Disusun Oleh:
Henny Latifah Sari
No. Pokok: 1975113924
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KIPRAH PROF. DR. NASARUDDIN UMAR DALAM
SOSIALISASI KESETARAAN GENDER
5kripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah
Untuk memcnuhi 5yarat-syarat
Mcncapai Gclar 5arjana 51 Jurusan Komunikasi Islam
Olch:
Hcnny Latifah Sari
1975113924
Pc4z
bing/1)1 -
_/'
-
----Dr. Hj. Isma1Salman M. Hum
NIP/ISO 096 770
FAKULTAS DJ\KWAII D.\N KOMUNlKASl
jURUSAN KOMUNlKJ\SI JlI':NYlARAN ISLAM
UIN SYAH.lF II IDA YATULL;\][
JAKARTA
Skripsi yang berjudul
KIPRAH PROF. DR. NASARUDDIN UMAR
DALAM SOSL\.LISASI KESETA....ltAAN GENDER
illi telah diujikan dalamsidang munaqasyah Fakultas Dakwah
UIN
Syarif I-Jidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juli 2002. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1(SI) pad a Jurusan Komunikasi Islam.Ketua Merangkap Anggota,
OOOセセM
,c:/ セ . .Drs. Tumroni, M.Si
.
NIP.
1502549959PellgujiI
セᄋᄋセᄋセ{エエャ_ェjセLQPZ_GS
Dra. Hj. Nurbaiti
NurutNIP.
150062820Jakarta, 24 Juli 2002 Sidallg MUllaqasyah
Sckrctari,o/ f·'allgkap j\llggota,
l'cllguji I I
KATA PENGANTAR
('Po..;11セNN[QQ .Jil!'""'"
Pertama kali, saya panjatkan puji syukur ke hadlirat Illahi Rabby, berkat 'inayah-Nya saya dapat merampungkan isi Skripsi ini sekalipun masih terdapat perbaikan. Juga limpahan karunia Allah yang selalu memeberikan peluang terhadap jalannya Skripsi schingg.l usaha ini dapat terlaksana dalam waktu yang amat singkat.
5halawat (bn sahlm saya limpahkan ke iunjung.1fl Nabi Muhmnmad 5/\\XI yang tengah mcmbawa umMnya ke alarn kernerdekaan SeGll",] a"lsi mernbda kC',ldiLln !laik sceara politik, !ludaya m'lupun jcnis kdarnin. Hingg,l para pcngikutnya yang rncnerLiskan pcrjilbnan sebagtli syil'<lr,lgama sflmpai hari tcrakhir, i\miin.
Sahlh satu syamt unluk rnenydesaikan sludi dan rnCllGlpai gelar sarjan'l Slnlta SalLi (51) di perguruan tinggi UIN Syarif Ili,hlyalLillah Jakarla adahlh rncrnbuat karya lulis ilmi'lh dahlrn bcntuk Skripsi. Dalarn rangka iluLth pcnulis rncm!lLlat skripsi dcngan iLldLlI;
"I(]PRAH PROF. DR. NASARUDDIN UMAR DALAM SOSIALISASI
KESETARAAN GENDER".
Sdarna pcrnbuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi penulis. Namun berkat kesungguhan dan ban tuan scrta dukungan dari berbag'li pihak, maka segaLt kesulitan dan harnbatan itu dapat diselcsaikan, oleh karena itu, t11k lupa penulis sampaikan ueapan terima kasih yang tak terhingg<t kepada;
1. !\yahanda dan l!lunda yang tdah rnernberikan Support dan tdah mem!Jesarkan penulis dengan ketulusan hati dan kesabaran.
2. Bapak pイッエセ Dr. H. Yunan Yusut: Mi\., Dekan Fakultas Dabvah IAIN/UIN Syarif Hid11yatullah Jakarta.
eleng<U1 baik.
S. Prof. DR. Nasarudin Umar, lVIA, serta DR. rv[asykuri Abelillah, 1'1'[1\ selaku nam sum bel', atas jasa mereka berelua pula saya bis,t menyclesaibn tug,lS ini.
6. Para elosen Fakultas Dakwah yang tclah memberibn bekal berbagai ilillu pcngetahuan yang sangat berharga kepaela penulis.
7. Ibu Nungky Kusumastuty, 11m Alya Rohali, scrta Ibu Ratih Sanggarwa!i, Ibu Dra. Elvy Huellriyah yang telah pula ban yak mcmbantu saya.
8. Iluat suamiku, yang selalu memberibn motivasi untuk selalu maju dan tents menapaki jaLtn hamparan perjuang,tn y,tng masih panjang.
9. Sahab,tt-sahabatku tercinta, Teater Syahiel, Ls-ADJ, K1V[PLlII\: RANI'!'I\, ISi\C, Rental Bahtera, elan semua yang pernah berelekatan elengan ku.
Demikian penulis ha!urkan banyak terima bsih semoga Allah S\Vl'. memberikan balasan yang berlipat ganela kepaela semuanya brena kebaikan y'lI1g !dah diLtkukannya.
Akhirnya harapan penulis semog<l skripsi ini elapat berman[;lat bagi penulis khususnya dan bagi para pUTIbaca paela umumnya, dan penulis menyadari bahwa daLuTI pcnulisan shipsi ini masih banyak kekurangannya.
Ciputat, September 2003
DAFTAR lSI
1<1\'1'1\ PENG1\NTi\R i
LEivlB1\R PENGESl\Hl\N PEM13IlvlBING iii
LEivlBER PENGESAH1\N SI<RIPSI iv
D1\F1'1\R lSI v
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar 13e1akang Masalah I
B. Tujuan Penulisan 3
C. Batasan dan Rumusan Masalah 3
D. Metodologi Penelitian 4
E. Sistematika Penulisan 5
BAB II: TINJAUAN TEORITIS TENTANG GENDER DAN DAKWAH
A. Pengertian Gender, Dan lmplikasinya 6 B. Pengertian D<:kwah dan Medianya SBAB III: PJ10FIL PROF. DR. NASARUDDIN UMAR, MA. DAN
PEMIKIRANNYA TENTANG KESETARAAN GENDER DALAM
ISLAM
A. Riwayat Ilidup Dan I-':arya-karyanya 12 B. Identitas Gender Nasaruddin Umar 16 C. Prinsip-Prinsip AI-Qur'an Tentang Kesetaraan Gender 17 D. Bias Gender Dalam Pemahaman Teks AI- Qur'an 22 E. Tafsir Baru Tentang Fiqh Ibadah Terhadap Perempuan 36
BAB IV: SOSIALISASI TENTANG KESETARAAN GENDER MELALUI
MEDIA DAK\VAHNYA
A. Melalui media Elektronik1. rVlelalui Radio .43
2. ivlelalui Televisi .46
A. Kesimpulan 50
B. Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada kesempatan ini yang melatar bclakangi penulis untuk mengambil tema ini
dikarenakan banyaknya ketimpangan yang terjadi didalam masyarakat misalnya saja
perlakuan menyimpang terhadap percmpuan, dalam artian mendiskriminasikan pasisi
perempuan, serta perlakuan yang kurang baik dari sebagian Iaki-Iaki tcrhadap pcrcmpuan.
Misalnya saja tradisi yang ada pada scbagian masyarakat Jawa dimana scbagian
dari mcreka itu Inasih s,mg,lt kcntal budaya palriarkhinya, mcrcka masih meng<lngl',<lp
bahwa perempuan adalah scbatas kOllm iャGゥャHセォゥャHセ saja. 'l'erlebih lagi Cungsl pcrempuan
hanyalah sebag,li pekcrja di rWlng domestik saj'l, segala keplltllS<lIl a,b di t'lIlg'1I1 p'lnl
sllami, dalam peribahasa Jawa dikatakan jGoiNセゥi IlIiJllll lIeJVko kililil artinya sorg'l nllrllt·,
neraka ikut.
Dari beberapa kenyataan di. atas jadi semakin jdas bahwa tingkat penyudut<lIl
terhadap perempuan semakin hari semakin meningkat, tcmtama dengan yang berkenaan
dcng,lI1 masalah pcran publik pcrcmpuan sertan kebijakan hukum apapun tcrhadap
percmpuan.
Fenomena, rcalitas, dan Cakta-Elkta sosial budaya seperti yang di kcmukabn
diatas memperlihatkan dengan jelas adanya rclasi lab-lab perempuan yang tim pang, tidak
karena pada dasarnya dia adalah salah seorang tokoh feminis yang berhasil dalam
mensosialisasikan pemikirannya.
Nasarudin Umar merupakan salah satu dari sekian banyak pemerhati gender,
yang mencoba mengkolerasikan pemikirannya dengan ajaran-ajaran aI-Qur'an, karena
pada saat ini banyak sekali LSM perempuan yang pola fikirnya sekuler, akhirnya Nasaruddin Umar meneoba mensosialisasikannya pada mercka.
B. Tujuan Pcnulisan
I\dapull pCllulis 1l1t'llg,lInhillcma illi hcrllljllall lI11lllk :
1 Pcnulis jUg,1 illgin mCllgctahui scjauh malla kcsctaraall gClldcr dahlin Islam
2 Penulis ingin lllengctahui sejauhlll<lllil Sosialisasi kcsclaraal\ gender y,lllg
dilakukan Nasaruddin Ulnar ITlclalu tncdia (lakwahllya.
C. Batasan dan Rumusan masalah
Penulis hanya membahas tcntang kcsetaraan gender dalam Islam menurut Nasarudin Umar, dalam hal ini penulis ingin merumuskan pelmasalahansebagni bcrikut:
Penulis ingin tahu bagaiman eara sosialisai ten tang kesetaraan gender dalam Islam
yang dilakukan oleh NasaraU'iin Umar.
D. Metodologi Penelitian
5
Bah II Tinjauan Teoritis ten tang Dakwah dan Medianya, bah ini memhah"s ten tang; (a). Pengertian tentang Gender dan Implikasinya, (b). Pengertian :entang dakwah dan media dakwah.
Bab III Protil Nasaruddin Umar dan Pemikirannya ten tang kesetaraan gender dalam Islam, hab ini memhahas ten tang; (a) Riwayat hidup dan karyanya, (b). Identitas
gender mcnurut Nasaruddill Un1ar, (c). Prinsip-prinsip al-C,2ur1
an tcntang kcsctaraan
gender, (d) Bias gender dalam pemahaman teks al-Qur'an, dan, (e). T'lFsir harll tent'lIlg tl'1h ihadah terhadap perempuan
Bab IV Sosialisasi Tentang Kesetaraan Ciender Dalam Islam Mclailli fvledia
Dakwahnya, hab ini memhahas ten tang; (a). Mclailli media c1ektronik, (h). melailli media cctakl dall,(c). 11lcblui mimbar,II-au .sclllln'lr.
