STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN
TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI PLN RANTING LUBUK PAKAM
O
L
E
H
JULIANA SITEPU NIM : 04 0402 044
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI PLN RANTING LUBUK PAKAM. Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan merupakan salah
satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana pada Departemen Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak menerima bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman S. Baafai, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan tugas akhir ini
2. Bapak Ir. Tarmizi Kasim, MSc, Ketua Jurusan Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Ir. Rahmad fauzi, MT, Sekretaris Jurusan Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Ir. Rahman Hasibuan, Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
5. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai Program Studi Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara
6. Orangtua Penulis, yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil
kepada penulis
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penulisan ini. Akhir kata,
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
Medan, Maret 2011
Penulis,
ABSTRAK
Ketidakseimbangan baban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu
terjadi dan penyebab ketidakseimbangan itu adalah pada beban-beban satu fasa pada
pelanggan jaringan tegangan rendah.
Akibat dari ketidakseimbangan beban tersebut adalah munculnya arus di netral
trafo. Arus yang mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya losses
(rugi-rugi), yaitu losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo dan losses
akibat arus netral yang mengalir ke tanah.
Secara teori, dapat disimpulkan bahwa bila terjadi ketidakseimbangan beban
yang besar, maka arus netral yang muncul juga semakin besar, akibatnya losses yang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Metode Penulisan ... 2
1.5 Sistematika Penulisan... 3
BAB II TEORI DASAR 2.1 Jaringan Distribusi ... 4
2.1.1 Distribusi Primer ... 4
2.1.2 Distribusi Sekunder ... 9
2.2 Transformator ... 10
2. 2. 1 Prinsip Kerja Transformator... 10
2. 2. 2 Jenis Transformator ... 11
2. 2. 3 Hubungan Lilitan Transformator ... 12
2. 2. 4 Kelompok Hubungan Transformator ... 14
2. 2. 5 Rugi-rugi dan Efisiensi Transformator ... 16
2. 2. 6 Efisiensi Transformator ... 17
2. 3 Transformator Distribusi ... 18
2. 3. 1 Perhitungan Arus Beban Penuh dan Arus Hubung Singkat ... 18
2. 3. 2 Losses Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral transformator ... 19
2. 4 Ketidakseimbangan Beban ... 20
2. 4. 1 Pengertian Beban Tidak Seimbang ... 20
2. 4. 2 Penyaluran dan Susut Daya pada Keadaan Arus Seimbang ... 21
2. 5 Faktor Daya ... 23
2. 6 Listrik Arus Bolak-balik 3 Fasa ... 24
2. 6. 1 Pengertian ... 24
2. 6. 2 Listrik Arus Bolak-balik 3 Fasa ... 24
2. 7 Tegangan dan Arus ... 24
2. 7. 1 Hubungan Bintang ... 24
2. 7. 2 Hubungan Delta ... 25
2. 8 Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Bintang ... 25
2. 9 Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Segitiga ... 26
BAB III SISTEM PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN DATA 3. 1 Data Teknis Alat Ukur ... 28
3. 1. 1 Pengukuran Beban di Gardu Distribusi ... 29
3. 2 Data Teknis Trafo Distribusi ... 30
3. 3 Data Pembebanan Trafo Distribusi... 31
3. 3. 1 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan – L. Pakam SP. DLLAJ ... 31
3. 3. 2 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis ... 33
3. 3. 3 Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan... 36
3. 3. 4 Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu ... 38
3. 4 Foto-foto Pengukuran ... 41
BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN ... 43
4. 1 Analisa Pembebanan Trafo Distribusi ... 45
4. 1. 1 Menentukan Persentase Pembebanan Trafo ... 45
4. 2 Analisa Ketidakseimbangan Beban pada Trafo Distribusi ... 49
4. 2. 1 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan – L. Pakam SP. DLLAJ ... 49
4. 2. 2 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis ... 50
4. 2. 3 Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan... 51
4. 2. 4 Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu ... 52
4. 3 Analisa Losses Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral Trafo dan Losses Akibat Arus Netral yang Mengalir ke Tanah ... 54
4. 3. 1 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan – L. Pakam SP. DLLAJ ... 54
4. 3. 2 Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis ... 56
4. 3. 4 Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan ... 63
5. 2 Saran ... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Sistem Tenaga Listrik ... 5
Gambar 2. 2 Skema Saluran Sistem Radial ... 5
Gambar 2. 3 Penggunaan Saluran Alternatif dengan Saklar Pindah ... 6
Gambar2.4 Skema Rangkaian Loop Terbuka ... 7
Gambar 2.5 Skema Rangkaian Loop Tertutup ... 7
Gambar 2.6 Skema Sistem Jaringan Primer ... 8
Gambar 2.7 Skema Prinsip Sistem Spindel ... 9
Gambar 2.8 Jenis Transformator Menurut Konstruksinya ... 10
Gambar 2.9 Rangkaian Hubungan Bintang ... 13
Gambar 2.10 Rangkaian Hubungan Delta ... 13
Gambar 2.11 Rangkaian Hubungan Zig-Zag ... 14
Gambar 2.12 Kelompok Hubungan Dy11 ... 15
Gambar 2.13 Kelompok Hubungan Menurut VDE 0532 ... 16
Gambar 2.14 Diagram Rugi-Rugi Pada Transformator ... 18
Gambar 2.15 Beberapa Macam Trafo Distribusi Tipe Kutub ... 19
Gambar 2.16 Vektor Diagram Arus ... 20
Gambar 2.17 Diagram Fasor Tegangan Saluran Daya Model Fasa Tunggal ... 21
Gambar 2.18 Segitiga Daya ... 23
Gambar 2.19 Diagram Hubungan Bintang ... 24
Gambar 2.20 Digram Hubungan Delta ... 25
Gambar 2.21 Diagram Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Bintang ... 25
Gambar 2.22 Diagram Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Segitiga... 26
Gambar 3.1 Rangkaian Pengukuran Tahanan Pembumian Netral Trafo ... 29
Gambar 3.2 Diagram Pengawatan Pengukuran Beban dan Tegangan Gardu Distribusi .... 29
Gambar 3.3 Single Line Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan-L.Pakam SP.DLLAJ ... 31
Gambar 3.4 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan- L.Pakam SP.DLLAJ pada Siang Hari ... 32
Gambar 3. 5 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Medan- L.Pakam SP.DLLAJ pada Malam Hari ... 33
Gambar 3. 7 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 250 kVA di Jl.
Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat pada Siang Hari ... 35
Gambar 3. 8 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 250 kVA di Jl. Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat pada Malam Hari ... 35
Gambar 3. 9 Single Line Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan ... 36
Gambar 3. 10 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan pada Siang Hari ... 37
Gambar 3. 11 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 100 kVA di Jl. Pendidikan pada Malam Hari ... 38
Gambar 3. 12 Single Line Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu ... 38
Gambar 3. 13 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu pada Siang Hari... 40
Gambar 3. 14 Skema Aliran Arus di Sisi Sekunder Trafo Distribusi 200 kVA di Jl. Bakaran Batu pada Malam Hari ... 41
Gambar 3. 15 Trafo Distribusi 250 kVA ... 41
Gambar 3. 16 Panel Trafo Distribusi 250 kVA ... 41
Gambar 3. 17 Pengukuran di Panel Trafo Distribusi 250 kVA ... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data Spesifikasi Transformator ... 30
Tabel 3. 2 Hasil Pengukuran Arus pada Siang Hari dan Malam Hari di Jl. Medan- L.Pakam SP.DLLAJ ... 31
Tabel 3. 3 Hasil Pengukuran Arus pada Siang Hari dan Malam Hari di Jl. Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat ... 34
Tabel 3. 4 Hasil Pengukuran Arus pada Siang Hari dan Malam Hari di Jl. Pendidikan ... 36
Tabel 3. 5 Hasil Pengukuran Arus pada Siang Hari dan Malam Hari di Jl. Bakaran Batu ... 39
Tabel 4. 1 Persentase Pembebanan Trafo Distribusi ... 48
Tabel 4. 2 Ketidakseimbangan Beban Trafo Distribusi ... 53
ABSTRAK
Ketidakseimbangan baban pada suatu sistem distribusi tenaga listrik selalu
terjadi dan penyebab ketidakseimbangan itu adalah pada beban-beban satu fasa pada
pelanggan jaringan tegangan rendah.
