• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Fotografer Dalam Penyebaran Informasi Nilai-Nilai Fotografi Pada Model Pemula (Studi Fenomenologi Penyebaran Nilai-Nilai Fotografi Pada Model Pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Komunikasi Fotografer Dalam Penyebaran Informasi Nilai-Nilai Fotografi Pada Model Pemula (Studi Fenomenologi Penyebaran Nilai-Nilai Fotografi Pada Model Pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Nilai Fotografi Pada Model Pemula Di Komunitas Fotografer Amatir Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

RIFAN RUDIANA NIM. 41809765

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

174 DATA PRIBADI

Nama : Rifan Rudiana

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 20 September 1991 Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 22 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Kp. Citalaksana No.7 RT.01 RW.13 Lembang, kab. Bandung Barat

Telepon : 085722423451

Status : Belum menikah

Nama Ayah : Hendra Sutisna Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Ai Komala

Pekerjaan : Wiraswasta

(5)

1. 1997 - 2003 SD Negeri 11 Lembang Berijazah

2. 2003 - 2006 SMP Negeri 3 Lembang Berijazah

3. 2006 - 2009 SMU Pasundan 2 Bandung Berijazah

4. 2009 - 2010 Program Studi Sistem Informasi Di Unikom Pindah Jurusan

5. 2010 - sekarang

Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Jurnalistik.

-

PENDIDIKAN NON FORMAL

NO Tahun Uraian KET

1. 2012 Kursus Fotografi -

PENGALAMAN ORGANISASI

NO Tahun Uraian KET

1. 2003 Pramuka -

2. 2004 OSIS -

3. 2011 Organisasi Fotografi -

PENGALAMAN BEKERJA

NO Tahun Uraian KET

1. 2013 Praktek Kerja Lapangan di TVRI Jawa Barat dan Banten Bagian Pemberitaan

-

PELATIHAN DAN SEMINAR

NO Tahun Uraian KET

1.

2009  Mentoring Bersertifikat

2. 2010

 Peserta Kegiatan Table Manner Course in AMAROSA Hotel Bandung

 Seminar Kegiatan Seminar Budaya Preneurship “Mengngkat Buada Bangsa

(6)

3. 2011

 Peserta Seminar “Islam Dan Moralitas

Pembangunan”

 Peserta Seminar Net Preneur

Bersertifikat

Bersertifikat

4. 2012

 Peserta Study Tour Mass Media  Cosplay Photocontest

Bersertifikat Bersertifikat

5. 2014

 Peserta Bedah Buku Dan Foto “Menolak

Tumbang”

 Peserta EPT

 Peserta Cepat Mudah Membuat Website Online Dalam 30 Menit

 Peserta Hadware Komputer

Bersertifikat

Bersertifikat Bersertifikat

(7)

x

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.2.1 Rumusan Pertanyaan Makro ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

(8)

xi

2.1 TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 12

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 16

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi ... 16

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 18

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi ... 18

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal ... 20

2.1.3.1 Defenisi Komunikasi Interpersonal ... 20

2.1.3.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 25

2.1.3.3 Proses Komunikasi Interpersonal ... 28

2.1.3.4 Hambatan Komunikasi Interpersonal ... 30

2.1.4 Tinjauan Tentang Informasi Dan Pesan ... 32

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok ... 35

2.1.6 Tinjauan Tentang pola Komunikasi ... 36

2.1.7 Tinjauan Tentang Fotografi ... 36

2.1.8 Tinjauan Tentang Nilai Nilai Fotografi ... 37

(9)

xii

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN ... 40

2.2.1 Kerangka Teoritis ... 40

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 44

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 47

3.1.1 Komunitas Fotografi Amatir Bandung (KOFABA) ... 47

3.1.2 Logo Komunitas Fotogrrafer Amatir Bandung ... 49

3.2 Metode Penelitian ... 49

3.2.1 Desain Penelitian ... 50

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.2.2.1 Studi Lapangan ... 51

3.2.2.2 Studi Kepustakaan ... 54

3.2.2.3 Penulusuran Data Online (Internet Searching) ... 54

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 54

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 56

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 58

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 60

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 60

3.3.2 Waktu Penelitian ... 60

(10)

xiii

Bandung.. ... 75

4.2.2 Proses komunikasi fotografer dalam penyebaran informasi nilai-nilai fotografer pada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung ... 91

4.2.3 Hambatan fotografer dalam penyebaran informasi nilai-nilai fotografi pada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung ... 100

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Saran... 122

5.2.1 Saran bagi Komunitas Fotografer Amatir Bandung ... 122

5.2.2 Saran bagi Peneliti selanjutnya ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

LAMPIRAN ... 129

(11)

xiv

(12)

xv

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 46

Gambar 3.1 Model Analisis Data ... 56

Gambar 3.2 Uji Kreadibilitas Dalam Penelitian Kualitatif ... 58

Gambar 4.1 Informan Penelitian ... 64

Gambar 4.2 Informan Penelitian ... 67

Gambar 4.3 Informan Penelitian ... 69

Gambar 4.4 Informan Penelitian ... 71

Gambar 4.5 Informan Penelitian ... 73

(13)

xvi

Lampiran 2 : Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti

Seminar Usulan Penelitian ... 130

Lampiran 3 : Berita Acara Bimbingan ... 131

Lampiran 4 : Pengajuan Pendaftaran Seminar Usulan Penelitian ... 132

Lampiran 5 : Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 133

Lampiran 6 : Pedoman Observasi ... 134

Lampiran 7 : Pedoman Wawancara ... 135

Lampiran 8 : Hasil Observasi ... 139

Lampiran 9 : Transkrip Wawancara Informan Penelitian Robin Korang ... 145

Lampiran 10 : Transkrip Wawancara Informan Penelitian Endy ... 152

Lampiran 11 : Transkrip Wawancara Informan Penelitian Rezza ... 158

Lampiran 12 : Transkrip Wawancara Informan Penelitian Willy ... 164

Lampiran 13 : Transkrip Wawancara Informan Penelitian Riefka ... 166

Lampiran 14 : Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana ... 168

Lampiran 15 : Pengajuan Pendaftaran Sidang Sarjana ... 169

Lampiran 16 : Lembar Revisi Skripsi ... 170

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu

Azis, Sholecul. 2012. Fotografi Digital Untuk Pemula. Jakarta : PT. Palapa

Djamarah, Bahri. Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam

Keluarga. Jakarta : PT. Reneka Cipta

Darmawan, Ferry.2009. Dunia Dalam Bingkai. Yogyakarta : Graha Ilmu

Effendy, Onong Uchjana.2011. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Effendi, Onong Uchajana.2003.Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Enterprise, Jubilee Dan Nugroho Ardiyanto. 2012. Modeling Photograpy Handbook. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Kuswarno, Engkus M.S. 2009 . Fenomenologi Konsepsi, Pedoman, Dan Contoh Penelitian. Bandung : Widya Padjajaran

Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

(15)

Hasan, Jamal & Arzeti Bilbina. 2008. Model Portofolio Semua Yang Perlu Kamu Tahu Untuk Jadi Model, Jakarta : Gagas Media

Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi Tradisi Dan Metode Fenomenologi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatifd Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta

Supriyono, Rakhmat. 2012 . Your Guide To Good Photography. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Wayne, R. Pace dan Don F. Faules, 2002. Komunikasi Organisasi, PT. Remaja Rosdakarya,Bandung

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Grasindo

SUMBER LAIN Skripsi

Diego Prayoga. NIP 210110077039.Universitas Padjajaran. Judul Kontruksi Makna Kegiatan Fotografi Bagi Mahasiswa “Forum Fotografi Kampus Bandung (Studi

Fenomenologi Mengenai Kontruksi Makna Kegiatan Fotografi Bagi Mahasiswa

Forum Fotografi Kampus Di Kota Bandung).

Nita Novitasari. NIM. 41807133. Universitas Komputer Indonesia. Judul Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama (Studi Fenomenologi Komunikasi Kelaurga

(16)

Ascharisa Mettasatya Aprilia. NIP 1711200080004. Universitas Padjajaran. Judul Pola Komunikasi Mahasiswa Pengamen (Studi Fenomenologi Pada Mahasiswa

Pengamen Di Kawasan Dago Di Kota Bandung).

Internet Searching

http://www.trigonalworld.com/2013/11/pengertian-komunitas-menurut-para-ahli.html (2 Maret 20.00)

http://www.fotografer.net/forum/forum.view.php?id=3194442533 (2 Maret 15.24) http://daniarwikan.blogspot.com/2009/03/sejarah-fotografi-indonesia.html (9 Maret 13.19)

mydreamagency.blogspot.com/2012/11/perkembangan-model-di-indonesia.html (9 Maret 13.47)

http://psg.uii.ac.id/index.php/RADIO/4-Februari.h (10 Maret 18.30)

(17)

vi

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini, dengan judul “POLA KOMUNIKASI FOTOGRAFER DALAM PENYEBARAN INFORMASI NILAI NILAI FOTOGRAFI KEPADA MODEL PEMULA (Studi Fenomenologi Mengenai Penyebaran Nilai-Nilai Fotografi Pada Model Pemula Di Komunitas Fotogfafer Amatir Bandung)”. Penelitian ini merupakan syarat kelulusan Sidang Skripsi Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Melalui proses bimbingan, dukungan, serta bantuan dari semua pihak, peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua Bapak Hendra Sutisna dan Ibu Ai Komala, yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi perhatian, kasih sayang, dan dorongan baik moril maupun materil.

Pada kesempatan ini juga dengan segala ketulusan dan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(18)

vii

wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan serta memberikan pengesahan pada laporan tugas akhir (skripsi).

3. Yth. Ibu Melly Maulin. P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom atas ilmu, informasi, motivasi serta saran dan nasehat kepada peneliti. Juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan.

4. Yth. Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom., selaku dosen wali peneliti yang telah memberikan arahan serta saran dan kritik yang membangun kepada peneliti selama berada di kampus Unikom.

5. Yth. Bapak Wiki Wiksana, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah sabar menghadapi peneliti dan banyak memberikan masukan, arahan, saran, waktunya, dalam bimbingan Skripsi sehingga karya ini dapat diselesaikan dengan baik.

(19)

viii

8. Yts. Saudaraku Nicky Permeswary, Vicky Sumbrada Budi dan Nico Permana Putra Terima kasih yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikajn skripsi ini.

9. Teman-teman Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik Angkatan 2009 dan 2010, Kelas IK-6 dan Kelas IK-Jurnalitisk 1 dan terima kasih banyak telah membantu dan memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Yts. Teman-teman CK Yanse, Kief, Oong, Eko, Gessy, Iqbal, Hilman, Prey, Adam, Rina, Ayu terima kasih atas doa' dan dukungannya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Yts. Teman-teman dekatku Rizman, Faisal, Bogil, Kamung, Juri, Yopi, Lusi, Marissa, Suci dan Rhyma terima kasih atas doannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(20)

ix

Bandung, Agustus 2014 Peneliti

(21)

1

Fenomena fotografi model saat ini menjadi sebuah hal yang menarik, bagaimana orang-orang yang pada awalnya tidak memiliki latar belakang pengetahuan fotografi terjun dan menjadi bagian dari dunia fotografi khususnya fotografi modeling yang menggunakan manusia sebagai objek fotonya, hal ini menjadi daya tarik besar untuk sebagian orang yang memilih menjadi fotografer.

Pengetahuan dan pemahanan yang tidak dimiliki seorang model pemula pada akhirnya membuat seorang fotografer semakin tertarik untuk mendalami dunia yang telah dipilihnya untuk mendalami fotografi terutama fotografi modeling Dikemukakan oleh penulis buku Modeling Photography Handbook, Jubilee Enterprise dan Ardiyanto Nugroho, memotret model merupakan sebuah pekerjaan yang penuh tantangan. Artinya, fokus utama yang akan dipotret adalah para model yang dalam kehidupan sehari-harinya mendedikasikan untuk

menciptakan karya fotografi indah lewat “bahasa tubuh” yang ditunjukan di depan

lensa.1

Perkembangan dunia foto yang terus semakin berkembang saat ini, menarik perhatian para remaja khususnya remaja perempuan untuk menjadikannya layaknya sebagai seorang model. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, remaja diartikan sebagai usia muda atau mulai dewasa. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri, dimana pada fase ini mereka belajar untuk

1

(22)

memahami dan menerima keadaan dan kenyataan yang ada dalam dirinya dan orang lain, juga termasuk lingkungan sosial yang membentuknya.

Menurut Sudarwan (2010), periode remaja transisi berusia antara 12-19 tahun di mana periode ini merupakan transisi antara masa kanak-kanak dan usia dewasa. Periode ini merupakan masa perubahan yang sangat besar. Selama periode tahun ini pertumbuhan fisik, emosional, dan intelektual terjadi dengan pesat, hal tersebut menjadikan individu sebagai remaja untuk menyesuaikan dan memperluas pandangannya tentang dunia (rasa ingin tahu yang tinggi).2

Pada fase inilah sebagian remaja perempuan mulai banyak tertarik pada hal-hal yang bersifat kekinian, menjadikan dirinya untuk masuk ke dalam dunia fotografi, untuk dijadikan objek foto tanpa dilatarbelakangi pengetahuan, wawasan, ataupun pendidikan mengenai model. Para remaja ini memulai belajar mengenai fotografi, seperti cara berekspresi, cara berpose didepan kamera secara otodidak dari pengetahuan yang mereka dapatkan mulai dari mempelajarinya dari arahan fotografer yang sudah ahli, informasi dari buku, ataupun melihat tutorial dalam internet.

