• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dan Pengembangan Prototype Aplikasi Web 2.0 Dan Media Sosial Pada Kampanye Pemilu 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dan Pengembangan Prototype Aplikasi Web 2.0 Dan Media Sosial Pada Kampanye Pemilu 2014"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN

PROTOTYPE

APLIKASI WEB 2.0

DAN MEDIA SOSIAL PADA KAMPANYE PEMILU 2014

DEAN APRIANA RAMADHAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Pengembangan Prototype Aplikasi Web 2.0 Dan Media Sosial Pada Kampanye Pemilu 2014 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Dean Apriana Ramadhan

(4)

RINGKASAN

DEAN APRIANA RAMADHAN. Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI dan IRMAN HERMADI.

Jumlah pengguna Internet di Indonesia berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun tak terkecuali di ibukota pemerintahan. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta memiliki jumlah penduduk mencapai 9,6 juta jiwa dengan luas wilayah 661km² (BPS, 2010). Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa pada tahun 2012, Jumlah penduduk yang menggunakan internet adalah sebanyak 3,5 juta jiwa atau sebanyak 36% dari total penduduk di DKI Jakarta. Banyaknya pengguna internet di DKI Jakarta ini merupakan potensi yang harus dimanfaatkan oleh para caleg untuk berkampanye menggunakan teknologi informasi. Kampanye elektronik atau

e-campaign adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh aktor yang terlibat (politisi, partai politik, kandidat, masyarakat, LSM, media massa, dan lain lain) yang bertujuan melibatkan masyarakat dalam pembentukan opini publik (Nurhadryani 2009). Partai politik di negara-negara maju (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Australia, Selandia Baru) sudah dapat dipastikan sudah menggunakan internet dalam melakukan aktivitas penyebaran informasi (Crossland dan Chigona 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penggunaan media sosial oleh para calon legislatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun Dewan Perwakilan Daerah (DPD) peserta Pemilu 2014 serta calon presiden dan partai politik dalam memanfaatkan potensi dari jumlah pengguna internet yang ada. Media sosial yang diteliti adalah Facebook, Twitter, YouTube, LinkedIn dan Flickr. Penelitian ini dilakukan pada Daerah Pemilihan (Dapil) 1 baik untuk DPR maupun DPRD dan DPD di provinsi DKI Jakarta. Calon legislatif yang diteliti berasal dari 12 partai yang menjadi peserta Pemilu. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan web 2.0 dan media sosial pada aktivitas kampanye Pemilu 2014 sudah mulai dilakukan oleh aktor-aktor politik. Caleg di DKI Jakarta mulai menggunakan media sosial walaupun masih di tingkat yang minim yaitu 20%. Penggunaan website oleh caleg DKI Jakarta tercatat hanya 23%. Tidak sampai separuh dari caleg yang memanfaatkan teknologi internet untuk berkampanye. Pada parpol dan capres, website dan media sosial sudah mulai populer digunakan dan menjadi salah satu strategi dalam pelaksanaan kampanye jika dibandingkan dengan Pemilu periode sebelumnya. Hasil korelasi juga menunjukkan bahwa penggunaan media sosial khususnya Facebook dan Twitter memiliki korelasi yang cukup kuat dengan jumlah suara yang diperoleh. Penelitian ini merekomendasikan kepada aktor politik untuk memaksimalkan penggunaan media sosial sebagai salah satu strategi kampanye. Penelitian ini juga mengembangkan prototype website dan aplikasi media sosial terintegrasi yang dapat digunakan untuk aktivitas kampanye oleh para aktor politik di Indonesia

(5)

SUMMARY

DEAN APRIANA RAMADHAN. Supervised by YANI NURHARDYANI and IRMAN HERMADI.

The number of Internet users in Indonesia is growing rapidly from year to year. The Special Capital Region (DKI) of Jakarta has a population of 9.6 million people with an area of 661.52 km² (BPS, 2010). According to a survey conducted by the Association of Indonesian Internet Service Provider (APJII), in 2012 the Jakarta's population that uses the Internet is as much as 3.5 million people or about 36% of the total population. The number of Internet users in Jakarta is a potential that must be utilized by the candidates for campaigning. Electronic campaign or e-campaign is the use of information and communication technologies by the actors involved (politicians, political parties, candidates, communities, NGOs, mass media, etc.) aimed at involving the community in the formation of public opinion (Nurhadryani 2009). Political parties in developed countries (USA, Japan, Germany, Australia, New Zealand) have been using the internet to conduct information dissemination activities (Crossland and Chigona 2010).

This research aims to analyze the utilization of web 2.0 and social media by the political actors such as candidates of representatives( DPRD, DPD, and DPD) , candidates of president and political parties in utilizing the potential of the internet users, which exist in Indonesia General Election. This research was conducted at the electoral district 1 of DKI Jakarta. There are 12 parties examined. The research results shows that the use of web 2.0 and social media in the 2014 election campaign activities have been started by the political actors. Candidates in Jakarta has started using social media, although the usage is still at a minimal level of 20%. The usage of the website by candidates Jakarta recorded only 23%. On political parties and presidential candidates, websites and social media have started popularly used and become one of the strategies in the implementation of the campaign when compared to previous periods elections. Correlation results also indicate that the use of social media, especially Facebook and Twitter, has a quite strong correlation with the number of votes obtained. The study recommends that the political actors maximize the use of social media as a campaign strategy. The study also develops a prototype website and integrated social media applications that can be used for campaign activities by political actors in Indonesia.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Komputer

pada

Program Studi Ilmu Komputer

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN

PROTOTYPE

APLIKASI WEB 2.0

DAN MEDIA SOSIAL PADA KAMPANYE PEMILU 2014

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis berjudul Analisis dan Pengembangan Prototype

Aplikasi Web 2.0 Dan Media Sosial Pada Kampanye Pemilu 2014 berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Yani Nurharyani, PhD dan bapak Irman Hermadi, PhD yang telah memberi saran dan masukan selaku Komisi Pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penulis melalui program Beasiswa Unggulan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB 1 PENDAHULUAN 8

1.1 Latar Belakang 8

1.2 Tujuan Penelitian 10

1.3 Manfaat Penelitian 10

1.4 Ruang Lingkup Penelitian 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 e-Campaign 10

2.2 Website Functionality And Delivery Evaluation 11

2.3 Web 2.0, Media Sosial dan Citizen Initiated Campaign 11

BAB 3 METODE PENELITIAN 12

3.1 Penentuan Variabel 12

3.2 Penentuan Partai , Caleg dan Capres 13

3.3 Pengambilan Data 14

3.4 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik 15 3.5 Analisis Functionality And Delivery Website Partai Politik 16 3.6 Analisis Media Sosial (Facebook, Twitter, Youtube, Flickr, Google Blog

LinkedIn) Caleg, Capres dan Partai Politik 17

3.7 Analisis Website / Blog Caleg dan Capres 18

3.8 Rekomendasi Website Dan Media Sosial Untuk Kampanye 19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

4.1 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik 20 4.2 Analisis Functionality And Delivery Website Partai Politik 21

4.3 Analisis Media Sosial 24

4.4 Analisis Website / Blog Caleg dan Capres 34

4.5 Rekomendasi Website Dan Media Sosial Untuk Kampanye 38

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 44

5.1 Simpulan 44

5.2 Saran 45

UCAPAN TERIMA KASIH 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 50

(12)

DAFTAR TABEL

1 Daftar rincian caleg pemilu 2014 13

2 Daftar partai politik peserta Pemilu 2014. 14

3 Jadwal pengambilan data website, web 2.0 dan media sosial pada

Pemilu 2014 15

4 Variabel SophisticationIndex untuk website parpol (Bonson et al,

2012) 15

5 Variabel functionality and delivery website 16 6 Variabel media sosial untuk mengevaluasi media sosial parpol. 18 7 Variabel untuk mengevaluasi website atau blog caleg dan capres. 19 8 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik 20 9 Hasil pengamatan functionalityanddelivery website partai politik 21