Akibat dari ketidakseimbangan beban tersebut adalah munculnya arus di netral
trafo. Arus yang mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya losses
(rugi-rugi), yaitu losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo dan losses
akibat arus netral yang mengalir ke tanah.
Secara teori, dapat disimpulkan bahwa bila terjadi ketidakseimbangan beban
yang besar, maka arus netral yang muncul juga semakin besar, akibatnya losses yang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pertumbuhan listrik di suatu negara adalah dua kali pertumbuhan
ekonominya.Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, maka daya beli
masyarakat juga meningkat.Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan
pembangunan di segala bidang. Salah satunya adalah pembangunan di sektor
industri. Hal ini merupakan langkah penting yang harus ditempuh dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas yang telah kita hadapi.
Dalam era globalisasi ini, bangsa Indonesia dituntut untuk dapat bersaing
dengan bangsa lain, termasuk bersaing dalam bidang industri yang pada
akhirnya akan berdampak pada peningkatan devisa negara. Peningkatan di
sektor industri ini menuntut adanya kesiapan sumber daya yang memadai, baik
dari teknologi ataupun sumber daya alam, sehingga pembangunan dapat
berjalan dengan baik tanpa mengalami hambatan yang berarti.
Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan, maka dituntut adanya
sarana dan prasarana yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan
tersebut. Salah satu sarananya adalah dengan adanya penyediaan tenaga listrik.
Saat ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang utama, baik untuk kebutuhan
sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri. Hal ini disebabkan karena
tenaga listrik mudah untuk ditransportasikan dan dikonversikan ke dalam
bentuk tenaga yang lain. Penyediaan tenaga listrik yang stabil dan kontinu
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam memenuhi kebutuhan
tenaga listrik di sektor industri.
Perkembangan pembangunan di segala bidang menuntut PLN agar
dapat menyediakan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan konsumen. Namun
dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut terjadi pembagian
beban-beban yang tidak merata sehingga menimbulkan suatu ketidakseimbangan
beban yang dampaknya dapat merugikan PLN. Agar terjadi penyuplaian
tenaga listrik secara seimbang meskipun hal tersebut tidak mudah dilakukan ,
tetapi demi kestabilan dan kontinuitas penyuplaian tenaga listrik ke konsumen
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mempelajari dan
memahami tentang pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap arus netral
dan losses pada trafo distribusi.
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah mengetahui tentang losses
dan ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa yang menyebabkan
mengalirnya arus netral pada trafo distribusi, sehingga dapat di
1.3Batasan Masalah
Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan
serta terfokus pada judul dan bidang yang telah disebutkan di atas, maka
penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, yaitu :
1. Hanya membahas tentang studi data pengukuran pembebanan trafo
distribusi
2. Mempelajari tentang ketidakseimbangan beban trafo distribusi
3. Mempelajari tentang arus netral dan losses pada trafo distribusi
4. Menganalisa pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap arus netral dan
losses pada trafo distribusi
1.4Metode Penulisan
Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan beberapa
metode studi diantaranya :
1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan
topik tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh
penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet
dan lain-lain
2. Studi lapangan yaitu dengan melaksanakan percobaan di PLN Ranting
Lubuk Pakam
3. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir
ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak departemen
Listrik, asisten Laboratorium Sistem Tenaga, dan teman-teman sesama
mahasiswa.
1.5Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan,
metode dan sistematika penulisan.
BAB II TEORI DASAR
Bab ini berisi mengenai teori tentang jaringan distribusi, trafo
distribusi, dan ketidakseimbangan beban.
BAB III PENGUMPULAN DATA
Pada bab ini berisi mengenai data teknis alat ukur yang digunakan,
data teknis trafo distribusi, data pengukuran pembebanan trafo
distribusi pada siang dan malam hari.
BAB IVANALISA DATA
Bab ini berisi tentang analisa pembebanan pada trafo distribusi,
analisa ketidakseimbangan beban pada trafo distribusi dan analisa
losses sebagai akibat dari arus netral pada penghantar netral trafo dan
juga losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penyusunan
BAB II TEORI DASAR
2.1 Jaringan Distribusi
Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap
mengandung empat unsur. Pertama, adanya suatu unsur pembangkit tenaga
listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh pusat tenaga listrik ini biasanya merupakan
tegangan menengah. Kedua, suatu sistem transmisi, lengkap dengan gardu induk.
Karena jaraknya yang biasanya jauh, maka diperlukan penggunaan Tegangan
Tinggi (TT) dan/atau Tegangan Ekstra Tinggi (TET). Ketiga, adanya saluran
distribusi, yang biasanya terdiri atas saluran distribusi primer dengan Tegangan
Menengah (TM) dan saluran distribusi sekunder dengan Tegangan Rendah (TR).
Keempat, adanya unsur pemakaian atau utilisasi, yang terdiri atas instalasi
pemakaian tenaga listrik. Instalasi rumah tangga biasanya memakai tegangan
rendah, sedangkan pemakai besar seperti industri menggunakan tegangan
menengah atau tegangan tinggi. Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem
tenaga listrik. Perlu dikemukakan bahwa suatu sistem dapat terdiri atas beberapa
subsistem yang saling berhubungan, atau yang biasa disebut sebagai sistem
terinterkoneksi.
Sebagaimana diketahui, pada sistem distribusi terdapat dua bagian,
yaitu distribusi primer, yang menggunakan tegangan menengah, dan distribusi
sekunder, yang menggunakan tegangan rendah.
2.1.1 Distribusi Primer
Pada distribusi primer terdapat tiga jenis sistem, yaitu (i) sistem radial,
(ii) sistem lup (loop), dan (iii) sistem jaringan primer.
2.1.1.1 Sistem Radial
Sistem radial adalah sistem yang paling sederhana dan paling banyak
dipakai, terdiri atas saluran (feeders) atau rangkaian tersendiri yang seolah-olah
keluar dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial. Fider itu terdiri atas
suatu bagian utama dari saluran samping atau literal lain bersumber dan
dihubungkan dengan transformator distribusi sebagaimana terlihat pada Gambar
2.2. Saluran samping sering disambung pada fider dengan sekring (fuse). Dengan
fider. Pemasok pada rumah sakit atau pemakai vital lain tidak boleh mengalami
gangguan yang berlangsung lama. Dalam hal demikian, satu fider tambahan
disediakan, yang menyediakan suatu sumber penyedia energi alternatif. Hal ini
dilakukan dengan suatu saklar pindah, seperti terlihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik
Catatan :
PTL : Pembangkit Tenaga Listrik
GI : Gardu Induk
TT : Tegangan Tinggi
TET : Tegangan Ekstra Tinggi
TM : Tegangan Menengah
GD : Gardu Distribusi
TR : Tegangan Rendah
Gambar 2.3 Penggunaan Saluran Alternatif dengan
Saklar Pindah
2.1.1.2 Sistem Lup
Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan
gangguan adalah dengan mendesain fider sebagai lup (loop) dengan menyambung
kedua ujung saluran. Hal ini mengakibatkan suatu pemakai dapat memperoleh
pasokan energi dari dua arah. Jika pasokan dari salah satu arah terganggu,
pemakai tu akan disambung pada pasokan arah lainnya. Kapasitas cadangan yang
cukup besar harus tersedia pada tiap fider. Sistem lup dapat dioperasikan secara
terbuka ataupun tertutup.
Pada sistem lup terbuka, bagian-bagian fider tersambung melalui alat
pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider, alat pemisah sengaja dibiarkan
dalam keadaan terbuka. Pada dasarnya sistem ini terdiri dari dua fider yang
dipisahkan oleh suatu pemisah yang dapat berupa sekring (Gambar 2.4). Bila
terjadi gangguang, bagian saluran dari fider yang terganggu dapat dilepas dan
menyambungnya pada fider yang tidak terganggu. Sistem demikian biasanya
dioperasikan secara manual dan dipakai pada jaringan-jaringan yang relatif kecil.
