Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Huk:um Islam (SHI)
Oleh: Rusdi Ratoni
NIM. 203 044 101 792
KONSENTRASI PERADILAN AGANlA PROD I AL-AHW AL AS-SY AKHSHIYAH
F AKULTAS SY ARI' AH DAN HUKUM
UNUVERSIT AS ISLAM NEGRI SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(Studi Perbandingan) Skripsi
Diajukan kepada Fakultas syari'ah dan Hukum
Untulc Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Serjana Hulmm Islam(SHI)
Oleb:
Rusdi Ratoni
NIM: 203044101792
Di Bawah Bimbingan
A
Drs Ahmad Y ani.MA
NIP: 150 289 678
KONSENTRASI PERADILAN AGAlVlA
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 27 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Se1jana Hukum Islam· (SHI) pada Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah
(Peradilan Agama)
P ANITIA UJJAN Ketua
Sekretaris
Pembimbing I
Jakarta 27 Marnt 2008
Mengesahkan,
Prof. R.H. Mu
: Drs. Djawal1ir Heiazziey, SI-I,MA
NIP. 130 789 745
: Drs.H. Ahmad Yani MA
NIP. 150 289 678
: Dra. Hi. Halima Ismail
NIP. 150 075 192
NIP. 150 210 422
Pembimbing II : Ors.Ahmad Yani MA NIP. 150 289 678
Penguji I
Penguji II
: Drs. Djawahir Hejazziey, SH.MA
NIP. 130 789 745
: Dra.Maskufa S.Ag
Segala puji dan Syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang Tuhan seru sekalian Alam. Alhamdulillah,dengan taufik, Hidayah dan inaya11-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan walaupun ditemukan beberapa kesulitan. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Mulianunad SAW , keluarga dan para sahabatnya.
Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan yang harus penulis laksanakan untuk meraih gelar serjana Hukum islam pada Fakultas Syari'ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Upaya penulisan naskah ini, penulis lakukan setelah menyelesaikan mata kuliyah yang telah ditetapkan oleh Fakullas.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis merasa berhutang budi kepada semua pihak yang tanpa bantuan dan uluran tangan mereka skripsi ini tidak akan terwujud seperti ini. Untuk itu sepantasnyalah penulis mengucapkan banyak terima kasih .Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada:
1. Bapak. Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH.MA Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. H. Ahmad Yani. MA. Selaku dosen Pembimbing di tengah kesibukanya rela menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta ilmunya kepada penulis.
5. Dosen dan Karyawan dilingkungan Fakultas syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan,pengalaman serta bantuanya kepada penulis
6. Ayahanda Masrizal bin alunad dan Ibunda Kujai yang tercinta,atas jerih payah dan kasih sayang merekalah penulis dapat menyelesaikan studi penulis untuk sementara wakatu.Walaupun Ibunda telah di panggil Oleh Alah SWT. Tetapi do'a dan Harapan mereka membuat motifasi penulis untuk menyelesaikan study ini. Semoga Allah Menerima Il1adah Kedua Orang Tua amba,dan di tempatkan di surga-Nya Amin.
7. Bapak Drs.H. Ambrizal dan Thu Hj. Hafuah yan telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil, sehingga skripsi ini selesai.
8. KH.Drs. Muhtady Alawi selaku Guru handa sebagi Pengasuh Pondok Pesantren Soebono Mantofani, yang telah mendidik dan memberikan tempat tinggal penulis sampai selesainya skripsi ini.
menyelesaikan skripsi ini.
12. Sabat Rusydi yang telab memberikan duknngan dan ide yang membangnn,
sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.
13. Sababat-sababat di Tempat Tinggal penulis Aguz Zaki, M.Riyadhoh,Joshe,
sebagi sababat suka dan duka telab memberikan dukungan do'a hingga
skripsi ini selesai.
14. Seluruh teman-teman seperjuang SAS- PA 2003,penulis merasa bangga telab
menjadi bagian dari komunitas tersebut.
Akhimya,semua bantuan ,dorongan ,do' a serta an1al bakti yang telal1 diberikan
itu,semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allal1 Yang Maha Pemurah. Amin
Y arobbal 'alamin. Dan penulis berharap semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi
ini diipat qermanfaaf bagi sセャャIャャAi@ pi)11jk teftltan1a penulis sendiri.
Penulis.
---DAFTARISI ... ii
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... .
g:·
Pembatasan Dan Perumusan Masalah . . . .. . . .. . . .. .. . . .. .. . .. . .... 6C. Metodologi Penulisan dan Tujuan penulisan... ... 7
D. Sistematika Penulisan 9
BAB. II. SEKJTAR WAKAF UANG DALAM PANDANGAN FIQH ISLAM
A. Pengertian Wakaf dan Dasar Hukum Wakaf... ... ... 11
B. Syarat-syarat Wakaf dan Rukun Wakaf.. ... 21
C. WakafUang Dalarn Pandangan Islam ... 28
D. Hikmah W akaf... .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . .. . . .. .. .. . . . .. . . . 3 3
BAB. III. PERWAKAFAN DI INDONESIA
A. Lintas Sejarah Wakafdi Indonesia ... 36
B. Peraturan dan Ketetapan Perwakafan yang Pernah Berlaku di Indonesia ... 3 9
C. Ketetapan Perwakafan pada UU RI No. 41 Tahun 2004 ... 49
VANG MENURUT FIQH ISLAM DAN UU RI NO. 41 TAHUN 2004
··· 57
A. Persamaan Konsep Wakaf Uang Menumt Fiqh Islam dan UU RI No. 41
Tahun 2004 ... 60
B. Perbedaan Konsep Wakaf Uang Menumt Fiqh Islam dan Undang-Undang RI
No. 41 Tahun 2004 Dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi ... 64
C. Analisa Penulis ... 65
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran-Saran ... 71
Umat Islam harus yakin bahwa Allah SWT tidak menciptakan manusia seperti
juga tidak menciptakan jin kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Beribadat dalam arti
mengabdi kepadanya secara keseluruhan, baik seluruh sikap hidup dan kehidupan
manusia secara pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat dan sebagai kesatuan
mahkluk pada umumnya.
Dalam pelaksanaan ibadah tersebut, Allah telah mengatur caranya, baik dalam
bentuk ibadat khusus yang telah ditentukan cara, waktu, dan tempatnya, seperti
shalat, puasa, haji, maupun dalam bentuk ibadat secara umum, Ibadat secara umum "
berupa pengabdian kita kepada-Nya melalui pengabdian untuk kepentingan
kemanusiaan dan kemasyarakatan, yaitu untuk kepentingan umum atau kepentingan
jama'ah. Mereka yang mempelajari secara keseluruhan dapat mengerti bahwa jika di
luar bidang peribadatan dikatakan sesuatu hale adalah hak Allah SWT, maka yang dimaksud ialah hale Jama 'ah atau hak umum.1
Salah satu amal sosial kemasyarakatan adalah wakaf yang dapat disebut
sebagai salah satu bentuk realisasi ibadat dalam Islam, yang dapat menjadi sumber
dana dakwah telah tumbuh subur dan selalu dilaksanakan oleh bangsa Indonesia.
Wujud perwakafan tersebut banyak macamnya, ada yang berwujud tanah, gedung,
1
pohon dan bentuk wakaflainnya2. Wakaf mernpakan satu bentuk ibadah dengan cara
memisahkan sebagian harta beiada yang kita miliki untuk dijadikan harta milik umum,
yang akan diambil manfaatnya bagi kepentingan orang lain atau umat islam pada
umumnya.
Secara historis, peran wakaf sangat besar, baik secara kualitas maupun
kuantitas, dari segi kwalitas, misalnya di Mesir sampai pada abad 19 jumlah lahan
pe1tanian, hasil wakaf masyarakat mencapai sekitar sepe1tiga dari total jumlah lahan
pertanian yang ada. Sedangkan dari segi pemanfaatan, tanah wakaf mempunyai andil
yang sangat besar dalarn memajukan sektor pendidikan, kesehatan dan kebutuhm1
sosial lainnya. 3.
Wakaf merupakan salah satu instrumen ekonomi umat dan negara yang unik,
dalan1 wakaf yang layak untuk di manfaatkan adalah hasil dari perputaran dan
pengelolaan wakaf bukan pokoknya, dengan demikian barang wakaf tidak akan habis.
Keunikan wakaf juga terlihat pada pengembagan hmta yang tidak didasarkan pada
tingkat pencapaian keuntungan bagi pemilik hmta wakaf, tetapi lebih didasarkan pada
target dan didasarkan pada unsur kebajikm1 (birr), kebaikan (ihsan) dan kerjasamanya. Bisajadi, sebuah harta wakaftidak mendatangkan keuntungan, namun
jika dialokasikan dengan 「・ョ。セML@ sehingga bisa merekrut tenaga pengangguran, maka
harta tadi sudah berguna, dengan begitu wakaf harus dikelola dengan penuh
2
Ibid, h. 6 3
Hasan,Zubairi Membebaskan Keterbe/akangan Umat dengan Wakaf, (Jakarta : Majalah
Peduli Umat, IV, 9 Agustus 2003), h. 6,
kebersamaan dan transparan, harta wakaf adalah milik umat wajar sekali bila
perputaran uang dibalik harta wakaf hams diketahui oleh Umat.
