• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP OPERANT CONDITIONING DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGGANGGU TEMAN SEBAYA PADA ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP OPERANT CONDITIONING DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGGANGGU TEMAN SEBAYA PADA ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP OPERANT CONDITIONING DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGGANGGU TEMAN SEBAYA

PADA ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Nurul Handayani

07810156

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Penerapan Prinsip Operant Conditioning dalam Mengurangi Perilaku Mengganggu Teman Sebaya pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder).

2. Nama Peneliti : Nurul Handayani 3. Tempat, tanggal lahir : Gorontalo, 28 Mei 1989 4. Nomor Induk Mahasiswa : 07810156

5. Fakultas : Psikologi

6. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 7. Waktu Penelitian : 4 Agustus – 22 September 2011

Malang, 4 November 2011

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji

Pada tanggal 4 November 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Yuni Nurhamida S.Psi ( )

Anggota Penguji :

1. Dra. Siti Suminarti Fasikah, M.Si ( )

2. Ari Firmanto S.Psi ( )

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Nurul Handayani Nim : 07810156 Fakultas : Psikologi

Judul skripsi : Penerapan prinsip Operant Conditioning dalam mengurangi perilaku mengganggu teman sebaya pada anak ADHD (Attention Deficit hyperactive Disorder)

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Mengetahui Malang, 4 November 2011

Ketua Program Yang menyatakan

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si

(5)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan Akhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan prinsip Operant Conditioning dalam mengurangi perilaku mengganggu teman sebaya pada anak ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Latipun S.Psi. M.Si dan Yuni Nurhamida S.Psi selaku pembimbing I dan pembimbing II yang sudah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Bapak yudi Suharsono selaku Dosen Wali Kelas C yang memberikan semangat dan keyakinan dengan apapun keputusan dosen pembimbing. 4. Alm. Ayah, bunda, mbak Eny, mas Agus yang telah memberikan

perhatian, pengertian, doa, motivasi dan juga kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Subyek dan keluarganya serta Guru yang telah bersedia membantu penulis menjadi subyek penelitian, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Sahabat-sahabatku, Afinia, Koetil, Findy, Martha, Ina, Karina, Ais, Dita Feri, Nurkholis, Billy, Ervan, Nandar, Azwar, terimakasih atas dukungannya dan semoga persahabatan kita untuk selamanya.

7. Teman-teman seperjuangan, Diah, Dini, Koetil, Afika, Aulia, Syaini, terimakasih atas dukungan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Teman-temanku di Fakultas Psikologi angkatan 2007 khususnya kelas C, Riri, Ayu, Yoga, Rosi dan semua yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, oleh karenanya saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis hargai dan harapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan ridhonya kepada kita semua. Amin.

Malang, 4 November 2011 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

A. Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) ... 9

1. Pengertian ... 9

C. Pengaruh ADHD dalam beberapa aspek kehidupan ... 14

1. Pengaruh ADHD pada Pendidikan ... 14

E. Modifikasi Perilaku (Behavior Modivication) ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Dasar pemikiran modifikasi perilaku ... 18

3. Analisis fungsi ... 19

4. Macam-macam perubahan ... 19

5. Keunggulan umum modifikasi perilaku ... 20

6. Fungsi modifikasi perilaku pada anak ADHD ... 20

(7)

8. Prinsip Operant Conditioning ... 21

9. Penerapan operant conditioning ... 23

10. Kerangka pemikiran ... 24

2. Baseline Perilaku Mengganggu Teman Sebaya ... 37

3. Treatment Operant Conditioning dalam Mengurangi Perilaku Mengganggu Teman Sebaya ... 38

a. Memberikan Reinforcement ... 38

b. Memberikan Punishment ... 38

c. Menerapkan Shaping ... 38

d. Menerapkan Generalisasi dan Diskriminasi ... 39

4. Perubahan Perilaku Subyek Terhadap Operant Conditioning Perilaku Mengganggu Teman Sebaya ... 39

5. Analisis Data Perubahan Perilaku Mengganggu Teman Sebaya (Baseline dan Posttreatment) ... 39

6. Rangkuman Perubahan Perilaku Mengganggu Teman Sebaya Pada Anak ADHD ... 41

7. Perilaku mengganggu Teman Sebaya ADHD ... 41

a. Sebelum dan Sesudah Pemberian Treatment Operant Conditioning (pra dan pasca Treatment) ... 41

