik.

5. Keputusan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 1978 tentang Pendelegasian

Wewenang kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama

Propinsi/setingkat di seluruh Indonesia untulc mengangkat atau

memberhentikan setiap Kepala KUA kecamatan sebagai Pejabat Pembuat

Akta Ikrar W akaf.

6. Instruksi Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tanggal 19 Juni 1979 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun I 978.

7. Surat Di1jen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D II/5/Ed/14/1980 tanggal

25 Juni 1980 Tentang Pemakaian Bea Materai dengan Lampiran surat Di1jen

Pajak Nomor S.629/PJ.331/1980 tanggal 29 Mei 1980 yang menentukanjenis

formulir wakaf mana yang bebas materai, dan jenis :formulir yang dikenakan

bea materai dan berapa besar.

8. Surat Dirjen Bimas Islam da urursan Haji nomor D H/5/Ed/0/1981 tanggal 17

Februari 1981 kepala Gubemur kepala daerah Tingkat I di seluruh Indonesia,

tentang Pendaftaran Perwakafan Tanah Milik dan Permohonan Keringanan

atau pembebasan dari semua pembebanan biaya

9. Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D II/5/Ed/1111981 tanggal

16 April tentang Petunjuk Pemberian Nomor pasal Formulir perwakafan

(48)

Selain peraturan-peraturan yang berlangsung berkenaan dengan masalah

wakaf sebagai disebutkan di atas juga terdapat perundang-undangan yang menyebut

tentang perwakafan tanah milik. Peraturan perundang-undangan itu antara lain:

1. Undang-undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar pokok-pokok

Agraria, tanggal 24 September 1960 Pasal 49 ayat (3) undang-undang tersebut

memberi isyarat bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan

Peraturan Pemerintah

2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tanggal 23 Maret 1961 tentang

Pendaftaran Tanah. Peraturan ini berlaku umum artinya semua tanah. Oleh

karena itu peraturan ini juga berlaku untuk tanah wakaf.

3. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 1961 Tentang Permintaan dan

Pemberian izin Pemindahan Hak atas tana11. Peraturan ini dikeluarkan pada

tanggal 23 September 1961

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan

Badan-badan hukun yang dapat memunyai hak milik atas tanah.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1978 tentang biaya

pendaftaran tanah.

6. Peraturan Menteri Dalam Nege1i Nomor 2 Tahun 1978 tentang ketentuan

mengenai Biaya Pendaftaran. Tanah untuk Badan-badan hukum tertentu yaitu

untuk badan hukum sosial dan keagamaan sepe1ti wakaf.

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 348 Tahun 1982 tentang

(49)

lembaga pendidikan yang menjadi objek Proyek Operasi Nasional Agraria

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: SK.l 78/DJA/1982 tentang

Penunjukan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) pusat sebagai Badan Hukum

yang bisa mempunyai tanah dengan hak milik.

9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan

Agama. Pada bah III tentang Kekuasaan Pengadilan, Pasal 49 ayat (1)

menyebutkan bahwa pengadilan betugas dan berwenang memeriksa memutus,

dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang

yang beragama Islam di bidang : a. Perkawinan, b. Kewarisan, Wasiat, dan

Hibah yang dilakukan berdasarkan Fiqh Islam, c. Wakaf dan shadaqah

10. Instruksi Bersama Menteri Agama RI dan kepala Badan Pertahanan Nasional

Nomor 4 Tahun 1990 tentang Se1iifikat Tanah wakaf pada tanggal 30 24 Tahun 1990

Nopember 1990

Dengan dikeluarkrumya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dan

beberapa peraturan yang mendukung terlaksananya . PP tersebut, maka seluruh

ketentuan dan peraturan perwakafan tanah milik sebagaimana tercantum dalam

Bijblad Nomor 6196 Tahun 1905, Nomor 12573 Tahun 1931, Nomor 13390 Tahun

1934, dan Nomor 13480 Tahun 1935 beserta peraturan pe:laksanaannya sepanjang

yang bertentangan dengan PP Nomor 28 Tahun 1977 ini tidak berlaku lagi.17

17

(50)

C. Ketetapan Perwakafan pada UU RI No. 41 Tahun 2004 Sejarah Lahimya UU RI No. 41Tahun2004

Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, perlu

ditingkatkannya peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan

menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan

ekonomi yang berpotensi antara Jain, untuk memajukan kesejahteraan umum,

sehingga perlu dikembangkan pemanfaatanya sesuai dengan prinsip syariah.

Pada kenyataarmya praktik wakaf belum sepenuhnya berjalan tertib dan

efisien sehingga dalam berbagai kasus harta benda wakaf tidak terpelihara

sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara

melawan hukum.