A. Pengertian tentang Gender dan Implikasinya
Menurut Elaine Showalter yang dikutip Nasaruddin Umar meng<1rtikan gender
lebih d<1ri sekedar pembedaan an tara laki-Iaki dan perempuan yang dilihat dari konstruksi
sosial budaya.' Dan dalam l/l'oJJlell's Stlldies EIIO'dopedia, gender adalah suatu konsq'
kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dahlin
Inasyarakat.2
Sedangkan menurut I'vlansour Faqih adalah Suatu sifat yang melekat pada kallm
Iaki-Iaki maupun perempuan yang dikonstruksi secant sosial maupun kultural.'
Jadi jelas bahwa dalam memahami pengertian tent,mg gender itu sendiri itupun
harus terlabih dahulu memisahkan antara pengertian gender dan sek, karena pada
dasarnya orang akan selalu salah persepsi dalam hal ini,kalau sek itu pembedaan antara
laki-Iaki dan perempuan dad segi kelamin ataupun alat reproduksi , tatapi kalau gender
itu lebih pada pensifatan jenis kelamin yang dipengaruhi olch kebudayaan serta kebiasaan
yang ada pada masyaraka" misalnya karakter perempuan itu adalah lemah lembut,
sedangkan laki-Iaki itu kuat ataupun kasar dan sebagainya.
INasaruddin Umar,AtJj,lIlJ1eJJ KescfaraoJl GeJlder,(paramadina,jakartll. 2001), Cct. II, hal.33.
2Ibid,hal.34.
, Mansour Faqih, AlJaiisisgclJder&TralJifimlJasi So!ia/,(Pus taka Pelajar,jakarta, 2001) Cet V, hal. 8.
7
Sedangkan implikasi gender itu sendiri terjadi pada implikasi biologis, misalnya pada kenyataan akan adanya perbedaan ,ecara biologis an tara laki-laki dan perempuan, yang menyebabkan efek perbedaan terhadap perilaku manusia, khususnya pada perbedaan relasi gender dan menimbulkan banyaknya perdebatan.
Perbedaan anatomi tubuh dan genetika an tara laki-Iaki dan perempuan di
dramatisir dan di politisir terlalu jauh sehingga seolah-olah secara substansial
perempuan jauh lebih rendah dari pada laki-Iaki, begitu juga deng'll1 anggapan bahwa laki-laki lebih kuat, lebih ce"clas, dan sebag'linya. Sementara perempuan itu, Iemah, emosi yang kurang stabil itu semua hanya stereotype gender belaka.
Pendapat pemerhati gender antara lain M. I<.halaf, kcdudukan wan ita dalam Islam itu bukanklah scbag'li komandan ataupun menjadi sang pembuat kebijakan . Sedangkan tugas yang paling mulia adalah menjadi Ibu rumah tangga yang baik bagi anak-anaknya. Sedangkan menurut DR. IV! Anis Qosim Ja'far bahwa perempuan terscbut mempunyai hak yang sama deng'll1 laki-laki, dari segi hak mendapatkan kewarga negaraan, hak waris, hak menuntut ilmu, serta hak berpcndapat:'
Sedangkan menurut Drs. Yunahar dengan jdas mengatakan bahwa posisi kepemimpinan lakl-Iaki dalam rumah tar.g;.Q,<l itu bisa bersifat Normatif atau kontekstual, kalau normatif ia bersifat permanen tapi kalau kontekstual itu terg'Ullung konteksnya. Akarnya terletak pada kurang terperincinya penjelnsan aI-Qur'an laki-Iaki tadi yang
akhirnya para mufassir itu yang hanya menerangkan kelcbihan laki-Iaki itu dari segi tisik
dan intelcktual dan ag,lma saja.'
Riffat Hassan mcngatakan bahwa menurut al-Qur'an Allah mcnciptakan perempuan itu setara. Mercka diciptakan seeal'a scrcmpak dan sama dalam substansinya, smua dalam cara penciptaanya, kalau pada kenyataanyaa semua Inasyarakat mencrirna
pendapat tentang perempuan itui diciptakan dari tulang rusuk laki-Iaki, seeara praktis ini menunjukan bahwa kepustakaan hadits tclah mcnggantikan tempat ajaran al-Qur'an, sedangkan semua umat Islam sudah sepakat apa bila terdapat I Iadits yang dinishatkan dari Nabi itu jika bertentang'lll deng,Ul al-Qu'an maka hendaknya di tolak,'
Scdangkan menurut Fatimah Mcrnissi, era Islam yang baru herarti status hal'll bag-i kautn percrnpuan. Ayat-ayat ratll Scba rncnillggikaJl [セウーゥイ。ウゥ perclnpU<lll dCllg'_Ul
memberi mcrcka model pcranan perempuan sebag'li kepala neg,lra,
Karena pada dasarnya an tara laki-Iaki dan perempuan itu memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam Islam dan bahwa mereka adalah rekan setara
,1a1:1In
hak. . 7
ISttffiCW(1.
B. Pengertian Dakwah dan Medianya
Dak-wah mcngandung pcngcrtian sebagai suatu ajakan baik dalam lisan mupun tuEsan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan seeam sadar dan bcrcncana dalam
5Drs. Yunahar UyasLe" FClI1inislJlc dalatll Kqjiall Tafsir a/Qllr'aJl Klasik KOlJtelJlporer, (Yogyakarta: Pustaka Petajar, 1997), Cet. I, hal. 121
6Riffat Hassan,Seta,a diHadapall AUah,(LSPPA, Yogyakarta, Tt.), Cet I, hal 58-61
9
mempengaruhi orang lain baik secara iindividu maupun secara kelompok, agur pada diri orang terscbut timbul suatu keyakinan dan kcsadaran sikap, pcnghayatan dan pengamalan dari pesan moral atau agama yang telah diterima. Oleh karena itu sikap sukarela dalam penerimaan pesan dakwah mcrupakan ciri khas kejiwaan, maka kegiatan
dakwah tcrsebut itu terguntung pada individu itu sendiri.
Dalam definisi lain dikatakan kata dakwah berasal dari bahasa Arab yabng berarti
ajakan atau seruan, panggilan atau undangan. Jadi pengertian dakwah adalah suatu
pcngctahuan yang bcrisi cara-cara dan エャャャQエオャャ。ョMエZuャQエャャャQ。ャャセ bagaimanil scharusnya
menarik pcrhatian manusia untuk mcngikuti dan mclaksanakan pcsan dakwahgtcrscbut. Dalam dakwah itu tcrdiri dari bcbcrapa pcrsamaan kata, misalnya artinya
mempunyai satu tujuan tertent" minimal membet'i pengdahuan kcpada orang lain tentang satu hal, pcnerang,Ul lcbih ccndcrung punya at·ti pasif, kata dakwah yang sama
111aknanya dengal1 "pcncrangall}). artinya 111cmpunyai sat-u Illjuan tcrtcnlll minim,l!
mcmberi pcngetahuan kepada orang lain ten tang satu hal, pcncrang,Ul Icbih ccndcrung punya arti ー。ウゥエセ。イエゥョケ。 tidak memerlukan rcaksi yang kongkrit dari oaring yang
tneneritna penerangan itu.
Penyiaran merupakan salah satu bagian dari unsur dah.\vah, biasllllya digunakan
untuk menyiarkan masalah-masalah pokok dalam dakwah, sedang penyiarannY'l dapat di gunakan untuk menjclaskan, pcnjclasan-pcnjclasan yang Sllth!h ada. l'cndidibn dan
Indoktriinasi artinya memberi ajaran-ajaran pokok, yang menjadi pedoman bagi orang-orang yang didoktrin, untuk orang tersebut bertindak selanjutnya.' Adalagi yang mengatakan bahwa arti dah.'wah juga merupakan suatu propag<lnda, karena propag,mda adalah alat yang sangat ampuh untuk menyampaikan sesuatu kepada manusia, ag<lr mereka paham dan menjalankan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh seorang da'i. Sarana atau media dakwah itu sendiri ada beberapa macam sebag<li berikut, media dahvah itu terbagi lagi lagi melalui medi eeramah atau dialog, media eetak serta media eletronik, dalam menghasilkan suatu dakwah yang etcktif disini hcndaknya para da'i harus nya bisa m"ngctahui cam dakwah yang mana yang bisa diterima olch audicns
ataupu Icbih etektit sarana yang mana dalam mcnyampaikan misi dakwah itu tadi, sebag<li mkana dalam hadits tdah diterangkan l""lwa kita diwajibkan bcrdakw,Jil illl mdailli beberapa cara, di antaranya mdalui suatu keyakinan, ucapan dan pcrbuatll1 yang akhimya seeara otomatis akan diikuti sceara perlahan dakwah yang telah disampaikan tadi, tcrlcpas dari itu semua etektifitas dakwah itu juga terg,lI1tung pada perilaku da'i, apakah sesuai pcrilaku si da'i tadi dcngan apa yang tdah disampaikan kcpada khalayak tadi.
Menurut Dr. \\iardi Baehtiar, dakwah adalah suatu proses upaya mcngubah sesuatu situasi pada situasi lain yang lcbih baik sesuai deng'1l1 ajaran Islam atau bisa juga dikatakan scbagai proses meng'ljak manusia kc jalan l\llah yaitu Islam, deng,\n pc.angkal dakwah sebagai berikut.'
'Toha Yahya Omar,TilllilD"kll'<1/J,(Wijaya,Jakarta, 1971), Cct.lf, hal. 1·19.
BAB III
PROFIL NASARUDDIN UMAR DAN PEMIKIRANNYA TENTANG
KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM
A. Riwayat Hidup Nasarudin Umar Dan Karya-Karyanya
Semuanya bermula di Pesantren. Usia kecil, kclas III SD beliau dipindahkan kc
sebuah Pondok Pesantren AS'adiyah Sengkang yang tradisional. Sebagai pcndidik (guru),
mungkin ayahnya prihatin melihat perkembangan kepribadian anak pertamanya yang
hidup dalam suasan "kerMon" kecil yang tidak kondusif untuk melahirkan pribadi utllh
dan mandiri. Di pesantren ini ia hidup deng'\I1 lillie lable yang amat' ketat. Tidak 'Ida
satupun rangkaian kegiatan di pesantren beliau エゥョFセL|ャォ。ョN Mulai dari menghafal
1\1-Qur'an, sekolah p,lgi-sorl', pl'ng,ljian /lalaq(/II, kursus-kursus keb,lhasa'ln dan kl't('r,lI11pil'll1
lail1ny'l, tl'nnasuk kesenian dal1 ol'lhnlg,t. Yang paling ml'mbabagi,d;all daLIIll hidup
beliau, semenjak penaikan kelas I naik ke kclas II SD dan setcrusnya, hcliau sclalu o
mcnyelcsaikan seluruh jcnjal1g pcndidikan dcng,lIl pl'l'dibt tcrbaik. Bl'gitll juga ml'l1j'ldi
Sarjana Much terbaik di lAIN Ujung Pandang (1980) dan Sarjana Telacbn (1984).
Sebagai sarjana teladan, beliau lang>ung diangkat menjadi dosen di lAIN ini.
