FURIN KAZAN NO SHOUSETSU NO BUNSEI
KERTAS KARYADikerjakan
O L E H
Dapot Rotua Magdalena Sinamo NIM : 082203026
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
FURIN KAZAN NO SHOUSETSU NO BUNSEKI
KERTAS KARYA
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian Program Pendidikan Non- Gelar
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu
syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang
.
Dikerjakan
OLEH
DAPOT ROTUA MAGDALENA SINAMO NIM : 082203026
Pembimbing, Pembaca,
Hj. Siti Muharami M, S.S., M.Hum Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum
NIP. 196106282006042001 NIP. 196009191988031001
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang
studi Bahasa Jepang
Pada :
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Drs. Syahron Lubis, M.A.
NIP. 19511013 197603 1 001
Panitia Ujian :
No. Nama Tanda Tangan
1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( )
2. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum ( )
Disetujui Oleh :
Program Diploma Bahasa Jepang
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program studi D3 Bahasa Jepang
Ketua Program Studi
Zulnaidi, SS, M.Hum
NIP. 19670807 2004 01 1 001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehaadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas
karya yang berjudul “ ANALISIS NOVEL FURIN KAZAN “.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dimana
masih banyak kekurangan-kekurangan dalam tata bahasa maupun dalam
pembahasan. Dengan segala kerendahan hati penulis menyambut kritik dan saran
demi kesempurnaan kertas karya ini.
Dalam penulisan kertas karya ini penulis banyak menerima bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya, terutama
kepada:
1. Bapak Dr.Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2.Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum. selaku ketua jurusan Bahasa Jepang
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Hj. Siti Muharami M, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang
dengan iklas hati meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi
pengarahan kepada penulis sampai karya tulis ini selesai.
4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. selaku dosen pembaca.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan pendidikan
kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Bahasa Jepang
Universitas Sumatera Utara.
7. Teristimewa kepada Papa dan Mama tercinta beserta keluarga yang
senantiasa mendukung dalam moril maupun materil selama masa
pendidikan kepada penulis hingga kertas karya ini selesai disusun.
8. Sahabat-sahabat yang jauh di mata : B’ Tomi Iman Perdana Pasaribu,
S.Th, Rommel Simamora, S.Th., Sehat Sinaga, dan Enny Ginting.
Teman-teman Gereja GKPPD Padang Bulan yang selalu memberi
semangat dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis
ini. Dan teman-teman jurusan Bahasa Jepang, khususnya K’ Yenni
Siboro, Siti Manullang, Linda sipayung. Teman seperjuangan Idola,
Tiwi, Imelda. Serta semua pihak yang telah memberi dukungan kepada
penulis selama penyusunan Karya tulis ini sampai selesai.
Tiada lain harapan penulis, semoga Tuhan Yang maha Kuasa
memberikan rahmatNya kepada kita semua dan semoga karya tulis ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2. Tujuan Penulisan ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 2
1.4. Metode Penulisan ... 3
BAB II RINGKASAN CERITA... 4
BAB III ANALISA CERITA 3.1 Tema ... 14
3.2 Alur ... 15
3.3 Perwatakan ... 16
3.4 Setting ... 17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 18
4.2 Saran ... 19
ABSTRAK
Yamamoto Kansuke yang menjadi peran utama dalam Novel “Furin
Kazan” karya Yasushi Inoue, ia mencerminkan sikap bijaksana, rendah hati, selalu
setia pada tuannya, dan memiliki semangat yang besar untuk menjadi seorang
penaklukan benteng dengan strategi perang yang dikuasainya. Peristiwa ini yang
terjadi di jepang pada zaman Sengoku Jidai tahun Tenbun. Dimana perang
saudara dan perebutan wilayah melingkupi seluruh wilayah Jepang.
Dengan semua idenya yang cemerlang, akhirnya Tajeda harunobu
mempercayainya dan berpihak padanya. Harunobu merasa puas dengan strategi
perang yang dimiliki Kansuke dan menjadi asisten pribadinya. Bahkan menuruti
apapun yang dikatakan oleh Kansuke. Karena ketulusan dan kerja kerasnya
bekerja dengan Harunobu menjadikannya seperti yang diinginkannya.
