• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Beberapa Aspek Bioekologi Kupu-Kupu Troides helena L. (Lepidoptera : Papilionidae) di Area Konservasi Taman Kupu-Kupu Gita Persada, Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Beberapa Aspek Bioekologi Kupu-Kupu Troides helena L. (Lepidoptera : Papilionidae) di Area Konservasi Taman Kupu-Kupu Gita Persada, Lampung"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Study of Some Bioecological Aspects of Troides helena L.

(Lepidoptera : Papilionidae) in Conservation Area Gita Persada Butterfly Park, Lampung

Alia Larasati Djausal

Troides helena is an endangered butterfly and protected by law in Indonesia. The larva is monofagus and only eat Aristolochia tagala. The purpose of this study was to obtain information about some bioecological aspects of T. helena. The research was conducted in Gita Persada Butterfly Park from October 2014 to December 2014. Research was conducted in the field (open butterfly garden) and in the breeding cage of Gita Persada Butterfly Park. Fieldwork was conducted by survey method using GPS (Global Positioning System) to the presence of T. helena, larval food plants and imago food plants. Measurement of physical factors was taken daily. Biological aspects of T. helena were observed in breeding cages include : oviposition, fecundity, life cycle, larval food consumptions and larval growth. Mapping of T. helena at Gita Persada Butterfly Park showed the dispersion pattern that is concentrated around larval food plants (A. tagala) and imago food plants such as Clerodendrum paniculatum, Ixora sp. and Lantana camara. T. helena oviposition known to last for 6 days with an average number of eggs laid was 24.67 ± 4.51 eggs, most are placed on the underside of leaves (74.32%). T. helena life cycle was 71.4 ± 2.95 days. The larval consumption increases as the growth of the larvae. A. tagala leaves needed during larval stage of T. helena was 1005.32 cm2 equivalent to 10 large leaves (± 100cm2). Information of these bioecological aspects of T. helena in the conservation area Gita Persada Butterfly Park, Lampung can be used as a reference for the conservation of T. helena butterflies.

(2)

ABSTRAK

Studi Beberapa Aspek Bioekologi Kupu-Kupu Troides helena L. (Lepidoptera : Papilionidae) di Area Konservasi

Taman Kupu-Kupu Gita Persada, Lampung Alia Larasati Djausal

Troides helena merupakan kupu-kupu langka dan masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi di Indonesia. Larvanya bersifat monofagus dan hanya memakan tumbuhan Aristolochia tagala. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai beberapa aspek bioekologi T. helena untuk melindungi spesies ini dari kepunahan. Penelitian dilaksanakan di Taman Kupu-kupu Gita Persada selama bulan Oktober 2014 - Desember 2014. Pemetaan keberadaan kupu-kupu T. helena, tumbuhan pakan larva dan tumbuhan pakan imago dilakukan menggunakan GPS (Global Positioning System) terhadap kehadiran dan faktor fisik diukur setiap hari. Aspek biologi T. helena yang diamati di kandang penangkaran meliputi : oviposisi dan fekunditas, siklus hidup, kebutuhan pakan larva dan pertumbuhan larva. Hasil pemetaan kupu-kupu T. helena menunjukkan pola penyebaran yang terkonsentrasi di sekitar tumbuhan pakan larva dan tumbuhan pakan imago. T. helena melakukan oviposisi selama 6 hari dengan fekunditas rata-rata 24,67 ± 4,51 butir. Telur paling banyak (74,32%) diletakkan di permukaan bawah daun. Rata-rata siklus hidup T. helena selama 71,4 ± 2,95 hari. Konsumsi pakan larva meningkat seiring pertumbuhan larva. Daun A. tagala yang dibutuhkan selama fase larva T. helena adalah seluas 1005,32 cm2, setara dengan 10 daun berukuran besar (±100cm2). Hasil studi beberapa aspek-aspek bioekologi T. helena di area konservasi Taman Kupu-kupu Gita Persada, Lampung dapat dijadikan acuan untuk melestarikan kupu-kupu T. helena.

(3)

HALAMAN JUDUL

STUDI BEBERAPA ASPEK BIOEKOLOGI KUPU-KUPU Troides helena L. (LEPIDOPTERA : PAPILIONIDAE) DI AREA KONSERVASI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA,

LAMPUNG

Oleh

ALIA LARASATI DJAUSAL

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister Sains

Pada

Program Pascasarjana Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

STUDI BEBERAPA ASPEK BIOEKOLOGI KUPU-KUPU Troides helena L. (LEPIDOPTERA : PAPILIONIDAE) DI AREA KONSERVASI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA,

LAMPUNG

(Tesis)

Oleh

ALIA LARASATI DJAUSAL

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kupu-kupu T. helena betina baru keluar dari kepompong

bergantung di tumbuhan pakan A. tagala ... 9 Gambar 2. T. helena jantan (kiri) dan betina (kanan) (Soekardi, 2005) ... 10 Gambar 3. Tumbuhan A. tagala : (a) merambat pada batang tumbuhan

lain, (b) mempunyai bunga berbentuk pipa, dan (c) mempunyai buah berbentuk kapsul ... 12 Gambar 4. T. helena mengunjungi bunga Ixora javanica (Martinus, 2014) ... 14 Gambar 5. T. helena mengunjungi bunga Clerodendrum paniculatum

(Martinus, 2014) ... 14 Gambar 6. Lokasi (kiri) dan foto satelit (kanan) Taman Kupu-kupu Gita

Persada (Soekardi, 2009) ... 18 Gambar 7. Daun A. tagala dalam botol berisi air untuk pengamatan larva

di kandang penangkaran ... 23 Gambar 8. Diagram alir tahapan penelitian lapangan ... 26 Gambar 9. Diagram alir tahapan penelitian di kandang penangkaran ... 27 Gambar 10. Peta kehadiran kupu-kupu T. helena dan fase pradewasanya,

posisi tumbuhan pakan larva dan pakan imago di Taman Kupu-kupu Gita Persada ... 29 Gambar 11. T. helena sedang menghisap nektar Lantana camara ... 31 Gambar 12. Oecophylla smaragdina yang memangsa larva T. helena (a)

dan Nephila sp. yang memangsa imago T. helena (b) di Taman Kupu-kupu Gita Persada ... 34 Gambar 13. Kisaran suhu dan kelembaban di Taman Kupu-kupu Gita

Persada Oktober 2014 -Desember 2014 ... 34 Gambar 14. Telur T. helena di permukaan bawah daun (a), di permukaan

(6)

xv

Halaman Gambar 15 Lama dan rata-rata jumlah telur yang diletakkan T. helena per

hari (n=3) ... 37

Gambar 16. Pembedahan (a) dan penghitungan telur dari abdomen (b) imago T.helena betina virgin ... 39

Gambar 17. Lama setiap fase pada siklus hidup T. helena ... 41

Gambar 18. Bekas makan larva T. helena instar 1 (a) dan instar 2 (b) pada daun A. tagala ... 46