10 Penggunaan Media Sosial oleh Caleg 25

11 Penggunaan media sosial caleg berdasarkan asal partai di DKI

Jakarta 25

12 Hasil pengamatan media sosial caleg 27

13 Pengamatan Twitter Bakal Capres 9 April 28

14 Hasil pengamatan Twitter capres 9 Juli 2014 29

15 Hasil pengamatan Facebook Page bakal capres tanggal 9 April 29 16 Hasil pengamatan Facebook Page capres 9 Juli 2014 30

17 Pemanfaatan media sosial oleh parpol 30

18 Jumlah tweet dari akun Twitter partai politik 31 19 Jumlah fans (like) dan talking about dari page Facebook parpol 32 20 Pengamatan YouTube parpol tanggal 9 April 2014 32 21 Hasil Uji Korelasi variabel media sosial (tabel 6) dengan jumlah

perolehan suara caleg di DKI Jakarta 33

22 Jumlah rata-rata caleg pengguna media sosial dan perolehan suara

perpartai 34

23 Jumlah caleg yang memiliki website 35

24 Hasil pengamatan website caleg 35

25 Pengamatan website capres tanggal 9 Juli 2014 38 26 Rekomendasi fitur CIC pada website parpol berdasarkan hasil

analisis 39

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian. 12

2 Rata-rata tweet partai politik pada rentang 5-9 April 2014 31

3 Hasil penilaian website capres 37

4 Site map prototype website untuk kampanye caleg 40

5 Prototype mobile web caleg 42

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Fitur Citizen Initiated Campaign (Gibson, 2013) 50 2 Variabel sophistication index website partai politik 53 3 Variabel penilaian functionality and delivery website partai politik 54

4 Kuesioner Pengamatan Partai Politik 57

5 Kuesioner Pengamatan Blog/ Website dan media sosial Calon

Legislatif 59

6 Kuesioner Pengamatan Blog/ Website dan media sosial Calon Presiden 61

7 Prototype website caleg 63

(14)

8

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Revolusi dari teknologi informasi dan komunikasi akhir-akhir ini tidak hanya mengubah rutinitas kehidupan dari masyarakat, tetapi juga memberikan alternatif baru tentang cara interaksi antara satu elemen masyarakat dengan elemen masyarakat yang lain. Di bidang politik, internet mulai digunakan sebagai media bagi aktor-aktor politik untuk berinteraksi dengan masyarakat konstituennya. Penelitian yang dilakukan oleh Attia et al (2012) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi khususnya website bagi partai politik terbukti mampu mengubah pola komunikasi politik di negara-negara seperti Amerika, Jepang, dan Kanada. Partai politik di negara-negara maju (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Australia, Selandia Baru) hampir dapat dipastikan sudah menggunakan internet dalam melakukan aktivitas penyebaran informasi (Crossland dan Chigona 2010). Conroy et al (2012) melakukan penelitian di California menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara partisipasi

online dan offline yang dilakukan masyarakat. Jumlah interaksi yang terjadi di media sosial bahkan berbanding lurus dengan hasil suara yang didapatkan (Tumasian 2011) dan dapat memprediksi hasil akhir pemilihan umum (Carr 2010); (Choy 2012); (Shi 2012). Namun, Goldstein dan Rainey (2010) dan Avello

et al (2011) memberikan pendapat bahwa hal tersebut harus diteliti lebih lanjut karena media sosial terkadang tidak konsisten dalam memprediksi hasil pemilihan.

Sistem politik di Indonesia menganut azas demokrasi yang artinya menempatkan rakyat sebagai elemen yang memiliki kekuasaan terbesar dalam menentukan jalannya pemerintahan. Sistem Demokrasi di Indonesia mendefinisikan bahwa kursi eksekutif (jabatan Presiden) dan legislatif yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ditentukan di Pemilihan umum (Pemilu) yang pesertanya adalah partai politik (parpol) yang telah lolos verifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 7 (KPU, 2012).

(15)

9 Menjelang Pemilu tahun 2014, mulai banyak parpol yang memanfaatkan teknologi informasi untuk melakukan kampanye dan berinteraksi dengan masyarakat. Penggunaan teknologi informasi mengubah proses kampanye yang tadinya dilakukan secara tradisional (menggunakan spanduk, baliho, leaflet dan

flyer) menjadi lebih interaktif dengan memanfaatkan teknologi internet. Salah satu teknologi yang mulai marak digunakan adalah Web 2.0 dan sosial media seperti Facebook dan Twitter.

Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 237 juta jiwa (BPS, 2010) dan menurut sebuah survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24 persen dari total populasi negara ini. Terlihat dari data tersebut bahwa terdapat potensi yang besar dari penggunaan Web 2.0 dan media sosial oleh aktor politik di Indonesia untuk meraih suara di Pemilu 2014. Aktivitas E-campaign di Indonesia sejak tahun 1998 – 2009 baru sampai pada tahap sekedar memberikan media baru untuk media kampanye (Nurhadryani, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Amirullah dan Nurhadryani (2013) menemukan bahwa pada tahun 2014 menjelang Pemilu partai politik sudah mulai marak menggunakan media sosial dalam aktivitas kampanye.

Aktivitas e-campaign terlihat pada pemilihan gubernur di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan Indonesia. DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk mencapai 9,6 juta jiwa dengan luas wilayah sebesar 661 km² (BPS, 2010). Survei yang juga dilakukan oleh APJII menyebutkan bahwa pada tahun 2012, Jumlah penduduk DKI Jakarta yang menggunakan internet adalah sebanyak 3,5 juta jiwa atau sebanyak 36% dari total penduduk. Pasangan Jokowi-Basuki yang merupakan pasangan baru berhasil memenangkan pemilihan gubernur, mengalahkan pasangan Fauzi Bowo–Nara yang merupakan pasangan incumbent. Pasangan Jokowi-Basuki didukung oleh 2 partai, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), sedangkan pasangan Fauzi Bowo-Nara didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Hanura. Pasangan Jokowi-Basuki memanfaatkan teknologi internet seperti menggunakan YouTube (https://www.youtube.com/watch?v=f-zR65eXXPc dengan jumlah view sebanyak 1,8 juta pada tanggal 19 Maret 2013) untuk media kampanye, sedangkan kubu Fauzi Bowo-Nara tidak memanfaatkannya.

(16)

10

perolehan hasil suara dari para caleg. Penelitian juga akan menyempurnakan

prototype website kampanye hasil penelitian Amirullah (2013) dengan menambahkan analisis penggunaan web 2.0 dan media sosial untuk membangun website interaktif yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kampanye politik dan membangun aplikasi media sosial untuk mendukung aktivitas kampanye.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini akan memberikan informasi tentang tingkat penggunaan web 2.0 dan media sosial oleh aktor politik peserta Pemilu Indonesia tahun 2014. Penelitian ini juga akan mengidentifikasi korelasi antara penggunaan web 2.0 dan media sosial dengan hasil perolehan suara kandidat pada Pemilu. Tujuan lainnya adalah untuk membandingkan penggunaan web dan media sosial pada Pemilu tahun 2009 dengan Pemilu tahun 2014 serta membangun sebuah prototype

website dan aplikasi media sosial interaktif untuk mendukung aktivitas kampanye para aktor politik.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan informasi tentang penggunaan internet pada aktivitas kampanye aktor politik di Indonesia. Bagi aktor politik, penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dalam menyusun strategi untuk kampanye menggunakan teknologi informasi.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Partai politik yang akan diteliti partai politik peserta Pemilu 2014 yang telah lolos verifikasi KPU yaitu sebanyak 12 dari 15 partai (3 partai merupakan partai lokal dari Aceh). Daftar Calon Tetap (DCT) calon legislatif (caleg) untuk DPR RI, DPRD dan DPD menggunakan data resmi dari KPU. Pada pemilihan presiden, bakal calon yang masuk adalah calon hasil survei Lingkaran Survei Indonesia yang berjudul “INDEKS CAPRES PEMILU 2014: CAPRES RIIL VERSIS CAPRES WACANA” pada bulan Oktober 2013. Media sosial yang akan diteliti adalah Facebook, Twitter, LinkedIn, Flickr, dan YouTube.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 e-Campaign

Kampanye elektronik atau e-campaign adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh aktor yang terlibat (politisi, partai politik, kandidat, masyarakat, LSM, media massa, dan lain lain) yang bertujuan melibatkan masyarakat dalam pembentukan opini publik (Nurhadryani 2009). E-campaign

(17)

11 yang dilakukan dalam menyebarkan berbagai informasi yang terkait dengan kegiatan politik dari aktor politik.