Pertempuran Uedahara menciptakan perbedaan yang begitu besar antara
Takeda Harunobu dan Murakami Yoshikiyo. Baik wilayah Nishina dan Sarashina
menjadi wilayah Harunobu. Sehingga semua benteng di wilayah tersebut jatuh ke
tangan Harunobu dan juga menguasai benteng Kotani dalam pertempuran
Kamejiri.
Bulan Agustus tahunTenbun ke-17, Harunobu menghancurkan Benteng
Shiga di wilayah Shinano dan tinggal di benteng Komuro bersama 10.000 prajurit.
Ketika pertempuran berakhir, diadakan perhitungan kepala-kepala yang gugur dan
dicatat. Dari musuh tercatat 2919 orang dan dari mereka 700 orang salah satunya
Dari perjuangan yang dilakukan Kansuke menunjukkan suatu ambisi
besar untuk memperjuangkan persekutuannya. Pertahanan yang kuat terjalin suatu
kerjasama antara yang satu dengan yang lain. Semangat yang tak pernah pudar
menjadi hal bagi Kansuke dan seluruh pasukan sehingga menghantarkan mereka
kepada kemenangan. Menghadapi berbagai pertempuran, dan akhirnya Yamamoto
Kansuke meninggal dunia di tangan Kosaka Masanobu.
Dari analisis cerita novel ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap
usaha pasti ada hasilnya. Pantang menyerah dan penuh semangat menghantarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul
Dalam kamus Bahasa Indonesia, Novel merupakan sebuah karya yang
berbentuk prosa, penuangan dari ide atau gagasan penulis kedalam bahasa tulisan
yang mengandung unsur budaya, sosial, dan moral. Novel juga memiliki daya
tarik tersendiri bagi para pembaca. Sehingga dapat merangsang pembaca agar
hanyut dalam isi novel tersebut.
Novel yang menceritakan suatu peristiwa yang di perankan oleh tokoh di
suatu tempat dan dalam suatu waktu yang berisi sebuah khayalan belaka.
Walaupun demikian, novel di tulis bukan hanya untuk hiburan semata, tetapi juga
dapat mengajarkan banyak hal dan menambah pengetahuan baru kepada si
pembaca tentang budaya, sosial dan juga moral. Sama halnya dengan kisah “Furin
Kazan” yang dikutip dari sebuah novel karya Yasushi Inoue. Kisah pada zaman
Sengoku Jidai dimana saat itu terjadi perang saudara dan perebutan wilayah di
seluruh Jepang. Yang menceritakan tentang Yamamoto Kansuke yang selalu
berjuang tanpa menghiraukan apa pun untuk bisa menjadi penaklukan benteng.
Yang mengapdi dengan tulus kepada Takeda dan menghabiskan waktunya disitu.
Dengan kebijaksanaan Kansuke melalui strategi perang yang dimilikinya
membuat orang disekitarnya khususnya Takeda Harunobu mempercayai
kebolehannya. Dan mengangkatnya sebagai tangan kanan Harunobu dan menjadi
pemimpin pasukan Takeda. Makna yang tersirat dalam cerita ini adalah sebuah
utama di dalam sebuah persekutuan tanpa menghiraukan dirinya sendiri bahkan
rela mengorbankan nyawanya. Dengan keyakinan yang luar biasa Kansuke selalu
berusaha untuk mencapai keinginannya.
Inilah alasan penulis yang sengaja mengangkat novel “Furin Kazan”
salah satu karya Yasushi Inoue sebagai karya tulis untuk dijadikan contoh bagi
para pelajar lainnya agar jangan pernah putus asa, tetap berjuang untuk
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Setiap usaha pasti ada hasilnya, jika kita
tidak menjadi seorang yang lemah.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat novel “Furin Kazan” sebagai judul
kertas karya ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperkenalkan kepada para pembaca salah satu novel karya Yasushi
Inoue yang berjudul “Furin Kazan”.
2. Untuk menambah wawasan mengenai hal-hal yang terkandung dalam sebuah
cerita novel agar kita dapat mengambil maknanya..
3. Untuk dapat menjadi sumber pengetahuan dan wawasan bagi pembaca
maupun penulis sendiri.
