• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Peralihan Fungsi Kawasan: Dari Kawasan Permukiman Menjadi Kawasan Perdagangan (Study Kasus Pada Masyarakat Kecamatan Medan Area Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proses Peralihan Fungsi Kawasan: Dari Kawasan Permukiman Menjadi Kawasan Perdagangan (Study Kasus Pada Masyarakat Kecamatan Medan Area Kota Medan)"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PERALIHAN FUNGSI KAWASAN: DARI KAWASAN

PEMUKIMAN MENJADI KAWASAN PERDAGANGAN

(Study Kasus pada Masyarakat Kecamatan Medan Area, Kota

Medan)

D

I

S

U

S

U

N

OLEH

SARI HATI

070901029

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Sari Hati NIM : 070901029 Departemen : Sosiologi

Judul : Proses Peralihan Fungsi Kawasan: Dari Kawasan

Permukiman Menjadi Kawasan Perdagangan (Study Kasus

Pada Masyarakat Kecamatan Medan Area Kota Medan)

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

( Prof. Rizabuana, M.Phil.,Ph.D) ( Dra. Lina Sudarwati, M.Si )

NIP. 196 109 291 986 011 002 NIP. 196 603 181 989 032 001

Dekan,

(3)

ABSTRAK

Permasalahan peralihan kawasan bukan merupakan hal yang asing lagi. Seperti

yang terjadi di Kecamatan Medan Area Kota Medan, yang mana kawasan ini awalnya di

dominasi oleh permukiman, kini beralih menjadi kawasan perdagangan. Hal ini di tandai

dengan meningkatnya jumlah pertokoan dan kegiatan perdagangan di kawasan tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian

studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode observasi,

analisis data, dan menggunakan kuisioner untuk melihat persentase dari persepsi

masyarakat.

Dalam peralihan kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan di

Kecamatan Medan Area, dapat diidentifikasikan bahwa saat ini hampir seluruh wilayah

tersebut telah di dominasi oleh kegiatan perdagangan. Peran pemerintah dan kesadaran

masyarakat untuk meningkatkan sumber daya manusia sangat diperlukan agar dapat

menyesuaikan diri dan mampu bersaing agar tidak tertinggal oleh pembangunan dan

kemajuan zaman. Proses peralihan yang terjadi di Kecamatan Medan Area didasari oleh

beberapa faktor pendukung, yaitu faktor ekonomi, faktor pariwisata, letak lokasi yang

strategis, dan tersedia lahan-lahan kosong potensial untuk di jadikan kawasan

perdagangan. Tanggapan masyarakat menunjukkan, bahwa dalam proses peralihan

kawasan yang bermula pada awal tahun 2000 ini, tidak hanya berdampak negatif maupun

positif kepada kondisi fisik lingkungan dan infrastruktur, melainkan juga kepada kondisi

sosial, budaya, dan perekonomian masyarakat, dan munculnya konflik-konflik lahan serta

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PROSES PERALIHAN FUNGSI KAWASAN: DARI KAWASAN PEMUKIMAN MENJADI KAWASAN PERDAGANGAN (Study Kasus pada Masyarakat Kecamatan Medan Area, Kota Medan)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari penulisan proposal saat penelitian dan sampai selesainya skripsi ini oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Mama Nur’aini dan Ayah Muhammad Yunus yang telah melahirkan, merawat, mendidik, ananda dengan segenap cinta, doa serta kasih sayang yang teramat besar dan tulus. Demikian juga buat Abang-abang dan Adik-adik Alm. Yus Mulyadi, Yus Hanizar, Yus Sabrani, Yus Bardani, Muthia Wani, dan Nurhayati.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga pernah membimbing saya dalam memahami Sosiologi.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi. Beliau yang telah memberikan pengajaran yang sangat berarti selama saya menjadi mahasiswa, juga turut memberi masukan-masukan yang sangat berarti ketika saya mengajukan judul dan selama saya mengerjakan penulisan skripsi ini.

(5)

meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan berupa nasehat serta materi yang sangat berguna bagi penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp selaku Seketaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Seluruh dosen pengajar Departemen Sosiologi yang telah membimbing saya selama menjadi mahasiswa. Memberi saya pengetahuan-pengetahuan khususnya di bidang Sosiologi yang bermanfaat bagi saya selaku mahasiswa Sosiologi. Terima kasih Bapak dan Ibu Dosen.

7. Seluruh pegawai departemen dan pendidikan yang telah membantu dan mendukung proses penyelesaian studi dalam urusan administrasi baik di departemen maupun di pendidikan. Terutama kepada Kak Nurbaiti selaku pegawai administrasi bagian pendidikan dan juga kepada Kak Fenni Khairifa selaku pegawai administrasi Jurusan Sosiologi.

8. Kepada keluarga angkat yang telah membesarkan, merawat, dan mendidik saya. Mama Azimar Muchtar, serta Abang-abang dan Kakak-kakak ipar, Rizka Muchtar ST & Dian Haerani A.md, Fikar Muchtar ST & Almh. dr. Yessi Roza, dr M. Aron Pase Sp.Pd & drg Dewi Puspita Sari Simatupang. Terimakasih masih tetap mendukung dan menyayangi saya sampai saat ini.

9. Kepada kekasih saya Junaedy Sebayang ST dan keluarga Bapak Ahmad Jamal Sebayang SH, M.hum yang juga ikut berpartisipasi dan membagi ilmunya selama pengerjaan skirpsi saya, dan Ibu Marina Ginting.

10.Seluruh teman-teman mahasiswa departemen Sosiologi khususnya stambuk 2007 yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

Medan, May 2013

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2 Manfaat Praktis ... 9

1.5 Definisi Konsep ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian Pustaka ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Lokasi Penelitian ... 43

3.2.1 Deskripsi Wilayah ... 43

3.2.2 Potensi Wilayah ... 45

3.3 Unit Analisi dan Informan ... 47

3.3.1 Unit Analisis ... 47

3.3.2 Informan ... 48

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.4.1 Data Primer ... 55

3.4.2 Data Sekunder ... 56

(7)

BAB VI PROSES PERALIHAN FUNGSI KAWASAN DARI KAWASAN

PEMUKIMAN MENJADI KAWASAN PERDAGANGAN DI

KECAMATAN MEDAN AREA

4.1Kecamatan Medan Area Pada Masa Menjadi Kawasan

Permukiman ... 59 4.2 Kecamatan Medan Area Pada Masa Menjadi Kawasan

Perdagangan ... 76 4.3 Perubahan Kondisi Mata Pencaharian Penduduk Pada

Masa Peralihan Kawasan Permukiman Menjadi Kawasan

Permukiman di Kecamatan Medan Area ... 93 4.4 Permasalahan Lahan / Bangunan Ketika Masa Peralihan

Kawasan Permukiman Menjadi Kawasan Perdagangan ... 103 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 109 5.2 Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Nama Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Pertokoan,

dan Pasar di Kecamatan Medan Area, Kota Medan ... 2 Tabel 2: Jumlah Pasar dan Pertokoan di Kecamatan Medan Area ... 4 Tabel 3: Data-data Saran dan Pra-sarana di Kecamatan Medan

Area ... 46 Tabel 4: Data-data Sekolah di Kecamatan Medan Area pada Setiap

Kelurahan ... 46 Table 5: Industri-industri Rumah Tangga di Kecamatan Medan

Area ... 47 Tabel 6: Jenis-Jenis Kegiatan Masyarakat & Organisasi Yang

Terdapat di Kecamatan Medan Area Pada Masa Kawasan

Permukiman ... 68 Tabel 7:Perubahan Pola Interaksi Pada Masa Kawasan Perdagangan

Dengan Pada Masa Kawasan Permukiman ... 84 Tabel 8: Jenis-Jenis Kegiatan Masyarakat & Organisasi Yang Terdapat di Kecamatan Medan Area Pada Masa Kawasan

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Peta Kecamatan Medan Area, Kota Medan ... 3

Gambar 2: Teori Kosentris Burgess ... 19

Gambar 3: Pola Perubahan Kosentris Spasial ... 24

Gambar 4: Pola Perubahan Dispersi Spasial ... 25

Gambar 5: Hubungan Antara Budaya dan Sistem Seting ... 27

Gambar 6: Posisi Kecamatan Medan Area Pada Kota Medan... 44

Gambar 7: Istana Tengku Besar yang dahulu terdapat di Jln. Amaliun Kelurahan Kota Matsum IVKecamatan Medan Area ... 60

Gambar 8: Puri Kesultanan Melayu Deli Pada Tahun 1940 ... 61

Gambar 9: Pengelompokan Masyarakat Kecamatan Medan Area Berdasarkan Etnis Penduduk ... 63