Prinsip pemilikan harta dalam ajaran Islam menyatakan bahwa haiia tidak
dibenarkan hanya dikuasai oleh sekelompok orang. Penguasaan harta oleh •
sekelompok orang alcan melahirkan eksploitasi si kaya terhadap si miskin akan
menimbulkan kegoncangan sosial akan menjadi penyakit masyarakat mempunyai
akibat-akibat negatif beraneka ragam. Harta tidaklah hanya unruk dinikmati sendiri,
melainkan hams dinilanati bersama. Ini tidak beraiii bahwa ajaran Islam iru
melarang orang untuk kaya raya, melainkan suatu peringatan kepada umat manusia
bahwa Islam mengajarkan fungsi sosial harta. Untuk itu diciptakan lembaga zakat,
shadakah, infag, kafarah, perwakafan, dan lembaga lainnya.
Kajian wakaf sebagai pi;anata sosial memjuk kepada tiga corcus;
Pertama, Wakaf sebagai lembaga keagamaai1
Kedua, W akaf sebagai lembaga yang diatur oleh negai·a
Ketiga, Wakaf sebagai lembaga kemasyarkatan atau suatu lembaga yang hidup dalam masyarakat. 4
Apabila wakaf ditinjau sebagai lembaga keagamaan dalam ajarai1 Agama Islam,
maka corcus sumber datanya meliputi :
4 Juhaya S Praja" Penvakafan di Indonesia; Sejarah, Pe111ikiran, Huk1-11n dan
1 Wahyu yakni Al-qur'an 2 Sunah
3 Ijtihad, yakni hasil ijtihad para mujahidin dalam upaya menginterpretasikan Al-Qur'an dan sunah karena ijtihad itu selalu mempertimbangkan situasi dan
kondisi, yang berupa ruang, waktu, manfaat dan tujuan hukum, malca
keragaman pendapat mengenai praktek pranata sosial wakaf ini tidak
terelakan lagi
Kajian wakaf sebagai lembaga yang diatur oleh negara merujuk kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara itu. Di Indonesia, pe1wakafan
telah diatur dalam perundang-undangan sejak tahun 1905, walaupun masih terbatas
pada perwalcafan tanah yang termasuk didalamnya masjid dan rumah-rumah suci.
Peraturan-peraturan tersebut adalah:
I. Bijblad op Het staatsblad (Lembaran Negara) nomor 1698, Bede Huizen
Moskieen, tgl 31 Januari 1905 tentang rumah-rumal1 suci dan masjid (yang
dimaksud di sini adalah· wakaf);
2. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 12573, tanggal 4 Juni 1931 tentang
Bedehizeen Wakaps. Peraturan ini denganjelas menyatakan Wakaf.;
3. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 13380 tanggal 24 Desember 1934 tentang
bedehizeen Bijblad op l-Iet Staatsblad Nomorrijdagdiensten Moskieen, en
wakap;
4. Bijblad op Het Staatsblad Nomor 13480, tanggal 27 Mei 1935. tentang
7 UU RI No. 41Tahun2004 tentang wakaf.
Kajian wakaf dengan menganggapnya sebagai lembaga kemasyarakatan atau lembaga yang hidup dalam masyarakat berarti mengkaji wakaf dalam tinjauan sosial, kajian ini merujuk kepada 」セイ」オウ@ yang meliputi fakta dan data yang ada dalam masyarakat. Fakta tersebut ditunjang oleh dokumen-dokumen, daftar-daftar, atau list yang ada didalam kantor, akta-akta, sebelum dan sesudah peraturan perundang-undangan itu diberlakukan dan dilaksanakan sebagai hukum positif dan benar-benar hidup dalam masyarakat.
Wakaf merupakan salah satu lembaga yang dianjurkan oleh aJaran Islam untuk digunakan seseorang sebagi sarana penyaluran rezeki yang di berikan oleh Allah SWT kepadanya. kendatipun didalamnya Al-Qur'an tidak menyebutkan soal wakaf seperti halnya dengan zakat tetapi dari beberapa ayat Al-qur'an yang akan disebutkan, para ahli menyimpulkan bahwa Allah menghendak adanya wakaf.
Dalam kaitan ini penulis ingin memberikan sedikit gambaran dan informasi tentang wakaf uang serta pengaruhnya terhadap kemaslahatan wakaf di Indonesia.
Berkenaan dengan itu, maka penulis menetapkan judul skripsi ini adalah
"Waka/ Vang Menurut Hukum Islam dan VU RI. Nomor 4I Tahun 2004"
B. Pembatasan dan Rnmusan Masalah
.
pengertian tentang istilah yang sama akan membawa kepada perbedaan di dalam
pembahasan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
Adapun pembatasan masalah dalam skripsi ini tentang Wakaf Vang yaitu
merujuk pada Hukum Islam dan Hukum positif(Vndang-Vndang No.41.Tahun 2004)
serta membandingkan antara kedua Hukumnya mengenai hukum wakaf uang
terse but.
Adapun Pernmusan Masalalmya :
I. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan VV No. 41 Tahun 2004 terhadap
Hukum WalrnfVang?
2. Apa persamaan dan perbedaan pandangan Hukum Islan1 dan Vndang-undang
No 41 Tahun 2004 mengenai WakafVang?
3. Apa yang melatar belakangi perbedaan konsep wakafVang dalam pandangan
hukum Islam dan Vndll!1g-undang No 41 Tahnn2004?
C. Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan antara lain :
1. Memberikan gambaran yang jelas tentang walrnf Vang dalam pandangan fiqh
Islam dan Vndang-undang No 41 Tahun 2004
2. Mengetahui sejauhmana persamaan dan perbedaan kosep wakaf Vang
menurut Fiqh Islam dan Vndang-undang No 41Tahun2004
E. Sistematika Pembahasan.
Untuk memudahkan gambaran dari isi skripsi 1m, maka perlu · penulis
kemukakan sistematika ー・ョオャゥセ。ョョケ。@ sebai berikut :
BAB I: Merupakan Pendabuluan yang berisi : Latar belakang permasalahan,
pembatasan dan perumusan masalab, tujuan penelitian, metodologi
penulisan dan sistematika pembahasan.
BAB II Wakaf Uang dalam pandangan Fiqh Islam yang berisi : Tinjauan teroritis
tentang walrnf mengenai : Pengertian Wakaf, dasar hukum wakaf, rukun
dan syarat perwakafan dan hikmal1 wakaf.
BAB III Perwakafan dalam Undang-undang RI Nomor 41 Tahun 2004 Meliputi :
Lintas sejarab wakaf di Indonesia, Peraturan dan ketetapan perwakafan
Uang yang Pernab Berlaku di Indonesia, Ketetapan Perwalrnfan pada
Undang-undang RI Nomor 41 Talmn 2004
BAB IV Analisa Perbandingan antara konsep WakafUang menurut Fiqh Islam dan
Undang-undang Nomor 41 Talmn 2004 Meliputi: Pesamaan Konsep
Wakaf Uang menurut Fiqh Islam dan UU RJ No 4I Tabun 2004,
Perbedaan Konsep Wakaf Uang Menurut Fiqh Islam dan UU RI No 41
Tahun 2004, Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan
BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran penulis.
Selain dari ke lima bah tersebut, dalam penyusunan skripsi ini akan
WAKAF UANGDALAM PANDANGANFIQHISLAM
A. Pengertian Dan Dasar Wakaf a. Pengertian Wakaf
Kata wakaf berasal dari babasa Arab a/-waqf bentuk masdar dari waqafa-yaqifa-waqfan sama artinya dengan "Hasaba Yahbisu Tahsiban" yang berarti berdiri
atau berhenti atau diam di tempat 1 Pengertian "berhenti" jika di hubungkan dengan
ilmu baca Al-Quran atau ilmu tajwid mengandung malma menghentikan bacaan baik
setemsnya maupun untuk mengambil nafas sementara, dari makna hams dimulai dan
dimana hams berhenti. Pengertian wakaf dalan1 arti "berdiam di tempat" dikaitkan
dengan wukuf yaitu berdiam di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijab ketika menunaikan
ibadah haji. Kata al-waqf semalma dengan al-hasb bentuk masdar dari hasaba-yasibu-hasban artinya menaban2. Dalam kamus istilab agama Islam dijelaskan babwa
wakaf adalab menahan, yalmi menal1an sesuatu benda yang kekal zatnya dan dapat
dimanfaatkan di jalan kebaikan.