1.3 Batasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas mengenai tema,
ringkasan cerita, alur, karakteristik tokoh, dan setting dari novel “Furin Kazan”
karya Yasushi Inoue. Dan penulis tidak membahas mengenai gaya bahasa yang
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode
kepustakaan yaitu suatu metode mengumpulkan data atau informasi dengan cara
membaca buku atau referensi yang berhubungan dengan pembahasan yang
BAB II
RINGKASAN CERITA
Tak ada yang mengetahui asal-usul Aoki Daizen, selain dikenal sebagai
mantan pengikut keluarga Hojo yang kehilangan posisi karena kesalahannya.
Samurai tak bertuan selama 30 tahun itu, tiba di kota benteng Sunpu yang
diperintah Imagawa Yoshimoto. Kebanyakan pengikut imagawa menghindar bila
berpapasan dengan Aoki Daizen. Karena wajah dan sosoknya yang tidak
bersahabat.
Pada waktu itu, akan diadakan pertandingan di alun-alun kota yang juga
mengizinkan para samurai tak bertuan untuk ikut serta. Saat itu, keahlian Daizen
sangat tampak. Pedangnya sangat cepat dan selalu membuat lawannya jatuh
dengan sekali sabetan sehingga tak seorang pun yang mampu menandinginya.
Sejak saat itu Aoki Daizen menjadi terkenal.
Sore hari setelah pertandingan itu, Daizen berjalan menyusuri sisi sungai
Abe. Ia ingin bertemu dengan Yamamoto Kansuke yang menguasai ilmu pedang
aliran Gyoryu dan yang belum ada pengikut Klan Imagawa berhasil
mengalahkannya. Namun hanya Aoki Daizen yang tidak percaya tentang cerita
Kansuke yang telah dikenal di tiga wilayah Klan Imagawa yakni Suruga, Totomi,
dan Mikawa. Ia juga mengetahui rahasia tentang strategi perang serta penaklukan
benteng. Aoki Daizen mengira bahwa Kansuke hanyalah seorang penipu. Karena
ia melihat sosok Kansuke bukanlah seorang samurai pemberani melainkan
Pada awal bulan Agustus musim gugur pun semakin dekat. Aoki Daizen
berencana akan menyerang Itagaki di tengah perjalanan. Ia juga memikirkan apa
yang akan dilakukannya pada Kansuke. Sejam telah berlalu, Daizen mendengar
langkah yang perlahan mendekat dari atas bukit dan tampak bahwa mereka ada
tiga orang. Tanpa basa basi Aoki Daizen mencabut kedua pedangnya dan
menyerang mereka, waktu itu Daizen mengira bahwa salah satu dari mereka
adalah Saeki. Satu dari orang itu berteriak bahwa dia adalah Itagaki namun Daizen
tidak menghiraukannya. Ia melompat mendekati Itagaki, meraih lengan lawan dan
mendorongnya.
Tiba-tiba terdengar suara Kansuke “saya akan membantumu” katanya
pada Itagaki. Serangan sebilah pedang panjang Kansuke menghantam Daizen. Ia
mendengus kesakitan. Serangan kedua dan ketiga bertubi-tubi mengenai Daizen.
Ia terluka di dahi dan di antara kedua matanya, darah mengalir masuk melilip
mata. Dengan penuh perjuangan dia tetap menyerang Kansuke, tapi pedang lawan
terus mengejar dan mengikuti kemana pun ia menghindar.
Dengan rasa benci yang sangat besar, Kansuke telah bertekad untuk
membunuh Daizen. Ini lah yang pertama kalinya Daizen merasa takut, ia tak
mampu melangkah maju atau bergerak mundur. Jarak antara keduanya makin
mendekat. Aoki Daizen merasa kalau ia terpaku di tanah, sedangkan pedang
lawan terus menyerang tanpa ampun. Ia merasa tubuh Yamamoto Kansuke
semakin membesar,sedangkan tubuhnya semakin menciut, matanya yang tinggal
satu itu juga tidak berguna lagi dan kakinya pincang. Tubuhnya terbelah dua dari
Pada pertengahan Februari tahun Tembun ke-12, utusan dari Klan
Takeda di Provinsi Kai mendatangi Yamamoto Kansuke menawarkan pekerjaan.
Dan keluarga Tekeda akan member imbalan 100 kan. Tetapi Kansuke tidak
mempedulikan imbalan 100 kan itu, tetapi yang lebih penting baginya adalah
apakah ia dapat ikut serta merencanakan strategi perang dan berkesempatan
menunjukkan bakat menaklukan benteng serta wilayah lawan. “Penaklukan
benteng, penaklukan benteng”, Kansuke selalu mengulangi kata yang sama.