Gambar 10: Contoh Rumah Penduduk Yang di Bangun Pada Masa Kecamatan Medan Area Masih Merupakan Kawasan Permukiman ... 72

Gambar 11: Rumah-Rumah Pada Masa Kawasan Peralihan yang Kini di Jual ... 78

Gambar 12: Ruko-ruko Yang di Bangun di Kecamatan Medan Area ... 79

Gambar 13: Rumah-Rumah Yang Berada Dalam Gang di Kecamatan Medan Area ... 80

Gambar 14: Rumah-Rumah Yang Berada di Jalan Besar di Kecamatan Medan Area ... 81

Gambar 15: Proses Penambalan Jalan di Kecamatan Medan Area ... 83

Gambar 16: Mall / Plaza Terbesar Yang Terdapat di Kecamatan Medan Area ... 96

Gambar 17: Salah Satu Toko Retail Yang Ada di Kecamatan Medan Area ... 97

Gambar 18: Pusat Perdagangan di Kecamatan Medan Area Yang Menggunakan Bangunan Ruko ... 99

(10)

Gambar 20: Contoh Dalam Satu Bangunan Ruko Terdapat Lebih

(11)

ABSTRAK

Permasalahan peralihan kawasan bukan merupakan hal yang asing lagi. Seperti

yang terjadi di Kecamatan Medan Area Kota Medan, yang mana kawasan ini awalnya di

dominasi oleh permukiman, kini beralih menjadi kawasan perdagangan. Hal ini di tandai

dengan meningkatnya jumlah pertokoan dan kegiatan perdagangan di kawasan tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian

studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode observasi,

analisis data, dan menggunakan kuisioner untuk melihat persentase dari persepsi

masyarakat.

Dalam peralihan kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan di

Kecamatan Medan Area, dapat diidentifikasikan bahwa saat ini hampir seluruh wilayah

tersebut telah di dominasi oleh kegiatan perdagangan. Peran pemerintah dan kesadaran

masyarakat untuk meningkatkan sumber daya manusia sangat diperlukan agar dapat

menyesuaikan diri dan mampu bersaing agar tidak tertinggal oleh pembangunan dan

kemajuan zaman. Proses peralihan yang terjadi di Kecamatan Medan Area didasari oleh

beberapa faktor pendukung, yaitu faktor ekonomi, faktor pariwisata, letak lokasi yang

strategis, dan tersedia lahan-lahan kosong potensial untuk di jadikan kawasan

perdagangan. Tanggapan masyarakat menunjukkan, bahwa dalam proses peralihan

kawasan yang bermula pada awal tahun 2000 ini, tidak hanya berdampak negatif maupun

positif kepada kondisi fisik lingkungan dan infrastruktur, melainkan juga kepada kondisi

sosial, budaya, dan perekonomian masyarakat, dan munculnya konflik-konflik lahan serta

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, dan juga sebagai salah satu faktor penunjang taraf hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, definisi rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan pemukiman adalah suatu kawasan yang di dominasi oleh perumahan dan berfungsi sebagai tempat tinggal. Pemukiman dapat juga di definisikan sebagai kawasan yang didominasi oleh hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal.

Sedangkan kawasan perdagangan adalah kawasan atau wilayah yang di dominasi oleh kegiatan perdagangan, tempat perniagaan, ataupun pertokoan. Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Giatnya aktivitas perdagangan suatu negara menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi tolak ukur tingkat perekonomian negara itu sendiri. Sehingga bisa dibilang perdagangan merupakan urat nadi perekonomian suatu negara. Melalui perdagangan pula suatu negara bisa menjalin hubungan diplomatik dengan negara tetangga sehingga secara tidak langsung perdagangan juga berhubungan erat dengan dunia politik.

(13)

perdagangan adalah Kecamatan Medan Area. Kecamatan Medan Area adalah salah satu dari

Kecamatan Medan Area berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun di sebelah barat, Kecamat sebelah selatan, dan kecamatan sebalah utara. Pada tahun 107.558 jiwa. Luasnya adalah 9,05 km² dan kepadatan penduduknya adalah 20.005,80 jiwa/km² (Wikipedia.com).

Tabel 1

Nama Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Pertokoan, dan Pasar di Kecamatan Medan Area, Kota Medan.

No Nama

Kelurahan

Jumlah Penduduk

Jumlah Pertokoan Jumlah Pasar 1999 2005 2009 1999 2005 2009

(14)

Gambar 1: Peta Kecamatan Medan Area, Kota Medan

Sumber: Badan Pusat Statistik Profinsi Sumatera Utara: Kecamatan Medan Area dalam Angka 2010.

(15)

Tabel 2

Jumlah Pasar dan Pertokoan di Kecamatan Medan Area.

Tahun 1999 2005 2009

Jumlah Pasar 4 5 6

Jumlah Pertokoan 690 1.029 1.085

Total 694 1.034 1.091

Sumber: Badan Pusat Statistik Profinsi Sumatera Utara; Kecamatan Medan Area dalam Angka 1999, 2005,dan 2010.

(16)

di tahun 2009 yaitu terdapat 201 pertokoan. Selain wilayah-wilayah tersebut pada Kelurahan lain di Kecamatan Medan Area juga mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah pertokoan, tetapi peningkatan dan penurunan di wilayah tersebut tidak terlalu mencolok.

Adanya pengurang, serta pertambahan jumlah pertokoan di setiap beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Area disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya adalah perpindahan toko ke wilayah yang lebih strategis di Kelurahan lain namun masih berada di Kecamatan yang sama. Serta adanya pembangunan pertokoan pada saat survei dilakukan. Pembangunan pertokoan dalam bentuk ruko dan komplek pertokoan memang mulai marak-maraknya sekitar tahun 2000. Namun secara keseluruhan, jumlah pertokoan di Kecamatan Medan semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi karena semakin banyaknya minat dari pengusaha untuk membangun serta meningkatkan usaha mereka semenjak awal tahun 2000 tersebut.

(17)

menentukan harga dengan label yang ditempelkan pada barang dan tidak dapat ditawar. Dalam segi apsek ruang, pasar harus memperoleh ruang yang strategis sehingga menguntungkan dari segi finansial, akses kepada pembeli, waktu, dan lainnya. Suatu ruang dianggap strategis pagi pasar adalah merupakan wilayah yang dilewati oleh jalur kendraan, daerah penghasil (daerah pertambangan, industri, dan sebagainya), dan daerah pemukiman.

Pada awalnya, Kecamatan Medan Area di dominasi oleh Etnis Padang dan Jawa. Tetapi di mulai pada awal tahun 2000 mayoritas Etnis Tionghoa semakin memenuhi kawasan tersebut. Memang, sebelumnya sudah ada Etnis Tionghoa di kawasan tersebut, namun ketika tahun 1998 masyarakat Tionghoa sempat menghindari kawasan tersebut di karenakan adanya konflik pada peralihan zaman orde baru menjadi zaman reformasi. Pada saat itu, banyak dari etnis tionghoa yang menutup usaha mereka dan pergi dari kawasan tersebut.

(18)

tersebut yang notabene adalah Etnis Tionghoa. Ada juga para pemilik tanah yang memang sedari awal sudah membeli tanah tersebut, menjualnya kembali karena harga jual tanah yang cukup tinggi.

Bagi masyarakat, mengalami peralihan kawasan pemukiman menjadi kawasan perdagangan bukanlah hal yang mudah. Karena mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Seperti jalanan yang semakin sering mengalami kerusakan karena seringnya truk-truk konteiner pemasok barang yang melewati jalanan depan rumah mereka. Tidak hanya itu, kecelakaan juga sering terjadi karena jumlah kenderaan yang berlalu lalang tidak sesuai dengan lebar jalan yang ada. Banyaknya pertokoan membuat semakin banyak kenderaan yang belalu-lalang. Baik kenderaan pembeli, maupun pegawai toko. Karena dahulunya tempat tersebut adalah pemukiman, sehingga lebar jalannya tidak sesuai dengan lebar jalan untuk kawasan perdagangan.

(19)

bekerja dengan warga non pribumi mereka mendapat upah sekitar Rp 800.000- Rp 1.800.000.1

1. Mengindetifikasikan kawasan-kawasan mana saja yang telah beralih fungsi dari kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan di Kecamatan Medan Area.

