• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI NILAI KONSERVASI TINGGI

KEANEKARAGAMAN HAYATI

DI KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DARMAGA JAWA BARAT

DOMI SURYADI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

DOMI SURYADI. Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat. Dibimbing oleh HARNIOS ARIEF dan RACHMAD HERMAWAN.

Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga merupakan kawasan yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi jika dibandingkan daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi areal yang mempunyai nilai konservasi tinggi keanekaragaman hayati di Kampus IPB Darmaga. Penelitian ini dilaksanakan dari Februari hingga April 2012. Penelitian dilakukan dengan mengambil data sekunder melalui wawancara dan studi literatur, serta mengambil data lapangan melalui pengamatan flora-fauna. Data tersebut dianalisis untuk menetapkan areal yang bernilai konservasi tinggi. Dari total luas Kampus IPB Darmaga ± 256,97 hektar, yang teridentifikasi sebagai areal yang bernilai konservasi tinggi adalah ± 65,11 hektar (25,34 %), yaitu Sempadan Sungai Cihideung, Sempadan Sungai Ciapus, Tegakan Sengon Rektorat, Hutan Al-Huriyah, Hutan Cikabayan, Danau LSI/Situ Leutik, Tegakan Asrama Sylva, Arboretum Fahutan, Arboretum Lanskap, Arboretum Bambu & Hutan Tropika. Kata kunci: keanekaragaman hayati, nilai konservasi tinggi

ABSTRACT

DOMI SURYADI. Identification of High Conservation Value of Biodiversity in Bogor Agricultural University Campus, Darmaga, West Java. Supervised by HARNIOS ARIEF and RACHMAD HERMAWAN.

The research was conducted in Bogor Agricultural University Campus, located in Darmaga, Bogor, West Java, that has higher value of biodiversity Rectorat building, Al-Huriyah forest, Cikabayan forest, LSI Lake (Situ Leutik), Forest near Sylva dormitory, Arboretum of Forest Faculty, and Arboretum of Tropical Forest .

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

DOMI SURYADI

IDENTIFIKASI NILAI KONSERVASI TINGGI

KEANEKARAGAMAN HAYATI

(6)
(7)

Judul Skripsi : Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat

Nama : Domi Suryadi NIM : E34063292

Disetujui oleh

Dr Ir Harnios Arief, M.Sc.F Pembimbing I

Dr Ir Rachmad Hermawan, M.Sc.F Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian ini adalah nilai konservasi tinggi, dengan judul Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir.Harnios Arief,M.Sc.F dan Bapak Dr.Ir.Rachmad Hermawan, M.Sc.F selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 2

Pengambilan Sampel 3

Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Bentang Lahan 5

Hasil Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi 14

Ancaman Kelestarian Nilai Konservasi Tinggi 23

Implikasi Pengelolaan Nilai Konservasi Tinggi 24

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

(10)

7

DAFTAR TABEL

1 Status konservasi jenis tumbuhan di Kampus IPB Darmaga 17 2 Status konservasi jenis Burung Kampus IPB Darmaga 18 3 Status konservasi jenis Mamalia di Kampus IPB Darmaga 19 4 Status konservasi jenis Reptil di Kampus IPB Darmaga 20 5 Daftar jenis satwaliar yang menggunakan Kampus IPB sebagai habitat

Temporer 21

6 Kawasan bernilai konservasi Tinggi di Kampus IPB Darmaga 21

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi pengambilan sampel 3

2 Letak Kampus IPB dalam bentang alam DAS Cisadane berdasarkan

Peta Aster DEM (Digital Elevation Model) 5

3 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan

Tahun 1999 6

4 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan

Tahun 2006 7

5 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan

Tahun 2009 8

6 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan

Tahun 2012 9

7 Peta Fungsi Kawasan dalam unit DAS Areal IPB berdasarkan Peta

Kawasan Hutan dan Perairan 10

8 Peta Liputan Lahan Tahun 1999 yang menunjukkan tutupan lahan areal

IPB 11

9 Peta Liputan Lahan Tahun 2009 yang menunjukkan tutupan lahan areal

IPB 12

10 Peta Liputan Lahan Tahun 2011 yang menunjukkan tutupan lahan areal

IPB 12

11 Peta Liputan Lahan Tahun 2012 yang menunjukkan tutupan lahan areal

IPB 13

12 Kondisi Sempadan Sungai Cihideung 14

13 Kondisi Sempadan Sungai Ciapus 15

14 Jumlah jenis satwa di lokasi pengungsian satwa 15 15 Peta kawasan bernilai konservasi tinggi di Kampus IPB Darmaga 22

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jumlah jenis vegetasi di Kampus IPB Darmaga 28

(11)

Latar Belakang

Paradigma untuk melakukan pembangunan berwawasan lingkungan mulai muncul ketika penurunan kualitas lingkungan dirasa mengganggu terhadap laju pertumbuhan perekonomian dan kualitas hidup manusia (Pimm et al. 1995; Simon, Wildavsky 1995). Kondisi yang terjadi kemudian mensyaratkan bahwa suatu kawasan lebih baik dilindungi dan tetap dilestarikan dibandingkan dibuka menjadi bentuk lain seperti perumahan, perkebunan, dan pendukung kegiatan ekonomi lainnya (Bekessy et al. 2012; Lochner et al. 2003). Seringkali berbagai tekanan faktor ekonomi, politik dan kepentingan lainnya menyebabkan kualitas lingkungan kurang diperhatikan.

Strategi konservasi sumberdaya alam hayati seharusnya tidak dititikberatkan pada kawasan konservasi saja, tetapi juga harus dilakukan di luar kawasan konservasi (Hansen et al. 2011). Terlebih jika kawasan konservasi tersebut tidak mampu mengakomodasi keseluruhan sumberdaya yang khas dan rentan seperti Amerika Serikat dan Indonesia dimana lebih dari 60% dari spesies yang dilindungi berada di luar kawasan konservasi hutan produksi dan perkebunan kelapa sawit (Meijard et al. 2011). Hal ini menunjukkan bahwa nasib sebagian besar keanekaragaman hayati di dunia terletak pada seberapa bijak manusia dapat mengelola lanskap yang didominasinya terutama di kawasan tropis (Gardner et al. 2010) tidak terkecuali di kawasan pendidikan seperti Institut Pertanian Bogor.

Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga diduga merupakan areal penting sebagai konsentrasi berbagai satwaliar karena areal sekelilingnya telah terbuka. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya 12 jenis mamalia, 68 jenis burung, 37 jenis reptil dan 4 jenis ikan (Hernowo et al. 1991) serta 13 jenis amfibi (Yuliana 2000). Tingginya tingkat kehati ini selaras dengan telah dideklarasikannya kampus IPB Darmaga sebagai kampus biodiversity pada tanggal 22 Mei 2011. Hal ini menjadi perhatian khusus ditengah keterdesakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana di Kampus IPB. Idealnya pembangunan yang berjalan harus memadukan antara sistem ekologi dan sistem pendidikan yang dapat menciptakan suasana kampus yang alami, asri dan nyaman sesuai dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan.

(12)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi areal yang mempunyai nilai konservasi tinggi keanekargaman hayati di Kampus IPB Darmaga.

Manfaat Penelitian

1). Sebaran areal-areal yang memiliki nilai konservasi tinggi yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan pelestarian keaneragaman hayati di Kampus IPB Darmaga.