Gambar 19. Rata-rata luas penampang daun A. tagala yang dikonsumsi larva T. helena (n=10) per hari ... 46

Gambar 20. Rata-rata total luas penampang daun A. tagala yang dikonsumsi setiap instar larva T. helena (n=10) ... 47

Gambar 21. Pertumbuhan panjang dan berat larva T. helena ... 49

Gambar 22. Laju pertumbuhan larva T. helena tiap instar ... 50

Gambar 23. Korelasi berat pakan yang dikonsumsi dan pertambahan berat larva T. helena per hari ... 50

Gambar 24. Tumbuhan A. tagala yang baru ditanam dan telah dimakan larva T. helena ... 52

Gambar 25. Transek 1 mempunyai banyak tumbuhan berbunga ... 61

Gambar 26. Transek 2 mempunyai banyak pohon-pohon tinggi ... 61

Gambar 27. Transek 3 didominansi tumbuhan kopi ... 62

Gambar 28. Transek 4 mempunyai beberapa pohon tinggi ... 62

Gambar 29. Alat dan pengukuran (a-h)... 75

Gambar 30. Telur Troides helena di permukaan bawah daun Aristolochia tagala (a) dan pengukurannya menggunakan mikrometer pada mikroskop ... 76

Gambar 31. Larva instar 3 saat memakan daun A. tagala ... 81

Gambar 32. Larva instar 4 saat memakan daun A. tagala ... 81

Gambar 33. Larva instar 5 saat memakan daun A. tagala ... 81

Gambar 34. Daun A. tagala berukuran kecil memiliki rata-rata luas ± 1 cm2 ... 82

(7)

xvi

Halaman

Gambar 36. Daun A. tagala berukuran besar memiliki rata-rata luas ± 100

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

1.4 Kerangka Pemikiran... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya ... 6

2.2 Karakteristik Morfologi Pradewasa dan Dewasa T. helena ... 7

2.3 Tumbuhan Pakan yang Mendukung Kehidupan T. helena ... 10

2.3.1 Tumbuhan Pakan Larva T. helena ... 10

2.3.2 Tumbuhan Pakan Imago T. helena... 13

2.4 Perilaku Harian T. helena ... 15

2.4.1 Perilaku Makan Larva ... 15

2.4.2 Perilaku Makan Imago ... 15

(9)

xii

2.4.4 Perilaku Kawin ... 16

2.5 Upaya Konservasi T. helena di Taman Kupu-kupu Gita Persada ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

3.2 Bahan dan Alat ... 19

3.2.1 Penelitian Lapangan ... 19

3.2.2 Penelitian di Kandang Penangkaran... 19

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 20

3.3.1 Penelitian Lapangan ... 20

3.3.1.1 Pemetaan Kupu-kupu T. helena, Tumbuhan Pakan Larva, dan Tumbuhan Pakan Imago ... 20

3.3.1.2 Survei Populasi T. helena ... 20

3.3.1.3 Pengukuran Faktor Fisik di Taman Kupu-kupu Gita Persada ... 21

3.3.2 Penelitian di Kandang Penangkaran... 21

3.3.2.1 Fekunditas dan Oviposisi ... 21

3.3.2.2 Kelulushidupan T. helena... 21

3.3.2.3 Pengamatan Morfologi Telur, Larva, Pupa dan Imago ... 22

3.3.2.4 Perilaku Makan Larva ... 22

3.3.2.5 Pertumbuhan Larva ... 24

3.4 Analisis Data ... 25

3.5 Bagan Alir Penelitian ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Pemetaan T. helena, Tumbuhan Pakan Larva dan Tumbuhan Pakan Imago di Taman Kupu-kupu Gita Persada ... 28

4.2 Survei populasi T. helena ... 31

4.3 Pengukuran Faktor Fisik Di Taman Kupu-kupu Gita Persada ... 34

4.4 Fekunditas dan Oviposisi T. helena ... 35

4.5 Kelulushidupan T. helena ... 40

4.6 Pengamatan Morfologi dan Siklus Hidup T. helena ... 40

4.7 Perilaku Makan Larva ... 45

4.8 Pertumbuhan Larva ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Populasi T. helena di Taman Kupu- kupu Gita Persada ... 32

Tabel 2. Jumlah tumbuhan pakan larva dan pakan imago T. helena ... 32

Tabel 3. Posisi peletakkan dan jumlah telur T. helena pada A. tagala ... 35

Tabel 4. Morfologi pradewasa T. helena ... 43

Tabel 5. Morfologi imago T. helena ... 45

Tabel 6. Pemetaan tumbuhan pakan dan data populasi T. helena Oktober 2014 dan Desember 2014 ... 63

Tabel 7. Survei populasi Troides helena ... 67

Tabel 8. Data suhu dan kelembaban Taman Kupu-kupu Gita Persada Oktober 2014 –Desember 2014 ... 68

Tabel 9. Diameter dan berat telur T. helena ... 76

Tabel 10. Panjang, diameter dan berat T. helena ... 76

Tabel 11. Data pengukuran imago T. helena jantan dan betina... 77

Tabel 12. Pertumbuhan panjang dan lebar larva T. helena... 78

Tabel 13. Pertumbuhan lebar kepala dan berat larva T. helena ... 79

(11)
(12)
(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandung tanggal 31 Januari 1980, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Anshori Djausal dan Ibu Herawati Soekardi. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Bintang-bintang Kecil pada tahun 1986, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Teladan Rawa Laut pada tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Tanjungkarang pada tahun 1995, Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 2 Bandar Lampung pada tahun 1998, dan Jurusan Biologi Institut Teknologi Bandung pada tahun 2003.

(14)
(15)

SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Studi Beberapa Aspek Bioekologi Kupu-Kupu Troides helena L. (Lepidoptera : Papilionidae) di Area Konservasi Taman Kupu-Kupu Gita Persada, Lampung“.

Penulis menyadari terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Herawati Soekardi , selaku pembimbing I dan pembimbing akademik yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, bimbingan, arahan, ide, saran, dan kritik dengan penuh kesabaran selama penulisan tesis ini.

2. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, bimbingan, arahan, ide, saran, dan kritik dengan penuh kesabaran selama penulisan tesis serta ketelitian sehingga tesis ini terselesaikan.

(16)

ix

4. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Biologi FMIPA Unila, atas dukungan, saran, kritik serta masukan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Magister Biologi FMIPA Unila.

5. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Magister Biologi Unila dan Magister Ilmu Lingkungan atas ilmu dan pengalaman yang telah banyak diberikan kepada penulis.

7. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Magister Biologi Unila dan Pascasarjana Unila yang banyak membantu dalam penyelesaian studi ini. 8. Mama dan Papa yang memberi inspirasi, dukungan, semangat, doa, motivasi

dan kasih sayang.