Pada sistem lup tertutup (Gambar2.5) diperoleh suatu tingkat
keandalan yang lebih tinggi. Pada sistem ini alat-alat pemisah biasanya berupa
saklar daya yang lebih mahal. Saklar-saklar daya itu digerakkan oleh relay yang
membuka saklar daya pada tiap ujung dari bagian saluran yang terganggu,
sehingga bagian fider yang tersisa tetap berada dalam keadaan berenergi.
menghubungkan semua saklar daya. Kawat pilot ini cukup mahal untuk dipasang
dan dioperasikan. Kadang-kadang rangkaian telepon yang disewa dapat dipakai
sebagai pengganti kawat pilot.
Catatan :
SD1 : Saklar Daya, normaly closed SD2 : Saklar Daya, normaly open
Gambar 2.4 Skema Rangkaian Lup Terbuka
Gambar 2.5 Skema Rangkaian Lup Tertutup 2.1.1.3 Sistem Jaringan Primer
Walaupun beberapa studi memberi indikasi bahwa pada
kondisi-kondisi tertentu sistem jaringan primer lebih murah dan lebih andal daripada sistem
radial, namun secara relatif tidak banyak sistem jaringan primer yang kini
dioperasikan. Sistem ini terbentuk dengan menyambung saluran-saluran utama
atau fider yang terdapat pada sistem radial sehingga menjadi suatu kisi-kisi atau
jaringan (Gambar 2.6). Kisi-kisi ini diisi dari beberapa sumber atau gardu induk.
Sebuah saklar daya antara transformator dan jaringan yang dikendalikan oleh
relay-relay arus balik (reverse current relay) dan relay-relay penutupan kembali
arus-arus gangguan bila hal ini terjadi pada sisi pengisian dari gardu induk.
Bagian-bagian jaringan yang terganggu akan dipisahkan oleh saklar daya dan sekring.
2.1.1.4 Sistem Spindel
Terutama di kota yang besar, terdapat suatu jenis gardu tertentu yang
tidak terdapat transformator daya. Gardu demikian diinamakan Gardu Hubung
(GH). GH pada umumnya menghubungkan dua atau lebih bagian jaringan primer
kota itu. Dapat pula terjadi bahwa pada suatu GH terdapat sebuah transformator
pengatur tegangan. Karena besar kota itu, kabel-kabel Tegangan Menengah (TM)
mengalami turun tegangan. Tegangan yang agak rendah ini dinaikkan kembali
dengan bantuan transformator pengatur tegangan. Dapat juga terjadi bahwa pada
GH ditumpangi sebuah Gardu Distribusi (GD). Gambar 2.7 merupakan skema
prinsip dari sistem spindel.
Catatan :
GI : Gardu Induk
GD : Gardu Distribusi
SD : Saklar Daya
Catatan :
GI : Gardu Induk
GH : Gardu Hubung
GD : Gardu Distribusi
S : Saklar
A : Pengisi khusus tanpa beban GD B : Pengisi biasa dengan beban GD
Gambar 2.7 Skema Prinsip Sistem Spindel 2.1.2 Distribusi Sekunder
Distribusi sekunder menggunakan tegangan rendah. Seperti halnya
distribusi primer, terdapat pula pertimbangan-pertimbangan perihal keandalan
pelayanan dan regulasi tegangan. Sistem sekunder dapat terdiri atas empat jenis
umum, yaitu :
a. Sebuah transformator tersendiri untuk tiap pemakai
b. Penggunaan satu transformator dengan saluran tegangan rendah untuk
sejumlah pemakai
c. Penggunaan satu saluran tegangan rendah yang tersambung pada beberapa
transformator secara paralel. Sejumlah pemakai dilayani dari saluran
tegangan rendah ini. Transformator-transformator diisi dari satu sumber
energi. Hal ini disebut banking sekunder transformator
d. Suatu jaringan tegangan rendah yang agak besar diisi oleh beberapa
transformator, yang pada akhirnya diisi oleh dua sumber energi atau lebih.
besar. Hal ini dikenal sebagai jaringan sekunder atau jaringan tegangan
rendah.
2.2 Transformator
Transformator (trafo) merupakan suatu alat magnetoelektrik yang
sederhana, handal, dan efisien untuk mengubah tegangan arus bolak-balik dari
satu tingkat ke tingkat yang lain. Pada umumnya terdiri atas sebuah inti yang
terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan
kumparan skunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah
lilitan pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga
yang dibelit seputar ‘kaki’ inti transformator. Secara umum dapat dibedakan dua
jenis transformator menurut konstruksinya, yaitu tipe inti dan tipe cangkang. Pada
tipe inti terdapat dua kaki, dan masing-masing kaki dibelit oleh satu kumparan.
Sedangkan tipe cangkang mempunyai tiga buah kaki, dan hanya kaki yang
tengah-tengah dibelit oleh kedua kumparan. Kedua kumparan dalam tipe
cangkang ini tidak tergabung secara elektrik, melainkan saling tergabung secara
magnetik melalui inti. Bagian datar dari inti dinamakan ‘pemikul’.
Gambar 2.8 Jenis Transformator Menurut Konstruksinya 2.2.1 Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan
hukum Faraday, yaitu : arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan
sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik.
Jika salah satu kumparan pada trafo diberi arus bolak-balik, maka
terjadi induksi. Kumparan sekunder menerima garis gaya magnet dari kumparan
primer yang jumlahnya juga berubah-ubah. Maka pada kumparan sekunder akan
timbul induksi juga, akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan. Jumlah
garis gaya (φ) yang masuk kumparan sekunder akan sama dengan jumlah aris
gaya (φ) yang keluar dari kumparan primer.
dt d N
e1=− 1 φ dan
dt d N e2 =− 2 φ
dt d N dt d N
e e
φ φ
2 1
2 1
− −
= atau
2 1
2 1
N N E E
=
Dimana :
e1 : GGL induksi sesaat pada sisi primer
e2 : GGL induksi sesaat pada sisi skunder
E1 : GGL induksi pada sisi primer (Volt) efektif
E2 : GGL induksi pada sisi skunder (Volt) efektif
N1 : Jumlah lilitan kumparan primer
N2 : Jumlah lilitan kumparan skunder
Berdasarkan hukum kekekalan energi, maka bila dianggap tidak ada kerugian
daya yang hilang, daya yang dilepas oleh primer sama dengan daya yang diterima
oleh sekunder.
2 2 1
1 I E I
E ⋅ = ⋅
1 2
2 1
E E I I
= karena
2 1
2 1
N N E E
= maka :
1 2
2 1
N N I I
= atau
2 2 1
1 I N I
N ⋅ = ⋅
Jadi GGL induksi di masing-masing kumparan berbanding lurus dengan jumlah
lilitan. Kuat arus di masing-masing kumparan berbanding dengan jumlah lilitan.
2.2.2 Jenis Transformator
Menurut pasangan lilitanya, trafo dibedakan atas :
Pada trafo 1 belitan, lilitan primer merupakan bagian dari lilitan sekunder
atau sebaliknya, trafo 1 belitan ini lebih dikenal sebagai autotrafo
b. Trafo 2 belitan
Trafo 2 belitan mempunyai 2 belitan, yaitu sisi tegangan tinggi dan sisi
tegangan rendah, dimana primer dan sekunder berdiri sendiri
c. Trafo 3 belitan
Padatrafo 3 belitan mempunyai belitan primer, sekunder, dan tertier,
masing-masing berdiri sendiri pada tegangan yang berbeda.
Menurut fungsinya, transformator dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Transformator Daya
b. Transformator Distribusi
c. Transformator Pengukuran
Sedangkan menurut jumlah fasanya dibedakan menjadi trafo 1 fasa dan trafo 3
fasa.
2.2.3 Hubungan Lilitan Transformator
Secara umum dikenal tiga macam hubungan lilitan untuk sebuah
transformator tiga fasa, yaitu: hubungan bintang, hubungan delta, dan hubungan
zig-zag.