Ia memasuki jalan utama Sunpu di kediaman kepala pengikut Imagawa
Iohara Tadatane, dan ingin meminta izin kepada Iohara agar membiarkan dirinya
menerima imbalan dari Takeda.
Awal bulan Maret, Kansuke pergi menyusuri tepi timur sungai bersama
dengan tiga orang samurai dari Kai menuju Kufo. Itagaki menjemputnya di tengah
perjalanan dan ia membawa perlengkapan untuk Kansuke seperti pakaian, kuda,
panah, dan tombak, serta pelayan muda. Malam itu Kansuke menginap di rumah
seorang samurai kaya di sebelah utara kediaman Takeda. Keesokan harinya ia
ditemani oleh Itagaki menemui Harunobu yang berusia 23 tahun.
Atas pengaturan Itagaki, Kansuke melewati malam kedua di kediaman
Takeda. Ketika ia berada di sebuah bukit kecil di belakang rumah Takeda.
Tiba-tiba datang seorang samurai menghampirinya dan mengatakan bahwa ia di
panggil ke benteng. Kansuke mengira ia dipanggil oleh Harunobu.
Kansuke terkejut melihat ada tirai-tirai bercorak merah putih dan
terdengar suara genderang. Ternyata Amari menyuruh Kansuke bertarung dengan
pedang Gyoryu dari Kansuke. Tetapi Kansuke tidak tertarik pada pertempuran
tersebut. Pada saat itu Kansuke tidak melakukan apa-apa. Ia membiarkan
lawannya melukainya dan terjatuh ketanah. Semua orang di lapangan itu
menertawakannya. Malam harinya Harunobu mengundang Kansuke ke benteng.
Untuk menanyakan banyak hal kepada Kansuke. Tetapi Kansuke menjawab
dengan tenang dan lancar. Tiba-tiba mereka mendengar angin yang begitu
kencang di luar, mereka keluar dari benteng. Kansuke mendahului Harunobu dan
Amari. Dari kegelapan, sebilah pedang putih dihunuskan di hadapan Kansuke. Ia
mundur dengan perlahan-lahan sampai ke benteng tapi pedang itu selalu
mengikutinya.
“Siapa kau?” kata Kansuke. “Karena kau menginginkan pertandingan
dengan pedang sesungguhan, maka aku datang kemari”, kata seorang samurai
lawannya yang bertarung tadi sore. “Aku akan membunuhmu dan melarikan
diri”,katanya pada Kansuke. Lalu Kansuke pun berkata “Aku juga akan
membunuhmu”. Kansuke terus merapat dan memajukan langkahnya kemudian
ujung pedangnya merobek bagian dari kedua mata lawannya, lalu bahunya.
Lawannya berteriak kesakitan.
Tiba-tiba Itadaki, Amari dan beberapa orang lainnya datang
menghampiri mereka. “Tunggu, tunggu sebentar”, seseorang berseru. Tetapi
Kansuke tidak menghiraukannya. Teriak kesakitan lawannya terdengar kembali.
Beberapa saat lawannya jatuh tersungkur dan kepala ahli pedang aliran Shintoryu
itu terbelah dua. Amari tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia pergi
Kansuke berjalan dengan samurai lainnya. Lalu Itagaki berkata, “Mulai
bulan depan, kita akan terus menghadapi pertempuran. Karena kau akan memiliki
25 orang pasukan ifanteri.maka tunjukkanlah kesetiaanmu”. Tanpa menghiraukan
apa kata Itagaki, “Penaklukan benteng, penaklukan benteng”, gumamnya
berulang-ulang dalam hati. Setelah meninggalkan Itagaki, Kansuke berjalan
sendiri menuju tempat kediamannya.
Pada Februari tahun Tembun ke-13, Takeda Harunobu mendirikan
perkemahan dengan dua puluh ribu pasukan di gunung Misa di daratan Shinamo.