Setelah PNS penuh, beliau melanjutkan S2 dan menyelesaikannya Tanpa Tesis
(karena mencapai nilai amat baik) di Program Pascasarjana lAIN Jakarta (1992), dan
Doktor Tcrbaik di Program Pascasarjana lAIN Jakarta (1999). Beliau menulis disertasi
ten tang"PmpeklifleI/del' dalalllAIQIII"m/', deng,ln mcnghabiskan \Vaktu kurang lebih tig'l
tahun melakukan risct di 17 Neg,lra di Eropa, AS, Timur-Tengah, Asia Tengg,ml, Jcpang
Ketika mengikuti Sandwich Program di Universitas Leiden, beliau menerima surat pindah tugas dari lAIN Ujung Pandang ke lAIN Jakarta(1995). Ketika Azyumarcli Azra terpilih menjadi Rektor lAIN Jakarta, beliau ditunjuk sebagai PR IV (biclang kerjasama dan hubung,lI1 internasional). Setahun berikutnya, c1ipilih untuk menjacli PR 1II (13iclang Kemahasiswaan dan Alumni).
Di samping karier abdemik di IAI'\! Jakarta, kesibukan beliau yang lain adalah memenuhi berbagai undangan seminar dan diskusi teJ1tang masalah jender dan
pemberdayaan perempuan. Mungkin karena konon beliau konsen dal,un disiplin jender, maka saran kawan-kawan untuk menulis sejumlah buku dan artikel di berbagai media, sulit dihindari. Sampai hari in; saya smbh menerbitkan delapan buku, amara lain: AIJ;IIIJltfl/ KeJ'daraal/ Jell/IeI' (Perspektif 1\I-Qur'an), t・ャャャGゥセゥ MellJ'lmtJ.ri, aャOャュALiQiHサセゥ jil/;,,/;,
..r1gUlJ/(/ daN Kekel't/Jtlll /(}1'!.Judaf PerelllpmJII, /1§1IIIU dal! SekJ"/ftlii/u.r, J(otln./I Pel'Cmp"WI daft/Ill
hlal7l, dan Pmpeklif jel/del' dalaJlI hlaJJi. Buku yang disebutkan pertama dalam proses
penerjemahan ke dalam 11 bahasa deng,tn sponsor salah satu badan dunia. Seeara rutin beliau mengajar Agama dan Jender di Program Pascasarjana Pusat Kajian Wanita UI dan Program Paseasarjana lAIN Jakarta, serta sebagai konsultan di beberapa LSM Perempuan dan POIII/dil/g Agel/D" Secara berkala juga diminta membawakan acara dengan topik yang sama di Media Televisi, Radio (FM), dan beberapa If/ebs!te.
I)alam urusan pClnberdayaan perempuan, terutama lewat motivasi agatna) juga
tidak kalah beratnya. Ada kesan "Yang paling bersahabat terhadap ag,lma ialah perempuan, tetapi yang paling tidak bersahabat deng,lI1 perempuan ialah Ag,lma". Kesan
penafsiran agama terhadap perempuan. Persoalannya di sini karena kita harus berhadapan dengan teks-teks kitab suci. Yang kita lakukan bagaimana melacak bias jender dalam penafsiran kitab suci setiap ag,uDa.
Tug,ls-tugas tcrsebut tentu saja mempunyai suka dan duka. Sukanya, karena tidak banyak orang yang dapat mclaksanakan tugas-tug'ls tersebut. Dukanya, ya seringkali berhadapan dcngan kekuatan-kekuatan masyarakat. Sering dituduh sekula;sering disuruh bersyahadat ulang, dan tidak sedikit menerima "ncaman. Saya berpeg'Ulg kepada Dr. Muhammad Iqbal, seorang pembaharu Pakistan, yang meng'ltakan bahwa scorang pembaharu tidak balch mcnyalahkan masyarakat atau keadaan, tetapi bcrbuatlah yang terbaik dan penuh ketulusan.
Orang yang paling berjasa dalam hidup bcliau ialah kedua orang tua, H. i\ndi i\{uhammad Umar dan
Hj.
J\ndi Bung" Tungke. Keduanya sang"t disiplin, tcgas, dan telatcn. Anak-anaknya tidak bolch salah. Mungkin dapat disebut kenls, tetapi hasilnyascperti ini.
Beliau sesudah mclakukan bebcrapa hal yang berat-berat baru berkeluarg,\. Namun, akhir-akhir ini bcliau bersyukur karena keluarg" dunianya. Mereka, isteri (Dra. Helmi Halimatul Udhmahi dan dua anak (J\ndi Nizar Nazaruddin dan Andi Rizal Nazaruddin) semakim menyadari bahwa beliau juga milik masyarakat.
Nazarudin Umar, dilahirkan di Ujung-Bone pada tangg,ll 23 Juni 1959. Sekitar
empat puluh tiga tahun yang lalu, dari keluarg'l keturunan bani,'Sawan ujung pandang, dengan sang ayah yang bernama Andi Muhammad Umar yang yang lahir, sekitar enam puluh enam yang lalu,dengan pekerjaan seorang pensiunan SD, sedangkan Ibunda beliau yang bernama Andi bunga tungke, yang terlahir sekitar enam puluh tahun yang lalu, adalah seorang pengusaha yang sukses,dari keadaan keluarga inilah yang menjadikan beliau sepertl sekarang ini, sekarang beliau sudah berkeluarga ,beliau menikahi Dra.Helmi
halimatul udhmah,dan memiliki dua orang anak yang bernama l\ndi Rizal Nazarudin dan J\ndi Nizar Nazarudin.
Pengalaman Pendidikan:
1. Sekolah Dasar Negeri 6 tahun, di Ujung-Ilone, 1970.
2. Madrasah Ibtida'iyah 6 tahun, di Pl'. As'adiyah Sengkang, 1971. 3. Pendidikan Guru Agama 4 tahun, di PI' As'adiyah Sengkang, 1974. 4. Pcndidikan Guru Agama 6 tahun, di PI' As'adiyah Sengkang, 1976. 5. Sarjana Mu -:la, Fak. Syari'ah lAIN Alauddin Ujung Pandang, 1980. 6. S-l, Fak. Syari'ah lAIN Alauddin Ujung Pandang, 1984.
7. Proi,rram S2 lAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1992.
8. VIJ'lllligSllldclil di Mc.Gill University, Canada, 1993/1994.
9. ViJ'l'tilig SllIdclII di Leiden University, Belanda, 1994/1995.
10. i\!engikutiSalld/pichPmgl'C/IJI di Paris University, Perancis, 1995. II. Program S3 lAIN Syarif Hidayatlillah Jakarta, 1999
16
Istanbul, Sri Lanka, Korea Selatan, Saudi Arabia, Mesir, Abu Dhabi, Yordania, Palestina, Sing<lpore, Kuala Lumpur, dan Philipina dalam tahun 1'994-1996. 13. Pengukuhan Guru Besar dalam bidang IImu Tafsir pada Fakultas Ushuluddin
lAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 12Januari2002. 1
B. Identitas Jender Menurut Nasarudin Umar
Dalam hal ini Nasamdin Umar menjabarkan, tcntang hal ini scbagai berikut:
Kctika seorang anak itu dilahirkan, maka pada saat itu anak sudah dapat dikenali, apakah
seorang anak laki-Iaki atau seorang anak perempuan, berdasarkan alat jenis kelamin yang dimilikinya. Jika anak itu mcmpunyai jcnis kclamin laki-laki (penis), maka anak I'erscbul dikonsepsikan laki-Iaki, jika anak itu mempunyai alat kclamin pcrempuan (Vagina) ll1aka
ia dikonsepsikan sebag'li anak pcrempuan.
13egitu seorang anak dilahirkan, maka pada saat yang sama ia memiliki tug"s dan beban gender dari lingkung'1I1 budaya ll1asyarakatnya. 13eban jender scseorang terg'lntung dari nilai-nilai budaya yang berkcll1bang di dalam masyarakatnya. Dalam masyarakat yang patrilineal dan androsentris, sejak awal beban jender seorang anak lab-lab lebih dominan
dibanding anak pcrempuan.
Terciptanya model dan sistem kekerabatan didalam suatu masyarakat
mcmerlukan waktu dan proses sejarah yang panjang. Dan ada beberapa faktor yang turut menentukan, termasuk diantaranya faktor kondisi obyektif geografis, seperti ekologi.
Dalam masyarakat yang hidup di dac"ah padang pasir, yang mana populasi ,Lltlkcr;q)at;1I1
didalam kondisi alam yang subur, yang tentu juga akan melahirkan sistem sosisl sendiri. Dalam masyarakat lintas budaya, pola penentuan beban gender lebih banyak mengacu pada kenada faktor biologis atau jenis kelamin . l'eninjauan kembali beban gender yang dinilai kurang adil merupakan tugas berat bagi manllsia .ldcntifikasi bcb,m gender lebih dad sekedar pengenalan terhadap alat kelamin, tetapi menyangkut nilai-nilai
fundamental yang tclah membudaya di dalam tnasyarakae.
C. PRINSIP·PRINSIP AL.QUR'AN TENTANG KESETARAAN
GENDER
Dalm hal ini, boleh dikatakan m'lsalah gender ini merllpakan masalah yang barll,
tidak banyak orang yang paham dcng,lf1 masalah ini, sehingga Nazarudin Ulnar)
mencoba memandang dari nerspektif al-Qur'an, pendapat beliau antara lain sebag,li berikut.
Pada dasarnya an tara laki-laki dan percmpuan itll sama-Sall1<l scbagai hamba,
sebagaiman salah satu tujuan pcnciptaan manusia adalah untuk menyembah kcpada Tuhan sebagaimana ayat yang berbunyi:
Artinya:"Dall Akll lidak lJJeJlciplt/kt/1I jill dt/II lJJt/lIl1Jia lJJClaillkt/11 f1ip'!)'a lJJclrkt/ Illel!)'clllbahKII."(Q.J.t/i-Zatiyal 51/56)
18
Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal dalam al-Qur'an biasa disebut dengan hamba-hamba yang bertaqwa, dan dengan adanya orang-orang yang bertaqwa ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin.
Memang ada sebuah Hadits yang diriwyatkan oleh Bukhari-Muslim, an-Nasa I, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmnad Ibnu Hambal. Dalam hadits tersebut seolah-olah menunjukkan laki-Jaki memilki kelebihan dari segi ibadah. Bunyinya sebagai berikut.
/1 fYiJfYu: "DitiJlJt[}'tllktJl/ ofeb ./1bd"Ua/J blil ()lIIar R/' I, R".fII!,,/lah Ie/tlb bCt:fdbdu, "w(}buipere/lllt/hIII!
Bc/)'cddbkiJlJ kali{/n dan perbd/!ytJkuJb is/igJ.!fd/: Karma, akll lJIe/ihal kaliaJl !ebib ralJlal sebagui pmgbmli I/(}raktJ.