Namun, perubahan kebiasaan bersosialisasi juga terlihat pada masyarakat ini. Karena sekarang sudah beralih menjadi kawasan perdagangan, mereka tidak bertetangga dengan sesama warga yang bermukim. Tetapi rumah-rumah mereka bertetangga dengan toko-toko, sehingga mereka tidak bisa leluasa berinteraksi seperti dulu, berinteraksi layaknya antar tetangga. Saat ini karena kurangnya interaksi antar tetangga, masyarakat banyak memilih hanya berada dirumah saja dan melakukan interaksi dengan kerabat mereka lain dari pada tetangga. Dan suasana rumah mereka menjadi tertutup, karena kurangnya interaksi sesama tetangga.

Berdasarkan keadaan di atas, maka peneliti melakukan kajian tentang tanggapan masyarakat yang mengalami proses peralihan dari kawasan pemukiman menjadi kawasan perdagangan di Kecamatan Medan Area.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penting bagi suatu penelitian untuk menentukan perumusan masalah dari permasalahan yang akan diteliti, untuk melihat fokus pembahasan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah:

(20)

2. Menggambarkan bagaimana proses peralihan yang terjadi sehingga kawasan yang sebelumnya adalah kawasan permukiman dan sekarang menjadi kawasan perdagangan.

3. Tanggapan masyarakat tentang peralihan fungsi yang terjadi sehingga kawasan ini menjadi kawasan perdagangan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahui secara detail dan mendalam bagaimana proses, serta tanggapan masyarakat terhadap peralihan fungsi kawasan dari kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan yang terjadi di Kecamatan Medan Area, Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini terbagi dalam dua manfaat. Yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Yang dimaksud dengan manfaat teoritis dan manfaat praktis adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai peralihan suatu kawasan dari kawasan pemukiman menjadi kawasan perdagangan, sehingga dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu-ilmu sosial khususnya study Sosiologi Perkotaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

(21)

menjadi bahan perbandingan referensi dalam meneliti masalah yang serupa dengan penelitian ini.

1.5. Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitan ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian, agar tidak menimbulkan kesalah-pahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini. Maka batasan-batasan konsep yang akan di berikan, yaitu:

1.5.1 Kawasan Pemukiman

Batasan tentang kawasan permukiman adalah kawasan inti yang seringkali mendominasi dalam suatu kawasan perkotaan. Kawasan ini menjadi pusat berawalnya kegiatan yang keberadaannya sering kali mengikuti perkembangan kawasan lainnya. Setiap kawasan fungsional yang di kembangkan akan membutuhkan kawasan pemukiman untuk mengakomodasi perkembangan masyarakat yang beraktifitas di dalam kawasan yang di kembangkan.

Perkembangan kawasan tersebut pada dasarnya dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu:

(22)

2. Pemukiman yang berkembang karena di ciptakan. Untuk pemukiman jenis yang kedua adalah pemukiman yang berkembang karena di ciptakan oleh pengembang. Pemukiman ini di kembangkan pada lokasi-lokasi yang umumnya berada di pinggiran kota untuk meng-akomodir pertumbuhan pusat-pusat baru di pinggiran kota tersebut. Pemukiman jenis kedua ini juga di kembangkan untuk memeratakan perkembangan wilayah atau kota, serta memenuhi kebutuhan perumahan penduduk.

Berkenaan dengan kedua jenis tersebut, dalam suatu wilayah atau kota, perkembangan dari kawasan pemukiman sangat rentan terhadap adanya perkembangan yang tidak terkendali. Adanya permintaan perumahan yang cukup tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pengembangan kawasan pemukiman yang memadai, menyebabkan perkembangan kawasan pemukiman ini menjadi salah satu pemberi sumbangan terhadap terjadinya fenomena urban. Selain itu berbagai persoalan pembangunan juga banyak muncul dari kawasan pemukiman, yaitu perumahan liar dan pemukiman kumuh, yang seringkali berdampak lebih lanjut pada meningkatnya tingkat kesenjangan masyarakat, tingginya angka kriminalitas, dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Berkaitan dengan banyaknya persoalan pembangunan yang muncul dari perkembangan kawasan pemukiman, maka kawasan pemukiman merupakan salah satu kawasan yang perlu dilakukan penanganan secara khusus, namun dalam konteks keruangan, penyelesaiannya tidak mungkin dilakukan secara bersamaan.

(23)

rumah-rumah di kecamatan tersebut menggunakan layanan air bersih dari perusahaan air miliki pemerintah, namun tidak semua saluran air di rumah-rumah penduduk berjalan lanjar. Untuk dapat memproleh air bersih, mereka harus menggunakan pompa air listrik agar saluran air menjadi lancar. Kondisi jalan juga tidak dapat di katakan dalam kondisi baik, karena masih terdapat jalanan-jalanan rusak dan berlubang yang mengganggu aktifitas sehari-hari masyarakat sekitar. Ketersedian ruang terbuka hijau di kawasan tersebut sangat sulit ditemukan, padahal ruang terbuka hijau merupakan bagian dari persyaratan sarana dan prasarana yang baik bagi suatu pemukiman. Sistem dreinase dan permasalahan sampah juga tidak terorganisir dengan baik. Hal ini dapat di lihat berdasarkan keadaan parit-parit yang tidak mengalir karena adanya penyumbatan ataupun hambatan karena tumpukan sampah yang menggenangi parit tersebut.

Kawasan pemukiman di kecamatan ini juga dapat di katakan sebagai pemukiman prioritas, karena letak yang strategis dan memiliki nilai ekonomis. Letak yang strategis dapat di lihat dari akses jalan yang menuju ke arah jalan raya atau pusat kota seperti Jalan Sisingamangaraja, Jalan Juanda, Jalan Husni Thamrin, dan Jalan Sutomo. Selain akses jalan, kawasan ini juga strategis karena mendekati fasilitas-fasilitas umum seperti airport, kawasan wisata, perkantoran, pasar, rumah sakit, dan pusat hiburan. Dan kawasan ini merupakan kawasan rawan banjir jika hujan lebat dan turun dalam waktu yang cukup lama.

(24)

bangun di atas tanah sewaan yang merupakan tanah grant sultan. Kondisi bangunan di wilayah ini secara umum merupakan bangunan-bangunan lama yang terlihat dari bentuk dasar bangunannya, walaupun sebagian besar pemilik rumah sudah melakukan renovasi pada rumah mereka.

1.5.2 Kawasan Perdagangan

Kawasan perdagangan secara umum di definisikan sebagai kawasan yang mayoritas kegiatannya adalah perdagangan atau jual beli. Kawasan perdagangan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Suatu wilayah layak dikatakan sebagai kawasan perdagangan jika memiliki beberapa ketentuan, seperti akses jalan yang baik, sistem transportasi yang memadai, lingkungan yang strategis, dan lain sebagainya. Perdagangan merupakan suatu hal yang penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara.

(25)

pedagang supermarket dan sebagainya. Jenis-jenis pedagang ini lazim di bedakan berdasarkan pada cara menawarkan barang dagangannya masing-masing.

Kegiatan perdagangan yang di lakukan di Kecamatan Medan Area mayoritas di lakukan oleh etnis Tionghoa, namun persaingan mulai terlihat dengan banyaknya pengusaha-pengusaha yang berasal dari etnis Pribumi mulai bermunculan. Kegiatan perdagangan di kawasan ini tidak hanya menjajakan barang seperti toko grosir bahan pokok, toko pakaian, toko makanan, dan lainnya. Melainkan juga menjajakan jasa, seperti jasa laundry, jasa pengiriman barang, jasa penyewaan angkutan antar kota, dan lainnya.

(26)

kondisi wilayah di Kecamatan Medan Area tergolong strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Sikap masyarakat yang cukup dapat menerima hal baru juga menjadi semakin berkembangannya perdagangan-perdagangan baik dalam skala kecil maupun skala besar berkembang pesat. Sehingga kawasan tersebut di dominasi oleh perdagangan, maka dari itu Kecamatan Medan Area dapat di sebut sebagai kawasan perdagangan.

1.5.3 Peralihan Fungsi Kawasan

Peralihan fungsi kawasan adalah kawasan yang mengalami pergeseran fungsi dari suatu fungsi menjadi fungsi yang lain. Dalam penelitian ini terjadi dengan beralihnya fungsi suatu kawasan dari yang awalnya adalah kawasan permukiman menjadi kawasan yang berfungsi sebagai kawasan perdagangan.

Banyak peralihan kawasan yang terjadi saat ini, seperti peralihan kawasan pertanian menjadi kawasan permukiman, kawasan hutan lindung menjadi kawasan perkebunan, kawasan pemukiman menjadi kawasan perdagangan, dan jenis peralihan kawasan lainnya. Beberapa alasan suatu kawasan beralih fungsi adalah dengan adanya kebutuhan masyarakat yang lebih dominan, karakteristik masyarakat yang menduduki kawasan tersebut, sampai dengan penataan tata ruang yang kurang baik. Peralihan kawasan berjalan secara bertahap, atau dapat dilihat prosesnya dalam jangka waktu yang cukup panjang. Berbeda dengan perubahan yang terlihat berdasarkan hasil, peralihan lebih melihat sesuatu berdasarkan pada proses terciptanya.