2.2 Website Functionality And Delivery Evaluation

Gibson dan Ward (2000) memberikan sebuah metode dalam mengevaluasi website partai politik. Evaluasi dibagi menjadi dua bagian yaitu functionality dan

delivery. Functionality adalah fungsi-fungsi yang terdapat pada website partai politik dalam menjalankan aktivitasnya di dunia maya. Fungsi-fungsi tersebut adalah information provision, campaigning, resource generation, networking, promoting participation.Information provision mengacu pada upaya partai untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat umum tentang identitas dan kebijakan partai. Campaigning adalah upaya partai untuk menarik pemilih pada website mereka. Resource generation kegiatan partai untuk menambah kekuatan finansial lewat donasi dan juga untuk merekrut kader/ simpatisan baru. Networking

mengacu pada kemampuan partai untuk membangun dan memperkuat hubungan internal partai maupun eksternal dengan pihak lain. Promoting participation

adalah upaya pengingkatan keterlibatan masyarakan dalam proses politik.

Delivery adalah tingkat efektivitas dari penyaluran fungsi-fungsi website partai politik. Delivery dibagi menjadi enam komponen dasar yaitu presentation and apperance (daya tarik visual), accessibility (kemampuan website untuk dapat terakses oleh masyarakat), navigability (kemudahan penelusuran informasi dalam website), freshness (keterbaruan informasi), responsiveness (kemampuan merespon permintaan dari pengguna) dan visibility (keberadaan website di jaringan internet).

2.3 Web 2.0, Media Sosial dan Citizen Initiated Campaign

Boyd (2010) mendefinisikan media sosial sebagai sebuah layanan web yang memungkinkan pengguna membuat sendiri profil dan dapat menentukan sendiri dengan siapa pengguna dapat saling terhubung. Gibson (2013) menyebutkan bahwa perubahan pola komunikasi partai dan perkembangan pesat dari media sosial menimbulkan fenomena baru di masyarakat yang disebut dengan citizen initiated campaign (CIC). Teknologi internet membuat masyarakat tergerak untuk ikut dalam aktivitas kampanye secara aktif. Masyarakat mulai bertindak sebagai agen kampanye dari partai politik dengan memanfaatkan informasi dan bahan kampanye dari website ataupun media sosial partai. Masyarakat mengambil informasi dari website atau media sosial partai, kemudian secara aktif menyebarkannya dengan menggunakan akun media sosial pribadi atau blog pribadi. Fenomena ini membuat partai politik harus menyediakan konten dan fitur untuk mendukung citizen initiated campaign. Gibson (2013) membagi variabel

(18)

12

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Variabel

Secara umum, alur penelitian yang digunakan terdapat pada Gambar 1. Penelitian diawali dengan menentukan variabel penelitian. Pada tahap ini dilakukan studi literatur tentang e-campaign, web 2.0, media sosial, sistem demokrasi Indonesia dan sistem penyelenggaraan Pemilu tahun 2014.

Menentukan Twitter, YouTube, Flickr, LinkedIn)

caleg , capres dan partai politik

Menganalisis media sosial (Facebook, Twitter, YouTube, Flickr, LinkedIn)

caleg , capres dan partai politik

Mengembangkan

(19)

13

3.2 Penentuan Partai , Caleg dan Capres

Tahap ini melakukan observasi terhadap nama-nama calon dari masing-masing partai yang menjadi peserta Pemilu legislatif maupun eksekutif. Dasar penentuan daerah adalah 10 daerah dengan produk domestik regional bruto (PDRB) tertinggi dan 1 daerah perwakilan yang memiliki PDRB terendah. Data yang digunakan sebagai acuan adalah data PDRB tahun 2010 yang diperoleh dari BPS. Jumlah caleg DPR RI adalah 987 dengan jumlah kursi yang diperebutkan sebanyak 89 kursi. Caleg untuk DPD berjumlah 35 orang dengan jumlah kursi yang diperebutkan adalah 4 kursi. Caleg untuk DPRD dapil 1 Jakarta berjumlah 142 orang dengan jumlah kursi yang diperebutkan adalah 12 kursi. Rincian caleg dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Daftar rincian caleg pemilu 2014

Level Daerah Pemilihan (Dapil) Jumlah partai Total caleg Jumlah kursi

DPR-RI DKI Jakarta (Dapil 1) 12 72 12

DPR-RI Jawa Timur (Dapil 1) 12 118 10

DPR-RI Jawa Barat (Dapil 2) 12 119 10

DPR-RI Jawa Tengah (Dapil 1) 12 96 8

DPR-RI Sumatera Utara (Dapil 1) 12 119 10

DPR-RI Kalimantan Timur 12 96 8

DPR-RI Riau (Dapil 1) 12 72 6

DPR-RI Banten (Dapil 2) 12 71 6

DPR-RI Sulawesi Selatan (Dapil 1) 12 96 8

DPR-RI Sumatera Selatan (Dapil 1) 12 92 8

DPR-RI Maluku Utara 12 36 3

DPRD DKI Jakarta (Dapil 1) 12 142 12

DPD DKI Jakarta non-partai 35 4

Total 1164 105

Partai yang akan diteliti adalah partai politik yang resmi menjadi peserta Pemilu 2014. Partai-partai ini telah lolos verifikasi KPU. Rincian daftar parpol terdapat pada Tabel 2.

(20)

14

adalah individu yang memiliki elektabilitas tinggi namun tidak didukung oleh elektabilitas partai atau adalah individu yang tidak menempati jabatan struktural partai. Rincian dari capres riil dan capres wacana . Capres riil tersebut adalah Megawati Soekarno Putri, Aburizal Bakrie, pemenang konvensi Partai Demokrat (Dahlan Iskan, Pramono Edhi Wibowo, Marzuki Ali, Gita Wirjawan, Anies Baswedan). Capres wacana adalah Jokowi (bukan struktural partai), Prabowo Subianto dan Wiranto (elektabilitas partai pengusungnya kecil) serta objek capres lainnya yaitu Surya Paloh yang merupakan pendatang baru. Seiring dengan perkembangan politik, beberapa bakal capres ditambahkan ke dalam penelitian.

Tabel 2 Daftar partai politik peserta Pemilu 2014. No urut

partai Nama partai Alamat website

1 Partai NasDem (NasDem)** www.partainasdem.org 2 Partai Kebangkitan Bangsa* (PKB) www.dpp.pkb.or.id 3 Partai Keadilan Sejahtera* (PKS) www.pks.or.id 4 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan*

(PDI-P)

www.pdiperjuangan.or.id 5 Partai Golongan Karya* (Golkar) www.golkar.or.id

6 Partai Gerakan Indonesia Raya* (Gerindra) www.partaigerindra.or.id 7 Partai Demokrat* (PD / Demokrat) www.demokrat.or.id 8 Partai Amanat Nasional* (PAN) www.pan.or.id 9 Partai Persatuan Pembangunan* (PPP) www.ppp.or.id 10 Partai Hati Nurani Rakyat* (Hanura) www.hanura.com 15 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

(PKPI)***

www.pkpindonesia.or.id Catatan:

* Partai yang memiliki kursi di DPR hasil Pemilu sebelumnya. ** partai yang baru ikut pada Pemilu 2014.