9. Suamiku tercinta, Martinus yang telah banyak memberikan dukungan baik moril dan materi, pengertian, wawasan, ilmu dan izin kepada penulis untuk menyelesaikan kuliah ini.

10.Anakku Jojo yang selalu siap membantu mama di rumah dan Tassa yang selalu memberi keceriaan.

11.Adik-adikku yang banyak membantu dalam penulisan tesis ini. Meizano A. M. yang banyak membantu dan mengajari menggunakan software yang diperlukan. Gita yang membantu konsumsi dan transportasi dengan tim C&C Cupcakes. Annisa Nuraisa yang cantik, pintar dan calon dokter.

(17)

x

13.Fusi Anita, S.P. yang telah banyak membantu dan menemani dalam pengambilan data serta tim Taman Kupu-kupu Gita Persada atas bantuan, kerja keras dan dedikasi terhadap konservasi kupu-kupu.

14.Bapak Salman Farisi, M.Si., terimakasih atas bantuan, pinjaman ruangannya, dukungan, kritikan dan canda tawa selama menyelesaikan kuliah di Universitas Lampung.

15.Teman – teman Magister Biologi angkatan 2013, Erika, Annisa Agata, Arini Pradita Roselyn, Elfa Verda, Mbak Henny Marlinda, dan Mbak Etty terimakasih atas dukungan, kritikan, canda tawa, dan kebersamaannya kepada penulis.

16.Teman – teman Magister Ilmu Lingkungan angkatan 2012, Tati Baina Gultom, Erwin, Pak Dedi, Pak Supriya, Pak Junaidi, dan Almo atas kebersamaan dan keceriaan selama kuliah.

17.Teman – teman Biologi Institut Teknologi Bandung angkatan 1998 yang banyak memberikan dukungan lewat pesan tertulis, terutama sahabat-sahabatku, Nur Aini dan Dewi Dimyati.

18.Semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan, penelitian hingga akhir, yang tidak dapat dituliskan satu persatu di tesis ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah mereka berikan. Dan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.Aamiin.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran besar dan memiliki warna sayap yang menarik sehingga sering diambil dari alam untuk dijadikan koleksi dan diperdagangkan (Nurjannah, 2010). Hal ini menjadi salah satu penyebab keberadaan kupu-kupu ini di alam semakin hari semakin berkurang. Selain itu, pembukaan hutan dan penggunaan herbisida yang berlebihan menyebabkan matinya tumbuhan pakan larva satu-satunya

(Aristolochia tagala) sehingga secara tidak langsung menyebabkan T. helena menjadi langka dan terancam punah karena larvanya bersifat monofagus (Li et al., 2010; Peggie, 2011).

Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mencegah kepunahan kupu-kupu T. helena antara lain melalui penerbitan PP. No. 7 tahun 1999, dan dimasukkan ke dalam daftar Appendix II CITES (Convention on International Trade in

(19)

2 Konservasi dilakukan dengan teknik rekayasa habitat yaitu dengan menanam tumbuhan pakan larva dan imago di area konservasi.

T. helena merupakan kupu-kupu terbesar yang ditemukan di Taman Hutan Raya

Wan Abdurrahman. Kupu-kupu tersebut diketahui bersifat dimorfis yaitu mempunyai pola sayap dan ukuran tubuh jantan dan betina yang berbeda (Soekardi 2005;2009). Soekardi (2005) menyatakan bahwa untuk melakukan konservasi T. helena sebagai salah satu kupu-kupu langka di Indonesia diperlukan pakan larva dan pakan imago yang spesifik serta pengetahuan dasar tentang bioekologi T. helena.

Beberapa penelitian tentang T. helena telah dilakukan di Taman Kupu-kupu Gita Persada antara lain oleh Wulandari (2009) yang menemukan bahwa imago kupu-kupu T. helena menyukai bunga Ixora sp. dan Clerodendrum paniculatum, dengan puncak aktivitas mencari makan tertinggi terjadi pada pukul 9.00 -11.00 dan pukul 15.00- 17.00. Sedangkan Oktarini (2011) meneliti tentang perilaku kawin T. helena dan menemukan T. helena betina meletakkan telur-telurnya pada daun tumbuhan A. tagala selama beberapa hari setelah kawin. Namun masih terdapat beberapa aspek bioekologi T. helena yang belum diteliti di Taman Kupu-kupu Gita Persada, Gunung Betung, Lampung seperti pemetaan Kupu-kupu-Kupu-kupu dan tumbuhan pakannya, populasi, fekunditas, oviposisi, perilaku makan larva dan pertumbuhan larva. Kajian tentang beberapa aspek bioekologi T. helena tersebut perlu dilakukan agar kupu-kupu langka ini dapat dilestarikan di berbagai lokasi di Indonesia dan dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata dan kesejahteraan

(20)

3 1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai beberapa aspek bioekologi T. helena yang mencakup pemetaan kupu-kupu dan tumbuhan pakannya, populasi, fekunditas (jumlah telur), oviposisi (peletakkan telur), perilaku makan larva dan pertumbuhan larva di Taman Kupu-kupu Gita Persada.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang beberapa aspek bioekologi T. helena yang dapat dimanfaatkan dalam strategi pengembangan konservasi T. helena di Taman Kupu-kupu Gita Persada, Gunung Betung, Lampung. Lebih lanjut, pengembangan konservasi T. helena ini dapat dijadikan model untuk kegiatan konservasi serupa di Indonesia.

1.4 Kerangka Pemikiran

T. helena merupakan kupu-kupu langka yang terancam punah sehingga perlu

dilindungi. Salah satu upaya melindunginya adalah dengan melakukan kegiatan konservasi. Upaya konservasi tidak akan berhasil tanpa ditunjang pengetahuan dasar tentang organisme yang dikonservasi. Oleh karena itu aspek-aspek bioekologi T. helena yang terdapat di Taman Kupu-kupu Gita Persada perlu dipelajari guna mendapatkan pengetahuan dasar untuk mendukung

pengembangan strategi konservasi kupu-kupu baik di di Taman Kupu-kupu Gita Persada dan berbagai lokasi lain di wilayah Indonesia.

(21)

4 dilakukan untuk mendapatkan data-data ekologi yang mendukung kehidupan kupu-kupu T. helena. Pencatatan iklim mikro dilakukan setiap hari selama penelitian terhadap temperatur, kelembaban dan kondisi cuaca cerah atau hujan. Pemetaan pakan larva dan imago untuk mengetahui keberadaan T. helena dan kedua pakannya di alam. Pemetaan keberadaan kupu-kupu, tumbuhan pakan larva, dan tumbuhan berbunga dilakukan dengan GPS (Global Positioning System).

Survei populasi T. helena dilakukan pada jalur transek mengikuti jalan-jalan setapak di Taman Kupu-kupu Gita Persada sepanjang ± 2 Km. Jalur survei sepanjang jalan setapak dibagi menjadi 4 transek, masing-masing sepanjang 500 m. Pencatatan jumlah individu dilakukan terhadap imago dan fase pradewasa (telur, larva dan pupa) yang ditemukan di sepanjang transek dengan jarak ± 5 m dari arah kiri dan kanan transek.