(27)

masyarakat Kecamatan Medan Area ini dapat di sebut masyarakat transisi. Ciri-ciri masyarakat transisi dapat di lihat seperti adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan, seperti pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industri. Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya tingkat pendidikan rendah, tetapi sekarang mempunyai tingkat pendidikan yang meningkat. Mengalami perubahan ke arah kemajuan, masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman. Tingkat mobilitas masyarakat tinggi, biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Masalah pemukiman merupakan masalah tanpa akhir. Bukan hanya di wilayah perkotaan saja, namun juga di wilayah pedesaan. Hariyanto (2010) mengemukakan perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia serta mutu kehidupan yang sejahtera dalam masyarakat yang adil dan makmur. Perumahan dan permukiman juga merupakan bagian dari pembangunan nasional yang perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana, dan berkesinambungan.

(29)

mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi-fungsi perumahan tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Munculnya permasalahan pemukiman dapat di sebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Kurang terkendalinya pembangunan pemukiman dan perumahan sehingga menyebabkan munculnya kawasan kumuh pada beberapa bagian kota yang berdampak pada penurunan daya dukung lingkungan.

2. Keterbatasan kemampuan dan kapasitas dalam penyediaan perumahan dan pemukiman yang layak huni, baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

3. Pembangunan sumber daya manusia dan kelembagaan masyarakat yang masih belum optimal khususnya menyangkut kesadaran akan pola hidup sehat.

4. Kurang di pahaminya kriteria teknis pemanfaatan lahan pemukiman dan perumahan khususnya yang berbasis pada ambang batas daya dukung lingkungan dan daya tampung ruang.

(30)

Dalam kajian sosiologi perkotaan, permasalahan struktur ruang kota sering dikaitkan dengan Teori Kosentris.

Gambar 2

Skema Teori Kosentris Burgess, 1925

Sumber: Wikipedia.com

Pada gambar 4 diatas, dapat dilihat keterangan sebagai berikut:

1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat

(31)

industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.

3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu working men's

homes.

4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.

5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.

6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.

Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central

Business District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan

(32)

perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage buildings).

Penurunan kualitas kehidupan di kawasan pemukiman di tengah-tengah kota, memaksa mereka yang tidak mampu menanggung beban ekonomi pemeliharaan kualitas yang ada, untuk berpindah ketempat lain yang umumnya adalah wilayah pinggiran kota dan membentuk kawasan “rumah petak” yang paralel penyebarannya dengan penyebaran lapisan-lapisan yang lebih mampu. Pola pemekaran wilayah pemukiman tidak memecahkan masalah penurunan kualitas kehidupan di tengah kota, kalau ditinjau dari sudut pandang pemikiran sosiologi. Selain itu juga terjadi labilitas struktur pelapisan masyarakat di kawasan pemukiman karena tidak memungkinkan penggalangan kepemimpinan antar lapisan yang kuat, yang hanya terjadi karena interaksi yang datang dari pergaulan berjangka waktu lama, Wahid (1984).

Dengan semakin padatnya kawasan perkotaan, maka pasti akan timbul masalah-masalah yang ada di perkotaan tersebut. Masalah tersebut antara lain:

1. Kemiskinan

2. Keamanan dan ketertiban kota 3. Lapangan pekerjaan

4. Perumahan dan pemukiman

5. Pelayanan publik (transportasi, sarana prasarana perkotaan dan pelayanan dasar)

(33)

7. Pemanfaatan lahan yang berlebihan.

Urbanisasi yang kian bertambah diperkotaan akan memaksa pada kebutuhan lahan yang banyak, kebutuhan lahan tersebut memang diakibatkan oleh faktor ekonomi salah satunya. Pembangunan gedung, apartemen, hotel-hotel, pusat perbelanjaan, adalah agenda rutin yang ada diperkotaan dan seakan-akan hal tersebut tidak ada titik hentinya.

Pemanfaatan lahan yang berlebihan tersebut akan mengakibatkan ketersediaan akan lahan yang produktif berkurang, sehingga hal ini akan menyebabkan sulitnya berbagai pihak untuk menjalankan agendanya, khususnya pemerintah dan masyarakat. Pemerintahan diperkotaan tersebut akan kesulitan menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sudah secara nasional harus diterapkan disetiap kota diseluruh indonesia, karena ini adalah kebijakan dari pusat yang harus dilaksanakan oleh pemerintahan daerah masing-masing. Selain RTH, pemerintah tentunya akan kesulitan untuk mengatur dan mendesain tata ruang kota yang pas dan nyaman untuk masyarakat, karena memang urbanisasi yang tak terkendali mengakibatkan tak ada satupun ruang yang kosong selain perumahan dan pusat perekonomian.

(34)

Prihanto (2010) menemukan dan mengkaji faktor-faktor proses mega urban, menemukan mekanisme kerja atau proses mekanisme megaurban berlangsung, dan mengkaji dampak yang timbul dari proses tersebut, terutama spasial, sosial-budaya, ekonomi, dan kependudukan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perkembangan kota Semarang sebagai kota besar di bidang industri, perdagangan, jasa, dan pendidikan memiliki pengaruh terhadap daerah-daerah pinggiran kota. Pengaruh tersebut adalah:

1. Aspek kependudukan, dengan terjadinya pergeseran mata pencaharian penduduk daerah pinggiran kota dari pertanian ke non pertanian.

2. Aspek sosial-budaya, terlihat pada terjadinya akulturasi budaya antara para pendatang dan penduduk asli daerah pinggiran kota.

3. Aspek fisik spasial, terjadi alih fungsi lahan daerah pinggiran kota. Dari daerah pertanian, menjadi pemukiman, perdagangan, dan industri.

(35)

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan teori spasial permukiman. Adapun secara terminologis, Mulyati dalam Prihanto (2008:2) mengemukakan bahwa spasial adalah ruang fisik yang terbentuk pada lingkungan permukiman, rumah tinggal, dan bentuk bangunan yang terjadi karena faktor yang berkembang di lingkungan masyarakat.

Pola spasial permukiman terbagi atas dua kategori, yaitu pola spasial permukiman desa dan pola spasial permukiman kota. Pola spasial permukiman pada pinggiran kota awalnya terbentuk dari aktifitas penduduk tani di desa, dengan ciri-ciri sebagian besar daerahnya adalah lahan-lahan pertanian yang mengarah pada pola spasial kota.

Subroto dalam Prihanto (2008: 3) memandang permasalahn perubahan spasial pinggiran kota dalam dua tipe pola perubahan. Yaitu pola perubahan kosentris spasial dan pola perubahan dispersi spasial.

Gambar 3

(36)

a. Pola perubahan kosentris spasial (a pattern of spasial concentric), terbentuk oleh adanya jalan kelas satu yang menghubungankan ataupun memotong komunitas pinggiran kota.

Gambar 4

Pola Perubahan Dispersi Spasial

b. Pola perubahan disperse (pembubaran) spasial, terbentuk oleh adanya pembagian spasial secara merata dari suatu kelompok komunitas urban (urban fringe), akibat di bangunnya jalan-jalan penghubung. Pola ini dapat disebut pola katak lompat (leap frog model).

Pada penelitian ini, terdapat perubahan secara cepat dari fungsi sederhana kawasan hunian atau pemukiman menjadi fungsi campuran yang kompleks secara cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada kawasan tersebut adalah pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, dan pertambahan fungsi kawasan yang relatif beragam. Fungsi hunian yang merupakan dominasi pada awalnya, menjadi meluas dan bergeser kombinasi fungsi yang jauh lebih kompleks.

(37)

pada kawasan di tandai dengan hadirnya usaha penginapan, warung makan, dan usaha-usaha jasa yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan komunitas. Sejalan dengan pertambahan sektor komersial makan akan mempengaruhi harga jual tanah di kawasan tersebut yang semakin meningkat.

Shahab dalam Prihanto (2003:3) menyebutkan ada empat hal yang biasanya terjadi dalam suatu masyarakat lama menurut teori perubahan sosial, yaitu:

1). Adanya deprivasi relatif, yakni suatu perasaan tersisihkan dari orang lain dan kalangan tertentu yang baru masuk dalam kehidupan masyarakat. 2). Adanya dislokasi, yaitu perasaan tidak punya tempat dalam tatanan sosial yang sedang berkembang.