SeoralJg pefIJllIplftJlJ )'tJllg CIIkJlPpill/ar di aNa/aIU IJIcreka bcrftJl!Ja; flJ1Jabai ra.m!"Uuh, kmapa kall/i, kaHll1
penJJ)Jpll(J/IyaNg febih ralJlal 1lte1!Jadi penghmli J/(!raka ?Ra.m!IIUa!J bersabda, kalioJl dapa! IJImgll/IIA; dall
IIIclIgiJ{f!.kari SI/dlld, Akll /idak lJIe/ibat)'tlllg ォ・ォBイエjjHセHOji aka!rlan 。NNセ。ャjャ。 dati pell/iillkpellltlhtlllltlll febihPtJdd
g%l/gaNkalial/. PerelJlp"tJI/
i,"
belYaJD'tJA。ァエセ l1Jr1baiH.aslIl/{IJah, apakaJ; llIakSNd kekumagtJlJ aka! dallagailltlil"(RaslI/uDa/; IlJeJyowdb, IJJaksud kekurallgtllJ aka! ia/ab, pet!yaksiall orallg perempualJ sama dengall pl!H)'aksiall
searaNg /akt'·Laki. [NiLab yallg dikatakan kekllrallgalJ aka!. 13egitt!Jiiga perempllalJ tidak mengeljakalJ semba/!)'atl,g
pada JJJaLam yallg diLallulj(l. Kem/Jdiall berbllka pada bll/all Ramadball karma「Hャゥセ JJJaka il/ilab yaNg dika/akal/
kekllral{!!,all agall/a,("HR. Bukhari) ,
Kekurangan akal dan agama dalam hadist di atas tidak bcrarti percmpuan seeara potensial tidak mampu mcnyamai atau melampaui prestasi kreativitas akal dari 'badah Iaki-Iaki. Hadits ini mcngg'lmbarkan keadaaan praktis kcscharian laki-Iaki dan perempuan di masa Nabi.
3Bukhari dalam kitab al-Haidl,had its no. 293, dan kitab Az-zakah no. 1369, Muslim dalam kitab
Kekurangan agama terjadi pada diri perempuan karena perempuanlah yang
menjalani masa menstruasi, laki-laki tidak, karena ia itu ia tidak boleh meninggalkan
ibadah wajib tanpa alasan lain yang dapat dibenarkan. Peniadaan sejumlah ibadahpada
masa menstruasi seperti shalat dan puasa adalah dispensasi khusus dari Tuhan. Dari
mereka tidak terkena ganjaran apapun.
Kekurangan akal masih perlu dilacak lebih lanjut. Apa sesunKl,'tlhnya yang
dimaksud dengan kata "akal" pada masa nabi. Kalau kekurangan akal dihubuangkan
dcng11l1 kualitas persaksian, scmentara pcrsaksian itll hcrhuhunglll1 deng'll1 Elktor budaya,
111aka biasa sa,"l diElhallli. Yalll' dilllaksud, ) kckunllw,all akal adalah<. kclCl'batasall
pcnKlSunaan fungsi akal pada percmpuan karena ada suatu pembatasan-pembataS<ll1
budaya pada masyarakat. Jadi, sifaatnya tiidak flCl'lllanCn atau alallliah. Dcmikian haillya
dcngnakckuranglln ag,llna yang dihubungkan deng'"l halanglll1 flerClllfluall lllHuk
melakukan sejumlah ubadah karenaalasan tidak suci masih memerlukan keteranglll1 lebih
lanjut. Karena halaman tersebut bukan kehendak perempuan tapi suatu yang bersiElt
alamiah dan mendapatkan dispnsasi dari Tuhan. Jadi, mungkin saja banyaknya percrnpun
di neraka dikarenakan populasi perempuan lebih bcsar dari pada laki-laki. SehinKlSa
proporsional kalau perempuan lebih banyak di ncraka daripada laki-Iaki"
Selain itu laki-laki dan perernpuan sarna-sarna diberi kesempatan menjadi
ォィッャゥャセjAャ di bumi ini. Sebenarnya, maksud dan tujuan penciptaan manusia di rnuka bUfCli ini adalah, di samping sebaglli hamba yang tunduk dan patuh scrta rncnglll,di kepada
20
Allah juga sebagai khalifah di muka bumi ini. Ditegaskan dalam surat al-An'am 6/165, sebagai berikut:
f " J c"J. .- _.- " . ; '" イBセG⦅ZNGGG " : ' '" ro'" '" / '-" -.- , ,
-ᄋイsャZゥiセlNTG
セL[NウmL
,?4-.)J
セ
dP
セ
cYセNj
GMヲイNOセ[
セ[セ
セ
<$:u
lセセNj
•
セIi .).Jill4.l).J
"""u.,J1
C"..y-"
セNIu!
Artinya: "Dall Dialah )'tlng IJJeJyadikan hallaJ1ー・jiァヲH。j。ー・ョァB。jセ di 1J1IIka bllmi daN Diu'
mcniJlggikml J'cbagiall kaliall alallJebagia/JJ'tlllglain beberap aderqjatIIIl/uk IJICllgl!jilJlII fell/allg apa
.rail diben'kall-NYA kepada kaliall. S'eJIIlIggllbllya TI/ball kalioll amat cepat aptaall-N.ra dia maba peligamplll! febib mabapetlyayallg."
Kata "khalifah" pada ayat di atas tidak menunjukkan salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-Iaki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebag,li khakifah yang akan mempcrtanggullgjawabkan tugas kckholiElhannya di llumi, scbag<limana halnya mereka hanls bcrtanggungjawab.
Begitu juga laki-laki dan perempuan sama-sama mcngemban amanat dan
menenma peqanJian primordial. l'v[enjelang scorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebuh dahulu harus mencrima peqanJlan deng<ln Tuhannya. Hal ini termasuk dalam surat al-Nraf 7/172 yang berbunyi:
. J ? ' ' / " , , , ._... J " f . " , · ) " / ' :7_"', " ' , •.• / ,J)'...-' _ f J セセO / - ' - ' "
r.;J.Jl; キャlゥセ セ 1.;Jl:9[NウLNケGOセi セi セ セセiェ セNjェ ヲ|セN セ
e.Jl;
.;.;u;6-o,
4u :;;'1.
j))<'" ..セ I:J. '. '
US
Lil ;(.;""1/--.""",", tp .,..".,. N:!
j\rtinya: "Dall iI/gat/ailketikaTIIlJaJlIJllllIImgelllarkoJl kel'lr/m(}l1tJllak-allok Adalll dmi slI/bi lIlereka
dall .AUab 1l1811gall1bif kesakJiaJl ler};adap jiuJ mereka serqya bnjimJaJl, IIbJikaJlkah Akll iJli TllhallllJlt? Aferrka IlJeIY(J}J.'(Jb, bellll, eJlgkall TllhalJ kami. Kami lakllkaJJyaJ1g seJlmggJlhl!ya kami (l31U1i Adam) adalah oraJlg-oraJ1g"ya1tg !eltgah lerhadap kees(Jml T"haJJ.
Menurut Fakhru Razi tidak ada seorang pun anak manusla yang lahir tidak
diskriminasi jenis kclamin laki-Iaki dan pcrcmpuan sarna-sarna menyatakan ikrar
ke-Tuhanan yang sarna.s
Pernyataan dalam Islam berbeda deng'Hl pernyataan al-Kitab yang mens)'aratkan sub-ordinasi perempuan dari laki-Iaki yakni 。ョセャォ perempuan dalam sub-ordin,lsi dari ayahn)'a dan isteri sobordinasi dari suaminya.
Dalam tradisi Islam ayah dan suami jug'l mempunylli otoritas khusus, tetapi tidak sampai mencampuri urnsan komitmen pribadi perempuan dengan Tuhannya. Bahkan c1alam urusan keduniaan pun perempuan memperoleh hak-hak sebagimana halnya yang dipcroleh Iaki-Iaki.
Pada dasarnya Adam dan Hawa tcrlibat suatl.l drama kosmis, scmua ayat' menceritakan ten tang drama kosmis, yakni cerita tcntang adam dan hawa yang tadinya
hidup senang disurga, sampai akhirnya mercka bcrdua terlempar kcdunia. Dalam menunjukan kata ganti antara adam dan Hawa dalam al-Qur'an itu dengan
mempergunakan kata ganti "Huma", misalnya saja pada ayat:
セ[ゥ[セAャQ
セェaL
(,tj5
セェ HZゥェZセ
/'J';
r.i;
セsエs[
H,ll'
セェェj
&iC
セャ
セQエN[
wi,,'
-:',,'.\ Ll£ll
t\.fi{o:.-セO セO セ
Artinya: UDall KallJi betjimlt1H :Hai .Adalll diamitah oleh kall//I dall is/nil/If SlfrgtJ tid, dall IIJakalJiah
IIItlkdlltlJl-llIakalltJlII!pJyaNg bal!yak lagi baik dilI/dHa -rqjayang kaJlIlI SIIkai, dalljallganu..hkalJlJ(dekatipohOJl
ゥャャゥャGケHスiHセ IIIIJJ!J'cbabaJl kaNJI( /enl/dsNk olCJItg-oraJlgyallg zaltilJ.(at-J3aqarah:2/35).
Ayat-ayat diatas tadi sudah je1as, mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang
ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual, maupun urnsan karier profesional, tidak mesti di monopoli oleh salah satu jenis ke1amin
S<lJa.
22
Pada dasarnya laki-Iaki dan pcrcmpuan mcmpcrolch kcscmpatan yang sama mcraih prestasi yang optimal, tapi pad akenyataannya dalam masyarakat kita masih tcrdapat kcndala.
Salah satu obscsi aI-Qur'an ialah tcrwujudnya kcadilan di masyarakat . Kcadilan dalm al-Qur'an meneakup segala segi kehidupan umat manusia , baik seeara idividu dan
masyarakat.
D. BIAS JENDER DALAM PEMAHAMAN TEKS AL·QUR'AN
Ada sejumlah unsur bias jender yang dapat ditelusuri di dalam kitab-kitab tafsir. Unsur -unsur tcrscbut arltara lain scbag,ti berikut:
1. PelJ1bakllall Tal/{Ia Hlln1. Tallda Bam, dall Qjra'ah
Scjumlah ayat AI-Qur'an dimungkinkan untuk ditulis dan dibaea Iebih dari satu maeam, yang dikcnal deng,lfl istilah tujuh huruf(sab'ah ahmfj dan bacaan tujuh (qira'ah
J'ab'ah). Jcnis-jcnis baeaan tersebut dimungkinkan penggunaannya berdasarkan beberapa
セ セ セ / '
riwayat hadis sahih dan dibcnarkan sendiri di dalam al-Qur'an:
ᄁヲェゥjiᄋセ
セLG[Gゥェ
LA'
iェセLIエNA
(Maka bacalah apayallg nllldah {baginlll}dmiaOセqiiiB。ャゥ / Q.S, aI-lvluzzammil/73:20).