2). Memberikan masukan kepada pengelola kampus IPB Darmaga untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi areal yang teridentifikasi sebagai areal yang bernilai konservasi tinggi.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kampus IPB Darmaga Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara Administratif kampus ini terletak di Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Menurut Balen et al. (1986) diacu dalam Kurnia (2003) secara Geografis kampus

ini terletak antara 6º30’ – 6 º 45’ LS dan 106º30’ – 106º45’ BT dengan luas

sekitar 256,97 ha. Kampus IPB Darmaga terletak di ketinggian tempat 142-200 mdpl dengan kondisi topografi yang beragam dari datar di sebelah Timur dan Selatan kemudian bergelombang di sebelah Utara, dengan kemiringan lahan sekitar 0-5%. Jenis tanah di Kampus IPB Darmaga termasuk ke dalam jenis latosol, selain itu juga terdapat asosiasi podsolik coklat dan podsolik merah kekuningan dengan bahan induk volkan. Kampus IPB Darmaga termasuk ke dalam yang termasuk dalam DAS Cisadane, dimana sungai yang mengalir disekitar kampus IPB Darmaga adalah Sungai Ciapus dan Sungai Cihideung. Rata-rata lebar seluruh badan kedua sungai bila kondisi air penuh adalah 9-10 meter dan kondisi surut adalah 3-4 meter. Waktu penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Februari sampai dengan bulan April 2012.

.

Alat dan Bahan

Alat digunakan dalam penelitian ini secara umum dibagi menjadi dua, yaitu : a. Alat yang digunakan pada pengamatan di lapangan yaitu alat tulis, peta

kawasan, tally sheet, kamera digital, Global Positioning System (GPS) Garmin 76 cx, buku panduan lapangan pengamatan mamalia, burung, amfibi dan reptil.

(13)

Lokasi pengambilan sampel (sampling area) dititikberatkan pada daerah yang masih memiliki tutupan lahan yang relatif masih baik atau di daerah-daerah yang memiliki atau diduga merupakan konsentrasi keanekaragaman hayati yang belum dan/atau menjadi areal yang belum menjadi areal terbangun. Pendugaan lokasi yang bernilai konservasi tinggi tersebut dibantu dengan pengolahan peta atau analisis spasial yaitu berdasarkan olahan peta tutupan lahan. Proses pengolahan peta dilakukan dengan mengunakan software ArcGis 9.3. Peta ini dapat membantu dalam menginterpretasikan areal mana saja yang masih memilki tutupan lahan relatif baik. Peta lokasi pengambilan sampel disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel Pengumpulan Data

(14)

Pengumpulan Data Flora

Metode ini dilakukan pada awal waktu penelitian sebagai survei pendahuluan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dan sekaligus pengambilan data jenis tumbuhan dan keanearagaman serta penyebarannya. Metode yang digunakan adalah metode rapid assessment (penilaian cepat) (Kuncoro et al. 2006). Metode ini tidak memiliki petak atau jalur pengamatan yang khusus sehingga pengamat dapat mencatat langsung jenis dan lokasi keberadaan flora yang ditemukan.

Pengumpulan Data Fauna

Batasan fauna yang diidentifikasi dalam penelitian ini hanya pada kelas mamalia, burung, reptilia serta amfibi (herpetofauna). Konsep dasar dalam pengumpulan data fauna adalah sama dengan pengumpulan data flora. Konsep tersebut adalah penilaian cepat yang bertujuan untuk memperoleh indikator kekayaan, keunikan dan variabel lainnya sebagai dasar penentuan kawasan yang bernilai penting. Pengumpulan data pada kelas mamalia dan herpetofauna menggunakan metode rapid assessment (Kuncoro et al. 2006). Sedangkan pada kelas burung metode yang digunakan adalah metode daftar jenis MacKinnon (MacKinnon et al. 1998). Pengamatan dilakukan dengan mendaftar jenis burung yang dijumpai sebanyak 10 jenis pertama untuk daftar pertama dan berulang untuk daftar jenis selanjutnya. Pengamatan akan berhenti jika tidak ditemukan penambahan jenis kembali.

Analisis Data Status Perlindungan Jenis Flora dan Fauna

Daftar jenis flora fauna yang teridentifikasi ditentukan status kelangkaan dan atau perlindungannya Status flora dan fauna diperoleh dari Website IUCN (www.iucnredlist.org) dan CITES (www.cites.org) serta dari dokumen peraturan perundang-undangan pemerintah Indonesia (Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999) tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Delianiasi Areal Bernilai Konservasi Tinggi

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Bentang Lahan

Historis Perubahan Tutupan Lahan

Bentang Alam DAS Cisadane

Hasil analisis Peta Digital Elevation Model, DAS Cisadane terdapat dua tipe wilayah yaitu perbukitan dan dataran. Wilayah perbukitan umumnya terbentang luas dari sisi selatan, sedangkan daerah dataran membentang sepanjang areal lokasi penelitian. Letak Letak areal Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam bentang alam DAS Cisadane berdasarkan Peta Aster DEM (Digital Elevation Model) disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 tersebut, diketahui bahwa areal IPB yang terletak dalam DAS Cisadane merupakan DAS bagian tengah.

(16)

6

Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane ditunjukkan dari hasil analisis Peta Citra Landsat Path/Row 128/59 Tahun 1999, 2009, 2011 dan 2012 yang disajikan pada Gambar 3 - Gambar 6. Kondisi tutupan lahan terlihat dari Tahun 1999 sudah terkonversi menjadi areal pemukiman, ladang/tegalan, kebun campuran dan hanya menyisakan areal berhutan di wilayah hulu saja. Ragam pemanfaatan DAS Cisadane wilayah hulu erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber air baku dan budidaya pertanian (padi dan ikan). Masyarakat masih memanfaatkan kejernihan air pegunungan di Sungai Ciapus (Sub DAS Cisadane) dijadikan sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya minum dan memasak. Pemanfaatan lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air untuk budidaya pertanian. Kondisi bantaran sungai dalam DAS Cisadane juga terdapat penambangan tradisional yang dikelola oleh masyarakat, sebagian besar mereka memanfaatkan untuk menambang pasir dan batu belah. Kebutuhan air meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang dicirikan meningkatnya jumlah pemukiman.

(17)
(18)

8

(19)

Gambar 6 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan Tahun 2012

(20)

10

Kawasan Konservasi di sekitar

Pengertian kawasan konservasi kaitannya dengan kepentingan studi identifikasi nilai konservasi tinggi keanekaragaman hayati ini adalah hutan konservasi yang terdiri atas kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam dan taman buru. Hal ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Berdasarkan Peta Fungsi Kawasan dalam unit DAS areal Institut Pertanian Bogor (Gambar 7) adalah kawasan Areal Pengunaan Lain (APL). Kawasan konservasi yang terletak disisi selatan dan tenggara yakni Taman Nasional Gunung Halimun Salak Hutan dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

(21)

Kondisi Tutupan Lahan

Sejak tahun 1789 yakni di jaman pemerintahan kolonial Belanda merupakan areal perkebunan kopi. Oleh karena dianggap sebagai komuditas yang kurang menguntungkan maka ditanam gula lalu beralih ke tanaman teh dan terakhir Darmaga dijadikan areal perkebunan karet. Pada tahun 1961 Jurusan Kehutanan IPB melakukan penanaman pohon-pohon kehutanan di sekitar belakang Mesjid Al-Hurriyah memanjang di lereng dekat Sungai Ciapus sampai di Cangkurawok dan kearah Cikabayan. Kemudian tahun 1968, sebagian areal dibangun Fakultas Kehutanan dan sejak tahun 1983 pembangunan kampus IPB terus berkembang pesat sampai sekarang (TPLP 2002).

Kajian kondisi tutupan lahan di dalam dan sekitar areal IPB Darmaga didasarkan pada Citra Landsat Path/Row: 122/65 Tahun 1999, 2009, 2011 dan 2012 (Gambar 8 – 11). Berdasarkan citra tersebut, kondisi tutupan lahan di dalam IPB yang dahulu merupakan perkebunan karet kini telah menjadi areal pembangunan sarana dan prasarana IPB Darmaga mengakibatkan semakin terfragmentasi areal bervegetasi. Fragmentasi tersebut menyebabkan Kampus IPB Darmaga terbagi menjadi dua areal yaitu areal bervegetasi dan areal terbangun.

(22)

12

Gambar 9 Peta Liputan Lahan Tahun 2009 yang menunjukkan tutupan lahan areal IPB.