Para Ulama berbeda pendapat dalan1 memberikan pengertian tentang wakaf
diantaranya :
1 Muhammad al-Khatib, a/-Jqna'(Bairut: daiul fvfa'rifah),h,26 dan Wabah Zhuhaili,Al-Fiqhu al- !slan1i
wa 'Adillatuhu(Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu'ashir),h.7599
2
1. Menurut Abu Hanifah:3
Artinya : Menahan benda yang statusnya tetap milik si wakaf (orang yang mewakafkan) dan yang disedekahkan hanya manfaatnya saja dengan cara yang benar"
Imam Abu Hanifah memandang akad wakaf tidak mengikat, dalan1 artian
bahwa orang yang berwakaf boleh saJa mencabut wakafoya kembali dan boleh
diperjual-belikan oleh pemilik semula. Dengan demikian mewakafkan harta secara
mutlak menurutnya akad wakaf baru bersifat mengikat apabila:
I. Terjadi sengketa antara yang mewakafkan (waqif) dan pemelihara harta wakaf
(Nadzir) dan hakim memutuskan bahwa wakafitu mengikat. 2. Wakafitu di pergunakan untuk masjid
3. Putusan hakim terhadap harta wakaf itu dikaitkan dengan kematian orang yang
berwakaf.
Alasan Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa wakaf tidak mengikat
adalah sabda Rasulullah yang menjelaskan "Tidak boleh memakan harta yang merupakan ketentuan-ketentuan Allah" (HR Daruqutni)
Apabila wakaf bersifat melepaskan hak milik, maka akan bertentangan
dengan hadits ini karena pada hai1a itu tergantung hak ahli waris wakif yang termasuk
ketentuan-ketentuan Allah SWT akan tetapi Wahbah Az-Zuhaili (Guru besar fiqh
3
セZセ[ᄋMMMMMMN@
N SY1,1-110· N UT.'\MA
JAl<ARTA
J
---Islam di Universitas Damascus Suriah) menyatakan bahwa maksud sabda Rasulullah
SAW di atas adalah membatalkan sistem waris yang ada di zaman jahiliyah yang
membatasi hak waris hanya pada kaum pria dewasa saja di samping hadits itu sendiri
adalah daif (lemah)4
Dalam hatia yang sah di wakafkan meurut imam Hanifah:
Benda tidak bergerak. Benda yang tidak bergerak ini di pastikan 'ain-nya
memiliki sifat kekal dan memungkinkan dapat diambil manfaatnya
seterusnya.
Benda bergerak. Pada prinsipnya yang sah di wakafkan adalah benda tidak
bergerak,Ta'bid(tahan lama).Prinsif ini di dejelaskan kembali dengan
memenuhi beberapa hal:Pertama keadaan benda bergerak itu mengikuti benda tidak bergerak dan ini ada dua macam:(l) barang tersebut
mempunyai hubungan dengan sifat diam di tempat ,missal pohon.(2) benda
bergerak di pergunakan untuk membantu benda tidak bergerak,missal alat
pembajak.Kedua,berdasarkan atsar,miasl wakaf senjata,binatang. Sebagai
mana di riwayatkan Klmlid bin Walid pernah mewakafkan senjatanya di
jalan Allah.Ketiga wakaf bergerak mendatangkan pengetahuan,missal wakafBuku,kitab-kitab dan mushaf dan tennasuk Dhinar(uang)
4
l'vla!ik bin Anas, ln1ain, al-lviudavvanah a!-Kubra, (Beirut : Daar el-Kutub al-llmiyah, 1994) Juz
2. Menurut Malikiyah :5
Artinya : wakaf adalah seorang pemilik yang memperuntukkan manfaat harta benda miliknya baik berupa sewa maupun hasilnya untuk diserahkan kepada pihak yang berhak dengan bentuk penyerahan be1jangka waktu sesuai dengan apa yang
dikehendaki o/eh orang yang berwakaf
Menurut teori Imam Malik wakaf itu mengikat dalarn arti lazim, tidak mesti
dilembagakan secara abadi dalam mii mu 'abbad dan boleh saja diwakafkan untuk tenggang waktu tertentu yang disebut mu 'aqot nmnun demikian, wakaf itu tidak boleh ditarik ditengah pe1jalanan dengan kata lain, si wakif tidak boleh menarik ikrar
wakafnya sebelum habis tenggang waktu yang telah ditetapkannya, kiranya disini
letak adanya "Kepastian Hukum" (lazim) dalmn perwakafan menurnt Imam Malik,
yaitu kepastian lmkum yang mengikat berdasarkm1 suatu ilaar "hmia atau benda yang
diwakafkm1 adalah benda yang mempunyai nilai ekonomis dan tahan lama. Harta itu
berstatus milik si wakif, akan tetapi si wakif tidak mempunyai hak untuk
menggunakan harta tersebut (Tasharuj) selama masih masa wakafnya belum berakhir. Jika dalam shigat atau ikrar wakaf itu si wakif tidak menyatakan dengan tegas waktu perwakafan yang ia kehendaki, maka dapat diartikan bahwa ia
bermaksud mewakafkan harta itu untuk selama-lamanya (Mu 'abbad). Landasan
5
Praja, Juhaya S, Per111akafan di Indonesia; Sejarah, Pen1ikiran, J-Iukum dan Perke111bangannya,
hukum yang dijadikan rujukan Imam Malik dalam hal ini adalah Hadits Ibn Umar
yang berbunyi :
Artinya : ... Umar mempunyai tanah di Khaibar, kemudian Ia datang kepada Rasu/ullah a '/aihi sa/am. Meminta untuk mengolahnya seraya ia Berkata : Ya Rasulallah, aku memiliki sebidang tanah di Khaibar. tetapi aku be/um mengambil manjaatnya, bagaimana aku harus berbuat untuk ? Nabi bersabda : Jika kau menginginkannya, tahanlah itu dan shadaqahkan hasilnya. Tanah tersebut tidak boleh dijual atau diperjual belikan dihibahkan at.au diwariskan. Umar menshadaqahkan (Mewakafakan) tanah di Khaibar itu kepada fakir miskin, /rririb kerabat, budak (Riqab), dan Ibnu Sabi!
Alasan yang dikemukakan Imam Malik mengapa wakaf itu berstatus milik si
wakif berdasarkan kasus Ibn Umar sebagai pemilik benda yang diwakafkan yang
diperintahkan Rasul untuk mengeluarkan miliknya itu. Sementara alasan mengenai
keabsahan wakaf untuk sementara waktu ialah berdasarkan atas kenyataan tidak
adanya dalil yang mengharuskan wakaf itu mu 'ab bad, konsekwensinya apabila wakaf
yang diikrarkan dalam bentuk mu 'a bad sementara manfaat benda itu hanya berlaku
sementara waktu saja, maim wakaf itu boleh dijual dengan pertimbangan
yang tidak/kurang mempunyai nilai manfaat hasil penjualannya digunakan untuk
membeli benda lain yang mempunyai nilai atau manfaat yang sama sesuai dengan apa
yang dikehendaki si wakif. Pendapat ini akan nampak sebagai paham hukum yang di
anut dalam peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakapan tanah
"]"k6
ID! I
3. Menurut Syafi'iyah:7
Artinya : Menahan harta yang diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya barang, dan barang itu lepas dari penguasaan si wakif serta dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh agama yang telah disepakati.
Pokok utama Pendapat Imam Syafi'iyah terdapat dalam kitab klasik karya
al-Syafi'I, al-Umm juz III, pada garis besamya kitab ini membahas perbedaan
pandangan Imam al-Syafi'i dengan seseorang atau dua orang Iainnya datang
kepadanya untuk berdialog, mereka itu diperkirakan bennazhab Hanafi atau
sependapat dengan mazhab Hanafi, walaupun dalam kitab tersebut nama-nama orang
itu tidak disebutkan, Ketika kitab itu dibaca, maka akan terkesan secara tidak
langsung bahwa Imam al-Syafi'i itu telah membantah Imam Hanafi atau
muridnya-6
Praja, Juhaya S,, Penvakafan di Indonesia; Sejarah. Pemikiran, Hukum dan
Perkembangannya, (Bandung: Yayasan Piara, 1995) h. 18. 7
muridnya mengenai "Kepastian hukum" (Mulazamah) wakaf. 8
Imam Syafi'i menamakan wakaf dengan istilah-istilah : Shadilqat
al-muharramat al-mauqufat. Selanjutnya ia membagi jenis pembagian wakaf dalam dua
macam : pemberian yang diserahkan si pemberi ketika ia masih hidup dan pemberi
yang diserahkan ketika si pemberi telah wafat. 9
4. Menurut Hanabilah.
11
JI
セ⦅LGN[[[@
Ji
セ[L[セ@
0;,a_;
セ@
ェセG@
a;\\_, ;; ,, ,, ,,.
Artinya : Menahan kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan semua hale penguasaan terhadap harta iJu, sedangkan manfaatnya di,oergunakan pada suatu kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 10
.
----Mumttut madzhab Syafi' i dan Hanbali, hak pemilikan atas harta wakaf itu
sudah lepas dari orang yang berwakaf dan telah menjadi milik Allah SWT. Dengan
demikian wakaf bersiafat kekal, selama harta tersebut tetap utuh. Suatu wakaf tidak
boleh bersifat sementra dan di tarik kembali.