Begitu juga dalam hal pemberian tanda baca H{ケ。ォセ pada saat itu sering terjadi kekeliruan yang terjadi pada masa Mu'awiyah ibn Abu Sufyan (661-680 M.), terutama
ketika Ziyad ibn Samiyyah yang menjabat Gubernur Balrah, menyaksikan kekeliruan bacaan daJam masyarakat terhadap Q.S. al-Taubah/9:3:
]\rtinya:HBabJlltJ SeSlIlIl!gllh/!]tJ/111(/11dall Ra.fIIL.N.ya berkpas did dan'ッイ。jサセMッイ。jャァ 1lI11[J'rikin".
Bagian dari ayat terse but di atas dibaca oleh sekelompok masyarakat dengan:
..r ' --
_J-4"JJセGGGHGv,:,o...>'"'"""'·','1 -.'U:"Y(j..(!';WI '.\(jArtinya:"Bahll'aseJIIllf,l!,lIhl!ya Allah berlepas dili dali orallg-orallg IJIlIsylik dall RoslIl·Nyd'.
Kasus inilah yang menjadi alasan kuat oleh para uJama kctika itu untuk memberikan tanda-tanda huruf dan tanda-tanda baca AI-Qur'an, lalu disusul deng'll1 pemberian tanda-tanda panjang (matQ dan tanda-tanda pemberhentian (JJ!aqJj. Tanda-tanda yang disebutkan tadi bukan didasarkan atas petunjuk Nabi (taltqJij, tetapi merupakan ijtihad (j}llhadt) para ulama.
Pcrbedaan tulisan (raJm) dan bacaan (qlra'ah) sudah barang tcntu mempunyai pengaruh di dalam pemahaman dan penetapan (lstlltbalh
l
hukum, seperti beberapacontoh berikut ini.
a. Kata
オセ
dapat dibacaオセ
atauu.Ji..b:J
(Q.S. al-Baqarah/2:222). Jika dibaca menurut versi pertamaHオセIL
baris (raI/JJJ/ah pada huruf ha tanpa tarydidmaka artinya ialah: "Jaltgall mC/Jdekall pmmpllall kellka sedallg hald hillggaberhellii haid". Versi ini menekankan pada berhentinya haid (illqalhi-II' dam
aI-haldl,,), yakni perempuan yang selesai menjalani masa haid maka deng'll1
24
larydid, maka perempuan yang tdah menjalani masa haid disyaratkan mandi
wajib yang sempurna (al- -atbabarab al-ka1JJilab), dengan membersihkan sekujur anggota badan dengan air, baru dinyatakan bersih. Pendapat ini didukung oleh Imam al-Syati.
Bacaan versi pertama
(u..>+b;)
memberikan kelongg'lran kepada perempuan, karena hanya dengan membersihkan tempat keluarnya hai(llHセ|I maka otomatis perempuan sudah diang'S'tp bersih. Sedangkan bacaan versi kedua HオセI mengharuskan perempuan mandi wajib sesudah menjalani masa haid. Meskipun selesai menjalani masa haid jika belum mandi fardu maka tetap ia dianggap belum bersih, belum bisa berhubungan dengan suami, menyentuh mushhaf AI-Qur'an dan menjalankan ibadah-ibadah
1JJabdlab lainnya. Pendapat versi terakhir ini banyak berpengaruh di Indonesia,
karen'! sebagian besar umat Islam Indonesia masih konsisten berpegang
ォ・ー。、セ mazhab Imam Syati'.'
1. Pel/gel/ial/ KOJa Kala (MI/jiudal)
Perbedaan makna dalam suatu kosa kata memberikan implikasi dalam menetapkan (Mil/batb
l
hukum. Beberapa contoh dapat dikemukakan sebagai berikut:AXata (.WI セ )1)
u..l
(Q.S. al-Ma'idah/5:6), dapat diartikan "menyentuh" atau llbersetubuh". Jika diartikan tlmenycntuh" maka seseorang yangmenyentuh perempuan (al-Syati'i: selain II/I/Im/;I, Malik: dengan syahwat) Obatal wudunya. Semen tara menurut 1\b- Hanifah, yang membatalkan wudu ialah bersetubuh dengan percmpuan, karena セ diartikan denglm
t
WI (bersetubuh). Kdihatan sekali pendapat Abu-Hanifah lebih moderat daripada pendapat ulama Iainnya, yang seolah-olah mengesankan ada "sesuatu" di dalam tubuh perempuan karena begil:t' mudah membatalkan wudu bagi Iaki-laki yang menyentuhnya.3.l'el/e/apail IVJjl/kal/ Kala Gal/Ii (J)la1JJil)
disandingkan dengan kata o,,",,-IJ karena lafadz tersebut isim Alam ( yang memang bentuk
nlu'annats).
4. Pelletapall Batm PeligeClialiali (Istislla')
Menetapkan batas yang ditunjuk untuk sual:u bentuk pengecualian seringkali juga
menimbulkan perbedaan pendapat. Sebag,ji eontoh bentuk pcngecualian (istiwa') dalam
konteks O.S. al-Nur/24:4-S :,
i\rtinya:"DtlllHIョNjャOァMoヲHjiHセIGエQャOァ lIIeJlIl(IJ,hー・イエjIjャjIヲエ。ャャNyエQGサセ bulk-balk (berblltJl ::;il/a) dall IIII/I'cktlridl)).;.
lJIiJ/ujiJ/t1llgkall ell/pal oヲwHセ J'aksi, II/(/ka demlab IJIlJreka VGエQQjセセ IJIC1IlIdllh ilJl) de!tlpal1 pHt,,/} dc/ii, daN
ェャャャHセijiiAHiO[ ktllialllen'lJItIkesakJiall IJIcreka Imal .relallltJ-lallhJJ!ya. Dall lJIen:kfJ ilNtabッュャサセMッョュァGケHjiサセェヲjN、ォN
KemalioraHg..()!(lIIg).imgbet101f!JafJeJlldahitudalllllcllIperbaiki(din.l!ya).lIIakaJcslO!.!!1l/l!J.!ytJElijah Afaha
PmgalllpJIIIlag!IHahaPe'!J'q)'tJIIl',
l-Iukuman tuduhan palsu sebagaimana cliungkapkan dalam apt tcrscbut di atas
meliputi:
a. Pclakunya dieambuk 80 kali.
b. Ticlak diterima persaksiannya selama-L<manya.
e. Dikatcgorikan orangftlJ'iq, ticlak taat pada Allah.
Pada ayat kc-S surah ini terdapat kata I.JiLJl>.!:J1 '1] (kemali olw{g-orallgyallg Im/allbat
seJIldah itll). Jumhur ulama, tcrmasuk Imam Malik, al-Syafi'i, dan Ahmad berpendapat
pengecualian itu mencakup hal keclua clan terakhir (b dan e). Adapun Abu- I-Ianifah lebih
ketat karena pengeeualian itu hanya terhadap kalimat terakhir (e). Pendapat
27
pertama dan kedua, tentu lebih menguntungkan bagi kaum perempt:an (isteri). Sebaliknya pendapat kelompok pertama dan kedua lebih meringankan hukuman kepada laki-Iaki (suami), karena seteIah bertaubat dan beramal saleh maka dengan sendirinya sudah terbebas dari hukuman cambuk dan penolakan persaksian selama-Iamanya. Berbeda deng,m Abu- Hanifah yang lebih tegas mengemukakan bahwa perbuatan taubat dan amal saleh hanya menghapuskan kefasikan, tetapi tidak menggugurkan sanksi
pertama dan kedua.
5. Pelle!tlptlll Alii IIlIm/,A!h'i!
Bias jender kadang-kadang terjadi di dalam pemberian makna huruf-huruf u!/Ja[, karena memang huruf JI'all (J) mempunyai beberapa arti dan fungsi; kadang berfungsi
sebag"i JI'allata!ha[,JI'tllItil-hal, dan JI'allal-qaJalJi. Dalam memfungsikannya sebagai lI'all
tll-'atbtifjugll tcrkadang diartikan sebagai tttanda kon1a" berarti lIataull, jug"a kadang-kadang
berarti "tambahan". Sebag"i contoh dalam (.S. al-Nisa'/4:3:
セャ
'''',
セオN"Li .
e,JJ
1.:; -
セ jセヲ'"
c...lIl -,U4r,',<1<....tb
t.:. I 'セ'Li -
L.r'.t:lJl1 セ 'I_ _.1- '" セi LセセオNj..
"I'.I.;l;:;
セiuSJ1
4lJ
セエNZN[[Qi.:AA
t.:.jl
セjL^Niセ ャN[ャセArtinya:"Dall jika kaliall I"klll lidak akall dapal ber/akll adill'rlJadap (lJak-IJak) perelllpllall yalllJl
(br'WlllilIM kaliaH lIIe11gilu,1"h!J'a), II/aha kawiJdlabpercllJjmilll.percllJjJllillI (lailJ)Yill/g hallalJselJtJllgi: dlla, tiga
utaH cmpal. KWllldiolJji"kahallaJlfaklll/Mak akal/ rlapal berloku adi/, lIIaka(kalJ-'tililab)scortlllg So/(11 a/iIlI
blld"k-blld"kyallg kaliallllli!iki. Yallg deJlJiki,," i'" adal"IJ !eNIJ dcka' kepada 'idak berbl"'l alli'!Yd'. Huruf JI'tllI (J) dalam ayat ini ditafsirkan bcrbag'li macam oleh para ulama.
kccuali ada hal lain (qadllab) mcngccualikannya. Akan tctapi, kacdah Il1I tidak bcrlaku
scbaliknya.
7. IliaJ dalam '['eljemaball AI:QIII''a1l
Tcrjcmahan AI·Qur'an dari bahasa Arab kc dalam bahasa asing, tcrmasuk bahasa Indonesia, mcnjadi salah satu masalah dalam mcwujudkan masyarakat yang bckcadilan jender. Tidak scdikit terjcmahan AI·Qur'an yang cendcrung bias jender. Salah satu di antara sekian banyak yang dapat dijadikan contoh ialah terjemahan Q.S. al·Nisa'/4:34:
<::'wL:...lLi '" I\'. rr.-J..4
T'
0:" j.llJI Gセi L:..i.Jセ .' '1<-' .. '. -- :till'c.s- セu - .
l''.1t:...r
セiG\MGᄋG セ OJA'I' -セ J'1.::>.'•y.11w.:.)1 ".' '''I' '.' ,h.1'.'·, " " , 'G..:i 'NIl' TNNゥiQLャ[N「NエZNNN\NNwャャャ\ZZjQNNャ[セgN\ZjlZゥNェlゥ
セ セ 64JP.-A J VTセ 64jJ-UUセ r.r--J . • .. _, . .
I' .. ;(GJi:, '.\.S;djl "1)I...:,.. '..•ᄋNQセ I "')IjᄋᄋHセᄋQNiᄋᄋ Li '.' , •',1'
.--=- __
Uu. _.