3). Adanya disorientasi, yaitu perasaan seperti tidak punya pegangan hidup akibat tidak ada lagi yang bisa dipertahankan.

4). Negativisme, yaitu perasaan yang mendorong ke arah pandangan serba negatif kepada tatanan yang baru berkembang, dengan sikap tidak percaya, curiga, bermusuhan dan melawan.

Keterkaitan antara budaya dan rumah sebagai salah satu unsur pembentuk permukiman dijelaskan Rapoport (1969:46) bahwa rumah tidak hanya dapat dipandang sebagai bentuk fisik yang tersusun dari serangkaian struktur saja, namun merupakan bentuk dari fenomena budaya yang berasal dari lingkungan pergaulan yang dimiliki.

(38)

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan–kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Gambar 5

Hubungan Antara Budaya dan Sistem Seting

(39)

Selanjutnya E.B. Taylor dalam Prihanto (2004:4) memberikan pengertian tentang kebudayaan, yaitu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adatistiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan–kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Faktor budaya akan menentukan perilaku seseorang, yang antara lain tercermin dalam cara hidup dan peran yang dipilihnya dalam masyarakat serta menentukan macam wadah kegiatan tersebut.

Suweda (2011) mengemukakan bahwa pergeseran guna lahan banyak disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya pertambahan penduduk, pertambahan aktivitas penduduk, dan bertambahnya luas wilayah terbangun perkotaan. Dalam Penelitian ini menyimpulkan bahwa perencanaan dan pengintegrasian ruang perkotaan haruslah berdasar kepada potensi, kendala, dan limitasi yang di miliki. Demikian pula pertimbangan manusianya sebagai pemakai ruang tersebut, sehingga ada keterkaitan antara ruang perkotaan dengan warganya. Dalam suatu ruang perkotaan yang bagus, antara ruang dan massa harus memiliki hubungan yang baik sehingga bentukan antara ruang solid (massa bangunan) dan ruang void (ruang terbuka) memenuhi standar perencanaan yang ideal. Ruang perkotaan juga harus mempunyai suatu sistem keterkaitan antara fungsi satu dengan fungsi lain, ataupun antara kawasan satu dengan kawasan lainnya sehingga tidak terjadi terpisah-pisah dan dapat di akses oleh seluruh warga masyarakat.

(40)

metropoli-tan dengan kota kecil-menengah dan per-desaan) dan melalui kerja sama antar wilayah (misalnya dalam pengelolaan air baku, TPA, bencana, dst).

Suweda mengemukakan perencanaan dan pengintegrasian ru-ang perkotaan haruslah berdasarkan kepa-da potensi, kendala dan limitasi yang di-miliki. Demikian pula pertimbangan ma-nusianya sebagai pemakai ruang tersebut, sehingga ada keterikatan antara ruang per-kotaan dengan warganya.

Dyah (2010) juga menegaskan bahwa akibat dari pertumbuhan kota yang cukup tinggi serta kenyataan akan terbatasnya ruang kota, membawa dampak dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah keterbatasan pemukiman. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelola kota akan menentukan kualitas pemukiman yang terwujud. Penelitan yang di lakukan di kawasan segi empat Tunjungan ini dikarenakan kawasan tersebut merupakan kawasan padat bangunan dan padat penduduk. Penelitian ini untuk meng-indentifikasikan karakteristik pemukiman dan faktor-faktor yang mempengaruhi arahan penataan pemukiman dan menyusun arahan penataan pemukiman berdasarkan faktor yang berpengaruh tersebut.

(41)

penanganan permasalahan dan pengoptimalan potensi yang terdapat pada pemukiman tersebut.

Kawasan segi empat Tunjungan adalah merupakan kawasan pusat kota yang tidak teratur. Memiliki sarana dan prasarana pemukiman yang kurang memadai, hal ini terlihat dari sistem drainase yang kurang berfungsi, jaringan jalan yang tidak berpola, permasalahan air bersih yang kurang lancar, dan sistem persampahan yang belum di kelola dengan baik. Kawasan ini juga telah mengalami pemanfaatan lahan yang sangat tinggi, sehingga jalan sebagai aksesibilitas dari dan menuju kawasan, semua permukaan lahan telah tertutup oleh dasar bangunan hampir 100% . Hal ini tidak sesuai dengan 30% kawasan yang seharusnya menjadi kawasan terbuka hijau.

Suweda (2011) melihat ketidak mampuan dalam menangani dan mengantisipasi perkembangan perkotaan yang demikian pesat telah menimbulkan berbagai isu-isu permasalahan kawasan perkotaan, seperti:

1. Betambahnya angka kemiskinan 2. Kurangnya lapangan pekerjaan

3. Tumbuhnya kawasan kumuh di perkotaan 4. Meningkatnya kebutuhan perumahan sederhana 5. Kemacetan lalu lintas yang semakin meningkat

(42)

Dengan demikian arah kebijakan pembangunan perkotaan di masa depan harus memenuhi fungsi entity kawasan/wilayah tersebut, yang dapat di deskripsikan secara detail sebagai berikut:

1. Nyaman/ layak huni (livable). Memenuhi kebutuhan manusia akan kenyamanan hidup, fisik, sosial budaya, dan lingkungan.

2. Berkelanjutan (sustainable). Antisipasi terhadap perubahan iklim dan bencana alam serta memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang.

3. Berkeadilan (justice). Menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi seluruh golongan masyarakat perkotaan.

4. Pendorong pertumbuhan (engine of growth). Mampu berkompetisi dalam perkembangan ekonomi global dengan memanfaatkan potensi sosial budaya dan kreatifitas lokal (ekonomi kreatif), serta mampu menciptakan hierarki pasar bagi kota menengah kecil, dan perdesaan.

(43)

Riyadi juga mengaitkan peralihan kawasan dengan modernisasi. Dimana salah satu faktor yang paling berkaitan dengan peralihan desa ke kota adalah modernisasi. Menurutnya, modernisasi suatu masyarakat adalah proses transformasi atau perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Modernisasi juga banyak membawa beberapa perubahan cara hidup masyarakat, baik di desa maupun di kota.

Pengaruh kota ditengah-tengah atau atau disekitar pedesaan semakin terasa dan tampak semakin jelas, baik positif maupun negatif. Interaksi yang timbul antara desa dan kota itu telah menimbulkan berbagai gejalan sosial, ekonomi, budaya, dan politik di desa maupun di kota dan di sepanjang jalur hubungan antara desa dan kota. Misalnya mengenai kehidupan keluarga, permukiman desa dan kota, mata pencaharian masyarakat desa dan kota yang berbeda, dan mekanisme pemerintahan desa dan kota yang juga berbeda. Gejela-gejalan tersebut selain mengarah pada keserasian, juga mengarah pada berbagai kesenjangan.

(44)

objek wisata, di antaranya adalah kawasan wisata cagar budaya penggaraman dan kawasan wisata pantai.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa di kawasan tersebut, yaitu kawasan Talise telah terjadi pergeseran fungsi yang cukup signifikan yang di karenakan meningkatnya konstelasi kegiatan perdagangan ataupun jasa, terutama pada areal sepanjang pinggiran pantai yang tadinya di gunakan sebagai tempat penggaraman tradisionil, namun saat ini bergeser fungsi menjadi kawasan perdagangan dengan penggunaan bangunan jenis rumah toko (Ruko) berlantai dua. Melihat pesatnya pergeseran fungsi ini, maka perlu dilakukan pengaturan dalam perencaan teknis kawasan tersebut. karena kawasan perencanaan tersebut berbatasan dengan pantai, maka sangat potensial untuk dikembangkan berbagai sarana rekreasi disamping sebagai lahan konversi penghijauan kota.

Dalam penelitian ini melihat berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu 1999-2009, kawasan perencanaan masuk dalam BWK A (Utara) atau SWP II, dengan fungsi kegiatan permukiman, perdagangan regional, jasa, pemerintahan lokal, serta rekreasi dan olahraga. Kawasan ini termasuk salah satu tempat terkonsentrasinya kegiatan perkotaan dan paling banyak menarik pergerakan dan meningkatnya konstelasi kegiatan perdagangan/jasa. Dengan demikian jelaslah bahwa Koridor Jl. Yos Sudarso Palu sebagai kawasan perencanaan RTBL ini adalah kawasan yang memliki karaktersitik khusus baik dari segi fungsi maupun pemanfaatannya.