Melihat kondisi tersebut di atas, maka lahirlah UU RI No 41 Tahun 2004 pada tanggal 27 Oktober 2004, ha! ini untuk memenuhi kebutuhan Jmkum dalam rangka

pembangunan hukum nasional. Pada dasamya ketentuan mengenai perwakafan

berdasarkan syariah dan peraturan penmdang-undangan dicamtumkan kembali dalam

Undang-undang ini, namun terdapat pula berbagai pokok pengaturan yang baru antara

lain sebagai berikut :

I. Untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi wakaf guna melindungi

harta benda wakaf, Undang-undang ini menegaskan bahwa perbuatan hukum

wakaf wajib dicatat dan dituangkan dalam akta ikrar wakaf dan didaftarkan

serta diumumkan yang pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan tata cara yang

(51)

dan harus dilaksanakan. Undang-undang ini tidak ュゥセュゥウ。ィォ。ョ@ antara wakaf

ahli yang pengelolaan dan pemanfaatan harta benda wakaf terbatas untuk

kaum kerabat ( ahli waris) dengan wakaf khairi yang dimaksudkan untuk

kepentingan masyarakat umum sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.

2. Ruang lingkup wakaf yang selama ini di pabami secara umum cenderung

terbatas pada wakaf benda tidak bergerak seperti tanab dan bangunan,

menurut undang-undang ini wakif dapat pula mewakafkan sebagian

kekayaannya berupa harta benda wakaf bergerak, baik berwujud atau tidak

berwujud yaitu uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayan

intelektual, hak sewa dan benda bergerak lainnya. Dalam ha! benda bergerak

berupa uang. Wakif dapat mewakafkan melalui Lembaga Keuangan Syariah.

Yang dimaksud Lembaga Keuangan Syariah adalah badan hukum Indonesia

yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

yang bergerak di bidang keuangan syariab, misalnya badan hukum di bidang

perbankan syariah

Dimungkinkarmya wakaf benda bergerak berupa uang melalui Lembaga

Keuangan syariab dimaksudkan agar memudahkan Waldf untuk mewakafkan

miliknya.

3. Peruntukan harta benda tidak semata-mata untuk kepentingan sarana ibadah

dan sosial tetapi juga diarahkan untuk memajukan kesejabteraan umum

dengan cara mewujudakan potensi dan manfaat ekonomi hmia benda wakaf.

(52)

wilayah kegiatan ekonomi dalam arti luas sepanjang pengelolaan tersebut

sesuai dengan prinsip manajemen dan ekonomi syariah.

4. Untuk mengamankan harta benda wakaf dari campur tangan pihak ketiga

yang merugikan kepentingan wakaf, perlu meningkatkan kemampuan

profesional Nazhir

5. Undang-undang ini juga mengatur pembentukan Badan Wakaf Indonesia yang

dapat mempunyai perwakilan di daerah sesuai dengan kebutuhan. Badan

tersebut merupakan lembaga independen yang melak

Referensi

Dokumen terkait

The socio-cultural approach is employed because the focus of this thesis is on the social interpretation on the Langston Hughes’s poems, “Theme for English B”, “Let America

3. Menghilangkan lilin, pada proses ini lilin yang telah melekat pada permukaan kain dihilangkan atau dilorod. Proses ini adalah proses terakhir dalam pembuatan batik.

Tabel 5 menunjukan bahwa sebelum penanaman ubi jalar (Subroto 2014), perlakuan FS+FW nyata meningkatkan KTK dibandingkan dengan kontrol, sedangkan setelah panen

Isikan nama type gudang dan jumlah stg / kamar, kemudian klik simpan maka akan kembali ke halaman list tipe gudang pengering, untuk melakukan update maupun delete tipe gudang ada

pembesaran atrium kiri (gelombang P melebar dan bertakik (paling jelas  pada sadapan II) dikenal sebagai “P” mitral), bila iramanya sinus normal; hipertrofi ventrikel

keselamatan, penanganan atan, penanganan terjadinya bencana dan kebakaran di terjadinya bencana dan kebakaran di rumah sakit diperlukan adanya.. rumah sakit diperlukan adanya Code

Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang adalah 85 karyawan maka perusahaan harus mengelola manajemen sumber daya manusia dengan sesuai kompetensi yang dimiliki karyawan

Pada saat awal awal (t=0), salah satu tongkat tadi menyenggol ujung lancip sebuah benda sehingga sesaat setelah senggolan tersebut tongkat bergerak dengan tetap bergerak