PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA ANTARA
SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING
DAN METODE TANYA JAWAB (Eksperimen di MTs Darul Abror Bekasi)
Disusun oleh:
IIS NURAISIYYAH NIM: 102016023897
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi suatu negara,
karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap kemajuan bangsa baik secara
ekonomi maupun sosial. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, isinya yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
dimasa yang akan datang. Peserta didik yang dimaksud adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.1
Diharapkan dengan pendidikan subyek pembangunan (manusia) dididik, dibina,
dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan tujuan terbentuknya
subyek-subyek pembangunan yang berkepribadian utuh. Kualitas pendidikan sangat
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia karena pendidikan merupakan salah satu
sarana meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia.2
Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru memegang peranan yang
menentukan, karena bagaimanapun keadaan anak didik, maka pada akhirnya tergantung
pada guru dalam memanfaatkan kemampuan yang ada. Dalam hal ini guru mempunyai
peranan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi bagi peserta didik
agar mencapai tujuan yang diharapkan.3 Semua hal tersebut sangat menentukan terhadap
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dengan adanya perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pembelajaran..
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
belajar.4 Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya
1 Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003,
Tentang Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Bandung: Fermana, 2006), h. 65
2
Nancy Susianna, Jurnal Pendidikan: Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan siswa SLTP (Bandung: Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA, 2004), h. 1
3
situasi belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Mengajar
pada hakikatnya adalah menyediakan kondisi yang seoptimal mungkin agar terjadi proses
belajar mengajar yang selalu kondusif.5
Proses belajar mengajar terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa, guru
mengajar dan siswa belajar. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan
belajar siswa diantaranya faktor eksternal dan internal siswa6. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah pemilihan dan
penggunaan metode mengajar.7
Metode mengajar dapat membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu
guru hendaknya mampu menerapkan metode yang sesuai dan tepat sebagai upaya
mancapai keberhasilan pembelajaran.
Banyak alternatif metode pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru,
namun pada prinsipnya tidak ada satu pun metode pembelajaran yang lebih baik daripada
metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kekuatan tidak dapat
dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap
bidang studi yang diajarkan.8 Untuk itu, sebaiknya guru memilih metode pembelajaran yang tepat yang akan digunakan untuk suatu pokok bahasan.
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan
hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.9
Dalam hal ini, pemilihannya harus mengacu pada kriteria: menunjang pencapaian tujuan
khusus pembelajaran, sesuai dengan peristiwa pembelajaran yang akan dilaksanakan,
karakteristik materi yang akan disajikan, karakteristik siswa, alokasi waktu yang tersedia,
sarana dan prasarananya memungkinkan, besar kecilnya kelas, dan kemampuan guru.10
5
Albertus Sinaga, Jurnal Pendidikan:Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU, (Jakarta:Gema Pendidikan, Maret 1997), h.17
6
Laila Hayati, dan Nani Kurniati, Jurnal Kependidikan: Tingkat Penguasaan siswa Pada Pokok Bahasan Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas I F SMUN 2 Mataram, (Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No.1, Mei 2005), h.71
7 Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa
Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 85
8
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Depag, 2001), h. 91 9
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit., h. 88 10
Disamping Faktor metode, faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan
pencapaian keberhasilan belajar. Pada umumnya siswa cenderung enggan untuk
mengikuti pelajaran karena cara penyajian yang terkadang berkesan membosankan. Salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya variasi dalam pembelajaran yang dapat membuat
anak tertarik untuk belajar atau dengan istilah lain penggunaan metode yang kurang tepat.
Dewasa ini, masalah pembaruan pendidikan seperti perubahan kurikulum
merupakan masalah bagi setiap disiplin ilmu atau bidang studi yang dipergunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Biologi sebagai salah satu dari disiplin ilmu
tersebut juga ikut menanggung masalah tersebut, yang berarti pendidikan biologi harus
mampu mengarahkan subyek belajar menjadi manusia-manusia yang berpribadi utuh.
Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan guru dapat memberi dorongan yang
lebih berarti dalam penguasaan konsep siswa. Perbedaan strategi mengajar
mengakibatkan perbedaan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Tentunya hal ini akan
mengakibatkan perbedaan prestasi belajar siswa.
Sebenarnya seorang guru yang kreatif dan inovatif tidak akan kesulitan dalam
menentukan metode mengajar, walaupun fasilitas sekolah kurang memadai, namun
bukanlah suatu hambatan yang besar bagi terlaksananya proses pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif. Efektif yang dimaksud ialah agar apa yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya dapat diserap atau dihapal saja untuk beberapa saat,
tetapi harus dapat dikembangkan juga melalui daya pikirnya.
Penerapan suatu strategi dan metode dalam pembelajaran biologi adalah merupakan
hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan
mengarah pada penguasaan materi.11 Dalam pengajaran disekolah, materi pelajaran dapat disampaikan dengan memberi atau menjawab pertanyaan- pertanyaan siswa dan dapat
pula dengan meminta pendapat-pendapat dari hal yang telah diketahui siswa. Diantara
berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, diantaranya
adalah metode brainstorming dan metode tanya jawab.
11
Metode Brainstorming atau curah pendapat adalah proses penyampaian
sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik
terhadap gagasan-gagasan yang muncul.12 Pemberian pendapat dalam pemecahan masalah dapat dilakukan secara deduktif, yaitu dari konsep-konsep yang umum menuju
konsep-konsep yang lebih khusus. Pemecahan masalah secara kreatif akan lebih
memperkanya pengalaman siswa, dalam hal ini siswa dapat menghubungkan ide
atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Siswa tidak hanya akan saling
melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi.
Dalam brainstorming siswa diperbolehkan mengemukakan gagasan apa saja yang
muncul dari pikiran masing-masing, tidak dibenarkan adanya kritik , karena adanya kritik
dapat merintangi gagasan yang akan keluar. Dengan evaluasi dapat disimpulkan suatu
jawaban dari berbagai pendapat yang diperoleh. Salah satu kelemahan metode
brainstorming adalah guru kurang memberi waktu cukup untuk berpikir dengan
baik.13
Adapun metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyan dari guru yang harus dijawab siswa atau sebaliknya ; baik secara lisan maupun
tulisan.14 Metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya. Metode ini lebih
menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang sedang
atau telah dipelajari.