(23)

Gambar 11 Peta Liputan Lahan Tahun 2012 yang menunjukkan tutupan lahan areal IPB

Perkembangan pembangunan Kampus IPB Darmaga juga dibarengi dengan pertumbuhan pembangunan di daerah sekitar. Pada prinsipnya suatu kelompok masyarakat akan lebih suka bermukim di daerah yang mempunyai kesuburan baik untuk produksi atau tempat yang mempunyai akses yang mudah untuk mendapatkan pekerjaan, fasilitas sosial seperti rumah sakit, hiburan dan lain-lain (Suharyanto 2007). Dengan adanya Kampus IPB Darmaga, mendorong adanya migrasi penduduk ke sekitar kampus. Sebagai konsekuensinya perkembangan pemukiman di sekitar kampus berlangsung cepat. Kampus IPB Darmaga sendiri masih memiliki ruang terbuka hijau relatif baik yang dapat menjadi areal penting untuk habitat satwaliar.

Posisi Penting Kampus IPB Darmaga dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati

Posisi penting Kampus IPB Darmaga dalam konservasi keanekaragaman hayati karena beberapa hal sebagai berikut :

(1) Kampus IPB Darmaga memiliki kekayaan flora dan fauna yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, sedikitnya tercatat 232 jenis tumbuhan dari 73 Famili. Sedangkan jumlah jenis fauna sebanyak 87 spesies Burung dari 38 famili, 13 spesies Mamalia dari 11 famili, 12 jenis Ampibi dari 4 famili dan 35 Spesies Reptil dari 12 famili.

(24)

14

(3) Berdasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bahwa di dalam Kampus IPB Darmaga ditemukan kawasan sekitar danau yakni Danau/Situ Leutik. Kawasan ini merupakan habitat penting bagi jenis-jenis burung air seperti Kowak-malam kelabu Nycticorax nycticorax, Raja-udang meninting Alcedo meninting, Cekakak jawa Halcyon cyanoventris, Cekakak belukar Halcyon smyrnensis, dan Cekakak sungai Todirhamphus chloris.

Berdasarkan uraian di atas, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak Kampus IPB Darmaga harus memastikan bahwa fungsi pendukung keanekaragaman hayati yang terdapat di dalam Kampus IPB Darmaga dapat terpelihara. Dampak-dampak langsung maupun tidak langsung, terkait dengan pembangunan infrastruktur harus dipertimbangkan.

Hasil Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi

Kawasan yang Mempunyai atau Memberikan Fungsi Pendukung Keanekaragaman Hayati

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar dan berdasarkan kajian di lapangan mengenai fungsi kawasan sebagai pendukung keanekaragaman hayati, kawasan lindung yang dapat diidentifikasi sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 adalah : 1) kawasan perlindungan setempat, yaitu sempadan sungai 2) kawasan lindung lainnya, yaitu kawasan pengungsian satwa

Kawasan Perlindungan Setempat

a. Sempadan Sungai

Kampus IPB Darmaga didasarkan hasil pengamatan lapangan diketahui paling memiliki dua aliran sungai yang berada di sebelah utara IPB yaitu Sungai Ciapus (Cikabayan) dan sebelah Barat IPB yaitu Sungai Cihideung. Kondisi vegetasi sempadan Sungai Cihideung dan Sungai Ciapus (Cikabayan) relatif sama. Secara umum sempadan sungai telah terbuka dan sedikit menyisakan vegetasi berhabitus pohon. Sekitar sempadan sungai masih banyak ditemukan jenis satwaliar yang menjadikan sungai sebagai tempat mencari makan dan minum satwa. Meskipun kondisi sempadan relatif kurang baik karena adanya aktivitas masyarakat yang mengambil batu dan pasir, sempadan sungai dapat dikatakan masih menjadi lokasi yang cukup mendukung bagi keanekaragaman hayati. Kondisi Sungai Cihideung dan Ciapus seperti disajikan pada Gambar 12 dan 13.

(25)

Gambar 13 Kondisi Sempadan Sungai Ciapus b. Kawasan Sekitar Danau

Kampus IPB Darmaga memiliki sebuah Danau yang sering disebut Danau LSI atau Situ Leutik. Kondisi sempadan kawasan Situ Leutik telah ditumbuhi oleh pohon-pohon besar diantaranya Pinus merkusii, Pterocarpus indicus, Stelechocarpus burahol, Gmelina arborea, Mimosops elengi, Caliandra callothyrsus dan Paraserianthes falcataria. Di pulau kecil yang terlihat pada musim kering juga dapat ditemukan Cocos nucifera. Kondisi sempadan tersebut menjadi areal ini merupakan habitat penting bagi satwa liar khususnya jenis-jenis burung air.

Kawasan lindung lainnya, yaitu kawasan pengungsian.

Kawasan pengungsian satwa berfungsi sebagai kantong satwa bila satwa-satwa yang ada membutuhkan habitat lebih aman bagi kelangsungan hidupnya, baik sebagai tempat mencari makan, berkembang biak, tempat istirahat dan tempat bersarang. Lokasi yang teridentifikasi sebagai kawasan pengusian satwa memilki kondisi tutupan vegetasi yang cukup baik, dimana mampu mendukung keberlangsungan hidup jenis satwa di wilayah tersebut. Daerah yang teridentifikasi sebagai kawasan pengungsian satwa dan jumlah jenisnya dijelaskan pada Gambar 14.

Keterangan: ARL = Arboretum Lanskap, ABT = Arboretum Bambu & Hutan Tropika, HAH = Hutan Al-Hurriyah, HCK = Hutan Cikabayan, AFA = Arboretum Fahutan, TAS = Tegakan Sengon Rektorat, TSR = Tegakan Asrama Sylva

(26)

16

Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Populasi Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup

Tujuan identifikasi kawasan ini adalah mengelola habitat di dalam atau di dekatnya bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi oleh Pemerintah Indonesia. Spesies yang perlu dipertimbangkan dalam NKT 1.3 adalah sebagai berikut :

(1) Terancam (endangered) atau rentan (vulnerable) di Daftar Merah IUCN (2) Penyebaran terbatas pada tingkat suatu pulau atau bagian darinya (restricted

range species)

(3) CITES Appendix 1 dan 2

(4) Populasi yang mampu bertahan hidup dari spesies terancam punah (critically endangered)

(5) Dilindungi oleh Pemerintah Indonesia di bawah Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya dan hukum serta peraturan di bawahnya diantaranya dalam PP No 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Tumbuhan

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, baik pengamatan langsung di lapangan maupun wawancara dengan masyarakat sedikitnya tercatat 232 jenis tumbuhan dari 75 Famili. Daftar Jumlah jenis tumbuhan di disajikan pada Lampiran 1. Hasil analisa status kelangkaan dari jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi berdasarkan pada Daftar Merah (Red List) IUCN Tahun 2012, CITES Tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 diketahui bahwa terdapat jenis-jenis tumbuhan dengan kategori langka/dilindungi, seperti:

(1) Kategori hampir punah (Critical Endangered), yaitu Shorea seminis Kategori Terancam (Endangered) yaitu Shorea leprosula dan Swietenia mahagoni (L.) Jacq

(2) Kategori Rentan (Vulnerable) yaitu Agathis dammara, Dalbergia latifolia Roxb., Diospyros celebica Bakh, Eusideroxylon zwageri, Swietenia macrophylla King.