UH""' セ r-- U. 64Ji.Y" Ji\rtillya:UKtJlIlll laki·laki i'JI I1dalalJ pell/impill bagi kalllll perclIlplftJlI, oleo karma /lUah leltib lJIelebihkaJI Jebahagiall /IImka (Iaki·hki) alasウ・「。ィ。NNセゥ。ャャ yallg laill rpm/llp"all), dall karella mereka (Iak!· laki) Ielah IIlellajR.ahkall s,bagiall dali haria /IImka. S,babilllmaka pm/llpllallyalJg saleh, ialahyalJg la'al k,pada Allah lagi /II'/II,h'ha!'a did kelika slIa/llil!Ja l!dak ada, oleh karella AUah lelah /IIe/lleh'hard V1lereka). Pemnpllallpere/llpllall yalJg ka!iall khawalirkall IIISY"'i!!Ja, maka lIasehalilah /IImka dall pisahkallhh
Il/ereka di fell/pal tid"r lJIereka, daN p"kllllalJ JlJcreka. KCIlllldiaJl jika tnereka lJIeJJfa'aliJllII, IllakajallgaN/ab
kalialllJlelJfari.can'jafalllmt"k IIlcl!yJlsabkallJ!ytJ, SesllIlgtjuhJ!ytJ Allah lvfaba Tiuggilagi Maha Besar'
Terjemahan versi Departemen Ag'tma RI tersebut di atas dapat dikritisi scbag'li berikut: "Kallm laki·laki il.'1 pemimpill bagi kallm pemJJjJllclli'. Kata qaJlJJJiamah sebenarnya tidak mesti harus berarti "pemimpin". Sebagai mana yang penulis ambil dari kutipar. tulisan nasarudin Umar kata tersebut bisa juga berarti "pelindung", "pemelihara" atau
"pendamping". Abdullah Yusuf Ali menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggeris dcng,m: /IIall 。ャセ the /'lVledolJ alld /IIaililailim of WOIIICII (Iaki.laki adalah pclindung dan
30
di bawah sebagai terpimpin. Jika diartikan "pelindung" atau "pemelihara" maka konotasi hubung,tn laki-Iaki dan pcrcmpuan bersifat fungsional, tanpa harus ada yang di atas dan di bawah. Arti yang tcrakhir ini lebih sesuai dcng,m obsesi AI-Qur'an ten tang pola relasi jender laki-Iaki dan percmpuan, yaitu hubungan yang bersifat fungsional dan
komplementer yang didasari dengan cinta dan kasih sayang (/iJIlIJlllddllh )JIll mhll/Ilh)
Karena sebagai mana kita tahu dalam bahasa Indonesia itu sendiri tidak terdapat perbedaan kata ganti untuk laki-Iaki ataupun perempuan,berbeda dengan bahasa Arab yang smat dengan penbedaan bentuk kata ganti.Nah dari hal inipun bisa menyababkan bias gender seeara tidak langsung. sebagaimana konteks ayat ini. 1I
8. Bia!" dalall/ Metode T4Sir
Yang paling dominan dalam sejarah intelektual dunia Islam ialah metode tahNi,
suatu metode penafsiran AI-Qur'an yang menganalisis secanl kronologis dan mcmaparkan berbagai aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat AI-Qur'an, scsuai dengan urutan bacaan yang terdapat di dalam /lJIIsha[ 'lftSlI/alli. Metode ini lazim juga
disebut deng,m metode ta);j'i, karena pembahasannya berdasarkan bagian-bagian tertentu dari AI-Qur'an. Sebagai mctode yang digunakan oleh jumhur ulama, maka metodc ini dominan sekali pengaruhnya di dalam masyarakat. Salah satu ciri metode ini ialah menjadikan teks sebagai fokus perhatian. Dalam menganalisa suatu kasus, perhatian utama lang>ung tcrtuju kepada teks yang telah ada, karena pada umumnya konsep pcrintah dan larang,ln (khithab) dalam j\l-Qur'an mcnggunakan bcntuk (shig'lh) umum,
meskipun itu diturunkan oleh suatu sebab khusus Hセ| uBBセIN Jumhur ulama
menetapkan kaidah bahwa "yang dijadikan pegang,m ialah keumuman lafadz" (t
Y"-!'
セi.hill!).Jib wrdapat suatu bsus maka yang menjadi perhatian utama ialah apa bunyi teks
tcrh'lthp bsus tcrscbut, bukan apa chill bagaiman"l kasus itu hingg;'l tcrjadi
Bcrbcda dengan metode tafsirlJIalli/lll'i, scbagaimana yang penulis kutip pendapat Quraish shihab yang mangatakan bahwa tafsir lJIalli/lll'i adalah tafsir yang menetapkan suatu topik tertentu, dengaa jalan menghimpun seluruh atau sebagian ayat dari beberapa surah yang berbicara tentang topik tersebut,kemudian dikaitkan dengan yang lainnya ,akhirnya tcrdapat kesimpulan yang menyeluruh ten tang suatu permasalahan tersebut.
Sebagai contoh dapat dikemukakan beberapa ayat sebagai berikut,
'll ... "ll'
セw.
e.JJ
w"
セ ,JIJ".>A....-
l't...:ul··(.J;4 \ᄋNセQ ,-,u,• Co I.:r-:-:,<'·ll .
c.r.
CQI セNM • 1·1- セGN'll ...
セ "1'W.,JI);:;
'll
u!JI4lJ
;.s.lc.;,1
セ CoJI':';"I) I),i:;
Art;nya:"Dalijikll kalllll Jeklililill lllklil lidllk IIkllll dllplll ber/llkll IIdillerbadop (bak.bllk) perelllpllllll 'yalil1l (billll1llllll1 kalilill 1ll'ligllll;lIill}II), Illllkli klil/;lIilab pem!!Jill{//l-pmI1lJillali (1IIill).Yalig klililill JCllllllgi: dlla, ligll IIlall el1lplil. Kellllldiall jikll kalilill laklll lidllk akall dopal berlakll adi!, maka (kall.;l1/tab) seorallg Jaja, IIlali blldak-blldak'yallg kaliall miliki. Yallg del1likiall illl adaiab kbib dekal kepada IMak berbllal alliqyd'.
(Q.S. An-Ni'a'/ 4:3:)
Ayat ini menggunakan sigbabumum, yaitu menggunakan kata ganti jamak G,I •.\
iセL iセuL
;,slL:.!I,
dan 1J-lY0, padahal ayat ini turun untuk menanggapi suatu sebab32
Metode Iq/Jil' mel.yimpulkan bahwa teks ayat tersebut di atas mengizinkan
poligami, yaitu seorang laki-Iaki boleh kawin lebih dari satu sampai empat, asal y,'ng
bersangkutan mampu berlaku adi!. Akan tetapi metode maudhu'ibisa menyimpulkan lain,
karena adanya apt di tempat lain yang seolah-olah memustahilkan syarat adil itu dapat
dilakukan manusia. Ayat tersebut ialah Q.S. an-Nisa'/4:129:
ArtinyallDall kalial/ j・ォHjャゥセォ。ャゥ lidak akalJ dapal beTiaklf
adl! dlalllaraiSlen'·isten(JII/{), 1J!f.7LallplIl/
kab'all j。OHセ。ャ liWil her/Jllal demikiall, kamla illl jalJgalJhh kab'alJ lerhbl celldenll/g (kepada.yallg kaliall
dJ/fa!), j・ィゥャャセイNNNセエj kl1/itll/ biurktlllGケヲNBHセ laill ャ・イォオャャャャQセセNォエャャュサァN Dull jlka kaliall ャji・jHセ。、HjォヲQjQ per1JtJikulI dall
JIIcJllelihtllU din' (dud keallimgtllJ), II/akaSCJIIJ(I!.guIJJ!ytl./llfahAJaha PeIIgallJjJlJIl fagi 1\1ahtlPel!)''!)'tll((.
Apt ini dapat diartikan menolak poligl1mi atau paling tidak lebih memperketat
pelaksanaan poligami. Syarat polig<\mi adalah kesanggupan untuk berJaku adil, semen tara
ayat ini menegaskan ketidakmampuan seseorang berlaku adil di an tara isteri-isterinya.
Kata J..;fJ1(J.SI";
lJ.,j:iU
Qanganlah kalian terJalu cenderung pada setiap kccenderunglU1) dalam apt di atas, difahami sebagian mufassir sebagl1i pe'1olakanpemustahilan berpoligami."
9.p・OHセ。ュィ iijjjAiAケ。ャャjュGャOセケ。ャ
Riwayat jj'/u'J!qya/ iaJah cerita-ccrita yang bcrsurnbcr dari agama-agi1lna JtJ!J/t.m'i
SCIJellll11 Islal11, scperti dari 'lg'lIna Yahlldi dall N,qI'<IIIi. Ccrita-ccrita ini 111111lclil di daLlIll
kitah-kitah tafsir dan dalam kitab-kitah J'j'adJ hadits. Bolch jadi cerita-ccrita tcrscbllt
dimasukkan oleh para mantan pengikut kcdua ag<tma itu yang sudah masuk Islam, atau mungkin pula melalui upaya penyusupan stcara sistematis olch kalang<tn penganut agama tersebut dengan maksud untuk meng<tcaukan ajaran Islam. Semen tara itu, sejurr.lah ulama bcsar "menghalalkan" keberadaan kisah israiljyat itu dengan alasan untuk lebih mcnjelaskan pernyataan-pernyataan padat AI-Qur'an. Beberapa kitab tafsir JJIII'tabar mengintrodusir kisah-kisah israiljyat, seperti Tqfsir al-QJlltllbi, dan sebagainya. Seperti dijelaskan sebclumnya, sikap agama Yahudi terhadap pcrempuan sebagaimana terlihat di
dalam kitab sueinya sangat berat scbclah. Dengan dcmikian, semakin banyak mengintrodusir kisah-kisah iJ'lulfyyat dalam pcnafsiran tcks, scmakin besar pula peluang terjadinya bias jendcr dalam pemahaman ag,una.
Contoh kisah IJ'ra/liyat dalam penafsiran j\I-Qur'an ialah kisah asal-usul kcjadian perempuan. Dalam Kitab Pcrjanjian Lama diceritakan kisah-kisah yang sceara umum eendcrung difahami memberikan citra negatif kepada perempuan, seperti penafsiran kalang<tn feminis terhadap kehadiran percmpuan untuk melengkapi bagian dari kebutuhan laki-Iaki (2:20).l'erempuan dikesankan scbagai ciptaan kedua (secolld matioll) dan subordinasi dari laki-Iaki karena ia diciptakan dari tulang rusuk Iaki-Iaki (2:21-22),
Perempuan ditimpakan kesalahan dalam drama kosmis yang mcnyebabkan manu"ia jatuh ke bumi (3:12), karena itu percmpuan harus lebih banyak mcnanggung rcsiko dalam konscp dosa warisan tcrscbut (3:12). Ayat-ayat ini dijelaskan sceara panjang-Iebar di
dalam Kitab Talmud, sualu kitab yang mengulas ayat-ayat yang terdapat dalmn Kital: Pcrjanjian Lama."