Salah satu kelemahan metode tanya jawab adalah dapat menimbulkan
penyimpangan dari persoalan pokok. Lebih-lebih, jika siswa-siswa memberi jawaban atau
mengajukan masalah yang dapat mengundang keributan teman lainnya yang menyimpang
dari pokok pembicaraan atau pokok permasalahan.15
Dengan membandingkan kedua metode yaitu metode brainstorming dan metode
tanya jawab, diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena metode
brainstorming adalah metode yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa
melalui daya pikir kreatifnya terhadap konsep yang diajarkan, sehingga mereka akan
12
Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159
13
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 75 14
Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 106
15
memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik, namun tidak semua siswa
mampu mengemukakan pendapat sehingga kadang-kadang dalam berbicara hanya di
monopoli oleh siswa yang pandai saja, selain itu keterbatasan waktu terkadang menjadi
kendala dalam mengemukakan pendapat.
Sedangkan metode tanya jawab membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap
pelajaran. Metode ini menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk
menguasi konsep yang diajarkan, namun dalam metode tanya jawab siswa terkadang
merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya yang akibatnya
siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal, selain itu sukar untuk membuat
pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman siswa.
Dengan membandingkan kedua metode di atas terhadap penguasaan konsep,
seorang guru diharapkan dapat menggunakan metode yang tepat, yaitu metode
brainstorming atau tanya jawab sebagai metode yang digunakan untuk memudahkan
penguasan konsep siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam
pelajaran biologi?
2. Metode pembelajaran apakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa
dalam pelajaran biologi?
3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan metode
brainstorming dan metode tanya jawab?
4. Apakah metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat mempengaruhi
penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi?
5. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasan konsep siswa yang
menggunakan metode brainstorming, dengan metode tanya jawab?
6. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam skripsi ini dan luasnya permasalahan yang hendak dibahas, serta untuk lebih terarahnya penelitian ini,
maka masalah hanya dibatasi pada pengaruh metode mengajar brainstorming dan
metode tanya jawab terhadap penguasan konsep siswa kelas II MTs Darul Abror
Bekasi. Penguasaan konsep siswa dibatasi pada nilai ulangan kelas II semester 2
konsep sistem indera pada manusia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang diberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab
pada siswa MTs Darul Abror Bekasi ? ”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk memberikan manfaat kepada semua pihak yang
terkait langsung dalam dunia pendidikan, terutama bagi:
1. Kepala sekolah, sebagai informasi untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan
biologi.
2. Guru-guru biologi, informasi ini dapat dijadikan suatu referensi dan masukan dalam
memilih dan memberlakukan metode mengajar yang lebih efektif dalam pelajaran
biologi, terutama pada konsep sistem indera.
3. Siswa, memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemikiran
intelektual siswa, untuk dapat mengaplikasikan keilmuannya didalam kehidupan
bermasyarakat serta dapat bersosialisasi dengan baik di dalam kehidupan sosialnya
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi teoretis
1. Hakikat Metode Mengajar
Metode mengajar berasal dari dua kata yaitu metode dan mengajar, metode dapat
diartikan Sebagai cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.16 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.17 Sedangkan mengajar menurut Alvin W. Howard yang dikutip Roestiyah
adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong atau membimbing seseorang untuk
mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitudes, ideals atau cita-cita,
appreciation atau penghargaan dan knowledge.18
Metode mengajar adalah teknik guru dalam menyampaikan informasi karena minat,
taraf intelegensi dan daya perhatian dari setiap kelas berbeda, maka guru harus dapat
menggunakan metode mengajar yang berbeda dengan bijaksana.19
Metode mengajar menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono adalah bagian dari perangkat
alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi
belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka
metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.20
Menurut Tayar Yusuf dalam bukunya Ilmu Praktik Mengajar mengatakan, metode
mengajar adalah suatu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan materi
pelajaran, sehingga tercapai tujuan pelajaran, dimana murid-murid dapat merasa mudah
menerima/mengerti sehingga tidak terlalu memusingkan (memberati) pikiran mereka.
Kegiatan guru dalam hal ini adalah berdasarkan prinsip-prinsip ilmu jiwa, pendidikan,
sosiologi dan sebagainya.21
16 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.149 17 Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), edisi ke-2, h.. 652 18
Roestiyah N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.15 19
Penggunaan metode Mengajar yang Berbeda, http://www.sabda.org/ pepak/pustaka/ 020163, 2002. 12 Maret 2007
20
JJ. Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), Cet-3, h.3
21
Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran adalah cara atau strategi
yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam
konteks transfer of knowledge dan transfer of values.22
Dalam buku Strategi Belajar Mengajar, Ahmadi dan Prasetya mengatakan, metode
mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara
kelompok/klasikal, agar palajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik.23 Dalam hal ini metode mengajar adalah sebagai alat untuk pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar
semakin berhasillah pencapaian tujuan belajar mengajar.
Menurut Slameto metode mengajar adalah cara atau jalan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam mencapai tujuan, terbuka kemungkinan memilih berbagai metode
yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kemampuan guru yang
bersangkutan.24
Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan, metode
mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang
menciptakan interaksi edukatif antara guru dan siswa, suasana belajar dan pelajar
yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
a. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar
Penggunanan metode belajar harus dipilih dan digunakan dengan tepat agar dapat
terjadi interaksi aktif dari warga belajar.25 Menurut Winarno Surakhmad seperti dikutip Bahri Djamarah, banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
mengajar diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Tujuan dengan berbagai jenis dan
fungsinya; 2) Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya; 3) Situasi dengan
22
Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, Jurnal Kependidikan, keislaman dan Kebudayaan, (Jakarta: Didaktika Islamika, 2000, Vol. VI), h.119
23 Abu Ahmadi, dan Joko Tri Prasetya,
Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 52
24
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 90
25
berbagai keadaannya; 4) Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya; 5)
Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.26
a. Metode Brainstorming
1) Pengertian Metode Brainstorming
Brainstorming atau curah pendapat atau sumbang saran merupakan teknik yang dikembangkan oleh Osborn yang dapat diterapkan untuk memecahkan suatu
masalah dalam kelompok kecil (sekitar 8 sampai 10 orang) dengan menggali
gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. 27 Dalam kelompok kecil ini seorang anak dipilih untuk berperan sebagai ketua dan siswa lain bertugas
mencatat semua gagasan yang muncul.