***partai yang lolos ke Pemilu 2014 setelah mengajukan banding.

3.3 Pengambilan Data

Pencarian akun media sosial dilakukan dengan menggunakan fasilitas search

(21)

15 Tabel 3 Jadwal pengambilan data website, web 2.0 dan media sosial pada Pemilu

2014

Kegiatan Pemilu Tanggal Periode Pengambilan 3.4 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik

Analisis website parpol dengan metode sophistication index Bonson et al

(2012). Variabel dapat dilihat pada Tabel 4. Tiap variabel akan memiliki nilai 1 jika ada, 0 jika tidak ada. Variabel akan diamati dari website resmi parpol. Cara penilaian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4 Variabel Sophistication Index untuk website parpol (Bonson et al, 2012)

Level Variabel*

Official website Podcasts from the management RSS or Atom

Vodcast from the management

Real time webcasts of the party events widgets

blog

Social media link to official YouTube Videos from the website

social network of the user official twitter account official facebook group official linkedIn group official Youtube Channel

(22)

16

3.5 Analisis Functionality And Delivery Website Partai Politik

Analisis functionality dan delivery web merujuk pada Gibson dan Ward (2000). Cara penilaian tiap variabel akan mengacu kepada Amirullah (2013). Variabel dapat dilihat pada Tabel 5. Setiap variabel akan memiliki nilai yang berbeda sesuai dengan variabel yang diamati. Cara penilaian untuk functionality

dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 5 Variabel functionality and delivery website

Functionality Delivery

Policies Live streaming Present (4)

Document VII. Accessibility Present (1) Absent

(0)

Newslater No frames option

Media release Text only option

People/whos who Text only document

to download

Leader profile Foreign language

Candidate profile Blind/visual

impaired softwere

Donation Download form (1) Site map/index

Online enquiry (2) VIII. Navigability

Online transaction (3) Navigation tips Present (1) Absent

(0) Merchandise

purchase index

Download form (1) Number of search

engine (+n)

Total count of all results (0-n)

Online enquiry (2) Homepage icon on

each page

Present (1) Absent (0)

Online transaction (3) Major site area link Present (1) Absent (0)

III. Networking Site map/index Present (1) Absent

(0)

(23)

17

Functionality Delivery

(0-n)

Partisan link Total count of all links (0-n)

Update daily Yes (6)

Reference link Total count of all links (0-n)

1 to 2 days Yes (5)

IV. Participation 3 to 7 days Yes (4)

Openness Total count of all emails

listed (0-n)

Every 2 weeks Yes (3)

Feedback index Email address on site (1)

Specific email address

Interaction index Gimmicks to play (1) More than 6 month Yes (0)

Bulletin or Guestbook (2)

Site working Yes (1)

Chat room (3) X. Visibility

Opportunity for online debate (4)

Number of link in Total count of all links (0-n) V. Campaigning

Negative campaigning

Present (1) Absent (0)

Targetting Index Total count of all target (0-n)

Download logo Present (1) Absent (0)

Cookie Present (1) Absent (0)

3.6 Analisis Media Sosial (Facebook, Twitter, Youtube, Flickr, Google Blog LinkedIn) Caleg, Capres dan Partai Politik

(24)

18

Aktivitas media sosial akan diamati dengan menggunakan kuesioner yang terdapat pada Lampiran 4, 5 dan 6.

Tabel 6 Variabel media sosial untuk mengevaluasi media sosial parpol. Media

sosial Variabel

Twitter

Keberadaan akun twitter (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah pengikut (0-n)

Jumlah tweet (0-n) Jumlah twitter list (0-n)

Tingkat aktivitas akun Twitter (harian, mingguan, bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan, tahunan, tidak ada aktivitas)

Jumlah percakapan di twitter (0-n) Jumlah follow (0-n)

Facebook (group)

Keberadaan dari grup Facebook (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah grup Facebook (0-n)

Jumlah anggota dari grup Facebook (0-n)

Facebook (page)

Keberadaan dari page Facebook (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah pages dari Facebook (0-n)

Jumlah fans (like) dari page Facebook (0-n) Jumlah talking4dari page Facebook (0-n)

Tingkat aktivitas page facebook resmi (harian, mingguan, bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan, tahunan, tidak ada aktivitas)

YouTube

Keberadaan dari channel youtube (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah subscribers (0-n)

Jumlah percakapan (0-n) Jumlah video (0-n) Jumlah view (0-n)

Tanggal lastupload video (jarak dengan tanggal pengamatan (h-1, h-2))

Blog

Google Jumlah blog google (0-n)

Flickr

Keberadaan dari akun Flickr (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah video (0-n)

Jumlah foto (0-n)

Tanggal lastupload (jarak dengan tanggal pengamatan (h-1, h-2)) Aktivitas media sosial caleg dan capres akan menggunakan variabel pada Tabel 6 yang ditambahkan variabel personalaccount berupa jumlah account dan

friend pada media sosial Facebook.

3.7 Analisis Website / Blog Caleg dan Capres

(25)

19 atau blog caleg dapat dilihat pada Tabel 7. Tiap variabel akan memiliki nilai 1 jika ada, 0 jika tidak ada. Variabel akan diamati dari website atau blog caleg. Kuesioner untuk pengamatan website atau blog dan aktivitas media sosial caleg dan capres dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Tabel 7 Variabel untuk mengevaluasi website atau blog caleg dan capres.

Variabel Deskripsi*

Fungsi Informasi

Informasi umum caleg Informasi umum tentang jati diri caleg/capres

Tagline Tagline dari caleg/capres

Visi dan misi Visi dan misi caleg/capres

Program kerja Program kerja yang akan diusung oleh caleg/capres

Informasi terkait kampanye (event, jadwal, dan lain sebagainya)

Informasi terkait dengan kampanye caleg/capres

Newsletter Fasilitas newsletter yang disediakan oleh caleg/capres

informasi kontak (telepon, fax,

office, email)

Informasi untuk mengontak caleg/capres

Link ke URL lain Link ke partai atau lainnya Fitur audio/video fitur audio/video

Fungsi Komunikasi

Fungsi email Email yang dapat digunakan untuk mengontak caleg/capres yang dicantumkan di dalam blog/website

Q&A Daftar pertanyaan dan jawaban dari hal-hal yang berkaitan dengan caleg/capres

Fitur interaktif lainnya (polling dan lain sebagainya)

Fitur interaktif lain seperti polling, live chatting

dan lain sebagainya

Official Twitter account Akun Twitter yang dicantumkan di blog

Official Facebook group Grup Facebook yang dicantumkan di blog

Official Facebook page/personal

Akun personal/page Facebook yang dicantumkan di blog

Official Linkedin group Grup LinkedIn yang dicantumkan di blog

Official Youtube Channel Channel YouTube yang dicantumkan di blog * 1 jika ada, 0 jika tidak ada

3.8 Rekomendasi Website Dan Media Sosial Untuk Kampanye

(26)

20

menghasilkan rekomendasi yang akan dijadikan dasar untuk membuat prototype

website kampanye parpol untuk meningkatkan partisipasi dari masyarakat dalam aktivitas kampanye. Pembuatan prototype ini akan mengacu pada hasil studi dari Gibson (2013) tentang citizen initiated campaign di Inggris. Prototype website akan dibangun dengan mengkombinasikan hasil penelitian dengan studi literatur. Hasil analisis penggunaan media sosial akan menjadi dasar untuk membangun sebuah prototype aplikasi untuk kegiatan kampanye di media sosial bagi aktor politik di Indonesia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik

Pada pengamatan sophistication index ini (Tabel 8), terdapat dua website partai yang tidak bisa diakses, yaitu website partai PDIP dan PKPI. Hasil analisis

sophistication index menunjukkan bahwa website partai politik tidak menggunakan fitur-fitur web 2.0 dengan maksimal. Tidak ada satu pun website partai politik yang menyediakan layanan podcast, vodcast, dan webcast. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak populernya ketiga fitur tersebut di Indonesia. Fitur RSS juga hanya dimiliki oleh 4 parpol. Semua website parpol sudah menggunakan fitur widgets dan blog. Fitur widgets yang banyak digunakan adalah

widgets untuk menampilkan data media sosial partai. Partai sudah memberikan kesempatan kepada pengguna untuk memberikan komentar pada setiap berita yang ada di website melalui fitur blog. Hal ini mengkonfirmasi bahwa website partai politik mulai membangun komunikasi dua arah dengan masyarakat. Semua website parpol sudah mencantumkan media sosial di halaman depan. Hal ini menunjukkan bahwa parpol sudah membuka jalur komunikasi dua arah di dunia maya dengan masyarakat. Media sosial yang dicantumkan adalah Facebook Page, Twitter dan Youtube, sedangkan Linkedin dan Facebook Group tidak dicantumkan sama sekali. Tidak adanya parpol yang menggunakan Linkedin mengindikasikan bahwa parpol kurang melakukan kampanye ke kalangan profesional. Hanya Partai Gerindra dan Partai Demokrat yang memiliki fasilitas forum diskusi yang terintegrasi dengan website, sedangkan partai yang lainnya lebih memilih untuk membuka jalur diskusi lewat media sosial dan tidak menyediakan forum khusus di website.