2.2.3.1 Hubungan Bintang (Y)
Arus transformator 3 fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara
bintang yaitu IA, IB, danIC masing-masing berbeda fasa 120°.
Gambar 2.9(a) Rangkaian hubungan bintang dan (b) Diagram fasor rangkaian
Untuk beban yang seimbang :
0
= + +
= A B C
N I I I
I
CN AN BN AN
AB V V V V
V = + = −
CN BN
BC V V
V = −
AN CN
CA V V
V = −
Dari vektordiagram pada Gambar 2.9 (b) diketahui bahwa untuk hubungan
bintang berlaku :
AN
AB V
V = 3 atau VL = 3VP
L
P I
I =
Jadi besarnya daya pada hubungan bintang (VA) :
=3VPIP
=3(VL/ 3)IL
= 3VLIL ………..(2.1)
2.2.3.2 Hubungan Delta (∆)
Tegangan transformator 3 fasa dengan kumparan yang dihubungkan
secara delta, yaitu VAB, VBC, dan VCA masing-masing berbeda 120°
0
= +
+ BC CA
AB V V
V
Gambar 2.10 (a) Rangkaian hubungan delta dan (b) Diagram fasor rangkaian
hubungan delta
Untuk beban yang seimbang :
CA AB
A I I
AB BC
B I I
I = −
BC CA
C I I
I = −
Dari vektor diagram pada Gambar 2.10 (b) diketahui arus IA(arus jala-jala) adalah
AB
I
×
3 (arus fasa). Tegangan jala-jala dalam hubungan delta sama dengan
tegangan fasanya.
Besarnya daya pada hubungan delta (VA) =3VPIP
=3(VL/ 3)IL
= 3VLIL ………..(2.2)
2.2.3.3 Hubungan Zig-zag
Pada hubungan zig-zag, di mana masing-masing lilitan 3 fasa pada sisi
tegangan rendah, dibagi menjadi 2 bagian dan masing-masing dihubungkan pada
kaki yang berlainan. Hubungan zig-zag dapat digambarkan seperti terlihat pada
Gambar 2.11.
Hubungan silang atau zig-zag digunakan untuk keperluan khusus
seperti pada transformator distribusi dan transformator converter.
Gambar 2.11(a)Rangkaian Hubungan Zig-zag dan (b) Diagram vektor hubungan
zig-zag
2.2.4 Kelompok Hubungan
Vektor tegangan primer dan sekunder suatu transformator dapat dibuat
searah atau berlawanan dengan mengubah cara melilit kumparan. Untuk
transformator 3 fasa, arah tegangan akan menimbulkan perbedaan fasa. Arah dan
besar fasa tersebut mengakibatkan adanya berbagai kelompok hubungan pada
Dalam menentukan kelompok hubungan diambil beberapa pedoman
sebagai berikut :
a. Notasi untuk hubungan delta, bintang, dan hubungan zig-zag, masing-masing
adalah D, Y, dan Z untuk sisi tegangan tinggi, sedangkan d, y, dan z untuk sisi
tegangan rendah
b. Untuk urutan fasa dipakai notasi U, V, dan W untuk tegangan tinggi, dan u, v,
dan w sebagai tegangan rendah
c. Angka jam menyatakan bagaimana letak sisi kumparan tegangan tinggi
terhadap sisi tegangan rendah
d. Jarum jam panjang selalu dibuat menunjuk angka 12 dan dibuat berhimpit
(dicocokkan) dengan vektor fasa VL tegangan tinggi line to line
e. Bergantung dari perbedaan fasanya, vektor fasa tegangan rendah (u, v, w)
dapat dilukiskan ; letak vektor fasa v1 tegangan rendah line to line
menunjukkan arah jarum jam pendek
f. Sudut antara jarumjam panjang dan pendek adalah pergeseran antara vektor
fasa V dan v.
Sedangkan kelompok hubungan tansformator yang lazim digunakan sesuai
dengan normalisasi pabrik seperti yang terlihat pada Gambar 2.13 (VDE 0532)
adalah :
• Angka jam 0 atau grup A, kelompok hubungan Dd0, Yy0, Dz0
• Angka jam 6 atau grup B, kelompok hubungan Dd6, Yy6, Dz6
• Angka jam 5 atau grup C, kelompok hubungan Dy5, Yd5, Yz5
• Angka jam 11 atau grup D, kelompok hubungan Dy11, Yd11, Yz11
Dengan melihat contoh pada Gambar 2.12 dan memperhatikan pedoman yang
telah diberikan di atas, dapat diketahui bahwa perbedaan fasa pada transformator
Gambar 2.12 Kelompok Hubungan Dy11
Gambar 2.13 Kelompok Hubungan Menurut VDE 0532 2.2.5 Rugi-rugi dan Efisiensi Transformator
Rugi-rugi pada transformator ada 2 macam, yaitu rugi tembaga (PCu).
2.2.5.1 Rugi Tembaga (PCu)
Rugi tembaga adalah rugi yang disebabkan oleh arus beban yang mengalir pada
kawat tembaga. Besarnya adalah :
R I
PCu = 2⋅ ………..(2.3)
Dimana :
PCu : rugi tembaga (Watt)
I : arus beban yang mengalir pada kawat tembaga (Ampere)
R : tahanan kawat tembaga (Ω)
Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak tetap tergantung pada
beban.
2.2.5.2 Rugi Besi (Pi) Rugi besi terdiri atas :
a. Rugi histeresis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-balik pada inti
besi. Besarnya rugi histeresis berbanding dengan luas histeresis loop, atau
dinyatakan sebagai berikut :
n m h
h K f B
P = ⋅ ⋅ ………..(2.4)
Dimana :
Ph : rugi histeresis (Watt)
Bm : fluks density maksimum (Tesla)
Kh : konstanta histeresis
f : frekuensi (Hz)
n : koefisien Steinmetz, di dapat dari data eksperimen
b. Rugi arus eddy (Pe), yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
m e
e K f B
P = 2⋅ 2⋅ ………..(2.5)
Dimana :
Pe : rugi arus eddy (Watt)
Ke : konstanta arus eddy
Jadi, rugi besi (rugi inti) Pi = Ph + Pe
2.2.6 Efisiensi (η)
Efisiensi dihitung dari perbandingan daya keluar (output) :
rugi keluar
daya
keluar daya masuk
daya keluar daya )
( efisiensi
Σ + =
=
masuk daya
rugi
1− Σ
=
Dengan Σrugi=PCu +Pi ………..(2.6)
Sumber Kumparan primer
Fluks bersama
Kumparan sekunder
Rugi besi: Histeris dan arus eddy Rugi fluks bocor
Rugi tembaga Rugi tembaga
Keluaran
Gambar 2.14 Diagram Rugi-rugi pada Transformator
2.3 Transformator Distribusi
Transformator distribusi merupakan salah satu alat yang memegang
peran penting dalam sistem distribusi. Trafo distribusi digunakan untuk
membagi/menyalurkan arus atau energi listrik dengan tegangan distribusi agar
jumlah energi yang tercecer dan hilang di perjalanan tidak terlalu banyak
Trafo distribusi dapat berfasa tunggal atau fasa tiga, dan ukurannya
berkisar dari kira-kira 5 – 500 kVA. Impedansi trafo distribusi ini pada umumnya
sangat rendah, berkisar dari 2% untuk unit-unit yang kurang dari 50 kVA sampai
dengan 4% untuk unit-unit yang lebih besar dari 100 kVA. Gambar 2.15
memperlihatkan beberapa macam trafo distribusi tipe kutub yang banyak
digunakan.