(3) Kategori CITES Appendix 1 dan 2 yaitu Swietenia macrophylla King. dan Swietenia mahagoni (L.) Jacq

(4) Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999, yaitu jenis Shorea pinanga dapat dijumpai di Arboretum Fahutan

(27)

Tabel 1 Status konservasi jenis tumbuhan di Kampus IPB Darmaga

Nama Lokal Nama Latin Famili

Status

Balau Shorea seminis Dipterocarpaceae CR - AFA, ABT Tropika, HAH = Hutan Al-Hurriyah, AFA = Arboretum Fahutan

Burung

(28)

18

Tabel 2 Status konservasi jenis Burung di Kampus IPB Darmaga

Nama Lokal Nama Latin Famili

(29)

Mamalia

Berdasarkan pengamatan langsung dan pengkajian data sekunder diperoleh sebanyak 13 jenis mamalia dari 10 famili Berdasarkan hasil analisis, di lokasi studi ditemukan dua jenis mamalia yang teridentifikasi masuk dalam Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup. Daftar jenis mamalia yang dilindungi dijelaskan pada Tabel 3. Jenis landak jawa secara alaminya hidup di hutan alam telah adaptif di lahan budidaya. Bila melihat dari sumber pakan jenis ini adalah buah-buahan yang jatuh, akar-akaran dan tunas masih mencukupi untuk didapatkan di sekitar lokasi studi akan tetapi tingginya tingkat perburuan terhadap jenis ini menjadikan perhatian khusus terhadap keberadaannya. Jenis lain yang dilindungi dan terancam keberadaannya adalah monyet ekor panjang yang merupakan jenis satwa lain yang menjadi target buruan. Keberadaan salah jenis yang masuk dalam ordo primata ini dianggap sebagai hama dikarenakan keberadaannya sudah memasuki ke pemukiman warga. Populasi monyet ekor panjang tersebut yang semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan pakan yang tersedia di arboretum sehingga sekelompok satwa tersebut memperlebar wilayah jelajah dalam mencari sumber pakan lainnya yakni ke pemukiman warga. Jumlah jenis dan distribusi jenis mamalia di setiap titik pengamatan disajikan padaLampiran 3.

Tabel 3 Status konservasi jenis Burung Mamalia di Kampus IPB Darmaga

Nama Lokal Nama Latin Famili

Status

Keterangan:, HAH = Hutan Al-Hurriyah, HCK = Hutan Cikabayan, TAS = Tegakan Asrama Sylva, ABT = Arboretum Bambu & Hutan Tropika, SSCC = Sempadan Sungai Cihideung & Cikabayan

Reptil dan Amfibi

(30)

20

Tabel 4 Status konservasi jenis Reptil di Kampus IPB Darmaga Nama Tropika, SSCC = Sempadan Sungai Cihideung & Cikabayan, DLSL = Danau LSI/Situ Leutik

Kawasan yang Merupakan Habitat Bagi Spesies atau Sekumpulan Spesies yang Digunakan Secara Temporer

Tujuan utama dari identifikasi kawasan ini adalah untuk mengidentifikasi habitat kunci dalam sebuah bentang alam dimana terdapat kumpulan individu atau sekelompok spesies yang digunakan secara temporer. Beberapa contoh dari habitat kunci tersebut adalah: (1) tempat untuk berkembang biak atau bersarang, seperti gua atau habitat lahan basah bagi beberapa spesies burung, kelelawar atau reptil; (2) tempat yang ada di sepanjang jalur migrasi utama; (3) jalur pergerakan lokal satwa (koridor) di mana individu dapat bergerak diantara ekosistem yang berbeda dalam upaya mencari makanan dengan ketersediaan secara mu siman; (4) sebuah tempat berlindung (refugium) bagi suatu spesies pada saat musim panas yang panjang, banjir, ataupun kebakaran lahan.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan di areal kampus IPB Darmaga terdapat beberapa areal yang digunakan temporer oleh spesies-spesies satwaliar. Habitat kunci yang terdapat di areal kampus IPB Darmaga adalah:

(1) Areal bervegetasi yang masih memiliki penutupan tajuk yang relatif rapat dengan kanopi tinggi (Sempadan Sungai Cihedeung dan Sungai Ciapus, Hutan Al-huriyah, Hutan Cikabayan). Kondisi ini sering digunakan oleh beberapa jenis satwa khususnya burung sebagai tempat bertengger untuk beristirahat atau mencari makan. Beberapa jenis burung yang menjadikan areal tersebut secara temporer adalah dari jenis dari famili Accipitridae. Terdapat dua (2) Jenis burung dari famili Accipitridae yang bersifat migran yakni Accipiter soloensis, dan Accipiter gularis.

(2) Habitat basah yang digunakan oleh jenis burung sebagai cover yang digunakan secara temporer oleh jenis Nycticorax nycticorax yakni di Danau LSI/Situ Leutik. Burung ini memiliki kebiasaan, yaitu di siang hari beristirahat di atas pohon, dimana bersarang dalam koloni di pohon. Pada malam hari mencari makan di sawah, padang rumput, dan di pinggir sungai (Mackinnon et al 1998). Aktivitas Harian burung yang mengunakan Danau LSI sebagai tempat beristirahat pada pagi hingga sore hari memenuhi kriteria areal ini sebagai habitat temporer.

(31)

Tabel 5Jenis satwaliar yang menggunakan Kampus IPB sebagai habitat Temporer

Keterangan: HCK = Hutan Cikabayan, HAH = Hutan Al-Hurriyah, SSCC = Sempadan Sungai Cihideung & Cikabayan, DLSL = Danau LSI/Situ Leutik

Luasan dan Deliniasi Nilai Konservasi Tinggi di Areal Kampus IPB Darmaga

Hasil analisis dan berdasarkan hasil pengolahan peta, Kampus IPB Darmaga teridentifikasi terdapat areal yang bernilai konservasi tinggi dengan luas ± 65,11 hektar atau sekitar 25,34 % dari luasan total areal yakni ± 256,97 hektar. Keberadaan dan peta kawasan bernilai konservasi tinggi secara rinci didisajikan pada Tabel 6 dan Gambar 15.

Tabel 6 Kawasan bernilai konservasi Tinggi di Kampus IPB Darmaga

No Areal NKT Atribut NKT Luas

Keterangan: A = kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati, B = kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup, C = kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer

Nama Lokal Nama Latin Famili Lokasi Temuan Sifat Temporer

Elang hitam Ictinaetus

Elang-alap besra Accipiter virgatus Accipitridae HCK, SSCC Tajuk untuk Bertengger

Elang-alap Cina Accipiter soloensis Accipitridae HCK, SSCC Migran/Tajuk untuk Bertengger

Elang-alap jambul Accipiter tyivirgatus Accipitridae HCK Tajuk untuk Bertengger

Elang-alap Nipon Accipiter gularis Accipitridae HAH, HCK Migran/Tajuk untuk Bertengger

Elang-ular bido Spilornis cheela Accipitridae HCK, TAS Tajuk untuk Bertengger

Sikep-madu Asia Pernis ptilorhynchus Accipitridae HCK, TAS Tajuk untuk Bertengger Kowak-malam

kelabu

Nycticorax

(32)

22

(33)

Ancaman Kelestarian Nilai Konservasi tinggi

Berbagai macam aktivitas yang dilakukan di dalam kampus IPB Darmaga antara lain: kegiatan akademik mahasiswa, pejalan kaki, berkendaraan, berolahraga, pengembalaan liar, pengambilan rumput, pengerukan tanah, pengambilan pasir sungai, penyadapan getah karet, perawatan kelapa sawit, kegiatan outbond, perburuan, dan pembangunan gedung prasarana kampus. Beberapa aktifitas-aktifitas manusia tersebut terutama perburuan dan pembangunan dapat mengganggu dan mengancam keberadaan keanekaragaman hayati khususnya untuk jenis-jenis fauna baik langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah aktivitas perburuan dan pembangunan yang terdapat di Kampus IPB Darmaga.

Perburuan

Secara keseluruhan terdapat beberapa jenis yang menjadi target buruan, antara lain: Hystrix javanica, Tupaia javanica, dan Macaca fascicularis pada kelas mamalia. sedangkan pada kelas burung yang sering diburu adalah jenis Pycnotus aurigates, Lanius scliach, Oriolus chinensis dan Centropus sinensis. Kelas reptil yang sering kali menjadi incaran perburuan adalah jenis Varanus salvator dan Phyton reticulatus.