Mulai maraknya kegiatan hunting foto baik yang dilakukan secara individu atau komunitas, berdampak baik pada remaja perempuan yang memiliki keinginan untuk menjadi seorang model, dengan adanya kegiatan hunting foto dapat memberikan pengalaman serta wawasan secara langsung bagi mereka yang mulai menjajaki diri sebagai seorang model pemula.

2

(23)

Di dalam menciptakan sebuah karya foto yang baik dan indah, kapasitas peran fotografer biasanya dianggap lebih besar daripada model terutama pada model pemula. Fotografer lebih memberikan pengarahan kepada model, interpretasi tersebut merupakan bentukan yang dilakukan fotografer berdasarkan pengetahuannya mengenai nilai-nilai fotografi yang diterapkannya dan dipahaminya. Pemahaman mengenai nilai-nilai fotografi bagi seorang fotografer itu dimiliki bukan hanya dari pengetahuan yang didapatkan secara formal, namun secara otodidak muncul dan terus berkembang dari pengalaman langsungnya saat memotret. Kegiatan hunting foto yang sering diikuti membuat pengetahuan baik secara teknis foto maupun non-teknis.

Dalam bahasa terdahulu istilah nilai menunjuk pada konsep yang dikukuhi individu atau anggota suatu kelompok secara kolektif mengenai suatu yang di harapkan (desirable) dan berpengaruh terhadap pemilihan cara maupun tujuan tindakan dari berbagai alternative (Kluckholm dalam Berry ,et al., 1999: 102).3

Di dalam nilai-nilai fotografi terdapat pose dan konsep foto yang merupakan faktor utama dalam sebuah karya fotografi yang mengandung unsur manusia sebagai objek utamanya. Kecantikan dan keindahan bagi seorang model di perlihatkan jika model yang difoto tidak mampu berpose tentu akan mengurangi keindahan karya foto tersebut. untuk itu baik fotografer dan model harus mampu mempelajari pose yang baik. Ekspresi yang baik adalah ekspresi alamiah yang dirasakan tanpa dibuat-buat. Selain itu pose dan konsep foto yang merupakan tema dari foto itu sendiri, karena keberhasilan dari suatu karya foto

(24)

dipengaruhi oleh konsep yang baik. Dengan mempersiapkan suatu konsep foto, maka fotografer diharus untuk mempersiapkan property, kostum dan make up, lokasi, dan waktu pemotretan kepada model pemula agar seorang model pemula bisa memahami apa maksud dari seorang fotografer .

Pada saat fotografer berhadapan dengan model pemula ataupun yang belum terbiasa berada didepan kamera, dengan pengetahuan dan pemahaman mulai dari ide atau konsep, dan pose model sehingga dapat terjalin dalam kesatuan dengan baik agar dapat mengeluarkan keindahan yang sudah ada dalam dirinya secara alami pada hasil akhir sebuah karya fotografi. Pengaruh pada ide atau konsep foto dan pengaruh pose, ekspresi, bahasa tubuh model memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan foto. Bagaimana ketika fotografer mengatur gerak model seperti tubuh, kepala, tangan, pundak, kaki, ekspresi, dan kesan.

Mengarahkan pose adalah salah satu tantangan utama para fotografer. Hal ini karena, model sering kikuk dalam berpose. Mengetahui teknik pose dasar merupakan hal yang penting diketahui oleh fotografer. Di dalam modeling fotografi, gestur atau sikap/gerakan tubuh, gerakan tubuh model saat berpose harus semenarik mungkin.

Sangat penting bagi seorang fotografer dan model pemula memiliki sebuah pengetahuan tentang nilai-nilai fotografi, karena membuat fotografer bekerja lebih mudah dalam pemotretan. Fotografer memberikan petunjuk dan arahan untuk model pemula selama kegiatan sebelum hunting dan memulai hunting foto. Selain itu bagi model pemula hal ini dilakukan untuk menghindari

(25)

Pengetahuan dan pengalaman yang dianggap minim yang dimiliki oleh model pemula dikarenakan tidak memiliki latar belakang dan pengalaman di dunia fotografi modeling, hal ini dapat menjadi suatu pekerjaan yang sulit bagi fotografer. Untuk itu akan lebih baik apabila seorang fotografer mampu berkomunikasi dan mengarahkan model pemula untuk dapat mengeluarkan ekspresinya sehingga dapat menghasilkan foto terbaik.

Perkembangan dunia foto yang cukup cepat, ternyata juga mempengaruhi perkembangan fotografi di Indonesia. Munculnya berbagai komunitas fotografi menandai bahwa fotografi mulai mewabah di Indonesia, khususnya di kota Bandung.

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga..”4

Komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan tujuan atau kesamaan pemikiran. Setiap komunitas mempunyai kekhasan tertentu yang tidak di miliki komunitas lain, salah satunya Komunitas Fotografer Amatir Bandung (KOFABA). Komunitas Forografer Amatir Bandung terbentuk akhir tahun Desember 2011, komunitas ini pada awal didirikan oleh beberapa orang yang tidak berasal dari latar belakang fotografi merena membentuk nama komunitas yang di pakai sudah mengatas namakan amatir maka komunitas ini awalnya adalah seorang fotografer amatir yang tidak tahu sama sekali fotografi, namun mereka memiliki kesenangan dalam dunia foto namun setelah mengalami

4

(26)

perkembangan, komunitas Fotografer Amatir Bandung mulailah fotografer professional masuk ke dalam komunitas.

Hal ini dianggap menarik karena disadari bahwa Komunitas Fotografer Amatir Bandung merupakan komunitas amatir, khususnya pada orang-orang yang dijadikan sebagai model. Mayoritas model dalam Komunitas Fotografer Amatir Bandung merupakan model pemula yang sebagian besar merupakan remaja perempuan yang memiliki hobi untuk di foto dan impian untuk menjadi seorang model. Kegiatan hunting foto yang sering diselenggarakan oleh Komunitas Fotografer Amatir Bandung dengan menggunakan model pemula untuk dijadikan objeknya, secara berbarengan telah memberikan dan mengajarkan nilai-nilai fotografi yang dipahami oleh fotografer di Komunitas Fotografer Amatir Bandung.