2.3.1Perhitungan Arus Beban Penuh dan Arus Hubung Singkat
Telah diketahui bahwa daya transformator distribusi ditinjau dari sisi
tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut :
I V
S = 3 ……….(2.7)
Dimana :
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi primer transformator (kV)
I : arus jala-jala (A)
Dengan demikian, untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat
V S
IFL
⋅ =
3 ………..(2.8)
Dimana :
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi sekunder transformator (kV)
Sedangkan untuk menghitung arus hubung singkat pada transformator
digunakan rumus :
V Z
S
ISC
⋅ ⋅ ⋅ =
3 %
100
………..(2.9)
Dimana :
ISC : arus hubung singkat (A)
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi sekunder transformator (kV)
%Z : persen impedansi transformator
Gambar 2.15 Beberapa Macam Trafo Distribusi Tipe Kutub
2.3.2 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya arus Netral pada Penghantar Netral Transformator
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada
sisi sekunder trafo (fasa R, S, dan T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang
mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi). Losses
N N
N I R
P = 2⋅ ………(2.10)
Dimana :
PN : losses pada penghantar netral trafo (Watt)
IN : arus yang mengalir pada netral trafo (A)
RN : tahanan penghantar netral trafo (Ω)
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke tanah
(ground) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
G G
G I R
P = 2⋅ ………(2.11)
Dimana :
PG : losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (Watt)
IG : arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG : tahanan pembumian netral trafo (Ω)
2.4 Ketidakseimbangan Beban
2.4.1 Pengertian tentang Beban Tidak Seimbang
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan
dimana :
• Ketiga vektor/tegangan sama besar
• Ketiga vektor saling membentuk sudut 120° satu sama lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan
dimana salah satu atau kedua syarat keadaan tidak seimbang tidak terpenuhi.
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 macam, yaitu :
1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120° satu sama lain
2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120° satu sama lain
3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120° satu sama
lain.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan vektor diagram arus pada
120o
120o 120o
IT
IS
IR
(a)
IR
IR + IT
IT
IS
(b)
IN
135o
105o
120o
Gambar 2.16(a) Vektor Diagram Arus dalam keadaan seimbang dan (b) Vektor
[image:31.595.141.473.69.222.2]diagram arus yang tidak seimbang
Gambar 2.16 (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di
sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR,IS,dan IT) adalah sama
dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada Gambar 2.16
(b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa
penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR,IS,dan IT) tidak sama dengan nol, sehingga
muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya tergantung dari
berapa besar faktor ketidakseimbangannya.
2.4.2 Penyaluran dan Susut Daya Pada Keadaan Arus Seimbang
Misalkan daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan
penghantar netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam
keadaan seimbang, maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut :
[ ] [ ]
cosϕ3⋅ ⋅ ⋅
= V I
P ………(2.12)
Dengan :
P : daya pada ujung kirim
V : tegangan pada ujung kirim
cosφ : faktor daya
Daya yang sampai pada ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi
penyusutan dalam saluran. Penyusutan daya ini dapat diterangkan dengan
menggunakan diagram fasor tegangan saluran model fasa tunggal seperti terlihat
V
V’cosφ’
V cosφ
φ φ’
[image:32.595.172.448.80.217.2]I V’ IR jIX
Gambar 2.17 Diagram Fasor Tegangan Saluran Daya Model Fasa Tunggal
Model ini dibuat dengan asumsi bahwa arus pemuatan kapasitif pada saluran
cukup kecil sehingga dapat diabaikan. Dengan demikian besarnya arus di ujung
kirim sama dengan arus di ujung terima. Apabila tegangan dan faktor daya pada
ujung terima berturut-turut adalah V’ dan cos φ’, daya pada ujung terima adalah :
[ ] [ ]
' cos '3
'= ⋅V ⋅ I ⋅ ϕ
P ………(2.13)
Selisish antara P pada persamaan (2.12) dan P’ pada persamaan (2.13)
memberikan susut daya saluran, yaitu :
' P P
Pl = −
[ ] [ ]
[
cos[ ]
' cos ']
3⋅ I ⋅ V ϕ− V ϕ
= ………(2.14)
Sementara itu gambar 2.17 memperlihatkan bahwa :
[ ]
[ ]
[
V cosϕ− V' cosϕ'] [ ]
= I ⋅RdenganR adalah tahanan kawat penghantar tiap fasa. Oleh karena itu persamaan
(2.14) berubah menjadi :
R I
Pl =3⋅[ ]2⋅ ………(2.15)
2.4.3 Penyaluran dan Susut Daya pada Keadaan Arus Tak Seimbang
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada
keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan
tak seimbang besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b, dan
c sebagai berikut :
] [ ]
[IR =a I
] [ ]
] [ ]
[IT =c I
denganIR, IS, danIT berturut-turut adalah arus di fasa R, S, dan T.
Telah disebutkan di atas bahwa faktor daya di ketiga fasa dianggap sama
walaupun besarnya arus berbeda. Dengan anggapan seperti itu besarnya daya
yang disalurkan dapat dinyatakan sebagai :
ϕ
cos ] [ ] [ )
( + + ⋅ ⋅ ⋅
= a b c V I
P ………(2.17)
Apabila persamaan (2.17) dan persamaan (2.12) menyatakan daya yang besarnya
sama, maka dari kedua persamaan itu dapat diperoleh persyaratan untuk koefisien
a, b, dan c yaitu :
a + b + c = 3 ………(2.18)
Dengan anggapan yang sama, arus yang mengalir di penghantar netral dapat
dinyatakan sebagai berikut :
T S R
N I I I
I = + + ………(2.19)
[
cos( 120 ) sin( 120 ) cos(120 ) sin(120 )]
]
[ + − ° + − ° + ° + °
= I a b jb c jc
[
( )/2 ( )( 3)/2]
]
[I a− b+c + j c−b
=
Susut daya saluran adalah jumlah susut daya pada penghantar fasa dan
penghantar netral, adalah :
(
R S T)
N Nl I I I R I R
P'= [ ]2+[ ]2+[ ]2 ⋅ +[ ]2⋅
(
a b c)
I R(
a b c ab ac bc)
IN RN2 2
2 2 2
2 2 2
] [ ]
[ + + + − − −
+ +
= (2.20)
denganRN adalah tahanan penghantar netral.
Apabila persamaan (2.18) disubstitusikan ke persamaan (2.20) maka
diperoleh :
(
)
(
)
N Nl ab ac bc I R ab ac bc I R
P'= 9−2( + + )[ ]2 + 9−3( + + )[ ]2 (2.21)
Persamaan (2.21) ini adalah susut daya saluran untuk saluran dengan
penghantar netral. Apabila tidak ada penghantar netral maka persamaannya
menjadi :
(
ab ac bc)
I RPl'= 9−2( + + )[ ]2 ………(2.22)
2.5 Faktor Daya
Pengertian faktor daya (cos φ) adalah perbandingan antara daya aktif
(P) dan daya semu (S). Dari pengertian tersebut, faktor daya (cos φ) dapat
Faktor Daya = ( daya aktif / daya semu )
= ( P / S )
= ( V.I.cosφ / V.I )
= cos φ
[image:34.595.195.421.180.311.2]Untuk penjelasan tentang daya-daya dapat dilihat pada segitiga daya berikut ini :
Gambar 2.18 Segitiga Daya
Daya Semu (S) = V.I (VA) ………....(2.23)
Daya Aktif (P) = V.I.cos φ (Watt) ………(2.24)
2.6 Listrik Arus Bolak Balik 3 Fasa 2.6.1 Pengertian
Yang dimaksud dengan listrik arus bolak – balik 3 fasa adalah arus bolak-balik
yang terdiri dari 3 (tiga) keluaran yang disebut dengan fasa, dengan bentuk sinusiode
dimanan besar/nilai tegangannya sama, frekuensi sama tetapi masing – masing
berbeda 1/3 periode ( 120o )
2.6.2 Listrik Arus Bolak Balik 3 Fasa
Tiga buah belitan serupa berbeda tempat 120opada ruangan bulat timbul ggl
(gerak gaya listrik) sebagai akibat dari Induksi medan magnit penguat . Besar ggl dan
frekwensi yang timbul sama, tetapi berbeda 120o satu dengan yang lain.