Pengamatan beberapa aspek biologi T. helena yang dilakukan di kandang

penangkaran meliputi : fekunditas, oviposisi, morfologi telur, pertumbuhan larva, lama stadium pupa, dan morfologi imago dengan metode pengamatan langsung. Pengamatan fekunditas dan oviposisi dilakukan terhadap posisi telur pada daun muda, tangkai daun atau batang tumbuhan pakan larva A. tagala, serta jumlah telur yang diletakkan setiap induk kupu-kupu di kandang penangkaran. Pengamatan telur dilakukan terhadap morfologi, warna, dan ukurannya.

(22)

5 Perbedaan morfologi kupu-kupu T.helena jantan dan betina yang diamati adalah ukuran rentang sayap, pola warna sayap, ukuran abdomen dan berat badannya.

Data aspek-aspek bioekologi T. helena yang diperoleh dari area konservasi Taman Kupu-kupu Gita Persada, Lampung melengkapi pengetahuan dasar tentang

bioekologi T. helena. Informasi ini dimanfaatkan untuk mendukung

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya

T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu raja helena. Klasifikasi kupu-kupu T. helena adalah sebagai berikut (Landman, 2001; Soekardi, 2007) :

 Filum : Arthropoda  Kelas : Insecta  Ordo : Lepidoptera  Famili : Papilionidae  Genus : Troides

 Spesies : Troides helena L.

Melalui UU no. 5 tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999, pemerintah Indonesia menetapkan perlindungan terhadap 12 spesies dari 15 spesies Troides yang ada di Indonesia (Peggie, 2011), termasuk di dalamnya T. helena. Peraturan dan

perundang-undangan ini diperlukan untuk mencegah T. helena dari kepunahan karena eksploitasi yang berlebihan (Nurjannah, 2010). Semua spesies Troides

masuk dalam daftar Appendix II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), sehingga perdagangan spesies ini

harus merupakan hasil budi daya di penangkaran (Nurjannah, 2010).

(24)

7 bagian selatan sampai ke Kepulauan Tukangbesi di Sulawesi (Nurjannah, 2010). Soehartono dan Mardiastuti (2003) menyebutkan T. helena memiliki penyebaran dari India dan Nepal bagian barat, Cina bagian utara, Sulawesi bagian timur, hingga Pulau Tinjil dan Pulau Sumba bagian selatan. Spesies ini umumnya dijumpai pada ketinggian 0 - 1.000 m dpl.

2.2 Karakteristik Morfologi Pradewasa dan Dewasa T. helena

T. helena mempunyai 4 fase dalam siklus hidupnya yaitu ; telur, larva, pupa, dan imago (dewasa). Telur T. helena berbentuk bulat, berukuran 1,5-2,0 mm dengan permukaan licin dan berwarna coklat muda (Mardiana et al., 2001). Induk betina umumnya bertelur di permukaan bawah daun A. tagala. Aktivitas bertelur ini dimulai pagi hari dan berlangsung selama 7-10 hari (Soehartono dan Mardiastuti, 2003). Selama hidupnya, induk betina dapat menghasilkan sekitar 56 butir telur (Mardiana et al., 2001).

Larva yang baru menetas seringkali memakan cangkang telurnya sendiri. Larva (ulat) T. helena berbentuk eruciform, memiliki 3 pasang kaki di thorax, 5 pasang kaki di bagian abdomen dan sepasang kaki di bagian paling belakang. Larva mempunyai tonjolan lunak dan seberkas garis putih yg melintang di bagian abdomen diantara ruas ke 3 dan ke 4 (Mardiana et al., 2001; Soehartono dan Mardiastuti, 2003).

(25)

8 tubuh rata-rata 15,67 ± 0,77 mm dengan diameter rata-rata sekitar 5,42 ± 0,53 mm; larva instar IV mempunyai panjang tubuh rata-rata 25,92 ± 1,07 mm dengan diameter rata 8,90 ± 0,69 mm, dan instar V mempunyai panjang tubuh rata-rata 46,45 ± 3,18 mm, diameter rata-rata-rata-rata 13,44 ± 0,97 mm. Instar terakhir dapat mencapai panjang sekitar 65 mm dan diameter 25 mm (Mardiana et al., 2001). Sedangkan Soehartono dan Mardiastuti (2003) menyatakan pada tahapan instar

terakhir, tubuh larva membesar drastis menghasilkan ukuran panjang larva yang

bervariasi dari 6,4 hingga 10,1 cm dengan diameter tubuh 1,5 cm.

Ketika larva sudah mencapai pertumbuhan maksimal, larva berhenti makan, tubuh larva memendek dan kulitnya berkeriput, larva akan mencari tempat berlindung

terdekat dan melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang sutera. Pada saat tersebut, larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa. ( Soehartono dan Mardiastuti, 2003; Nurjannah, 2010)

Soekardi (2007) menyatakan bahwa fase pupa merupakan masa istirahat makan, namun selama fase pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pada awal fase pupa, kulit pupa lunak berwarna hijau-kekuningan dan kemudian menjadi keras. Pupa T. helena berbentuk obtekta (Mardiana et al., 2001). T. helena dapat mengalami fase pupa sekitar 27-32 hari (Mardiana et al., 2001;

Soehartono dan Mardiastuti, 2003; Nurjannah, 2010), sedangkan menurut

(26)

9

Gambar 1. Kupu-kupu T. helena betina baru keluar dari kepompong bergantung di tumbuhan pakan A. tagala

Menurut Soekardi (2005), T. helena bersifat dimorfis yaitu memiliki ciri dan ukuran yang berbeda antara imago jantan dan betina (Gambar 2). Peggie (2011) menjelaskan bahwa T. helena jantan memiliki rentang sayap 9,8-13,8 cm dan T. helena betina memiliki rentang sayap 11-15 cm. Mardiana et al. (2001)

(27)

10

Gambar 2. T. helena jantan (kiri) dan betina (kanan) (Soekardi, 2005)

2.3 Tumbuhan Pakan yang Mendukung Kehidupan T. helena Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh keanekaragaman tumbuhan yang mendukung kehidupannya (Grill et al., 2005), terutama tumbuhan pakan (Ferrer-Paris et al., 2013). Terdapat dua kelompok tumbuhan sebagai sumber daya yang mendukung kehidupan kupu-kupu yaitu tumbuhan pakan larva dan tumbuhan pakan imago yaitu bunga yang menghasilkan nektar (Soekardi, 2005). Kerapatan tumbuhan pakan menentukan kelimpahan populasi kupu-kupu (Shahabudin et al., 2000; Matter et al., 2003).