(45)

Pertumbuhan fisik fungsi-fungsi non hunian pada kawasan pada setiap tahunnya merubah dengan cepat karakter-karakter ruang terbuka yang menjadi wadah fungsi sosial kawasan. Permasalah terletak pada kesanggupan adaptasi tatanan sosial yang tidak secepat kemampuan tatanan fisik untuk berubah. Perubahan tatanan fisik erat kaitannya dengan perubahan pola aktivitas. Tatanan fisik yang berbeda akan memicu perilaku yang berbeda karena hubungan tibal balik antara pola perilaku dengan milleu pada kawasan. Perubahan pola aktivitas pada kawasan yang tidak dapat berasimilasi secepat perubahan elemen fisik yang mengakomodasinya cenderung menghasilkan ketimpangan adaptasi antara pola aktivitas dan perilaku (sebagai aspek tatanan sosial) dengan tatanan fisik.

Dalam penelitianya Sunaryo juga mengungkapkan kawasan hunia cenderung bersifat tidak statis, selalu berkembangn dan berubah atas faktor ekonomi, demografi, ataupun teknologi transportasi. Karena penambahan penduduk, fungsi dan pemanfaatan lahan akan berkembang dan bahkan berubah. Semua ini akan berpengaruh pada komponen kawasan. Yaitu pola jalan, guna lahan, tipologi bangunan atau struktur bangunan. Lang dalam Sunaryo (2004:4) mengemukakan setiap tatanan fisik akan mengundang atau memicu perilaku tertentu dalam beraktifitas. Sebagai sebuah lingkungan fisik dan social, sebuah kawasan akan selalu memiliki hubungan timbal balik (synormorphy) antara standing pattern of behavior dengan milieu.

(46)

Prihanto (2004:4) berpendapat bahwa pada konteks kawasan yang sedang megalami perubahan baik social, fisik, maupun teknologi, ikatan komunitas diperlukan agar masyarakatnya adaptif terhadap perubahan tersebut. Lebih lanjut lagi ditekankan oleh Lozano dalam Sunaryo (2004:4), suatu perkembangan kawasan permukiman tanpa sense of community akan menuju pada perubahan yang mengarah pada degradasi fisik maupun non fisik.

Dapat disimpulkan – dengan fungsi ruang publik sebagai wadah interaksi sosial masyarakat dan ruang dimana semua lapisan masyarakat bertemu dan berinteraksi – bahwa ruang publik potensial sebagai katalisator pembentuk ikatan sosial dalam sebuah komunitas. Ruang publik pada sebuah kawasan potensial sebagai ruang bersama dimana pelaku-pelaku aktivitas dari berbagai fungsi dalam kawasan bertemu dan berinteraksi.

Pengertian elemen fisik ruang kota diletakkan sebagai dasar kerangka analisis. Shirvani dalam Sunaryo (2004:4) menguraikan elemen fisik perancangan ruang kota terdiri dari guna lahan, sistem penghubung, ruang terbuka pendukung aktivitas, tata bangunan dan sistem penanda.

1. Guna Lahan : Hal utama dalam guna lahan adalah distribusi fungsi yang merata di ruang kota untuk meningkatkan vitalitas kota selama 24 jam sehari.

(47)

3. Sistem Penghubung : Termasuk dalam komponen sistem penghubung adalah jalur kendaraan, parkir, dan jalur pejalan kaki. Sebagai struktur lingkungan perkotaan, fungsi sirkulasi adalah sebagai elemen pembentuk, pengarah, dan pengatur pola aktivitas dan terfokus pada pergerakan.

4. Tata Bangunan : Tata Bangunan meliputi : Skala; Ketinggian; Ketebalan (bulk) ; Garis sempadan, pengaruhnya pada maju mundur bangunan; Penampilan bangunan; Karakter (style); Warna, bahan, dan tekstur. Peranan tata bangunan adalah sebagai pendefinisi ruang publik dalam suatu kawasan. Interaksi antar fungsi dan aktivitas dalam suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh skala ruang yang terbentuk oleh tata bangunan.

5. Ruang Terbuka : Ruang terbuka merupakan ruang antar bangunan meliputi semua bentuk lanskap, hardscape (jalan dan jalur pejalan kaki), ruang hijau, kanal, kolam, menara air, taman dan area rekreasi di kawasan perkotaan. Dalam konteks peningkatan kualitas ruang publik, hal yang terpenting dalam perancangan ruang terbuka adalah mendukung terjadinya interaksi sosial di dalamnya.

(48)

urbanisasiadalah “is a process of becoming urban” maka dalam artian fisiko spasial, urbanisasi bebrarti berubahnya kenampakan fisiko spasial kekotaan. Dengan kata lain, urbanisasi merupakan proses berubahnya ketiga elemen morfologi kekotaan tersebut dari sifat-sifat kedesaan menjadi sifat-sifat kekotaan.

a. Elemen Karakteristik Pemanfaatan Lahan

Elemen karakteristik pemanfaatan lahan ditekankan pada bentuk atau tipe pemanfaat lahan semata.

b. Elemen Karakteristik Bangunan

Tinjauan ini menekankan pada pembahasan fungsi dari sebuah bangunan, fungsi mana selalu berasosiasi dengan orientasi pemanfaatannya. Sesuatu kota selalu diciri khas oleh dominasi fungsi bangunan yang berorientasi pada kegiatan kekotaan atau sektor non agraris.

c. Elemen Karakteristik Sirkulasi

Secara harfiah pengertian sirkulasi adalah peredaran dan yang dimaksudkan dengan pengertian sirkulasi disini adalah hal yang berkaitan denga peredaran barang, jasa dan informasi, namun yang ditekankan adalah prasaranan yang memfasilitasi peredaran barang, jasa dan informasi tersebut, yaitu jaringan transportasi dan komunikasi.

(49)

terjadi perlu di kendalikan agar fenomena privatisasi ruang, ruang terbuka yang terdefinisi buruk, dan sebagainya tidak mengegser kepentingan pembentukan ruang-ruang terbuka publik yang berkualitas sebagai wadah kehidupan sosial pada kawasan tersebut.

Habermas dalam Susan (2009:75) mengemukakan konflik sebagai sesuatu yang inheren dalam system masyarakat. Hal ini tidak lepas dari fakta hubungan kekuasaan dalam sistem social, dan sifat kekuasaan adaalh menominsi dan diperebutkan. Fakta ini menciptakan steering problem (masalah yang selalu muncul).

Dijelaskan juga bahwa, kelompok yang berada dalam struktur dengan berbagai perangkat wewenang mampu mengarahkan berbagai bentuk kebijakan pada orang lain di luar struktur wewenang tersebut. Kondisi ini merupakan bentuk dominasi.

Pada penelitian mengenai proses peralihan kawasan yang terjadi di Kecamatan Medan Area ini, terdapat permasalahan tanah grant sultan mendominasi kawasan Kecamatan Medan Area. Berdasarkan Hak atas tanah sebelum UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria), dimana dalam Hukum Agraria sebelum berlakunya UUPA terdapat dua kutub hukum, yaitu:

1. Hukum Agraria adat, dimana hukum ini berasal dari adat istiadat atau kebiasaa penduduk pribumi yang telah menjadi aturan atau norma yang harus dipatuhi. Hukum ini mengenal hak atas tanah seperti hak ulayat, hak milik dan hak pakai.

(50)

juaga bisa disebut Hukum Perdata Barat, hukum ini melahirkan hak-hak atas tanah seperti hak eigendom, hak opsal, hak arfpacth, hak gebruik. Dalam Hukum Agraria sebelum berlakunya UUPA ini juga di terangkan mengenai Grant Sultan. Dimana diterangkan bahwa Hak Grant adalah Hak atas tanah atas pemberian Hak Raja raja kepada bangsa asing. Hak Grant dapat disebut juga Geran Sultan, Geran Datuk atau Geran Raja. Gak Grant dikenal ada 3 macam. Yaitu, Grant Sultan adalah merupakan hak untuk mengusahakan tanah, yang diberikan oleh Sultan kepada para kaula Swapraja. Hak Grant Sultan ini, didaftar dikantor Pejabat Pamong Praja. Grant Controleur adalah hak yang diberikan kepada para bukan kaula Swapraja. Hak dimaksud disebut Controleur, karena pendaftarannya dilakukan di kantor Controleur. Hak ini banyak diubah menjadi Hak Opstal atau Hak Erfpacht.

Grant Deli Maatschappy adalah hak yang diberikan oleh Sultan kepada Deli Maatschappy, lalu Deli Maatscheppy diberikan wewenang untuk memberikan bagian bagian tanah Grant kepada pihak ketiga atau pihak lain.