Ia berniat untuk menyerang penaklukan Suwa Yorishige yang bukan lain adalah
kakak iparnya sendiri. Kansuke berbicara kepada Harunobu “ Menurut saya,
karena Takeda dengan Suwa masih memiliki hubungan kekeluargaan, saya
merasa kita tidak perlu mengadakan panyerangan. Karena membangun
perkemahan ini sudah cukup menjadi ancaman bagi Suwa. Jika kita bisa
melakukan perjanjian damai tanpa menumpahkan darah, ini mungkin cara yang
lebih baik”. Yang lain terkejut dengan apa yang dipikirkan Kansuke,tetapi
Harunobu sependapat dengan Kansuke. Karena ia juga berpikiran seperti apa yang
dipikirkan Kansuke sebelumnya.
Kansuke memberi ide kepada Harunobu untuk berdamai dengan
Yorishige Suwa. Keesokan harinya, Kansuke kembali ke perkemahan gunung
Misa dan menyampaikan jawaban Yorishige kepada Harunobu bahwa Yorishige
juga menyetujuinya, dan Harunobu pun merasa puas. Pada akhir bulan Maret
hingga pertengahan bulan Juni Yorishige bertemu dengan Harunobu di Kofu
ketiga di adakan pertunjukan Noh kembali digelar di benteng ini sebagai hiburan.
Di tengah pertunjukan Ogiwara Yaemonnojo membunuh Yorishige. Semua orang
melihat kejadian itu. Semuanya bergegas untuk mempersiapkan perlengkapan
untuk menyerang Suwa karena mereka mengira bahwa situasinya sudah terlanjur.
Tetapi Kansuke berkata “saya merasa ini terlalu cepat. Lebih baik kita menunggu
sampai mereka yang menyerang kita duluan”. Dan Harunobu juga sependapat
dengannya.
19 Januari tahun Tenbun ke-14, Harunobu mengirim pasukan untuk
menaklukan Suwa. Nobushige memimpin seluruh pasukan sebagai panglima
perang, Itagaki Nobukata memimpin garis depan, sementara Hyuga Masaharu
bertanggung jawab di garis belakang. Dengan antusias mereka mempersiapkan
pertempuran menghadap benteng Suwa. Setelah menghancurkan keluarga Suwa,
Harunobu mulai menyerang wilayah-wilayah sekitarnya dengan menjadikan Suwa
garis batasannya.
Pada Maret tahun Tenbun ke-15, Harunobu melakukan penyaringan
militer untuk menyerang Benteng Toishi di Provinsi Shinano dan menghadapi
pasukan Murakami Yoshikio yang dikenal pemimpin dari keluarga yang sangat
berkuasa di Shinano. Sudah menjadi tradisi Takeda untuk mengibarkan dua panji
yang berukuran lebar sekitar empat meter saat memasuki pertempuran yaitu Suwa
Hossho bewarna merah dan ada tulisan yang bewarna merah:”Suwa, keturunan
dewa yang agung”, dan panji Sonshi Niryu juga memiliki tulisan emas tetapi
bewarna biru gelap yang bertuliskan:” Menjadi secepat angin, sebijak hutan,
Dalam persiapan penyerangan ke benteng Toishi, harunobu membagi
pasukan menjadi empat kelompok. Harunobu sendiri bersama 4.000 orang
samurai menyerang ke benteng Toishi. Pasukan Amari, Tokota, dan Oyamada
berada di posisi bertahan sejak awal yang jumlah mereka lebih sedikit dengan
pasukan musuh yaitu pasukan dari seorang samurai Kojima Gorozaemon, dan
mereka berhasil membunuhnya. Berita ini sangat memikat hati Harunobu dan ia
mengganggap ini adalah pertanda baik. Tetapi beda halnya dengan Kansuke. Ia
justru mengatakan kepada tuannya kalau membunuh Kojima Gorozaemon adalah
sangat berbahaya. Sejam kemudian terdengar kabar bahwa Amari dan Yokota
telah meninggal dunia. Pada saat yang bersamaan, pasukan keduanya pun jatuh
dan terpecah. Harunobu mencoba untuk mempersatukan kembali namun sia-sia.
Kekalahan yang sudah tak terelakkan lagi.
Dengan memanfaatkan strategi Kansuke, pasukan Takeda beralih posisi
bertahan menjadi menyerang. Selama pertempuran Takeda kehilangan 720 orang
prajurit sedangkan musuh kehilangan 193 orang. Walaupun prajurit Takeda
banyak yang gugur, namun Takeda berhasil mengalahkan musuh. Dengan itu
Kansuke dihadiahkan 800 kan dan memimpin 75 orang prajurit infanteri.
