• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL MENTAL OPTIMISME WIRAUSAHAWAN INDONESIA: PSIKOLOGI INDIGENOUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL MENTAL OPTIMISME WIRAUSAHAWAN INDONESIA: PSIKOLOGI INDIGENOUS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENELITIAN FUNDAMENTAL

MODEL MENTAL OPTIMISME WIRAUSAHAWAN INDONESIA:

PSIKOLOGI INDIGENOUS

Oleh :

Dr. Moordiningsih, M.Si, Psi. Setia Asyanti, M.Si, Psi. Drs. Meddy Sulistyanto,M.M, Psi.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ABSTRAK

Minat generasi muda untuk menjadi pelaku wirausaha sebenarnya cukup menunjukkan kecenderungan yang menggembirakan di Indonesia, hanya saja fenomena ini masih memerlukan perhatian yang serius dari kalangan pemerintah, dunia pendidikan maupun masyarakat Indonesia. Fenomena menjadi wirausaha sebagai pilihan profesi dalam kehidupan karena kesadaran internal dan optimisme yang tinggi menjadi fokus penelitian ini. Wirausaha bukan muncul dari keterpaksaan, namun lebih pada kemampuan untuk mengambil peluang melakukan inovasi-inovasi dalam kehidupan dan menjadi manusia yang mandiri serta sukses dalam kehidupan.

Tujuan penelitian ini adalah memahami mental para pelaku wirausaha, khususnya optimisme dalam memulai, membesarkan dan menjalani usaha-usaha yang ditekuni. Optimisme dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul, keberanian mengambil resiko, kemauan belajar, kepemimpinan dan kemampuan mengambil keputusan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan memberikan kuesioner terbuka kepada 369 pelaku wirausaha di wilayah Surakarta dan Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimisme berangkat dari aspek mental berupa motivasi atau niat yang kuat dalam memulai kegiatan wirausaha, didukung sikap kegigihan, keuletan, ketekunan dalam menjalani proses wirausaha untuk mengatasi masalah-masalah finansial, masalah barang yang diusahakan, masalah dengan konsumen ataupun masalah dengan diri sendiri. Masalah dari dalam sendiri dapat diatasi dengan sikap pantang menyerah, percaya diri dan memadukan antara keberanian serta kesabaran. Faktor keluarga sangat berperan dalam memberikan motivasi untuk lebih optimis dalam menjalankan wirausaha. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa motivasi awal pelaku wirausaha dalam memulai usaha adalah karena alasan finansial, alasan kemandirian dan harapan untuk menyalurkan hobi dan cita-cita yang ditekuni menjadi sesuatu bentuk kegiatan yang menghasilkan.

(3)

kuat dalam mencapai tujuan keberhasilan menjalankan wirausaha. Sumber-sumber munculnya aspek mental ini sebagian besar adalah berasal dari diri sendiri, baru kemudian mendapatkan keteladanan dari lingkungan sekitar seperti halnya keteladanan aspek mental dari keluarga, teman, pengalaman dari kesusksesan orang lain.

Aspek-aspek mental yang diperlukan saat mengelola ataupun berproses menjalankan wirausaha, terutama adalah sikap pantang menyerah, keberanian dan sikap sabar, ramah serta ikhlas dalam menjalani proses. Sikap pantang menyerah dan sabar adalah bagian dari keyakinan terhadap hasil, sehingga usaha-usaha akan terus dilakukan untuk mencapai tujuan berwirausaha.

