PRINSIP PEMASARAN NATHAN KAUFFMAN APAKAH
TEPAT ATAU TIDAK DITERAPKAN PADA PEMASARAN
RUMAH SAKIT DI INDONESIA
(Manajemen Strategik Rumah Sakit)
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
RINA AMELIA
067013030
PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH PASCASARJANA USU
MEDAN
PRINSIP PEMASARAN NATHAN KAUFFMAN DENGAN PEMASARAN RUMAH SAKIT
Oleh : Rina Amelia (067013030)
Strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di Indonesia (rumah sakit), apakah sesuai
dengan Strategi pemasaran menurut Nathan Kaufman, menurut saya pribadi sesuai,
karena dari 7 item yang dinyatakan Nathan Kaufman kesemuanya telah dilaksanakan di
Indonesia dalam upaya pemasaran pelayanan kesehatan, tetapi ada beberapa item tertentu
yang harus ditambahkan suatu kebijakan baru dari pemerintah supaya mendukung kepada
hal tersebut. Untuk jelasnya, saya akan menjelaskan satu persatu :
1. Meningkatkan suplai dokter atau pendukung lainnya
Hal ini telah dilakukan oleh pemerintah, yaitu dengan memberikan kebebasan
kepada pihak swasta yang berperan dalam pendidikan untuk
mendirikan/membangun sarana pendidikan baik untuk tenaga dokter, perawat
bidan serta paramedis lainnya sehingga setiap tahun produksi dokter, perawat
dan paramedis terus meningkat, dan ini kita harapkan kebutuhan tenaga
kesehatan di seluruh Indonesia dapat dipenuhi
Adanya kecendrungan dokter spesialis, dokter dan tenaga medis untuk
bekerja di kota ditambah dengan UU Praktek Kedokteran yang membatasi
praktek Dokter spesialis dan dokter di 3 tempat saja, sehingga tidak adanya
distribusi dokter spesialis, dokter dan tenaga medis yang merata di seluruh
Indonesia akibatnya sedikit sekali terutama tenaga dokter spesialis yang
berada pada RS tipe C maka dari itu diharapkan adanya suatu kebijakan atau
undang-undang yang tegas dari pemerintah tentang pendistribusian tenaga
kesehatan, sehingga terjadi distribusi yang merata dari tenaga dokter spesialis,
dokter umum, perawat serta paramedis lainnya.
2. Menyediakan pelayanan baru atau memperluasnya
Adanya kebijakan pemerintah tentang peran swasta di sektor perumah sakitan
menyebabkan banyak bermunculan rumah sakit swasta di Indonesia
Pemerintah mengurangi jumlah rumah sakit yang dimiliki dan dioperasikan-nya sendiri. Rumah sakit yang dibiayai atau disubsidi oleh pemerintah sebaiknya hanya tinggal rumah sakit pendidikan dan penelitian, rumah sakit khusus tertentu dan rumah sakit untuk masyarakat tidak mampu. Rumah sakit jenis lain seyogyanya diserahkan kepada swasta penyelenggaraannya. Pemerintah jangan sampai menjadi pesaing bagi swasta dalam penyelenggaraan rumah sakit.
Dengan semakin kompetitifnya persaingan antar rumah sakit membuat rumah
sakit menjadi kreatif dan inovatif dalam memciptakan pelayanan yang unggul
dan dapat bersaing dengan rumah sakit yang lain
Kreativitas ini sangat didukung oleh kemajuan di bidang teknologi kedokteran
yang terus berkembang
Dalam kondisi seperti ini biasanya rumah sakit akan membuat focus layanan
unggulan yang didukung oleh tenaga dokter dan paramedis, fasilitas serta
teknologi kedokteran sehingga rumah sakit mempunyai nilai jual yang
berbeda denga rumah sakit lainnya
Contoh : rumah sakit yang punya pelayanan unggulan kateterisasi jantung,
rumah sakit dengan pelayanan unggulan bedah palstik, rumah sakit dengan
pelayanan unggulan onkologi.
Sektor swasta (termasuk swasta asing) akan lebih berperan dalam penyelenggaraan rumah sakit untuk tujuan pelayanan dan rujukan. Fungsi layanan rumah sakit akan berubah, terutama
untuk layanan kasus gawat darurat, rujukan diagnostik dan tindakan teknologi tinggi,
perawatan intensif, perawatan penyakit menahun dan penyakit usia lanjut.
Persaingan akan meningkat, bukan hanya antara rumah sakit (di dalam dan di luar negeri) tapi juga dengan hospitals without beds, diagnostic centers, treatment centers, nursing homes, dan lain-lain. Sebagai akibat persaingan akan terjadi konglomerasi rumah sakit (hospital chains) atau bentuk usaha lain yang lebih menjanjikan efisiensi dan efektifitas.