Komunitas Fotografer Amatir Bandung menjebatani interaksi yang dilakukan oleh fotografer kepada model pemula melalui arahan dalam setiap kegiatan hunting foto, bila merujuk pada definisi komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang atau kelompok masyarakat menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungannya. Komunikasi dapat terjadi jika ada persamaan antara penyampaian pesan dengan orang yang menerima pesan.

(27)

dalam proses pengiriman, dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Pola komunikasi bisa berjalan dengan adanya proses komunikasi antara fotografer dan model pemula, mengenai nilai-nilai fotografi yang dipergunakan fotografer menjalin suatu proses komunikasi, ketika fotografer memberikan arahan dalam kegiatan hunting foto kepada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung.

Jadi, terdapat esensi bahwa proses komunikasi yang membentuk pola komunikasi merupakan suatu aktivitas yang khas diantara manusia melalui interaksi dengan sesamanya, manusia secara aktif membentuk perilakunya sendiri. Dimana dalam pandangan fenomenologi, berusaha mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. Serta memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.

“Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata Phainomenon yang berarti yang menampak. Menurut Husserl, dengan fenomenologi, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri.(Kuswarno,2009:10)”

(28)

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjabaran yang telah dijelaskan oleh peneliti pada bagian latar belakang masalah, peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Pertanyaan Makro

Peneliti merumuskan pertanyaan makro yaitu, “Bagaimana pola komunikasi fotografer dalam penyebaran informasi nilai-nilai fotografi pada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung?”

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Mengacu pada judul penelitian dan rumusan masalah yang telah diangkat oleh peneliti berdasarkan pada latar belakang masalah penelitian, maka peneliti kemudian dapat merumuskan permasalah mikro yaitu :

1. Bagaimana interaksi fotografer dalam penyebaran informasi nilai- nilai fotografi pada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung ?

2. Bagaimana proses komunikasi fotografer dalam penyebaran informasi nilai-nilai fotografer pada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung ?

(29)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan, dan menjelaskan secara mendalam bagaimana pola komunikasi fotografer dalam penyebaran informasi nilai-nilai fotografi pada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan yang sudah dijelaskan dalam rumusan masalah mengenai identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui interaksi fotografer dalam penyebaran informasi nilai-nilai fotografi pada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung.

2. Untuk mengetahui proses komunikasi fotografer dalam penyebaran informasi nilai-nilai fotografer kepada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung.

(30)

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu komunikasi secara umum dan secara khusus terkait pola komunikasi fotografer.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut : 1.4.2.1 Bagi Peneliti

Dapat dijadikan bahan pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh peneliti selama studi secara teoritis. Dalam hal ini khususnya mengenai kajian komunikasi dan pola komunikasi fotografer dalam penyebaran informasi nilai-nilai fotografi kepada model pemula.

1.4.2.2 Bagi Akademik

(31)

1.4.2.3 Bagi Komunitas

(32)

12 2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan. 1. Skripsi Diego Prayoga, NIP 210110077039 Universitas Padjajaran

Konstruksi Makna Kegiatan Fotografi Bagi Mahasiswa “Forum Fotografi Kampus Bandung (Studi Fenomenologi Mengenai Kontruksi Makna Kegiatan Fotografi Bagi Mahasiswa Forum Fotografi Kampus Di Kota Bandung)

Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakst ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran dengan Wawan Setiawan M.I.Kom sebagai pembimbing utama dan Heru Ryanto Budiana, S.Ag.,Msi. sebagai pembimbing pendamping. Penelitian ini berjudul konstruksi makna kegiatan fotografi bagu mahasiswa “Forum

Fotografi Kampus Bandung”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mahasiswa “Forum

Fotografi Kampus Bandung”, memaknai kegiatan fotografi. Tujuan penelitian ini

(33)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dalam tradisi fenomenologi dengan menggunakan prespektif teoritis kontruktivisme, teknik pengumpulan dalan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi pustaka, dan informan salam penelitian ini adalah mahasiswa yang tergabung dalam keanggotaan komunitas fotografi yaitu “Forum

Fotografi Kampus Bandung” data yang diperoleh dengan reduksi data dan

menginterpertasikan makna dan pengalaman informan.

Dilihat dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, makna kegiatan fotografi dinyatakan oleh informan adalah sebagai suatu seni menulis cahaya dengan menggunakan lensa sebagai mediannya.

2. Skripsi Nita Novitasari NIM. 41807133 Universitas Komputer Indonesia Pola Komunikasi Keluarga Inti Beda Agama (Studi Fenomenologi Komunikasi Kelaurga Inti Beda Agama Di Kota Bandung)

(34)

berkonflik dan pada saat komunikasi itu seimbang dan itu bisa di lihat dari Pola Komunikasi mereka.

Dan realitas yang terjadi di keluarga inti beda agama tidak seburuk yang orang-orang perkirakan atau prediksikan karena tidak semua keluarga beda agama mengalami konflik ada juga yang berjalan dengan harmonis, Selain itu keluarga inti beda agama harus menyadari bahwa komunikasi itu sangat penting dalam keluarga supaya tidak terjadi konflik dan kesalah pahaman di dalam keluarga beda agama ataupun di keluarga sesama agama, dan dengan komunikasi juga bisa menumbuhkan keluarga yang harmonis.

Kesimpulannya adalah bahwa setiap manusia mempunyai hak masing-masing untuk memilih keyakinan dan pasangan hidupnya, dan di samping komunikasi juga sangat penting buat keluarga inti beda agama suapaya bisa menjaga keharmonisan keluarga dan komunikasi berjalan dengan lancar dan pada kenyataanya keluarga inti beda agama tidak selalu berkonflik dan bermasalah di dalam keluarganya. Saran yang dapat peneliti berikan adalah baik remaja maupun orang tua diharapkan lebih memahami apa yang seharusnya dikatakan dan dilakukan sesuai dengan perannya masing-masing dengan mengacu pada sudut pandang lawan bicara.

3. Skripsi Ascharisa Mettasatya Aprilia NIP 1711200080004 Universitas Padjajaran Pola Komunikasi Mahasiswa Pengamen (Studi Fenomenologi Pada Mahasiswa Pengamen Di Kawasan Dago Di Kota Bandung)

(35)

ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi mahasiswa pengamen di kawasan dago kota Bandung dengan menjabarkan realitas pemahaman subjek terhadap konsep diri dan pemaknaan simbol baik verbal maupun non verbal yang digunakan, metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi fenomenologi subjek peneliti adalah mahasiswa yang mengamen di kawasan Dago kota Bandung.