Dasar penggunaan metode curah gagasan atau brainstorming adalah bahwa
kelompok dapat mengajukan usul lebih banyak dibandingkan anggota secara
individual.28 Teknik ini terdiri dari dua tahap , yaitu tahap identifikasi gagasan dan tahap evaluasi gagasan.29
Menurut Martinis, metode brainstorming adalah metode yang merangsang
berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan oleh siswa. Akan tetapi guru dapat menggambarkan bahwa yang
diminta adalah buah pikiran dengan alasan-alasan yang rasional.30
Roestiyah dalam bukunya mengatakan, brainstorming adalah suatu teknik
atau cara mengajar dengan melontarkan suatu masalah, kemudian siswa menjawab
atau menyatakan pendapat sehingga mungkin masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk
mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat
singkat.31
26
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 184
27 . C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1999), h.103
28
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag, 2001), h. 128
29
Atwi Suparman (ed), Model-Model Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: STIA LAN press, 2003), h.153 30
Martinis Yamin, Startegi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2003), h. 74
31
Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran brainstormig
atau curah gagasan merupakan langkah eksplorasi dan inventarisasi ide melalui
curah pendapat tentang topik tertentu dengan bebas tanpa seleksi.32 Prinsip yang dianut oleh metode brainstorming adalah menunda memberi penilaian
sampai semua gagasan selesai dilontarkan.33 Setelah semua ide-ide kreatif itu selesai dikemukakan, kemudian diadakann suatu evaluasi untuk melihat ide-ide
kretif mana yang nilai paling sesuai dalam rangka penyelesaian permasalahan.
Senada dengan hal diatas menurut pendapat Ratu dalam tulisannya pada
jurnal kejuruan teknik mesin mengatakan bahwa brainstorming adalah proses
penyampaian sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara
bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-gagasan yang muncul.34 Dengan menunda adanya kritik diharapkan dapat menggali gagasan-gagasan
sebanyak mungkin dari semua siswa.
Brainstorming merupakan salah satu teknik untuk merangsang munculnya
pemikiran-pemikiran kreatif terutama dalam usaha pemecahan masalah.
Selanjutnya menurut Ratu teknik kreatif ini dilaksanakan dengan memberikan
rangsangan (stimulus) untuk memberikan kondisi yang membangkitkan tanggapan
(respon) berupa ide-ide kreatif. Rangsangan yang diberikan dapat berupa
pertanyaan untuk tugas pemecahan masalah atau tugas melakukan kegiatan.35
Dalam buku Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Sujana mengatakan
curah pendapat atau brainstorming adalah teknik pembelajaran yang dilakukan
dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan
pengalaman yang berbeda-beda.36
Menurut Slameto Brainstorming ialah semacam cara pemecahan masalah
dimana siswa mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang
terpikirkan. Tidak ada kritik, Evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan
kemudian.37
32 Wahdi Sayuti, Op. cit., h.122 33 Atwi Suparman,
Op. cit., h. 154 34
Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159
35
Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 36
H. D. Sujana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), h. 86
37
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai brainstorming, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa brainstorming atau curah gagasan adalah
pemberian materi pelajaran dengan memperoleh pendapat atau ide-ide dari
siswa dengan bebas tanpa seleksi yang akan menunjang daya pikir kreatifnya
dan akan lebih memperkaya pengalaman siswa, dalam hal ini dapat
menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhasil, siswa tidak
hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan
saling mengisi.
2) Tujuan Metode Brainstorming
Menurut Roestiyah, tujuan brainstorming adalah untuk mengurus habis, apa
yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan
guru ke kelas tersebut.38
Sedangkan menurut Ratu, tujuan brainstorming adalah untuk menghasilkan
kuantitas ide yang sebesar-besarnya, tanpa harus memeperhatikan kualitasnya.
Dalam kurun waktu tertentu diharapkan ide-ide akan muncul.39 Bagi setiap jumlah ide yang diungkapkan pada satu kurun waktu tersebut berbeda-beda. Selain jumlah
ide berbeda kualitas ide pun berbeda.
Menurut Slameto, metode brainstorming digunakan untuk: a)
Mengembangkan pikiran yang kreatif; b) merangsang partisipasi siswa; c) Pada
waktu mencari kemungkinan pemecahan masalah; d) Berhubungan dengan
metode lainnya; e) Untuk membangkitkan pendapat-pendapat baru; f) Untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.40
Dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Interaktif Afwi Suparman
mengatakan bahwa metode Brainstorming diharapkan dapat melatih peserta untuk
mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasi mereka dan
melatih daya kreativitas berfikir peserta.41
3) Tahapan Metode Brainstorming
Brainstorming mempunyai tahapan atau langkah-langkah pokok,
yaitu:
38
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.74 39
Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 40
Slameto, Op. cit., h. 106 41
1) Guru menentukan topik bahasan.
Sebelum menentukan topik, terlebih dahulu guru menjelaskan
pokok-pokok penting materi pelajaran.
2) Ajaklah siswa umtuk mengungkapkan pandangan atau ide mereka yang
berhubungan dengan topik yang akan dibahas.
Guru memberi masalah pada siswa sesuai dengan topik atau materi yang
diajarkan dan siswa diberi waktu memikirkan pemecahan masalah tersebut
dan memberikan pendapatrnya bila diminta oleh guru.
3) Catat semua respon siswa yang muncul.
Guru turut membimbing dalam memperoleh jawaban dari siswa, namun
selama berlangsung pencetusan gagasan, kritik tidak dibenarkan dan siswa
tidak perlu mempersoalkan timbulnya ide yang tampak sama, karena
menghambat spontanitas pencetusan ide.
4) Setelah itu guru membahas satu persatu respon yang muncul.42
Guru mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban pada kegiatan
tersebut dengan ceramah.
4) Kelebihan dan kekurangan metode brainstorming
1) Metode Brainstorming dipakai karena memiliki beberapa kelebihan
seperti:
a) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat.
b) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan
dengan masalah yang diberikan oleh guru.
d) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.
e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai
atau dari guru.
f) Terjadi persaingan yang sehat.
g) Anak-anak merasa bebas dan gembira.
h) Suasana demokrasi dan disiplin ditumbuhkan.43
42
Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 122.