Demikian beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan oleh imam-imam
mazhab. Pada dasarnya definisi-definisi tersebut mempunyi intisari yang serupa
bahwa wakaf adalah menahan harta yang dimanfaatkan untuk kebaikan. Perbedanya
8
. Juhaya S, Perwakafan di Indonesia; Sejarah, Pen1ikiran, fluk1on dan Perken1banga1111ya. h. 19 9
. Syafi'l, al-Imam, Al-Umm, (Beirut: Darul Fikr, Tt) Jilid 3 h, 512.
hanya terletak pada masalah status hruia wakaf, apakah tetap menjadi milik wakif
atau menjadi milik Allah yang tidak boleh lagi dimilild oleh siapapun. Mengenai ha!
ini akan dijelaskan pada bagian tersendiri
b. Dasar Hukum Wakaf 1. Alqur'an
Dasar hukum wakaf sebagai lembaga yang diatur dalarn ajru·an Islam tidak
dijumpai secara tersurat dalam Alqur'an. Nanmn demikian, terdapat ayat-ayat yang
memberi petunjuk, dan dapat dijadikan sebagai "Sandaran" Sumber hukum perwakafan. Ayat tersebut ialah Surat Al-an'am ayat 38 yang berbunyi :
Artinya:" Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan"
Ayat diatas memberikari indikasi bahwa dalarri al-Qur'ru1 itu mengandung
pokok-pokok ajaran tentang kehidupan manusia, termasuk didalanmya mengenai
masalah intitusi wakaf. Apalagi ayat ini dihubungkan dengan Surat An-nahl ayat 44 :
Artinya : Dan kepadamu (Muhammad) kami turunkan Alqur 'an, agar kamu terangkan kepada semua manusia (isi Alqu 'an) yang di turunkan kepada mereka.
jt.i
:'.
セO|[@
ci
セ@ PセZ@
t
t:, 1.f:j
セヲエセセ@
[LゥヲG[NNZMセセZM
a:;
セイ@
; ..
セ[⦅@
:-
:_;,
Pセ@
,, ,,,, J. ,, ,. ;:> ,, .. J. " ,. ,, ) " "" ,,Jw
LNNZ⦅LセZ[@
'{JセZ[@
'l):
GjセᄋM
II01)
ケセセiI@
c.#'.;JI\ZェセG^I@
セiー|セセ@
V,_0:'.i'a:; ( <:f }.,;.,)\ o I J_;J _,...-:.-
pi; Li;, Lp セ@ J J J_,..li.i
セ@ jsGセ@ L!i
4-JIJ 0"Ji:.
C \.:,.,
'l
セij@Artinya : "Dari Jbnu Umar r.a bahwasanya Umar bin Khattab mendapat bagian sebidang kebun di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW untuk meminta nasehat tentang harta itu. Ia berkata: ''ya Rosulallah, aku telah memperoleh sebidang tanah di Khaibar yang aku belum pernah peroleh tanah seperti itu, apakah nasehat engkau kepadaku tentang tanah itu? Rasulullah menjawab : "jika kamu menginginkan, tahanlah aslinya dan shsdskshkan hasilnya. Maka bershadakahlah umar, tanah tersebut tidak bisa di jual, dihibahkan dan diwariskan./ia menshadakahkan kepada orang-orang fakir, budak-budak, pejuang di jalan Allah, Ibnu sabil, dan tamu-tamu. Tidak ada dosa bagi orang ynag mengurusnya (nazir) memakan sebagian harta itu secara patut atau memberi makna asal tidak bermaksud mencari kekayan (HR Bukhari) "11
b. Hadits riwayat Abu Hurmrah yang berbunyi :
Artinya : "Dari Abu hurairah r.a Bahwasanya rasulullah SAW bersabda : apabila anak adam meninggal dunia, maka trputuslah amalnya kecuali tiga ha!, sedekah jariah, ilmu yang bermanfat, dan anak yang saleh yang selalu mendo 'akan orang
tuanya (HR Muslim) "12
Dari dua hadist tersebut dapat diambil kesimpulannya :
-a. Wakaf adalah perbuatan ibadah yang mulia dan ajaran Islam pun
menganjurkannya umat Islam untuk berbuat wakaf.
11
Bukhari, Shahih Bukhari,( CD Room Al-Kutub Asy-Syamilah, 2004),h. 186
12
b. Wakaf adalah permanen statusnya artinya tidak boleh dirubah, dijual, dihibahkan, apalagi diwariskan sesuai sabda dengan Nabi SAW.
c. Jenis wakaf harus kekal dan yang dishadakahkan hams hasilnya atau manfaatnya saja.
d. Wakaf harus untclc kepentingan umum bukan untuk pribadi yang dijadikan untuk dijadikan kekayaan.
ltulah kesimpulan dari dua hadist tersebut disyariatkan wakaf sebagai tindakan hukum, dengan cara melepaskan hak kepemilikan asal barang, dan menyedekahkan manfaatnya untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi guna mencari ridha Allah SWT
B. Rukun dan Syarat-Syarat Wakaf.
1. Rukun wakaf
a. Wakif.
Para Ulama menetapkan syarat-syarat wakif sebagai berikut.13 I. orang yang merdeka dan bukan budak
2. balig; tidak syah wakaf anak kecil walaupun ia telah tamyiz karena balig adalah ukuran bagi kesempmnan aka!.
3. berakal yaitu mempunyai kesempurnaan aka!, maka orang yang hilang ingatannya tidak syah untuk wakaf.
13
Abu Badran Ainaini, al-Ahkam al-Washaya wa al-Auqaf, (lskandariyah: Mu'asasah
•
b. Mauquf (benda yang di wakafkan) dalam penetapan syarat bagi mauquf terjadi perbedaan pendapat ulama diantaranya :
Golongan Hanafiah menetapkan syarat dari benda yang hendak diwakafkan antara lain: 14
I Hendaklah benda atau harta yang diwakafkan itu merupakan harta yang dibolehkan untuk dimanfaatkan oleh syara'. Oleh karena itu tidal( syah mewakafkan hmia ケ。ョセ@ tidak boleh dimanfaatkan okh syara' seperti hal-hal yang memabukkan.
2 Hendaklah hmia atau benda yang di wakafkan itu jelas keadaannya, jumlahnya, ukurannya, maka dengan demikian tidak syah mewakafkan harta
atau benda yang tidak jelas keberadaannya
3 Harta atau benda yang akan diwakafkan benar-benm· milik s1 wakif yang sempuma pada waktu diwakafkan.
4 Harta atau benda yang diwakafkan, harus merupakan benda yang terpisah dalam arti; bukan harta,benda milik bersama (hmia syarikat).
2. Golongan Malikiyah.
Golongan Malikiyah Menetapkan syarat atas benda yang akan diwakafkan sebagai berikut : Mauquf tersebut merupakan harta milik yang tidak terkait dengan hak lainnya, terpisah atau bukan milik syarikat, milik yang sempuma milik si wakif
dan dapat diambil manfaatnya serta tidak habis harta itu ketika harta itu
dimanfaatkan.15
3 . Golongan Syafi'iyah dan Hanabilah
Menetapkan syarat benda yang akan diwakafkan adalah sebagai berikut :
Hendaklah benda wakaf itu jelas adanya sempurna kepemilikannya, dan merupakan
harta atau benda yang dapat diganti baik dijual atau deng.an cara yang lain yang
mungkin dapat diambil manfaatnya, dan tidak syah mewakafkan harta benda yang
tidak ada paedahnya atau manfaat yang tidak tetap atau habis ketika . diambil
manfaatnya16
c. Mauquf 'Alaih (pihak Penerima atau orang yang diserahi wakaf)
Dalam hubungannya dengan syarat-syarat yang berkaitan dengan mauquf alaih. Sebagai mana diketahui bahwa sesungguhnya harta ym1g diwakafkan itu tidak lain untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT dalam rangka beribadah kepada-Nya
berkenaan dengan ha! tersebut, maka para ulama Imam Mazhab bersepakat
mensyaratkan bagi mauquf alaih-nya harus jelas apakah ditujukan bagi fakir miskin,
sabilillah, ibnu sabil atau kepentingan umum lainnya.
Wakaf disyaratkan untuk kepentingm1 ketaatan clan kebijakan sehingga
menurut kesepakatan ulama fiqh, wakaf adalah implementasi dari ketaqwaan
seseorang kepada Allah SWT dan menghm·apkan Keridhaan-Nya17
15
Wakaf sebagai Implementasi untulc mendekatkan diri kepada Allah, maka
dalam pandangan Islam dapat ditujukan untuk kepentingan fakir rniskin dan
orang-orang yang membutuhkannya. Namun bila ditujukan bukan untuk kepentingan takwa
terhadap Tuhan seperti wakaf tempat be1judi dan maksiat maka menurut Islam wakaf
tersebut tidak syah.
Jadi syarat utama pihak yang menerima wakaf adalah berdimensi keagamaan,
yaitu untuk kepentingan ketaatan dan kebajikan yang perwujudannya berupa bantuan
untuk kepentingan sosial masyarakat.
Wahbah al-Zuhaili lebih jauh lagi dalam mengkategorikan pihak penerima
wakaf Penerima wakaf dibagi kepada dua pihak yaitu pihak tertentu Gelas
jumlahnya) dan pihak tidak tertentu (bersifat umum).18
Pihak tertentu beberapa orang yang ditentukan sebaga:i penerima wakaf seperti
satu orang, dua orang, atau beberapa orang, sedangkan pihak yang tidak tertentu,
yaitu ditujukan kepada nama, golongan atau status sosial di masyarakat, seperti fakir
miskin, ulama, penghapal al-Qur'an, masjid, sekolah dan lain··lain.