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jadwal Penelitian ... 28

Tabel 2 : Baseline perilaku mengganggu teman sebaya ... 37

Tabel 3 : Rangkuman Perubahan Perilaku Mengganggu Teman sebaya ... 42

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Perbandingan Baseline dan Posttreatment perilaku mengganggu teman sebaya pada anak ADH ... 40 Grafik 2 : Perbandingan Observasi Perilaku mengganggu teman sebaya Pra

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Guide Observasi Baseline Perilaku Mengganggu Teman

sebaya Pada Anak ADHD ... 47

Lampiran 2 : Guide Observasi Posttreatment Perilaku Mengganggu teman Sebaya Pada Anak ADHD ... 48

Lampiran 3 : Modul Operant Conditioning ... 49

Lampiran 4 : Rancangan Treatment Operant Conditioning ... 50

Lampiran 5 : Lembar Monitoring ... 51

(12)

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatri Association. (1994). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association.

Anonymous. 2010. Contoh Kasus Anak ADHD. (http://uyokuyo.ngeblogs.com

diakses tanggal 08 Maret 2010.

Anonymous. (2011). http://www.jpedhc.org/content/adhd diakses tanggal 10 Juli 2011.

Azwar, S. 2007. Metode penelitian. (Edisi 1), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baihaqi & Sugiarmin. (2008). Memahami dan membantu anak ADHD. Bandung: PT. Refika Aditama.

Barret, dkk. (1986). Cacat Perkembangan. Jurnal: Tidak diterbitkan.

Bringham, dkk. (1989). Self management. Jurnal : Tidak Diterbitkan.

Durand, Mark V & Barlow, David H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal. Buku Kedua Cetakan 1 Edisi bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fanu, J.L. (2006). Deteksi dini masalah-masalah psikologi anak. Yogyakarta: Think. Hal 189-349.

Geniofam. (2010). Mengasuh dan mensukseskan anak berkebutuhan khusus, Yogyakarta: Garailmu.

Halgin, P, Ricard, & Whitbourn, K, susan. & Kraus (2003). Abnormal Psychology: International edition, 4th ed. America: Mc. Graw-Hill. Kartono, K. (2007). Psikologi anak (psikologi perkembangan). Bandung: Penerbit

Mandar maju.

Kazdin, Allan E. (1997). Research Design in Clinical Psychology. 2nd Ed. UK: Allyn and Bacon. London.

Latipun. (2010). Psikologi eksperimen, (Edisi Kedua). UMM PRESS

(13)

Markum, E. (1991). Anak, keluarga & masyarakat. Bandung: CV Mandar Maju.

Michael, dkk. (1991). Dunia Pendidikan, Meningkatkan teknik-teknik Pengajaran dan meningkatkan Pembelajaran Siswa. Jurnal: Tidak Diterbitkan

Miltenberger, R.G. (2004). Behavior modification, principles and procedures, USA: Wadsworth.

Paternotte dan Buitelaar (2010) Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Jakarta: Prenada.

Pearce, J. (2006). Mengatasi perilaku buruk dan menanamkan disiplin pada anak, Jakarta: ARCAN

Poerwanti. (1998). Psikologi Eksperimen

Rusch, dkk. (1988). Pendidikan Khusus, Mengembangkan metode Pengajaran, masalah pengendalian Perilaku di dalam Kelas. Jurnal: Tidak Diterbitkan.

Sanjaya. (2006). Anak cacat bukan kiamat, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Subagyo. (1992). Statistik. Jurnal : Tidak Diterbitkan.

Scotti, dkk. (1993). Penyakit Mental. Jurnal: Tidak Diterbitkan.

Soekadji. (1983). Modifikasi Perilaku. Jurnal: Tidak Diterbitkan.

Sugiono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: CV. ALFABETA

Sunanto, Takeuchi & Nakata. (2005). Metode Penelitian. Jurnal: Tidak diterbitkan.

Watson & Gresham. (1998). Pencegahan perilaku Anak. Jurnal: Tidak diterbitkan.

Wolpe, J. (1993). Modifikasi Perilaku. Jakarta: Prenada

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan hiperaktif merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada gangguan perilaku anak. Namun dalam ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) dimana hiperaktif (perilaku yang tidak terkontrol) sebagai

symptom utamanya. ADHD bisa disebut Gangguan Pemusatan

Perhatian/hiperaktivitas (GPPH) merupakan suatu sindrom neuropsikiatrik yang sering dijumpai dengan onset usia anak-anak. Kondisi ini merupakan suatu gangguan heterogen dengan etiologi yang tidak diketahui.