43
2) Adapun kekurangan dari metode brainstorming yang perlu diatasi adalah:
a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk
berpikir dengan baik.
b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan.
c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai
saja.
d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan
kesimpulan.
e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah.
f) Tidak menjamin pemecahan masalah.
g) Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan .44
b. Metode Tanya Jawab
1) Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pengajaran dengan jalan mengajukan pertanyaan dengan meksud untuk mendapatkan jawaban lisan atau
berupa tindakan sebagai terhadap peertanyaan yang diajukan guru atau instruktur
kepada siswa atau sebaliknya sebagai upaya untuk melengkapi atau memperdalam
penguasaan bahan guna pencapaian tujuan pengajaran.45
Metode tanya jawab menurut Roestiyah adalah suatu teknik untuk memberi motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama
mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu,
siswa menjawab.46 Selanjutnya menurut Roestiyah Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap pelajaran, serta mengembangkan
kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga
pengetahuannya menjadi fungsional.47
Menurut Lalu Muhammad Metode tanya jawab adalah cara menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab siswa atau
44
Ibid.., h. 75 45
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit.., h.113 46
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.129 47
sebaliknya, baik secara lisan maupun tulisan.48 Metode tanya jawab juga memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa pula
pelajar bertanya dan guru mrnjawab. Hunungan antara guru dan pelajar
merupakan hubungan timbal balik secara langsung.49
Sedangkan Wahdi Sayuti mengemukakan bahwa metode pembelajaran tanya
jawab merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dugunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran di kelas. Secara umum, metode ini dapat
digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan dalam proses
pembelajaran sebelumnya.50
Dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya
mengatakan, metode tanya jawab adalah suatu metode di dalam pendidikan dan
pengajaran di mana guru bertanya, sedangkan murid-murid menjawab tentang
bahan materi yang ingin diperolehnya.51
Sedangkan menurut Syaiful Bahri metode tanya jawab adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh
anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan keterampilan
mengamati, interprestasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan,
dan mengkomunikasikan.52
Dari berbagai pendapat para ahli tentang metode tanya jawab, maka penulis
menyimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran
melalui berbagai bentuk pertanyaan, dari atau kepada siswa, sehingga terjadi
komunikasi langsung dua arah antara guru dan murid. Metode ini dapat digunakan
untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan
2) Tujuan Metode Tanya Jawab
Menurut Lalu Muhammad, tujuan dari metode tanya jawab adalah:
1) Untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan, pengungkapan
perasaan dan sikap siswa.
48
Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 106
49
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit, h. 107 50
Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 121 51
Abu Ahmadi, dan joko Tri Prasetya, Op. cit., h. 56 52
2) Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematus, logis dan menuju
pemecahan masalah.
3) Untuk memberi tekanan perhatian bagian-bagian penting dari materi pelajaran.
4) Untuk memperkuat korelasi antara pertanyaan dengan jawabannya.
5) Membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang
benar atau tepat dalam rangjka kelanjutan belajarnya.53
Menurut Roestiyah penggunaan metode tanya jawab baik untuk
maksud-maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran
atau apa yang dibaca, dengan dibantu Tanya jawab siswa akan tersusun jalan
pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat, membantu
tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, meneliti kemampuan atau daya
tangkap siswa untuk dapat memahami bacaan, dan mengetahui juga apakah
siswa mendengarkan dengan baik.54
Sedangkan menurut Slameto, metode tanya jawab digunakan bila:
1) Mengulangi pelajaran yang lalu untuk mengaitkan dengan pelajaran yang
baru.
2) Anda ingin mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pengajaran.
3) Anda ingin menuntun pengamatan dan pemmikiran siswa.
4) Materi pelajaran berupa fakta dan informasi yang umum dan mudah diacak
melalui berbagai sumber.55
Pertanyaan dapat menjadi alat guru untuk merangsang kegiatan berpikir
siswa. Guru dapat juga menggunakan jawaban siswa untuk mengecek efektifitas
pengajarannya yang sedang berlangsung. Pertanyaan juga dapat berfungsi
sebagai pengatur, pertanyaan mengecek efektifitas pengajarannya yang sedang
berlangsung. Selain itu pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur,
pertanyaan yang diajukan sebelum ceramah atau demontrasi dimulai dapat
53
Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.106 54
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar,Op. cit., h. 130 55
membantu siswa memusatkan perhatiannya pada hal-hal penting.56 Oleh karena itu aspek tehnik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar
dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar.
3) Jenis-Jenis Pertanyaan
Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono, dalam buku Proses Belajar Mengajar.
Menggolongkan tiga jenis pertanyaan sebagai berikut:
1) Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
a) Pertanyaan permintaan (compliance question)
b) Pertanyaan retorik (rhetorical question)
c) Pertanyaan mengarah atau menuntun (prompting question)
d) Pertanyaan menggali (probing question)
2) Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom
a) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)
b) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
c) Pertanyaan penerapan (application question)
e) Pertanyaan analisis (analysis question)
f) Pertanyaan sintesis (synthesis question)
g) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
3) Jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran
(1)Pertanyaan sempit (narrow question)
(a) Pertanyaan sempit informasi langsung:
(b) Pertanyaan sempit memusat:
(2)Pertanyaan Luas (broad question)
(a) Pertanyaan luas terbuka
(b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question) .57
4) Tahapan Metode Tanya Jawab
Adapun tahapan atau langkah-langkah metode tanya jawab adalah sebagai
berikut:
56
W. James Popham, Eva L. Baker (Amirul Hadi, dkk), Teknik Mengajar secara sistematis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) h. 89
57
1) Persiapan.
a) Menentukan topik
b) Merumuskan tujuan ( TIK )
c) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang tepat sesuai dengan TIK
d) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan diajukan
siswa.
2) Pelaksanaan
a) Menjelaskan TIK yang akan dicapai
b) Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (murid tidak hanya
bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru atau siswa yamg lain).
c) Guru memberikan permasalahan sebagai bahan persepsi.
d) Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.
e) Guru memberikan limit waktu (tempo) yng cukup untuk siswa menyusun/
memikirkan jawaban yang sistematis.
f)Memelihara ketenangan suasana tanya jawab.
g) Guru mengusahakan pemerataan giliran bertanya/ menjawab.58
5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya jawab
Dalam pelaksanaannya metode tanya jawab memiliki kelebihan dan
kekurangan.
1) Adapun kelebihannya adalah:
a) Lebih mengaktifkan anak didik dibandingkan dengan metode ceramah.
b) Anak akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan kepada anak
didik untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas/ dimengerti sehingga
guru dapat menjelaskan kembali.
c) Mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan
memebawa kearah suatu diskusi.
d) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik.
2) Sedangkan kelemahan dari metode tanya jawab adalah:
a) Mudah menyimpang dari pokok persoalan.
b) Dapat menimbulkan beberapa masah baru.