Festival Bunga Krisan pada 9 September, pasukan Takeda berkumpul di
kediaman Kofu. Dalam festival ini hadir beberapa orang samurai. Mereka
membicarakan tentang kemenangan melawan Mukarami di benteng Toshi. Dan
meramal bahwa tidak akan ada pertempuran hingga musim semi berikutnya.
Tetapi Kansuke berbeda, ia percaya bahwa akan ada pertempuran pada tahun ini.
23.000 pasukan di bawah pimpinan Uesugi Norimasa yang bergerak dari Puncak
Fuefuki untuk menyerang. Malam itu sebagian pasukan Itagaki meninggalkan
Suwa sebagai pasukan pendahulu dan Kansuke kembali ke Kofu secepatnya.
Itagaki berangkat pada 4 Oktober dengan pasukan pribadi. Pada 5 Oktober,
Harunobu juga meninggalkan Kofu dengan 4.500 orang pasukan cadangan.
Tanggal 6, ia menerima kabar bahwa pasukan Itagaki sudah bertempur melawan
pasukan Uesugi di puncak Fuefuki dan memperoleh kemenangan.
Saat itu bulan Agustus tahunTenbun ke-17, Harunobu menghancurkan
Benteng Shiga di wilayah Shinano dan tinggal di benteng Komuro bersama
10.000 prajurit. Ketika pertempuran berakhir, diadakan perhitungan kepala-kepala
yang gugur dan dicatat. Dari musuh tercatat 2919 orang dan dari mereka 700
orang salah satunya adalah Itagaki.
Pertempuran Uedahara menciptakan perbedaan yang begitu besar antara
Takeda Harunobu dan Murakami Yoshikiyo. Baik wilayah Nishina dan Sarashina
menjadi wilayah Harunobu, sehingga semua benteng di wilayah tersebut jatuh ke
tangan Harunobu dan juga menguasai benteng Kotani dalam pertempuran
Kamejiri.
Pada tahun Koji ke-4, terjadi kembali pergantian era menjadi tahun
Eiroku ke-1. Pada bulan April tahun ini, Uesugi Kenshin memasuki Shinano
bersama 8000 prajirit dan membakar dataran Un-no-Daira, yang berada di bawah
kendali Takeda.
Sejak awal, perang ini begitu sulit buat pasukan Takeda. Ada perbedaan
mengurangi kepercayaan diri para prajurit sekutu. Bagaimana pun pasukan
Takeda harus menghadapi serangan kejutan mendadak pasukan Echigo yang jauh
lebih besar dan lebih kuat. Tetapi mereka memiliki keyakinan teguh bahwa
mereka harus menang. Mereka harus bertahan dengan posisi militer yang lebih
lemah, sampai 12.000 prajurit pasukan sekutu bergabung dalam barisan. Sudah
tidak ada lagi ruang untuk strategi. Perang kali ini murni menjadi pertunjukan
kekuasaan dan kekuatan. Kenshin telah memperdaya Kansuke kali ini.
Kansuke tidak pernah mengira bahwa akan mendapatkan prajuritnya
melawan pasukan Kenshin dalam situasi sesulit ini. Sejak lama ia merencanakan
strategi untuk menghadapi saat-saat seperti ini, namun yang terjadi di hadapannya
sama sekali berbeda dari apa yang ia bayangkan. Sekarang pertempuran menjadi
kekacauan yang sepenuhnya. Sudah tidak ada lagi barisan yang membedakan
musuh dan sekutu. Ini merupakan pertempuran antara hidup dan mati.
Pertempuran sudah berlangsung satu jam. Kansuke tidak pernah merasakan
pertempuran sesulit san sekeras ini. Musuh bertekad menghancurkan kemah
utama Shingen dalam satu serangan.
Sesaat kemudian Kansuke memacu kudanya menuju berlawanan dari
pertempuran itu. Musuh mengepung, Kansuke menyondong badan ke depan.
Kansuke memegang pedang di satu sudut, mata pedang di sebelah pipinya.