ADHD ini ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak lain seusianya. Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.

Beberapa bentuk perilaku yang nampak seperti : seorang anak yang tidak pernah duduk tenang didalam kelas, dia selalu bergerak, atau anak yang melamun saja dikelas, tidak dapat memusatkan perhatin pada proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas, atau anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain, adalah bentuk perilaku umum lainnya yang menjadi ciri khas dari ADHD.

Di Indonesia, nampaknya belum menunjukkan angka yang pasti berapa persen kemungkinan anak-anak di Indonesia menyandang ADHD. Meskipun demikian gangguan ini cukup banyak terjadi. Hal ini mungkin disebabkan banyak orang tua ataupun tenaga pendidik yang belum mengetahui dengan pasti tentang ADHD.

(15)

2

perempuan dan 6-9 % untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun (Baihaqi & Sugiarmin,2006).

Seringkali seorang anak yang memiliki aktivitas yang berlebihan atau mengalami gangguan ADHD mendapat “ label” sebagai anak nakal, bodoh, bandel, bahkan idiot tanpa ada perhatian khusus. Sehingga anak-anak tersebut tidak mendapatkan penanganan yang tepat, seperti kekerasan yang dilakukan orang tua maupun guru kelasnya. Hal ini diakibatkan kurangnya perhatian dan pemahaman orang tua dan tenaga pendidik tentang ADHD.

Pada penderita ADHD terjadi disorganisasi afektif, penurunan kontrol diri dan aktifitas yang berlebihan secara nyata. Mereka biasanya bertindak nekat dan impulsif, kurang sopan, dan suka menyela pembicaraan serta mencampuri urusan orang lain. Sering kurang memperhatikan, tidak mampu berkonsentrasi dan sering tidak tuntas dalam mengerjakan sesuatu serta berusaha menghindari pekerjaan yang membutuhkan daya konsentrasi tinggi, tidak menghiraukan mainan atau sesuatu miliknya, mudah marah, sulit bergaul dan sering tidak disukai teman sebayanya (Baihaqi & Sugiarmin, 2006).

Tidak jarang mereka dengan kelainan ini disertai dengan adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi tidak didapatkan kelainan otak yag spesifik. Pada umumnya prestasi akademik mereka tergolong rendah dan minder. Mereka sering menunjukkan tindakan antisosial dengan berbagai alasan sehingga orang tua, guru dan lingkungannya memperlakukan dengan tidak tepat dan tidak menyelesaikan masalah.

Selain itu anak ADHD cenderung bertindak ceroboh, mudah tersinggung, lupa pelajaran sekolah dan tugas rumah, kesulitan mengerjakan tugas disekolah maupun di rumah, kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah, sering keceplosan bicara, tidak sabaran, gaduh dan bicara berbelit-belit, gelisah dan bertindak berlebihan, terburu-buru, banyak omong dan suka membuat keributan, dan suka memotong dan ikut pembicaraan orang lain (Fanu, 2006).

(16)

3

menyulitkan orang-orang disekitarnya (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Hal terpenting disini adalah anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar dan tentunya akan mempengaruhi keoptimalan tubuh kembang anak tersebut. Untuk itu anak dengan gangguan ADHD perlu mendapatkan pendampingan secara khusus dari orang tua, sekolah atau ahli yang terkait dengan anak.

Beberapa ahli, seperti Bradley, seorang dokter dari Amerika (dalam Fanu,2006) menggunakan obat-obatan seperti Methylphenidate (Ritalin) dan Benzedrine yaitu obat yang dipercaya dapat menurunkan hiperaktivitas,

meningkatkan control perhatian anak, mengontrol impulsivitas, mapu untuk mengerjakan tugas tanpa penolakan, dan meningkatkan prestasi akdemik.

Dewasa ini banyak juga orang tua yang cenderung memberikan penanganan pada anak hanya murni dengan terapi obat saja tanpa mempertimbangkan pendekatan-pendekatan lain, misalnya pendekatan perilaku. Mereka tidak memahami sisi efek negatif yang dari penggunaan obat itu, yang lebih penting bagi mereka adalah anak ADHD tersebut mengalami perubahan yang dramatis akan perilakunya

Stimulant therapy ini memiliki efek samping, seperti: perubahan kepribadian, berkurangnya nafsu makan, tidur tidak nyenyak, sakit perut, dan sakit kepala yang akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu pengobatan diberikan. Apabila efek ini masih terjadi setelah beberapa minggu pengobatan, berarti perlu dilakukan perubahan waktu pemberian dosis, pemberian dosis yang diberikan, atau perubahan jenis obat stimulan. Ada kemungkinan akan muncul efek-efek lainnya, biasanya terjadi setelah pemberian obat dihentikan (Fanu, 2006).