2.3.1 Tumbuhan Pakan Larva T. helena

Menurut Soekardi (2005) larva T. helena bersifat monofagus yang hanya

(28)

11 Klasifikasi A. tagala adalah sebagai berikut (Chin, 2014; Global Biodiversity Information Facility, 2015) :

 Filum : Magnoliophyta  Kelas : Magnoliopsida  Ordo : Piperales

 Famili : Aristolochiaceae  Genus : Aristolochia

 Spesies : Aristolochia tagala Cham.

(29)

12

(a)

(b)

(c)

Gambar 3. Tumbuhan A. tagala : (a) merambat pada batang tumbuhan lain, (b) mempunyai bunga berbentuk pipa, dan (c) mempunyai buah

berbentuk kapsul

Buah berbentuk kapsul bulat (Rajashekharan et al.,1989) dengan biji berbentuk hati, tipis bersayap (Murugan et al., 2006). A. tagala umumnya tumbuh di hutan, merambat pada pohon atau semak-semak (Chin, 2014). Kelangkaan tumbuhan ini disebabkan oleh jumlah endosperm yang sedikit dan pembukaan hutan yang intensif (Dey dan De, 2012).

Di India, daun A. tagala yang beracun sering dipakai sebagai obat luar terutama untuk gigitan ular (Rajashekharan et al., 1989). Beberapa bagian tumbuhan A. tagala memiliki kandungan asam aristolochia yang bersifat antimikroba,

(30)

13 Selain T. helena, larva Pachliopta aristolochiae juga memakan daun tumbuhan ini (Soekardi, 2005; Chin, 2014). Larva P. aristolochiae menyimpan asam

aristolochia paling banyak di bagian osmeterium sebagai perlindungan dari predator seperti burung (Wu et al. 2000) dan kadal (Barua dan Slowik, 2007). Larva P. aristolochiae juga memakan tumbuhan dari genus yang sama yaitu A. curcubitafolia dan A. indica (Wu et al. 2000; Barua dan Slowik, 2007).

Menurut Soekardi (2001); Yayasan Sahabat Alam (2001), A. tagala yang ditanam di Taman Kupu-kupu Gita Persada diperoleh dari lembah-lembah Gunung

Betung, Lampung pada ketinggian 700m dpl. Sejak itu, A. tagala dapat dibudidayakan di Taman Kupu-kupu Gita Persada baik dari biji maupun stek batang, walaupun keberhasilan dari stek batang masih rendah.

2.3.2 Tumbuhan Pakan Imago T. helena

Tumbuhan bunga yang dikunjungi kupu-kupu Papilionidae di Gunung Betung menurut Soekardi (2005) adalah semua tumbuhan berbunga yang menghasilkan nektar yaitu: Calliandra challotyrsus, C. portoricensis, Lantana camara,

Stachytarpeta indica, Clerodendrum paniculatum, Ixora javanica, Ixora sp., Musaenda sp., dan Rhinacanthus sp. Soekardi (2000) menyatakan terdapat

keterkaitan antara panjang probosis kupu-kupu dan bunga yang dikunjunginya.

Pada penelitian yang dilakukan Wulandari (2009), T. helena diketahui hanya mengunjungi dua spesies bunga di Taman Kupu-kupu Gita Persada yaitu Ixora javanica (Gambar 4) dan Clerodendrum paniculatum (Gambar 5). Kedua spesies

(31)

14 berwarna jingga, mempunyai struktur berbentuk tabung, berukuran kecil,

berkelompok pada satu tangkai bunga.

Gambar 4. T. helena mengunjungi bunga Ixora javanica (Martinus, 2014)

(32)

15 2.4 Perilaku Harian T. helena

2.4.1 Perilaku Makan Larva

Pengamatan perilaku makan larva T. helena yang dilakukan Nurjannah (2010) menunjukkan total pakan yang dikonsumsi oleh T. helena pada stadia larva adalah 2,50 ± 0,72 g berat kering per larva. Larva T. helena instar ke 5 dapat

mengkonsumsi 4 lembar daun berukuran ± 25 cm² dalam sehari. Nurjannah juga menyatakan A. tagala mengandung nutrisi yang cukup untuk kebutuhan

perkembangan larva T. helena tetapi pemberian daun yang dipotong-potong dapat menurunkan kemampuan makan larva. Hal tersebut juga ternyata mengurangi kualitas daun terutama kandungan airnya, sehingga larva yang dihasilkan menjadi lebih kecil dari ukuran normal. Larva T. helena memakan daun yang sangat muda pada instar 1 dan instar 2 selanjutnya memakan daun yang lebih tua bahkan di akhir fase larva memakan batang tumbuhan pakannya (Yayasan Sahabat Alam, 2002).

2.4.2 Perilaku Makan Imago

(33)

16 2.4.3 Perilaku Terbang

T. helena memiliki berat tubuh sekitar 139 mg dan luas sayap rata-rata 64,57 cm2 . Dengan wing loading (rasio berat tubuh dan luas sayap) yang besar yaitu 2,15 mg/cm2, T. helena mampu terbang hingga ketinggian 12 m. Walaupun begitu, hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara morfometri dan ketinggian terbang. Ketinggian terbang lebih banyak dipengaruhi aktivitas harian terutama perilaku mencari makan (Tanjung, 2011).

2.4.4 Perilaku Kawin

Perilaku kawin kupu-kupu T. helena diawali dengan kupu-kupu jantan yang terbang mendekati betina. Setelah beberapa lama terbang mengelilingi betina, jantan akan menunggangi betina dan diikuti dengan kopulasi dengan posisi jantan di bawah. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kopulasi cukup lama, sekitar 4-5 jam. Setelah kopulasi, pada hari berikutnya T. helena betina akan meletakkan telur-telurnya pada tumbuhan pakan larvanya, A. tagala (Oktarini, 2011).

(34)

17 kupu-kupu, taman ini juga dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan bagi

mahasiswa dan pelajar (Soekardi et al., 2001).

(35)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 - Desember 2014 di Taman Kupu-kupu Gita Persada yang mempunyai luas ± 4 ha (Gambar 6) dan terletak di Desa Sumber Agung di kaki Gunung Betung, Lampung dengan ketinggian ± 400 m dpl. Taman Kupu-kupu Gita Persada merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman. Penelitian dilakukan di lapangan dan kandang penangkaran Taman Kupu-kupu Gita Persada.

(36)

19 3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Penelitian Lapangan

Alat yang digunakan pada penelitian lapangan adalah GPS untuk memetakan rute pengamatan, lembar kerja dan alat tulis untuk mencatat hasil survei, kamera digital untuk dokumentasi, multimeter untuk mengukur suhu dan kelembaban.

3.2.2 Penelitian di Kandang Penangkaran

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 10 butir telur, 10 ekor larva, 10 ekor pupa, tiga pasang imago T. helena dan 5 imago betina virgin dari

penangkaran Taman Kupu-kupu Gita Persada, tumbuhan pakan larva (A. tagala) serta tumbuhan pakan imago berupa berbagai spesies tumbuhan berbunga penghasil nektar yang diperoleh dari area hutan konservasi Taman Kupu-kupu Gita Persada.