Tabel 8 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik

(27)

21

Variabel

Nomor urut partai

1 2 3 4* 5 6 7 8 9 10 14 15*

Real time webcasts of the party events

* website tidak bisa diakses

4.2 Analisis Functionality And Delivery Website Partai Politik

Tabel 9 Hasil pengamatan functionalityanddelivery website partai politik

(28)
(29)

23

Berdasarkan information provision, terlihat bahwa secara umum partai-partai peserta pemilu 2014 memberikan informasi tentang partai-partai di website mereka. Semua partai mencantumkan sejarah partai, profil pimpinan partaidi halaman web. Hal ini merupakan bukti keseriusan dari partai untuk lebih mengenalkan profil partai secara terbuka ke masyarakat. Fitur yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh partai politik di indonesia adalah policies, FAQ dan event calendar. Policies berisi tentang kebijakan-kebijakan atau keputusan partai. FAQ berisi tentang pertanyaan yang sering ditanyakan oleh masyarakat seputar partai. Event calendar berisi tentang jadwal kegiatan yang dilakukan oleh partai pada tanggal tertentu. Hal ini patut dicantumkan agar masyrakat dapat mengetahui kegiatan partai sehingga dapat menjadwalkan diri untuk berpartisipasi dalam kegiatan partai tersebut. Pada variabel information provision, Partai Persatuan Pembangunan memiliki nilai terbaik, yaitu 10. Pada resource generation, terlihat bahwa partai politik di Indonesia belum memanfaatkan website untuk menggalang dana masyarakat dari aktivitas donasi, jual-beli souvenir atau atribut partai. Hanya partai Gerindra yang mengimplementasikan fitur ini pada website nya dengan total nilai 3.

Pada fitur networking, partai Demokrat merupakan partai yang banyak mencantumkan link ke website lain baik secara internal maupun eksternal (total nilai 94). Partai Demokrat juga merupakan partai yang tingkat interaction index

pada fitur participation nya tertinggi. Website partai Demokrat memiliki forum diskusi dan e-learning. Hal ini menunjukkan bahwa partai Demokrat memiliki komitmen untuk membangun interaksi dengan masyarakat lewat website mereka yang belum diikuti oleh partai lainnya. Pada fitur campaigning, terlihat bahwa partai politik di Indonesia belum semua memanfaatkan media website untuk menjaring volunteer/ simpatisan secara online. Nilai tertinggi hanya 9, yaitu untuk Partai Gerindra dan Partai Demokrat.

(30)

24

diunggah pada layanan YouTube kemudian di-embed ke website partai. Hal ini menunjukkan bahwa website parpol sudah mulai memanfaatkan layanan video hosting untuk memperkaya konten website. Fitur livestreaming belum digunakan dengan baik, hanya partai Nasdem yang mengimplementasikan fitur ini di website mereka. Hal ini disebabkan oleh kecendrungan Partai yang lebih memilih memanfaatkan media televisi untuk siaran langsung. Pada bagian accessibility, hanya PKS yang menyediakan layanan foreign languange. Terlihat bahwa partai politik di Indonesia belum berani untuk go international dengan menyediakan layanan bahasa asing pada website mereka. Pada bagian navigability, semua website sudah mencantumkan homepage icon pada setiap halaman, namun untuk lebih mempermudah pengguna, website parpol perlu menambahkan navigation tips dan site map agar pengguna lebih nyaman dalam menjelajah website. Dari segi freshness, terlihat bahwa sebagian besar website parpol melakukan update

secara harian (nilai 7). Hal ini mengindikasikan bahwa partai politik sudah memasukkan website sebagai bagian dari strategi kampanye mereka. Detail analisis functionality and delivery website parpol dapat dilihat pada Tabel 9.

4.3 Analisis Media Sosial

4.3.1 Penggunaan Media Sosial oleh Caleg

Pencarian akun media sosial caleg dilakukan dengan menggunakan fasilitas

search pada masing-masing media sosial. Pencarian akun media sosial dilakukan untuk caleg pada wilayah DKI Jakarta (249 caleg) dan caleg pembanding di daerah lain (1164 caleg). Satu caleg kemungkinan bisa memiliki lebih dari satu media sosial. Penggunaan media sosial oleh caleg baik secara keseluruhan maupun caleg yang terpilih dapat dilihat pada tabel 10.

Hasil observasi menunjukkan bahwa baik dari caleg di DKI Jakarta ataupun caleg daerah lain, akun Facebook personal dan Twitter merupakan media yang paling banyak digunakan oleh para caleg. Hal ini sejalan dengan tingkat kepopuleran Facebook dan Twitter di Indonesia. Facebook dan Twitter merupakan media sosial terpopuler di Indonesia (APJII, 2014). Hal ini didukung oleh kebijakan dari beberapa provider seluler yang memberikan akses gratis terhadap Facebook dan Twitter kepada para konsumen. Fitur Group dari Facebook ternyata tidak populer untuk digunakan. Penggunaan YouTube masih rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya sumberdaya yang dimiliki caleg untuk membuat sebuah video. Pengamatan juga menunjukkan bahwa sangat sedikit sekali caleg yang memiliki akun Flickr. Hal ini menginformasikan bahwa penggunaan Flickr yang masih belum populer di Indonesia.

(31)

25 ini masih terbilang rendah namun merupakan awal yang baik bagi adopsi penggunaan media sosial bagi para caleg.

Tabel 10 Penggunaan Media Sosial oleh Caleg

Variabel

Memiliki Facebook Personal 42 37

Memiliki Twitter 37 26

Memiliki Facebook Page 23 13

Memiliki YouTube Channel 11 4

Memiliki Facebook Group 4 3

Memiliki Flickr 1 0

Rata-rata 20 16

*daerah pengamatan selain DKI Jakarta

Tabel 11 Penggunaan media sosial caleg berdasarkan asal partai di DKI Jakarta

Partai Jumlah

caleg

Persentase Penggunaan Media sosial (%)

Persentase Rata-rata Twitter

Facebook Youtube Flickr

Group Page Personal

(32)

26

ini disebabkan karena dari caleg DPD bukan merupakan caleg dari Partai sehingga perlu upaya lebih untuk mengenalkan diri ke masyarakat. Apabila dilihat berdasarkan asal partai dari caleg, Partai Nasdem merupakan partai yang calegnya paling banyak memanfaatkan media sosial disusul oleh PKS, Demokrat dan PDIP. Hal ini disebabkan karena Partai Nasdem merupakan partai baru sehingga lebih menggunakan banyak media komunikasi untuk memperkenalkan caleg dari partainya ke masyarakat. PBB , PKB, PKPI dan PPP merupakan partai yang calegnya sangat rendah dalam penggunaan media sosial untuk kampanye yaitu dengan persentase rata-rata kurang dari 15%.

Hasil pengamatan media sosial caleg terdapat pada tabel 12. Pada Twitter, dari jumlah percakapan yang ada terlihat bahwa caleg sudah merespon pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat atau dengan kata lain sudah terjadi komunikasi dua arah dengan menggunakan Twitter. Data juga menunjukkan bahwa ada caleg yang sangat aktif berinteraksi dengan masyarakat di dunia Twitter dan ada juga yang sama sekali tidak pernah merespon tweet. Rata-rata tingkat aktivitas di Twitter bernilai 6, artinya minimal digunakan seminggu sekali oleh caleg untuk kampanye. Jumlah akun yang diikuti oleh caleg merepresentasikan bahwa caleg juga mengikuti perkembangan opini masyarakat lewat kicauan-kicauan di dunia Twitter. Jika dibandingkan caleg dengan jumlah

follower terbesar dengan jumlah total suara sah untuk Dapil 1 Jakarta yang berjumlah 1,2 juta suara, perbandingannya adalah 12 %. Angka ini masih terbilang kecil, namun menunjukkan bahwa masyarakat mulai memperhatikan aktivitas caleg via Twitter. Data menunjukkan bahwa caleg dengan jumlah

follower terbesar ini terpilih menjadi anggota legislatif untuk DPD dengan jumlah perolehan suara terbesar yaitu 511.323. Jika dibandingkan jumlah follower dengan jumlah suara minimum caleg untuk terpilih menjadi DPD di DKI Jakarta (368.397 suara), perbandingannya adalah 40%.