(17)

4

Efek-efek negatif inilah yang mendasari bahwa dibutuhkan alternatif terapi yang lain. Alternatif terapi yang bisa digunakan adalah modifikasi perilaku. Tidak seperti terapi obat, yang terkadang anak enggan ataupun bosan jika setiap saat harus meminum obat. Sedangkan dengan modifikasi perilaku, terapi yang sangat efektif diterapkan untuk anak-anak karena tidak menimbulkan efek samping pada kesehatan. Modifikasi perilaku adalah salah satu teknik yang didasarkan pada pendapat bahwa perilaku terbentuk berdasarkan prinsip-prinsip operant-conditioning atau stimulus respon melalui modelling diperkuat oleh reinforcement baik positif maupun negatif. Berdasarkan prinsip-prinsip inilah, para ahli psikologi perilaku mencetuskan metode modifikasi perilaku ini untuk meningkatkan efektivitas hidup seseorang. Metode ini lebih populer daripada psikoterapi, karena dapat dilakukan sendiri oleh seseorang dan tidak harus tergantung pada psikoterapis.

Modifikasi perilaku adalah usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku manusia untuk mengubah perilaku dan emosi manusia yang tidak adaptif. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan.

Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A-B-C, yakni A (Antecedent), yang diikuti dengan B (Behavior), dan diikuti dengan C (Consequence). Antecedent (hal yang mendahului terjadinya perilaku) berupa instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak ADHD. Kemudian memahami Behavior (perilaku) apa yang diharapkan dilakukan olehnya sesudah instruksi tersebut diberikan dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak memperoleh Consequence (konsekuensi perilaku atau kadang berupa imbalan) yang menyenangkan.

(18)

5

Konsep dari prosedur terapi ini adalah teori Skiner yakni Operant conditioning yang lebih menekankan pada pengkondisian atau pembiasaan

dimana setiap perilaku yang diikuti oleh penguat (reinforcement) positif cenderung akan diulangi. Sedangkan respon-respon yang diikuti oleh hukuman atau tidak diikuti oleh penguat cenderung melemah untuk kemudian menghilang. Sebuah pembentukan terjadi karena proses pembiasaan dan pengulangan-pengulangan.

Skiner (Dalam Slavin 1994), memusatkan hubungan antara tingkah laku dan konsekwensinya. Jika tingkah laku seseorang diikuti oleh konsekwensi yang menyenangkan maka orang itu akan mengurangi tingkah laku itu sesering mungkin. Konsekwensi digunakan untuk mengontrol terjadinya tingkah laku. Konsekwensi adalah kondisi yang mengikuti tingkah laku dan mempengaruhi tingkah laku yang akan datang.

Dalam penerapan prinsip operat conditioning telah terbukti berhasil dalam menangani masalah manusia dalam sebuah organisasi atau perusahaan, seorang pimpinan memberikan pujian dan voucher makan gratis kepada bawahannya (Reward sebagai Positif Reinforcement) karena menyerahkan tugas lebih awal. Maka yang terjadi adalah bawahan tersebut selalu mengulangi dan menyelesaikan tugas-tugas berikutnya lebih awal. Selain itu juga metode ini telah diterapkan pada orang dengan cacat perkembangan yang menunjukkan masalah yang serius seperti perilaku yang merugikan diri sendiri, perilaku agresif, dan perilaku merusak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perilaku ini sering dapat dikontrol atau dihilangkan dengan memberikan intervensi pada perilaku (Barret, 1986; van Houten & Axelrod, 1993; Whitman, & Scibak 1983).

(19)

6

modifikasi perilaku telah memainkan peran utama (Rusch, Rose, & Greenwood, 1988) dalam mengembangkan metode pengajaran, masalah pengendalian perilaku di dalam kelas, meningkatkan perilaku sosial dan keterampilan fungsional , mempromosikan pengelolaan diri, dan pelatihan guru). Metode ini juga telah diterapkan dalam self management, dalam hal ini pengelolaan diri untuk mengontrol kebiasaan pribadi, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, perilaku profesional, dan masalah-masalah pribadi (Bringham, 1989; Epstein, 1996; Watson & Tharp, 1993, Yates, 1986). Dalam hal pencegahan anak, orang tua dan guru dapat mengatasi perialku mengompol, menggigit kuku, marah-marah, ketidakpatuhan, perilaku agresif, perilaku buruk, gagap, dan msalah umum lainnya (Watson & Gresham, 1998).