3. Memperbaiki aksesibilitas pelayanan
Dengan perkembangan dunia teknologi berdampak juga terhadap teknologi di
SIRS (Sistem Informasi rumah sakit), adalah sistem yang mengatur
manajemen yang dilakukan di rumah sakit yang berbasiskan sistem informasi
terpusat
Dengan adanya SIRS yang baik dapat diberikan pelayanan yang cepat dan
tepat kepada pasien, karena kan mudah menemukan identitas pasien (RM
yang komputerisasi)
Dapat menentukan terapi dengan cepat (RM online)
4. Memperbaiki pelayanan konsumen, memperbaiki kekurangan dalam operasi
Pelayanan kesehatan melalui jalur rumah sakit semakin dihadapkan pada
tuntutan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah
sakit tersebut. Tenaga perawat merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan
yang selalu ada pada setiap rumah sakit, juga merupakan salah satu ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Sebagian besar tenaga perawat tersebut ( 75 % ) adalah tenaga perawat yang
memiliki latar belakang Sekolah Akademi Perawat. Bedasarkan kondisi
tersebut berbagai upaya perbaikan dan pengembangan tenaga perawat
dilakukan. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan agar tenaga perawat yang ada
dapat beradaptasi dengan perkembangan Iptek dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam perkerjaanya, sehingga perkembangan
pelayanan asuhan keperawatan sejalan dengan pelayanan kesehatan lainnya.
Peningkatan mutu layanan disesuaikan dengan tuntutan obyektif (transisi
demografi dan epidemiologi, perkembangan ilmu dan teknologi, persaingan)
dan tuntutan subyektif (karena peningkatan pendidikan, kesejahteraan, gaya
hidup, sistem nilai. Salah satu upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan
pelatihan.
Profesionalisme tenaga medik dikembangkan melalui Komite Medik yang ada di rumah sakit, ikatan profesi, fakultas kedokteran dan lembaga perizinan dokter.
Profesionalisme manajer rumah sakit dikembangkan melalui proses pendidikan, pelatihan dan ikatan profesi.
Profesionalisme tenaga non medik dikembangkan melalui gerakan total quality management yang mengacu pada proses kecil untuk kelancaran organisasi.
5. Renovasi gedung atau membeli produk baru
Sektor perumah sakitan pada jaman sekarang ini telah menjadi sektor industri
dan menjadi suatu bisnis yang strategis dan menguntungkan. Karena orientasi
rumah sakit sudah menjadi profit oriented sehingga pihak rumah sakit selalu
berupaya meningkatkan kepuasan pelanggan baik dari segi pelayanan maupun
dari segi fasilitas serta prasarana
Demikian juga dengan rumah sakit swasta dengan ketentuan pemerintah
berubah menjadi BLU membuat rumah sakit mempunyai kebebasan dalam
mengelola keunagan sendiri sehingga perbaikan terhadap rumah sakit bisa
dilakukan secara swakelola contoh : renovasi rumah sakit, pembelian alat-alat
kedokteran yang diperlukan sebagai penunjang diagnostik pasien.
6. Membangun alternatif sistem pembiayaan (asuransi kesehatan)
Pembiayaan kesehatan dengan sistem pembayaran tunai berdasarkan jumlah
dan jenis pelayanan (fee for service), seperti yang selama ini diterapkan di
Indonesia, dinilai kurang efektif.
Sistem pembiayaan semacam itu, menurut membuat sebagian masyarakat
tidak bisa menjangkau pelayanan kesehatan.
Akan lebih baik kalau setiap orang diwajibkan menabung atau membayar
iuran asuransi atau jaminan kesehatan yang besarnya terjangkau sesuai
penghasilannya. Dengan demikian mereka tidak kesulitan bila sewaktu-waktu
sakit dan ini merupakan implementasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 yaitu konsep bahwa orang dengan penghasilan tertentu
Sistem pembayaran tunai juga membuat alokasi dana kesehatan yang kecil (3,
2 persen dari PDB-red) tidak bisa dimanfaatkan secara optimal, merata dan
efektif.
pembiayaan kesehatan dengan sistem asuransi dapat memberikan manfaat
optimal jika pemerintah mengeluarkan kebijakan pendukung, utamanya yang
menyangkut kepastian tarif biaya pelayanan kesehatan
7. Membangun program public relation atau iklan
Sesuai dengan KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA (KODERSI)
tahun 2000 Pasal 23 : Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran
harus bersifat informatif, tidak komparatif, berpijak pada dasar yang nyata,
tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.
Dengan ketentuan KODERSI tersebut dibenarkan Rumah Sakit di Indonesia
untuk melakukan promosi dalam upaya sosialisasi dan mengenalkan RS
tersebut sehingga konsumen dapat mengenali jenis pelayanan serta pelayanan