• Tidak ada hasil yang ditemukan

Management of Traumatic Ptosis with Multiple Cicatrics on The Right Upper Eyelid and Frontal Region

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Management of Traumatic Ptosis with Multiple Cicatrics on The Right Upper Eyelid and Frontal Region"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1 MANAGEMENT OF TRAUMATIC PTOSIS WITH MULTIPLE CICATRICS ON THE

RIGHT UPPER EYELID AND FRONTAL REGION

Disusun Oleh :

Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA /

RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN, 2010

(4)

Halaman

Daftar isi ... i

1. Pendahuluan ... 1

2. Laporan Kasus ... ... 2

3. Diskusi ... 4

4. Kesimpulan ... 5

5. Daftar Pustaka ... 5

(5)

1 MANAGEMENT OF TRAUMATIC PTOSIS WITH MULTIPLE CICATRICS ON THE

RIGHT UPPER EYELID AND FRONTAL REGION A case report

Rodiah Rahmawaty Lubis

PENDAHULUAN

Ptosis adalah jatuh atau turunnya kelopak mata, atau kondisi kelopak mata yang tidak dapat

membuka dengan optimal seperti mata normal ketika memandang lurus ke depan (Drooping eye

lid)1,2,3,4,5. Normalnya kelopak atas menutupi sekitar 1/6 kornea atau 2 mm di bawah limbus, pada ptosis kelopak atas menutup lebih dari 2 mm 1-10.

Berdasarkan onsetnya ptosis dibagi 2, Congenital Ptosis (dibawa sejak lahir), dan Acquired

Ptosis (didapat) atau usia dewasa atau involutional. Atau dapat juga dibagi atas penyebabnya :

Myogenik, aponeurotik, neurogenik, mekanikal atau traumatik1-11.

Insiden terjadinya ptosis traumatik semakin meningkat. Ptosis traumatik terjadi akibat

trauma tajam dan tumpul pada muskulus atau aponeurosis levator. Ptosis traumatik sering

menyebabkan terjadinya ptosis sikatrikal. Seperti laserasi palpebra superior atau prosedur bedah

saraf orbital. Ptosis traumatik biasanya terjadi pada kasus-kasus yang didahului oleh laserasi

yang cukup dalam atau avulsi pada kelopak mata yang memerlukan explorasi ataupun penjahitan

primer yang dilakukan sebelumnya.4,8,12

Penanganan ptosis pada umumnya adalah dengan tindakan operasi. Perkembangan disiplin

ilmu bedah rekonstruksi meningkat sejalan dengan majunya teknik operasi dan peralatan disertai

dengan pemahaman anatomi dan penyakit. Koreksi ptosis merupakan prosedur okuloplastik yang

cukup menantang yang membutuhkan diagnosa yang tepat, perencanaan yang matang, melalui

pemahaman anatomi, dan teknik operasi yang baik. Anamnesa durasi ptosis, riwayat keluarga,

penyakit yang menyertai, riwayat trauma dan pemeriksaan klinis, penting sebelum operasi1,3,6. Derajat atau jenis ptosis serta besarnya fungsi levator merupakan faktor yang dapat

menentukan dalam memilih prosedur operasi. Pengalaman dan tingkat kenyamana operator juga

merupakan faktor yang paling penting dalam menetukan jenis prosedur operasi blefaroplasti. 4,13

(6)

kasus. Sehingga penting untuk memilih teknik operasi yang paling baik, anamnesa penyakit yang

detail, dan pemeriksaan klinis yang teliti serta kemampuan dan pengalaman operatornya.13

LAPORAN KASUS

Seorang pria 48 tahun datang ke RS.Dr.Soetomo dengan keluhan utama mata kanan

tidak dapat terbuka. Hal ini dialami sejak 2,5 bulan sebelum penderita datang ke RS.Dr.Soetomo.

Sebelumya penderita mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 9 Desember 2009 di

Manokwari, sepeda motornya bertabrakan dengan sepeda motor dari arah yang berlawanan

dengan kecepatan tinggi dan penderita jatuh ke dalam parit (selokan) dan tidak sadarkan diri.

Kemudian oleh warga setempat penderita dilarikan ke Rumah Sakit di Manokwari. T erdapat

beberapa luka robek di daerah frontal sampai palpebra superior kanan daerah lateral dan pada

bagian tubuh yang lain yang kemudian di opname, luka dijahit oleh dokter umum setempat.

Setelah luka sembuh, penderita mengalami kesulitan untuk membuka mata kanannya. Kemudian

penderita datang ke RS.Dr.Soetomo dengan tujuan agar mata kanannya segera dapat terbuka

kembali.