58
c) Anak didik terkadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan kepadanya.
d) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
pemahaman anak didik.59
2.Hakikat Penguasaan Konsep Sistem Indera a. Penguasaan konsep
Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep. Penguasaan diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan
(pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya).60 Sedangkan konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari
sekelompok obyek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda
atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya.61
Menurut Amien yang dikutip Yuni dan Adi konsep adalah suatu gagasan atau
ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat
digeneralisasikan. Suatu konsep dikatakan objektif jika dapat dikonfirmasikan
dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat
ditelusuri keberadannya dialam nyata.62
Menurut Rosser yang dikutip Dahar, dikatakan bahwa, konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,
kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama.63 Selanjutnya Dahar menjelaskan pembentukan konsep merupakan suatu bentuk
belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif, yang
melibatkian proses-proses psikologi seperti analisis diskriminatif, abstaksi,
diferensiasi, pembentukan (generation) hipotesis dan pengujian (testing), dan
generalisasi.64
Sedangkan menurut Bell yang dikutip Abidin Konsep adalah suatu ide atau
gagasan abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengklasifikasikan
59 Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203 60 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Op cit., h.534 61
Nuryani. R. Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: UM Press,2005 ), h.51 62
Yuni Tri Hewindati, dan Adi Suryanto, Jurnal Pendidikan: Pemahaman Murid Sekolah
Dasar Terhadap Konsep IPA Berbasis BIologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi,, (Universitas Terbuka: Jurnal pendidikan. Vol, No. I, Maret 2004), hal.63
63
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.80 64
obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu dan memungkinkan pula untuk menentukan
apakah obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau
bukan contoh dari gagasan tersebut.65
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konsep merupakan ide atau pengertian
yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.66 Tafsiran atau pengertian seseorang terhadap suatu konsep disebut konsepsi. Setiap konsep tidak berdiri sendiri,
melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain, semua konsep tersebut
bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pikiran manusia.
Semakin lengkap jaringan konsep tersebut dalam struktur kognitif seseorang semakin
besar kemungkinannya dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan.67
Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Dalam proses ini seseorang
mengabstraksikan atribut-atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus yang
diberikan . Stimulus – stimulus tersebut dapat berupa pemberian contoh-contoh dari
sesuatu yang dikonsepkan. Sedangkan asimilasi konsep bersifat deduktif.68 Dengan terkonsepnya rangsangan oleh individu dengan baik diharapkan individu akan lebih
mudah mememori dan memunculkan kembali rangsangan tersebut dalam bentuk
konsep pada situasi dan kondisi yang lain.69
Adapun manfaat konsep menurut S. Nasution adalah membebaskan individu dari
pengaruh stimulus yang spesifik dan dapat menggunakannya dalam segala macam
situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu.70
Selanjutnya menurut Nasution mempelajari konsep berbeda dengan belajar
hubungan stimulus dan respon karena yang terakhir ini bertalian erat dengan bentuk
fisik tertentu, sedangkan konsep sudah lepas sama sekali dari bentuk atau kesamaan
65
Zainal Abidin, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran: Pemahaman Konseptual dan Proses Dalam Belajar Matematika, (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 17, No. 2, 2 Agustus 2004), h. 59
66
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h. 520 67
Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 86
68
Zainal Abidin, Op. cit., h. 60 69
Sutarto, Jurnal Pendididkan dan Kebudayaan: BukuAjar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 11, No. 54, Mei 2005), h. 332
70
fisik. Misalnya konsep “sudut “ tidak terikat pada sudut obyek tertentu, akan tetapi
dikenal dalam setiap benda.71
Tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, tergantung pada
kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa.72 Sesuai dengan
taksonomi Bloom dalam ranah kognitif yang meliputi 6 tingkat, yaitu:
1) Pengetahuan, pengenalan, yaitu dapat mengenal, mengingat dan mereproduksi
bahan pengetahuan atau pelajaran yang pernah diberikan.
2) Pemahaman, yaitu memahami materi atau gagasan yang diberikan. Siswa tahu
apa yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang
diberikan, tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat
implikasinya.
3) Penerapan, yaitu menggunakan hal-hal abstrak dalam situasi yang khusus dan
konkret.
4) Analisis, yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga kedudukan atau hubungan antarunsur
atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas.
5) Sintesis, yaitu menghimpun atau menyusun unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga membentuk keseluruhan; proses bekerja dengan bahan-bahan,
unsur-unsur, dan menyusun atau menggabungkannya menjadi pola atau struktur
tertentu.
6) Evaluasi, yaitu memberikan pertimbangan mengenai nilai dari bahan dan
metode-metode untuk tujuan tertentu. Biasanya dengan menggunakan patokan
atau tolok ukur penilaian. Patokan ini dapat diberikan oleh guru atau ditentukan
sendiri oleh siswa.73
Pendekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses
perolehan konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana
konsep-konsep itu disajikan dalam stuktur kognitif.74
Berdasarkan pendapat para ahli dan uraian tentang penguasaan konsep, maka
penulis menyimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah pemahaman atau
71
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 164
72
Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 91 73
S. C. Utami Munandar, Op. cit., h.120 74
kesanggupan siswa terhadap suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada
pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan. abstraksi yang
menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek
dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di
alam yang membedakan dari kelompok lainnya yang didasarkan pada pengalaman
tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan dan diukur melalui tingkat
perkembangan kognitif siswa sesuai dengan klasifikasi Bloom.
b. Sistem Indera
Sistem dapat diartikan sebagai hirargi tertinggi susunan stuktur dan fungsi
tubuh.75 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.76
Sedangkan indera merupakan reseptor rangsang. Selain itu indera juga dapat
diartikan sebagai alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba,
dan merasakan sesuatu secara naluri (intuitif).77 Macam indera sesuai dengan macam stiumulus di alam: raba fisik, raba suhu panas/dingin, raba arus angin/air,
bau, kecap, bunyi, keseimbangan, nyeri dan cahaya.78
Sistem indera merupakan alat untuk mengenal dunia luar. Alat indera
mempunyai lima indera yang dikenal dengan panca indera, alat indera pada
manusia dilengkapi dengan bagian –bagian yang berfungsi untuk menerima
rangsangan dari luar, dan saraf-saraf pembawa rangsang ke saraf pusat ( otak ).
Alat indera manusia dapat berfungsi dengan sempurna apabila:
1. Saraf –saraf yang berfungsi membawa rangsang ke sumsum saraf pusat bekerja
dengan baik.