(37)

20 3.3 Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan di Taman Kupu-kupu Terbuka Gita Persada untuk memperoleh pemetaan kupu-kupu T. helena, tumbuhan pakan larva, dan

tumbuhan pakan imago, survei populasi kupu-kupu dan data faktor fisik.

3.3.1.1 Pemetaan Kupu-kupu T. helena, Tumbuhan Pakan Larva, dan Tumbuhan Pakan Imago

Pemetaan rute survei dengan GPS (Global Positioning System) mendapatkan peta jalur survei. Kemudian dilakukan penandaan untuk memasukkan data koordinat keberadaan kupu-kupu dan tumbuhan pakan larva serta tumbuhan berbunga sebagai pakan imago memakai GPS, sehingga diperoleh peta transek dan koordinat ditemukannya kupu-kupu.

3.3.1.2 Survei Populasi T. helena

(38)

21 3.3.1.3 Pengukuran Faktor Fisik di Taman Kupu-kupu Gita Persada Faktor fisik yang diukur selama penelitian meliputi data suhu, kelembaban dan kondisi cuaca (cerah, mendung atau hujan) di Taman Kupu-kupu Gita Persada. Pengukuran dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan dilakukan pencatatan pada pagi dan sore setiap hari.

3.3.2 Penelitian di Kandang Penangkaran

Aspek-aspek biologi T.helena yang dikaji meliputi fekunditas, oviposisi, kelulushidupan, morfologi, perilaku makan larva dan pertumbuhan larva dilakukan di kandang penangkaran Taman Kupu-kupu Gita Persada.

3.3.2.1 Fekunditas dan Oviposisi

Pengamatan fekunditas dan oviposisi T. helena di kandang penangkaran dilakukan setiap hari pada tumbuhan A. tagala terutama bagian batang dan daun muda selama beberapa hari setelah terjadi perkawinan antara sepasang T. helena sehingga semua telur diletakkan. Data yang dicatat adalah lama waktu T. helena meletakkan telur, posisi telur di daun, dan jumlah telur yang diletakkan.

Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Pengamatan fekunditas juga dilakukan melalui pembedahan 5 imago betina virgin.

3.3.2.2 Kelulushidupan T. helena

(39)

22 3.3.2.3 Pengamatan Morfologi Telur, Larva, Pupa dan Imago

Pengamatan morfologi telur T. helena dilakukan langsung tehadap struktur, warna dan ukuran diameter telur yang mengacu pada metode Nurjannah (2010).

Sebanyak 10 telur yang berumur 2 hari diukur diameternya menggunakan mikrometer pada mikroskop stereo, dan diamati warna telurnya.

Pengamatan morfologi larva, pupa dan imago T. helena mengacu pada metode Nurjannah (2010) dan Nukmal (2011). Pengamatan morfologi larva diakukan pada ukuran panjang, diameter dan berat larva. Jumlah individu yang diukur setiap stadium yaitu 10 individu. Pengamatan morfologi pupa dilakukan pada ukuran dan berat. Pupa yang diukur berumur satu hari sebanyak 10 individu.

Pengamatan morfologi imago dilakukan terhadap lima imago jantan dan lima imago betina. Imago diukur panjang rentangan sayapnya setelah sayap kering dan imago dalam keadaan diam. Berat imago ditimbang dengan menggunakan amplop kertas dan timbangan digital. Pengamatan juga dilakukan pada pola dan warna sayap imago.

3.3.2.4 Perilaku Makan Larva

Larva dipelihara di dalam kandang penangkaran. Setiap hari diberi daun A. tagala yang dijaga kesegarannya dengan memasukkan tangkainya ke dalam botol berisi air (Gambar 7 ). Pengamatan dilakukan pada 10 individu larva. Setiap larva diberi tangkai yang terdiri dari 5 lembar daun dalam botol masing-masing dan

(40)

23 Pengamatan perilaku makan larva mengacu pada metode yang dipakai Sumarji (2014). Perilaku makan larva diamati dengan menghitung luas daun A. tagala yang dikonsumsi. Penentuan luas daun yang dikonsumsi dilakukan dengan cara memindai (scan) daun yang yang telah dimakan kemudian ditentukan nilai DPI (Dot per Inch). Kemudian hasil pindaian dimasukkan ke dalam software IRFAN VIEW untuk dicatat nilai pixelnya.

Gambar 7. Daun A. tagala dalam botol berisi air untuk pengamatan larva di kandang penangkaran

Perhitungan luas penampang daun (cm2) yang dikonsumsi memakai rumus (Arip, 2014) :

Keterangan :

pixel = Nilai pixel hasil pindaian daun yang terlihat di tampilan software IRFAN VIEW

(41)

24 3.3.2.5 Pertumbuhan Larva

Pertumbuhan panjang dan diameter larva yang dipelihara di kandang penangkaran diukur menggunakan penggaris/jangka sorong. Berat larva ditimbang

menggunakan timbangan digital setiap hari sampai menjadi pupa. Pengamatan dilakukan pada 10 individu larva yang sama dengan yang digunakan pada pengamatan perilaku makan larva.

Laju pertumbuhan (Growth Rate/ GR) dihitung memakai rumus (Coley et al., 2006) :

Keterangan :

W = Pertambahan berat larva diperoleh dari pengurangan berat akhir larva dengan berat awal larva

(42)

25 3.4 Analisis Data

Pemetaan T. helena dan tumbuhan pakannya disajikan dalam bentuk gambar. Jumlah imago dan jumlah fase pradewasa (telur, larva dan pupa) disajikan dalam tabel. Suhu dan kelembaban di Taman Kupu-kupu Gita Persada disajikan dalam grafik.

Lama waktu T. helena meletakkan telur, posisi telur di daun, dan jumlah telur disajikan dalam bentuk tabel dan gamba. Jumlah telur yang diletakkan setiap hari ditampilkan dalam grafik. Kelulushidupan disajikan dalam bentuk persentase. Pengamatan morfologi dan siklus hidup T. helena disajikan dalam bentuk rata-rata terimbang dalam tabel dan dokumentasi dalam bentuk foto.

Rata-rata luas daun yang dikonsumsi per hari oleh larva T. helena , pertumbuhan panjang dan berat larva , laju pertumbuhan tiap instar, dan korelasi berat pakan yang dikonsumsi dengan berat larva T. helena per hari disajikan dalam grafik.