34
10. Bia,. dalam PembllkllaJl daJl PetJ/bakJlaJl Kitab-kitab Fikih
Fikih adalah pcnafsiran sccara kultural tcrhadap ayat-ayat AI-Qur'an. Dalam scjarah intelcktual Islam, J'Y(lIi'ah dibcdakan dengan jikih. Yang pertama adalah ajaran
dasar, bersifat univers,tll, penll'anen; scdangkan yang kcdua ',ld'al'ah 'Iljar-ul non-tbS',lr,
bcrsifat lokaI, clastis, dan tidak permanen. Fikih adalah penafsiran kultural terhadap
syari'ah yang dikcmbangkan olch ulama-ulama fikih semenjak abad kedua Hijriah. Di antara para ulama fikih tcrscbut ialah Imam Abu hanifah, Imam Imam al-SyMi'i, dan Imam /\hmad ibn HanbaI, yang juga dikenal sebagai imam-imam mazhab. Mcrcka ini adalah ulama-ulama moderat pada zamannya. lv[crcka Juga tidak pcrnah memproklamirkan karya-karyanya scbagai mazhab resmi dalam suatu komunitas atau suatu ncgeri tertcntu. l'vlcrcka tidak pcrnah membakukan pendapatnya scbag,\i mazhab
abadi yang harus dipcrtahankan sepanjang zan "111. Hanya kalangan murid mercka atau
kalang'lIl pcnguasa tertentu yang terkadang memperjuangkan karya-karya imam tersebut dianut di dalam masyarakat. Untuk alasan kcseragaman dan kepastian hukum, kalangan penguasa mcnctapkan salah satu mazhab tersebut sebagai mazhab resmi pemerintah.
Kitab-kitab tikih yang ditulis oleh ulama belakangan banyak mcrujuk kcpada kitab-kitab klasik terscbut. Scbagai contoh, di antara 56 buku yang bcrbicara tcntang pcrempuan yang bcrcdar di Indoncsia, mcnurut hasil pcnelitian Johan H. Mculeman,
"pada umumnya lebih bcrsifat mcngukuhkan suatu tradisi --kalau tidak fLcmasukkan
suatu tradisi gl\dungan-- daripada mendalami atau mengembangkan Islam, yaitu ag'U11a dari Allah untuk manusia yang hidup, nyata, dan berscjarah".Tentu ini bukan saja di
besar kepaela Jaki-Iaki, dan fikih politik (a!-siyasah) yang membatasi hak-hak perempuan untuk berkarier eli c1unia politik.
I-Iukum-hukum dan tradisi yang hidup di dalam masyarakat, tidak bisa c1ipisahkan eleng,1I1 suatu karya. Seorang penulis bisa disebut sebagai anak zamannya. Para fuqaha yang menyclcsaikan karya-karyanya tidak mudah mclcpaskan diri dcng,1ll kondisi obyektif
niJai-nilai yang hidup di dalam masyarakatnya, betapapun moderatnya penulis terscbut. Karena itulah, pembakuan kitab-kitab fikih yang disusun dalam suatu masyarakat yang
bias jcnder, sudah barang tentu akan mcnimbulkan masalah di dalam masyarakat, terutama jika masyarakat itu sudah sedemikian jauh berubah dan berbeda deng'll1 kondisi obyektif ketika kitab tikih itu disusun.
E. Tafsir Bam tentang Fiqh Ibadah terhadap Perempuan
Pada hal tiqh ibadah sebenarnya pendapat Nazarndin Umar, dalam halini sama
saJa dcngan para ahli tafsir modern yang lain, misalnya dalam hal hukumnya imam perempuan dalam sholat, percmpuan diperbolehkan menjadi imam pada saat berjamaah dengan para perempuan yang lain,sebagai mana yang penulis kutip hadits ini dari pendapatnya Kh.Huscin W.uhammad,
セエNGBゥャ|
セセ
sljJi
0\
Zイセェ
Z」NャZOセ|[
Ui.ll;.·
c:f:.
T_ェセ
Artil1ya ditiJr't!J'tJlktJllolel; AiD'db, LJIIJIJII(salalllah,/I/IJa':balm'dpelillJ)f(rJl/bendaklahIJIcl!jadiilJltJllI
bug!perelllpJltJ/1yangfaiH.!4
37
Begitu juga dalam hal batasan aurat perempuan mcnurut Nazarudin umar
meng,ltabn bahwa, dalam menentubn batas aurat perempuan itu tidak terlepas dari
kultur yang ada pada suatu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
misalnya pada neg,lra Arab, pada zaman dahulu itu ada perbedaan batasan aurat
perempuan budak deng,lI1 perempuan merdeb. )acE pada dasarnya hatas au rat
perempuan adalah mub, telapak tangan dan telapak bki.
Dilihat dari konteks ayat-ayat jilbab, hijab, dan kecenderungan
pembatasan-pembatasan terhadap bum perempuan, khususnya kepada keluarga Nabi, seolah
merupabn rctleksi dari suatu situasi khusus yang terjadi di Madinah. Karena menjelang
tunlflnya ayat-ayat terse but berada dalam suasana yang tidak tcntram, situasi perang yag
beruntun dan bcrkepanjangan. Jadi, bisa dimaklumi betapa besar citra preventif dari
seruan penggunaan jilbab pada saat itu. Namun, bukan berarti penggunaan jilbab atau
semacamnya dapat ditinggalkan manakala situasi sudah tentram. Hukum bisa berubah
dengan berubahnya 'illat, tapi hikmah dan rahasia suatu seruan atau peringatan Tuhan
pasti illdlldedi dalamnya. 15
Hanya saja diskursus mengenai jilbab kurang bijaksana jib yang diangbt adalah
pcrsoalan teologinya semata dalam arti, seolah-olah kcislaman seseorang dilihat dari segi
bentuk kostum yang digunakannya. Membuka aurat atau tidak, menggunakan jilbab,
15Prof. DR Nazarudin Umnr,Alltropowgiplbab,yang diterbitkan pada Paramadina Mulya,jakarta,
bukanlah sustu pelangg,lran hukum (jarimah) yang harus dikenakan sangsi hukum dari
adat yang berlaku pada saat itu atau hukuman neg,lra,tetapi lebih pada hukum Allah.
Doktrin ajaran Islam sebenarnya pada substansi jilbabnya tetapi fungsi jilbab itu
untuk menurut aurat yaitu menutup angota badan tertentu yang dian&,>ap sensitif untuk
menimbulkan titnah.
Dalam masalah harta wansan, menu rut pendapat Nazarudin Umar, tidak
sclamanya dalam ilmu w lrits itu hanya mendapatkan setengah dari bagian anak
laki-laki,tapi perempuan pada saat jadi istri,ibu ataupun nenek mendapatkan ukuran hagian
warits yang beda lagi, pada dasarnya masalah warits itu juga tergantung pada budaya yang
mclekat pada masyarakat tersebut, begitu sebenamya juga Islam itu sendiri tidak pernah
menelantarkan IJerempuan."
Begitu jug,l dalam masalah hal-hal yang begitu dekat dengan perempuan yakni
menstruasi, dimana pada masa dahulu orang-orang yahudi , mengan&,>ap darah kotor itu
sebagai suatu darah yang tabu yang menuntut perlakuan khusus oleh sebab itu
wanita-wanita yang dapat menstruasi itu dikumpulkan pada sebuah gubuk khusus, yang memang
dirancang khusus untuk para perempuan yang sedang dapat menstruasi.
Bahkan perempuan yang sedang haidl atau menstruasi itu tidak balch membaur
deng,m masyarakat, kclual'ga, dan pamali dalam melakukan hubunga seks, tidak balch
kCll1illla-lnall<l danse!)agaillY<l.
Dalam hal ini eenulis mengutip pendapat nasarudin,yang meng,ltakan
bahwa,konteks percmpuan tidak bolch kemana-mana serta di jauhi pada saat haidl ilu
40
Kcpcmimpinan pcrcmpuan dalam Islam sclalu mcnjadi masalah kontrovcrsi di
dalam dunia Islam. Ini tcrjadi karcna c;ari satu sisi ditcmukan scjumlah apt dan hadis
yang sceara tckstual mengisyaratkan keutaman laki-laki untuk nejadi pemimpin,
mcskipun juga terdapat apt dan hadis yang mengisyaratkan kebolehannya. Pada sisi lain
kcnyataan obycktif akan adanya sejumlah pcrcmpuan yang mcmiliki pcngaruh kuat dan
mcmiliki pcrsyaratan obycktif di daJam masyarakat.
Dalam masyarakat yang scgalanya telah berubah, dan sudah sangat jauh berbeda
dcngan kondisi obycktif sosial budaya jahiliah yang pcrnah mcnjadi latar bclakang
lahirnya penafsiran ayat dan hacEs yang tcrbukukan mcnjadi kitab Fikih, maka tampilnya
pcrempuan mcnjadi pcmimpin tcrtinggi, baik di dalam dunia domcstik maupun di dunia
publik, tcrmasuk kcpala negara, dapat dipandang sebag.\i suatu keniseayaan.
Scmang.lt untuk mcneckal pcrcmpuan untuk tampil scbag'li pcrnimplfl atas dasar
scjurnlah ー」ョセ・[。ャ。ョ apt dan hadis yang dilcpaskan dari mbab 1l111I7ld-nya, sudah bukan
zamannya lagi. Scbaliknya, upaya mcngedepankan substansi ajaran AI-Qur'an dan
Sunnah Rasul yang mengedepankan semang.lt persamaa (al-IJIIIJallia), keadilan (al- 'adalah),
pcmbebasan (al-hlllliyyah), tanpa mcmbedakan laki-Iaki dan perempuan, sudah saatnya
ditonjolkan. AI-Qur'an dan Sunnah Rasul bukan hanya mcnjadi petllnjuk di m'lsa
turunnya, tctapi Juga lIntuk masyarakat di scg,\la zaman deng,U1 kompleksit'ls
pcnnas'llahannya.
Kalau kita mcngkaji seeanl utuh dan sceara mcndalam scmangllt j\I-Qur'an dan
kcecndcrungan umum kcbijakan Rasulullah, rnaka scsungguhnya Allah Swt mcmbcrikan
BABIV
SOSIALISASI TENTANG KESETARAAN GENDER MELALUI MEDIA
DAKWAHNYA
Kesctaraan gender dalam Islam, merupakan hal yang baru dalam kehidupan
manusia dewasa ini, dimana sctiap orang memmiliki persepsi yang bcrbcda antara yangsatu dengan yang lainnya,disini mulailah tcrlihat ternyata ada yang pclu disamakan persepstnya sehinggu tidak terjadi kesalah pahaman, mulailah sosk Nasarudin Umar sosok yang sangat dikcnal dikalang'lI1 aktifis gcnder dan ulama-ulama di indonesia, deng'\I1 hasil dcsertasinya mcncoba mencari penyebab adanya ketimpang'\I1 dalam menghadapi masalah perempuan dalam konteks ag'1I11a.nya.