Syarat bagi pihak tertentu adalah cakap untuk menerima hak wakaf, cakap
mene1ima hak wakaf adalah kriteria yang juga berlaku dalam cakap menerima hak
milik.
17
Abu Husain al-Faraj, Ahkam al-Washaya wa al-Auqaf Fi Syari'ah al-Islamiyah,
d. Shigat (Ikrar wakaf atau pemyataan wakaf dari wakif kepada mauquf alaih)
Dalam menentukan syarat yang berkaitan shigat, para ulama Imam Mazhab sepakat menetapkan syarat bahwa shigat wakaf harus jelas baik dengan ucapan lisan, tulisan, dengan menggunakan redaksi ( セM セM w..i;l- W'3 .J ) atau dengan lapadz yang menujukan bahwa perperbuatan itu perbuatan mewakatkan.19
Dengan pernyataan .tersebut maka gugurlah hak wakif atas yang diwakatkannya dan benda itu menjadi hak milik mutlak mauquf alaih sebagaimana yang disebut dalam ikrar wakaftersebut.
Berkenaan dengan syarat-syarat yang berkaitan dengan shigat, para ulama mensyaratkan atas sigat itu sebagai berikut :
I. Ta 'bid yaitu benda atau harta yang diwakatkan tidak dibatasi mewakatkan untuk jangka waktu tertentu, dengan demikian tidak sah mewakafkan harta yang dibatasi waktunya sebagai rnana yang dikemukakan oleh jumhur ulama selain Malikiyah. Menurut golongan Malikiyah bahwasanya boleh membatasi wakaf hanya untuk beberapa bulan atau beberapa talmn saja, maka apabila telah habis waktunya benda atau harta tersebut kernbali menjadi rniliksi wakif.20
2. llzam, yaitu tidak menggantungkan wakaf dengan syarat-syarat khiyar, seperti sesorang hendak mewakatkan sesuatu dan mensyaratkan kepada diri sendiri,
18
Wahbah Zhuhaili., Fiqh al-ls/am Wa 'Adilatuhu, (Beirut : Daar El-Fikr, Tt) Juz 2 h. I 89
19
Muhammad Mugniyah Jawad, Al- Fiqh 'ala Madahibul Arba 'ah, (Beirut : Daar al-Fikr, tt)
h. 640. 20
204-atau kepada orang lairinya agar mengembalikan harta wakaf itu kepadanya
ketika dia menghendaki 21
3. Hendaknya sigat tidak terkait dengan syarat-syarat yang bathil seperti waqif mensyaratkan agar benda atau harta yang diwakafkan tersebut tetap menjadi
miliknya demikian juga seperti wakif mensyaratkan agar menjual haiia wakaf.
Apakah wakaf memerlukan qobul atau cukup dengan ijab saja atau dengan
kata lain apakah wakaf itu bisa dinyatakan dengan kehendak sepihak atau hai11s ada
kehendak yang bersesuaian ?
Dalfil!1 ha! ini Mazhab empat sepakat, wakaf untuk pihak yang tidak terbatas
tidak membutuhkan qobul, sedaugkan kepada pihak-pihak tertentu, menurut Maliki,
dan Hanbali ha! ini sfil11a sepe1ii wakaf umum ia tidak memerlukan qobul. Sedangkan
Syafi'i menetapkan bahwa wakaf untuk orang-orang tertentu disyaratkan adanya
qobul.22
Dapat disimpulkan bahwa wakaf merupakan Tasharuf tabarru yang selesai dengan adanya ijab saja tanpa harus diikuti qobul. Jadi wakaf adalah sesuatu yang
datai1g dari wakif yang menyatakan terjadi wakaf.
2. Syarat-Syarat Wakaf
Wakaf dinyatakan sah apabila terpenuhi syarat-syarat pada pewakaf, benda
yang diwakafkan, pihak penerima wakaf dan perkataan yang diucapkan saat wakaf.
Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
205.
(1) Perwakafan Benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi
untuk selan1a-lamanya. Wakafyang dibatasi waktunya untuk lima tahun saja
misalnya adalah tidak sah;
(2) TujuaMya -seperti disebutkan diatas- harus jelas. Tanpa menyebutkan
tujuannya secara jelas maka pe1wakafan tidak sah. Namun demikian,
Apabila seorang W akif menyerahkan tanahnya kepada Suatu Badan Hukum
tertentu yang sudah jelas tujuan dan usahanya, Wewenang untuk penentuan
tujuan Wakaf itu berada pada Badan Hukum yang bersangkutan sesuai
dengan tujuan Badan Hukum itu;
(3) Wakaf harus segera dilaksanakan setelah Ilaar Wakaf dinyatakan oleh
Wakif tanpa menggantungkan pelaksanaaMya pada suatu peristiwa yang
akan te1jadi di masa yang akan datang. Sebabnya adalah lkrar Wakaf itu
menyebabkan lepasnya hubungan pemilikan seketika itujuga, antara Wakif
dengan Wakaf yang bersangkutan. Bila digantungkan pada kematian
seseorang, seperti telah disebutkan di atas, yang berlaku adalah Hukum
Wasiat. Dalam ha! ini tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga) haiia
peninggalan. Bila Wasiat Wakaf itu melebihi sepertiga harta peninggalan,
selebihnya baru dapat dilaksanakan kalau disetujui oleh para ahli waris. Bila
semua Ahli Waris menyetujuinya, semua harta ya11g diwakafkan itu dapat
diolah atau dikerjakai1. Bila semua tidak menyetujuinya, hanya sepertiga
yang dapat dilaksanakan. Selebihnya menjadi batal karena hukum. Kalan
22
ada yang setuju ada pula yang tidak, yang dapat dilaksanakan hanyalah
bagian mereka yang setuju saja;
(4) Wakaf yang Sah Wajib dilaksanakan, karena Ikrar Wakaf yang dinyatakan
oleh Wakifberlaku seketika dan untuk selama-lamanya.
C. WakafUang Dalam Pandangan Hukum Islam
W akaf merupakan salah satu lembaga sosial islam yang erat hubungannya dengan
sosial ekonomi masyarakat. Walaupun wakaf merupakan lembaga Islam yang
hukumnya sunnah, namun dalam ajaran Islam juga ditegaskan bahwa tujuan
mendirikan suah1 negara antara lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan yang
tercantum dalam kata-kata " baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur "yakni masyarakat sejahterah dan baik dibawah lindungan keampunan Allah.
Menurut Imam Syafi'i hat1a benda wakaf dalam fiqih klasiknya Al-Umm bahkan
fiqih moderen Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq tidak memperbolehkan wakaf tunai/ uang,
karena di nilai bendanya tidak bisa kekal ketika di manfaatkan. Selain itu, alasan lain
adalah karena jika berdasarkan 'Urf (kebiasaan yang berlaku),maka wakaf uang
hanya berlaku di wilayah-wilayah tertentu dari bekas wilayah kekaisaran Binzantium
(Romawi) saja, ditempat lain tidak berlaku.23
Menurut parn ahli fiqih dahulu menganalisa hukumnya. Bahkan sumber-sumber
menyebutkan bahwa uang telah di terapkan di sebahagian masyarakat islam yang
berikut:
Az-Zhuhri (wafat Tahun 124 H) Imam Bukhori (wafat tahun 252) menyebutkan bahwa Imam Az-Zhuhri berpendapat boleh mewakafkan dinar dan dirham. Caranya ialah menjadikan dinar dan dirham tersebut sebagai modal usaha( dagang),kemudian menyalurkan keuntunganya sebagai wakaf.24
a. Dr. Az-Zuhaili juga menyebutkan bahwa mazhab Hanafi membolehkannya sebagai pengecualian karena sudah banyak dilakukan masyarakat, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin mas'ud yang berbunyi:
:;..;,_
Jii
セ@I セ@ , L:.;_J
セ|@ 'o I ) )c;
, , ,
"Apa yang dipandang kaummuslimin itu baik,di pandang baikjuga oleh Allah Menurut pendapat Hanafi hukum yang diterapkan berdasarkan 'uruf(adat kebiasaan)karena 'urf kekuatan hukumnya sama dengan hukum yang diterapkan berdasarkan nas (teks). Cara mewakafkan uang yaitu denga:n menjadikannya modal usaha dengan pembagian hasil mudharabah atau mubadha 'ah. Keuntuhgannya disedekahkan kepada pihak wakaf. Namun Pendapat lbnu 'Abidin wakaf dirham itu menjadi kebiasaan di wilayah romawi.sedangkan di negeri lain tidak menjadi adat kebiasaan, atas dasar itu, ia memandang tidak sah.
Sedangkan menurut Imam malik,Mengartikan "keabadian "lebih pada nature barang yang diwakafkan. Untuk asset tetap seperti tanah unsure keabadianya
42-43. 23
. Farid Wadgdy,Mursyid, Waka/ dan Kesejahteraan Umat,(Jakarta: Pustaka Pelajar,), h.88
24
terpenuhi ketika tidak terkena bencana alam yang hitang fisik tanah tersebut,demikian
juga hatnya dengan masjid masjid. Berbeda dengan pendapat Imam Syafi'.i ,Imam
Malik metebar tahan wakaf benda bergerak sepe11i wakaf susu sapi dan buah yang di
ambit manfaatnya. Dengan adanya kerangka pemikiran seperti ini Mazhab Matiki
telah membuka Juas kesempatan untuk memberikan wakaf dalam jenis apa pun.