3.5 Bagan Alir Penelitian

(43)

26

Gambar 8. Diagram alir tahapan penelitian lapangan

Pengamatan lapangan di Taman Kupu-kupu Gita Persada

• Dokumentasi

• faktor

Peta kehadiran T. helena dan posisi tumbuhan pakan larva dan pakan imago di Taman Kupu-kupu Gita Persada

Data populasi T. helena

Faktor fisik - Pengukuran suhu, kelembaban dan cuaca - Pencatatan setiap hari, pagi dan sore

Penandaan pada GPS : - posisi kupu-kupu T. helena

- pakan larva - pakan imago

Survei keberadaan kupu-kupu T. helena, pakan larva dan pakan imago dengan GPS

Survei populasi T. helena pada rute sepanjang ±2 Km

Pengamatan dan pencatatan

- jumlah individu imago T. helena

(44)

27

Gambar 9. Diagram alir tahapan penelitian di kandang penangkaran Penelitian di kandang penangkaran dan laboratorium

Taman Kupu-kupu Gita Persada

Fekunditas dan Oviposisi - Jumlah telur per hari

- Posisi telur di atas/ di bawah daun/ di batang / tangkai daun

-Jumlah hari peletakkan telur oleh induk

Ulangan 3 x

Pengamatan morfologi telur, larva, pupa dan imago

- Morfologi telur 10 butir umur 2 hari (diameter memakai mikrometer dan perubahan warna)

- Pengamatan perkembangan larva, 10 individu (struktur, warna, ukuran, bobot)

-Pengamatan pupa 10 individu (struktur, warna, ukuran, bobot)

-Pengamatan imago, 5 individu jantan, 5 individu betina (struktur, warna, ukuran, bobot)

Perilaku makan larva - 10 individu pada dahan A. tagala dimakan metode Sumarji (2014) - Daun discan, ditentukan nilai DPI, software IRFAN VIEW

Pertumbuhan larva - 10 individu

- Pengukuran panjang, diameter dan berat

- Setiap hari

Data biologi T. helena Penangkaran

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemetaan kupu-kupu T. helena di Taman Kupu-kupu Gita Persada

menunjukkan pola penyebaran yang terkonsentrasi di sekitar tumbuhan A. tagala dan ketersediaan bunga pakan imago Clerodendrum paniculatum, Ixora sp. dan Lantana camara.

2. Ditemukan 2 musuh alami T. helena yaitu Oecophylla smaragdina yang menyerang larva dan Nephila sp. yang menyerang imago T. helena. 3. Induk betina T. helena melakukan oviposisi selama 6 hari dengan rata-rata

jumlah total telur yang diletakkan sebanyak 24,67 ± 4,51 telur. Telur paling banyak diletakkan di permukaan bawah daun (74,32%).

4. Lama siklus hidup T.helena di kandang penangkaran adalah 71,4 ± 2,95 hari. 5. Luas daun A. tagala yang dikonsumsi larva meningkat seiring dengan

pertumbuhan larva. Total konsumsi daun A. tagala yang dibutuhkan selama fase larva T. helena adalah seluas 1005,32 cm2

(46)

54 5.2 Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arip, M. 2014. Mengukur Luas Penampang Daun.

https://sites.google.com/site/muktisproject/kuliah/matematika. diakses 3 Oktober 2014.

Barua, K. K. dan Slowik, J. 2007. Study on The Biology and Consumption Potential of Common Rose Pachliopta aristolochiae aristolochiae F (Lepidoptera: Papilionidae) on Aristolochia tagala. Polish Journal of Entomology. Vol. 76: 341-352.

Blackiston, D., Briscoe, A. D., dan Weiss M. R. 2011. Color vision and learning in the monarch butterfly, Danaus plexippus (Nymphalidae). The Journal of Experimental Biology 214, 509-520. DOI:10.1242/jeb.048728

Boggs, C. L. 1986. Reproductive Strategies of Female Butterflies : Variation in and Constraints on Fecundity. Ecological Entomology 11 : 7-15.

Bonebrake, T.C., Boggs, C.L., McNally, Ranganathan, J. dan Erlich, P.R. 2010. Oviposition Behavior and Offspring Performance in Herbivorous Insects : Consequences of Climatic and Habitat Heterogeneity. Oikos 119: 927-934. DOI : 10.1111/j.1600-0706.2009.17759.x

Chew F.S. dan Robbins, K.R. 1984. Egg Laying in Butterflies. Symposium of

Royal Entomological Society of London 11: 65-79.

Chin, W. Y. 2014. Plant fact sheet ; Aristolochia tagala. Nature Watch Magazine. http://habitatnews.nus.edu.sg/pub/naturewatch/text/a101c.htm. diakses 3 Oktober 2014.

Coley, P.D., Bateman, M. L. dan Kursar, T. A. 2006. The effects of plant quality on caterpillar growth and defense againts natural enemies. Oikos 115 : 219-228.

Collins, N. M. dan Morris M. G.1985. Threatened Swallowtail Butterflies of the World. IUCN.

Davidowitz, G., D’Amico, L. J., dan Nijhout H. F. 2004. The Effects of

Environmental Variation on a Mechanism That Controls Insect Body Size. Vol Ecol Res 6: 49-62.

(48)

56

Dey, A. dan De, J. N. 2012. Pharmacology and Medicobotany of Aristolochia Tagala Cham: A Review. Pharma Science Monitor. An International Journal Of Pharmaceutical Sciences. Vol-3, Issue-1, Jan.

Ferrer-Paris, J. R, Sanchez-Mercado, A., Viloria ,A. L., dan Donaldson, J. 2013. Congruence and Diversity of Butterfly-Host Plant Associations at Higher Taxonomic Levels. Plos One 8(5): e63570.

DOI :10.1371/journal.pone.0063570

Garcia-Barros, E. 2000. Egg Size in Butterflies (Lepidoptera : Papilionidea and Hesperidae): a Summary of Data. Journal of Research on Lepidoptera. 35 : 90-136.

Global Biodiversity Information Facility. Free and open access to biodiversity data. http://www.gbif.org/species/7313590/classification. diakses 31 Mei 2014.

Grill, A. , Knoflach B., Cleary, D.F. R. dan Kati, V. 2005. Butterfly, spider, and plant communities in different land-use types in Sardinia, Italy. Biodiversity and Conservation 14: 1281–1300.

Hazel, W. N. dan West, D. A.1979. Environmental control of pupal colour in swallowtail butterflies (Lepidoptera: Papilioninae): Battus philenor (L.) and Papilio polyxenes Fabr. Ecol. Entom. 4: 393–400.

Hill, C. J. dan Pierce, N.E. 1989. The Effect of Adult Diet on the Biology of Butterflies ; Jalmenus evagoras. Oecologia 81 : 249-257.

Kingsolver, J.G., Shlichtta, J.G., Ragland, G.J. dan Massie, K.R. 2006. Thermal reactions norms for caterpillar growth depend on diet. Evolutionary Ecology Research 8 : 703-715.

Landman, W. 2001. The Complete Encyclopedia of Butterflies. Grange Books. Kent.