(36)

penelitian memaknai simbol-simbol baik verbal maupun non verbal berdasarkan kesepakatn atau proses makna yang meraka bentuk.

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi adalah: Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. (Effendy, 2011:9)

(37)

Akan tetapi, seseorang seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat di lancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold laswell dalam karyanya, The Structure and Function Of Communication In Society, Laswell mengatakan

bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut, Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ?

Paradigma laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

1. Komunikator (comumunicator, source, sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel, media) 4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect)

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunkasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

(38)

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari; sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. (Effendy, 2011:11)

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda beda yang nantinya diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change) 3. Perubahan prilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change) (Effendy, 2003 : 8)

Dari empat poin yang dikemukakan diatas tersebut oleh Onong Uchjana effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap ataupun dalam bertindak.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :

(39)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2) Mendidik (to educated)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3) Menghibur (to entertain)

Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4) Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.

(40)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal 2.1.3.1 Defenisi Komunikasi Interpersonal

Meskipun komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi interpersonal juga mempunyai banyak definisi sesuai persepsi ahli-ahli komunikasi.

Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah (a) Spontan dan informal; (b) Saling menerima feedback secara maksimal; (c) Partisipan berperan fleksibel.

Littlejhon (1999) memberikan definisi komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi secara individu-individu.

Agus M Hardjana mengatakan (2003:85), komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung.

(41)

muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Onong U. Effendy, 2003:30)

Dari pemahaman prinsip-prinsip pokok pikiran yang terkandung dalam berbagai pengertian tersebut, dapatlah dikemukakan pengertian yang sederhana, bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengen penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi langsung (primer) apabila pihak pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa media. sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu (Suranto Aw, 2011:5)

(42)

1. Keterbukaan (openness)

Keterbukaan ialah dapat menerima masukan dari orang serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini tidak lah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain, keterbukaan ialah kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi yang biasanya disembunyikan, asalakan pengungkapan diri informasi tidak bertentangan dengan asas kepatutan, sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli komunikasi. Tidak berbohong dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenenarnya. Dalam proses komunikasi interpersonal, keterbukaan menjadi salah satu sikap positif. Hal ini disebabkan, dengan keterbukaan maka komunikasi interpersonal akan berlangsung secara adil, transparan dan arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi.

2. Empati (empaty)

(43)

Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta mampu dan keinginan mereka. Dengan demikian empati akan menjadi filter agar kita memahami esensi setiap keadaan tidak semata mata berdasarkan cara pandang kita sendiri, melainkan juga menggunakan sudut pandang orang lain. Hakikat empati adalah :

a. Usaha masing masing untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain.

b. Dapat memahami pendapat, sukap dan perilaku orang lain. 3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat spontan dan lugas, buka respon bertahan dan berkelit. Pemaparan gagasan bersifat deskriptifnaratif, bukan bersifat evaluative. Sedangkan pola pengambilan keputusan bersifat akomodatif, bukan intervensi yang disebabkan rasa percaya diri yang berlebihan.

4. Sikap positif (positiveness)

(44)

perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komnunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap antara lain :

 Menghargai orang lain

 Berpikiran positif terhadp orang lain

 Tidak menaruh curiga secara berlebihan  Meyakini pentingnya orang lain

 Memberikan pujian dan pengharagaan

 Komitmen menjalin kerjasama

5. Kesetaraan (equality)

Kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak sama sama bernilai dan berharga dan saling memerlukan. Memang secara alamiah ketika dua orang berkomunikasi secara interpersonal, tidak pernah tercapai suatu situasi yang menunjukan kesetaraan atau kesamaan secara utuh diantara keduanya. Pastilah yang satu lebih kaya, lebih pintar, lebih muda, lebih berpengalaman, dan sebagainya. Namun kesetraraan yang dimaksud adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan diri setara. Dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetraraan, meliputi :

 Menempatkan diri setara dengan orang lain

 Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda

(45)

 Tidak memaksakan kehendak  Komunikasi dua arah

 Saling memerlukan

 Suasana komunikasi akrab dan nyaman

Apa yang dikemukakan oleh Devito (2997: 259-264), komunikasi interpersonal dapat dikatakan mengemukakan lima yang perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi interpersonal. Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikan ini paling efektif mengubah sikap, pendapat atau prilaku seseorang komunikasi interpersonal bersifat dialogis artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif negatif berhasil atau tidak.

2.1.3.2Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal mempunyai 8 tujuan, antara lain (Suranto Aw, 2011:19) :

a. Mengungkapan perhatian kepada orang lain

(46)

melambaikan tangan, membungkukan badan, menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukan adanya perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek.

b. Menemukan diri sendiri

Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali diri pribadi berdasasarkan informasi dari orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenai jati diri atau dengan kata lain menemukan diri sendiri.

c. Menemukan dunia luar

(47)

d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain oleh karena itu setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk komunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun dan memelihara sosial dengan orang lain.

e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung (dengan menggunakan media) dalam prinsip komunikasi ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap.

f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu

(48)

untuk mengisi dan menghabiskan waktu, disamping itu juga dapat mendatangkan kesenangan, karena komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan. Yang penting dalam pikiran yang memerukan suasana rileks, ringan, dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari hari. g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (miss communication) dan salah interpretasi (miss interprtation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan.

h. Memberikan bantuan (konseling)

Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional, mereka untuk mengarahkan klien. Dalam kehidupan sehari-hari, di kalangan masyarakat pun juga mudah diperoleh.

2.1.3.3Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi ialah langkah langkah yang menggambarkan terjadi kegiatan komunikasi. Proses komunikasi interpersonal, Menurut (Suranto Aw, 2011:19):

1. Keinginan berkomunikasi seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.

(49)

symbol-simbol, kata-kata dan sebagainnya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampainnya.

3. Pengirim pesan, untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasi telephone, sms, e-mail, surat ataupun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang akan digunakan terebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatran penyampaian pesan dan karakteristik komunikan.

4. Penerima pesan. Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan.

(50)
[image:50.595.141.526.272.517.2]

6. Umpan Balik, setelah penerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi, umpan balik kini biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklsu proses komunikasi baru. Sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.

Gambar 2.1 Proses Komunikasi

(Sumber : Peneliti, 2014)

Proses komunikasi interpersonal menujukan bawah berlangsung sebuah siklus artinya umpan balik yang diberikan oleh komunikan, menjadi bahan bagi komunikator untuk merancang pesan berikutnya. Proses komunikasi terus berlangsung secara interaktif timbal balik, sehingga komunikator dan komunikan dapat saling berbagi pesan.