(51)

Sedangkan ayat 2 pasal 4 UUPA adalah, berbunyi sebagai berikut; Hak-hak atas tanah… meberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan… dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Siregar juga menambahkan jenis-jenis hak atas tanah telah diatur di dalam UUPA tetapi tidak limitative. Namun di dalamnya tidak tercantum secara eksplisit tanah hak ulayat. Hak ini merupakan sinyal bahwa pengaturan tanah hak ulayat secara tuntas masih memerlukan waktu setelah diberlakukannya UUPA tersebut.

Untuk Hak-hak atas tanah sendiri di atur pada Pasal 16 ayat 1 UUPA. Dimana hak-hak atas tanah dibagi atas delapan hak. Hak-hak tersebut yaitu mencakup pada Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan, dan Hak lain-lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.

Pasal 53 ayat 1 UUPA yang disebutkan di atas berisi sebagai berikut; Hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang dimaksud dalam pasal 16 ayat 1 huruf h, ialah hak gadai, hak usaha bagi, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian diatur sifat-sifatnya yang bertentangan dengan undang-undang ini dan hak-hak tersebut diusahakan hapusnya dalam waktu yang singkat.

(52)

Siregar mengungkapkan Hak primer, Hak sekunder, serta Hak ulayat atas tanah. Yaitu sebagai berikut:

1. Hak Primer

Hak primer atas tanah adalah hak yang diberikan kepada seorang atau badan hukum yang pertama kali berasal dari hak bangsa Indonesia dan diperoleh secara original melalui permohonan hak kepada Negara, seperti yang hak milik, hak guna bangunan di atas tanah Negara, hak guna usaha, hak pakai di atas tanah Negara dan hak pengelolaan.

2. Hak Sekunder

Hak sekunder atas tanah adalah hak yang diberikan kepada seseorang atau badan hukum yang berikutnya (bukan pertama kali) berasal dari tanah hak seseorang atau badan hukum berdasarkan perjanjian pemberian hak dan diperoleh secara derivative, seperti hak milik di atas tanah hak pengelolaan, hak guna bangunan di atas tanah hak milik dan tanah hak pengelolaan, hak sewa di atas tanah hak milik, hak usaha bagi hasil di atas tanah hak milik, hak gadai di atas hak milik dan hak menumpang di atas hak milik.

(53)
(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah Azwar (2005:5). Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam (indepth study) mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Tujuan dari studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang, status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga, ataupun komunitas, Azwar (2005:8).

Dengan metode ini diharapkan dapat melihat secara intensif proses peralihan fungsi kawasan dari kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan yang terjadi di Kecamatan Medan Area. Baik itu berawal dari latar belakang, status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi dan berkaitan dengan penelitian ini.

3.2 Lokasi Penelitian

3.2.1 Deskripsi Wilayah

(55)

Medan, Profinsi sumatera utara, dan terdiri dari 12 kelurahan. Kecamatan Medan Area berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun di sebelah barat, Kecamatan kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 107.558 jiwa. Luasnya adalah 9,05 km² dan kepadatan penduduknya adalah 20.005,80 jiwa/km²

Gambar 6

Posisi Kecamatan Medan Area Pada Peta Kota Medan

Sumber: Pemkomedan.go.id

(56)

Adapun yang menjadi pertimbangan dalam penetapan lokasi penelitian pada penelitian ini di karenakan adanya fakta-fakta yang menunjukan peralihan yang terjadi di kawasan ini, seperti: Munculnya bangunan Rumah Toko (Ruko) yang berfungsi sebagai tempat berdagang dalam jumlah yang lebih besar, dibadingkan dengan Bangunan Rumah biasa yang memang hanya berfungsi utama sebagai tempat tinggal. Berubahan Pola perilaku pada masyarakat di kawasan ini, baik dalam hal perilaku interaksi, perilaku berkegiatan, pola pikir, sampai dengan keputusan dalam memilih pekerjaan.

Selain itu, wilayah Kecamatan Medan Area dipilih karena juga merupakan wilayah yang familiar bagi peneliti. Karena peneliti bermukim di wilayah tersebut sejak tahun 1993 sampai dengan tahun 2009. Sehingga peneliti juga menyaksikan dan memahami sedikit banyak-nya mengenai kondisi dan situasi wilayah Kecamatan Medan Area. Khususnya pada masa peralihan dari kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan yang mulai terjadi pada awal tahun 2000.

3.2.2 Potensi Wilayah

Potensi wilayah dapat dilihat dari sarana dan pra-sarana serta kegiatan-kegiatan yang ada di Kecamatan Medan Area. Sarana dan pra-sarana yang ada di Kecamatan Medan Area yaitu merupakan fasilitas-fasilitas umum yang di butuhkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Seperti, rumah sakit, sekolah, rumah ibadah, sampai lapangan olahraga.

(57)

Ubi, Roti, san sebagainya. Industri-industri rumah tangga ini sangat berperan dalam perekonomian masyarakat-masyarakat di Kecamatan Medan Area. Dengan adanya industri-industri rumah tangga ini, selain membuka lapangan pekerjaan yang dapat memperkecil angka pengangguran juga dapat mengasah sumber daya manusia di Kecamatan Medan Area menjadi lebih baik.

Tabel 3

Data-data sarana dan Pra-sarana di Kecamatan Medan Area

NO. Nama Sarana dan Pra-sarana Jumlah

1. Rumah Ibadah 155 unit

Data-data Sekolah di Kecamatan Medan Area pada Setiap Kelurahan

(58)

Merah

Industri-Industri Rumah Tangga di Kecamatan Medan Area

NO. Jenis Industri Rumah Tangga

4766 lusin 1.860 orang 7. Komoditi Pengolahan

Kopi

10. Komoditi Produksi Kerupuk Ubi

2 unit usaha 81.500 bungkus 9 orang

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

(59)

setiap objek penelitian memiliki ciri dalam jumlah yang cukup luas seperti karakteristik individu tentunya meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat penghasilan. Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial. Yaitu, individu, kelompok, organisasi, sosial. Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian.

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengalami dampak pada peralihan kawasan dari kawasan pemukiman menjadi kawasan perdagangan di Kecamatan Medan Area, Kota Medan.

3.3.2 Informan

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian, Bungin (2007:76). Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Medan Area, baik yang hanya bermukim di wilayah tersebut maupun yang melakukan aktivitas perdagangan.

Pada pemilihan informan peneliti mengaktegorikan pada dua kategori, yaitu informan kunci dan informan biasa.

a. Informan Kunci

Informan kunci adalah masyarakat yang menempati wilayah tersebut, dari sebelum munculnya peralihan kawasan sampai terjadinya peralihan kawasan di Kecamatan Medan area dari kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan, atau disebut juga sebagai penduduk lama.

(60)

Kecamatan Medan Area, mulai dari masih menjadi kawasan permukiman sampai pada proses peralihan kawasan menjadi kawasan perdagangan.

Berikut adalah profil-profil informan kunci, yang merupakan penduduk lama di kecamatan Medan Area dan masih menempati wilayah tersebut sampai penelitian ini dilakukan.

1. Rahimah Lubis

Ibu rumah tangga berusia 42 tahun yang bertempat tinggal di jalan Halat. Sudah sejak lahir tinggal di Kecamatan Medan Area, karena orangtuanya juga merupakan penduduk asli kecamatan Medan Area. Ibu dari empat anak ini mengatakan kalau saat ini ia sudah tidak merasakan kenyamanan tinggal di tempat tinggalnya saat ini. Tapi untuk pindah dari kawasan tersebut ia mengatakan juga terlalu berat karena sudah terbiasa tinggal di kawasan yang menurutnya cukup strategis ini.

2. Zainal Arifin Piliang

Pria berdarah padang yang sudah sejak lahir atau 53 tahun tinggal di Kecamatan Medan Area ini sehari-harinya berprofesi sebagai penarik becak motor. Sebelum menjadi penarik becak motor, Zainal bekerja sebagai penarik becak dayung dan sekali-sekali berkerja tidak tetap sebagai kuli bangunan.

(61)

3. Yusrizal

Warga jalan Rahmadsyah yang berusia 32 tahun ini sehari-harinya bekerja sebagai satpam di salah satu komplek pertokoan yang juga terletak di kawasan Kecamatan Medan Area. Menurutnya, peralihan kawasan ini memiliki dampak yang baik bagi masyarakat disini. Terutama anak-anak muda setempat yang umunya memiliki tingkat pendidikan hanya sampai SMA.

Menurutnya banyak pekerjaan yang bisa didapatkan oleh pemuda setempat dengan munculnya pertoko-tokoan tersebut, walaupun tanpa pendidikan yang tinggi. Hal tersebut menurutnya dapat menghilangkan premanisme yang memang sejak dahulu marak di wilayah tersebut.