Sepanjang Kansuke menahan sakit di sekujur tubuhnya, ia tebaskan pedang kea
rah musuh dan musuh juga melakukan hal yang sama terhadap Kansuke. Sebilah
pedang menembus perut Kansuke dari samping. Rasa sakit kembali menusuk
yang akan mengakhiri hidupnya bergerak menebas lehernya. Kepala sang ahli
strategi Yamamoto Kansuke lapas dari tubuh kecilnya. Tidak lama dari
BAB III ANALISA CERITA 3.1 Tema
Furin Kazan secara harafiah berarti “Angin, Hutan, Api, Gunung” adalah
strategi perang yang dimiliki Yamamoto Kansuke. Dan Itu jugalah strategi yang
digunakan Takeda Shingen seorang Daimyo zaman Sengoku dalam pertempuran.
Maksud strategi perang ini adalah: pertama, secepat angin yaitu saat melakukan
pergerakan, pasukannya bergerak secepat angin. Kedua, setenang hutan yaitu saat
mereka tinggal di suatu tempat, maka mereka akan menyembunyikan
keberadaannya setenang hutan. Ketiga, seganas api yaitu saat menyerang, pasukan
akan mengganas seperti bak api yang membara. Dan yang ke empat, sekokoh
gunung yaitu saat mereka mendapat serangan, maka mereka akan bertahan
sekokoh gunung.
Dalam cerita novel ini menceritakan tentang kisah Yamamoto Kansuke
dengan strategi perang yang dikuasainya. Saat itu pada zaman Sengoku Jidai
dimana perang saudara dan perebutan wilayah melingkupi wilayah Jepang.
Kansuke dipandang sebelah mata karena kakinya yang pincang dan matanya yang
buta sebelah. Hingga pada suatu ketika ia bertemu dengan jenderal Itagaki, yang
memberinya kesempatan untuk mengapdi kepada Daimyo Takeda dari Provinsi
Kai.
Takeda Shingen yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya.
Mengangangkat Yamamoto Kansuke sebagai ahli strateginya. Bakat Kansuke
sukses besar. Namun agenda terbesar mereka adalah mengalahkan pasukan
Echigo yang dipimpin oleh Uesugi Kenshin Kagetora. Pertempuran tersebut
dikenal dengan peperangan Kawanakajima, dan sejarah mencatatnya sebagai salah
satu peperagan terbesar pada zaman Sengoku Jidai.
Jumlah pasukan jauh lebih sedikit dibanding dengan pasukan lawan dan
mereka sangat kuat. Inilah faktor dari kesulitan Takeda. Dimana Yamamoto
Kansuke salah memberi strategi kepada para prajurit. Yang akhirnya
mengakibatkan banyaknya pasukan yang gugur salah satunya adalah Yamamoto
Kansuke. Walaupun demikian, usaha dan kerjasama seluruh pasukan memperoleh
kemenangan.
3.2 Alur
Dalam novel ini pengarang menggunakan alur maju. Pada bagian awal
dicerikan dari pertemuan Kansuke dengan Aoki Daizen. Kemudian bertemu
dengan seorang jenderal muda yang bernama Takeda Harunobu. Kansuke yang
selalu berusaha untuk menjadi tangan kanan dari Harunobu, dan selalu berjuang
untuk menjadi seorang penaklukan benteng dan menunjukkan bakatnya serta
keahlian strategi perang yang ia miliki. Sampai tokoh utama Yamamoto Kansuke
mencapai keinginannya menjadi penaklukan benteng, hingga seorang Yamamoto
3.3 Perwatakan 1. Aoki Daizen
Samurai tak bertuan berusia 30 tahun yang penampilannya tampak dingin dan
kejam. Permainan pedangnya sangat cepat dan selalu berhasil menjatuhkan
musuhnya dengan hanya sekali sebatan.
2. Yamamoto Kansuke
Pesamurai yang menguasai pedang aliran Gyoryu. Tingginya yang tidak sampai
lima kaki, kulitnya gelap, salah satu matanya buta, dan kakinya pincang, serta jari
tengah tangan kanannya tidak ada. Ia adalah seorang yang banyak menguasai
strategi perang dan penaklukan benteng yang sangat luar biasa.
3. Takeda Harunobu
Seorang jenderal muda yang baik hati dan yang menguasai wilayah Kofu. Ia juga
merupakan orang yang sangat bijaksana, cerdas, dan jujur di dalam
kepemimpinannya. Seorang jenderal yang hebat dan tidak membutuhkan pujian,
juga peduli kepada penampilan fisik pengikutnya.