2.7 Tegangan Dan Arus
Tegangan dan arus keluaran dari generator atau trafo dapat dibedakan
berdasakan hubungan antar belitannya
2.7.1. Hubungan Bintang
– Tegangan setiap belitan disebut
dengan tegangan fasa = Ef
– Tegangan antar fasa disebut
dengan tegangan line = El
– El = Ef . √3
– Arus yang keluar dari belitan
disebut arus fasa If dan arus yang
keluar dari terminal disebut arus
line Il . Arus line besarnya sama
dengan arus fasa : Il = If
EL
EL
EL
EF
EF
EF
R
N
S
If
If
If
Il
Il
[image:35.595.95.313.381.588.2]Il
– Tegangan line besarnya sama degan tegangan fasa : El=
Ef
– Arus line besarnya sama dengan
arus fasa dikalikan √ 3
– Il = If .√ 3
2.8 Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Bintang
Daya 3 fasa = daya fasa 1 + daya fasa 2 + daya fasa 3
P3Φ = P1 + P2+ P3
= ( If1 × Vf1 × Cos ϕ1 ) + (If2× Vf2× Cos ϕ2)+(If3× Vf3× Cos ϕ3)
Bila tegangan dan beban seimbang,maka:
P3Φ = 3 × ( If × Vf × Cosϕ)
Diketahui bahwa :
EL
EL
EL
EF
EF
EF
R
N
S
T
I
l.1
I
l.3
I
l.2
I
f.3
I
f.3
2.7.2 Hubungan Delta
EF
EF
EF
EL
EL
EL
R
S
T
Il
Il
Il
If
[image:36.595.102.505.90.595.2]If I f
[image:36.595.110.471.370.583.2]Gambar 2. 20 Diagram hubungan delta
dan If = II
Maka :
Atau :
P3Φ = × ( II × VI × Cos ϕ)
2.9 Daya Listrik 3 Fasa Hubungan Segitiga
Daya 3 fasa = daya fasa 1 + daya fasa 2 + daya fasa 3
P3Φ = P1 + P2+ P3
= ( If1 × Vf1 × Cos ϕ1 ) + (If2× Vf2× Cos ϕ2)+(If3× Vf3× Cos ϕ3)
Bila tegangan dan beban seimbang,maka:
P3Φ = 3 × ( If × Vf × Cos ϕ)
Diketahui bahwa :
dan Vf = VI
Maka :
Atau :
P3Φ = × ( II × VI × Cos ϕ)
I
l1
EF
EF
EF
EL
EL EL
I
l2
I
l3
[image:37.595.112.478.275.462.2]I
f3
I
f2
BAB III
SISTEM PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN DATA
Data-data yang diperlukan untuk mendukung Tugas Akhir ini adalah :
1. Data teknis alat ukur yang digunakan
2. Data teknis trafo distribusi
3. Data pembebanan trafo distribusi
4. Data tahanan penghantar netral trafo
3.1 Data Teknis Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data pengukuran pembebanan
trafo distribusi tegangan rendah adalah 266 ( DT 266) 1000A AC Clamp-on Amper
Volt meter atau sering disebut Tang-amper yang dapat digunakan untuk mengukur
besaran-besaran arus, tegangan dan terkadang tahanan, Clamp-on Power meter atau
sering disebut dengan Tang-kW meter yang dapat mengukur besaran-besaran
tegangan, arus, faktor daya, daya dan urutan fasa. Adapun data teknis dari alat ini
adalah sebagai berikut :
Size/Weight : 23cm x 7cm x 3,7cm/ 310 g
Minimum Input Levels : 5 Vrms or 1 Arms
Input Range ( V measurement ) : 750 Vac to 1000V
Input Range ( A measurement ) : 200A to 1000V
Input Range ( W measurement) : 0 W (VA) to 600 (KVA) average and 0
W to 2000 KVA peak
Overload Protection : 250 Vrms ac
Resistance Full Scale : 20K ohms
Operation Temperature : 0-40 degrees Celcius
Fuse : 250Ma @ 250V
Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh nilai tahanan pembumian
netral trafo adalah Tang Ground Tester Digital.Rangkaian pengukuran tahanan
Gambar 3. 1 Rangkaian pengukuran tahanan pembumian netral trafo
3. 1. 1 Pengukuran Beban di Gardu Distribusi
1. Menggunakan 3 ( tiga ) buah Tang-kW meter untuk mengukur setiap fasanya dan
1 ( satu ) buah Tang-amper meter untuk mengukur arus pada penghantar netral.
Untuk mengambil angka hasil ukur secara bersamaan, maka semua alat-ukur
tersebut di ”hold” secara bersamaan. Pengambilan hasil ukur dimulai dari
saluran-masuk sumber ( kabel trafo ) dilanjutkan ke saluran-keluar atau disebut dengan
kabel-jurusan ( SUTR )
2. Hasil ukur dicatat sebagai hasil ukur awal atau data pengukuran
Gambar 3.2 Diagram Pengawatan Pengukuran Beban dan Tegangan Gardu Distribusi
3. 2 Data Teknis Trafo Distribusi
R S
Tang-amper meter pengukuran aruspenghantar Netral
Tang-kW meter pengukuran beban dan tegangan penghantar Fasa R
Tang-kW meter pengukuran beban dan tegangan penghantar Fasa S
[image:39.595.145.448.494.701.2]Transformator yang menjadi penelitian pada tugas akhir ini hanya 4 buah
transformator distribusi, yaitu :
Trafo distribusi 250 kVA di Jln. Medan – L. Pakam SP. DLLAJ, trafo distribusi 250
kVA di Jln. Batang Kuis DP Pabrik Sahabat, trafo distribusi 100 kVA di Jln.
Pendidikan , dan trafo distribusi 200 kVA di Jln. Bakaran Batu, adapun spesifikasi
[image:40.595.85.510.215.389.2]tiap-tiap trafo adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data Spesifikasi Transformator
Data
Transformator
Jln. Medan –
L. pakam
Jln. Batang
Kuis
Jln.
Pendidikan
Jln. Bakaran
Batu
Daya (kVA) 250 250 100 200
Tegangan (kV/V) 20 /400 20/400 20/400 20/380
Arus (A) 7,2/361,3 7,2/360,8 2,19/144 5,8/303,9
Impedansi (Z) 4% 4% 4% 5%
Hubungan Dyn5 Dyn5 Yzn5 Yyn6
3. 3 Data Pembebanan Trafo Distribusi
3. 3. 1 Trafo distribusi 250 KVA di Jln. Medan – L. Pakam SP DLLAJ
Gambar 3.3 Single line trafo distribusi 250 KVA di Jln. Medan – L. Pakam SP.