Masalah-masalah yang sering dialami saat menjalani kegiatan wirausaha adalah masalah finansial, masalah yang terkait dengan barang dagangan, masalah dengan konsumen maupun masalah dengan diri sendiri, seperti malas, kurang percaya diri, kurang disiplin, kurang teliti maupun kondisi fisik yang kurang menunjang dalam menjalani wirausaha. Optimisme dalam pencapaian sebuah prestasi memegang peranan penting. Ketika seseorang maupun sekelompok orang memiliki optimisme bahwa sesuatu hal yang baik akan terjadi maka prestasi sosial pun akan terengkuh. Adapun ciri-ciri sikap optimisme adalah kesungguhan untuk mencari informasi

(information seeking), secara aktif beradaptasi dengan masalah dan mampu melakukan

perencanaan (active coping and planning), kerangka berfikir dan bertindak yang positif (positive

reframing), mencari peluang-peluang yang dapat memberikan keuntungan (seeking benefit),

(4)

ABSTRACT

FUNDAMENTAL RESEARCH

INDONESIA ENTERPRENEURS OPTIMISM MENTAL MODEL:

INDIGENOUS PSYCHOLOGY

Dr. Moordiningsih, M.Si, Psi. Setia Asyanti, M.Si, Psi. Drs. Meddy Sulistyanto,M.M, Psi.

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA

(5)

Young people interest to become an entrepreneur is actually quite, it’s an exciting show trends in Indonesia. This phenomenon still needs serious attention from government, education and society Indonesia. The phenomenon becomes self-employment as an option profession in life, because of internal awareness and optimism became the focus of this research. Entrepreneurial not arise from compulsion, but rather on the ability to take the opportunity to do innovations in human life and become independent and successful in life. The purpose of this study is to understand the mental entrepreneurial actors, in particular optimism in initiating, encouraging and underwent efforts. Optimism when people face of various problems that arise, the courage to take risks, willingness to learn, leadership, and decision-making capabilities. The research was conducted using a qualitative approach, by providing an open questionnaire to 369 entrepreneurs in the region of Surakarta and Yogyakarta. The results showed that the optimism depart from the mental aspect of a strong motivation or intention in starting entrepreneurial activities, supported the attitude of perseverance, tenacity, perseverance in undergoing the process of entrepreneurship to solve financial problems, problems of cultivated goods, problems with customers or problems with self its own. From within its own problems can be overcome with unyielding attitude, confidence and combine the courage and patience. Family factors was instrumental in providing the motivation to be more optimistic in running entrepreneurial. The results of this study also showed that the initial motivation of entrepreneurs in starting a business is because of financial reasons, reasons of independence and hope for a hobby and ideals elaborated into something form-generating activities.

Mental aspects required when starting a business is an intention or motivation and a strong spirit to start a business, the courage to start a business and persistence, patience and diligence in carrying out the process. Motivation starts with the assumption that behavior is organized to achieve these goals. Motivation becomes important in initiating entrepreneurial activities, because this motivation will be a powerful fuel that runs in achieving entrepreneurial success. The sources of the emergence of the mental aspect is largely derived from yourself, then get the example from the surrounding environment as well as the mental aspect of the exemplary family,

friends, experiences upon the success of others. Mental aspects required when managing or running proceeds entrepreneurship, especially the

(6)

of planning (active coping and planning), a framework to think and act in a positive (positive reframing), look for opportunities that can provide benefits (seeking benefit), the ability to use humor (use of humor), and a willingness to accept, adaptive to new changes (Cantor & Norem, 1989). Being patient and calm in the face of problems, a willingness to discuss with other people and keep looking for new strategies in carrying out entrepreneurial activity is a form of optimism of entrepreneurs. Unyielding attitude, persistence, tenacity, courage, patience and confidence that a person has the abilities to solve problems is an important key to that of the entrepreneurs in the region of Surakarta and Yogyakarta. The family is the biggest driver in hand to provide motivation.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

I. MASALAH PENELITIAN

Pada tahun 2006, data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan di Indonesia terdapat 48,9 juta usaha kecil dan menengah (UKM), menyerap 80% tenaga kerja serta menyumbang 62% dari PDB (di luar migas). Data tersebut sekilas memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia dan dampaknya bagi kemajuan ekonomi bangsa.

(8)

dikarenakan kebutuhan (necessity) dan kurang didorong oleh faktor inovasi (Margiman, 2009).