Berdasarkan hasil wawancara T.javanica dan M.fascicularis diburu karena menjadi hama pengganggu bagi tanaman di sekitar perumahan warga. Perburuan kedua satwa tersebut dilakukan dengan menggunakan senapan angin. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat, T.Javanica menjadi hama bagi tanaman perkebunan seperti hama bagi tanaman pisang karena sering memakan bunga atau jantung tanaman pisang. Sedangkan M.fascicularis sering memasuki areal pemukiman di sekitar Arboretum Bambu & Hutan Tropika dan mengganggu sehingga di buru warga. Perburuan H.javanica dilakukan atas dasar keperluan ekonomi dimana hasil tangkapan nantinya akan dijual. Sama halnya dengan hasil buruan dari kelas reptil dan aves dimana jenis yang ditangkap nanti akan dijual ke pasar-pasar perdagangan satwa atau kepada orang-orang yang telah memesankan jenis yang akan ditangkap.

Pembangunan

Adanya pengembangan pembangunan gedung (sarana dan prasarana kampus) dapat menyebabkan penyempitan dan perusakan habitat di Kampus IPB Darmaga. Kegiatan pembangunan di Kampus IPB Darmaga merupakan pembangunan kampus tahap III periode tahun 2010-2030 yang diresmikan pada tanggal 5 Oktober 2011 oleh rektor IPB. Berdasarkan revisi master plan 2011, kegiatan pembangunan ini terbagi ke dalam tiga paket yaitu: Paket I adalah pembangunan gedung pendidikan seperti pembangunan ruang kuliah, laboratorium, fasiltas olahraga, dan fasilitas lainnya; Paket II adalah pembangunan gedung perpustakaan IPB; dan Paket III adalah penambahan nilai atau rehabilitasi gedung pendidikan (Munawaroh 2011). Pada saat ini pembangunan tersebut masih berlangsung dan beberapa ada yang telah selesai seperti pembangunan ruang kuliah.

(34)

24

menyebabkan kematian satwa itu sendiri. Kegiatan pengembangan pembangunan Kampus IPB Darmaga berpengaruh terhadap ekosistem yang mengakibatkan penyempitan habitat satwaliar sehingga terjadi pegurangan makanan dan cover yang sangat dibutuhkan satwa demi kelangsungan hidupnya. Saat ini jenis H.javanica adalah satwa yang kondisinya semakin terancam dikarenakan kegiatan perburuan menjadi ancaman terbesarnya. Contoh lainnya akibat dari kegiatan perburuan dan pengembangan pembangunan di Kampus IPB Darmaga adalah sudah tidak ditemukan lagi beberapa jenis satwa liar pada saat penelitian ini dilakukan. Menurut data Hernowo et al. (1991), terdapat 14 jenis mamalia yang ditemukan, dua diantaranya adalah satwa langka yaitu Felix bengalensis dan Manis javanica. Kedua jenis satwaliar tersebut merupakan bukti nyata telah hilangnya beberapa jenis satwaliar akibat adanya kegiatan perburuan dan kegiatan pembangunan di Kampus IPB Darmaga.

Implikasi Pengelolaan Nilai Konservasi Tinggi

Beberapa permasalahan yang terjadi di Kampus IPB Darmaga yaitu makin tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati. Faktor tersebut berkaitan dengan perubahan tutupan hijau di Kampus IPB Darmaga yang cenderung menurun. Salah satu penyebabnya karena adanya aktifitas pembangunan gedung-gedung untuk kegiatan belajar mengajar. Berkurangnya tutupan hijau di kampus IPB Darmaga akan berdampak langsung terhadap tingkat kekayaan maupun keanekaragaman hayati. Selain pembangunan, ancaman lain yang dapat menekan tingkat keanekaragaman hayati di Kampus IPB Darmaga adalah perburuan. Perburuan sangat berkaitan erat dengan spesies-spesies yang dianggap mempunyai nilai ekonomi tinggi dan di dalamnya terdapat jenis-jenis yang dilindungi oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa lokasi mempunyai karakteristik seperti hutan alam yaitu di Hutan Al Huriyah dan Hutan Cikabayan. Kondisi ini cocok untuk habitat berbagai jenis satwa seperti kelompok burung-burungan, herpetofauna maupun mamalia. Areal ini merupakan tempat mengumpulnya berbagai satwaliar. Oleh karena itu, maka keberadaan dipertahankan keberadaannya dan keasliannya. Areal ini dibiarkan berkembang secara alami.

Permasalahan lain yang harus dicermati bahwa lokasi Kampus IPB Darmaga berada pada pemukiman yang padat. Keadaaan tersebut akan berdampak langsung terhadap menurunnya kualitas udara dan meningkatnya pencemaran air. Dengan demikian, Kampus IPB Darmaga memiliki peran penting untuk mengurangi dampak tersebut dengan cara mempertahankan lokasi-lokasi yang mengandung Nilai Konservasi Tinggi seperti Arboretum Lanskap, Arboretum Hutan Tropika, Hutan Cikabayan dan Hutan Al-Huriyah untuk menjaga kualitas udara dengan cara menyerap dan menjerap partikel timbal dan debu yang berasal dari kendaraan bermotor.

(35)

untuk mencegah terjadinya longsoran tanah masuk sungai sehingga tidak terjadi pengikisan. Jenis tanaman yang dikembangkan untuk keperluan ini adalah jenis tanaman yang mempunyai perakaran kuat sekaligus dapat berfungsi sebagai habitat satwaliar yaitu jenis tanaman yang dapat menghasilkan pakan satwa. Satwaliar menyukai habitat pohon-pohonan dekat sumber air, karena satwa sekaligus mencari air minum. Sesuai peraturan perundangan untuk sungai dengan lebar kurang 30 m, maka lebar sempadan adalah selebar 50 m. Areal sekitar sempadan danau dibuatkan buffer berupa jalur hijau yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang berfungsi untuk konservasi tanah dan air, juga berfungsi dalam keanekaragaman hayati. Tujuan pembuatan buffer adalah untuk mempertahankan fungsi danau.

Di areal Kampus IPB Darmaga, terdapat tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian dan pendidikan berupa arboterum yaitu Arboretum Lanskap, Arboretum Fahutan Arboretum Bambu dan Hutan Tropika. Sesuai dengan tujuan dari keberadaan areal ini harus dipertahankan atau ditingkatkan fungsinya. Hal lain yang perlu dilakukan dengan pengelolaan areal ini adalah perlu ditingkatkannya fasilitas dan papan interpretasi serta penataan lansekap yang lebih memadai untuk program agroedutourism.

Selain itu, lokasi-lokasi tersebut apabila dipertahankan akan memiliki peranan penting lainnya diantaranya : (1) peredam kebisingan; (2) mengurangi bahaya hujan asam; (3) penyerap karbon monoksida, karbon dioksida dan penghasil oksigen; (4) penyerap dan penapis bau; serta (5) memberikan kenyamanan (efek iklim mikro) (6) meningkatkan keindahan Kampus IPB Darmaga.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Lokasi-lokasi yang teridentifikasi NKT Kehati adalah Sempadan Sungai Ciapus. Sempadan Sungai Cihideung, Sempadan Danau LSI/Situ Leutik, Hutan Al-Huriyah, Hutan Cikabayan, Tegakan Sengon Rektorat, Tegakan Asrama Sylva, Arboretum Fahutan, Arboretum Lanskap, Arboretum Bambu dan Hutan Tropika). Kampus IPB Darmaga teridentifikasi terdapat areal yang bernilai konservasi tinggi dengan luas ± 65,11 hektar atau sekitar 25,34 % dari luasan total areal yakni ± 256,97 hektar.

Saran

(36)

26

DAFTAR PUSTAKA

Bradshaw CJA, Sodhi NS, Brook BW. 2008. Tropical turmoil: a biodiversity tragedy in progress. Frontiers in Ecology and the Environment 7: 79–87. Bekessy SA, White M, Gordon A, Moilanen A, McCharthy MA, Wintle BA.

Transparent planning for biodiversity and development in the urban fringe. J Land. ur. plan. 108 : 140-149. doi: 10.1016/j.landurbplan.2012.09.001

Gardner TA, Barlow J, Sodhi NS, Peres CA. 2010. A multi-region assessment of tropical forest biodiversity in a human-modified world. Bio. Con. 143 : 2293-2300.

