TINJAUAN PUSTAKA
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
( INTRA UTERINE CONTRACEPTIVE DEVICE = IUCD )
T.M. Hanafiah*
ABSTRAK
Dewasa ini diperkirakan lebih dari 100 juta wanita yang memakai AKDR, hampir 40%-nya terdapat di Cina. Sebalik40%-nya, ha40%-nya 6 % di Negara maju dan 0.5 % di sub-sahara Afrika. Di Indonesia pemakai AKDR 22.6 % dari semua pemakai metoda kontrasepsi.
Daya guna metoda kontrasepsi merupakan faktor yang paling penting baik untuk klien (pasangan) yang memilih suatu metoda kontrasepsi dan untuk pemberian pelayanan KB yang terlibat dalam konseling.
Keuntungan dari AKDR adalah hanya memerlukan satu kali motivasi dan satu kali pemasangan; tidak menimbulkan efek sistemik; dapat mencegah kehamilan dalam jangka lama; sederhana, mudah, dan ekonomis; cocok untuk penggunaan secara massal; efektifitas tinggi; kegagalan pasien (patient’s failure) hampir tidak ada; tidak membutuhkan inteligensia yang tinggi pada pemakaian reversibel; untuk beberapa jenis AKDR, dapat dipakai untuk jangka lama (bertahun-tahun).
Sedangkan kerugiannya adalah pemasangan dalam dan penyaringan infeksi saluran genitalia diperlukan sebelum pemasangan AKDR; dapat meningkatkan risiko Penyakit Radang Panggul (PRP); memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya; bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada sebagian pemakai AKDR; pasien tidak dapat mencabut sendiri AKDR nya; tidak dapat terlindungi terhadap PMS, HIV/AIDS; AKDR dapat keluar dari rahim melalui kanalis servikalis hingga keluar ke vagina; dan bertambahnya risiko mendapat PRP pada pemakai AKDR yang dahulu pernah menderita penyakit menular seksual (PMS) atau mereka yang mempunyai mitra seks banyak.
Kata kunci : keuntungan AKDR, kerugian AKDR
* Penulis adalah Staf pengajar Bagian Obstetri & Genikolog FK-USUi, Staf Pengajar Keluarga Berencana PSIK FK-USU
Dewasa ini diperkirakan lebih dari 100 juta wanita yang memakai AKDR, sebagian besar penggunanya (± 0%)
terdapat di Cina. Di negara maju angka penggunaan AKDR hanya 6% dan di Afrika bahkan hanya 0,5%. Sementara di Indonesia
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005
sendiri pemakai AKDR adalah 22,6% dari semua pemakai metoda kontrasepsi.
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sekarang ini diyakini sebagai salah satu alat yang secara efektif mampu menghindari terjadinya kehamilan dalam rentang waktu yang cukup panjang (2-6 tahun). Sebenarnya penggunaan kontrasepsi ini bukan merupakan sesuatu hal yang baru, tetapi perkembangan dan aplikasinyalah yang terus mengalami pembaruan.
SEJARAH PERKEMBANGAN AKDR
Sejarah abad masa lalu, walaupun tidak tercatat dengan baik, menunjukkan bahwa kafilah dagang “bangsa Arab” mempraktekkan penggunaan AKDR pada unta-unta mereka. Jika melakukan perjalanan jauh dalam kegiatan perdagangannya, mereka memasukkan batu-batu kedalam rahim untanya.
Periode abad berikutnya mencatat keberhasilan Richard Richter pada tahun 1909 di Jerman mengujicobakan penggunaan AKDR pada manusia. AKDR yang digunakannya merupakan cicin catgut ulat sutera yang mempunyai kawat nikel dan tembaga yang mejulur keluar melalui serviks. Tahun 1920-an Grafenberg mengganti cincin catgut dengan cicin berlapis emas atau perak. Tidak lama berselang (1934) Ota di Jepang menambahkan struktur pendukung cincin AKDR yang berlapiskan emas atau perak untuk mengurangi angka ekspulsi. Selama berlangsung perang dunia kedua, filosofi politik Jepang dan Nazi mengeliminasi penggunaan AKDR. Baru pada tahun 1959 Oppenheimer menggerakkan kembali penggunaan dengan berbagi macam bentuk pengembangan IUD.
Perkembangan seterusnya pada tahun 1960 melahirkan AKDR berbentuk “Loop” hasil karya Jack Lippes. Kemudian berturut-turut tahun 1968-1969, Zipper menambahkan Cu (tembaga) dan Doye dan Clewe (Amerika) menggunakan progestin sebagai bahan anti fertilitas. Penelitian untuk mendapatkan jenis AKDR yang paling
efektif, dan aman dipakai masih terus berlangsung.