Encoding oleh komunikator

Pengirim pesan

Penerima pesan

Decoding oleh komunikan Keinginan

Berkomunikasi

(51)

2.1.3.4 Hambatan Komunikasi Interpersonal

Usaha kita untuk berkomunikasi secara memadai kadang kadang diganggu oleh hambatan tertentu, faktor-faktor yang menghambat efektivitas komunikasi interpersonal (Suranto Aw, 2011:86) :

1. Kredibilitas komunikator rendah

Komunikator yang tidak berwibawa dihadapan komunikan, menyebabkan berkurangnya perhatian komunikan terhadap komunikator.

2. Kurang memahami latar belakang sosial dan budaya

Nilai-nila sosial budaya yang berlaku disuatu komunitas atau di masyarakat harus di perhatikan, sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang berlaku. Sebaliknya, antara pihak pihak yang berkomunikasi perlu penyesuaian diri dengan kebiasaan yang berlaku.

3. Kurang memahami karakteristik komunikan

(52)

4. Prasangka buruk

Prasangka negatif antara pihak pihak yang terlibat komunikan harus di hindari karena dapat mendorong sikap yang apatis dan penolakan. 5. Verbalitas

Komunikasi yang hanya berupa penjelasan verbal berupa kata-kata saja akan membosankan dan menghamburkan komunikan dalam memahami makna pesan.

2.1.4 Tinjauan Tentang Informasi Dan Pesan

Menurut Rogers (1986), masyarakat informasi adalah “suatu

bangsa yang mayoritas angkatan kerjanya sudah menjadi pekerja

informasi”. Straubhaar dan Larose (2002:1-2) menyebutkan bahwa,

In an information society, the exchange of information workers include journalist, editors, computer programers, desktop publishing specialist, televisions produces, secretaries, public relations officer, adverttisting account executives, accounts and file clerks”. (Di dalam masyarakat informasi pertukaran informasi adalah orang-orang yang pekerjaan pokoknya memproduksi, memproses atau mendistribusikan informasi. Para pekerja informasi meliputi jurnalis, editor, redaktur, programmer computer, desktop publishing specialists, produser televisi, sekretaris, public relations afficer, advertaising account executivers, akuntan dan klerk).

Untuk memahami informasi, Aubrey Fisher (1986) mengemukakan tiga konsep informasi sebagai berikut :

(53)

2) Informasi menunjukkan makna data. Informasi merupakan arti, maksud atau makna yang terkandung dalam data peranan seseorang sangat dominan di dalam memberikan makna data. Suatu data akan mempunyai nilai informasi bila bermakna bagi seseorang yang menafsirkan kemampuan seseorang untuk memberikan makna pada data akan menentukan kepemilikan informasi, penafsiran terhadap data dan stimulus yang di terima otak akan menentukan kualitas informasi.

3) Informasi sebagai jumlah ketidakpastian yang di ukur dengan cara mereduksi sejumlah alternatif yang ada. Informasi berkaitan erat dengan situasi ketidakpastian. Keadaan yang semakin tidak menentu akan menimbulkan banyak alternatif informasi yang dapat digunakan untuk mereduksi ketidakpastian itu.

(54)

Pesan yang disampaikan kepada individu atau khlayak mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku individu khalayak.

Carl I Hoveland (1953) mengungkapkan sebagai berikut : “communication

process is the procees by which an individual (the communication)

transmit stimulus (usually verbal symbol ) to modify the behavior or other

individuals (the audienc)”.

Dari pendapat Hoveland itu dapat diterlusuri sistematika terbentuknya informasi dan pesan di dalam mengubah sikap dan perilaku orang lain.

Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang, proses intelektual adalah mengolah stimulus yang masuk ke dalam diri individu melalui panca indra, kemudian diteruskan ke otak atau pusat syaraf untuk diolah dengan pengetahuan, pengalaman selera dan iman yang dimiliki seseorang. Setelah mengalami pemprosesan, stimulus itu dapat dimengerrtti sebagai informasi. Informasi ini bisa diingat di otak, bila dikomunikasikan kepada individu, maka akan berubah menjadi pesan.

Kualitas informasi sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, selera dan iman seseorang yang mengolah setimulus menjadi informasi. Adapun kualitas pesan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kreativitas seseorang dalam mengolah informasi menjadi pesan.

(55)

bila informasi tersebut terbebas dan bias. Informasi dikatakan tepat waktu bila di hasilkan pada saat diperlukan. Adapun relevansi suatu informan berhubungan dengan kepentingan pengambilan keputusan yang telah direncakan. (Burch, 1986 :5)

2.1.5 Tinjauan Komunikasi Kelompok

Pengertian komunikasi kelompok seperti yang dipaparkanoleh Little John yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam bukunya"Ilmu

Komunikasi Suatu Pengantar“bahwa:

“Komunikasi kelompok adalah Sekumpulan orang yangmempunyai

tujuan bersama , yang berinteraksi satu samalain untuk mencapai tujuan bersama (adanya salingketergantungan), mengenal satu sama lainnya, danmemandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut,meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran

berbeda”.(Mulyana,2007:82)

Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahanmasalah, atau suatu komite yang tengah berapat untukmengambil suatu keputusan. Dengandemikian Komunikasikelompok menurut Little John yang dikutip oleh Deddy Mulyana yakni “Komunikasi kelompok biasanya merujukpada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (smallgroup communication), jadi bersifat tatap-muka”. (Mulyana,2007:82)

(56)

antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

2.1.6 Tinjauan Pola Komunikasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola komunikasi diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan (1) komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. (2) Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipaham; hubungan; kontak.

Dengan demikian, pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pngiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Djamarah, 2004:1)

2.1.7 Tinjauan Tentang Fotografi

(57)

mencari uang, biasanya fotografer profesional membekali diri dengan keahlian fotografi yang memadai.(Darmawan, 2009:21)

2.1.7.1 Tinjauan Nilai-nilai Fotografi

Fotografi mempunyai nilai dan estetikanya Keindahan sebuah foto tidak lepas dari seorang fotografer memahami dalam nilai-nilai fotografi terutama fotografi modeling.

Fotografi model adalah sebuah karya fotografi yang mevisualisasikan berbagai macam gaya fashion dari seorng model nilai kekuatan pada fotografi model tergantung pada exspresi dalam bergaya di depan kamera 1

Seorang fotografer Saat berhadapan dengan model pemula yang tidak memiliki latar belakang dan pengetahuan mengenai fotografi, untuk menciptakan sebuah karya foto yang baik tidaklah mudah karena bagi seorang fotografer terutama model pemula harus mengerti Nilai-Nilai fotografi . karena didalam Fotografi modeling tidak akan lepas dari objek seorang manusia terutama mengenai pose dan konsep foto.