Pada pemeriksaan didapatkan, sikatrik yang tebal pada daerah frontal sampai ke palpebra

superior bagian lateral, akibatnya pada saat mengangkat kedua alis mata, maka eye brow mata

kanan dan daerah kanan frontal tidak ikut bergerak. Tajam penglihatan mata kanan 5/40 pinhole

tetap sulit koreksi dan mata kiri 5/5, segmen anterior mata kanan terdapat multipel sikatrik pada

daerah lateral palpebra superior yang memanjang ke atas sampai daerah frontalis melalui eye

brow, sedangkan konjungtiva dijumpai selaput kemerahan berbentuk segitiga dengan puncak

mengarah ke kornea, COA, iris dan lensa semuanya masih dalam batas normal. Segmen posterior

mata kanan: kesan Traumatik Optic Neuropathy. Pemeriksaan ocular motility didapati

keterbatasan pergerakan mata ke arah superior (-2), inferior (-2), nasal (-4), superonasal (-4) dan

inferonasal (-4), MRD = 0, MLD = 0, FIP = 0, LA = 0. Bell’s Phenomen baik. Pemeriksaan segmen anterior mata kiri dijumpai selaput kemerahan berbentuk segitiga pada konjungtiva bulbi

mengarah ke kornea dan segmen posterior dalam batas normal, serta pergerakan baik ke segala

(7)

3 Cardiomegali. Penderita di konsulkan ke bagian kardiologi dan jawaban konsul dari bagian

kardiologi adalah Tekanan darah 125/80 mmHg, CRI class II (Echocardiografi), Cardiomegali

dengan CTR 60%. Pemeriksaan darah (laboratorium): dalam batas normal. Dianjurkan untuk

pemeriksaan CT Scan namun karena keterbatasan ekonomi penderita maka pemeriksaan tidak

dilaksanakan.

Pasien didiagnosa dengan OD Traumatik Ptosis disertai parese N.III dan N.IV dan ODS

Pterygium dan OD TON dan atas permintaan pasien dengan mempertimbangkan jauhnya tempat

tinggal pasien (Manokwari, Irian Jaya), maka penderita dipersiapka untuk operasi repair palpebra

mata kanan. Dilakukan OD release sikatrik pada reg. Frontalis dan palpebra, repair palpebra,

reseksi levator dan skin graft, dengan terlebih dahulu penderita menandatangani lembaran

informed concent.

Laporan operasi :

- Penderita dibaringkan di meja operasi dengan pengaruh general anasthesia

- Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidon iodine 10 %, lapangan operasi dipersempit

dengan doek steril.

- Insisi pada sikatrik dari reg. Frontalis dan eye brow

- Release sikatrik, undermine luas dan kontrol perdarahan

- Jahit situasi dengan silk 4-0 untuk melihat aposisi luka

- Semprot luka dengan H2 O2 dan Povidon Iodine 10 %

- Jahit sub.cutis dengan vicryl 5-0 pada reg. frontalis.

- Jahit cutis dengan prolene 4-0 pada reg. frontal sampai ke eye brow

- Pasang drain pada reg. frontal

- Ukur sisa luka di bawah eye brow dengan menggunakan kaliper untuk kemudian

dipersiapkan skin graft dari daerah retroauricular. Hal ini untuk memisahkan antara

sikatrik/ luka pada eye brow dan reg. frontal dengan palpebra superior

- Ukur regio retroauricular 3 mm x 10 mm, beri marker, eksisi dan jahit dengan silk 4 -0

- Insisi palpebra superior, yang sebelumnya beri marker.

- Insisi di perdalam sampai tarsus dan terlihat m.levator palp. Reseksi 10 mm dan jahit

dengan vicryl 6-0

- Pasang dan jahit skin graft dan cutis dengan prolene 6-0

(8)

- Operasi selesai

Therapy yang diberikan setelah operasi, Ciprofloxacin 2 X 500 mg, Na Diclofenac 2 X 50 mg

dan C.Xitrol EO.

Kondisi penderita sampai 3 hari post operasi: oedema dan spasme masih dijumpai, luka

operasi semakin membaik, perdarahan tidak dijumpai. Penderita seudah dapat membuka mata

kanannya dengan levator action 5 mm, penderita diperbolehkan pulang dan dianjurkan utk

kontrol ke poliklinik. Dua minggu post operasi benang jahitan dilepas selang-seling pada luka

operasi dan levator action 13 mm. Kemudian pasien dikonsulkan ke divisi neuro-ophthalmology.