Di samping itu Menurur Imam Hanafi memperbolehkan wakaf tunai dengan
syarat selama nitai pokok wakafuya dijamin kelestariannya,tidak di jual,tidak di hibakan dan di wariskan selama digunakan untuk hal-hal yang dihibalcan. Kebolehan
WakafUang golongan Hanabila di dukung oleh fatwa Muhammad bin Abdl)llah
AJ-anshari murid dari sufar (sahabat dari Abu Hanifa) bahkan fatwa Al-AJ-anshari bukan
Wakaf Uang saja bahkan berwakaf dengan barang-barang bentuk komoditi yang
ditimbang atau ditakar di botehkan karena harta itu di investasikan dan di ambit
Jabanya kemudian hasilnya di sedekahkan.
Bahkan majlis Ulama Indonesia ketika memfatwakan wakaf uang JUga
memperhatikan beberapa pendapat Utama Besar seperti :25
I. Imam Al-Zuln·i (wafat 124 H),membolehkan wakaf uang dengan cara
menjadikan Wakaf Uang terseblit sebagai modal usaha kemudian
keuntungannya di salurkan kepada mauquf 'alaih.
2. Mutaqaqddimin dari Ulama mazhab Hanafi,membotehkan wakaf uang
sebagi pengecualian atas dasar ikhtihsan bi al-'Urfi.
25
(kebun) saja dan di pelihara kekekalannya, sedangkan yang di manfaatkan adalah
hasilnya. Dari sini dapat kita ambil kesimpulan secarn emplisit bahwa tanpa
mengelola tanah tersebut tidak mungkin dapat di manfaatkan hasilnya.
Dari praktek pengamalan wakaf dewasa ini suatu persepsi tertentu mengenai
Wakaf Pertama: wakaf itu umumnya berwujud benda tidak bergerak, temtama
tanah.Kedua, dalam praktek,di atas tanah wakaf itu biasanya didirikan masjid atau
madrasah. Ketiga, Pengunaan wakaf di dasarkan kepada wasiat pemberi wakaf
(wakif). Selain itu juga te1:dapat penafsiran bahwa untuk menjaga kekekalanya,
tanah wakaf itu tidak boleh di perjual belikan. Akibatnya di Indonesia, bank-bank
di Indonesia tidak mau menerima tanah wakaf sebagai angunan pinjaman.
Padahaljika tanah wakafbisa di gunakan maka organisasi masa (ormas) semacam
NU, Muhammadiyah dan tmiversitas islam akan bisa mendapatkan dana pijaman
yang di putarkan dan mnghasilkan sesuatu. Demikian juga pengunaan tanah wakf
dari wakif yang berbeda tidak bisa di gabungkan, karna seola-olah asset wakaf
telah hilang identitas individual wakifnya. Padahal jika beberapa harta wakaf bisa
dikelola bersama, maka bisa di himpun berbagai macam produksi untuk
investasi , kalau perlu dengan menjual asset wakaf untuk di jadikan modal
financial. Penjualan harta wakaf semacam ini, konon telah di perbolehkan di
libya,dengan catatan dana basil penjualan itu di gabungkan dengan harta lain yang
statusnya masih harta tetap,karna dengan penjualan rnaka harta wakaf secara
bersama-sama dapat menjadi aset.
namun demikian Ketika kita melihat konsep dasar wakaf di mana hukum wakaf
lebih banyak bersifat berijtihadi, maka kita berkesimpulan bahwa wakaf tunai telah menjadi keniscayaan dalam era yang serba moderen ini. harta yang
diwakafkan tersebut baru sah sebagai hmia wakaf, kalau benda tersebut
memenuhi syarat. Adapun syaratnya-syaratnya itu m1tara lain:
a. Benda yang diwakafkan harus bemilai ekonomis, tetap zatnya dan boleh di
manfaatkan menurut ajaran islam dalam kondisi apapun.
b. Benda yang diwakafkm1 harus jelas wujudnya dan pasti batasnya. Syarat ini
di masukan agar tidak terjadi perselisihan dan permaslahan yang akan terjadi
di kemudian hari setelah hmia tersebut di wakafkan
c. Hmia yang di wakafkan hmus benar-benar kepunyaan wakif secara sempuma
artinya bebas dari segala beban.
d. Benda yang diwakafkan harus kekal. Pada unmmnya para ulama berpendapat
bahwa benda yang di wakafkan zatnya harus kekal.
D. Hikmah Wakaf
Hikrnah wakaf dapat berupa keuntungan-keuntungan seperti yang terdapat
dalam wakaf ahli yang sesuai ·sekali dengan jiwa hukun Islam, yakni walrnf yang di
tujukan untuk menjaga pihak yang diberi wakaf (keluarga) agar tidak jauh dari fakir
miskin . Wakaf jenis ini menghindari penggunaan harta oleh ahli waris secara boros,
terkendali yang berarti menghindarkan keluarga agar tidakjatuh miskin.27
Dengan pemberian manfaat atau hasil daii benda wakaf itu pihak mustahik
akan terpelihara dan harta itu tetap utuh sehingga melahirkan produktifitas yang
dinamis dan menjamin kesejahteraan keluarga yang .merupakan tiang penyangga
utama berdirinya suatu masyarakat dan negara yang bahagia.
Pada tingkat yang telah mapan, lembaga ini dapat menjadi equilibre sosial, ekonomi, bahkan politik sepe11i yang telah dibuktikan oleh lembaga perwakafan
Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir bebrapa waktu yang lalu.
Adapun Direktorat pengembangan zakat dan wakaf memberikari tujuan
tentang adanya lembaga zakat dan wakaf yang merupakan hikmah dari adanya
pensyari'atan zakat dan wakaf antai·a lain :28
Meningkatkan kesadaran kolektif umat Islam untuk mentasarufkan sebgian
dai·i hartanya bagi kepentingan sesama melalui mekanisme zakat dan wakaf
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat dan wakaf
sesuai dengan ketentuan agama.
b. Meningkatkan fungsi dan peran lembaga pengelolaan zakat dan wakaf
didorong untuk menjadi lembaga yang propesional, amanah, transparan dan
27
Juhaya S,Perwakafan di Indonesia; Sejarah Pemikiran ,Hukum dan Perkembangan, h.31
28
Depag RI, Profit Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, (Depag RI, W03) h. 28-29.
MMMセMMMM
mandiri.
c. Meningkatkan hasil guna dan dayaguna zakat dan wakaf dengan mengoptimalkan pendayagunaannya secara produktif, agar lebih bermanfaat bagi kesejahteraan un1at.
d. Meningkatkan kepercayaan publik kepada orgamsas1 pengumpul dan pengelola zakat dan wakaf
Sejak datangnya Islam, sebagian besar masyarakat Indonesia melalrnanakan
wakaf berdasarkan paham keagamaan yang di anut sebelum adanya UU No.5 Talmn
1960 tentang: Peraturan dasar pokok Agraria dan peraturan pemerintah No.28 Tahun
1977 tentang: perwakafan tanah milik masyarkat Islam Indonesia masih mengunakan
kebiasaan-kebiasaan keagamaan, seperti melakukan perbuatan hukum wakaf secara
lisan atas dasar saling kepercayaan kepada seseorang atau lernbaga tertentu,kebiasaan
memandang wakaf sebagai amal shaleh yang mempunyai mulia disisi Allah, tanpa
harus melalui prosedur administrative,dan harta wakaf di anggap milik Allah semata
dan siapa saja tidak akan berani mengganggu gugat tanpa seizin Allah.
Menurut para ahli, lembaga sosial yang han1pir sama dengan wakaf telah
dikenal di Indonesia sebelum Islam masuk ke negeri ini, sebagaimana diungkapkan
oleh M. Daud Ali. Dia mengungkapkan bahwa sebelum Islam datang ke Indonesia ini
telah ada lembaga sosial yang kedudukannya hampir sama dengan wakaf, seperti
adanya Tanah Perdikan1, Tanah Pareman2, Huma Serang3, dan sebagainya. Maka
1
Tanah Perdikan adalah Sebidang tanah yang n1erupakan pemberian seorang raja kepada seseorang atau sekelompok orang di desa yang telah berjasa kepada raja atau kepada negara. Kegiatan ini terjadi didaerah Jawa Timur
2 Tanah adalah tanah negara yang dibebaskan dari pajak landrente yang diserahkan kepada
desa-desa, subak-subak dan juga kepada candi untuk kepantingan bersama. Ini terjadi di daerah Lombok.