4. Suwa Yorishige
Seorang jenderal yang sedikit lebih tua dibandingkan Harunobu. Ia adalah seorang
yang angkuh dengan apa yang dikuasainya dan suka meremehkan kemampuan
orang lain.
5. Itagaki Nobukata
Pengikut Harunobu, komandan perang yang sangat setia berada disisi Harunobu dan
6. Murakami Yoshiko
Pemimpin dari keluarga yang sangat berkuasa di Shinano pemilik benteng Toishi. Ia
adalah seorang pemberani dan tangguh yang selalu berambisi untuk melawan
wilayah lawannya.
7. Kojima Gorozaemon
Di kenal sebagai prajurit yang tangguh dan pemberani di wilayah Kai Provinsi
Takeda.
8. Kagetora
Pesamurai yang baru berusia 18 tahun , namun sudah terkenal karena keberaniannya
sebagai penguasa Echigo.
9. Takeda Shingen
Dia adalah keturunan dari Takeda Harunobu yang berkuasa atas klan Takeda. Shingen
adalah seorang jenderal yang sifatnya tidak beda jauh dengan ayahnya. Ia juga
bijaksana, baik, tegas, dan perhatian kepada pengikutnya. Dari semua keturunan
Harunobu, hanya dialah yang bisa menjadi pengganti dirinya. Karena dialah
satu-satunya yang memiliki jiwa kepemimpinan yang bertanggungjawab serta
memiliki keberanian yang besar.
3.4 Setting
Dalam cerita ini, dalam cerita ini terjadi pada zaman Sengoku Jidai
tahun Tenbun. Dimana perang saudara dan perebutan wilayah melingkupi seluruh
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari perjuangan yang telah dilakukan oleh peran utama dari novel ini
menunjukkan suatu ambisi yang begitu besar untuk memperjuangkan
persekutuannya. Kansuke yang ingin menjadi seorang penaklukan benteng dengan
strategi perang yang dimilikinya. Walaupun orang-orang banyak yang tidak
percaya atas semua cerita tentang dirinya karena badannya yang kecil dan
mengatakan dirinya tidak lain adalah seorang penipu. Tetapi, ia tidak
menghiraukannya. Ia hanya tetap teguh kepada keinginannya menjadi seorang
penakluk benteng. Dari keunikan dirinya Takeda Harunobu mengupahnya untuk
mau bekerja sama dengannya. Dan kemudian Kansuke bekerja untuk Takeda. Ia
tidak memikirkan berapa Harunobu mengupahnya, tetapi yang selalu ada dalam
pikiranya adalah apa yang akan dilakukannya untuk bisa menaklukkan benteng.
Dengan semua idenya yang cemerlang, akhirnya Takeda Harunobu
mempercayainya dan berpihak padanya. Harunobu merasa puas dengan strategi
perang yang dimiliki Kansuke sehingga menjadikannya sebagai pemimpin
pasukan Takeda dan menjadikan Kansuke sebagai asisten pribadinya. Bahkan
menuruti apa pun yang dikatakan oleh Kansuke. Karena ketulusan dan kerja
kerasnya bekerja dengan Harunobu menjadikannya seperti yang di inginkan.
Dari analisis cerita novel ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa
semaksimal mungkin pasti akan memperoleh hasilnya. Dengan pantang menyerah
dan semangat yang berkobar menghantarkan kita kepada kemenangan jika
melakukannya dengan hati. Walaupun pada akhirnya semua akan berakhir.
4.2 Saran
Dengan diangkatnya novel yang berjudul “Furin Kazan” karya dari
Yasushi Inoue, penulis mengharapkan demi untuk mencapai hal yang diinginkan
harus selalu berjuang dan bekerja keras jangan pernah putus asa. Dan dalam
menjalani kehidupan ini harus memiliki strategi atau prinsip hidup untuk
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama, Nobuo and Carol Akiyama. 1995. Master the Basics. Japanese: Barron's
Educational Series, Inc., Hauppauge, N. Y.
Association for Japanese Language Teaching. 1984. Japanese for Busy People I.
Tokyou: Kodansha International.
Chaer, Abdul.2003.Seputar Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Eneste, Pamusuk. 2008. Bibiografi Sastra Indonesia. Jakarta: Indonesia Tera.
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta
Tae Kim. 1986. Japanese Grammar. Japan.
Yasushi Inoue. 2010. Furin Kazan. The Heirs Of Yashushi Inoue. Japan.