Pada media sosial Facebook , dapat terlihat bahwa aktivitas page dari caleg berada di nilai 6 artinya terdapat aktivitas minimal sebanyak 1 minggu sekali.

Fans like dan talking about mengindikasikan bahwa masyarakat mengikuti perkembangan aktivitas caleg tersebut. Caleg dengan jumlah fans (like) terbanyak yaitu sebanyak 21.264 atau sekitar 1,7% dari total suara sah Dapil 1 Jakarta. Facebook group tidak terlalu tinggi pemakaiannya dengan rata-rata jumlah anggotanya mencapai 516 atau hanya sekitar 0,042 % dari total suara sah. Rata-rata caleg memiliki jumlah friend sebanyak 1.423 di setiap akun yang dimilikinya atau 0,1% dari total suara sah Dapil 1 Jakarta. Jika dibandingkan jumlah friend

ini dengan jumlah suara minimal bagi caleg terpilih di DPRD (4911 suara), perbandingannya adalah cukup tinggi yaitu 29%.

(33)

27 Tabel 12 Hasil pengamatan media sosial caleg

Variabel Nilai Tanggal last upload video (jeda

dengan hari dengan pengamatan

25 14 90 2

4.3.2 Penggunaan Media Sosial oleh Bakal Capres

Pada media sosial Twitter, seluruh bakal capres yang diamati memiliki akun Twitter. Hanya akun Twitter dari capres Megawati yang kurang aktif, selebihnya akun capres lain aktif melakukan aktivitas setiap harinya. Dahlan Iskan memiliki jumlah tweets tertinggi pada saat data diambil tanggal 9 April 2014 (tabel 13). Pada pengambilan data 9 Juli 2014, terlihat peningkatan yang signifikan dari

(34)

28

antara jumlah suara yang diperoleh oleh Jokowi dengan jumlah followernya adalah 2,5%.

Tabel 13 Pengamatan Twitter Bakal Capres 9 April

Bakal Capres

Twitter

Followers Tweet Aktivitas*

Joko Widodo 1.390.261 1.067 6

Dahlan Iskan 1.082.623 35.586 7

Jusuf Kalla 863.940 3.739 7

Wiranto 718.905 1.492 7

Prabowo Subianto 667.722 7.828 7

Gita Wirjawan 589.906 4.932 7

Mahfud M D 539.836 5.164 7

Anies Baswedan 449.790 23.698 7

Aburizal Bakrie 420.002 8.036 7

Pramono Edhi Wibowo 227.234 1.728 7

Marzuki Ali 222.341 13.787 7

Dino Patti Djallal 205.462 5.019 7

Ahmad Heryawan 167.440 13.409 7

Irman Gusman 69.650 1.899 7

Ali Masykur Musa 44.736 11.282 7

Endriartono Sutarto 14.450 1.639 7

Surya Paloh 9.307 82 3

Hayono Isman 2.787 308 7

Megawati Soekarno Putri 1.429 21 1

Rhoma Irama 1.203 15 1

Sinyo Harry Sarundajang 364 1 1

Rata-rata 360.626 6.773 6 Maksimum 1.390.261 35.586 7 Minimum 364 1 1

(35)

29 Tabel 14 Hasil pengamatan Twitter capres 9 Juli 2014

Capres Jumlah

Tabel 15 Hasil pengamatan Facebook Page bakal capres tanggal 9 April Bakal Capres Fans(like) Talking about

(36)

30

kenaikan signifikan dari halaman Jokowi dan Prabowo (tabel 16). Jokowi unggul di talking about, sedangkan Prabowo unggul di jumlah fans (like). Menjelang pemilihan capres, Jokowi terlihat berusaha memaksimalkan halaman Facebook-nya dengan menambahkan tag verified yang pada akhirnya menaikan jumlah like

dari masyarakat. Baik di Facebook maupun di Twitter, kedua capres sama-sama aktif menggunakan media sosial tersebut sebagai media kampanye. Jika dibandingkan dengan jumlah suara yang diperoleh oleh masing-masing capres, perbandingan untuk Prabowo adalah 12,9% dan Jokowi 2,5%. Pada saat kampanye capres, kedua kubu terlihat lebih fokus menggunakan media sosial Facebook dan Twitter dibandingkan dengan media sosial lain (YouTube dan Flickr)

Tabel 16 Hasil pengamatan Facebook Page capres 9 Juli 2014 Capres Fans(like) Talking about

Prabowo Subianto 8.071.308 250.000

Jokowi 1.777.636 400.000

4.3.3 Penggunaan Media Sosial oleh Parpol

Tabel 17. Pemanfaatan media sosial oleh parpol

Partai Twitter Facebook Youtube Flickr

Grup Page Personal

Nasdem  ×   ×

PKB  ×  ×  ×

PKS  ×  ×  

PDI-P  ×  ×  ×

GOLKAR  ×  ×  

GERINDRA  ×  ×  ×

DEMOKRAT  ×  ×  ×

PAN  ×  ×  ×

PPP  ×  ×  ×

HANURA  ×  ×  ×

PBB  ×  × × ×

PKP × × × ×

(37)

31 Tabel 18. Jumlah tweet dari akun Twitter partai politik

Partai Jumlah Tweet

05-Apr 06-Apr 07-Apr 08-Apr 09-Apr Nasdem 17.010 17.052 17.156 17.223 17.228 PKB 27.820 27.826 27.842 27.856 27.858 PKS 17.825 17.942 17.978 18.075 18.131 PDI-P 20.195 20.275 20.316 20.386 20.442 GOLKAR 12.300 12.310 12.336 12.365 12.367 GERINDRA 46.071 46.143 46.254 46.361 46.459 DEMOKRAT 3.876 3.886 3.891 3.901 3.915 PAN 5.940 5.942 5.958 5.963 5.963 PPP 4.277 4.299 4.328 4.357 4.356 HANURA 1.251 1.251 1.251 1.251 1.255 PBB 170 172 172 172 172 PKP - - - - -

Gambar 2. Rata-rata tweet partai politik pada rentang 5-9 April 2014 Pada media sosial Twitter, terlihat bahwa partai Gerindra memiliki jumlah

tweet yang paling tinggi dibandingkan dengan partai politik lainnya (Tabel 17). Akun Twitter dari Gerindra juga telah diverifikasi oleh pihak Twitter sedangkan akun Twitter dari partai politik lain belum terverifikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa Partai Gerindra juga melakukan kampanye secara serius di dunia Twitter. Pada rentang tanggal 5-9 April yang merupakan masa tenggang kampanye pemilu legislatif, terlihat bahwa hampir semua akun Twitter partai politik masih melakukan kicauan untuk berkampanye setiap harinya (Tabel 18). Partai Gerindra

0 20 40 60 80 100 120

J

um

la

h

tw

ee

t

(38)

32

merupakan partai yang paling aktif melakukan aktivitas tweet dengan rata-rata 97

tweet perhari (Gambar 2). PBB tampak tidak memaksimalkan penggunaan Twitter untuk aktivitas kampanye, hal ini terlihat dari rendahnya jumlah tweet.

Tabel 19 Jumlah fans (like) dan talking about dari page Facebook parpol Partai Jumlah fans (like) Jumlah talking about

Tabel 20 Pengamatan YouTube parpol tanggal 9 April 2014

Parpol Jumlah

Pada media sosial Facebook, semua parpol beraktivitas setiap hari pada,

(39)

33 bagian dari strategi kampanye. Jumlah talking about dari partai Gerindra juga tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat banyak membicarakan seputar partai Gerindra di dunia Facebook. Pada YouTube, terlihat bahwa Gerindra memiliki jumlah view paling banyak yang kemudian disusul oleh PKS (tabel 20) . Jika dari jumlah video yang di-upload, terlihat bahwa Gerindra dan PKS cukup signifikan dalam menggunakan layanan YouTube. Pada Flickr, tak banyak parpol yang menggunakan layanan ini, hanya terdapat 3 parpol yaitu PKS, PKB dan PDI-P. Tingkat aktivitas akun Flickrnya pun pasif.