3
· Huma Serang adalah Ladang-ladang yang setiap tahunnya dikerjakan bersama-sama dan
r
Pl!PUSTAKAAN UTAMA LHl\l SYAHlf) JAKARTAdapat dimenge1ii bila pemahaman kaum muslimin di Indonesia tentang wakaf selain
didasarkan pada Al-Qur'an, Al-Hadits, Madzhab-madzhab Fiqh juga oleh hukum
adat. Adat orang Islam Indonesia banyak yang berasal atau dipengaruhi oleh aturan
Islam termasuk diantaranya adat mengenai wakaf.4
Adanya beberapa lembaga yang hampir sama dengan wakaf sebelum Islam
menimbulkan pandangan khusus bagi ahli hukum Indonesia terhadap lembaga wakaf.
Walaupun lembaga wakaf berasal dari Fiqh Islam, namun bagi sebagian ahli hukum
Indonesia memandang masalah wakaf ini sebagai masalah dalam hukum adat. Hal ini
disebabkan sudah meresapnya penerimaan lembaga wakaf ini di kalangan masyarakat
Indonesia dan dianggap sebagai suatu lembaga hukum yang timbul sebagai hukum
Oleh karena itu pula, pengertian wakaf menurut adat banyak persamaannya
dengan pengertian wakaf menurut hukum (fiqh) Islam. Ini dapat dilihat dari
perumusan wakaf dalam hukum adat yang dikemukakan oleh pada ahli hukum adat,
diantaranya menurut Hilman Hadikusmo, wakaf adalah memberikan, menyediakan
sesuatu benda yang dzatnya kekal seperti tanah untuk dinikmati dan dimanfaatkan
kegunaannya bagi kepentingan masyaralcat menurut ajaran Islam6. Tampaknya
pengertian yang dikemnkakan di atas walaupun tidak sama namun sejalan dengan
'' M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UJ Press, 1988) h, 94.
5 Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Waka/ di Negara
Kita, (Bandung: Penerbit Alumni, 1979) h, 14.
6 Hilman Hadikusumo, Ensiklopedi Hukum Adat dan Ada! Budaya Indonesia (Bandung :
pengertian wakaf menurut Fiqh Islam karena pemanfaatannya untulc orang Jain baik perorangan maupun kelompok dan pemilikannya terlepas dari pemilik semula.
Banyaknya persanman antara pengertian wakaf menurut adat dengan pengertian wakaf menurut Fiqh Islam menunjukan eratnya hubungan antara adat dengan Fiqh Islam di Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya lembaga-lembaga sosial yang hampir sama dengan wakaf sebelum Islam masuk ke Indonesia, hal ini menyebabkan lembaga wakafyang datang kemudian sejalan dengan masuknya Islam di Indonesia dapat berkembang dengan baik yang tampak dengan semakin berkembangnya jumlah perwakafan di Indonesia.
B. Peraturan dan ketetapan perwakafan yang pernah berlaku di Indonesia
Wakaf lebih banyak di lakukan oleh bangsa Indon<!sia sejak dahulu jauh
sebelum Indonesia merdeka. Hal ini wajar karena Indonesia banyak berdiri
kerajaan-kerajaan Islam sebagaimana kita maklumi bersama. Sekalipun lembaga perwakafan
ini merupakan lembaga yang berasa! dari ajaran agama Islam. Namun kalangan ahli
hukum di Indonesia memandang bahwa perwakafan terse but juga merupakan masalah
dalam hukum adat.
Sebagai suatu lembaga Islam yang erat kaitannya dalan1 masalah sosial
kemasyara!rntan dan adat Indonesia, wakaf sering kali menimbulkan permasalahan di
masyarakat. Kaena tidak mengherankan bila sejak dahulu persoa!an tentang wakaf ini
telah diatur dalam hukum adat dalam bentuk konvensi (tidak tertulis) dengan
mengambil sumber dari hukum. Di samping itu pemerintah kolonial dahulu tela!1
mengeluarkan berbagai peraturan yang mengatur persoalan wakaf, antara lain :
1. Surat Edaran Sekretaris Gubememen Pertama tanggal 31 januari 1905 No.
435, sebagaimana termuat dalam Bijblad 1905 Nomor 6196 tentang Toeziht
Opden bouw van Mohammedaansche bedehuizen. Dalam surat edaran ini
sekaipun tidak diatur secara khusus tentang wakaf, akan tetapi dinyatakan
bahwa pemerintah tidak berma!(Sud melarang atau menghalang-halangi orang
Islam memenuhi keperluan keagamaanya. Dalam ha! pembuatan tempat
Ibadah, baru boleh dilaksanakan apabila benar-benar di kehendaki oleh
kepentingan umum. Surat edaran ini di tujukan kepada para Kepala wilayah di
pendaftaran tanah-tanah atau tempat ibadah yang ada di kabupaten
masing-masing7•
2. Surat Edaran Sekretaris Gubernemen tanggal 4 Juni Tahun I 931 Nomor
136/ A yang termuat dalan1 Bijblad Nomor 125/3 Tahun 1931 tentang Teozhict
van de Regering op Mohammedaansche Bedehuizen Vrijdagdiensten en
wakafs. Surat edaran ini merupakan kelanjutan dan perubahan dari Bijblad
nomor 6196 yaitu tentang pengawasan pemerintah atas rumah-rumah
peribadatan orang Islam, sembahyang Jum'at, dan wakaf. Pada garis besamya
surat edaran ini memuat ketentuan agar Bijblad Tahun 1905 Nomor 6169
diperhatikan dengan baik dengan maksud supaya mendapatkan suatu register
yang berguna untuk memperoleh kepastian hukum dari harta wakaf. Namun
demikian, untuk mewakafl(an harta tetap diperlukan izin Bupati, yang menilai
permohonan itu hanya dari segi tempat harta tetap dan maksud pendirian.
Bupati memberi perintah supaya wakaf yang izinkannya dimasukan ke dalam
daftar yang dipelihara oleh ketua pengadilan agama. Dari setiap pendaftaran
diberitahukan kepada Asisten Wedana untuk bahan baginya dalam pembuatan
Iaporan kepada kantor Landrente. 8
3. Surat Edaran Gobememen tanggal 24 Desember 1934 Nomor 088/A yang
termuat dalam Bijblad Nomor 13390 Tahun 1934 tentang Teozicht de
7
Dirjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag RI, Pedoman Penge/olaan dan
Pengembangan Waka/, 2003, h. 21. 8
Di1jen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Depag Rl, Pedoman Pengelolaan dan
regering op Mohammedaansche Bedehuizen en Wakafs. Surat edaran ini
hanya mempertegas apa yang disebutkau dalam surat edaran sebelumuya,
yang isinya memberi wewenang kepada Bupati untnk menyelesaikan perkara
jika terjadi persengketaan.9
4. Regering op Mohammedaansche en wakafs. Surat edaran ini pun bersifat
penegasan terhadap surat-surat sebelumnya yaitu mengenai tata cara
pe1wakafan sebagai realisasi dari ketentuan Bijblad Nomor 6169/1905 yang
menginginkan regristrasi dari tanah wakaf tersebut.10
Peraturan-peraturan tentang perwakafan tanah yang dikelurkan pada masa
penjajahan Belanda tersebut pada masa kemerdekaan Republik Indonesia sejak
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 masih terns cliberlakukan .. Hal ini
berdasarkan bunyi pasal II Aturan peralihan Undang-undang Dasar 1945: "Segala
badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlak:u, selama be/um
diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini "11• Pacla jaman kemerclekaan
masalah wakaf pacla mulanya pemah diurus oleh tiga Departemen ketika masih ada
Departemen/Kementrian Agraria, selain diurus oleh Departemen Agama clan
Departemen Dalarn Negeri, tapi akhimya di urus oleh clua Departemen yang di sebut terakhir. Sedangkan untuk wakaf benda bergerak (selain tanah) cliurus, diawasi,
didaftarkan oleh Departemen Agama.12
9
Ibid, h. 22. 10
Ibid, h. 22. 11
BP-7 Pusat, Undang-undang Dasar I 945, P4 dan GBHN, (Jakarta: tp, I 990) h. 9
12
yang ada di Indonesia, bahkan usaha penertiban juga diperlihatkan oleh pemerintah
RI, akan tetapi peraturan-peraturan yang ada kurang memadai dan masih banyak
kelemahan-kelemahannya yaitu belum memberikan kepastian hukum mengenai
benda wakaf khususnya tanah. Oleh karena itu dalarn rangka penertiban dan
pembaharuan sistem hukum Agraria kita, pemasalahan mengenai perwakafan tanah
mendapat perhatian khusus sebagaimana telihat dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUP A) bab II, bagian XI, Pasal
49 yang berbnnyi:
(I) Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan
untuk usaha dalam bidang keagarnaan sosial, diakui dan dilindungi. Badan
tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan
dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial.
(2) Untuk keperluan peribadatan dan keperluan snci lainnya sebagai dimaksud
dalam Pasal 14 dapat diberi tanah yang dikuasai lang:mng oleh negara dengan
hakpakai.