Hansen J, Sato M, Kharecha P, von Schuckmann K. 2011. Earth's energy imbalance and implications. Atmos. Chem. Phys. 11 : 13421-13449. doi:10.5194/acp-11-13421-2011.

Hernowo JB, Soekmadi R, Ekarelawan. 1991. Kajian Pelestarian Satwaliar di Kampus IPB Darmaga. Media Konservasi 3(2): 43-65.

IUCN. 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2. Download at http://www.iucnredlist.org

Jamilah. 2011.Degradasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Batang Gadis -Falkutas Pertanian USU. Medan

Kuncoro SA, van Noordwijk M, Martini E, Saipothong P, Areskoug V, Ekadinata

A, O’Connor T. 2006. Rapid Agrobiodiversity Appraisal (RABA) in the contex of Environmental Service Rewards. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre- ICRAF, SEA Regional Office

Kurnia I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Untuk Pengembangan Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2009. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Di Indonesia. Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia.

Lonchner P, Weaver A, Gelderlom C, Peart R, Sandwith T, Fowkes S. 2003. Aligning the diverse: the development of a biodiversity conservation strategy for the Cape Floristic Region. Bio. Conserv. 112 : 29-43. doi:10.1016/S0006-3207(02)00394-4.

MacKinnon, J., K. Philips, B. Van Balen. 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi – LIPI. Bogor.

Meijaard E, Buchori D., Hadiprakarsa Y, Utami-Atmoko SS, Nurcahyo A. 2011 Quantifying Killing of Orangutans and Human-Orangutan Conflict in Kalimantan, Indonesia. PLoS ONE 6(11) : 274-291. doi:10.1371/journal.pone 0027491.

Mulyani YA. 1985. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Di Lingkungan Kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

(37)

Pimm SGR, Gittleman J, Brooks T. 1995. The future of biodiversity. Science 269 : 347–350.

Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa liar. Jakarta : Presiden Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Jakarta : Presiden Republik Indonesia

Simon H, Wildavsky A. 1995. Species lost revisited. Di dalam: Simon J, editor. The State of Humanity. Oxford: Blackwell Inc. hlm: 346–362. [tesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Suharyanto A. 2007. Dampak Keberadaan IPB Terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya Terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor. [TPLP] Tim Pengembangan Laboratorium Lapangan Fakultas Kehutanan IPB. 2002. Rencana Pengelolaan Lapangan Fakultas Kehutanan Intitut Pertanian Bogor di Kampus Darmaga. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

(38)

28

Lampiran 1 Jumlah jenis vegetasi di Kampus IPB Dramaga.

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

1 Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth. Akasia Fabaceae Pohon - - -

2 Acalypha sp. Teh-tehan pangkas Euphorbiaceae Semak - - -

3 Achras zapota L. Sawo Sapotaceae Pohon - - -

4 Adenanthera pavonina L. Saga pohon Fabaceae Pohon - - -

5 Agathis dammara (Lamb.) Rich. Agatis Araucariaceae Pohon VU - -

6 Ageratum conyzoides L. Babandotan Asteraceae Herba - - -

7 Aglaia sp. Kayu palado Meliaceae Pohon - - -

8 Albizia falcataria (L.) Fosberg. Jeunjing Fabaceae Pohon - - -

9 Alstonia scholaris R. Br. Pulai Apocynaceae Pohon - - -

10 Altingia excelsa Noronha. Rasamala Altingiaceae Pohon - - -

11 Amaranthus spinosus L. Bayam duri Amaranthaceae Herba - - -

12 Amorphophalus variabilis Bl. Iles-iles Araceae Semak - - -

13 Andrographis paniculata Ness. Sambiloto Acanthaceae Herba - - -

14 Aneilema nudiflorum R.Br. Gewor Commelinaceae Herba - - -

15 Annona muricata L. Sirsak Annonaceae Pohon - - -

16 Anthurium andreanum Linden. Kuping gajah Araceae Semak - - -

17 Arachis hypogeae L. Kacang tanah Fabaceae Herba - - -

18 Archidendron jiringa (Jack) I. Nielsen Jengkol Fabaceae Pohon - - -

19 Arcypteris irregularis (Pr) Holt. Paku mlukut Polypodiaceae Semak - - -

20 Ardisia crispa A.DC. Mata ayam Myrsinaceae Semak - - -

21 Artocarpus elasticus Reinw. Tarap Moraceae Pohon - - -

22 Arundinaria gigantea (Walter) Muhl. Bambu rotan Poaceae Bambu - - -

(39)

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

24 Asplenium nidus L. Paku sarang burang Polypodiaceae Herba - - -

25 Athyrium sorzogonense (Presl) Milde. Paku kijang Polypodiaceae Semak - - -

26 Axonopus compressus (SW). Beauv Jukut pait Poaceae Herba - - -

27 Bambusa atra Lindley. Bambu loleba Poaceae Bambu - - -

28 Bambusa glaucescens (Lour) Raeuschel. Bambu pagar Poaceae Bambu - - -

29 Bambusa ventricosa McClure. Bambu buddha Poaceae Bambu - - -

30 Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Bambu ampel Poaceae Bambu - - -

31 Bauhinia purpurea L. Bunga Kupu-kupu Fabaceae Pohon - - -

32 Boehmeria sp. Rami Urticaceae Herba - - -

33 Borreia alata (Aubl). DC. Gletak Rubiaceae Herba - - -

34 Borreia latifolia (Aubl) K. Schum. Rumput Setawar Rubiaceae Herba - - -

35 Borreria hispida Schum. Gempur batu Rubiaceae Herba - - -

36 Borreria laevicaulis (Miq) Ridl. Kenikir Rubiaceae Herba - - -

37 Brachiaria mutica (Forssks.) Stapf. Rumput braciaria Poaceae Herba - - -

38 Caladium bicolor (W.Ait). Vent. Keladi Mas Araceae Herba - - -

39 Calathea sp. Pisang Mas Maranthaceae Herba - - -

40 Calliandra haematocephala Hassk. Kaliandra Fabaceae Semak - - -

41 Callistemon citrinus (Curtis) Skeels. Botol Sikat Myrtaceae Pohon - - -

42 Calophyllum inophyllum L. Nyamplung Clusiaceae Pohon - - -

43 Calophyllum soulattri Burm F. Solatri Clusiaceae Pohon - - -

44 Canarium hirsutum Willd. Kenari Burseraceae Pohon - - -

45 Carex filicium Ness. Kerisan Cyperaceae Herba - - -

46 Caryota mitis Lour. Palem sarai Arecaceae Palem - - -

47 Castanopsis argentea DC. Saninten Fagaceae Pohon - - -

(40)

30

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

48 Casuarina sumatrana DortheJoker. Cemara Balon Casuarinaceae Pohon - - -

49 Cecropia sp. Pohon terompet Cecropiaceae Pohon - - -

50 Ceiba pentandra Gaert. Kapuk randu Bombacaceae Pohon - - -

51 Centella Asiatica (L).Urb Pegagan Apiaceae Herba - - -

52 Centrosema pubescens Jack. Kacang-kacangan Fabaceae Semak - - -

53 Cerbera manghas L. Bintaro Apocynaceae Pohon - - -

54 Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins Kirinyuh Asteraceae Semak - - -