4.3.4 Uji Korelasi

Secara umum, hasil korelasi (Tabel 21) mengindikasikan bahwa Facebook dan Twitter memiliki peran yang penting dalam meningkatkan jumlah suara caleg di DKI Jakarta. Facebook dan Twitter dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan para pemilih. Semua variabel di Twitter menunjukkan korelasi yang cukup kuat dan signifikan pada jumlah perolehan suara caleg di DKI Jakarta. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak follower, tweet, twitter list, percakapan dan follow pada akun twitter caleg, maka akan semakin banyak pula suara yang akan diperoleh oleh caleg tersebut. Hasil ini merekomendasikan agar caleg aktif dalam menggunakan akun Twitter untuk kampanye di DKI Jakarta.

Tabel 21 Hasil Uji Korelasi variabel media sosial (tabel 6) dengan jumlah perolehan suara caleg di DKI Jakarta

Media Sosial Nilai Korelasi

Twitter

Jumlah follower 0,419*

Jumlah tweet 0,481*

Jumlah twitter list 0,484*

Jumlah percakapan 0,523*

Jumlah follow 0,309*

Facebook

Jumlah grup Facebook 0,014

Jumlah fans (like) dari page 0,052

(40)

34

Tabel 22 Jumlah rata-rata caleg pengguna media sosial dan perolehan suara perpartai

Partai Jumlah Rata-rata caleg yang

menggunakan media sosial (%) Perolehan Suara Partai* Nasdem 27 43.097

PKS 24 138.029

DEMOKRAT 24 115.382

PDI-P 22 301.010

GERINDRA 17 158.604

PAN 17 86.234

HANURA 17 68.217

GOLKAR 15 116.472

PPP 12 171.269

PKP 11 8.958

PKB 10 75.423

PBB 8 15.733

*sumber: Dokumen rekapitulasi DPR dan DPD pada website resmi KPU (2014) dan rekapitulasi DPRD pada website resmi KPUD Jakarta (2014)

Pada media sosial Facebook, terlihat bahwa jumlah account personal dan jumlah friend berkorelasi cukup kuat dengan jumlah suara caleg. Berdasarkan hasil ini, caleg direkomendasikan untuk mengoptimasi penggunaan akun Facebook personal untuk kampanye. Pada media sosial Youtube, caleg diharapkan dapat meningkatkan jumlah subcribers dan jumlah view dari channel-nya masing-masing.

Jika dikorelasikan antara jumlah rata-rata caleg pengguna media sosial dengan jumlah perolehan suara perpartai untuk daerah Dapil 1 DKI Jakarta (tabel 22), akan diperoleh nilai korelasi yang cukup tinggi, yaitu 0,35. Berdasarkan nilai korelasi ini, partai politik perlu memberikan pelatihan khusus kepada para kadernya untuk menggunakan media sosial karena dapat membantu untuk meningkatkan suara partai di daerah tersebut. Semakin banyak kader yang menggunakan media sosial, akan membuat masyarakat semakin mengenal kader partai dan partai pengusungnya yang secara tidak langsung akan membuat nama partai menjadi sering terdengar di masyarakat.

4.4 Analisis Website / Blog Caleg dan Capres

(41)

35 infrastruktur yang ada di DKI Jakarta membuat caleg di DKI Jakarta lebih mudah untuk membuat website dibanding dengan daerah lain. Setelah dilakukan observasi terhadap website caleg tersebut didapatkan data bahwa 86% caleg yang memiliki website sudah mencantumkan informasi umum tentang jati diri caleg di websitenya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa website yang dibuat oleh para caleg memang diperuntukkan untuk kampanye mengenalkan diri ke masyarakat. 38% caleg juga mencantumkan informasi kontak pada website mereka. Sebanyak 36% caleg mencantumkan tagline pada website yang mereka buat. Tagline berfungsi sebagai slogan yang mudah diingat bagi masyarakat dan juga sebagai penciri satu caleg dengan caleg yang lain. Terdapat 26% caleg yang mencantumkan visi dan misi dan hanya 14% yang mencantumkan program kerja yang akan dilaksanakan. 33% caleg sudah menggunakan fitur audio/video

sedangkan fitur newsletter hanya digunakan oleh 7% caleg. Hanya 3% caleg yang memasukkan informasi terkait kampanye di website mereka. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit caleg yang melakukan penjadwalan kampanye dan menyebarkan informasinya kepada masyarakat.

Tabel 23 Jumlah caleg yang memiliki website Dapil Jumlah Caleg Memiliki Website (%)

Jakarta 249 23%

Tabel 24 Hasil pengamatan website caleg

(42)

36 Informasi kontak (telepon, fax, office, email) 38 24

link ke URL lain 16 17

Official Youtube Channel 14 2

Official Facebook Page 36 1

Official Facebook Personal 9 2

Pada fungsi komunikasi, terlihat bahwa para caleg lebih mengarahkan pembaca websitenya untuk berinteraksi langsung dengan caleg via media sosial. Hal ini terlihat dari sebanyak 38% caleg mencantumkan akun twitter nya di website mereka serta 36% caleg mencantumkan alamat facebook page-nya. 14% caleg mencantumkan channel youtube mereka. Tidak ada satupun Linkedin Group yang dimiliki oleh caleg di DKI Jakarta, namun ada beberapa yang menggunakannya di daerah lain. Hal ini menunjukkan bahwa Linkedin masih belum popular penggunaannya di Indonesia. Detail hasil pengamatan website terdapat pada tabel 24.

(43)

37

Gambar 3 Hasil penilaian website capres

*merupakan nilai total dari hasil pengamatan pada fungsi informasi (9 variabel) dan fungsi komunikasi (9 variabel). Nilai maksimum untuk penilaian ini adalah 18 yang berarti website capres memiliki semua variabel pada fungsi informasi dan komunikasi

(44)

38

Tabel 25 Pengamatan website capres tanggal 9 Juli 2014

Variabel

Informasi terkait kampanye (event, jadwal, dan lain sebagainya)

Fitur interaktif lainnya (polling dan lain sebagainya)

0 0

Official twitter account 1 1

Official Facebook group 0 0

Official Linkedin group 0 0

Official Youtube Channel 1 1

Official Facebook Page 1 1

Official Facebook Personal 0 0

Total 12 13

Pada saat kampanye pemilihan capres Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, terdapat perkembangan yang cukup signifikan dari website kandidat (tabel 25).Baik kubu Prabowo maupun Jokowi sama-sama melakukan perubahan terhadap website masing-masing. Website Prabowo Subianto mengalami menambahan konten. Website Jokowi memiliki nilai tertinggi berdasarkan variabel pengamatan. Terlihat pada persaingan capres, kedua kubu berusaha untuk memaksimalkan peran website pada aktivitas kampanye masing-masing. Kedua capres mencantumkan akun Twitter dan fans page Facebook pada website masing-masing. Hal ini memberikan indikasi bahwa kedua capres lebih memilih berinteraksi dengan masyarakat di media sosial.

4.5 Rekomendasi Website Dan Media Sosial Untuk Kampanye

(45)

39 berinisiasi melakukan kegiatan kampanye di dunia maya yang disebut sebagai

citizen initiated campaign (CIC). Partai politik di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris mulai membangun fitur-fitur yang mendukung aktivitas CIC pada website mereka. Gibson (2013) membagi fitur-fitur tersebut menjadi

Community building, resource generation, voter mobilization dan message production.