Hasil kajian pemerintah menunjukkan minat alumnus perguruan tinggi menjadi wirausahawan minim, karena para sarjana fresh graduate (lulusan baru) tersebut cenderung memilih profesi menjadi karyawan atau pegawai kantor. Neddy Rafilandi Halim, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia UMKM Kementerian Negara Koperasi dan UKM. mengatakan dari puluhan ribu sarjana yang merupakan lulusan baru, hanya sekitar 17% yang berminat menjadi wirausaha. Saal ini jumlah sarjana yang menganggur di Indonesia sedikitnya tercatat 626.000 orang. Untuk mendorong keinginan pemerintah meningkalkan perekonomian nasional, jumlah wirausahawan ditargetkan minimal 2% dari total penduduk Indonesia. Jika jumlah wirausahawan mampu mencapai 2% dari sekitar 235 juta penduduk Indonesia saat ini perekonomian nasional bisa mensejahterakan rakyat (Sahnan, 2010)

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Cantor, N., & Norem, J.K. (1989). Defensive pessimism and stress and coping. Social Cognition, 7, 92-112.

Carver, C. S., & Scheier, M.F. (2002). Optimism, pessimism, and self-regulation. In Chang, E. (Ed). Optimism & pessimism: Implications for theory, research, and practice. Washington: American psychological Association, 31-52.

Enriquez, V. G. (1993). Developing a Filipino Psychology. In U.Kim & J.W.Berry (Eds)

Indigenous psychologies: research and experience in cultural (pp. 152-169)

NewburyPark, CA: Sage.

Gibson, C. B. (1999). Do they do what they believe they can? Group efficacy and group effectiveness across tasks and cultures. Academy of Management Journal, 42, 138-152. Hendro. (2011). Dasar-dasar kewirausahaan: Panduan bagi mahasiswa untuk mengenal,

memahami dan memasuki dunia bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Keller, R. R (2000). Religious diversity in North America. In P. S. Richards & A. E. Bergin (Eds.), Handbook of psychotherapy and religious diversity (pp.27-55). Washington, DC: American Psychologist Association.

Kim, U. (1999) After the “crisis” in social psychology: The development of the transactional model of science. Asian Journal of Social Psychology, 2, 1-19.

Kim, U. & Berry, J. W. (1993). Indigenous psychologies: Research and experience in cultural

context. Newbury Park: Sage Publications.

Kim, U., Park, Y.S., & Park, D.H. (1999). The Korean indigenous psychology approach: Theoretical considerations and empirical applications. Applied Psychology: An

International Review, 48, 55-73.

Kim, U., Park, Y.S., & Park, D.H. (2000). The challenge of cross-cultural psychology: The role of the indigenous psychologies. Journal of Cross-Cultural Psychology, 31, 63-75.

Margiman, (2009). http://www.ciputra.org/node/95/quo-vadis-kewirausahaan-di-indonesia.htm. diakses 30 April 2010.

Miller, L., & Lovinger, R.J. (2000). Psychotherapy eith conservative and reform Jews. In P.S. Richards & A. E. Bergin (Eds.), Handbook of psychotherapy and religious diversity (pp.259-286). Washington, DC: American Psychological Association.

(10)

Richards, P. S., & Bergin, A. E. (1997). A spiritual strategy for counseling and psychotherapy. Washington, DC: American Psychological Association.

Sahnan, (2010). Bisnis Indonesia. www.depkop.go.id/780‐minat‐sarjana‐baru‐jadi‐wirausaha

minim.html. diakses 30 April 2010.

Sartini (2009). Mutiara kearifan lokal nusantara. Yogyakarta: Kepel Press.

Snyder, C. R., Harris, C., Anderson, J.R., Holleran S. A.,Irving, L.M., Sigmon, S. T., Yoshinobu, L., Gibb, J., Langelle, C., & Harney, P. (1991). The will and the ways: Development and validation of an individual-differences measure of hope. Journal of

Personality and Social Psychology, 60, 570-585.