Dari pemeriksaan didapati Marcus Gunn negatif, Humphry Test: OD out side normal limit.

Diberikan pengobatan dengan antioksidan dan neurotropik. Lebih kurang satu setengah bulan

setelah tindakan repair ptosis maka kondisi penderita semakin menunjukkan kemajuan dimana

levator aksi 15 mm, pergerakan bola mata baik segala arah, dan tajam penglihatan 5/12 setelah

diberikan lensa koreksi Spheris +1,00 D menjadi 5/8,5.

Berikut ini adalah gambar penderita sebelum dan satu bulan setelah operasi.

Gambar 1. Foto sebelum operasi Gambar 2. Foto setelah operasi

DISKUSI

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa insiden terjadinya ptosis traumatik

(9)

5 aponeurosis levator. Ptosis traumatik sering menyebabkan terjadinya ptosis sikatrikal, dan

penanganan ptosis adalah dengan tindakan operasi yang sangat tergantung pada kemampuan dan

pengalaman operatornya.

Reseksi levator melalui kulit dengan memperhatikan atau meletakkan batas lid margin

tepat pada limbus adalah pilihan metode yang paling sering digunakan pada kasus – kasus traumatik ptosis. Tujuan dilakukannya repair terhadap ptosis traumatik terutama yang

disebabkan oleh adanya sikatrik pada palpebra superior adalah mengembalikan m.levator yang

telah direseksi pada tarsal plate melalui kulit sehingga levator action kembali ada dan proses

membuka mata menjadi lebih baik.13

Berdasarkan literatur bahwa penanganan ptosis dengan reseksi levator lebih dianjurkan

pada moderete ptosis. Namun pada kasus ini ptosis traumatik dengan fungsi levator yang buruk

dan disertai dengan multipel sikatrik menunjukkan hasil yang baik dengan menggunakan tehnik

reseksi levator disertai dengan pemasangan skin graft pada palpebra superior yang bertujuan

untuk memisahkan antara daerah palpebra dan jahitan lain pada daerah frontal.

KESIMPULAN

Repair ptosis pada ptosis traumatik yang disertai multipel sikatrik didaerah palpebra

superior dan daerah frontal menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dengan menggunakan

tehnik reseksi levator dan skin graft pada palpebra superior.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy Of Ophthalmology: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System in Basic

and Clinical Science Course, Section 7, 2008-2009, page 205-219.

2. Kansky. JJ, Eyelid Ptosis in Clinical Ophthalmology A Systemic Approach, Sixth

Edition, Butterworth- Heinemann Elsevier, 2005, Page 133-142.

3. American Academy Of Ophthalmology: Surgery of the Eyelid, Orbit, and Lacrimal

System in Ophthalmology Monograf 8, Volume 2, 1998, page 84-131.

(10)

System in Ophthalmology Monograf 8, Volume 1, 1998, page 86.

5. Perdami, Penanganan Ptosis Palpebra dalam: Kumpulan Makalah Kursus Okuloplastik,

Palembang, 29-30 Agustus 1991, Halaman 1-10.

6. Perdami, Penatalaksanaan Blefaroptosis dalam: Prosedur Diagnostik dan

Penatalaksanaan Bedah Pastik Mata dan Rekonstruksi, Jakarta 2003, halaman 1 -8.

7. Jacques C.M, Joseph S.G, Neuromuskular anomalies in Color Atlas And Text of Ocular

Plastic Surgery, Mosby-wolfe, 1996, Page 83-94.

8. W. Jackson Iliff, Elba M. Pacheco, Ptosis Surgery in Duene's Clinical Ophthalmology,

Volume 5, Chapter 72, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia 2004, Page 1 -17.

9. Collin J.R.O, Ptosis in: A Manual of Systematic Eyelid Surgery, Second Edition,

Churchill Livingstone, 1999, Page 41-71.

10. John Harry K, Joseph ACW, Blepharoptosis in: An Atlas of Ophthalmic Surgery, Third

Edition, J.B. Lippincott Philadelphia Toronto, 1991, Page 161-209.

11. Arthur J.S, Surgical Techniques for Kongenital and Acquired Ptosis, in: Ophthalmic

Plastic and Reconstructive surgery, Rochester, Minnesota, 2000, Page 164-204.

12. Ptosis Surgery in:. http://www.drmeronk.com/asian/asian-eyelid-symm_surg.html

13. Collin Richard, Rose Geoffrey, Plastic and Orbital Surgery in Fundamentals of Clinical

Gambar

Gambar 1. Foto sebelum operasi                           Gambar 2. Foto setelah operasi

Referensi

Dokumen terkait