Tabel 26 Rekomendasi fitur CIC pada website parpol berdasarkan hasil analisis

Fitur Keterangan

Community building Sign up with Facebook and Twitter account

Pengguna dapat bergabung menjadi member di website parpol dengan menggunakan akun facebook maupun twitter mereka. Foto profil dan biodata akan diambil dari akun facebook maupun twitter

Promote Profile Pengguna dapat mempromosikan keanggotaan mereka di website parpol politik pada akun media sosial pengguna dengan menekan tombol khusus Resource generation

Promote membership Pengguna dapat mengirimkan undangan via email atau akun facebook/twitter untuk mengundang pengguna lain bergabung dengan partai

Voter mobilization

Leaflets download Pengguna dapat mengunduh leaflet dari partai politik

Post to Facebook Pengguna dapat langsung melakukan posting di wall facebook mereka tentang konten-konten yang disediakan di website parpol

Post to Twitter Pengguna dapat langsung melakukan posting di

timeline twitter mereka tentang konten-konten yang disediakan di website parpol

Message production

Poster/leaflet create/customize

Pengguna dapat berkreasi dengan membuat desain sendiri poster/leaflet untuk kampanye yang konten-kontennya sudah disediakan di website parpol

(46)

40

memanfaatkan koneksi data dengan media sosial. Data-data yang tersimpan di media sosial dapat digunakan juga oleh website parpol seperti data login, foto dan biodata. Hal ini mempermudah pengguna karena tidak perlu lagi melakukan registrasi yang panjang pada website parpol jika ingin menjadi member dari website parpol tertentu. Pengguna dapat dengan mudah membagikan konten yang disediakan oleh parpol ke akun media sosial mereka melalui fitur post to

Facebook dan Twitter. Agar informasi yang dibagikan oleh pengguna tidak monoton, website parpol perlu menyediakan fitur Poster/leaflet create/customize

(dengan memanfaatkan teknologi HTML 5) dan leaflets download. Fitur ini memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk mendesain sendiri poster kampanye. Rekomendasi selanjutnya adalah pada halaman utama, disediakan

widget berupa aktivitas akun Facebook dan Twitter partai. Widget ini diletakkan dibagian halaman utama website agar pengguna dapat dengan mudah berinteraksi dengan partai politik lewat media sosial Facebook dan Twitter.

Untuk mengoptimalkan website sebagai media kampanye, diperlukan penambahan konten pada website caleg yang telah dianalisis sebelumnya. Setiap website caleg perlu memiliki fungsi informasi dan fungsi komunikasi. Rekomendasi prototype website caleg memiliki site-map seperti pada Gambar 4. Fungsi informasi berisi konten-konten yang menjabarkan informasi seputar caleg seperti informasi umum tentang diri caleg dan kegiatan kampanyenya. Fungsi informasi ini penting diimplementasikan karena jumlah caleg yang ikut dalam pemilihan legislatif cukup banyak. Website yang dibuat oleh caleg harus dapat memberikan infomasi yang utuh kepada masyarakat tentang caleg tersebut.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, penggunaan media sosial pada aktivitas kampanye di Indonesia menunjukkan korelasi yang positif terhadap perolehan suara (Ramadhan et al, 2014). Agar website menjadi lebih interaktif, pada fungsi komunikasi perlu ditambahkan aktivitas media sosial caleg (Ramadhan et al, 2015). Penggunaan media sosial khususnya Facebook dan Twitter diletakkan di halaman beranda dari website caleg dengan tujuan agar masyarakat dapat melakukan kontak secara langsung dengan caleg melalui akun media sosial. Pada halaman beranda, terdapat slider yang berisi foto/video dari caleg yang berdampingan dengan tombol yang menuju halaman tentang caleg, visi dan misi, program kerja serta halaman media sosial caleg (Facebook, Twitter

(47)

41

Pada bagian menu bar, terdapat tagline yang mencirikan kampanye caleg tersebut. Aktivitas media sosial Facebook dan Twitter juga diletakkan di halaman beranda. Fitur ini dapat memanfaatkan application programming interface (API) dari Facebook dan Twitter. API ini memungkinkan caleg dapat menempelkan aktivitas lini masa Facebook dan Twitter di halaman beranda website. Pengunjung website dapat langsung berinteraksi dengan caleg dengan menggunakan akun media sosialnya. Pada halaman beranda ini juga terdapat berita-berita penting seputar caleg. Pengunjung dapat langsung memberikan komentar terhadap berita tersebut atau meneruskannya ke media sosial Facebook dan Twitter dengan menekan tombol share to Facebook atau tombol tweet.

Fitur event calendar juga terdapat di halaman beranda, hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui jadwal kampanye dari caleg tersebut. Halaman tentang caleg berisi informasi umum tentang caleg tersebut seperti biodata, profil , pendidikan, pengalaman kerja dan riwayat organisasi. Agar lebih interaktif, caleg dapat membuat profil dengan memanfaatkan layanan berbagi video YouTube. Halaman visi dan misi, program kerja dan FAQ didesain sebagai sub halaman dari halaman tentang caleg. Hal ini bertujuan agar informasi tentang caleg dapat diakses dengan mudah dan sistematis oleh pengunjung website.

Halaman jadwal kampanye berisi tentang segala aktivitas kampanye caleg. Halaman ini berisi informasi tentang kapan dan dimana caleg akan berkampanye. Halaman kontak berisi informasi tentang jalur untuk mengontak caleg yaitu telepon, fax, email dan live chat. Aneka berita tentang caleg secara detail disajikan pada halaman berita. Hanya 3 berita terbaik dan terbaru yang akan ditampilkan pada halaman beranda. Hal ini bertujuan agar informasi pada halaman beranda tidak overload.Prototype web dapat dilihat pada lampiran 6.

Survei dari APJII menunjukkan bahwa masyarakat DKI Jakarta lebih banyak menggunakan smartphone untuk mengakses internet. Sebanyak 76% pengguna internet di DKI Jakarta mengakses internet menggunakan smartphone, 57% komputer desktop, dan 35% menggunakan laptop/netbook (pada survei ini, responden bisa memberikan lebih dari satu jawaban). Untuk mengakomodasi pengguna smartphone perlu dibuat website mobile dengan desain khusus. Secara umum, site-map untuk mobile web sama dengan website desktop, hanya saja diperlukan penyesuaian karena ukuran layar pada smartphone tidak sebesar layar komputer.

(48)

42

komentar menggunakan akun media sosial pengunjung. Desain prototype mobil web dapat dilihat pada gambar 5 dan lampiran 8.

Gambar 5. Prototype mobile web caleg 4.5.1 Pengembangan Prototype Aplikasi Integrated Media Social

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa penggunaan media sosial berkorelasi positif terhadap perolehan suara, diperlukan strategi khusus dalam menggunakan media sosial. Penelitian ini merekomendasikan sebuah aplikasi yang mengintegrasikan aktivitas aktor politik baik bagi caleg, capres maupun parpol di semua media sosial dalam satu tampilan aplikasi untuk mengoptimasi penggunaan media sosial,. Media sosial yang perlu diintegrasikan khususnya adalah Facebook dan Twitter yang memiliki korelasi yang cukup baik dengan jumlah suara dan memang populer digunakan oleh masyarakat Indonesia.

(49)

43 menggunakan Facebook API dan Twitter API. Data tersebut akan diletakkan pada bagian Twitter Streaming Data dan Facebook Streaming Data.

Gambar 6. Prototype Aplikasi Integrated Media Social

Fitur selanjutnya adalah notification board. Fungsi ini akan memberikan notifikasi kepada aktor politik jika ada interaksi yang terjadi di timeline media sosial misalnya ada akun yang melakukan posting di timeline. Dengan adanya notifikasi ini, aktor diharapkan dapat dengan segera merespon dengan baik segala pertanyaan-pertanyaan di media sosial sehingga fungsi komunikasi dari media sosial aktor dapat berjalan dengan baik. Fitur selanjutnya adalah statisticsummary

yang akan memberikan informasi kepada aktor politik tentang penambahan jumlah follower, dokumentasi tentang total tweet (mentions, status dan lain sebagainya ) di media sosial Twitter dan informasi tentang jumlah friend, like, talking about di media sosial Facebook. Fitur selanjutnya adalah status posting manager. Fitur ini memungkinkan aktor politik untuk melakukan posting status ke media sosial secara terintegrasi, artinya status yang di-post akan muncul di semua

Streaming data

Notification board

Statistics summary

Gambar

Gambar 1 Diagram alir penelitian.
Tabel 5 Variabel functionality and delivery website
Tabel 6 Variabel media sosial untuk mengevaluasi media sosial parpol.
Tabel 7 Variabel untuk mengevaluasi website atau blog caleg dan capres.
+7

Referensi

Dokumen terkait