Dalam penerapan prinsip ini peneliti yang berperan sebagai terapis utama di sekolah, dan orang tua berperan sebagai terapis di rumah. Sekolah merupakan tempat dimana anak sering memunculkan perilaku mengganggunya bahkan mengganggu didalam kelas yang seharusnya anak tersebut memperhatikan pelajaran. Dalam hal ini guru juga ikut membantu dalam proses treatment, peneliti dan guru harus memberikan rutinitas setiap harinya melalui perilaku yang baik. Sehingga akan menjadi sebuah pembiasaan bagi anak dan nantinya anak tidak akan memunculkan perilaku maladaptif lagi. Hal ini dimaksudkan karena guru memiliki pengaruh yang sangat penting pada masa pertengahan dan akhir anak-anak. Guru merupakan simbol otoritas dan menciptakan iklim kelas, kondisi-kondisi interaksi diantara murid-murid dan hakekat keberfungsian kelompok. Karena dalam satu atau beberapa hal hampir semua kehidupan setiap orang dipengaruhi oleh guru. Dalam studi baru-baru ini diketahui bahwa dukungan guru memberi pengaruh yang kuat bagi prestasi murid-murid, (Santrock, 2004). Disini pihak orang tua juga sangat berpengaruh terhadap proses treatment, sebagai significant other dan sebagai orang terdekat subyek yang lebih mengetahui

(20)

7

Metode ini efektif pada seluruh tingkat usia, pada situasi dimana kontrol yang sangat ketat dibutuhkan sehingga metode ini menjadi sebuah intervensi yang baik. Sanjaya (2006) mengemukakan pendapat skiner bahwa untuk mengubah tingkah laku tertentu perlu diurutkan atau dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya setiap tingkah laku yang dilakukan dengan baik diberi penguatan supaya tingkah laku itu terus diulang-ulang dan agar termotivasi untuk mencapai tingkah laku puncak yang diharapkan.

Karena prinsip ini adalah teori belajar, dimana individu menjadi memliki perilaku baru, menjadi lebih terampil dan lebih tahu dengan cara mengubah dan mengontrol perilaku dengan penguatan dan strategi kegiatan yang membuat perilaku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya (berpeluang untuk tidak terjadi) pada masa yang akan datang, maka peneliti ingin mengetahui apakah pemberian treatment berupa operant conditioning dapat mengurangi gejala perilaku mengganggu teman sebaya pada anak ADHD. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “ penerapan prinsip operant conditioning dalam mengurangi gejala perilaku mengganggu teman sebaya pada anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactive Disorder)”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah apakah penerapan prinsip operant conditioning dapat mengurangi gejala mengganggu teman sebaya pada anak ADHD?

C. Tujuan Penelitian

(21)

8

D. Manfaat penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara empiris.

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu psikologi terutama psikologi perkembangan khususnya pada anak-anak yang mengalami ADHD. 2. Manfaat praktis

Memberikan informasi tentang alternatif terapi yang lain, selain Stimulant therapy yaitu dalam penelitian ini menggunakan modifikasi perilaku yang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini standar yang digunakan untuk menentukan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan pokok minimum Kepala keluarga Penjual Bibit Benih di Desa

kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam bab dua, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi

dimasukkan dalam tanah dipisahkan 2 bagian yang dibatasi alur dengan colet (alur sekali maka alur akan menutup, jika kurang cair pukulan yang diperlukan.. Penentuan

Jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti permasalahan adalah KAP belum menerapkan prinsip etika

Zona rembesan banyak dijumpai pada daerah dekat saluran pembuangan, sehingga diduga pencemaran air tanah sudah menembus lapisan akuifer tengah (kedalaman 30 - 60

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas intensitas hubungan dalam pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian belajar siswa kelas

Hasil dari penelitian Pengembangan Soal-Soal Pilihan Ganda Berbasis Visual untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas XI pada Konsep Sistem Indra,

POWER PURCHASE AGREEMENT BOJONEGARA FINANCE LEASE AGREEMENT PLTU TANJUNG JATI B HUB.HUKUM PARA PIHAK PT PLN (Persero) sebagai buyer , IPP sebagai seller PT PLN