2. Otak sebagai pusat pengolah rangsang bekerja dengan sempurna.
3. Secara anatomi alat-alat indera tidak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya.
Adapun lima alat indera manusia tersebut adalah:
1) Mata (indera penglihat), peka terhadap cahaya. Bagian-bagian mata yaitu:
a) Bagian depan bola mata
75
Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 1999), Edisi I, h. 793 76
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h 950 77
Ibid., h. 377 78
Terdiri atas: alis, kelopak mata, dan kelenjar air mata. Bola mata
direkatkan pada dinding sebelah dalam rongga mata oleh tiga pasang otot,
yang juga berfungsi menggerakan bola mata. Otot-otot tersebut yaitu:
(1)Otot yang menggerakan bola mata lurus atas dan lurus bawah.
(2)Otot yang menggerakan bola mata lurus dalam dan lurus luar.
(3)Otot yang menggerakan bola mata miring atas dan miring bawah.
b) Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu:
(1)Lapiasan luar (Sklera), berwarna putih.
Bagian sklera memebentuk kornea, yan berfungsi untuk memerima
cahaya yang masuk ke mata. Kornea dilindungi selaput tipis yamg
disebut konjungtiva.
(2)Lapisan tengah, berwarna gelap banyak mengandung pembuluh darah,
dan berfungsi untuk menyerap cahaya serta mengurangi cahaya yang
memantul disekitar mata bagian dalam. Dibagian ini juga terdapat iris,
pupil, dan lensa mata.
(3)Lapisan dalam (Retina) atau selaput jala.
Retina mengandung reseptor yang peka terhadap cahaya. Pada retina
terdapat bintik kuning dan bintik buta.
Proses Melihat
Suatu benda dapat dilihat jika ada cahaya. Cahaya dipantulkan benda
mata Kornea Pupil Lensa mata Retina Saraf mata
Diterjemahkan oleh pusat penglihatan di otak Melihat.
Gangguan-gangguan pada Mata
Gangguan atau kelainan pada mata diantaranya adalah: Rabun jauh
(miopi), rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh dan dekat (presbiopi),
Astigmatisme (silindris), rabun senja, katarak, dan buta warna.
2) Telinga (indera pendengar) Telinga manusia terdiri atas:
a. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga dan gendang telinga.
Telinga luar berfungsi untuk menangkap dan tempat masuknya gelombang
b. Telinga tengah terdiri dari pembuluh Eustachius dan tulang-tulang
pendengaran yaitu tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi.
Telinga tengah berfungsi dalam menghantarkan getaran ke telinga bagian
dalam
c. Telinga dalam terdiri dari rumah siput atau koklea,dua lubang berselaput yaitu
tingkap jorong dan tingkap bundar, dan alat keseimbangan berupa tiga buah
saluran setengah lingkaran.
Proses Mendengar
Gelombang bunyi ditangkap dan dikumpulkan oleh daun telinga Saluran
telinga Menggetarkan gendang telinga Tulang martil Tulang
landasan Tulang sanggurdi Tingkap jorong Cairan limfa didalam
rumah siput bergetar Merangsang ujung-ujung urat saraf Saraf
pendengaran Pusat pendengaran di otak Mendengar.
Gangguan-gangguan pada Telinga
Gangguan pada telinga dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu gangguan
penghantaran bunyi dan gangguan saraf. Gangguan atuau kelainan pada
telinga diantaranya adalah: Otosklerosis yaitu kelainan pada tulang sanggurdi
dan Presbikus yaitu gangguan yang disebabkan oleh.penuaan yang
mengakibatkan rusaknya sel saraf pada telinga.
3) Lidah (indera pengecap)
Zat yang dapat dikecap lidah adalah zat kimia yang berupa larutan.
Ujung-ujung saraf pengecap berkelompok membentuk kuncup pengecap. Ada kuncup
pengecap yang peka terhadap rasa manis, asin, asam dan pahit. Kuncup-kuncup
pengecap berkumpul pada bagian tertentu dari lidah. Ujung lidah peka terhadap
rasa manis dan asin, tepi lidah peka terhadap rasa asam dan pangkal lidah peka
terhadap rasa pahit.
Gangguan pada indera pengecap dapat bersifat sementara, misalnya pada
saat makan atau minum sesuatu yang panas atau dingin lidah akan mati rasa
beberapa saat dan bersifat permanen misalnya rusaknya jaringan saraf yang
berhubungan dengan indera pengecap di otak.
Dalam rongga hidung bagian atas terdapat serabut-serabut saraf pembau
dengan sel-sel pembau di ujungnya. Serabut-serabut saraf itu bergabung menjadi
urat saraf pembau yang menuju kepusat pembau di otak. Sel-sel pembau menuju
rambut-rambut halus di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi
sebagai pelembab.
Sel-sel pembau peka terhadap zat kimia beruapa gas. Sewaktu menarik
napas, udara masuk kedalam rongga hidung. Zat kimia yang ada didalam udara
akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian dibawa oleh saraf pembau ke
otak, sehingga rangsangan bau dapat diterima.
5) Kulit (indera peraba)
Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seliruh tubuh.
Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, tempat menyimpan cadangan
makanan/lemak, melindungi tubuh dari gesekan, penyinaran, panas, zat kimia,
dan kuman, juga berfungsi sebagau indera peraba. Selain itu kulit juga berfungsi
sebagai alat pengeluaran
Sel-sel saraf peraba tersebar diseluruh permukan kulit, bagian tubuh yang
peka terhadap sentuhan adalah ujung jari, telapak tangan dan telapak kaki. Saraf
peraba dapat merasakan permukaan halus dan kasar. Kulit terdiri dari lapisan
epidermis (kulit ari) dan lapisan dermis (kulit jangat).
3.Penelitian yang Relevan
Dari hasil penelitian yang relevan tentang brainstorming dan tanya jawab dalam pembelajaran yang dilakukan oleh Ratu Amelia, menunjukkan bahwa terdapat
pertumbuhan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan
metode brainstrorming. Pertumbuhan kreativitas dimulai dengan pertumbuhan unsur
kelancaran dan keluwesan berpikir diikuti dengan pertumbuhan unsur kepekaan terhadap
masalalah.
Hasil penelitian Syahrudin, menunjukkan bahwa brainstorming sebagai tekhnik untuk
pelatihan berfikir divergen mampu meningkatkan kreativitas dan dapat memberikan
pengalaman dan pengembangan pemikiran bagi individu yang bersangkutan dalam
metode pembelajaran brainstrorming mempunyai hubungan yang bermakna terhadap
peningkatan pengetahuan siswa.