55 Cinnamomum burmanii Bl. Kayu manis Lauraceae Pohon - - -

56 Cissus repens Lam - Vitaceae Liana - - -

57 Clidemia hirta G. Don. Harendong bulu Melastomataceae Semak - - -

58 Cocos nucifera L. Kelapa Arecaceae Pohon - - -

59 Coelorachis glandulosa (Trin) Stapf. - Poaceae Herba - - -

60 Coffea robusta Lindl .Ex De Will. Kopi Rubiaceae Pohon - - -

61 Colocasia esculenta L.Schott. Talas Araceae Herba - - -

62 Combretum tetralopum Clarke - Combretaceae Semak - - -

63 Commelina benghalensis Forsk. Gewor Commelinaceae Herba - - -

64 Costus speciosus (Koenig) Smith Pacing Zingiberaceae Herba - - -

65 Crescentia cujete L. Berenuk Bignoniaceae Bambu - - -

66 Cuphea ignea A.DC. Bunga serutu Lyrtaceae Herba - - -

67 Curanga fel-terrae (Lour.) Merr. Daun kukurung Scrophulariaceae Herba - - -

68 Cyathula prostrata (L.) Blume Bayam pasir Amaranthaceae Herba - - -

69 Cyclosorus aridus O.K Paku kadal Thelypteridaceae Semak - - -

70 Cymbopogon nardus (L) Randle. Sereh Poaceae Herba - - -

71 Cyperus kyllingia Endl. Rumput kenop Cyperaceae Herba - - -

(41)

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

72 Dalbergia latifolia Roxb. Sonokeling Fabaceae Pohon VU - -

73 Delonix regia (Boj. ex Hook.) Raf. Flamboyan Fabaceae Pohon - - -

74 Dendrocalamus asper Backer. Bambu betung Poaceae Bambu - - -

75 Dendrocalamus hirtellus Ridl. Bambu hirtalus Poaceae Bambu - - -

76 Dendrocalamus sp.1 D1 Poaceae Bambu - - -

77 Dendrocalamus sp.2 D2 Poaceae Bambu - - -

78 Dendrocalamus sp.3 D3 Poaceae Bambu - - -

79 Dieffenbachia seguine (Jacq) Schoot. Sri rezeki Aveaceae Herba - - -

80 Digitaria sp. Rumput digitaria Poaceae Herba - - -

81 Dioscorea pyrifolia Kunth Huwi upas Dioscoreaceae Herba - - -

82 Diospyros blancoi A.DC. Bisbul Ebenaceae Pohon - - -

83 Diospyros celebica Bakh. Eboni Ebenaceae Pohon VU - -

84 Diplazium esculantum Swartz. Paku sayur Polypodiaceae Semak - - -

85 Dracaena sp. Sugi Putih Liliaceae Herba - - -

86 Drymoglossum piloselloides (L.)Presl. Sisik naga Polypodiaceae Herba - - -

87 Dryopteris impressa Posth. Pakis Polypodiaceae Herba - - -

88 Durio zibethinus Murr. Durian Bombaceae Pohon - - -

89 Dysoxylum gaudichaudianum (Juss.) Miq. Kedoya Meliaceae Pohon - - -

90 Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit Arecaceae Palem - - -

91 Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch. Bip. - Asteraceae Herba - - -

92 Erythrina cristagali L. Dadap Merah Fabaceae Pohon - - -

93 Etlingera solaris (Blume) R. M. Sm. Tepus Zingiberaceae Herba - - -

94 Euphorbia hirta L. Patikan kebo Euphorbiaceae Herba - - -

95 Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binn. Ulin Lauraceae Pohon VU - -

(42)

32

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

96 Ficus aurata Corner. Kayu ara Moraceae Pohon - - -

97 Ficus benjamina L. Beringin Moraceae Pohon - - -

98 Ficus elastica Nois. Ex Bl. Karet kerbau Moraceae Pohon - - -

99 Ficus fistulosa Reinw ex. Bl Beunying Moraceae Pohon - - -

100 Ficus lyrata Warb. Biola cantik Moraceae Pohon - - -

101 Ficus montana Burm.f. Perlasan Moraceae Pohon - - -

102 Ficus repens Roxb.ex J.E.Smith Daun dolar Moraceae Liana - - -

103 Ficus septica Burm F. Awar-awar Moraceae Perdu - - -

104 Filicium decipiens Wight et Arn. Kerai Payung Sapindaceae Pohon - - -

105 Fleurya aestuans (L.) Gaudich Jelatang Urticaceae Herba - - -

106 Gigantochloa apus Kurz. Bambu apus Poaceae Bambu - - -

107 Gigantochloa atroviolacea Widjaja. Bambu hitam Poaceae Bambu - - -

108 Gigantochloa hasskarliana (Kurz) Backer ex Hayne Bambu lengka tali Poaceae Bambu - - -

109 Gigantochloa manggong Widjaja. Bambu manggong Poaceae Bambu - - -

110 Gigantochloa psedoarundinaceae (Steudel) Widjaja. Bambu andong Poaceae Bambu - - -

111 Gigantochloa robusta Kurz. Bambu mayan Poaceae Bambu - - -

112 Gigantochloa scortechinii Gamble. Bambu kapal Poaceae Bambu - - -

113 Gigantochloa sp.1 G1 Poaceae Bambu - - -

114 Gigantochloa sp.2 G2 Poaceae Bambu - - -

115 Gigantochloa sp.3 G3 Poaceae Bambu - - -

116 Gleichenia linearis (Burm. f.) C. B Reusam Polypodiaceae Semak - - -

117 Glochidion rubrum Blume Dempul lelet Euphorbiaceae Semak - - -

118 Gmelina arborea Roxb. Gmelina Verbenaceae Pohon - - -

119 Graptophyllum pictum (L.) Griffith. Daun ungu Acanthaceae Perdu - - -

(43)

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

120 Gymnopetalum cochinchinense Kurz. Areui bobontengan Cucurbitaceae Liana - - -

121 Hedyotis verticillata (L.) Lam. - Rubiaceae Herba - - -

122 Hemigraphis brunelloides (Lam) Bremek. Sengengen Acanthaceae Herba - - -

123 Hevea brasieliensis Muell. Arg. Karet Euphorbiaceae Pohon - - -

124 Hibiscus tiliaceus L. Waru Malvaceae Pohon - - -

125 Hymenaea courbaril L. Marasi Fabaceae Pohon - - -

126 Impatiens balsamina L. Pacar air Balsaminaceae Herba - - -

127 Jacaranda acutifolia Bonpl. Jakaranda Bignoniaceae Pohon - - -

128 Jacquemontia paniculata (Brum. f) Hallier F. - Convolvulaceae Herba - - -

129 Jasminum funale Decne. - Oleaceae Pohon - - -

130 Justicia gendarussa Blanco. - Acanthaceae Semak - - -

131 Khaya sinegalensis (Desr.) A.Juss. Khaya Meliaceae Pohon - - -

132 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae Semak - - -

133 Leea indica (Brum F.) Merr. Girang merah Leeaceae Semak - - -

134 Lepidagathis javanica Blume Daun segugur Acanthaceae Herba - - -

135 Leucaena glauca (Lam.) de Wit kemlandingan Fabaceae Perdu - - -

136 Lindernia crustacea F.Muell. Juku mata keuyeup Scrophulariaceae Herba - - -

137 Litsea sp. Garau Lauraceae Pohon - - -

138 Lophaterum gracile Brongn. Rumput bambu Poaceae Herba - - -

139 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae Pohon - - -

140 Mangifera indica L. Mangga Anacardiaceae Pohon - - -

141 Manihot utilisima Pohl. Singkong Euphorbiaceae Semak - - -

142 Maniltoa grandiflora Scheff. Sapu tangan Fabaceae Pohon - - -

143 Melastoma malabathricum L. Harendong Melastomataceae Semak - - -

(44)