4 Arif Rahman

Pemuda Etnis melayu ini mengatakan bahwa peralihan yang terjadi saat ini ditempat tinggalnya harusnya dapat diseimbangkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat membantu peralihan kawan ini menjadi stabil dan terarah.

Pria yang berusia 24 tahun yang masih duduk di perguruan tinggi swasta ini mengatakan kalau ia merasa wilayahnya saat ini seperti di eksploitasi oleh pihak-pihak luar yang hanya mencari keuntungan di wilayah yang memang strategis ini.

5. Mariati

(62)

didapatkan. Ia hanya menjalani saja. Walaupun belakangan ini, beliau menyadari ada hal-hal yang membuat kehidupannya tidak tentram seperti tingkat kemanan dan kurang memadainya sarana dan prasarana.

6. Muhammad Yahya

Pria berusia 42 tahun yang berprofesi sebagai PNS ini, menganggap bahwa kawasan Kecamatan Medan Area tidak semuanya beralih fungsi. Hanya beberapa kelurahan yang mengalami peralihan fungsi menjadi kawasan perdagangan. Tapi walaupun begitu, ia mengakui hampir seluruh kecamatan bahkan yang berada di luar kecamatan ini merasakan dampak dari peralihan ini.

Menurutnya juga, kawasan ini masih dalam tahap awal peralihan. Ia memprediksikan, bahwa peralihan dan pembangunan ini akan terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ia berharap bahwa potensi yang ada di Kecamatan Medan Area semakin berkembang dengan baik, bukan malah sebaliknya.

7. Nurhayati

Nurhayati adalah seorang warga Jalan Medan Area Selatan yang bersuku Aceh dan sudah

Menempati wilayah tersebut selama empat puluh tiga tahun atau tepatnya semenjak ia lahir. Bagi nurhayati, Kecamatan Medan Area merupakan kecamatan yang strategis, tidak hanya untuk menjadi tempat bermukim, melainkan juga sebagai tempat berdagang.

(63)

bertahan di wilayah ini karena sudah terbiasa dengan wilayah ini, ditambah lagi hampir seluruh keluarga besarnya juga bertempat tinggal di wilayah ini.

8. Abu Bakar Nasution

Pria berdarah mandailing ini memang bukan merupakan warga yang menempati Kecamatan Medan Area semenjak lahir, dan juga tidak memiliki banyak keluarga di wilayah ini. Tetapi ia sudah menempati Kecamatan Medan Area selama liampuluh tahun lebih. Dahulu, yang menjadi alasan bagi Abu bakar untuk menempati wilayah ini adalah lokasinya yang nyaman karena masih banyaknya lahan-lahan kosong dan pepohonan sehingga tidak terlalu padat dan sesak untuk dijadikan tempat tinggal. Selain itu, pada lokasi ini tidak sulit ditemukannya fasilitas-fasilitas umum yang juga membantu manusia dalam berkegiatan seheari-hari. Seperti, Bank, sekolah, temapt ibadah yang banyak, sampai pasar tradisional.

9. Rahmadi

Pria yang sehari-harinya adalah sebagai penjual sate padang ini bermukim di wilayah tersebut karena menikahi wanita yang sudah terlebih dahulu bermukim di Kecamatan Medan Area. Walaupun begitu, Rahmadi sendiri sudah lebih dari tiga puluh tahun menempati wilayah ini.

(64)

Area, dengan begitu membuka peluang lebih banyak lagi bagicalon pembeli dagangannya.

10. Sumarno

Pria berdarah padang ini sudah lebih dari tiga puluh tahun menempati wilayah Kecamatan Medan Area. Sumarno menempati wilayah tersebut, dikarenakan oleh tuntutan pekerjaannya sebagai penjaga gudang beras yang berada di kawasan tersebut. Sumarno selama ini bertempat tinggal di gudang tersebut bersama ibu, istri, dan ketiga anaknya.

Walaupun alasannya bermukim di wilayah tersebut karena pekerjaannya, namun Sumarno mengetahui secara detail kondisi dan situasi di Kecamatan medan Area.

b. Informan Biasa

Informan biasa adalah masyarakat yang menempati wilayah Kecamatan Medan Area pada masa-masa dimana proses peralihan sedang berlangsung, atau dapat disebut sebagai penduduk baru. Informan biasa ini, umumnya berpindah ke kawasan tersebut hanya untuk melakukan kegiatan perdagangan.

(65)

dari kawasan permukiman. Sedangkan kuisioner di berikan untuk melihat persentase dari tanggapan masyarakat tersebut. Persentase di butuhkan untuk melihat sejauh mana proses peralihan kawasan ini sudah berlangsung di Kecamatan Medan Area.

Berikut adalah profil informan biasa yang proses mengambilan datanya dilakukan dengan melakukan wawancara.

1. Saiful

Saiful adalah pengusaha papan bunga berdarah Gayo yang bertempat tinggal di luar Kecamatan medan Area. Saiful memilih Kecamatan Medan sebagai lokasi pedagangan karena menurutnya, lokasi Kecamatan Medan Area lebih strategis dibandingkan wilayah asalnya, yaitu Kecamatan Medan Denai. Strategis bagi Saiful yaitu, akses ke wilayah lain lebih mudah dan cepat. Sehingga pengiriman papan bunga kepada pemesan bisa sampai lebih cepat waktu.

Saiful sudah dua tahun berwirausaha atau melakukan perdagangan di wilayah ini. Menurut pengakuannya, ia mendapat untung mencapai dua kali lipat semenjak ia memindahkan toko-nya ke wilayah Kecamatan Medan Area.

2. Yenni

Perempuan keturunan tionghoa ini sehari-harinya adalah pemilik toko peralatan kantor di jalan sutrisno. Yenni yang merupakan warga pindahan dari Palembang ini sudah lima tahun berdagangan di wilayah Kecamatan Medan Area. Ia mendapat rekomendasi dari kerabatnya yang sudah terlebih dahulu berdagang di wilayah ini.

(66)

Hendri adalah pemilik toko komputer yang baru membuka cabang tokonya semenjak tahun 2012. Menurut Hendri, yang menjadi alasannya membuka toko di wilayah ini karena, belum banyak usaha yang serupa dengan jenis usahanya di wilayah ini. Sehingga masih sedikit pesaingnya. Selain itu, wilayah Kecamatan Medan Area yang masih dalam proses pembangunan juga memiliki nilai positif bagi perdagangan mereka.

4. Marwan

Pengusaha kain ini juga baru membuka cabang bagi usahanya di kecamatan Medan Area. Sebelumnya ia juga memiliki toko di Pasar Sentral. Marwan memiliki alasan yang sedikit berbeda ketika memutuskan membuka usaha di kawasan ini. Ia membuka usaha di kawasan ini karena menurutnya, harga ruko di kecamatan Medan Area masih tergolong murah untuk kategori kawasan perdagangan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi, kuisioner dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara secara menadalam, oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu sebagai berikut:

(67)

Observasi yaitu kegiatan keseharian manusia dengan melakukan pengamatan secara langsung untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan, yaitu mengamati segala kegiatan ataupun aktivitas kehidupan masyarakat yang mengalami peralihan kawasan di Kecamatan Medan Area.

2. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam bertujuan untuk memproleh keterangan, pendapat secara lisan dan langsung dari seseorang dengan melakukan tanya jawab dengan informan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara ataupun panduan wawancara serta menggunakan alat bantu rekam atau tape recorder jika emmang dibutuhkan untuk mempermudah peneliti menangkap keseluruhan informasi yang diberikan informan. Wawancara terhadap informan ditunjukan untuk memperoleh data secara lengkap tentang kehidupan masyarakat yang mengalami peralihan kawasan dari kawasan pemukiman menjadi perdagangan dan melihat apa saja dampak sosial budaya yang ditimbulkan oleh hal tersebut.

3. Kuisioner

Kuesioner ialah pengumpulan data dengan menyebarkan pertanyaan yang tersusun secara sistematis dalam bentuk angket yang diberikan kepada responden dan diisi oleh responden. . Adapun yang ingin diukur dalam penelitian ini yaitu persentase dari persepsi masyarakat terhadap proses peralihan yang terjadi di Kecamatan Medan Area, dari kawasan permukiman menjadi kawasan peralihan.

(68)

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan bahan-bahan dari situs-situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

(69)

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √ √

6 Penelitian ke Lapangan √ √ √ √ √ √ 7 Pengumpulan Data dan Analisis

Data

√ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √ √ √ √

9 Penulisan Laporan √ √

Gambar

Tabel 1
Gambar 1: Peta Kecamatan Medan Area, Kota Medan
Tabel 2
 Skema Teori Kosentris Burgess, 1925Gambar 2
+7

Referensi

Dokumen terkait