[image:40.595.228.357.465.701.2]3. 3. 1. 1 Pengukuran pada siang dan malam hari
Tabel 3. 2 Hasil pengukuran arus pada siang hari dan malam hari
Pengukuran
LWBP
Jurusan Outgoing Incoming
Timur Barat Amp %
R (Amp) 133 14 149 41
S (Amp) 141 22 167 46
T (Amp) 130 8 130 36
N (Amp) 40 13 54 -
Beban (%) 36 4 - -
WBP
R (Amp) 232 34 262 73
S (Amp) 294 54 348 96
T (Amp) 259 85 344 95
N (Amp) 134 38 156
Beban 86 % 215 kVA
Beban (%) 71 16
Teg. Ujung L-N (Volt)
218 213
Penghantar JTR NTFUSE 200 A
TIC 70 mm 350 mm
NTFUSE 200 A TIC 70 mm 250 mm
[image:41.595.227.359.474.693.2]3. 3. 2 Trafo Distribusi 250 kVA di Jln. Batang Kuis DP Pabrik Sahabat
Gambar 3.4 Single line trafo distribusi 250 kVA di Jln. Batang Kuis DP Pabrik
3. 3. 2. 1. Pengukuran pada siang dan malam hari
Tabel 3.3 Hasil pengukuran arus pada siang dan malam hari
Pengukuran
LWBP
Jurusan Outgoing Incoming
Timur Barat Amp %
R (Amp) 63 126 189 52
S (Amp) 57 97 154 43
T (Amp) 88 100 188 52
N (Amp) 34 4 44 -
Beban (%) 19 29 - -
WBP
R (Amp) 90 288 378 105
S (Amp) 93 288 381 106
T (Amp) 90 288 378 105
N (Amp) 29 15 40
Beban 102 % 255 kVA
Beban (%) 25 78
Teg. Ujung L-N (Volt)
210 210
Penghantar JTR NTFUSE 316 A
TIC 70 mm 360 mm
NTFUSE 315 A TIC 70 mm 405 mm
[image:42.595.215.374.462.737.2]3. 3. 3 Trafo distribusi 100 kVA di Jln. Pendidikan
3. 3. 3. 1 Pengukuran pada siang dan malam hari
Tabel 3.4 Hasil pengukuran arus pada siang dan malam hari
Pengukuran
LWBP
Jurusan Outgoing Incoming
Timur Barat Amp %
R (Amp) 60 17 77 53
S (Amp) 38 10 48 33
T (Amp) 50 14 64 44
N (Amp) 33 10 44 -
Beban (%) 33 9 - -
WBP
R (Amp) 74 31 105 73
S (Amp) 73 21 94 65
T (Amp) 105 32 137 95
N (Amp) 61 24 83
Beban 102 % 255 kVA
Beban (%) 57 19
Teg. Ujung L-N (Volt) 216 217
Penghantar JTR NTFUSE 100 A
TIC 50 mm 550 mm
NTFUSE 100 A TIC 50 mm 500 mm
[image:43.595.219.364.448.708.2]3.3.4 Trafo Distribusi 200 KVA di Jl. Bakaran Batu
3.3.4.1Pengukuran Pada Siang Hari dan Malam Hari
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Pada siang hari dan Malam hari
Pengukuran
LWBP Jurusan Outgoing Incoming
R (Amp) 58 28 86 28
S (Amp) 48 33 81 27
T (Amp) 69 12 81 27
N (Amp) 35 21 40 -
Beban (%) 19 8 - -
WBP
R (Amp) 90 57 147 48
S (Amp) 131 60 191 63
T (Amp) 87 17 104 34
N (Amp) 75 45 95
Beban 48 % 96 kVA
Beban (%) 34 15
Teg. Ujung L-N (Volt) 170 165
Penghantar JTR TIC 50 mm 950
mm
FOTO-FOTO PENGUKURAN
Gambar 3.7 Trafo Distribusi 250 kVA
[image:45.595.156.440.371.649.2]BAB IV
ANALISIS HASIL PENGUKURAN
Setelah memperoleh data-data yang diperlukan, penulis memerlukan beberapa
analisis, yaitu:
1. Analisa pada tiap-tiap Trafo Distribusi
2. Analisa ketidakseimbangan beban pada tiap-tiap Trafo Distribusi
3. Analisa Losses akibat adanya arus netral pada pengantar netral pada pengantar netral trafo dan Losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah
Analisa Pembebanan Trafo Distribusi
Menentukan Fuse Cut Out, dan Arus hubung singkat
• Untuk menetukan besarnya fuse cut out maka harus dihitung besarnya arus jalan-jalan dengan menggunakan persamaan (2.7)
. . 200 . 20 KV.
Gambar 4.1 Single Line Trafo Distribusi 250 beserta rating pengamannya
4. 1 Analisa Pembebanan Trafo Distribusi
4. 1. 1 Menentukan Persentase Pembebanan Trafo
4. 1. 1. 1 Trafo Distribusi 250 KVA di Jl. Medan-Lubuk Pakam Sp. DLLAJ
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran trafo distribusi 250 KVA pada
siang dan malam hari sebagai berikut :
• Siang hari :
IR = 149 A
IS = 167 A
IT = 130 A
• Malam hari :
IR = 262 A
IS = 348 A
IT = 344 A
Untuk menentukan besarnya persentase pembebanan trafo maka harus
dihitung besarnya arus beban penuh (full load) dengan menggunakan persamaan (2.8).
IFL =
V . 3
S
dimana : S = 250 KVA
V = 0,4 KV phasa – phasa
IFL =
00 4 . 3 250.000
Irata siang = 148,6A 3 A ) 130 167 149 ( 3 I I
IR S T
= + + = + +
Irata malam = 318A
3 A ) 344 348 262 ( 3 I I
IR+ S+ T = + + =
Persentase Pembebanan Trafo adalah :
− Pada siang hari : 100% 41,18%
A 360,84 A 6 , 148 IFL
Iratasiang
= ×
=
− Pada malam hari : 100% 88,12%
A 360,84
A 318 IFL
Iratamalam
= ×
=
4. 1. 1. 2 Trafo Distribusi 250 KVA di Jl. Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat
Data hasil pengukuran trafo distribusi 250 KVA pada siang dan malam hari
adalah sebagai berikut :
• Siang hari :
IR = 189 A
IS = 154 A
IT = 188 A
• Malam hari :
IR = 378 A
IS = 381 A
IT = 378 A
Untuk menentukan besarnya persentase pembebanan trafo maka harus
dihitung besarnya arus beban penuh (full load) :
IFL =
V . 3 S = 00 4 . 3 250.000
= 360,84 A
Irata siang = 177A
3 A ) 188 154 189 ( 3 I I
IR S T
= + + = + +
Irata malam = 379A
3 A ) 378 381 378 ( 3 I I
IR S T
= + + = + +
Persentase Pembebanan Trafo adalah :
− Pada siang hari : 100% 49,05%
A 360,84
A 177 IFL
Iratasiang
= ×
=
− Pada malam hari : 100% 105,03%
A 360,84
A 379 IFL
Iratamalam
= ×
4. 1. 1. 3 Trafo Distribusi 100 KVA di Jl. Pendidikan
Data hasil pengukuran trafo distribusi 250 KVA pada siang dan malam hari
adalah sebagai berikut :
• Siang hari :
IR = 77 A
IS = 48 A
IT = 64 A
• Malam hari :
IR = 105 A
IS = 94 A
IT = 137 A
Untuk menentukan besarnya persentase pembebanan trafo maka harus
dihitung besarnya arus beban penuh (full load) :
IFL =
V . 3
S =
00 4 . 3 100.000
= 144,33 A
Irata siang = 63A
3
A ) 64 48 77 ( 3
I I
IR S T
= +
+ = + +
Irata malam = 112A
3
A ) 137 94 105 ( 3
I I
IR S T
= +
+ =
+ +
Persentase Pembebanan Trafo adalah :
− Pada siang hari : 100% 43,64%
A 33 , 44 1
A 63 IFL
Iratasiang
= ×
=
− Pada malam hari : 100% 77,59%
A 33 , 44 1
A 112 IFL
Iratamalam
= ×
=
4. 1. 1. 4 Trafo Distribusi 200 KVA di Jl. Bakaran Batu
Data hasil pengukuran trafo distribusi 250 KVA pada siang dan malam hari
adalah sebagai berikut :
• Siang hari :
IR = 86 A
IT = 81 A
• Malam hari :
IR = 147 A
IS = 191 A
IT = 104 A
Untuk menentukan besarnya persentase pembebanan trafo maka harus
dihitung besarnya arus beban penuh (full load) :
IFL =
V . 3
S =
00 4 . 3 200.000
= 303,86A
Irata siang = 82,66A
3 A ) 81 81 86 ( 3
I I
IR S T
= +
+ = + +
Irata malam = 147,33A
3
A ) 104 191 147 ( 3
I I
IR S T
= +
+ =
+ +
Persentase Pembebanan Trafo adalah :
− Pada siang hari : 100% 27,2%
A 86 , 03 3
A 66 , 82 IFL
Iratasiang
= ×
=
− Pada malam hari : 100% 48,48%
A 86 , 03 3
A 33 , 147 IFL
Iratamalam
= ×
[image:51.595.89.507.506.698.2]=
Tabel 4.1 Persentase Pembebanan Trafo Distribusi
Lokasi Trafo Jenis Pelanggan Pembebanan (%)
Siang hari Malam hari
Jl. Medan- Lubuk
Pakam SP. DLLAJ
Perumahan 41,18 88,12
Jl. Batang Kuis DP.