Levesque, K.R. , Fortin M. dan Mauffette, Y. 2002. Temperature and food quality effects on growth, consumption and post-ingestive utilization efficiencies of the forest tent caterpillar Malacosoma disstria (Lepidoptera:

Lasiocampidae). Bulletin of Entomological Research 92: 127–136. DOI: 10.1079/BER2002153

(49)

57 Mardiana, A., Atmowidi, T. dan Amir, M. 2001. Morfologi dan Siklus Hidup

Kupu Raja Troides helena Linnaeus (Lepidoptera : Papilionidae) yang Dipelihara dalam Penangkaran. Prosiding. Seminar Nasional Entomologi dalam Perubahan Lingkungan dan Sosial. Perhimpunan Entomologi Indonesia.

Martinus. 2014. http://gitapersada.weebly.com/papilonidae.html. diakses 20 Oktober 2014.

Matter, S. F., Roland, J., Keyghobadi, N. dan Sabourin, K. 2003. The effects of isolation, habitat area and resources on the abundance, density and movement of the butterfly Parnassius smintheus. The American Midland Naturalist. 150 : 26-36.

Murphy, S. M. 2004. Enemy Free Space Maintains Swallowtail Butterfly Host-Shift. PNAS. 101 (52). 18048-18052.

Murugan, R., Shivanna, K. R., dan Rao, R. R. 2006. Pollination biology of Aristolochia tagala, a rare species of medicinal importance. Current Science, 91 (6). pp. 795-798. ISSN 0011-3891.

http://repository.ias.ac.in/91908/

Nukmal, N. 2011. Bio-Ecology of Psyllids on Eucalyptus.Lap Lambert. Saarbrucken Germany.

Nurjannah, ST. 2010. Biologi Troides helena helena dan Helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Oktarini, A. 2011. Perilaku Kawin Kupu-kupu Troides helena di Kandang

Penangkaran. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Peggie, D. 2011. Precious and Protected Indonesian Butterflies ; Kupu-kupu Indonesia yang Bernilai dan Dilindungi. PT Binamitra Megawarna. Jakarta.

Petersen, C.H., Woods, A.H, dan Kingsolver, J.G. 2000. Stage-spesific effects of temperature and dietary protein on growth and survival of Manduca sexta caterpillars. Physiological Entomology 25 (1): 35-40.

Pollard, E. dan Yates, T.J. 1995. Monitoring Butterflies for Ecology and Conservation. The Brittish Butterfly Monitoring Scheme. Institute of Terrestrial Ecology and Joint Nature Conservation Comittee.

Rajashekharan, S., Pushpangadan, P., Ratheesh Kumar, P.K., Jawahar, C.R., Nair, C.P R. dan Sarada Amma, L. 1989. Ethno-Medico-Botanical Studies of Cheriya Arayan and Valiya Arayan (Aristolochia Indica, Linn;

(50)

58 Rausher, M.D. 1979. Larval Habitat Suitability and Oviposition Preference in

Three Related Butterflies. Ecology 60(3) : 503-511.

Shahabuddin, G. , Herzner, G. A., Cesar A. R. dan Gomez, M D. C. 2000. Persistence of a Frugivorous Butterfly Species in Venezuelan Forest Fragments: The Role Of Movement and Habitat Quality. Biodiversity and Conservation 9: 1623–1641. Kluwer Academic Publishers. Printed in the Netherlands.

Soehartono, T. dan Mardiastuti, A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. JICA. Jakarta.

Soekardi, H. 2000. Keterkaitan Keanekaragaman Spesies Kupu-kupu dengan Tumbuhan Inangnya. Seminar Nasional Biologi XVI. Bandung, 25-26 Juli. Soekardi, H, Djausal, A. dan S. Sastrodiharjo. 2001. Taman Kupu-kupu terbuka di

Desa Tanjung Manis Gunung Betung Lampung. Prosiding. Hasil Penelitian Dosen.Univesitas Lampung.

Soekardi, H. 2005. Keanekaragaman Papilionidae di Hutan Gunung Betung, Lampung, Sumatera : Penangkaran serta rekayasa habitat sebagai dasar konservasi. Disertasi. ITB. Bandung.

Soekardi, H. 2007. Kupu-Kupu di Kampus Unila .Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Soekardi, H. 2009. Model Konservasi Kupu-Kupu Nymphalidae . Laporan Hibah Penelitian Fundamental. Universitas Lampung.

Soekardi, H. 2009a. Konservasi Kupu-Kupu Papilionidae di Hutan Konservasi Kupu-Kupu Gunung Betung, Lampung. Prosiding Seminar Nasional Biologi XX UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang. 24-25 Juli.

Stefanescu, C. 2004. Seasonal change in pupation behaviour and pupal mortality in a swallowtail butterfly. Animal Biodiversity and Conservation 27.2: 25– 36.

Sumarji. 2014. Kajan Biologi Ngengat Bulu (Ochyrotica celebica. Lepidoptera : Pterophoridae) sebagai Musuh Alami Tumbuhan Mantangan (Merremia peltata). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tanjung, A. K. 2011. Morfometri Kupu-kupu Berdasarkan Ketinggian Terbang di Hutan Konservasi Kupu-kupu Gunung Betung Lampung . Skripsi.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(51)

59

Wu, T. S., Leu, Y. L. dan Chan Y.Y. 2000. Aristolochic Acids as a Defensive Substance for the Aristolochiaceous Plant-Feeding Swallowtail Butterfly, Pachliopta aristolochiae interpositus. Journal of the Chinese Chemcal Society, 47, 221-226.

Watanabe, M., Nozato, K., dan Kiritani, K. 1986. Studies on Ecology and Behavior of Japanese Black Swallowtail Butterflies (Lepidoptera :

Papilionidae) : V. Fecundity in Summer Generations. Appl. Ent. Zool. 21 (3) : 448-453.

Weiss, M. R. 1997. Innate colour preferences and flexible colour learning in the pipevine swallowtail. Anim. Behav 53 : 1043–1052.

Wulandari, B. F. 2009. Preferensi dan Perilaku Makan Kupu-kupu Troides helena Terhadap Bunga di Taman Kupu-kupu Gita Persada Gunung Betung, Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yamanaka, A., Tanaka, A., dan Kitazawa C. 2012. Pupal Color Polyphenism Regulated by Temperature and Photoperiod in the Asian Comma Butterfly, Polygonia c-aureum (Lepidoptera: Nymphalidae). Zoological Studies 51(8): 1432-1437.

Yayasan Sahabat Alam. 2000. Laporan Kegiatan Tahunan Yayasan Sahabat Alam. Lampung.

Gambar

Gambar 1.  Kupu-kupu T. helena betina baru keluar dari kepompong bergantung di tumbuhan pakan A
Gambar 2. T. helena jantan (kiri) dan betina (kanan)  (Soekardi, 2005)
Gambar 3.  Tumbuhan A. tagala : (a) merambat pada batang tumbuhan lain, (b) mempunyai bunga berbentuk pipa, dan (c) mempunyai buah berbentuk kapsul
Gambar 4.  T. helena mengunjungi bunga Ixora javanica (Martinus, 2014)
+5

Referensi

Dokumen terkait