34

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

144 Melicope latifolia (DC) T.G. Hartley - Rutaceae Perdu - - -

145 Merremia umbellata (L.) Hall Daun bisul Convolvulaceae Liana - - -

146 Mikania micrantha H. B. K. Sembung rambat Asteraceae Herba - - -

147 Millettia splendidissima Blume ex Miq. Sergantung Fabaceae Pohon - - -

148 Mimosa pudica Duchass. & Walp. Putri malu Fabaceae Herba - - -

149 Muntingia calabura L. Kersen Elaeocarpaceae Pohon - - -

150 Musa sp. Pisang Musaceae Herba - - -

151 Myristica fragrans Houtt. Pala Myristicaceae Pohon - - -

152 Nephelium lappaceum L. Rambutan Sapindaceae Pohon - - -

153 Nephrolepis bisserata (SW.) Schoot Paku harapat Diyopteridaceae Semak - - -

154 Ophiopogon sp. - Liliaceae Herba - - -

155 Oxalis corniculata L. Calincing Oxalidaceae Herba - - -

156 Panicum brevifolium L. - Poaceae Herba - - -

157 Paraserienthes falcataria (L.) Nielsen. Sengon Fabaceae Pohon - - -

158 Parashorea sp. Parashorea Dipterocarpaceae Pohon - - -

159 Paspalum commersonii Lamk. - Poaceae Herba - - -

160 Passiflora foetida L. Rambusa Passifloraceae Herba - - -

161 Pennisetum purpureum Schumach. Rumput Gajah Poaceae Herba - - -

162 Peperomia pellucida (L.) H.B. K. - Piperaceae Semak - - -

163 Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. Mahkota dewa Thymelaeaceae Perdu - - -

164 Phylanthus urinaria L. Meniran Euphorbiaceae Semak - - -

165 Phyllostachys atrovaginata C.S. Chao & H.Y. Chou. Bambu dupa Poaceae Bambu - - -

166 Phyllostachys aurea A. & Ch. Riviera Bambu emas Poaceae Bambu - - -

167 Phyllostachys bambusoides Siebold & Zucc. Bambu kayu jepang Poaceae Bambu - - -

(45)

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

168 Phyllostachys edulis (Carrière) J.Houz. Bambu moso Poaceae Bambu - - -

169 Phyllostachys heteroclada Oliv. Bambu air Poaceae Bambu - - -

170 Phyllostachys nigra (Lodd. ex Lindl.)Munro. Bambu henon Poaceae Bambu - - -

171 Phyllostachys sp.1 P1 Poaceae Bambu - - -

172 Phyllostachys sp.2 P2 Poaceae Bambu - - -

173 Phyllostachys sp.3 P3 Poaceae Bambu - - -

174

Phyllostachys sulphurea (Carrière) A. Rivière & C.

Rivière Bambu kuning Poaceae Bambu - - -

175 Phyllostachys vivax McClure. Bambu kayu cina Poaceae Bambu - - -

176 Pinus merkusii Jungh.& De Vr Pinus Pinaceea Pohon - - -

177 Piper aduncum L. Seuseurehan Piperaceae Semak - - -

178 Piper caninum Blume. Kemekes Piperaceae Semak - - -

179 Piper sarmentosum Roxb. Ex. Hunter Karuk Piperaceae Semak - - -

180 Piper umbellatum Jacq. - Piperaceae Semak - - -

181 Pithecellobium dulce (Roxb.) Benth. Mimosa dulcis Fabaceae Pohon - - -

182 Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum Paku-pakuan Polypodiaceae Semak - - -

183 Pometia pinnata J.R.& G.Forst Matoa Sapindaceae Pohon - - -

184 Pseudosasa japonica Siebold & Zucc. ex Steud. Bambu panah Poaceae Bambu - - -

185 Pterocarpus indica Wild. Angsana Fabaceae Pohon - - -

186 Pterospermum javanicum Jungh. Bayur Sterculiaceae Pohon - - -

187 Quercus gemelliflora Bl Pasang Fagaceae Pohon - - -

188 Rhaphidophora sp. - Araceae Herba - - -

189 Rhaphidophora sp. - Araceae Herba - - -

190 Rostellularia obtuse Nees. - Acanthaceae Semak - - -

191 Roystonea regia (Kunth) O.F.Cook Palem raja Arecaceae Pohon - - -

(46)

36

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

192 Rubus moluccanus L. Hareueus Rosaceae Liana - - -

193 Salacca edulis Reinw. Salak Arecaceae Palem - - -

194 Samanea Saman (Jacq.) Merr. Ki hujan Fabaceae Pohon - - -

195 Sauropus adrogynus Merr. Katuk Euphorbiaceae Semak - - -

196 Schima wallichii (DC.) Korth. Puspa Theaceae Pohon - - -

197 Schizostachyum zollingeri Steud. Bambu jala Poaceae Bambu - - -

198 Schizotachyum brachycladum Kuez. Bambu nehe Poaceae Bambu - - -

199 Schizotachyum sp.1 S1 Poaceae Bambu - - -

200 Schizotachyum sp.2 S2 Poaceae Bambu - - -

201 Schizotachyum sp.3 S3 Poaceae Bambu - - -

202 Scindapsus hederaceus Schott. - Araceae Herba - - -

203 Selaginella doederleinii Hieron. Cakar ayam Sellaginellaceae Herba - - -

204 Semiarundinaria fastuosa Lat.-Marl. ex Mitford Bambu kuil Poaceae Bambu - - -

205 Setaria palmifolia (J. Koenig) Satpf. Rumput palem Poaceae Herba - - -

206 Setaria plicata Lamk. Jambean Poaceae Herba - - -

207 Shorea leprosula Miq. Meranti Dipterocarpaceae Pohon EN - -

208 Shorea pinanga R.Scheffer Meranti merah Dipterocarpaceae Pohon - - V

209 Shorea seminis (De Vriese) Sloot. Balau Dipterocarpaceae Pohon CR -

210 Solanum torvum Sw. Takokok Solanaceae Perdu - - -

211 Solarium sp. Terung-terungan Solanaceae Semak - - -

212 Solarium torvum Swartz. Takokak Solanaceae Semak - - -

213 Spathodea campanulata Beauv. Kiengsrot Bignoniaceae Pohon - -

214 Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. Pecut Kuda Verbenaceae Herba - - -

215 Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook.f & Th. Burahol Annonaceae Pohon - - -

(47)

No Nama Botani Nama Indonesia Famili Habitus IUCN CITES PP 7 1999

216 Stephania japonica Miers. - Menispermaceae Liana - - -

217 Strobilanthes sp. - Acanthaceae Herba - - -

218 Swietenia macrophylla King. Mahoni daun lebar Meliaceae Pohon VU

APP

II -

219 Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Mahoni daun kecil Meliaceae Pohon EN

APP

II -

220 Syzygium aquea Burm.F Jambu air Myrtaceae Pohon - - -

221 Syzygium lineatum (DC.) Merr.& Perry. Galam Myrtaceae Pohon - - -

222 Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. Salam Myrtaceae Pohon - - -

223 Tacca palmata Blume. Gadung tikus Taccaceae Semak - - -

224 Taenitis blechnoides SW. Paku ringin Polypodiaceae Semak - - -

225 Tetracera indica Merr. Mempelas Dilleniaceae Pohon - - -

226 Tetracera scandens L. Merr. Ki asahan Dilleniaceae Semak - - -

227 Theme gigantea (Icav.) Hack. Kasapan Dilleniaceae Semak - - -

228 Typhonium flagelliforme Lodd. Rumput gajah Poaceae Herba - - -

229 Wedelia calendulacea Less. Keladi tikus Araceae Herba - - -

230 Zingiber sp. Seruni Asteraceae Herba - - -

231 (tidak terindentifikasi) Jahe-jahean Zingiberaceae Herba - - -

232 (tidak terindentifikasi) Paku larat Polypodiaceae Semak - - -

Gambar

Gambar 1. Gambar 1  Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 2 Letak Kampus IPB dalam bentang alam DAS Cisadane berdasarkan
Gambar 3 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Gambar 4 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan MacKinnon et al (1990), taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang luas, relatif tidak terganggu, mempunyai nilai alam yang menonjol

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul Persentase dan Identifikasi Cacing Nematoda pada Keong Mas ( Pomacea canaliculata ) di Sekitar Kampus Institut

Sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah spesies kumbang elaterid yang ditemukan di kawasan hutan pada lanskap TNBD lebih tinggi dibandingkan dengan di Hutan

Untuk mengetahui keanekaragaman dan distribusi makrozoobentos di sepanjang kawasan perairan lotik (sungai) dan lentik (danau) dan berdasarkan penggunaan lahan di sekitar