Sedangkan hasil penelitian mengenai tanya jawab yang dilakukan oleh Albertus sinaga
menunjukkan metode tanya jawab sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran berbicara
karena waktu siswa bertanya guru dapat mendengar dengan seksama bagaimana cara siswa
untuk menyampaikan permasalahan nya, dengan demikian guru terus-menerus memantau
perkembangan berbicara siswa. Jika terdapat kesalahan dan kejanggalan guru dapat
memperbaikinya .
Metode barainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keterampilan berbicara siswa
karena metode brainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keberanian berpikir,
menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk menguasai konsep yang
diajarkan sehingga dapat memudahkan penguasaan konsep siswa dalam proses belajar
mengajar.
B. Kerangka Berpikir
Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah
pemilihan metode mengajar. Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat
mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Banyak sekali metode-metode
mengajar yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah
metode brainstorming dan metode tanya jawab.
Biologi merupakan ilmu moderat dan strategis yang terletak diantara ilmu-ilmu sosial,
psikologi, dan ilmu-ilmu alam. Melalui mata pelajaran ini, peserta didik dikembangkan
sikap ilmiahnya. Dengan belajar biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan
nyata di lingkungan, mengenali diri sendiri sebagai makhluk hidup, dan diharapkan
bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan kelulushidupan manusia dan lingkungannya.
Secara umum, tujuan pengajaran adalah pengetahuan yang disampaikan dapat
dipahami oleh siswa. Dengan demikian, mengajar yang baik itu dapat terjadi jika terdapat
peningkatan penguasaan konsep siswa. Hal itu dapat dipenuhi salah satunya dengan
penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yang menimbulkan
perbedaan hasil belajar yang berarti bagi proses pembelajaran tersebut.
Brainstorming adalah salah satu metode pengajaran yang menekankan kepada siswa
adalah melatih siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya
imajinasi mereka dan melatih daya kreativitas berfikir siswa. Salah satu kelemahan dari
metode ini adalah kurangnya waktu yang diberikan untuk siswa memikirkan pemecahan
masalah yang diberikan.
Sedangkan metode tanya jawab adalah metode yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung antara guru dan siswa, sehingga guru dapat melakukan penilaian
langsung sejauh mana perkembangan aspek kognitif dan afektif siswa. Metode tanya
jawab memiliki kelemahan diantaranya kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian
siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran
yang dibicarakan.
Dalam metode brainstorming, siswa dituntut untuk berpikir kreatif dan logis terutama
dalam usaha pemecahan masalah dari konsep yang diajarkan. Siswa di rangsang untuk
mengemukakan pendapat sehingga mereka memperoleh pengalaman langsung dari daya
pikir kreatifnya yang akibatnya akan meningkatkan siswa dalam menerima pelajaran.
Dengan demikian, wajarlah bila mereka akan memiliki serta menyimpan konsep tersebut
dengan lebih baik.
Sedangkan dalam metode tanya jawab lebih mengedepankan aspek ingatan, selain itu
terkadang siswa merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya
yang akibatnya siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal. Dengan demikian
metode brainstorming diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasan konsep siswa di
bandingkan denganmetode tanya jawab.
Berdasarkan teori maupun pendapat mengenai metode belajar brainstorming, metode
tanya jawab dan penguasaan konsep, maka dapat dikatakan bahwa dalam belajar
khususnya biologi diperlukan penggunaan metode belajar yang tepat. Salah satu cara
untuk memilih metode yang tepat adalah dengan membandingkan metode yang ada
terhadap peningkatan penguasaan konsep yang diperoleh siswa.
Metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat digunakan dalam upaya
pencapaian penguasaan konsep siswa yang dapat diukur melalui 3 ranah yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi salah satu metode yang
menyenangkan dan membawa peserta didik kearah pembelajaran yang kreatif serta hasil
Pada kegiatan brainstorming siswa berperan aktif untuk mengemukakan pendapatnya
dari konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya, metode ini merangsang siswa untuk
berpikir kreatif dengan aktifnya siswa dalam kegiatan brainstrorming dan tanya jawa
maka pembelajaran akan lebih bermakna sehingga diharapkan akan terdapat perbedaan
penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming dengan metode
tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming lebih
tinggi dibandingkan penguasaan konsep siswa yang mnggunakan metode tanya jawab
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan
metode brainstorming dan metode tanya jawab.
Ha: Terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan
metode brainstorming dan metode tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang
menggunakan metode brainstorming lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan
konsep siswa yang menggunakan metode tanya jawab.
Adapun pengujian hipotesis struktural yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho :
µ
A =µ
BH
1 :µ
A >µ
BKeterangan :
µA =
Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metodebrainstorming
.
µB =
Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode tanyajawab.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep antara siswa
yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2007. Sedangkan sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah MTs Darul Abror Jatiraden, Bekasi.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah quasi experiment (eksperimen semu), karena kelompok-kelompok yang terpilih masih dapat berhubungan dan berada pada
keadaan apa adanya, sehingga peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel
bebasnya. Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua variabel yaitu:
1. Variabel terikat adalah penguasaan konsep sistem indera.
2. Variabel bebas adalah pengajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan
metode tanya jawab.
Eksperimen dilakukan pada dua kelompok, terhadap keduanya diberi tes awal (pre test),
kemudian kelompok A diberi pengajaran dengan metode brainstorming dan kelompok B
diberi pengajaran dengan metode tanya jawab. Setelah itu diberi tes akhir (post test). Hasil
dari tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok diperbandingkan. Desain yang
digunakan adalah pre test post control group design, dengan mempetimbangkan bahwa
melakukan penelitian murni pada
penelitian lapangan hampir tidak mungkin dan sulit untuk memenuhi kriteria alokasi
perlakuan subjek secara random. Desain penelitian dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Tabel I
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
A O1 Xa O2
B O3 Xb O4
Keterangan:
O1: Adalah tes awal pada kelompok A
O3: Adalah tesawal pada kelompok B
Xa: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar brainstorming
Xb: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar tanya jawab
O2: Tes akhir pada kelompok A
O4: Tes akhir pada kelompok B
D. Populasi Dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi adalah siswa MTs Darul Abror Jati Raden Bekasi.
Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas II. Adapun teknik pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu penentuan kelas
yang akan dijadikan penelitian berdasarkan kebijakan dan kemudahan pihak sekolah serta
dukungan dari guru mata pelajaran biologi kelas II.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian diartikan sebagai alat untuk mengukur variabel-variabel
pelelitian. Dan selanjutnya dijadikan alat bantu didalam metode pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sebelum dan sesudah
penerapan pengajaran dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab pada kedua
kelas eksperimen. Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan 4 alternatif jawaban.