Pabrik Sahabat
Perumahan dan
bisnis
49,05 105,03
Jl. Pendidikan Perumahan dan
bisnis
43,64 77,59
Jl. Bakaran Batu Perumahan 27,2 48,48
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa persentase pembebanan paling tinggi pada siang
dan malam hari ialah di Jl. Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat. Hal ini disebabkan Jalan
4. 2 Analisa Ketidakseimbangan Beban pada Trafo Distribusi
4. 2. 1 Trafo Distribusi 250 KVA di Jl. Medan – Lubuk Pakam SP. DLLAJ
• Pada siang hari :
Dengan menggunakan persamaan (2.16), koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata(Irata)
IR = a.I maka : a = 1,002A
A 6 , 148 A 149 I IR = =
IS = b.I maka : b = 1,12A
A 6 , 148 A 167 I IS = =
IT = c.I maka : c = 0,87A
A 6 , 148 A 130 I IT = =
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b, dan c adalah 1.dengan
demikian, rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
=
{
}
100%3 1 -c 1 -b 1 -a × + +
=
{
}
100%3 1 -87 , 0 1 -12 , 1 1 -002 , 1 × + + = 8,33%
• Pada malam hari :
Dengan menggunakan persamaan (2.16), koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata(Irata) .
IR = a.I maka : a = 0,82A
A 318 A 262 I IR = =
IS = b.I maka : b = 1,09A
A 318 A 348 I IS = =
IT = c.I maka : c = 1,08A
A 318 A 344 I IT = =
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b, dan c adalah 1.dengan
demikian, rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
=
{
}
100%=
{
}
100% 3 1 -08 , 1 1 -09 , 1 1 -82 , 0 × + + = 11,66%4. 2. 2 Trafo Distribusi 250 KVA di Jl. Batang Kuis DP. Pabrik Sahabat
• Pada siang hari :
Dengan menggunakan persamaan (2.16), koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata(Irata)
IR = a.I maka : a = 1,06A
A 177 A 189 I IR = =
IS = b.I maka : b = 0,87A
A 177 A 154 I IS = =
IT = c.I maka : c = 1,06A
A 177 A 188 I IT = =
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b, dan c adalah 1.dengan
demikian, rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
=
{
}
100%3 1 -c 1 -b 1 -a × + +
=
{
}
100%3 1 -06 , 1 1 -87 , 0 1 -06 , 1 × + + = 8,33%
• Pada malam hari :
Dengan menggunakan persamaan (2.16), koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata(Irata)
IR = a.I maka : a = 0,99A
A 379 78A 3 I IR = =
IS = b.I maka : b = 1,00A
A 379 A 381 I IS = =
IT = c.I maka : c = 0,99A
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b, dan c adalah 1.dengan
demikian, rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
=
{
}
100%3 1 -c 1 -b 1 -a × + +
=
{
}
100%3 1 -99 , 0 1 -00 , 1 1 -99 , 0 × + + = 0,66%
4. 2. 3 Trafo Distribusi 100 KVA di Jl. Pendidikan
• Pada siang hari :
Dengan menggunakan persamaan (2.16), koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata(Irata)
IR = a.I maka : a = 1,22A
A 63 A 77 I IR = =
IS = b.I maka : b = 0,76A
A 63 A 48 I IS = =
IT = c.I maka : c = 1,02A
3A 6 A 64 I IT = =
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b, dan c adalah 1.dengan demikian,
rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
=
{
}
100%3 1 -c 1 -b 1 -a × + +
=
{
}
100%3 1 -02 , 1 1 -76 , 0 1 -22 , 1 × + + = 16%
• Pada malam hari :
Dengan menggunakan persamaan (2.16), koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata(Irata)
IR = a.I maka : a = 0,9375A
A 112 05A 1 I IR = =
IS = b.I maka : b = 0,83A
A 112 A 94 I IS = =
IT = c.I maka : c = 1,22A
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b, dan c adalah 1.dengan
demikian, rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
=
{
}
100%3 1 -c 1 -b 1 -a × + +
=
{
}
100%3 1 -22 , 1 1 -83 , 1 1 -9375 , 0 × + + = 15%
4. 2. 4 Trafo Distribusi 200 KVA di Jl. Bakaran Batu
• Pada siang hari :
Dengan menggunakan persamaan (2.16), koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata(Irata)
IR = a.I maka : a = 1,04A
A 66 , 82 A 86 I IR = =
IS = b.I maka : b = 0,97A
A 66 , 82 A 81 I IS = =
IT = c.I maka : c = 1,97A
2,66A 8 1A 8 I IT = =
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b, dan c adalah 1.dengan
demikian, rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
=
{
}
100%3 1 -c 1 -b 1 -a × + +
=
{
}
100%3 1 -97 , 1 1 -97 , 0 1 -04 , 1 × + + = 3,33%
• Pada malam hari :
Dengan menggunakan persamaan (2.16), koefisien a, b, dan c dapat diketahui
besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
besarnya arus rata-rata(Irata)
IR = a.I maka : a = 0,99A
A 33 , 147 47A 1 I IR = =
IS = b.I maka : b = 1,29A
IT = c.I maka : c = 0,70A
A 33 , 147
A 104 I
IT
= =
Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b, dan c adalah 1.dengan
demikian, rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :
=
{
}
100%3
1 -c 1 -b 1 -a
× + +
=
{
}
100%3
1 -70 , 0 1 -29 , 1 1 -99 , 0
× +
+
[image:56.595.89.508.279.494.2]= 20%
Tabel 4.2 Ketidakseimbangan Beban Trafo Distribusi
Lokasi trafo Waktu Ketidakseimbangan
beban
Jl. Medan Lubuk Pakam
SP. DLLAJ
Siang
Malam
8,33 %
11,66 %
Jl. Batang Kuis DP.
Pabrik Sahabat
Siang
Malam
8,33 %
0,66 %
Jl. Pendidikan Siang
Malam
16 %
15 %
Jl. Bakaran Batu Siang
Malam
3,33 %
20 %
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa dari keempat trafo distribusi pada hari
ketidakseimbangan bebannya paling besar adalah pada pelanggan perumahan dan
bisnis (Jl. Batangkuis dan Jl. Pendidikan), sedangkan pada malam hari, jenis
pelanggan perumahan ( Jl. Bakaran Batu) bebannya adalah yang paling besar.
4. 3 Analisa Losses Akibat Adanya Arus Netral Pada Penghantar Netral Trafo dan Losses Akibat Arus Netral yang Mengalir Ke Tanah
4. 3. 1 Trafo Distribusi 250 KVA di Jl. Medan – Lubuk Pakam SP. DLLAJ
• Siang hari :
IN = 54 A
RN = 0,55Ω
RG = 3,7Ω
Dengan menggunakan persamaan (2.10 ), losses akibat adanya arus netral pada
penghantar netral trafo dapat dihitung besarnya yaitu :
PN = IN2 . RN
= (54)2A . 0,55Ω
= 1603,8 Watt = 1,6038 kW
Untuk menghitung persentase losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral
trafo, harus diketahui terlebih dahulu daya aktif trafo (P) :
P = S cos x, dimana cos x yang digunakan adalah 0,55
P = 250 KVA. 0,55 = 137,5 KW
Dengan demikian, persentase losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral
trafo adalah :
% PN = 100%
P
PN
×
= 100%
kW 5 , 137
kW 1,6038
× = 1,16 %
Sedangkan losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah dapat dihitung besarnya
dengan menggunakan persamaan (2.11 ) yaitu :
PG = IG2 . RG
= (32,8)2 A . 3,7Ω
= 3980,608 watt = 3,9806 kW
Dengan demikian, persentase losses adalah :
% PG = 100%
P
PG
× = 137,5KW 100%
kW 9806 , 3
×
= 2,89 %
• Malam hari :
IN = 156 A
RN = 10 Ω
IG = 81,5 A
RG = 3,7Ω
Dengan menggunakan persamaan ( 2.10), losses akibat adanya arus netral pada
penghantar netral trafo dapat dihitung besarnya yaitu :