Berpose merupakan alat psikologis yang kuat dan memainkan peran besar dalam menyampaikan pesan fotografer, karena bahasa tubuh dan ekspresi dapat mengungkapkan banyak hal tentang karakter seorang model melalui bahasa tubuh dan gesture mereka sehingga gestur, atau gerakan tubuh dari model saat berpose harus semenarik mungkin. sikap atau pose tubuh yang mengandung makna. Kita bisa menggunakan gesture untuk berkomunikasi.2 Ide atau sebuah konsep foto konsep adalah sebuah ide dasar yang dapat dikembangkan menjadi sebuah karya hal yang sangat diperhatikan dalam sebuah fotografi karena ini merupakan hal yang bisa membuat

1 http://www.frame-magz.com/2013/10/jenis-fotografidesain.htm?m=1 2

(58)

foto menjadi terlihat indah, seorang model dibalut dengan sebuah konsep menarik dengan wardobe dan make up yang dipakai, bisa menciptakan sebuah karya foto yang bisa di nikmati karena wardobe dan make up yang dikenakan pada tubuh dan wajah seorang model akan memberi kesan dan pengalaman yang indah sehingga seorang model bisa berpose dan akan terlihat menarik saat berhadapan dengan kamera.

2.1.8 Tinjauan Model Pemula

Menurut Jamal Hasan & Arzeti Bilbina Setyawan dalam bukunya

yang berjudul “Model Portfolio; Semua yang Perlu Kamu Tahu untuk Jadi

Model”, pengertian model adalah orang yang bertugas untuk menampilkan

atau mempersentasikan sebuah produk.

(59)

individu sebagai remaja untuk menyesuaikan dan memperluas pandangannya tentang dunia (rasa ingin tahu yang tinggi).3

Pada fase inilah sebagian remaja perempuan mulai banyak tertarik pada hal-hal yang bersifat kekinian, menjadikan dirinya untuk masuk ke dalam dunia fotografi, untuk dijadikan objek foto tanpa dilatarbelakangi pengetahuan, wawasan, ataupun pendidikan mengenai model. Para remaja ini memulai belajar mengenai fotografi, seperti cara berekspresi, cara berpose didepan kamera secara otodidak dari pengetahuan yang mereka dapatkan mulai dari mempelajarinya dari arahan fotografer yang sudah ahli, informasi dari buku, ataupun melihat tutorial dalam internet.

Mulai maraknya kegiatan hunting foto baik yang dilakukan secara individu atau komunitas, berdampak baik pada remaja perempuan yang memiliki keinginan untuk menjadi seorang model, dengan adanya kegiatan hunting foto dapat memberikan pengalaman serta wawasan secara langsung bagi mereka yang mulai menjajaki diri sebagai seorang model pemula.

3

(60)

2.1 KERANGKA PEMIKIRAN 2.2.1 Kerangka Teoritis

Dalam kerangka penelitian ini, peneliti akan berusaha membahas masalah pokok dari penelitian ini. Yaitu membahas kata-kata kunci atau sub fokus yang menjadi inti permasalahan pada penelitian.

Manusia merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari berkomunikasi, oleh karena itu komunikasi sangatlah berperan penting dalam proses penyampain informasi antar individu. Komunikasi merupakan faktor terpenting dalam menjalin hubungan antar individu baik dalam komunikasi interpersonal dalam hal ini fotografer di jadikan objek pada penelitian ini. Dimana komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjalin diantara dua orang dalam konteks adanya suatu kedekatan emosional.

Menurut Devito (1989), yang dikutip Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa :

“Komunikasi antarpribadi (interpersonal) adalah penyampaian

pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dandenganpeluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003 :30)”

(61)

menciptakan sebuah foto dan membentuk pola komunikasi antara fotografer dan model pemula.

Dengan segala fenomena yang terjadi pada fotografer dalam penyebaran informasi kepada model pemula khususnya fotografer di komunitas Fotografer Amatir Bandung, peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi fotografer dalam penyebaran infomasi nilai nilai fotografi kepada model pemula sebagai studi fenomenologi tentang pola komunikasi fotografer dalam penyebaran informasi nilai nilai foitografi pada model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung.

Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata phainomenon yang berarti yang menampak. Menurut Husserl, dengan fenomenologi, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudutpandang orang yang mengalaminya langsung, seolah-olah kita mengalaminyasendiri. (Kuswarno, 2009:10)

(62)

proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga ter-refleksi dalamtingkah laku. (Kuswarno, 2009:18)

Adapun studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Sedangkan pengertianfenomena dalam studi fenomenologi sendiri adalah pengalaman atau peristiwa yang masuk ke dalam kesadaran subjek.

Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada pola komunikasi sebagai bagian dari proses komunikasi. Pengertian pola komunikasi menurut Pacedan Faules menyatakan bahwa :

“Pola komunikasi adalah bagaimana kebiasaan dari suatu

kelompok untuk berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan pengetahuan. Pola komunikasi juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang atau kelompok berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya”. (Pace dan Faules, 2002:171)

Bertolak dari definisi di atas maka peneliti, menetapkan sub fokus menganalisis fokus penelitian sebagai berikut :

1. Interaksi

(63)

2. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesa nkepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara Komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikas iini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).Proses komunikasi, banyak melalu perkembangan. ( Effendy, 2000 : 31)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari.

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

3. Hambatan

(64)

tidak kesamaan atau tidak “in tune” dari frame of reference dan field of

reference antara komunikator dengan komunikan. (Effendy, 2000 : 45)

Hambatan yang terjadi pada pola komunikasi fotografer dan model pemula sering kali terjadi, banyak hal pula yang akan mempengaruhi sehingga terjadi suatu hambatan itu akan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam pola komunikasi yang terjadi pada fotografer dan model pemula. Dengan adanya hambatan-hambatan yang terjadi pada pola komunikasi disini maka akan menimbulkan perbedaan pemahaman yang terjadi pada kedua belah pihak yaitu fotografer dan model pemula tersebut. Disinilah peneliti akan mengkaji bagaimana hambatan-hambatan itu bisa terjadi dan bagaimana cara untuk bisa mengurangi agar hambatan-hambatan itu bisa berkurang.

2.2.2 Kerangka Konseptual

(65)

tambahan yang memperjelas maksud dari pola komunikasi fotografer dengan model pemula.

Dengan kata lain, karena adanya proses komunikasi yang terjadi tidak searah maka hambatan itu berkembang, keterbukaan dan ketertutupan yang menjadi harapan pada pola komunikasi yang terjadi pada fotografer dan model tersebut.