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah dalam penyusunan instrumen
yaitu:
1. Penyusunan Soal
Penyusunan soal untuk menentukan penguasaan konsep siswa yang dilakukan
berdasarkan pada Kurikulum KBK. Soal dalam bentuk objektif (pilihan ganda)
dengan jumlah option sebanyak 4 option yaitu a, b, c, dan d. Dengan konsep sistem
Pada penelitian ini, ranah yang diukur adalah ranah kognitif yang meliputi aspek
ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Dalam pemberian skor akan mendapatkan nilai 1
jika benar dan 0 jika salah.
2. Uji Coba
Soal yang telah dibuat akan diujicobakan pada siswa diluar objek penelitian. 44
siswa sebagai sampel acak dengan mengerjakan tes sebanyak 40 soal, agar dapat
diketahui validitas dan reliabilitasnya.
F. Variabel Penelitian
Dalam setiap penelitian, maka ada yang menjadi variabel penelitian, variabel adalah
konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.79 1. Variabel Penguasaan konsep (Y)
a. Definisi Konseptual
Penguasaan konsep adalah pemahaman pengetahuan yang menggambarkan
ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek baik merupakan
suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari
kelompok lainnya.
b. Definisi Operasional
Penguasaan konsep dapat diukur melalui penguasaan kurikulum materi sistem
indera yang sesuai dengan standar kompetensi, yaitu siswa mampu
mendeskripsikan alat indera pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
yang meliputi : 1) Menunjukan bagian-bagian alat indera dan fungsinya. 2)
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Penguasaan konsep biologi untuk
SLTP diukur berdasarkan pada domain kognitif melalui 3 ranah yaitu pengetahuan
(C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3).
c. Kisi-kisi Penguasaan Konsep
Tabel 2
Kisi-Kisi Penguasaan Konsep Biologi Berdasarkan Aspek Kognitif
79
Konsep (PB/SPB) Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir
Jumlah
C1 C2 C3 JMLH %
Sistem Indera Pada
Manusia
a. Alat indera 2 1 2 8,7%
b. Mata 15, 19 8, 10, 26 6, 9 7 30,4%
c. Telinga 12, 17, 32 25, 28 22 6 26,1%
d. Hidung 35 34 2 8,7%
e. Lidah
f. Kulit
38
24, 31, 36
37
40
3
3
13%
13%
Total & Persen 8 11 4 23 100%
34,8% 47,8% 17,4% 100%
d. Kalibrasi instrumen
1). Analisis Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak
diukur. Validitas yang diukur dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat, baik pendapat
sendiri ataupun pendapat beberapa orang lain.80 Tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materi atau isi pelajaran yang diberikan. Pengujian validitas instrumen ini
menggunakan uji validitas butir, dengan menggunakan point biserial
corelation, yaitu teknik analisis yang biasa dipergunakan untuk mencari
korelasi antara dua variabel.81 Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
80
Moh. Nasir, Op. cit., h.175 81
Q
P
SD
M
M
r
t t p pbi−
=
Dimana N XtMt= dan
2 2 t
N
Xt
N
Xt
SD
=
−
Sedangkan dalam menentukan mean peserta tes yang menjawab benar, maka
digunakan persamaan:
Mp =
benar menjawab yang tes peserta nggi skor terti jumlah benar menjawab yang peserta skor total jumlah Keterangan:
rpbi : koefisien korelasi point biserial yang melambangkan
kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee
Mt : skor rata-rata dari skor total (mean total) SDt : deviasi standar dari skor total
P : proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir
item yang sedang diuji validitas itemnya.
q : proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item
yang sedang diuji validitas itemnya.
bersifat valid, dan jika r hitung < r tabel maka item soal tersebut bersifat tidak valid.
Dari hasil uji coba yang akan dilaksanakan soal-soal yang tidak baik disesuaikan dengan butir-butir soal yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus (TIK). Setelah dilakukan penyesuaian ternyata seluruh TIK telah terwakili oleh soal-soal tersebut sehingga soal-soal tersebut telah memenuhi validitas isi. Instrumen penguasaan konsep ini terdiri dari 40 soal terdapat 23 soal (57,5%) soal dengan validitas baik dengan nomor 1, 2, 6, 8, 9, 10, 12, 15, 17, 19, 22, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 34, 35, 36, 37,38, 40 dan 17 soal (42,5%) yaitu dengan nomor 3, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 27, 29, 30, 33, 39 dengan validitas buruk.82
2). Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukan hasil yang sama. Reliabilitas sangat dibutuhkan untuk mendukung terbentuknya validitas sebuah tes reliabel, tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
Untuk menentukan reliabilitas instrumen digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20), yaitu:
⋅
−
=
2 i i2
11
St
q
p
St
1
-n
n
r
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas tes
n : banyaknya butir soal
St2 : varian total
pi.qi : jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi
Dimana St2 adalah:
82
Gambar
Dokumen terkait
Hasil dari temuan penelitian ini adalah tingkat kematangan kondisi saat ini tata kelola teknologi informasi pada PUSDIKLAT aparatur KEMENKES RI berada pada level 2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi stakeholder aparat pemerintah, Purbalingga memiliki berbagai potensi yang dapat mendorong terbentuknya kota
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan November – Desember 2008 ini adalah Peran Lembaga Swadaya Masyarakat terhadap Program Pengelolaan Hutan
lshak Efendi adalah pada saat mobil Avanza Nopol BG 1252 RC yang dikemudikan oleh Terdakwa datang dari arah Kota Muara Bulian menuju Kota Jambi dari arah berlawanan datang sepeda
Pada tanggal 13 Februari 2007 Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 tahun 2007 (sekarang Permendikbud No 41 Tahun 2012) tentang Organisasi dan Tata Kerja
Setelah melihat sistem pada SMA KARTIKA 1-1 MEDAN yang belum menggunakan sistem informasi terkomputerisasi, penulis sebagai calon sarjana lulusan Teknik Informatika
Hasil penilaian akan mengindikasikan apakah pembelajaran berjalan sesuai dengan harapan, jika hasil penilaian menunjukkan bahwa peserta didik tidak mencapai kompetensi
Sahabat MQ/ Satgas anti mafia hukum dan Kejaksaan Agung (Kejagung)/ sepakat untuk bekerjasama memberantas mafia// Kerjasama tersebut/ dijembatani dengan Memorandum