(3) Perwakafan tan ah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.15
Dari bunyi ketentuan Pasal 49 ayat (3) tersebut jelas di sebutkan bahwa untuk
melindungi berlangsungnya tanah-tanah wakaf di Indonesia, sekaligus
mene11ibkannya, pemerintah akan memberikan peraturan Pemerintah tersebut baru
dikeluarkan setelah 17 Tahun berlakunya Undang-undang Pokok Agraria tersebut
15
Kanwil Depag DK! Jakarta, Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang
perwakqfan Tanah Milik, (Jakarta: Badan Pembinaan Perwakafan DK! Jakm1a, 1981) h. 18-17
2. Tanah wakaf sebelumnya tertibnya PP Nomor 28 Tahun 1977 kebanyakkan
belum mempunyai data otentik, sehingga dalam proses penyesuaian dengan
PP tersebut sering menirnbulkan masalah antara Nazhir dengan keluarga
wakif, antara Nazhir dan pemerintah, dan antara Nazhir dengan oknum yang
tidak bertanggungjawab.
3. Terdapat banyak tempat Ibadah, gedung lembaga keagamaan, dan kuburan
yang menempati tanah negara belum tertampung dalam PP Nomor 28 untuk
berubah statusnya menjadi tanah wakaf
4. Terbatasnya dana pernsertifikat tanah wakaf.
Karena alasan di atas maka dikeluarkan seperangkat peraturan
perundang-undangan yang langsung mengenai perwakafan tanah milik untuk mendukung
terlalrnananya PP Nomor 28 Tahun 1977 tersebut. Peraturan perundang-undangan
tersebut yaitu:
!. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tauhn 1977 Tentang Pendaftaran
Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik
2. Peraturan Menteri Agama Nomor I Tahun 1978 tentang Peraturan
Pelaksanaan PP Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik.
3. Instruksi Bersama antara Menteri Agama dan Menter!. Dalam Negeri Nomor:
1 Tahun 1978 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1 Tahun 1978
4. Peraturan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
Kep/D/75/1978 tentang Formulir dan Pedoman Pelaksanaan
Peraturan-peraturan tentang Perwakafan Tanah Milik.
5. Keputusan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 1978 tentang Pendelegasian
Wewenang kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama
Propinsi/setingkat di seluruh Indonesia untulc mengangkat atau
memberhentikan setiap Kepala KUA kecamatan sebagai Pejabat Pembuat
Akta Ikrar W akaf.
6. Instruksi Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tanggal 19 Juni 1979 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun I 978.
7. Surat Di1jen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D II/5/Ed/14/1980 tanggal
25 Juni 1980 Tentang Pemakaian Bea Materai dengan Lampiran surat Di1jen
Pajak Nomor S.629/PJ.331/1980 tanggal 29 Mei 1980 yang menentukanjenis
formulir wakaf mana yang bebas materai, dan jenis :formulir yang dikenakan
bea materai dan berapa besar.
8. Surat Dirjen Bimas Islam da urursan Haji nomor D H/5/Ed/0/1981 tanggal 17
Februari 1981 kepala Gubemur kepala daerah Tingkat I di seluruh Indonesia,
tentang Pendaftaran Perwakafan Tanah Milik dan Permohonan Keringanan
atau pembebasan dari semua pembebanan biaya
9. Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D II/5/Ed/1111981 tanggal
16 April tentang Petunjuk Pemberian Nomor pasal Formulir perwakafan
Selain peraturan-peraturan yang berlangsung berkenaan dengan masalah
wakaf sebagai disebutkan di atas juga terdapat perundang-undangan yang menyebut
tentang perwakafan tanah milik. Peraturan perundang-undangan itu antara lain:
1. Undang-undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar pokok-pokok
Agraria, tanggal 24 September 1960 Pasal 49 ayat (3) undang-undang tersebut
memberi isyarat bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan
Peraturan Pemerintah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tanggal 23 Maret 1961 tentang
Pendaftaran Tanah. Peraturan ini berlaku umum artinya semua tanah. Oleh
karena itu peraturan ini juga berlaku untuk tanah wakaf.
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 1961 Tentang Permintaan dan
Pemberian izin Pemindahan Hak atas tana11. Peraturan ini dikeluarkan pada
tanggal 23 September 1961
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan
Badan-badan hukun yang dapat memunyai hak milik atas tanah.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1978 tentang biaya
pendaftaran tanah.
6. Peraturan Menteri Dalam Nege1i Nomor 2 Tahun 1978 tentang ketentuan
mengenai Biaya Pendaftaran. Tanah untuk Badan-badan hukum tertentu yaitu
untuk badan hukum sosial dan keagamaan sepe1ti wakaf.
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 348 Tahun 1982 tentang
lembaga pendidikan yang menjadi objek Proyek Operasi Nasional Agraria
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: SK.l 78/DJA/1982 tentang
Penunjukan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) pusat sebagai Badan Hukum
yang bisa mempunyai tanah dengan hak milik.
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan
Agama. Pada bah III tentang Kekuasaan Pengadilan, Pasal 49 ayat (1)
menyebutkan bahwa pengadilan betugas dan berwenang memeriksa memutus,
dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang
yang beragama Islam di bidang : a. Perkawinan, b. Kewarisan, Wasiat, dan
Hibah yang dilakukan berdasarkan Fiqh Islam, c. Wakaf dan shadaqah
10. Instruksi Bersama Menteri Agama RI dan kepala Badan Pertahanan Nasional
Nomor 4 Tahun 1990 tentang Se1iifikat Tanah wakaf pada tanggal 30 24 Tahun 1990
Nopember 1990
Dengan dikeluarkrumya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dan
beberapa peraturan yang mendukung terlaksananya . PP tersebut, maka seluruh
ketentuan dan peraturan perwakafan tanah milik sebagaimana tercantum dalam
Bijblad Nomor 6196 Tahun 1905, Nomor 12573 Tahun 1931, Nomor 13390 Tahun
1934, dan Nomor 13480 Tahun 1935 beserta peraturan pe:laksanaannya sepanjang
yang bertentangan dengan PP Nomor 28 Tahun 1977 ini tidak berlaku lagi.17
17
C. Ketetapan Perwakafan pada UU RI No. 41 Tahun 2004 Sejarah Lahimya UU RI No. 41Tahun2004
Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum, perlu
ditingkatkannya peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan
menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan
ekonomi yang berpotensi antara Jain, untuk memajukan kesejahteraan umum,
sehingga perlu dikembangkan pemanfaatanya sesuai dengan prinsip syariah.
Pada kenyataarmya praktik wakaf belum sepenuhnya berjalan tertib dan
efisien sehingga dalam berbagai kasus harta benda wakaf tidak terpelihara
sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara
melawan hukum.
Melihat kondisi tersebut di atas, maka lahirlah UU RI No 41 Tahun 2004 pada tanggal 27 Oktober 2004, ha! ini untuk memenuhi kebutuhan Jmkum dalam rangka
pembangunan hukum nasional. Pada dasamya ketentuan mengenai perwakafan
berdasarkan syariah dan peraturan penmdang-undangan dicamtumkan kembali dalam
Undang-undang ini, namun terdapat pula berbagai pokok pengaturan yang baru antara
lain sebagai berikut :
I. Untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi wakaf guna melindungi
harta benda wakaf, Undang-undang ini menegaskan bahwa perbuatan hukum
wakaf wajib dicatat dan dituangkan dalam akta ikrar wakaf dan didaftarkan
serta diumumkan yang pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan tata cara yang
dan harus dilaksanakan. Undang-undang ini tidak ュゥセュゥウ。ィォ。ョ@ antara wakaf
ahli yang pengelolaan dan pemanfaatan harta benda wakaf terbatas untuk
kaum kerabat ( ahli waris) dengan wakaf khairi yang dimaksudkan untuk
kepentingan masyarakat umum sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.
2. Ruang lingkup wakaf yang selama ini di pabami secara umum cenderung
terbatas pada wakaf benda tidak bergerak seperti tanab dan bangunan,
menurut undang-undang ini wakif dapat pula mewakafkan sebagian
kekayaannya berupa harta benda wakaf bergerak, baik berwujud atau tidak
berwujud yaitu uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayan
intelektual, hak sewa dan benda bergerak lainnya. Dalam ha! benda bergerak
berupa uang. Wakif dapat mewakafkan melalui Lembaga Keuangan Syariah.
Yang dimaksud Lembaga Keuangan Syariah adalah badan hukum Indonesia
yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang bergerak di bidang keuangan syariab, misalnya badan hukum di bidang
perbankan syariah
Dimungkinkarmya wakaf benda bergerak berupa uang melalui Lembaga
Keuangan syariab dimaksudkan agar memudahkan Waldf untuk mewakafkan
miliknya.
3. Peruntukan harta benda tidak semata-mata untuk kepentingan sarana ibadah
dan sosial tetapi juga diarahkan untuk memajukan kesejabteraan umum
dengan cara mewujudakan potensi dan manfaat ekonomi hmia benda wakaf.
wilayah kegiatan ekonomi dalam arti luas sepanjang pengelolaan tersebut
sesuai dengan prinsip manajemen dan ekonomi syariah.
4. Untuk mengamankan harta benda wakaf dari campur tangan pihak ketiga
yang merugikan kepentingan wakaf, perlu meningkatkan kemampuan
profesional Nazhir
5. Undang-undang ini juga mengatur pembentukan Badan Wakaf Indonesia yang
dapat mempunyai perwakilan di daerah sesuai dengan kebutuhan. Badan
tersebut merupakan lembaga independen yang melak