Berbagai tantangan yang dihadapi dalarn tnencoba Incnsosilliisasikan
pCfnikiran-pcmikiran baru, belum lagi dari masyrakat yang sangat fanatik tcrhadap ag"ma mencoba menentang pemikiran barunya, yang dianggap sesat dan menyesatkan masyarakat, belum lagi beberapa organisasi perempuan yang sekuler yang mcnganggap pemikiran pemikiran Nasarudin itu sebagai sesuatu alat penenang bagi gerakan perempuan di indonesia, tapi Nasarudin umar tetap mencoba menyiarkannya, karena pada dasarnya pemiJ:iran beliau
memang bisa dipertanggung jawabkan dan sangat rasional, akhirnya beberapa tahun kcbelakang ini scmua pcmikiran bcliau dapat ditcrima olch masyarakat, LSM pcrcmpuan
scna kaum ulama, walaupun masih ada yang tidak sepcndapat dengan bcliau ini.I
1\VawanC3ra dcngan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, !viA. padahanSelasa 2 Juli 2002, jam 11.00
Pemikiran nasarudin Umar tentang gerakan feminis atau tuntutan kesetaraan itu,berbeda
dengan teori-teori yang ada, bahkan dengan gerakan perempuan yang ada di Indonesia pada saat ini,pemikiran beliau tidak sekuler, dalam hal ini pemikiran beliau ag"k cenderung pada feminis liberal dan teori feminis yang meng,leu pada sosio biologi. Dimana beliau setuju adanya persamaan, tetapi tidak berarti antara laki-bki dan perempuan itu sama seeara utuh,tetapi ada suatu hal biologis yang tidak dapat dipungkiri bahwa antar Iaki-Iaki dan perempuan itu terdapat perbedan.
Dalam hal ini beliau jug" mengkomparasikan teori-teori umumyang ada tadi dengan penyclarasan terhadap teks-teks al-Qur'an agar tidak terlepas dari segi ag'lma. Dari sekian banyak gerakan gender yang digembar-gemborkan itu, sering menjadi interpretasi neg"tif dikalangan masyarakat, sebab mayoritas masyarakat mengangg"p hal tersebut datang dari barat, dan itu merupaka pikiran barat yang tidak sesuai deng"n ag,lma, maka pada kescmpatan ini Nasanl(lin mcneoba deng,Ul peng,lruh Qur'an untuk
meng'ltlalisa teori-teori gender tadi.
Pada kesempatan ini, di Bab ini pula penulis akan memaparkan tentang sosialisasi kesetaraan gender beliau melalui media dak wah yang antara lain sebagai berikut:
A. Melalui Media Elektronik
1. Di Radio
a). Pada kesempatan ini, bcliau menjadi pembicara pada radio FM Moeslim
;1t-Tahiriyah Jakarta, di minggu kedua bulan April 2001 dengan presenter Elvi Eudria:'
45
Dan jawaban dari Nasarudin terhadap pertanyaan yang kedua adalah POStSt
kesetaraan dalm qur'an jtu adalah setara dalaln posisi salna-sam asebagai
hamba)sama-sam diperkenankan menjacli kholifah, sama-sama mencari pahala yang scbaik-baiknya,sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang sama, salkan tidak mebvati ketentuan-kctcntuan yang ada.
Sedangakan Allah berfirman c1alam surat A-Taubah ayat 61 yang bebunyi :
Artinya: HOral/g·ora!lg IIIl1klllilJiakz'.lakiJlul/pm} perelllpJltlJl sa/II del/gallyallg Laillsa/illglIIe/gadipell%llg.JI
jadi jclns bahwn, laki-Iaki harus bisa tncnjadi pcnolong bagi peretnpuan dalam hal
membcrikan kebebasan mengerjakan sesuatu yang positif.
b). Pada Sabtu,Mings'U kedua November 2001, beli"u mengudara lagi pada Radio
pesona FM dan presenterWisnu. Dengan tema: "Kepemimpinan pcrempuan dalam Islam, kepemimpinan ratu Balqis".
Pada kesempatan ini beliau menganalogikan kepemimpinan perempuan itu, pada masa kepemimpinan ratu Dalqis, dimana menurut Nasarudin Umar menjelaskan bahwa
Ratu Balqis adaIah seorang ratu yang sangat demokratis ,selalu dalam mengambil keputusan itu dengan cara musyawarah kepada pembesamya,dan pada masa itu ratu balqis memang betul-betul dikagumi, karena Rntu Balqis juga memberikan hak-hak politik terhadap bum perempuan.
maksudnya adalah jika itu untuk kemashlahatan umat, serta memiliki kemamapuar intelektualitas yang tinggi,serta berbuat kebaikan dan meneegah dari yang munkar.
Lalu pada tema ini terdapat dua orang penelpon satu dian tara kedua penelpon itu tidak sepakat karena menurutnya wanita bagaimanapun tidak diwajibkan jadi pemimpinkarena wanita bisa jadi pemimpin ketika itu dikehendaki oleh umat,dan tdak ada lagi laki-Iaki yang dianggap mampu memimpin negara,sedangkan ayat yang diutarakan yaitu surat al-Baqarah ayat 30, itu adalah ayat yang dalam bentuk umum bukan khusus ayat ten tang perempuan, sedangkan pertanyaan dari penelpon lain adalah dari ayat 30 sural AI-Baqarah tadi, mohon penjclasan ayat tersebut apakah benar-benar menunjukan atau bisa memperkuat daB perempuan bisa jadi pemimpin.
Penanya tersebut adalah bapak Ahmad dari Kebon Jeruk, dan bapak Sofyan dari
Pluit, lalu akhirnya Nasarudin menjawab pertanyaan itu sebagai berikut: patla dasa1'l1ya
ayat tersebut itu menunjukan antara laki-laki dan perempuan itu sarna-sarna bisa jadi khalifah, di samping itu sebagaimana yang tadi sudah diterangkan, asalkan kesernuanya itu tidak menyimpang dari al-Qur'an dan Hadits, terlebih lagi dia harus menganut konsepersamaan, konsep keadilan serta konsep pembebasan dan tidak menindas. Terna ini membahas tcntang tulisannya di media cctak tcntang ratu Bakjis, terdapat pada lampiran II
2. Di Televisi
48
"Kenyataan yang diperankan ratu Balqis dan isyarat persarnaan hak-hak politik
antara laki-Iaki dan perempuan, lebih otentik dan lebih serasi dengan visi dan misi
al-Qur'an daripada pemahaman keagamaan yang cenderung atau tegas-teg<ls
memojokkan kaum perempuan. Agak riskan,yakni semakin menancapkan anggapan
di alam bawah sadar masyarakat bahwa perempuan tidak layak disetarakan dengan
kaum laki-Iaki. Ini hambatan membiarkan pemaharnan agama yang keliru di dalam
masyarakat untuk melanggengkan patriarkhi."2 Sebagaimana yang terlampir pada
lampiran III
4. Melalui Seminar/Mimbar
Dalam hal ini beliall membahas masalah ten tang refonnlllasi tafsir berwawasan
gender, pada aeara semiloka PKlvITHI, di Pusdiklat, Depag RI pada 23 April 2002.
Pada kesempatan ini bcliau menerangkan tentang sebenarnya metode IJfsir itu
ada dua macam, ada metode tahi/J,dan ada metode mal/dll/'i, karena yang dominan
penafsiran di masa lalu itu adala metode tahil/J, karena pada dasarnya dalam metode TafJi/J
itu dalam menangg,lpi suatu maslah para ulama hanya mclihat pada konteks yang sudah
ada saja, tidak diurutkan terlebih dahulu teks-teks yang berkenaan dengan msalah
tersebut.
Secbngkan metode tafsir !lIlil/dll/" tidak seperti itu para ulama ini, dalam
menang,lr1i suatu permasalahan terlebih dahulu mengurutkan teks-Ieks al-Qur'an y,lIlg
berkenaan dengan masalah tersebut, dan dig<tbungkan dalam satu topik yng pada
akhirnya diambil kesimpulan yang menycluruh ten tang tema tersebut.
Pada keser.1patan ini penulis hanya mencatat seorang penanya dengan pertanyaan sebagai berikut, kenapa metode tafsir JJJlld!"tlebih moderat dari pada metodetahi!t? Jawabannya adalah karena metode Maudlu'i ini tidak banyak mengintrodusir budaya Timur Tcngah yang ccnderung memposisikan laki-laki lebih dominan dari pada percmpuan.
Pada bab ini penulis hanya menguraikan ウ・「セ^ゥ。ョ tema,sosialisasi Nasarudin Umar melalui medianya, karcna pada dasarnya penulis hanya ingin tahu bagaimana Nasarudin Umar mensosialisasikan pemikiran tenting gendcrnya.
Masih banyak lagi karya-karyanya, dalam proses sosialisasinya tidak gampang,
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membicarakan sebuah ilmu pcngetahuan apalagi ten tang disiplin ilmu tidak pernah bcrhenti sepanjang terus didorong oleh semang'lt pcnerus disiplin itu sendiri terlebih mcmbiearakan tokoh yang tidak pcrnah berhenti dari zaman kc zaman. Apalagi berbentuk penafsiran yang tidak pernah lenyap dari wawasan al-Qur'an yang luas. Sama halnya deng'll1 berbieara ten tang gender dan kesetaraannya dimana orang pada dasrnya lcbih banyak yang tidak mengerti akan pemaknaan arti kata gender itu sendiri, sehingg,l
setiap oarang tersebut mcmaknakannya secara individu dan tak pernah menemukan persamaan, terlebih lagi dari budaya bangsa kita ilu sendiri yang masih kent'll hudaya patriarkhi yang lebih lama hadir d,Ul memhcntuk pola kehidupan masyarakat kita.
Oleh karena itu lewat pemikiran Nasaruddin Umar, penulis lebih mendekatkan permasalahan gender yaitu kembali pada penefsiran al-Qur'an dan al-l-JaeEts. Di samping pemahaman yang dilakukan Nasaruddin Iwat media untuk menwsialisasikannya kepada
khalayak umat.
Sosialisasi yang dilakukan oleh Nasarudin lewat heherapa media itu memang
merupakan alternatif haik, sehinggn scluruh lapisan ma,yarakat dapat mengetahui juga ten tang semua masalah yang bcrkcnaan dcngan kesctaraan gender itu sendiri.
Misalnya saja sosialisasi yang dilakukan melalui beberapa stasiun Radio, TV serta seminar-seminar, dan koran ataupun media eetak lainnya yaitu merupakan jalan yang efektif untuk menyiarkan dakwahnya kepada masyarakat.
Dokumen terkait