JENIS – JENIS AKDR
AKDR dibedakan jenisnya menurut sifat dan bentuknya. Menurut sifatnya ada AKDR inert (netral), yaitu AKDR yang tidak mengandung bahan aktif dan AKDR bidaktif, yaitu AKDR yang mengandung bahan aktif seperti tembaga (Cu), perak (Ag), dan progesteron.
Menurut bentuknya, jenis AKDR dapat dibedakan sebagai AKDR berbentuk terbuka (berbentuk linier) dan AKDR tertutup (berbentuk cincin). Contoh AKDR terbuka antara lain adalah Lipper Loop, Soft T Coil, Sheilds, Cu-7, Cu-T, Spring Coil, Progestasert (Alza T), Multi Load, Marguiles Spiral. Sedangkan contoh AKDR tertutup antara lain: Ota Ring, Stainless Ring, Antigen F, Ragab Ring, Cicin Grafenberg, dll.
CARA KERJA AKDR
AKDR merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam rahim. Keberadaannya dapat merangsang timbulnya reaksi tubuh terhadap benda asing berupa fagositosis oleh lekosit, makrofag dan limfosit. Pemadatan endometrium akibat reaksi fagositosis menyebabkan blastokis rusak sehingga nidasi terhalangi. oleh Selain itu AKDR juga menimbulkan terjadinya perubahan pengeluaran cairan dan prostaglandin yang dapat menghalangi kapasitasi spermatozoa. Jika AKDR mengandung logam, misalnya tembaga Cu, ion yang dilepaskan oleh logam tsb menyebabkan gerak spermatozoa terganggu dan mengurangi kemampuannya untuk melakukan konsepsi.
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian AKDR
Keuntungan Kerugian
• Hanya memerlukan satu kali motivasi dan satu kali pemasangan.
• Tidak menimbulkan
• Pemasangan dalam dan penyaringan infeksi saluran genitalia diperlukan
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005
38
efek sistemik.
• Dapat mencegah kehamilan dalam jangka lama.
• Sederhana, mudah, dan ekonomis.
• Cocok untuk penggunaan secara massal.
• Efektifitas tinggi.
• Kegagalan pasien (patient’s failure) hampir tidak ada.
• Tidak membutuhkan inteligensia yang tinggi pada pemakaian reversibel.
• Untuk beberapa jenis AKDR, dapat dipakai untuk jangka lama (bertahun-tahun
sebelum pemasangan AKDR.
• Dapat meningkatkan risiko Penyakit Radang Panggul (PRP).
• Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan mencabutnya.
• Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan pertama pada sebagian pemakai AKDR.
• Pasien tidak dapat mencabut sendiri AKDR
• Tidak dapat terlindungi terhadap PMS, HIV/AIDS.
• AKDR dapat keluar dari rahim melalui kanalis servikalis hingga keluar ke vagina.
• Bertambahnya risiko mendapat PRP pada pemakai AKDR yang dahulu pernah menderita penyakit menular seksual (PMS) atau mereka yang mempunyai mitra seks banyak.
PEMASANGAN AKDR YANG TEPAT
Keberhasilan pemasangan AKDR mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi efektifitas kerjanya. Selain ketepatan pemasangan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran dan jenis IUD serta tabung penyalur yang tepat dan waktu pemasangan. Waktu yang tepat untuk pemasangan AKDR adalah sewaktu haid, post partum, segera setelah abortus kuret atau melakukan seksio sesarea
Ukuran dan jenis IUD harus sesuai dengan ukuran rahim pemakai, tidak terlalu besar sehingga menimbulkan trauma atau terlalu kecil sehingga mudah lepas. Oleh
karena keahlian dan pengalaman pemasang AKDR merupakan hal penting lain yang juga harus dipertimbangkan.
Selain diharapkan keahliannya dalam melakukan teknik pemasangan dan pemilihan AKDR yang tepat, seorang yang akan melakukan pemasangan AKDR juga diharapkan mampu memberikan konseling terkait dengan AKDR. Informasi utama yang disampaikan adalah (1) mekanisme kerja AKDR termasuk keuntungan dan kerugian serta efek sampingnya, (2) prosedur pemasangan/pencabutan dan jangka waktu pemakaian, (3) Waktu pemasangan dan metode kontrasepsi mana yang dipakai bila pemasangan AKDR diundurkan (4) Kebebasan bagi pasien untuk tidak meneruskan memakai AKDR jika dikehendaki
DAFTAR PUSTAKA
Burnhill M.S. (1989). Inserting IUDs Safely.
Am J Gynec Hlth; 3(3):11-8
Infections Among Women in the Third World. New York: International Women’s Health Coalition
Gray R.H et al., (1980). Manual for the Provision of Intrauterine Devices (IUDs). Geneva: World Health Organization.
JHPIEGO Corporation. (1993). IUD Guidelines for Family Planning Service Program. 2nd Baltimore: Maryland. JHPIEGO
Outlook. (1989). Tarnish Does Not Affect Copper IUDs. Outlook, 7(2):8.