Komunikasi interpersonal diantara fotografer dan model pemula secara tatap muka, yang memungkinkan setiap fotografer dan model pemula menangkap reaksi secara langsung, baik verbal ataupun non verbal.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha menjelaskan tentang pola komunikasi fotografer dan model pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung. Dalam sub fokus di atas peneliti mengaplikasikan kedalam bentuk nyata diantaranya proses komunikasi fotografer dalam penyebaran nilai-nilai fotografi kepada model pemula.

(66)

Gambar 2.2

Bagan Gambar Kerangka Pemikiran

(Sumber : Peneliti, 2014)

Interaksi fotografer dalam penyebaran informasi mengenai nilai-nilai fotografi

Hambatan fotografer dalam penyebaran informasi mengenai nilai nilai fotografi

Pola Komunikasi Fotografer Di Komunitas

Amatir Bandung

Model Pemula Di Komunitas Amatir Bandung

[image:66.595.116.518.170.464.2]
(67)

47

3.1.1 Komunitas Fotografi Amatir Bandung (KOFABA)

Bandung merupakan salah satu kota yang mempunyai komunitas foto yang beragam, salah satunya adalah Komunitas Fotografi Amatir Bandung atau sering disebut KOFABA. Komunitas ini terbentuk sejak Desember 2011, Komunitas Fotografi Amatir Bandung ini terbentuk oleh seorang advokat yang sama sekali tidak mengerti fotografi saat diamembentuk komunitas ini dan hanya sebagai penikmat fotografi.

Di landasi dengan hanya sebagai penikmat foto mulailah beralih dengan membeli peralatan fotografi. Mulailah komunitas ini terbentuk dengan pembentukan komunitas ini awalnya hanya beberapa orang dan tidak sengaja terbentuk karena komunitas ini berawal dari ajakan orang yang baru mempunyai kamera dan sama sekali tidak mengerti fotografi mengajak teman teman yang ingin dan mendalami fotografi.

Komunitas Fotografer Amatir Bandung ini awalnya begitu naif dengan obrolan obrolan masalah fotografi yang sering di bicarakan oleh fotografer yang sudah mengerti fotografi seperti komposisi, pencahayaan, aperture dan lain-lain, itu sama sekali hal yang naif bagi Komunitas Fotografer Amatir Bandung.

(68)

fotografi yang ingin belajar fotografi mereka tidak canggung dan mereka tidak merasa di kucilkan karena komunitas forografer amatir ini membuat para fotografer amatir bisa bergabung dan bisa leluasa berkarya dikarenakan di komunitas forografi ini mereka saling belajar sesama fotografer amatir.

Berjalannya waktu dan perkembangan komunitas forografer bandung ini anggota semakin banyak tetapi mereka tidak punya orang yang bisa mengarahkan dalam hal fotografi mereka mulai mengajak orang orang yang mengerti fotografi untuk masuk komunitas dan membimbing mereka.

Meski komunitas baru tiga taun berjalan tetapi komunitas ini sudah mempunyai 337 anggota, dengan struktur ketua ialah Edy Herwansyah, Komunitas Fotografer Amatir Bandung ini tidak hanya fotografer amatir yang ada di dalamnya tetapi model pemula pun ada didalam komunitas ini mereka datang biasanya di kalangan remaja-remaja yang ingin merasakan dunia permodelan itu seperti apa dan difoto oleh fotografer itu seperti apa mereka bisa belajar dan mengasah kemampuan mereka untuk menjadi model yang lebih professional.

(69)

hunting foto dengan disediakan kostum dan make up oleh Komunitas Fotografer Amatir Bandung.

3.1.2 Logo Komunitas Fotografer Amatir Bandung

(Sumber : Komunitas Fotografer Amatir Bandung)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan alat bedah yang dipergunakan dalam penelitian sebagai cara untuk memperoleh jawaban dari permasalahn penelitian, pemilihan metode yang digunakan harus dapat mencerminkan relevansi hingga kepada metode yang digunakan dalam penelitian agar berjalan beriringan yang kesemuanya itu harus sesuai pula dengan permasalah yang di angkat dalam penelitian.

Penelitian kualitatif menolak kualifikasi aspek-aspek perilaku manusia dalam proses memahami perilaku individu, penelitian kualitatif merujuk pada aspek kualitas dan subjek peneltian. Apabila disederhanakan, penelitian kualitatif seringkali diasosiasikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan hitungan.

(70)

realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruktivisme ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna.

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi fenomenologi, sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang dikutip dari bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif.

“Metode penelitian kualitatif dibedakan dengan metode penelitian kuantitatif dalam arti metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika mastematis, prinsip angka atau metode statistik. Pembicaraan yang sebenarnya, isyarat dan tindakan sosial lainnya adalah bahan mental untuk analisis kualitatif. Meskipun penelitian kualitatif dalam banyak bentuknya seiring menggunakan jumlah penghitungan, penetilian tidak menggunakan nilai jumlah seperti yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data dalam eksperimen dan survey metode kualitatif bisa kritis dan empiris. Penelitian naturalistik adalah suatu metode empiris dalam arti ia menemukan bukti ada apa yang di alami alih-alih pada penalaran formal maupun analitik.” (Mulyana, 2010:150)

Pada penelitian dalam pandangan fenomenologi, berusaha mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang pertama), bersama dengan kondisi-kondisi yang relevan. Serta memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.

Menurut The Oxford English Dictionary, yang dimaksudkan dengan fenomenologi adalah :

a) the science of phenomena as distinct from being (ontology),

(71)

Jadi, fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dari sesuatu yang sudah menjadi, atau disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena, atau studi tentang fenomena. Dengan kata lain, fenomenologi mempelajari fenomena yang tampak di depan kita, dan bagaimana penampakannya. (Engkus, 2009:1)

Lebih lanjut dikatakan oleh Alfred Schutz, salah satu tokoh fenomenologi yang menonjol bahwa Fenomenologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implisit. Hubungan-hubungan sosial antara manusia ini kemudian akan membentuk totalitas masyarakat. jadi, setiap individu menggunakan simbol-simbol yang telah diwariskan padanya, untuk memberi makna pada tingkah lakunya sendiri. (Kuswarno, 2009:18)

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

3.2.2.1 Studi Lapangan

(72)

catatan lapangan juga digunakan untuk menuliskan kembali apa yang disampaikan informan yang berkaitan dengan pengamatan dan wawancara.

Observasi

Pada kutipan dalam buku Sugiyono (2013), Nasution (1988) menyatakan bahwa, “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan

Gambar

Gambar 2.1 Proses Komunikasi
Gambar 2.2                 Bagan Gambar Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1
Gambar 3.1
+3

Referensi

Dokumen terkait