Snyder, C. R., Irving, L., & Anderson, J.R (1991). Hope and health: Measuring the will and the ways. In C. R. Snyder & D. R. Forsyth (Eds.), Handbook of social and clinical

psychology: The health perspective (pp. 285-305), Elmsord, NY: Pergamon Press.

(11)

LAPORAN

PENELITIAN FUNDAMENTAL

MODEL MENTAL OPTIMISME WIRAUSAHAWAN INDONESIA:

PSIKOLOGI INDIGENOUS

Oleh :

Dr. Moordiningsih, M.Si, Psi. Setia Asyanti, M.Si, Psi. Drs. Meddy Sulistyanto,M.M, Psi.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(12)
(13)

I. Identitas dan Uraian Umum

1. Judul Usulan : Model Mental Optimisme Wirausahawan Indonesia: Psikologi Indigenous.

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Moordiningsih, M.Si, Psi. b. Bidang Keahlian : Psikologi Sosial-Industri Organisasi c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Unit Kerja : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta e. Alamat Surat : Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura

f. Telp/Fax : (0271) 717417 ext, 403, Fax (0271) 715448 g. E-mail : nining@gmx.net

3. Tim Peneliti :

No Nama Bidang Keahlian Instansi Alokasi Waktu

1. Dr. Moordiningsih, M.Si.Psi

Psikologi Sosial dan Pengambilan Keputusan

UMS 36 jam/minggu

2. Setia Asyanti, M.Si., Psi

Psikologi Klinis dan Kesehatan

UMS 30 jam/minggu

3. Drs. Meddy Sulistyanto, M.M, Psi.

Psikologi Industri-Organisasi

UMS 30 jam/minggu

4. Objek Penelitian :

Para Wirausahawan Sukses dan Mandiri 5. Masa Pelaksanaan Penelitian

Tahun I : bulan Juni tahun 2011- Mei 2012 Tahun II : bulan Juni tahun 2012- Mei 2013 6. Anggaran yang diusulkan:

Tahun pertama : Rp. 40.000.000,00 Tahun kedua : Rp. 40.000.000,00 Anggaran Keseluruhan : Rp. 80.000.000,00

7. Lokasi Penelitian : Surakarta dan Yogyakarta. 8. Hasil yang ditargetkan :

Tahun I : Pola-pola optimisme wirausaha dalam menjalankan usaha dan menghadapi permasalahan berdasar psikologi indigenous (pendekatan kualitatif)

(14)

9. Jurnal Ilmiah yang menjadi Sasaran:

Journal of Applied Psychology, Psychological Studies, Jurnal Psikologi Indonesia, ANIMA Indonesian Journal of Psychology, Indigenous.

10. Institusi lain yang terlibat : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta 11. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mendasar di bidang ilmu Psikologi,

(15)

ABSTRAK

Minat generasi muda untuk menjadi pelaku wirausaha sebenarnya cukup menunjukkan kecenderungan yang menggembirakan di Indonesia, hanya saja fenomena ini masih memerlukan perhatian yang serius dari kalangan pemerintah, dunia pendidikan maupun masyarakat Indonesia. Fenomena menjadi wirausaha sebagai pilihan profesi dalam kehidupan karena kesadaran internal dan optimisme yang tinggi menjadi fokus penelitian ini. Wirausaha bukan muncul dari keterpaksaan, namun lebih pada kemampuan untuk mengambil peluang melakukan inovasi-inovasi dalam kehidupan dan menjadi manusia yang mandiri serta sukses dalam kehidupan.

Tujuan penelitian ini adalah memahami mental para pelaku wirausaha, khususnya optimisme dalam memulai, membesarkan dan menjalani usaha-usaha yang ditekuni. Optimisme dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul, keberanian mengambil resiko, kemauan belajar, kepemimpinan dan kemampuan mengambil keputusan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan memberikan kuesioner terbuka kepada 369 pelaku wirausaha di wilayah Surakarta dan Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait